You are on page 1of 10

Yogi Oktari, Lely Indah Mindarti, dan Sujarwoto/ JIAP Vol 9 No.

1 (2023) 11-20

JIAP Vol 9, No 1, pp 11-20, 2023


© 2023 FIA UB. All right reserved
ISSN 2302-2698
e-ISSN 2503-2887
Jurnal Ilmiah Administrasi Publik (JIAP)
URL: https://jiap.ub.ac.id/index.php/jiap

Urgensi Etika Pejabat Publik dan Peranan Generasi Z dalam Studi Administrasi
Publik

Yogi Oktari a , Lely Indah Mindarti b , Sujarwoto c


abc
Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Indonesia

INFORMASI ARTIKEL ABSTRACT

Article history: This research aims to explore how the phenomenon of demoralization and ethical
Dikirim tanggal: 21 November 2022 dysfunction in the realm of public administration has grown massively. The result is a
Revisi pertama tanggal: 19 Mei 2023 wave of public distrust that threatens the public sector. In the global era, the role of
Diterima tanggal: 16 Juni 2023 Generation Z becomes very interesting, because it uses social media as a political
Tersedia online tanggal: 17 Juni 2023 machine in influencing the policy-making process or legal products. The phenomenon
of demoralization and the demographic bonus dominated by generation Z, is an
interesting study to find out how the urgency of official ethics and the role of Generation
Z. Data collection techniques are carried out by reviewing previous research results,
scientific journal articles, study reports, mass media and other data sources relevant to
this study. The results of this study show that there are two types of ethical violations
committed by public officials in Indonesia, namely abuse of power and mal-
administration. The factors causing the proliferation of ethical violations in Indonesia
are due to weak law enforcement, as well as public permissiveness towards unethical
behavior. Therefore, the active role of generation Z is needed to be able to maintain a
healthy democratic climate and reduce public permissiveness towards various forms of
ethical violations by utilizing technology (social media) to care for the nation in the
Keywords:ethics of public officials; future.
Generation Z; public administration
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana fenemona demoralisasi dan
disfungsi etika di ranah administrasi publik telah berkembang secara massif. Akibatnya
lahirlah gelombang public distrust yang mengancam sektor publik. Pada era global,
peranan generasi Z menjadi sangat menarik, karena menjadikan media sosial sebagai
mesin politik dalam mempengaruhi proses pengambilan kebijakan atau produk hukum.
Fenomena demoralisasi dan bonus demografi yang didominasi oleh generasi Z, menjadi
kajian menarik untuk mengetahui bagaimana urgensi etika pejabat dan peranan Generasi
Z. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menelaah hasil riset terdahulu, artikel
jurnal ilmiah, laporan hasil kajian, media massa serta sumber data lainnya yang relevan
dengan kajian ini. Adapun hasil kajian ini menunjukan bahwa terdapat dua jenis
pelanggaran etika yang banyak dilakukan oleh pejabat publik di Indonesia yaitu abuse
of power dan mal-administrasi. Faktor penyebab menjamurnya pelanggara etika di
Indonesia yaitu akibat lemahnya penegakan hukum, serta sikap permisif publik terhadap
perilaku tidak etis. Oleh sebab itu, peran aktif generasi Z sangat diperlukan untuk dapat
menjaga iklim demokrasi yang sehat serta mereduksi sikap permisif publik terhadap
berbagai bentuk pelanggaran etika dengan memanfaatkan teknologi (media sosial) untuk
merawat bangsa kedepannya.

2023 FIA UB. All rights reserved.

———
 Corresponding author. Tel.: +62-853-5703-7446; e-mail: yogi8863@gmail.com
11
Yogi Oktari, Lely Indah Mindarti, dan Sujarwoto/ JIAP Vol 9 No. 1 (2023) 11-20

1. Pendahuluan 597 kasus korupsi yang ditangani oleh penegak hukum


dengan 1396 tersangka. Adapun nilai kerugian yang
Logika yang terbangun bahwa setiap pejabat publik dialami oleh negara akibat tinadakan korupsi tersebut
adalah pihak yang selalu membela kepentingan publik yaitu sebesar 42 Triliun. Dalam laporan tersebut, sektor
ternyata tidak selamanya benar. Berbagai kasus di yang paling banyak ditindak oleh penegak hukum ialah
lapangan, membuktikan bahwa kepentingan pribadi, sektor desa, sektor utilitas dan sektor pemerintahan.
kelompok, keluarga bahkan struktur yang lebih tinggi Sementara, aktor yang paling banyak terlibat kasus
justru mendikte perilaku seorang pejabat publik korupsi ialah pengawai pemerintahan daerah, swasta dan
(Nkyabonaki, 2019; Sarifudin & Evendi, 2020). kepala desa. Bahkan dari sekian banyaknnya kasus yang
Massifnya tindak pelanggaran moral atau etika dalam sudah tangani, ICW juga menemukan adanya penegak
pelayanan publik, beresiko besar memunculkan hukum di sejumlah daerah yang belum melakukan
gelombang “public distrust” (Mahsyar 2011; Bisri & penindakan terhadap kasus korupsi. Tidak heran jika
Asmoro, 2019). Melemahnya kepercayaan masyarakat kinerja institusi pada semester pertama tahun 2022 hanya
terhadap pejabat publik tentu saja tidak dapat diabaikan. mencapai 18% atau berada pada peringan E yakni sangat
Sebab tanpa disadari gelombang public distrust telah buruk.
berimplikasi terhadap meluasnya privatisisasi pada Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat kita
tataran domain kekuasaan pemerintah, baik dalam ketahui bahwa sektor publik di Indonesia merupakan
pengelolaan tempat publik maupun barang publik sektor yang paling kompleks. Sebab, tidak hanya kinerja
(Mériade, 2018). Akibatnya, pemerintah beresiko pemerintahannya saja yang bermasalahan. Akan tetapi
kehilangan domainnya sebagai aktor utama dalam hal juga ketidakseriusan Aparat Penegak Hukum
penyelenggaraan layanan publik. Oleh sebab itu, perlu melaksanakan tugasnya dalam menekan berbagai
adanya kajian kritis berkaitan dengan etika publik, seiring tindakan demoralisasi ataupun disfungsi etika pejabat
dengan adanya transformasi standar penilaian etika publik. Eksistensi pejabat publik yang tidak terlepas dari
pelayanan yang berubah sesuai dengan perkembangan pengaruh pendidikan politiknya ternyata memberikan
zaman dan paradigmanya. pengaruh yang tinggi terhadap komitmen generasi Z
Ada beberapa argumentasi yang terbentuk mengapa terhadap penerapan norma-norma negara (Primahendra et
etika pada sektor publik menjadi sangat penting terutama al., 2020). Masyarakat umum terutama generasi muda
dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. dalam hal ini Generasi Z, juga harus memiliki
Pertama, etika berdampak besar terhadap pembuatan pemahaman yang baik tentang etika publik sebagai
maupun keberhasilan dari suatu kebijakan publik bentuk fungsi pengawasan publik. Sebab, kompleksitas
(Kusumawati, 2019). Kedua, Kumorotomo et al. (2015) dalam penyelenggaraan pemerintahan suatu bangsa tidak
menilai urgensi etika dalam urusan publik tidak terlepas hanya disebabkan oleh adanya disfungsi etika publik
dari adanya tuntutan akan kebutuhan profesionalisme (Kusumawati, 2019; Nurhidayat, 2020; Sarifudin &
penyelenggara negara tidak hanya dari segi kompetensi Evendi, 2020) dan inefisiensi profesionalitas dari
teknis dan leadership akan tetapi juga kompetensi etika. penyelenggara negara saja (Bisri & Asmoro, 2019;
Kendati demikian, argumentasi akan urgensi etika dalam Kintania, 2020). Akan tetapi juga disebabkan oleh sikap
tata kelola pemerinatahan tidak sepenuhnya mampu masyarakat yang cenderung permisif terhadap perilaku
ditanamkan dalam diri pejabat publik. Sebab, realitas korupsi (Sulistyani, 2019; Hidayatullah, 2020).
sosial di masyarakat memperlihatkan masih banyak Generasi Z merupakan generasi yang lahir diantara
pejabat publik yang melakukan berbagai praktik abuse of tahun 1995-2010 memiliki karakter unik yaitu informatif,
power dan praktik mal- administrasi (Abas, 2017; ICW, kreatif dan lebih produktif dibandingkan dengan generasi
2020). Fenomena perilaku demoralisasi dan disfungsi sebelumnya (Putra, 2016). Secara kuantitas, generasi Z di
etika yang dilakukan oleh pejabat publik tentu tidak bisa Indonesia mengalami peningkatan yang cukup
terus dinormalisasi. Jangan sampai masyarakat bersikap signifikan. Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa
permisif terhadap fenomena tersebut. pada tahun 2022 setidaknya terdapat 68 juta jiwa
Trend pelanggaran etika yang dilakukan oleh para merupakan generasi Z dengan rentang usia antara 19-27
penyelenggara negara di Indonesia cenderung mengalami tahun. Dengan jumlahnya yang sangat besar, tentu saja
kenaikan, tidak sedikit pejabat publik yang terjerat kasus kelompok tersebut dapat menjadi kekuatan tetapi juga
korupsi. Menurunnya nilai dan etika publik di dalam dapat menjadi kelemahan. Hal tersebut bergantung pada
tubuh para penyelenggara negara dapat dilihat dari bagaimana generasi Z ini dipandang, diperlakukan dan
meningkatnya praktek konflik kepentingan, tertutupnya dipersiapkan oleh pemerintah.
pemerintah atas akses informasi publik serta sikap Kajian etika ini, tidak hanya untuk melihat
pembiaran atas praktek kekerasan fisik dan acaman bagaimana pentingnya etika publik pada tubuh seorang
digital yang banyak dilakukan oleh penyelenggara negara aktor publik atau pemerintahan saja. Akan tetapi juga
(ICW, 2020). Berdasarkan laproan ICW pada semester bertujuan bagaimana urgensi etika yang sudah semakain
pertama tahun 2022, ICW telah menemukan sebanyak
12
Yogi Oktari, Lely Indah Mindarti, dan Sujarwoto/ JIAP Vol 9 No. 1 (2023) 11-20

tergerus tersebut juga dapat memberikan pengaruh (Nkyabonaki, 2019). Kedua, Ricocur (1990) dalam
terhadap generasi Z di masa depan. Oleh karenanya perlu Kumorotomo et al. (2015) mendefinisikan etika sebagai
adanya peningkatan kajian tentang etika publik, sejalan sebuah tujuan hidup yang baik bersama dan untuk orang
dengan adanya transformasi standar penilaian etika lain di dalam institusi yang adil. Ketiga, secara lebih
pelayanan yang berubah sesuai dengan perkembangan spesifik Collins dalam Mériade (2018) mengartikan etika
zaman dan paradigmanya. Selain itu, hal yang perlu sebagai “an idea or moral belief that influences the
ditekankan adalah pemahaman yang baik tentang norma behaviour, attitudes and philosophy of life of a group of
etika publik tidak hanya berlaku bagi pejabat publik, akan people”. Definisi tersebut menjadikan konsep etika
tetapi seluruh lapisan masyarakat terutama generasi muda sering disamakan dengan moral.
(generasi z) (Prasetyo, 2019; Movanita, 2019). Namun menurut Bisri & Asmoro (2019) meskipun
secara epistemologis etika dan moral memiliki
2. Pembahasan persamaan makna, saat ini persamaan makna tersebut
Agar mempermudah pembaca dalam memahami telah mengalami pergeseran. Etika lebih dimaknai
pentingnya etika dalam ranah administrasi publik. sebagai seperangkat nilai yang berfungsi sebagai
Pertama penulis akan menjelaskan tentang konsep etika pedoman mengenai apa yang harus dilakukan dalam
dalam studi amdinistrasi publik dengan mengutip menjalankan tugas yang diberikan (Kridawati, 2010).
beberapa pendapat ahli. Menjelaskan tentang pentingnya Sementara itu, moral diartikan sebagai suatu hal yang
etika dalam ranah administrasi publik, bentuk-bentuk mendorong manusia untuk melakukan tindakan yang
pelanggaran etika publik serta regulasi yang mengatur baik sebagai sebuah kewajiban (Kridawati, 2010).
tentang etika publik. Selanjutnya, permasalahan etika Sebagai seperangkat nilai, etika berperan penting dalam
dalam administrasi publik juga akan dikaji dengan sebuah refleksi kritis yang mengarahkan seseroang
melihat argumentasi yang menyebabkan mengapa kepada nilai-nilai kebaikan seperti kejujuran, keadilan,
pelanggaran etika oleh pejabat publik semakin menjamur. dan kesetaraan yang kemudian diwujudkan dalam bentuk
Kemudian, untuk mengetahui urgensi etika dalam ranah kepedulian terhadap kepentingan publik.
administrasi publik, penulis juga akan mengkaji Selain itu, etika juga berperan penting dalam
bagaimana fenomena pelanggaran etika yang dilakukan mereduksi mindset kolonial di dalam tubuh pejabat
oleh para aktor publik pada tingkat pemerintahan publik (Kumorotomo et al., 2015). Mindset kolonial
eksekutif, legislatif, yudikatif dan pemerintah daerah. disini merujuk pada sikap dan perilaku pejabat publik
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat kita ketahui yang hanya menjadikan birokrasi sebagai ladang untuk
bagaimana urgensi etika pada penyelenggaraan melanggengkan kekuasaan. Persoalan etika dalam
administrasi publik di Indonesia dan bagaimana peranan administrasi publik merupakan sebuah persoalan penting
generasi muda menjadi penting untuk mereduksi sikap yang harus diselesaikan, karena tidak hanya menyangkut
permifis yang lahir akibat menjmurnya pelanggaran etika peranan penting organisasi publik, akan tetapi juga dapat
di tatanan pemerintahan pusat ataupun daerah. membawa dampak buruk kepada masyarakat luas.
Secara empiris pelanggaran etika pejabat publik
2.1 Etika Dalam Studi Administrasi Publik dapat ditemukan dalam dua bentuk yaitu, abuse of power
dan praktik mal-administrasi (Abas, 2017). Di Indonesia
Melemahnya kepercayaan publik terhadap kinerja fenomena abuse of power dan mal- administrasi lahir
pemerintah tidak terlepas dari fenomena demoralisasi dan akibat dari lemahnya etika yang dimiliki oleh
disfungsi etika para penyelenggara negara atau pejabat penyelenggara negara, dimana kedudukan etika tidak lagi
publik yang sudah semakin menjamur. Fenomena menjadi basis dari nilai kontrol terhadap kekuasaan itu
tersebut telah melahirkan gelombang public distrust, sendiri (Al Hafis & Yogia, 2017). Adapun bentuk-bentuk
sehingga pemerintah terancam kehilangan domainnya abuse of power diantaranya yaitu Korupsi, Kolusi dan
sebagai aktor utama dalam hal penyelenggaraan layanan Nepotisme (KKN), penyelenggaraan layanan publik yang
publik. Secara empiris, etika sangat diperlukan dalam tidak didasarkan pada etika, serta inefisiensi kebijakan.
ranah administrasi publik. Sebab etika dapat dijadikan Sementara, praktik mal- adminsitrasi dapat dijumpai
sebagai pedoman, referensi, dan petunjuk tentang apa dalam beberapa bentuk seperti ketidakjujuran
yang harus dilakukan oleh penyelenggara negara dalam (dishonesty) (Abas 2017; Fither 2019), mengabaikan
menjalankan tugasnya. Selain itu etika juga dapat hukum (disregard of the law), tindakan favoritisme, dan
dijadikan sebagai standar penilaian terhadap baik dan gross inefficiency (Salunga, 2015; Ardenolis et al., 2020).
buruknya perilaku penyelenggara negara. Menurut Hasanah (2019) tindakan mal administrasi
Terdapat beberapa pendapat dari ahli terkait dapat terjadi karena faktor internal dan eksternal. Faktor
pemaknaan etika. Pertama, secara implisit etika dapat internal merujuk kepada tindakan mal administrasi
diartikan sebagai refleksi sederhana berkaitan dengan karena ada niat, kemauan, dan dorongan yang tumbuh
benar atau salah, apa yang dapat diterima atau tidak dalam pribadi orang tersebut. Sementara faktor eksternal
diterima dan terikat dengan sistem nilai publik
13
Yogi Oktari, Lely Indah Mindarti, dan Sujarwoto/ JIAP Vol 9 No. 1 (2023) 11-20

yaitu faktor yang lahir dari luar pribadi seseorang, bisa sekaligus pengendali dalam pelaksanaan fungsi-fungsi
disebabkan oleh lemahnya peraturan, lemahnya negara dan bagaimana pejabat publik melaksanakan
pengawasan, dan lingkungan kerja yang memungkinkan kewenangannya sesuai dengan undang-undang yang
kesempatan untuk mela kukan tindakan mal- berlaku. Nyatanya hal tersebut belum mampu mereduksi
administrasi. Untuk dapat mengetahui apakah pejabat sikap dan perilaku abuse of power maupun mal-
publik telah melakukan pelanggaran etika atau tidak, administrasi para pejabat publik. Selain itu, urgensi etika
maka diperlukan sebuah standar atau ukuran yang dapat di ranah administrasi publik menjadi semakin kompleks
dijadikan sebagai landasan dalam bekerja. Sebagaimana karena kinerja Institusi Penegak Hukum juga dinilai
standar-standar yang menyangkut pejabat publik seperti: buruk dalam mengangani berbagai kasus pelanggaran
aturan hukum, netralitas / ketidakberpihakan, etika (ICW, 2020). Sehingga tidak heran jika
transparansi, tanggung jawab, profesionalisme dan kepercayaan publik terhadap pemerintah pada saat ini
kesopanan (Almutairi & Mahmood, 2014). semakin menurun (public distrust).
Masifnya perkembangan kebutuhan profesionalisme Urgensi etika di ranah administrasi publik menjadi
penyelenggara publik, menuntut dierumuskannya kode semakin menarik, meski sudah banyak pejabat publik
etik yang berlaku bagi semua jenis pekerjaan. Di yang tertangkap tangan dan dikenai hukuman pidana
Indonesia, seorang aktor publik diatur secara khusus karena bertindak abuse of power maupun mal-
melalui Peraturan Pemerintahan nomor 42 tahun 2004 administrasi. Nyatanya hal tersebut tidak memberikan
tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai efek jera kepada para pejabat publik mulai dari tingkat
Negeri Sipil. Peraturan Pemerintah nomor 53 Tahun 2010 kementerian, anggota dewan, bahkan pemerintah daerah,
tentang Disiplin PNS. Undang-Undang nomor 5 tahun berbagai bentuk pelanggaran etika oleh pejabat publik
2014 tentang ASN. Sementara regulasi yang mengatur justru semakin meningkat. Menurut Mukhtar (2021) ada
tentanf konflik kepentingan dalam penyelenggaraan beberapa argumentasi yang menyebabkan masih
pemerintahan di Indonesia diantaranya yaitu; masifnya pelanggaran etika oleh pejabat publik. Pertama,
PermenPAN-RB nomor 37 tahun 2012 tentang hukum yang diberikan kepada para pelanggar etika masih
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi tergolong ringan dibandingkan dengan manfaat yang
Birokrasi Republik Indonesia. Undang-Undang nomor 23 dirasakannya. Kedua, adanya penyalagunaan kekuasaan
tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, Undang-Undang yang dilakukan oleh pejabat publik dengan mengatur
nomor 30 tentang Administrasi Pemerintahan dan sistem pertanggungjawaban sehingga pada saat terjadi
Peraturan Pemerintahan nomor 48 tahun 2016 tentang pemeriksaan tidak ada temua pelanggaran karena
Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif. didukung dengan tertib administrasi yang professional.
Sementara Chapman (1995) melalui bukunya “The Ketiga, adanya labelisasi terhadap suatu jabatan tertentu,
First Nolan Report on Standards in Public Life” telah melahirkan stigma bahwa untuk mendapatkan
menyebutkan setidaknya ada 7 (tujuh) prinsip kehidupan kekuasaan maka seseorang memerlukan modal materi
yang harus dimiliki oleh para pejabat publik. Prinsip- yang cukup besar. Oleh karena itu, ketika kekuasaan
prinsip tersebut tidak hanya berlaku bagi para pemegang sudah diperoleh maka pejabat publik tersebut akan
jejabatan publik akan tetapi berlaku bagi penyelenggara berusaha untuk mengembalikan modal awal serta
negara lainnya. Ketujuh prinsip tersebut diantaranya mengambil keuntungan yang lebih besar. Keempat
yaitu; (1) Selflessness merujuk pada sikap dan perilaku adanya argumentasi bahwa aparatur penegak hukum bisa
pejabat yang merepresentasikan kepentingan publik, (2) diatur melalui berbagai cara dan pendekatan.
Integrity sikap dan perilaku pejabat publik, (3) Dalam konsep negara hukum dan demokrasi
Objectivity berkerja secara adil atau tidak memihak modern, para penyelenggara negara dituntut untuk dapat
kelompok kepentingan, (4) Accountability atau mewujudkan pemerintahan yang bertanggung jawab
bertanggung jawab, (5) Opennes sikap keterbukaan, (6) kepada publik dengan mengutamakan kepentingan umum
Honesty atau kejujuran, dan (7) Leadership yaitu dibandingkan kepentingan kelompok maupun pribadi.
menunjukkan prinsip-prinsip kepemimpinan dalam Dalam menjalankan fungsi- fungsi pemerintahan di
perilaku mereka sendiri. tingkat eksekutif, legislatif, yudikatif serta fungsi-fungsi
lainnya yang berkaitan erat dengan pemerintahan. Para
2.2 Permasalahan Etika Pejabat Dalam Ranah pejabat publik juga dituntut untuk dapat berperilaku baik
Administrasi Publik serta tunduk dan berpedoman pada nilai-nilai etika dan
Praktik abuse of power dan mal-administrasi di moral. Kendati demikian, realitas sosial di masyarakat
ranah administrasi publik sudah menjadi hal yang tidak justru memperlihatkan adanya kemunduruan etika atau
asing lagi terutama bagi masyarakat umum. Berbagai disfungsi etika didalam tubuh para pejabat publik.
bentuk pelanggaran etika dapat dengan mudah kita Berdasarkan studi empiris, tidak sedikit pejabat publik
temukan di media masa. Meskipun Indonesia telah yang melakukan berbagai bentuk pelanggaran etika salah
memiliki produk hukum yang berfungsi sebagai pengatur satunya yaitu perilaku Kolusi, Korupsi dan Nepotisme

14
Yogi Oktari, Lely Indah Mindarti, dan Sujarwoto/ JIAP Vol 9 No. 1 (2023) 11-20

(KKN). Perilaku tersebut dapat ditemukan dengan mudah Berdasarkan laporan hasil kajian ICW terdapat
pada pemerintahan tingakat eksekutif, legislatif hingga peningkatan trend korupsi yang dilakukan oleh lembaga
yudikatif. Berikut beberapa contoh kasus pelanggaran legislatif, pada tahun 2021 ICW menemukan 44 kasus
etika yang dilakukan oleh ketiga lembaga tersebut serta korupsi dilakukan oleh wakil rakyat, kemudian
pemerintah daerah: meningkat menjadi 60 kasus pada tahun 2022. Bahkan
pada tahun 2023 KPK menyebutkan lebih dari 200
2.2.1 Pelanggaran Etika Pejabat Publik pada Tingkat anggota DPR belum menyerahkan LHKPN. Menurunkan
Lembaga Eksekutif citra lembaga politik ditengah masyarakat dapat
Lembaga eksekutif merupakan bagian penting dibuktikan dengan semjumlah temuan lembaga survei.
dalam sebuah sistem pemerintah di sebuh negara dan Pada pertengahan tahun 2022 Indikator Politik Indonesia
berperan besar dalam menentukan arah dan tujuan merilis survei mengenai tingkat kepercayaan publik
negara. Akan tetapi trend kasus pelanggaran etika publik terhadap sejumlah lembaga negara. Pada laporan
tidak kalah banyak ditemukan di tingkat kementrian dan tersebut, DPR menjadi peringkat terbawah. Hal tersebut
lembaga. Berdasarkan hasil tinajuan pustaka, penulis tidak terlepas dari masifnya perilaku korupsi yang
menemukan adanya trend disfungsi etika yang banyak dilakukan oleh anggota DPR maupun DPRD. Bahkan
dilakukan oleh pejabat publik di lingkungan kementerian pada laporaan Gloval Corruption Barometer pada tahun
dan lembaga. Berdasarkan laporan kajian ICW pada 2020 mengkonfirmasi hal tersebut dengan menyajikan
tahun 2022 setidaknya terdapat 25 latar belakang profesi temuan bahwa persepsi masyarakat masih lekat pada
aktor publik yang terjerat kasus korupsi. Merujuk pada praktek korupsi jika melihat anggota legislatif.
hasil pemetaan ICW pada semester pertama tahun 2022 2.2.3 Pelanggaran Etika Pejabat Publik pada Tingkat
terdapat 79 pengawai Kementerian atau Lembaga Lembaga Yudikatif
Pemerintahan Non Kementerian atau Badan Negara
diketahui melakukan tindakan korupsi dimana aktor yang Fenomena judical corruption yang banyak dilakukan
terlibat didominasi oleh ASN. Lebih lanjut, pada tahun oleh aktor publik di tingkat lembaga yudikatif telah
2023 setidaknya terdapat 964 pengawai Kementerian merusak integritas lembaga tersebut di mata publik.
Keuangan yang diduga memiliki harta kekayaan tidak Praktek mafia peradilan di Indonesia telah bersifat
wajar (BBC, 2018). sistematis, konspiratif, kolektif serta terstruktur.
Lebih lanjut, ICW melamporkan bahwa sejak Fenomena tersebut biasanya melibatkan dua aktor yaitu
berlakunya UU ASN mulai tahun 2014 hingga 2022. Aparat Penegak Hukum dan pihak-pihak yang berpekara.
Setidaknya terdapat 3.098 ASN yang terjerat berbagai Tentu saja tidakan abuse of power dan mal administrasi
kasus abuse of power dan mal administrasi. Banyaknya tersebut diperuntukan untuk memenangkan kepentingan
kasusu rasuah yang melibatkan ASN menunjukkan aktor atau kelompok tertentu. Akibatnya, marwah
bahwa celah korupsi maish banyak terjadi. Masifnya pengadilan sebagai gerbang bagi para pencari keadilan
tindakan rasuah pada tataran birokrasi di Indonesia, cenderung menjadi ajang untuk mencari kemenangan
khususnya setelah diterapkannya program desentralisasi dibandingkan keadilan dan kebenaran, hal yang
sedikit banyak menjelaskan gagalnya agenda reformasi menyedihkan yaitu rusaknya sistem hukum di Indonesia.
birokrasi serta buruknya pengawasan. Berdasarkan hasil kajian pustaka, ada beberapa
kasus pelanggaran etika yang dilakukan oleh pejabat
2.2.2 Pelanggaran Etika Pejabat Publik pada Tingkat publik di lingkungan lembaga yudikatif, diantaranya
Lembaga Legislatif yaitu; Pertama, kasus pelanggaran etika yang dilakukan
Berdasarkan kajian pustaka yang penulis lakukan, oleh hakim konstitusi yaitu kasus penyuapan dan
lembaga legislatif menjadi lembaga yang paling pencucian uang oleh Akil Mochtar dan kasus Patialis
mendapatkan banyak sorotan publik atas berbagai bentuk Akbar (Mukhtar, 2021). Kasus abuse of power dan mal
pelanggaran etika. Berdasarkan laporan ICW pada administrasi yang dilakukan oleh Hakim Agung Ahmad
semester pertama tahun 2022, menemukan banyaknya Yamani (Mukhtar, 2021; News, 2012). Kemudian kasus
kasus korupsi yang melibatkan aktor politik. Pada tahun dugaan suap penguruan perkara pidana koperasi simpan
2022 Aparat Penegak Hukum (APH) telah menetapkan pinjam intidana oleh dua hakim agung di Mahkamah
sebanyak 60 tersangka yang belatarbelakang anggota Angung oleh yaitu Sudrajad Dimayati dan Gazalba Saleh.
legislatif terjerat kasus korupsi berjamaah. Jika pada 2.2.4 Pelanggaran Etika Pejabat Publik pada Tingkat
tahun 2018 negara dihebohkan dengan korupsi masal Daerah
yang dilakukan oleh 41 anggota DPRD Malang.
Fenomena korupsi berjamaah terjadi lagi dimana Fenomena tidankan pelanggaran etika yang
ditemukan dua kasus dugaan korupsi APBD Kabupaten dilakukan oleh pejabat publik di tingkat pemerintahan
Paniai yang melibatkan 12 anggota DPRD setempat dan daerah tidak kalah kompleks dengan kasus di
kasus korupsi 21 anggota DPRD Provinsi Jambi. pelanggaran etika di tingkat pemerintah pusat. Menurut
15
Yogi Oktari, Lely Indah Mindarti, dan Sujarwoto/ JIAP Vol 9 No. 1 (2023) 11-20

Indrawan et al., (2020) kasus pelanggaran etika banyak


dilakukan oleh pemerintah daerah dalam proses
pengadaan barang dan jasa, sehingga tidak
mengherankan jika banyak pejabat daerah yang terjerat
dalam lingkaran korupsi. Contohnya, kasus jual beli
jabatan di Indonesia. Dapat kita ketahui bahwa
kewenangan besar kepala daerah berupa promosi dan
mutasi ASN umumnya justru disalahgunakan oleh para
kepala daerah dan menjadi ajang bagi-bagi kue. Menurut
Ketua KASN, kasus jual beli jabatan banyak terjadi
karena terdapat simbioses muatalisme antara kedua aktor
tersebut. Pada tahun 2022 publik dihebohkan kembali
Gambar 1. Trend Penindakan Kasus Korupsi Tahun
dengan kasus jual beli jabatan oleh Walikota Kota Bekasi
2018-2022
Rahmat Effendy dan Bupati Pemalang. Kasus jual beli
Sumber: Indonesia Corruption Watch, 2022
jabatan tentu tidak dapat dinormalisasi, sebab praktek
tersebut dapat mejnadi lingkaran setan yang sulit untuk Gambar 1 diatas merupakan tampilan data kinerja
diputus. Sehingga menghambat kegiatan layanan publik penindakan kasus korupsi yang dilakukan oleh Aparat
karena didorong bukan berdasarkan pasa asas-asas good Penegak Hukum (APK) mulai dari jumlah kasus yang
governance melainkan kekuasaan. diselidiki hingga jumlah tersangka. Berdsarkan gambar
diatas, kita dapat mengetahui penindakan kasus korupsi
2.3 Urgensi Etika Dalam Ranah Administrasi Publik yang sudah dilakukan oleh aparat penegak hukum
Perilaku abuse of power dan mal administrasi para cenderung fluktuatif dari tahun 2108 hingga 2022. Akan
pejabat publik merupakan penyakit kronis yang tetapi, pada tahun 2019 hingga 2022 terdapat peningkatan
umumnya ditemukan di negara-negara berkembang. baik dari jumlah kasus yang ditangani maupun jumlah
Disadari atau tidak, menjamurnya perilaku abuse of tersangka yang ditetapkan. Sementara untuk nilai
power dan mal administrasi telah berdampak besar kerugian yang ditimbulkan akibat perilaku korupsi
terhadap aspek sosial ekonomi bahkan merusak nilai- pejabat publik setiap tahun juga mengalami peningkatan.
nilai integritas dan identitas bangsa. Salah satunya kasus Dalam laporannya, ICW menyebutkan pada tahun 2018
korupsi, tidak sedikit orang menilai korupsi sebagai suatu negara hanya menglami kerugian sebesar 5 triliun dari
penyakit menular. Sebab perilaku korupsi jika tidak 454 kasus korupsi. Kemudian di tahun 2022 dari 579
ditindaklanjuti maka dapat menyebabkan penurunan kasus, kerugian yang dialami negara ternayata jauh lebih
kualitas perilaku manusia secara sistemik. Di Indonesia banyak yaitu 42 triliun. Total kerugian yang sangat besar,
urgensi etika pejabat publik menjadi salah satu topik mengindikasikan bahwa pengelolaan anggaran yang
kajian yang menarik untuk dikaji, sebab merujuk pada dilakukan oleh pemerintah setiap tahunnya masih buruk.
laporan Indonesia Corruption Watch tren penindakan Pemerintah sudah seharunya meningkatkan segi
kasus korupsi di Indonesia setiap tahunnya justru selalu pengawasan, sebagai upaya pencegahan perilaku korupsi.
mengalami kenaikan. Bahkan meskipun sudah dilabeli Lebih lanjut, sepanjang tahun 2022 ICW
sebagai extra ordinary crime nyatanya upaya menemukan 2 provinsi di Indonesia yang kasus
pemberantasan korupsi masih belum dilakukan secara korupsinya paling banyak terjadi. Kedua provinsi
serius oleh pemerintah. tersebut ialah Jawa Timur dan Jawa Barat dengan jumlah
Urgensi etika di dalam ranah administrasi publik kasus sama-sama 57 dan 33 kasus. Sementara nilai
dapat dilihat dari tingginya angka perilaku abuse of kerugian yang ditanggung negara yaitu 54 miliar untuk
power dan mal administrasi dalam bentuk korupsi. 57 kasus korupsi di Jawa Timur dan 197 miliar untuk 33
Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh Indonesia kasus korupsi di Jawa Barat. Selain itu Indonesia
Corruption Watch, setidaknya terdapat 579 kasus korupsi Corruption Watch (ICW) juga mengidentifikasi
terjadi sepanjang tahun 2022. Jika dihitung maka rata- setidaknya terdapat 14 modus yang digunakan oleh
rata setiap bulannya penegak hukum menangani penyelenggara negara untuk melakukan korupsi.
setidaknya 48 kasus dengan 116 tersangka. Sementara Keempat belas modus tersebut diantaranya yaitu; proyek
potensi nilai kerugian yangg ditanggung negara 47,474 fiktif, penggelapan, penyalagunaan anggaran, mark up,
Triliun. Untuk lebih jelasnya berikut data trend laporan fiktif, penyalagunaan wewenang suap, gratifikasi
penindakan kasus korupsi tahun 2018-2022 berdasarkan dan berbagai praktik mal administrasi lainnya. Untuk
studi analisis komparatif Indonesia Corruption Watch lebih jelasnya, berikut tabel kasus korupsi berdasarkan
(ICW). modus yang di paling banyak dilakukan oleh para
koruptor di Indonesia.

16
Yogi Oktari, Lely Indah Mindarti, dan Sujarwoto/ JIAP Vol 9 No. 1 (2023) 11-20

Tabel 1. Pemetaan Kasus Korupsi Berdasarkan Modus kewenangan besar. Mengingat kasus korupsi umumnya
No Keterangan Jumlah Nilai Kerugian melibatkan para pejabat publik.
Kasus Negara Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat kita
Penyalagunaan ketahui bahwa pemerintah perlu mengkaji ulang terkait
1. 303 17 Triliun
Anggaran komitmen etika para penyelenggara negara. Sebab,
Kegiatan Proyek tindakan pelanggaran etika yang dilakukan oleh
2. 91 543 Miliar penyelenggara negara atau pejabat publik hampir terjadi
Fiktif
diseluruh tingkatan lembaga baik eksekutif, yudikatif dan
3. Mark Up 59 879 Miliar
legislatif bahkan pemerintahan daerah maupun desa.
4. Laporan Fiktif 55 108 Miliar Kemudian, hal yang paling mengkawatirkan yaitu trend
5. Pungutan liar 24 1 Miliar pelanggaran etika berat dalam bentuk korupsi selalu
Sumber: Indonesia Corruption Watch, 2021. meningkat setiap tahunnya.
Berdasarkan laporan ICW pada tabel 1 diatas, pada 2.4 Urgensi Etika dan Peranan Generasi Z
tahun 2022 dari 14 modus yang ada, terdapat 5 modus
korupsi yang paling banyak digunakan oleh Perkembangan dan keberagaman generasi muda,
penyelenggara negara yaitu penyalagunaan anggaran, dewasa ini menjadi salah satu topik kajian menarik bagi
proyek fiktif mark up, laporan fiktif serta pungutan liar. kalangan praktisi maupun akademisi untuk mengkaji
Penyalagunaan anggaran menjadi modus paling banyak eksistensinya (Putra, 2016; Dimock M, 2019; Christiani
dilakukan oleh para aktor publik bakan naik dua kali lipat & Ikasari, 2020). Salah satunya, yaitu eksistensi Generasi
dibandingkan tahun 2021 yaitu sebesae 113 kasus dengan Z, saat ini tidak sedikit peneliti yang mulai mengkaitkan
keruigan negara sebesar 945 miliar. Sementara untuk Generasi Z dengan berbagai isu, seperti politik, ekonomi,
sektor yang paling rawan dikorupsi pada tahun 2022 ialah sosial, budaya dan lainnya (Koulopoulus & Keldsen,
anggaran dana desa sebanyak 155 kasus dengan kerugian 2016; Dimock M, 2019; Wulandari et al., 2021;
yang ditimbulkan yaitu sebesar 381 miliar. Sektor kedua Hurrelmann & Albrecht, 2021). Contohnya, mengkaji
yaitu sektor utilitas kemudian pemerintahan baik tingkat partisipasi politik Generasi Z dalam kancah politik
pusat atau daerah. Pada sektor pemerintahan ICW nasional (Rakhman, 2019; Putri Yolanda & Halim,
menemukan setidaknya terdapat 54 kasus korupsi dengan 2020), melihat partisipasi Generasi Z terhadap isu-isu
kerugian negara sebanyak 238 miliar. sosial dan lingkungan (Hurrelmann & Albrecht, 2021),
Pemetaan tindakan pelanggaran etika berdasarkan bahkan mengkaji perilaku Generasi Z (Seemiller &
aktor berdasarkan hasil kajian ICW pada tahun 2022 Grace, 2017).
terdapat 25 jabatan yang retan melakukan pelanggaran Generasi Z dikenal juga dengan sebutan i-
etika. Bahkan tidak sedikit kasus korupsi di Indonesia Generation, adalah mereka yang lahir pada periode
yang dilakukan secara sistemik dan melibatkan banyak waktu tahun 1995-2010 Kelompok Generasi Z di
aktor yang memiliki wewenang cukup tinggi. Indonesia telah mengalami peningkatan yang cukup
Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh ICW signifikan secara kuantitas. Berdasarkan hasil Susenas
tersebut, diketahui bahwa 3 aktor yang paling banyak yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (2021) pada
terjerat kasus korupsi pada tahun 2022 yaitu; Posisi tahun 2022 dari 272 juta jiwa penduduk Indonesia,
pertama diduduki oleh pengawai pemerintah daerah sebanyak 68 juta jiwa merupakan Generasi Z dengan
dengan total kasus sebanyak 365 orang atau sekitar rentang usia 19-27 tahun. Secara kuantitas jumlah
26,15%. Sementara posisi kedua, diduduki oleh swasta generasi Z yang sangat besar tersebut dapat menjadi
dengan jumlah aktor yang terjerat yaitu sebenyak 319 kekuatan tetapi juga dapat menjadi kelemahan. Hal ini
orang atau sekitar 22,85%. Kemudian aktor ketiga yaitu tergantung dengan bagaimana Generasi Z ini dipandang,
kepala desa, dengan total 174 orang atau 12,46 %. Ada diperlakukan dan dipersiapkan oleh pemerintah.
hal yang menarik dari tingginya presentase ASN yang Urgensi etika di ranah administrasi publik, harus
terlibat dalam pusaran kasus korupsi. menjadi prioritas pemerintah untuk menjaga iklim
Dalam temuannya, ICW juga menyebutkan bahwa demokrasi yang lebih sehat. Tingginya, kasus
sejumlah jabatan yang ditetapkan sebagai tersangka, demoralisasi dan disfungsi etika yang dilakukan oleh
secara kuantitas ternyata masih berlatar belakang ASN. pejabat publik, harus dapat segera ditangani agar tidak
Padahal jika dilihat dari sisi kewenangannya tupoksi melahirkan sikap permisif di kalangan masyarakat
ASN hanya salah satu pelaksana kegiatan. Jika khususnya generasi Z. Oleh karena itu, pemahaman yang
dibandingkan dengan jumlah kepala daerah yang baik tentang norma etika publik tidak hanya berlaku bagi
ketahuan melakukan korupsi yakni sebanyak 10 pejabat publik atau penyelenggara negara saja. Akan
tersangka, maka hasilnya tidak sebanding. Hal tersebut tetapi juga masyarakat umum seperti Generasi Z yang
mengindikasikan adanya ketidakoptimalan para penegak juga harus memiliki pemahaman yang baik tentang etika
hukum dalam menjerat jabatan yang memiliki
17
Yogi Oktari, Lely Indah Mindarti, dan Sujarwoto/ JIAP Vol 9 No. 1 (2023) 11-20

publik sebagai bentuk fungsi pengawasan publik mendorong penegakan etika pejabat publik. Salah satu
(Prasetyo, 2019; Movanita, 2019). public issue yang sudah lama terjadi, akan tetapi tidak
Terdapat beberapa asumsi mengapa Generasi Z pernah terselesaikan karena sikap permisif masyarakat
memiliki peranan strategis untuk mewujudkan pejabat terhadap kinerja pemerintah yaitu permasalahan
publik yang beretika. Pertama, dibesarkan dengan segala infrastruktur jalan Provinsi Lampung. Selama bertahun-
kemajuan teknologi, menjadikan generasi Z memiliki tahun masyarakat terbiasa melewati jalan yang sudah
karakteristik individu yang lebih informatif dan kreatif tidak layak. Hal yang menarik justru tidak ada respon
(Putra, 2016). Hal tersebut membentuk generasi Z baik dari pemerintah setempat, padahal polemik
menjadi individu yang memiliki passion yang kuat dan infrastruktuk jalan selain dapat memakan korban jiwa
produktif dibandingkan dengan generasi sebelumnya. juga mengganggu jalannya kegiatan ekonomi wilayah
Kedua, menurut Zachara (2020) generasi Z memiliki tersebut.
peranan strategis karena merupakan instrumen penting Kasus infrastruktur Lampung mampu menjadi
dalam menentukan perubahan konstruksi sosial masa public issue karena generasi muda atau generasi Z
depan suatu bangsa. Misalnya dalam konteks mampu mengartikulasikan dengan baik suaranya,
penyelenggaraan demokrasi, peran generasi Z tidak kalah tentunya didasarkan dengan bukti. Oleh karenanya suara
penting dengan generasi Y dalam menjaga iklim yang di gaungkan oleh Generasi Z tersebut mampu
demokrasi negara agar tetap sehat (Juditha et al., 2019; menggiring opini publik dan mendapatkan respon baik
Roza, 2020). Karakter kuat yang dimiliki oleh Generasi dari pemerintah terkait. Lebih jelasnya, hubungan antara
Z diharapkan mampu mereduksi sikap permisif publik peran generasi Z dengan kajian etika publik dapat dilihat
terhadap berbagai bentuk pelanggaran etika yang dari kemampuan generasi Z untuk mereduksi sikap
dilakukan oleh pejabat publik. permisif publik dengan memanfaatkan sosial media,
Hasil kajian Indeks Persepsi Masyarakat (IPM) sehingga menjadi public issue.
terhadap perilaku korupsi yang dilakukan oleh Badan
Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2022 menunjukkan 3. Kesimpulan
adanya peningkatan pemahaman dan penilaian Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat
masyarakat terkait perilaku antikorupsi. Kemudian, disimpulkan bahwa pelanggaran etika di Indonesia
kajian terkait Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) pada banyak ditemukan dalam bentuk yaitu abuse of power
tahun 2022 juga menunjukkan adanya peningkatan. Dari dan praktik mal-administrasi. Adapun bentuk-bentuk
skala 0 sampai 5 hasil IPAK masyarakat Indonesia yaitu abuse of power diantaranya, yaitu perilaku Korupsi,
sebesar 3,93. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan Kolusi, Nepotisme (KKN), penyelenggaraan layanan
capaian IPAK pada tahun 2021 sebesar 3,88. Artinya publik yang tidak didasarkan pada etika, serta inefisiensi
masyarakat Indonesia menjadi lebih bersikap permisif kebijakan. Sedangkan praktek mal-adminsitrasi dapat
terhadap perilaku korupsi. Sikap permisif publik terhadap dijumpai dalam beberapa bentuk seperti tindakan pungli.
perilaku korupsi tentu saja tidak dapat dinormalisasi. Kemudian tindakan mengabaikan hukum, seperti
Sebab, menormalisasi tindakan tidak etis seperti menggunakan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi.
membiarkan korupsi berkembang, secara tidak langsung Tindakan favoritisme di dalam menafsirkan hukum demi
publik juga berkontribusi memperbesar jumlah kejahatan menguntungkan kepentingan kelompok atau pribadi.
tersembunyi di dalam tubuh masyarakat (Rasul, 2009; Berperilaku tidak adil terhadap bawahan atau pegawai
Arifin, 2015). Selain itu, sikap permisif juga akan serta menggunakan anggaran secara berlebihan.
mendorong seseorang menjadi kompromis terhadap Selain itu, penulis juga menemukan adanya
berbagai bentuk pelanggaran etika (Nurhidayat, 2020), fenomena pelanggaran etika yang dilakukan oleh pejabat
sehingga para pelaku sering tidak menyadari bahwa apa publik di Indonesia baik di tingkat eksekutif, legislatif,
yang dilakukannya juga termasuk dalam kategori yudikatif serta pemerintah daerah masih banyak
demoralisasi. dipengaruhi oleh warisan kultur colonial. Dimana
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat kita seseorang cenderung memandang demokrasi hanya
ketahui bahwa permasalahan etika di sektor publik yang sebagai saran untuk melanggengkan kekuasaan. Sektor
kompleks memerlukan peranan aktif dari masyarakat publik yang sangat luas dan kompleks menjadi tantangan
utamanya generasi mudah atau generasi Z. Generasi Z tersendiri, sehingga untuk dapat mereduksi perilaku
yang identik dengan teknologi, merupakan instrumen abuse of power serta mal administrasi ditubuh para
penting dalam menentukan perubahan konstruksi sosial penyelenggara negara, perlu adanya pengutan komptensi
masa depan suatu bangsa. Peranan generasi Z menjadi etika. Sebab, saat ini negara tidak hanya membutuhkan
sangat penting terutama dalam mereduksi sikap permisif seroang pejabat publik professional yang hanya memiliki
publik terhadap perilaku tidak etis. Selain itu melalui komptenesi teknis dan leadership saja, akan tetapi juga
fungsinya sebagai pengawas kinerja aktor publik. peran membutuhkan kompetensi etika. Kemudian pemerintah
strategis dari kelompok generasi Z diharapkan mampu harus mampu memanfaatkan secara maksimal bonus

18
Yogi Oktari, Lely Indah Mindarti, dan Sujarwoto/ JIAP Vol 9 No. 1 (2023) 11-20

demografi yang dimiliki untuk menjaga iklim demokrasi Perspektif Budaya Jawa. Jurnal Komunikasi Dan
yang lebih sehat. Kajian Media, 4(2), 84–105.
Peranan generasi Z akan menjadi sangat penting, Dimock M. (2019). Defining generations: Where
terutama untuk mereduksi sikap permisif publik terhadap Millennials end and Generation Z begins. In Pew
perilaku tidak etis. Selain itu, generasi Z juga memiliki Research Center.
peranan strategis karena merupakan instrumen penting Fither, C. (2019). Kebiasaan Memaklumi Pungli.
dalam menentukan perubahan konstruksi sosial dimasa Ombudsman.Go.Id. https://ombudsman.go.id/artik
depan terhadap suatu bangsa. Bagaimana cara generasi Z el/r/artikel--kebiasaan-memaklumi-pungli
memanfaatkan teknologi atau media sosial, mampu Hasanah, D. I. (2019). Moral dan Etika Birokrasi dalam
menjadikan permasalahan yang dialami oleh masyarakat Pelayanan Publik. Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu
luas menjadi public issue. Keterlibatan generasi Z dalam Politik, 3(1), 48– 58.
penyelenggaraan pemerintahan dapat menjadi media Hidayatullah, T. (2020). Mengapa Masyarakat Makin
check and balance antara pemerintah dengan masyarakat. Permisif dengan Korupsi. Lokadata.Id.
Selain itu, partisipasi generasi Z juga dapat menjadikan https://lokadata.id/artikel/mengapa-masyarakat-
gambaran bagaimana sikap dan perilaku mereka dimasa makin-permisif-dengan- korupsi
depan. Hurrelmann, K., & Albrecht, E. (2021). Gen Z Between
Climate Crisis and Coronavirus Pandemic. In
Daftar Pustaka Angewandte Chemie International Edition, 6(11),
951–952. (1st ed.). Ro.
Abas, A. (2017). Urgensi Etika Dalam Tata- Kelola Indonesia Corruption Watch (ICW). (2020). Indonesia
Pemerintahan (Governance). JPSI (Journal of Corruption Watch - Laporan Tahunan 2020.
Public Sector Innovations), 1(2), 79-89. https://www.antikorupsi.org/id/article/laporan-
https://doi.org/10.26740/jpsi.v1n2.p79-89 akhir-tahun-icw-2020
Al Hafis, R. I., & Yogia, M. A. (2017). Abuse of Power: Indrawan, J., Ilmar, A., & Simanihuruk, H. (2020).
Tinjauan Terhadap Penyalahgunaan Kekuasaan Korupsi dalam Pengadaan Barang dan Jasa di
Oleh Pejabat Publik Di Indonesia. Publika, 3(1), Pemerintah Daerah. Jurnal Transformative, 6(2),
80– 87. 127–147.
Almutairi, H. M., & Mahmood, A. (2014). Building https://doi.org/10.21776/ub.transformative.2020.0
Ethics in Public Administration-A Comprehensive 06.02.1
Review. Journal of Scientific Research, 2(2), 38- Juditha, C., & Darmawan, J. B. (2019). Penggunaan
46. Media Digital dan Partisipasi Politik Generasi
Ardenolis, A., Fahmi, S., & Ardiansyah, A. (2020). Milenial. Jurnal Komunikasi dan Opini Publik,
Larangan Penggunaan Fasilitas dalam Pemilihan 22(2), 94-109.
Kepala Daerah Berdasarkan Peraturan Perundang- Kintania, L. (2020). Rangkap Jabatan oleh ASN,
Undangan. ADIL: Jurnal Hukum, 11(2), 68–87. Pelanggaran Etika Publik? Kumparan.Com.
https://doi.org/10.19016/jcshokuriku.3.0 _1 https://kumparan.com/kintanialuthfani/rangkap-
Arifin, A. I. (2015). Tindak Pidana Korupsi Menurut jabatan-oleh-asn-pelanggaran-etika-publik-
Perspektif Hukum Pidana Islam. Lex et Societatis, 1us0qo4nfLa/full
III(1), 72–82. Koulopoulus, T., & Keldsen, D. (2016). Gen Z Effect The
BBC Indonesia. (2018). Kasus E KTP: Setya Novanto Six Forces Shaping the Future of Business (1st
Ditunut 16 Tahun Penjara, Denda, dan Pencabutan ed.). Routledge.
Hak Politik Lima Tahun. Bbc.Com. Kridawati, S. (2010). Etika Birokrasi Dalam Pelayanan
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia- Publik (1st ed.). CV. Citra Malang.
43579739 Kumorotomo, W., Wirapradja, N. R. D., & Imbaruddin,
Bisri, M. H., & Asmoro, B. T. (2019). Etika Pelayanan A. (2015). Etika Publik. Lembaga Administrasi
Publik di Indonesia. Journal of Governance Negara.
Innovation, 1(1), 59–76. Kusumawati, M. P. (2019). Harmonisasi Antara Etika
https://doi.org/10.36636/jogiv.v1i1.298 Publik Dan Kebijakan Publik. Jurnal Yuridis, 6(1),
Chapman, R. A. (1995). The first Nolan Report on 1. https://doi.org/10.35586/jyur.v6i1.794
Standards in Public Life. Teaching Public Mahsyar, A. (2011). Masalah Pelayanan Publik di
Administration, 15(2), 1–14. Indonesia Dalam Perspektif Administrasi Publik.
https://doi.org/10.1177/01447394950150 0201 Otoritas : Jurnal Ilmu Pemerintahan, 1(2), 81–90.
Christiani, L. C., & Ikasari, P. N. (2020). Generasi Z dan https://doi.org/10.26618/ojip.v1i2.22
Pemeliharaan Relasi Antar Generasi dalam Mériade, L. (2018). The Characterisation of the Values of
Public Ethics: Application to Territorial Public

19
Yogi Oktari, Lely Indah Mindarti, dan Sujarwoto/ JIAP Vol 9 No. 1 (2023) 11-20

Management in the Province of Guangxi (China). Kedinasan. Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion,
International Review of Administrative Sciences, 3(4), 1689–1699.
84(3), 558-578. Sarifudin, & Evendi, H. (2020). Potret Etika Profesi
https://doi.org/10.1177/00208523166482 24 dalam Kasus Mundurnya Khairil Anwar dan
Movanita, A. N. K. (2019). Ramai-Ramai Turun ke Jalan, Kisruh Ujian Nasional. Jurnal Mitra Pendidikan,
Apa yang Dituntut Mahasiswa? Kompas.Com. 4(1), 1–9.
https://nasional.kompas.com/read/2019/09/24/154 Seemiller, C., & Grace, M. (2017). Generation Z:
40851/ramai-ramai-turun-ke-jalan-apa-yang- Educating and Engaging the Next Generation of
dituntut- mahasiswa?page=all Students. About Campus: Enriching the Student
Mukhtar, L. T. (2021). Problem Etika Pejabat Negara Learning Experience, 22(3), 21–26.
Dan Gagasan Peradilan Etik Yang Independen Dan https://doi.org/10.1002/abc.21293
Imparsial. Masalah-Masalah Hukum, 3, 265–278. Statistik, B. P. (2021). Statistik Pemuda Indonesia 2021.
News, Detik.Com (2012). Ahmad Yamani, Hakim Agung https://www.bps.go.id/publication/2021/12/21/52
Pertama di Indonesia yang Dipecat. 333d2ce0a748fff6469811/statistik-pemuda-
https://news.detik.com/berita/ d-2115343/ahmad- indonesia-2021.html
yamani-hakim-agung-pertama-di-indonesia-yang- Sulistyani, D. A. (2019). Sikap Permisif terhadap
dipecat Korupsi. Solopos.Com. https://www.solopos.com/
Nkyabonaki, J. (2019). Effectiveness of the Public sikap-permisif- terhadap-korupsi-1022016
Service Code of Ethics in Controlling Corrupt Wulandari, W., Furnamasari, Y. F., & Dewi, D. A.
Behaviour in The Public Service: Opinion from the (2021). Urgensi Rasa Nasionalisme pada Generasi
Grassroots at Toangoma Ward-Temeke Municipal Z di Tengah Era Globalisasi. Jurnal Pendidikan
Council. Journal of Asian and African Studies, Tambusai, 5(3), 7255-7260.
54(8),1195–1212. Zachara, M. (2020). The Millennial generation in the
https://doi.org/10.1177/00219096198628 35 context of political power: A leadership gap?
Nurhidayat, I. (2020). Diskursus Konflik Nilai dan Leadership, 16(2), 241–258.
Dilema Etika Dalam Kasus Whistleblowing. https://doi.org/10.1177/17427150198857 04
Jurnal Pengawasan, 2(2),12-17.
Prasetyo, G. (2019). Demokrasi Milenial (A. Zahra (ed.);
1st ed.). Redaksi Ruas Media.
Primahendra, R., Sumbogo, T. A., Lensun, R. A., &
Sugiyanto. (2020). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Komitmen Generasi Z Terhadap
Pancasila. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan. 5(1), 167-177.
Putra, Y. S. (2016). Teori Perbedaan Generasi. Among
Makarti, 9(18), 123– 134.
Putri Yolanda, H., & Halim, U. (2020). Partisipasi Politik
Online Generasi Z Pada Pemilihan Presiden
Indonesia 2019. CoverAge: Journal of Strategic
Communication,10(2),30–39.
https://doi.org/10.35814/coverage.v10i2.1 381
Rakhman, M. A., & Haryadi, H. (2019). Perilaku Dan
Partisipasi Politik Generasi Z. Jurnal Ilmu Sosial
Ilmu Politik (JISIP) Universitas Jambi, 3.
Rasul, S. (2009). Penerapan Good Governance di
Indonesia dalam Upaya Pencegahan Tindak
Pidana Korupsi. Mimbar Hukum, 21(3), 538–553.
Roza, P. (2020). Digital Citizenship: Menyiapkan
Generasi Milenial Menjadi Roza, P. (2020).
Digital Citizenship: Menyiapkan Generasi
Milenial Menjadi Warga Negara Demokratis di
Abad Digital. Jurnal Sosioteknologi, 19(2), 190–
202. https://doi.org/10.1057/9780230299047
Salunga, M. S. (2015). Penggunaan Aset Negara/Daerah
Secara Pribadi Diluar Fungsi Jabatan dan

20

You might also like