You are on page 1of 12

KASUS 2

2.1 TINJAUAN TENTANG PENYAKIT


1. Dispepsia
Dispesia merupakan nyeri kronis atau berulang atau ketidaknyamanan
berpusat di perut bagian atas. Gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit
di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan. Gejalanya
meliputi nyeri epigastrium, perasaan cepat kenyang (tidak dapat menyelesaikan
makanan dalam porsi yang normal), dan rasa penuh setelah makan (ISSN, 2005).

Dispepsia fungsional adalah bagian dari gangguan pencernaan fungsional


yang memiliki gejala umum gastrointestinal dan tidak ditemukan kelainan organik
berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan endoskopi.
Kebanyakan pasien dengan keluhan dispepsia pada saat pemeriksaaan tidak
ditemukannya kelainan organik yang dapat menjelaskan keluhan tersebut (seperti
chronic peptic ulcer disease, gastrooesophageal reflux, malignancy).

Pengobatan dispepsia, yaitu :

A. Antasida
Golongan ini mudah didapat dan murah. Antasida akan menetralisir
sekresi asam lambung. Antasida biasanya mengandung natrium bikarbonat,
Al(OH)3, Mg(OH)2, dan magnesium trisiklat. Pemberian antasida tidak dapat
dilakukan terus menerus, karena hanya bersifat simtomatis untuk mengurangi
nyeri. Magnesium trisiklat merupakan adsorben nontoksik, namun dalam dosis
besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2.

B. Antikolinergik
Kerja obat ini tidak sepsifik, Obat yang agak selektif adalah pirenzepin
yang bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan sekresi asam
lambung sekitar 28% sampai 43%. Pirenzepin juga memiliki efek sitoprotektif.

C. Antagonis resptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik
atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan ini adalah
simetidin, ranitidin, dan famotidin.
D. Proton pump inhibitor (PPI )
Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari
proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah
omeprazol, lansoprazol, dan pantoprazol.

E. Sitoprotektif
Prostaglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2)
selain bersifat sitoprotektif juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal.
Sukralfat berfungsi meningkatkan prostaglandin endogen, yang selanjutnya
memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mucus dan meningkatkan
sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif (sile protective)
yang bersenyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas.

F. Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan ini yaitu sisaprid, domperidon, dan
metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional
dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki asam lambung.

G. Golongan anti depresan


Kadang kala juga dibutuhkan psikoterapi dan psikofarmaka (obat
antidepresi dan cemas) pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak
jarang keluhan yang muncul berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas
dan depresi. Contoh dari obat ini adalah golongan trisiclic antidepressants (TCA)
seperti amitriptilin.

Pengobatan untuk dispepsia fungsional masih belum jelas. Beberapa


pengobatan yang telah didukung oleh bukti ilmiah adalah pemberantasan
Helicobacter pylori, PPI, dan terapi psikologi. Pengobatan yang belum didukung
bukti : antasida, antispasmodik, bismuth, terapi diet, terapi herbal, antagonis
reseptor H2, misoprostol, golongan prokinetik, selective serotonin reuptake
inhibitor, sukralfat, dan antidepresan.
2. Kolestatis

Kolestasis adalah keadaan akibat kegagalan produksi dan/atau pengeluaran


empedu dengan gejala klinis seperti lemas, pruritus dan jaundice. Lamanya
menderita kolestasis dapat menyebabkan gagalnya penyerapan lemak dan vitamin
A, D, E, K oleh usus, juga adanya penumpukan asam empedu, bilirubin dan
kolesterol dihati.
Adanya kelebihan bilirubin dalam sirkulasi darah dan penumpukan
pigmen empedu pada kulit, membran mukosa dan bola mata (pada lapisan sklera)
disebut jaundice. Pada keadaan ini kulit penderita terlihat kuning, warna urin
menjadi lebih gelap, sedangkan feses lebih terang. Biasanya gejala tersebut timbul
bila kadar bilirubin total dalam darah melebihi 3 mg/dL. Pemeriksaan yang
dilakukan untuk kolestasis dan jaundie yaitu terhadap Alkali fosfatase, Gamma
GT, Bilirubin Total dan Bilirubin Direk.
Pengobatan kolestasis
1. Ursodeoxycholic Acid (UDCA)
UDCA dengan dosis 13-15 mg/kg/hari merupakan pengobatan pilihan
yang telah terbukti memiliki efek antikolestatik pada berbagai macam
gangguan kolestatis.
2. Kortikosteroid dan immunosupresif lain.
Prednisolon memperbaiki serum fungsi dan gambaran histologi liver,
namun juga dapat menyebabkan perburukan densitas mineral tulang dalam
penggunaan jangka panjang. Kombinasi UDCA 10mg/kg/hari dengan
prednisolon 10mg/hari selama sembilan bulan memiliki efek yang
bermanfaat`terhadap gambaran histologi liver dibandingkan UCDA tunggal.
3. Antifibrotik
Penggunaan Colchicine sama baiknya dengan UDCA dalam pengobatan
kolestasis, dan tidak lebih baik saat dikombinasikan dengan UDCA bila
dibandingkan dengan UDCA tunggal. Colchicine secara signifikan dapat
memperbaiki gejala, serum tes liver, serum penanda fibrosis, dan gambaran
histologi. Namun, penambahan colchicine pada pengobatan dengan UDCA
tidak direkomendasikan.
2.2 TINJAUAN TENTANG OBAT
1. Dextrose 5% IV (DIH 23rd ed)
Komposisi : Dextrose 5 %
Indikasi : Infus perifer untuk menyediakan kalori dan penggantian
cairan tubuh.
Dosis : I.V 10-25 g (40-100 mL of 25% solution or 20-50 mL of 50%
solution).
Efek samping : Hiperglikemik.

2. Ranitidin Injeksi
Komposisi : ranitidine 25mg/ml ( iso 47 p.436 ), 50 mg tiap 6-8 jam
(DIH 17th ed.)
Indikasi : mengobati tukak lambung akibat hiperekskresi asam
lambung, gastro eksofageal reflux disease dengan bekerja sebagai H2-
antagonis (Martindale 36.p.1766)
Farmakologi : antagonis histamine H2 (DIH 17)
Kontraindikasi : pasien dengan riwayat hipersensitif (ISO 47 p.436)
Efek samping : brakikardia, AV block,cardiac arrest tetapi jarang
terjadi (MD36 p.1766); sakit kepala (<3%); konstipasi (<1%)
Interaksi obat : ketoconazole, digoxin, nimopidine, amiodarone,
ampicillin (Medscape)

3. Dexametason Injeksi (DIH 23rd ed)


Komposisi : dexametasone 5 mg/ml
Indikasi : Menekan inflamasi dan gangguan alergi; udem cerebral
yang berkaitan dengan malignancy; mual dan muntah pada
kemoterapi; rheumatic disease.
Dosis : IM atau Slow-IV atau infus 0,4-20 mg.
Farmakologi : Menurunkan inflamasi dengan menekan migrasi
polymorphonuclear leukocytes (PMNs) dan mengurangi permeabilitas
kapiler; menstabilkan sel dan membran lysosomal, meningkatkan
sintesis surfaktan, meningkatkan konsentrasi serum vitamin A, dan
menghambat prostaglandin dan sitokin proinflamatory; menekan
proliferasi limfosit melalui cytolysis secara langsung; menghambat
mitosis, memecah agregasi granulosit, dan memperbaiki
mikrosirkulasi paru.
Efek samping : Irititasi perineal (pemberian secara IV), hipertensi,
retensi Na+ dan air, kehilangan Ca2+ dan K+.
Kontra Indikasi : Hipersensitivitas, infeksi fungi sistemik.

4. Urdafalk
Komposisi : Ursodeoxycholic acid (ursodiol)
Indikasi : Kolestasis.
Dosis :
Gallstone dilution = 8-10 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis terbagi,
penggunaan lebih dari 24 bulan tidak disarankan.
Gallstone preventive = 300 mg dua kali sehari
Primary Biliary Cirrhosis = 13-15 mg/kg hari dalam 2-4 dosis terbagi.
Farmakologi : Gallstone disolution; mengurangi sekresi kolesterol
dari liver; menurunkan fraksi kolesterol yang direabsrorpsi melalui
intestinal.
Efek samping : Mual, muntah, sakit kepala.

5. Curcuma
Komposisi : Akar temulawak Pulverised
Indikasi : Anoreksia; Ikterus akibat obstruksi.
Dosis : Anoreksia 1-2 tab / drag; Ikterus akibat obstruksi Awalnya 1-2
tab / drag. Jika kemajuan diamati, lanjutkan ½-1 tab / drag.
Farmakologi : Suplemen; hepatoprotektor.

6. Paracetamol (DIH 23rd ed.)


Komposisi : paracetamol 500 mg.
Farmakologi : analgesik, anti-piretik
Indikasi : terapi nyeri ringan sampai sedang, terapi demam
Kontraindikasi : hypersensitive terhadap paracetamol; penderita
gangguan fungsi hati
Efek samping : kemerahan pada kulit, meningkatkan kadar klorida,
asam urat, glucose, anemia
Dosis : 325-650 mg tiap 4-6 jam atau 1000mg 3-4 kali sehari, dosis
untuk pasien dengan klirens kreatinin < 10ml/menit : 325-650 mg tiap
8 jam
Waktu pemberian : setelah makan.
Mekanisme kerja : menghambat prostaglandin di CNS tetapi kurang
aktivitas anti inflamasi di perifer, mengurangi panas melalui aksi
langsung pada hipotalamik dan regulasi pusat. (MIMS)

7. HP Pro
Komposisi : Tiap kapsul mengandung Schisandrae Fructus extractum
siccum 7,5 mg.
Indikasi : Membantu memelihara kesehatan hati; membantu
melancarkan peredaran darah.
Dosis : 3 kali sehari 1 kapsul.

8. Levofloxacin IV (DIH 23rd ed)


Komposisi : Levofloxacin 500 mg.
Indikasi : Antibiotik; Infeksi kulit dan jaringan lunak.
Dosis : 500 mg dua kali sehari.
Farmakologi : Menghambat aktivitas DNA gyrase yaitu dengan
merusak DNA strand.
Efek samping : Nyeri dada, udem, kembung, konstipasi, reaksi lokal
dan transien hipotensi pada pemakaian infusi.

9. Cefotaxim IV (DIH 23rd ed)


Komposisi : Cefotaxim 1000 mg.
Indikasi : Antibiotik; pengobatan pada infeksi saluran pernafasan
bawah, kulit, tulang dan persendian,saluran kemih, intra-abdominal,
ginekologi seperti bactericemia/septicemia, dan suspek infeksi SSP
(meningitis); aktif terhadap gram negatif bacili (tidak termasuk
Pseudomonas spp) dan gram positif (tidak termasuk enterococcus),
aktif terhadap pneumococci yang resisten terhadap penicilin.
Dosis : Uncomplicated infections 1 g tiap 12 jam.
Farmakologi : Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan
mengikat penicilins-binding protein yang kemudian menghambat step
akhir transpepsida dari sintesis peptidoglikan dinding sel bakteri.
Efek samping : pruritus, rash,diare, mual muntah, nyeri pada tempat
injeksi.

2.3 THE PATIENT CASE PRESENTATION (SOAP)


1. Patient’s Database
Tanggal Review : NA
Nomor registrasi/Tgl MRS : 015821 / 3 November 2014 (Pk.13.00)
Nama : Tn. M
Usia : 47 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Tinggi badan/ Berat Badan/ BMI : 65 kg/167 cm =
Alamat : Jl. Wisma Gembala RT.2/4 PDK Jaya Pdk
Aren Tanggerang.
Ruangan : P.Sangeang
Riwayat penyakit : Maag (+), Thyfoid (+), HT (-), DM (-)
Past Medical History : NA
Family History : NA
Social History : NA
Allergic History : Alergi terhadap obat mexaprim
Adverse Drug Reaction History : NA
Current Medication

Aturan Tanggal (Oktober 2014)


No Nama Obat Dosis Pakai 3/11 4/11 5/11 6/11 7/11 8/11
1. Dextrose 5% - 16 tpm √ √ √ √ √ √

2. Ranitidin 500 mg 2x1 IV √ √ √ √ √ √

3. Dexametason 5 mg/ml 2x1 IV


√ √ √ √
Urdafalk
4. (Ursodeoxyocholic 250 mg 3x1 PO
√ √ 4x1 4x1 4x1 4x1
acid)
5. Curcuma - 3x1 PO
√ √ √ √ √ √

6. Paracetamol 500 mg prn √ STOP


HP pro (Extract
7. Fructus - 3x1 PO √ √ √ √ √ √
Scrandrae)
8. Levofloxacin 500 mg 1x1 IV √ √ √ STOP

9. Cefotaxim 1 gram 2x1 IV √ √ √ √ √

SOAP Notes

1.1. Subjective
Nyeri perut sejak 2 minggu yang lalu, nyeri epigastrium, nyeri pada
duodenum, mual dan pegal-pegal.

No. Kondisi Klinik 3/11 4/11 5/11 6/11 7/11 8/11


1 Nyeri epigastrium +,-
2 Mual + + + - -
3 Lemas + + + + + -

1.2 Objektif
Physical Examination
Laboratory Test
No. Kondisi Klinik 3/11 4/11 5/11 6/11 7/11 8/11

1 Tekanan Darah 90/60 120/80 120/80 90/70 100/70

2 Suhu Tubuh (0C) 36 39 36 36 36,8

3 Nadi (x/min) 80 86 84 80 80

4 Sklera kuning + + +

BAK seperti air


5 + + +
teh

No. Tanda Vital 3/11 4/11 5/11 6/11 7/11 8/11


1 Leukosit 17.400

2 Bilirubin Total 16,14

3 Bilirubin Direk 12,28

4 Bilirubin Indirek 3,86

5 AST/SGOT 101 48

6 ALT/SGPT 88 70

No. Parameter Lain 3/11 4/11 5/11 6/11 7/11 8/11

1 Eritrosit (mg/L) 3,91

2 Hb 11,4

3 Hematokrit 30

4 Kreatinin 0,5

5 Asam urat 2,0

6 Glukosa test 74

Pemeriksaan USG abdomen (3 November 2014) : Batu di saluran empedu luar


(EHBD)
Diagnosis Dokter
 Tgl. 3/11 (Awal MRS) : Dyspepsia dan Kolestasis
 Tgl. 3/11 : Dyspepsia dan Kolestasis

Past and current medication : NA


Further Information Required :
Riwayat obat yang pernah digunakan pasien yang kemungkinan dapat
menyebabkan kolestasis.
Assesment and plan

Medical Therapy (Past and DRP


No Rekomendasi dan Alasan Monitoring Target
Problem current medication) dan cause
1. Kolestasis Urdafalk 250 mg DRP : Dosis kombinasi urdafalk Rekomendasi : Efektivitas : Lemas dan
(4x1) dengan kortikosteroid tidak tepat. Urdafalk diberikan 3x250 mg  Serum bilirubin < ikterik
Dexamethasone perhari. 1,5 xULN hilang
5mg/ml (2x1 IV) Cause : Pemberian dosis urdafalk
Alasan :  Serum alkalin
pada tanggal 5-8 terlalu tinggi bila fosfatase < 3x
Dosis urdafalk yang
dikombinasikan dengan ULN
direkomendasikan 10 mg/kg/hari
kortikosteroid.
bila dikombinasikan dengan
kortikosteroid sehingga dapat Efek samping :

dihitung dosis yang disarankan  Ursodeoxycholic

10mg x 65 kg = 650 mg perhari acid :

(max. 15 mg/kg/d) Mual muntah,

(Journal of hepatology, EASL diare, pruritus.


 Dexametasone :
2009)
Irititasi perineal,
perburukan mineral
tulang Ca2+.
2. Leukositosis Levofloxacin 500 mg DRP : Tidak dilakukan Rekomendasi : Dilakukan Efektivitas : Leukosit
(1x1 IV) dan pemeriksaan laboratorium lebih pemeriksaan leukosit agar dapat Leukosit 4000 - normal.
Cefotaxim 1 g (2x1 lanjut dan efektivitas dari diketahui efektivitas penggunaan 10.000 mg/dL
IV) penggunaan antibiotik. antibiotik sehingga pasien dapat Efek samping :

menerima pengobatan yang  Levofloxacin :

rasional selain itu Nyeri dada, diare


 Cefotaxime:
diperlukan pemeriksaan lebih
Rash, Mual
lanjut (immunoserologi) untuk
muntah,Diare
memastikan leukositosis
disebabkan oleh infeksi.
3. Mual Ranitidin injeksi Ranitidin tidak diperlukan, karena Ranitidin dihentikan. Mual tidak muncul.
pada tanggal 6 pasien sudah tidak
mengeluhkan mual lagi.
Regimen terapi yang direkomendasikan setelah keluar rumah sakit :

Nama obat Frekuensi Rute Keterangan


dan waktu pemakaian

Urdafalk 250 mg 3x1 tab Peroral

Prednisolon 5 mg 2x 1 tab Peroral

Curcuma 1x1 tab Peroral

You might also like