You are on page 1of 8

DOI: 10.

47349/jbi/18012022/59 Jurnal Biologi Indonesia 18(1): 59-66 (2022)

Morfoanatomi Hoya coronaria Berbunga Kuning pada Perlakuan Intensitas Cahaya


Berbeda
(Hoya coronaria Yellow Flowers Morphoanatomy Under Different Light Intensity)

Robika1, Monica Kharisma Swandi1, Andre Sanputra1, & Rani1


1
Program Studi Biologi, Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi
Universitas Bangka Belitung
*Email: robikazukhruf@gmail.com

Memasukkan: September 2021, Diterima: Maret 2022

ABSTRACT
Knowledge on the anatomical structure of Hoya coronaria Blume can help to understand the various function of the
plant to support the success of Hoya cultivation outside its natural habitat. This study aims to examine the effect of
differences in light intensity on the anatomical characteristics of yellow-flowered H. coronaria to evaluate the
adaptation of H. coronaria outside its natural habitat. The experiment used a one-factor factorial completely
randomized design with two light intensity treatments (highest daily light intensity 15 Klux) and no shade with the
highest daily light intensity average 59 Klux). The preparation of the leaf paradermal incision was made using the
whole preparation method while the transverse incision was made using the paraffin method. Based on the analysis
of the anatomical structure of the leaves, H. coronaria is a plant with C3 photosynthesis type. Leaf anatomy is
composed of a thick cuticle layer, a single layer of the epidermis, mesophyll tissue which is differentiated into
palisade and sponges, has a wide intercellular air cavity, and there is a transport network with undeveloped vascular
sheath cells. H. coronaria growing under higher light intensity had thicker upper and lower cuticle, lower epidermis,
mesophyll layer, and spongy layer compared to lower light intensity. The chlorophyll content was not significantly
different between those grown at low and high light intensities. Based on these results, it can be concluded that H.
coronaria adapted to high light intensity (without shade) or locations exposed to direct sunlight.

Keywords: morphoanatomy, Hoya coronaria, light intensity

ABSTRAK
Pengetahuan terhadap struktur anatomi Hoya coronaria Blume dapat membantu memahami berbagai fungsi pada
tumbuhan tersebut untuk mendukung keberhasilan budidaya Hoya di luar habitat alaminya. Penelitian ini bertujuan
untuk menguji pengaruh perbedaan intensitas cahaya terhadap karakteristik anatomi H. coronaria berbunga kuning
untuk mengevaluasi adaptasi H. coronaria di luar habitat alaminya. Percobaan menggunakan rancangan acak
lengkap faktorial satu faktor dengan faktor perlakuan dua intensitas cahaya (intensitas cahaya 15 Klux dan intensitas
cahaya 59 Klux). Pembuatan sediaan sayatan paradermal daun menggunakan metode sediaan utuh sedangkan
pembuatan sediaan sayatan transversal menggunakan metode parafin. Hasil analisis struktur anatomi daun
menunjukkan bahwa H. coronaria termasuk tumbuhan dengan tipe fotosintesis C3. Anatomi daun tersusun atas
lapisan kutikula yang tebal, lapisan epidermis satu lapis, jaringan mesofil yang terdiferensiasi menjadi palisade dan
bunga karang, memiliki rongga udara interseluler yang luas, dan terdapat jaringan pengangkut dengan sel seludang
pembuluh yang tidak berkembang. H. coronaria yang tumbuh di bawah intensitas cahaya lebih tinggi memiliki
kutikula atas dan bawah, epidermis bawah, lapisan mesofil, dan lapisan bunga karang yang lebih tebal dan berbeda
nyata dibandingkan pada intensitas cahaya rendah. Kandungan klorofil tidak berbeda nyata antara yang tumbuh di
intensitas cahaya rendah maupun tinggi. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa H. coronaria telah
teradaptasi pada intensitas cahaya tinggi (tanpa naungan) atau lokasi yang terekspose sinar matahari langsung.

Kata Kunci: morfoanatomi, Hoya coronaria, intensitas cahaya

PENDAHULUAN Habitus H. coronaria epifit, litofit atau saprofit,


banyak tumbuh di hutan kerangas dan hutan
Hoya coronaria Blume merupakan salah padang (Rahayu et al. 2018). Bangun daun H.
satu kekayaan jenis tanaman di Pulau Bangka dan coronaria lonjong, coriaceous (tebal tapi tidak
Belitung yang berpotensi sebagai tanaman hias. berdaging) dan berdasarkan karakteristik anatomi
Jenis ini termasuk ke dalam Apocynaceae sub- termasuk daun non sukulen (Hakim dkk. 2013;
famili Asclepiadoideae (Endress et al. 2014). Rahayu dkk. 2018). Warna bunga H. coronaria

59
Robika dkk.

bervariasi dari putih, kuning, merah muda hingga cahaya yang berbeda diyakini dapat menjawab
merah (Deswanti dkk. 2017). hubungan cahaya terhadap pertumbuhan dan
Stek H. coronaria yang digunakan dalam perkembangan tanaman. Oleh karena itu,
penelitian ini berasal dari hutan kerangas yang penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh
berlokasi di Desa Air Anyir, Kabupaten Bangka. perbedaan intensitas cahaya terhadap karakteristik
Hutan kerangas merupakan hutan di dataran anatomi H. coronaria untuk mengevaluasi
rendah yang beriklim lembab dan panas, memiliki adaptasi anatomi H. coronaria di luar habitat
tanah podsol dan pasir kuarsa yang miskin hara, alaminya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
kaya akan asam silikat, dan memiliki pH rendah memberikan sumbangan pengetahuan dasar untuk
(Bruenig 2017). Di hutan kerangas, H. coronaria proses pengembangan H. coronaria sebagai
tumbuh epifit pada pohon-pohon muda dan kandidat tanaman hias lokal dan pengungkapan
batangnya dapat tumbuh memanjat hingga ke potensi penting lainnya.
bagian tertinggi kanopi. Batang memanjat melalui
bagian cabang pohon inang yang terbuka sehingga BAHAN DAN CARA KERJA
hampir keseluruhan bagian tanaman H. coronaria
terdedah dengan cahaya matahari secara penuh. Penelitian dirancang dan dilaksanakan
Cahaya merupakan salah satu faktor menggunakan Rancangan Acak Kelompok
lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan faktorial (RAK) dengan perlakuan yang terdiri
perkembangan tanaman. Kualitas dan intensitas dari 1 faktor yakni perbedaan intensitas cahaya.
cahaya berperan penting terhadap perkembangan Penelitian ini dilaksanakan bulan Januari sampai
anatomi dan berbagai proses fisiologi dalam Desember 2020 di Greenhouse dan di Laboratorium
tanaman (Yao et al. 2017). Cahaya merah Biologi, Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi
diketahui menurunkan kerapatan stomata Universitas Bangka Belitung.
(Boccalandro et al. 2009) sedangkan cahaya biru Tahap pertama adalah persiapan tanaman
meningkatakan kerapatan stomata pada kedelai percobaan. Stek dua buku tanaman H. coronaria
(Gitz & Baker 2009). Tanaman yang terekspose berbunga kuning yang berasal dari hutan kerangas
cahaya secara penuh memiliki kerapatan stomata ditumbuhkan di media pembibitan berupa pasir
yang lebih tinggi dibandingkan dengan di bawah hitam hingga tumbuh akar. Stek yang sudah
naungan (Pompelli et al. 2010; Idris dkk. 2019). berakar dipindahkan ke pot yang berisi media
Intensitas cahaya juga mempengaruhi ketebalan kokopit dan cacahan akar pakis dengan
jaringan mesofil palisade dan bunga karang pada perbandingan 1:5 (b/b) dan ditumbuhkan di bawah
daun dari berbagai jenis tanaman (Ivanova & naungan paranet 75% sebelum dilakukan
P’yankov 2002) serta rasio klorofil a dan b pada perlakuan naungan yang berbeda. Setelah tanaman
daun tomat (Sulistyowati dkk. 2016). berumur tiga bulan, diberi perlakuan intensitas
Daun salah satu organ tanaman yang sangat cahaya berbeda dengan aplikasi naungan 75%
penting bagi pertumbuhan dan perkembangan (intensitas cahaya harian tertinggi rata-rata 15
tanaman. Struktur anatomi daun dapat membantu klux) dan tanpa naungan (intensitas cahaya harian
memahami berbagai fungsi pada tanaman. tertinggi rata-rata 59 klux). Masing-masing
Anatomi daun berperan penting dalam perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga ada
menentukan keberadaan senyawa metabolit enam unit tanaman percobaan
sekunder (Nindyawati & Indriyani 2017), Tahap kedua yakni pengambilan sampel daun
menentukan tingkat sukulensi pada daun Hoya untuk pengamatan anatomi paradermal dan
(Hafiz dkk. 2013), karakteristik adaptasi anatomi transversal. Sampel daun diambil saat tanaman
tanaman di lahan pasca tambang (Nurtjahya dkk. berumur 10 bulan setelah pindah tanam. Sampel
2011), dan keterkaitan antara struktur revegetasi daun yang diambil tidak terlalu muda dan tidak
anatomi dengan produksi senyawa berpotensi terlalu tua serta pada posisi daun kelima dari
sebagai obat pada tanaman mangrove pucuk. Setiap ulangan tanaman diambil dua
(Purnobasuki 2004). daun,sehingga ada 12 sampel daun. Semua sampel
Pengamatan struktur anatomi daun H. daun langsung dimasukkan dalam alkohol 70%.
coronaria yang tumbuh di bawah kondisi intensitas Tahap ketiga adalah pembuatan sediaan

60
Morfoanatomi Hoya coronaria Berbunga Kuning pada Perlakuan Intensitas Cahaya Berbeda

mikroskopis. Sediaan mikroskopis paradermal spektrofotometer. Kandungan klorofil a, b, dan c


daun dibuat dalam bentuk sediaan utuh semi (dalam mg) ditentukan dengan rumus:
permanen menggunakan Metode whole mount Klorofil a = (12.7 X D663 – 2.69 X D645)
(Sass 1951). Permukaan abaksial daun disayat Klorofil b = (22.9 X D645 – 4.68 X 663)
menggunakan silet hingga tipis. Hasil sayatan Klorofil total = (20.2 X D645 + 8.02 X 663)
direndam dalam larutan pemutih, kemudian dicuci
dengan akuades, diwarnai dengan safranin dan Data hasil penelitian dianalisis dengan
ditetesi dengan gliserin. Sediaan mikroskopis menggunakan sidik ragam (Anova). Jika terdapat
transversal daun dibuat menggunakan metode beda nyata maka dilanjutkan dengan Uji-t.
paraffin (Johansen 1940). Sampel daun difiksasi
dalam larutan FAA, didehidrasi dan dijernihkan HASIL
dalam larutan seri Johansen I-VII, diinfiltrasi dan
ditanam dalam blok paraffin, lalu disayat Pengaruh Intensitas Cahaya terhadap Anatomi
menggunakan mikrotom putar. Hasil sayatan Daun Hoya coronaria
diwarnai dengan pewarnaan ganda safranin 1% Pengamatan pada sayatan transversal
dan fastgreen 0,5 % kemudian diberi media menunjukkan, daun tersusun oleh jaringan
entellan lalu ditutup dengan gelas penutup. epidermis yang dilapisi kutikula, jaringan mesofil
Tahap keempat yakni pengamatan parameter yang telah terdiferensiasi menjadi palisade dan
paradermal dan transversal daun. Parameter yang bunga karang dengan rongga udara yang cukup
diamati pada sayatan paradermal meliputi luas dan jaringan pengangkut (Gambar 1).
kerapatan stomata, ukuran stomata, dan tipe Perlakuan intensitas cahaya yang berbeda
stomata. Setiap sediaan mikroskopis daun diamati menghasilkan perubahan yang nyata pada
pada lima bidang pandang. Kerapatan stomata beberapa parameter anatomi transversal tersebut.
dihitung dengan rumus yang dikembangkan oleh Peningkatan secara nyata terjadi pada tebal
Wilmer (1983) yakni perbandingan antara jumlah kutikula atas dan bawah, tebal epidermis bawah,
stomata dengan luas bidang pandang (π r2) (mm2). tebal mesofil dan tebal bunga karang (Tabel 1).
Kerapatan stomata diklasifikasikan menjadi: Parameter transversal lainnya, tebal epidermis atas
kerapatan rendah (< 300/mm2), kerapatan sedang dan tebal palisade menunjukkan tidak berbeda
(300–500/mm2), dan kerapatan tinggi (> 500/ nyata secara statistik.
mm2) (Juariah 2014). Ukuran stomata Stomata H. coronaria berbentuk ginjal dan
diklasifikasikan menjadi: ukuran kurang panjang memiliki tipe anisositik yakni stomata dikelilingi
(< 20 μm), ukuran panjang (20–25 μm), dan oleh 3 sel tetangga dengan ukuran yang berbeda.-
ukuran sangat panjang (> 25 μm) (Juairiah 2014). beda. Ukuran stomata tergolong panjang, berkisar
Parameter yang diamati pada sayatan transversal
daun ialah tebal lapisan kutikula adaksial, kutikula
abaksial, jaringan epidermis atas, jaringan 1 2
1
epidermis bawah, jaringan mesofil, jaringan 2

palisade, jaringan bunga karang, dan tebal daun.


Pengukuran kandungan klorofil menggunakan a b
spektrofotometer mengikuti metode Arnon (1949).
Daun dewasa kelima dari pucuk diambil sebanyak
1 g dan dihancurkan sampai halus dengan mortar.
Daun yang telah halus, ditambahkan dengan 2
1

c
aseton 80%, lalu disaring menggunakan kertas
saring. Ekstrak diencerkan dengan menambahkan Gambar 2. Sayatan paradermal daun pada kondisi
intensitas cahaya (a) 15 klux dan (b) 59 klux
aseton 80% sampai volume 50 ml, kemudian
pada perbesaran lensa objektif 10 X dan (c)
diambil 2.5 ml larutan dan diencerkan sampai stomata pada perbesaran lensa objektif
volume 25 ml. Ekstrak tersebut diukur mikroskop 100 X. Keterangan gambar a dan
absorbansinya pada λ663 nm dan λ645 nm b: 1) Sel epidermis, 2) Stoma. Keterangan
gambar c: 1) Sel penjaga 2) Sel tetangga

61
Robika dkk.

antara 20–25 μm. Stomata hanya ditemukan pada Hubungan antar Parameter Anatomi Daun H.
permukaan bawah daun H. coronaria (tipe daun coronaria
hipostomatik). Penurunan intensitas cahaya Hubungan antar parameter anatomi daun diuji
menurunkan ukuran panjang stomata, namun menggunakan uji linieritas sederhana. Parameter
ukuran lebar stomata tetap. Hasil analisis statistik yang diuji adalah tebal mesofil terhadap tebal
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata daun, tebal palisade terhadap tebal mesofil, dan
pada lebar stomata, panjang sel penjaga dan tebal bunga karang terhadap tebal mesofil. Hasil
kerapatan stomata antara intensitas cahaya 15 klux uji parameter-parameter tersebut ditunjukkan
dengan 59 klux. Namun, ada kecenderungan pada Gambar 2. Tebal daun memiliki hubungan
bahwa panjang stomata dan kerapatan stomata yang kuat dengan keberadaan jaringan mesofil.
mengalami peningkatan seiring dengan Jaringan mesofil mempengaruhi ketebalan daun
peningkatan intensitas cahaya walaupun tidak sebesar 83,51%. Jaringan mesofil terdiferensiasi
berbeda nyata (Tabel 1). menjadi palisade dan bunga karang. Peningkatan
jaringan palisade akan meningkatkan ketebalan

Gambar 2. Grafik hasil Uji Linieritas tebal daun terhadap tebal jaringan mesofil, palisade dan bunga karang
Tabel 1. Hasil pengukuran parameter anatomi paradermal dan transversal daun Hoya coronaria
Intensitas Cahaya
Parameter Anatomi Daun Signifikansi
15 Klux 59 Klux
Paradermal
Kerapatan Stomata (mm2) 233,81a 294,27a 0,219
Lebar Stomata (µm) 5,00a 5,00a 0,178
Panjang Sel Penjaga (µm) 22,12a 24,07a 0,690
Transversal
Tebal Daun (µm) 1354,17a 1678,57b 0,009
Tebal kutikula atas (µm) 12,50a 16,07b 0,006
Tebal kutikula bawah (µm) 4,17a 8,21b 0,005
Tebal epidermis atas (µm) 43,33a 49,64a 0,087
Tebal epidermis bawah (µm) 30,83a 36,43b 0,012
Tebal mesofil (µm) 1266,67a 1567,86b 0,011
Tebal palisade (µm) 416,67a 604,29a 0,070
Tebal bunga karang (µm) 836,67a 936,67b 0,008

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada Uji T (α:5%

62
Morfoanatomi Hoya coronaria Berbunga Kuning pada Perlakuan Intensitas Cahaya Berbeda

mesofil sebesar 25,40 %, sedangkan jaringan Taiz & Zeiger (2002) menyatakan bahwa
bunga karang mempengaruhi ketebalan mesofil rasio H2O yang keluar melalui stomata yang
sebesar 21,18 %. Dapat disimpulkan bahwa, membuka selama proses transpirasi lebih tinggi
tebal daun meningkat karena meningkatnya dibandingkan dengan CO2 yang masuk (setiap 1
ketebalan jaringan mesofil. molekul CO2 yang masuk melalui stomata akan
diikuti dengan 500 molekul H2O yang keluar).
Intensitas Cahaya dan Kandungan Klorofil Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
Daun Hoya coronaria diantaranya adalah difusi CO2 1.6 kali lebih
Kandungan klorofil a, b, dan klorofil total lambat melalui udara dibandingkan dengan H2O
H. coronaria tidak berbeda nyata antara karena molekul CO2 lebih besar daripada H2O
intensitas 15 klux dengan 59 klux (Tabel 2). dan koefisien difusi CO2 juga lebih kecil. Selain
Hasil ini menunjukkan bahwa perlakuan itu, pengambilan CO2 harus melalui membran
intensitas cahya yang diberikan tidak berpengaruh plasma, sitoplasma dan membran kloroplas
terhadap kandungan klorofil. Namun, pada sebelum diasimilasi dalam kloroplas. Membran-
intensitas cahaya yang lebih rendah, rasio klorofil membran tersebut meningkatkan resistensi jalur
a dan b cenderung mengalami kenaikan kaena difusi CO2 (Taiz & Zeiger 2002).
menurunnya kandungan klorofil b dan Daun H. coronaria pada penelitian ini
meningkatnya kandungan klorofil a. memiliki lapisan kutikula atas dan bawah yang
lebih tebal dibandingkan dengan jenis serupa
PEMBAHASAN yang pernah diteliti sebelumnya (Hakim et al.
2013). H. coronaria yang tumbuh di bawah
Kerapatan stomata H. coronaria tergolong intensitas cahaya 59 klux memiliki kutikula atas
ke dalam kerapatan rendah (<300 per mm2). dan bawah yang lebih tebal dibandingkan
Pada intensitas cahaya rendah, rata-rata dengan 15 klux. Hasil ini menunjukkan bahwa
kerapatan stomata H. coronaria kurang dari lapisan kutikula cukup sensitif terhadap
100/mm2 sedangkan pada intensitas cahaya prubahan intensitas cahaya. Kutikula yang tebal
yang lebih tinggi, kerapatan stomata rata-rata mendukung ketahanan terhadap cekaman air
117/mm2. Kerapatan stomata yang rendah (Imaningsih 2006). Kutikula membantu
merupakan bentuk adaptasi di lingkungan yang mengurangi intersepsi cahaya ke dalam daun
rentan terhadap kekurangan air dan suhu tinggi. dengan cara merefleksikan sebagian cahaya
Kerapatan stomata berhubungan erat dengan matahari saat melewati lapisan kutikula
laju transpirasi (Rindyastuti & Hapsari 2017). sehingga jumlah cahaya yang dilewatkan ke
Semakin tinggi kerapatan stomata maka laju jaringan di bawahnya dapat dikurangi. Intensitas
transpirasi juga semakin tinggi. Laju transpirasi cahaya yang tinggi meningkatkan kejenuhan
yang tinggi menyebabkan laju kehilangan air foton di dalam jaringan mesofil sehingga dapat
juga tinggi sehingga tanaman lebih mudah merusak pigmen klorofil dan merusak perangkat
mengalami cekaman kekeringan. fotosintesis.
Lapisan epidermis daun H. coronaria
Tabel 2. Hasil pengukuran kandungan klorofil daun tersusun dari sel-sel epidermis yang rapat dan
Hoya coronaria hanya terdiri dari satu lapis sel (uniseriat)
seperti umumnya tanaman dengan tipe daun non
Kandungan Klorofil Daun Intensitas Cahaya sukulen. Pada intensitas cahaya rendah ketebalan
(mg/g daun segar) lapisan epidermis menurun dan diikuti oleh
15 Klux 59 Klux
penurunan ketebalan lapisan kutikula. Penurunan
Klorofl a 0,8351a 0,7827a
ketebalan lapisan epidermis dan lapisan kutikula
Klorofil b 0,2692a 0,5770a
merupakan bentuk adaptasi terhadap intensitas
Klorofil total 1,1040a 1,3593a
cahaya rendah.
Nisbah klorofil a/b 3,6598a 1,3179a Daun H. coronaria tergolong daun dorsiventral
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama atau bifasial karena letak jaringan palisade hanya
pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada Uji
T (α:5%). terdapat pada sisi adaksial (Fahn 1992). Jaringan

63
Robika dkk.

palisade mengandung kloroplas dan berada menunjukkan jaringan bunga karang lebih tebal
tepat di bawah lapisan epidermis. Bentuk sel dibandingkan jaringan palisade dengan sel-sel
palisade menyerupai sel –sel bunga karang, yang tersusun tidak rapat. Susunan sel-sel bunga
tersusun rapat tanpa rongga interseluler dan karang yang tidak rapat menyebabkan adanya
terdiri dari beberapa lapis. Butir-butir kloroplas rongga udara interseluler yang luas dalam
terkonsentrasi lebih banyak di jaringan palisade jaringan mesofil. Kondisi ini dapat mempermudah
dibandingkan bunga karang. Hal ini dapat difusi gas CO2 di dalam jaringan mesofil.
dilihat pada penampakan transversal (melintang) Rongga interseluler yang luas memungkinkan
daun, butir-butir kloroplas yang berwarna hijau CO2 kontak dengan sel-sel mesofil mengandung
tersebar merata di jaringan palisade baik pada kloroplas lebih tinggi sehingga dapat
perlakuan intensitas cahaya 15 klux maupun 59 meningkatkan efisiensi fotosintesis (Terashima
klux, (Gambar 3). Sel-sel palisade dengan et al. 2001). Ketebalan jaringan bunga karang
kandungan butir-butir kloroplas berperan menurun secara nyata saat intensitas cahaya 15
penting dalam memanen foton dari energi klux (ternaung), sedangkan jaringan palisade
cahaya selama proses fotosintesis berlangsung, tidak mengalami penurunan secara nyata.
sedangkan sel-sel bunga karang lebih berperan Penurunan ketebalan daun dan jaringan bunga
dalam fiksasi CO2 karena banyak mengandung karang merupakan bentuk adaptasi terhadap
enzim Rubisco. intensitas cahaya rendah.
Hasil penelitian ini menunjukkan intensitas Jaringan pengangkut pada daun H.
cahaya berpengaruh nyata terhadap ketebalan coronaria terletak di antara jaringan bunga
daun. Berdasarkan hasil analisis regresi linier karang yang dekat dengan jaringan palisade dan
sederhana, tebal daun meningkat seiring dengan tanpa dikelilingi jaringan seludang pembuluh.
meningkatnya ketebalan jaringan mesofil. Pada Ketiadaan sel-sel seludang pembuluh menyebabkan
H. Coronaria, jaringan mesofil terdiferensiasi tanaman ini tidak memiliki mekanisme pemekatan
menjadi beberapa lapis jaringan palisade dan CO2 yang dapat membantu meningkatkan
jaringan bunga karang. Hasil pengukuran juga efisiensi fotosintesis (Hamim 2006). Berdasarkan
struktur anatomi tersebut dapat dipastikan
1
1
2 bahwa H. coronaria memiliki tipe fotosintesis
2
3
C3. Pada tumbuhan C3, sumber CO2 untuk
3
4
fiksasi karbon fotosintesis hanya berasal dari
4 udara dan fotorespirasi (Busch et al. 2012).
5 5

6 KESIMPULAN
6
7

a b 7 Intensitas cahaya yang berbeda mempengaruhi


morfoanatomi daun H. coronaria berbunga
1
2 3
kuning. H. coronaria yang tumbuh di bawah
intensitas cahaya tinggi memiliki kutikula atas
dan bawah, epidermis bawah, lapisan mesofil,
c
dan lapisan bunga karang yang lebih tebal.
Gambar 3. Sayatan transversal daun H. coronaria
Kandungan klorofil tidak berbeda nyata baik
pada kondisi intensitas (a) 15 klux dan (b) 59 antara yang tumbuh di intensitas cahaya rendah
klux pada perbesaran lensa objektif mikros- maupun tinggi. Berdasarkan karakter anatomi
kop 4x. (c) Jaringan pengangkut pada daun H. coronaria berbunga kuning di Pulau
perbesaran lensa objektif mikroskop 100x. Bangka dapat teradaptasi pada kondisi intensitas
Keterangan gambar a dan b: (1) kutikula, (2) cahaya tinggi sehingga cocok untuk dibudidaya
epidermis atas, (3) palisade, (4) jaringan sebagai tanaman penutup pergola atau daerah
pengangkut, (5) bunga karang (6) rongga terbuka lainnya.
udara interseluler dan epidermis bawah (7).
Keterangan gambar c : (1) Xilem, (2) Floem
dan (3) Sel bunga karang

64
Morfoanatomi Hoya coronaria Berbunga Kuning pada Perlakuan Intensitas Cahaya Berbeda

KONTRIBUSI PENULIS Gitz, DC. & JT. Baker. 2009. Methods for
creating stomatal impressions directly onto
R sebagai penulis pertama dalam archivable slides. Agronomy Journal. 101:
penulisan naskah dibantu oleh MKS. AS dan R 232.
berperan sebagai pengambil data. Hafiz, P., Dorly, & S. Rahayu. 2013. Karakteristik
anatomi daun dari sepuluh spesies hoya
UCAPAN TERIMA KASIH sukulen serta analisis hubungan
kekerabatannya. Buletin Kebun Raya. 16
Penulis mengucapkan terima kasih kepada (1): 59–72.
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Hakim, AR., Dorly, & S. Rahayu 2013.
Masyarakat Universitas Bangka Belitung yang Keragaman dan analisis kekerabatan Hoya
telah membiayai penelitian ini melalui skema sp bertipe daun non sekulen berdasarkan
Penelitian Dosen Tingkat Jurusan (PDTJ) tahun karakter anatomi daun. Buletin Kebun
2020. Ucapan terima kasih juga disampaikan Raya 16(1): 1–17. http:// jurnal2.
kepada kepala dan teknisi Laboratorium Biologi krbogor.lipi.go.id/ index. php/buletin/article/
Fakultas Pertanian, Perikanan, dan Biologi view/16_1_1/26.
Universitas Bangka Belitung atas segala fasilitas Imaningsih, W. 2006. Studi Banding Sifat
dan peralatan yang diberikan selama penulis Ketahanan Struktural Terhadap Kekeringan
melaksanakan penelitian. antara Varietas Padi Sawah dan Padi Gogo
Berdasarkan Struktur Anatomi Daun.
DAFTAR PUSTAKA Bioscientiae. 3: 47–58.
Idris, A, MFA., Bakar, & A. Linatoc. 2019.
Busch FA, Tammly L, Sage, Cousins AB, Sage Effect of light intensity on the
RF. 2013. C3 plants enhance rates of photosynthesis and stomatal density of
photosynthesis by reassimilating selected plant species of gunung ledang,
photorespired and respired CO2. Plant, johor. Malaysian Applied Biology. 48 (3):
Cell and Environment. 36, 200-212 133-140.
Bruenig EF. 2017. Conservation and Management Ivanova, LA., & VI. P’yankov 2002. Structural
of Tropical Rain Forest: An Integrated Adaption of the leaf Mesophyll to shading.
Approached to Sustainability. Hamburg Russian Journal of Plant Physiology. 49.
(DE): CABI (3): 419-431
Deswanti, P., Y. Fakhrurrozi, & S. Rahayu. 2017. Johansen, D. 1940. Plant Microtechnique.
Karakterisasi morfologi daun dan bunga McGraw-Hill Book Company Inc.
beberapa varietas Hoya coronaria dari Juariah L. 2014. Studi karakteristik beberapa jenis
kawasan hutan kerangas Air Anyir, Bangka. tanaman revegetasi di lahan pasca
Ekotonia. .2(1): 1–9. penambangan timah di Bangka. Widyariset,
Dickison, W. 2000. Integrative Plant anatomy. 17 (2): 213-218.
Academic Press. Nurtjahya, E., R. Robika, & D. Dorley 2011. Can
Endress, ME., S. Liede-Schumann, & U. Meve. anatomical and physiological charac-ters
2014. An Update classification for predict plant adaptation on tin-mined land
Apocynaceae. Phytotaxa. 159(3): 175–194. in Bangka Island? Proceedings of the Sixth
Fahn, A. 1992. Anatomi Tumbuhan Jilid 3. Gadjah International Conference on Mine Closure,
Mada University Press. September 75–83. https://doi.org/ 10.36487/
Fanourakis, D., B. Hyldgaard, H. Giday, I. Aulik, acg_rep/1152_09_nurtjahya.
D, Bouranis, O, Körner, & CO. Ottosen Pompelli, M., S. Martins, E. Celin, M. Ventrella &
2019. Stomatal anatomy and closing ability F. DaMatta. 2010. What is the influence of
is affected by supplementary light intensity ordinary epidermal cells and stomata on
in rose (Rosa hybrida L.). Horticultural the leaf plasticity of coffee plants grown
Science. 46(2): 81–89. https://doi.org/10. under full-sun and shady conditions?.
17221/144/2017-HORTSCI. Brazilian Journal of Biology. 70: 1083-

65
Robika dkk.

1088. Jurnal Hortikultura. 26(2): 181-188.


Purnobasuki, H. 2004. Potensi tanaman mangrove Taiz, L., & E. Zeiger 2002. Plant Physiology,
sebagai tanaman obat. Biota, Jurnal Ilmu- Third Edition (Third). Sinauer Associates.
Ilmu Hayati. 9(2): 125–126. Terashima, I., SI. Miyazawa, & YT. Hanba 2001.
Rahayu, S., Y. Fakhrurrozi, & HF. Putra 2018. Why are sun leaves thicker than shade
Hoya species of belitung island, indonesia, leaves? - Consideration based on analyses
utilization and conservation. Biodiversitas, of CO2 diffusion in the leaf. Journal of
19(2): 369–376. https://doi.org/10.13057/ Plant Research. 114(1): 93–105. https://
biodiv/d190203. doi.org/10.1007/pl00013972.
Rindyastuti, R., & L. Hapsari 2017. Adaptasi Wilmer, C. 1983. Stomata. Longman Inc.
Ekofisiologi Terhadap Iklim Tropis Wu, Y., W. Gong, & W. Yang 2017. Shade
Kering : Studi Anatomi Daun Sepuluh Inhibits Leaf Size by Controlling Cell
Jenis Tumbuhan Berkayu (Ecophy- Proliferation and Enlargement in Soybean.
siological adaptation to dry tropical Scientific Reports. 7(1), 1–10. https://
climate : a study of foliar anatomic struc- doi.org/10.1038/s41598-017-10026-5.
ture of ten woody plant species ). 13(1): 1– Yao, XY. XY. Liu, XU, Z. Gang, & XL. Jiau
14. 2017. Effects of light intensity on leaf
Sass, J. 1951. Botanical Microtechnique. The microstructure and growth of rape
Lowa State College Press. seedlings cultivated under a combination of
Sulistyowati, DS., MA. Chozin, M. Syukur, M. red and blue LEDs. Journal of Integrative
Melati & D. Guntoro. 2016. Karakter Agri-culture. 16(1), 97–105. https://doi.org/
Fotosintesis Genotip Tomat senang 10.1016/S2095-3119(16)61393-X .
Naungan pada Intensitas Cahaya Rendah.

66

You might also like