You are on page 1of 17

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 9 No.

1 September 2018
ISSN : 2503-4413, Hal 73 - 89

PENGARUH ORIENTASI ETIKA, PENGALAMAN DAN KOMPETENSI


AUDITOR INTERNAL TERHADAP SKEPTISISME PROFESIONAL SERTA
DAMPAKNYA TERHADAP KUALITAS HASIL AUDIT
(Survey Pada Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI)

Darwanto1, Yani Kurniasih2


1
Inspektorat Jenderal Kementerian Agama, 2 STIE DR. KHEZ Muttaqien Purwakarta
1
wanto.aki@gmail.com, 2yanikurniasih1@gmail.com

Abstract
The aims of this research to prove and explain the positive influence of ethical
orientation, experience and competence on the quality of the audit results either directly or
through professional skepticism. Methods of analysis using path analysis with significance level
of 0.05 (5%). The population in this research is the auditor who acts as team members in audits
at the Inspectorate General of the Ministry of Religious Affairs. The sample used were 103
respondents using cluster random sampling method to the audit teams. The test results on the
analysis of the level of substructure 1 revealed that ethical orientation and experience have no
positive influence to professional skepticism, while competence has positive influence to
professional skepticism. The test results on the analysis of the level of the substructure 2
revealed that ethical orientation, experience, and competence have no positive influence to the
quality of the audit results, while professional skepticism has positive influence the quality of
the audit results. The test results on the analysis of indirect influence revealed that the ethical
orientation and experience have no positive influence to the quality of the audit results through
professional skepticism, while competence has positive influence to the quality of the audit
results through professional skepticism.
Keywords : ethical orientation, experience, competence, professional skepticism, the quality of
the audit results.

PENDAHULUAN

Penguatan pengawasan meningkatkan kinerja organisasi secara


pemerintahan dilakukan untuk keseluruhan. Laporan hasil audit yang
menjamin pengelolaan keuangan negara berkualitas tersebut harus memenuhi
dan pelaksanaan program agar dapat kriteria yaitu: tepat waktu, lengkap,
sesuai dengan rencana yang telah akurat, obyektif, meyakinkan, serta
ditetapkan dan mencegah terjadinya jelas, dan seringkas mungkin
penyimpangan. Pentingnya fungsi audit (Permenpan Nomor:
internal untuk meningkatkan PER/05/M.PAN/03/2008), oleh karena
akuntabilitas dan transparansi yang itu, perhatian secara terus menerus
lebih baik dalam sektor publik (Belay, terhadap temuan audit beserta
2007: 8), sehingga tuntutan terhadap rekomendasinya dapat membantu
hasil audit yang berkualitas semakin auditor untuk menjamin terwujudnya
tinggi untuk mengevaluasi dan manfaat audit yang dilakukan dan

73
mampu memberikan hasil audit yang Shaub dan Lawrence, 1996). Dalam
berkualitas. Kualitas hasil audit beberapa penelitian audit eksternal,
merupakan refleksi dari implementasi hasil audit diproksikan dalam
proses audit. judgement auditor ataupun ketepatan
Beberapa peneliti telah menguji pemberian opini. Skeptisisme dapat
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi menjadi intervening antara etika,
kualitas hasil audit (Sukriah dkk, 2010; pengalaman, dan kompetensi terhadap
Januarti dan Faisal, 2010; Queena dan ketepatan pemberian opini (Pratiwi dan
Rohman, 2014). Kualitas pengendalian Januarti, 2013; Sabrina K. dan Januarti,
internal secara langsung dapat 2012; Suraida, 2005).
dipengaruhi oleh kualitas dari Regulator dan peneliti akademis
personalia (Dauber, 2008: 95), dalam telah menunjukkan bahwa skeptisisme
hal ini dapat berupa skeptisisme profesional berkaitan erat dengan
profesional, orientasi etika, pengalaman, deteksi kecurangan (Hurtt, 2010: 150),
dan kompetensi yang dimiliki oleh sehingga pentingnya penelitian ini dapat
auditor. Para teoritisi dan praktisi dilihat dari masih banyaknya
auditing sepakat bahwa skeptisisme kecurangan dalam pengelolaan
profesional merupakan sikap mutlak keuangan negara yang dapat
yang harus dimiliki auditor (Tuanakotta, ditunjukkan dengan penanganan tindak
2011: 71). Skeptisisme profesional juga pidana korupsi pada instansi
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pemerintahan oleh Komisi
etika, pengalaman, dan kompetensi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang
(Suraida, 2005; Kee dan Knox, 1970: dijelaskan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1
Tabulasi Data Penanganan Korupsi Berdasarkan Instansi
Tahun 2004-2018 (per 24 Agustus 2018)
Tahun
No. Instansi 2004- Jumlah
2014 2015 2016 2017 2018
2013
1. DPR dan DPRD 34 2 3 15 9 2 65
2. Kementerian/Lembaga 157 26 21 39 31 13 287
3. BUMN/BUMD 22 0 5 11 13 0 51
4. Komisi 20 0 0 0 0 0 20
5. Pemerintah Provinsi 42 11 18 13 15 17 116
6. Pemkab/Pemkot 78 19 10 21 53 53 234
Jumlah 353 58 57 99 121 85 773
Sumber : KPK RI (2018) melalui https://acch.kpk.go.id/id/statistik/tindak-pidana-
korupsi/tpk-berdasarkan-instansi, diakses tanggal 24 Agustus 2018 (data
diolah)
pelaksanaan pengawasan intern
Tabel 1 menunjukkan bahwa pemerintah.
penanganan tindak pidana korupsi lebih K/L yang memiliki semakin banyak
banyak ditemukan di lingkungan satuan kerja, membutuhkan jumlah dan
Kementerian/Lembaga (K/L) sebanyak kapabilitas auditor yang juga tinggi.
287 perkara. Terbongkarnya kasus Dari sisi jumlah, banyaknya auditor
kecurangan (fraud) di masyarakat, harus sebanding dengan jumlah
menjadikan auditor sebagai sorotan kebutuhan satuan kerja yang perlu
termasuk auditor internal pemerintah diaudit. Lebih lanjut, dalam beban kerja
yang merupakan penjamin mutu dari

74
dan kompleksitas permasalahan yang Agama memiliki satuan kerja terbanyak
tinggi, auditor yang memiliki dibandingkan dengan K/L yang lain
kapabilitas memadai, baik dari sisi (BPK RI, 2017). Berdasarkan latar
pengalaman, kompetensi, dan juga belakang dan fenomena yang telah
orientasi etika dapat dipaparkan di atas, maka dapat diduga
mengimplementasikan proses audit bahwa orientasi etika, pengalaman, dan
dengan baik sehingga dapat mendeteksi kompetensi auditor internal memiliki
berbagai kecurangan dengan sikap pengaruh terhadap skeptisisme
skeptisisme profesional yang dimiliki profesional dan berimplikasi terhadap
dan berimplikasi pada hasil audit yang kualitas hasil audit.
berkualitas, dalam hal ini Kemeneterian
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dikemukakan identifikasi masalah sbb:
1. Seberapa besar pengaruh orientasi skeptisisme profesional auditor
etika, pengalaman, dan kompetensi terhadap kualitas hasil audit.
terhadap skeptisisme profesional 3. Seberapa besar pengaruh orientasi
auditor. etika, pengalaman, dan kompetensi
2. Seberapa besar pengaruh orientasi terhadap kualitas hasil audit melalui
etika, pengalaman, kompetensi, dan skeptisisme profesional auditor.
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui signifikasi dan skeptisisme profesional auditor
besarnya pengaruh positif orientasi terhadap kualitas hasil audit baik
etika, pengalaman, dan kompetensi secara parsial maupun simultan di
terhadap skeptisisme profesional Inspektorat Jenderal Kementerian
auditor baik secara parsial maupun Agama.
simultan di Inspektorat Jenderal 3. Untuk mengetahui signifikasi dan
Kementerian Agama. besarnya pengaruh positif orientasi
2. Untuk mengetahui signifikasi dan etika, pengalaman, dan kompetensi
besarnya pengaruh positif orientasi terhadap kualitas hasil audit melalui
etika, pengalaman, kompetensi, dan skeptisisme profesional auditor.
Penelitian ini dibatasi pada aspek-aspek berikut:
1. Unit analisis dalam penelitian ini auditor yang diperankan sebagai
adalah auditor yang diperankan anggota tim, sedangkan kualitas
sebagai anggota tim dalam hasil audit diukur menggunakan
penugasan audit. kuesioner yang diberikan kepada
2. Orientasi etika, pengalaman, auditor yang diperankan sebagai
kompetensi, dan skeptisisme ketua tim untuk menilai anggota
profesional diukur menggunakan tim.
kuesioner yang diberikan kepada

TINJAUAN PUSTAKA
Kualitas Hasil Audit
Secara konseptual, kita dapat kualitas audit seperti: Bing dkk (2014);
melihat kualitas audit dalam tiga aspek Bedard dkk (2010); Chadegani (2011);
mendasar: input (inputs), output DeFond dan Zhang (2014); Francis
(outputs), dan faktor-faktor konteks (2011); Martin (2013); Qi dkk (2015);
(context factors) (IAASB, 2011: 4). Wooten (2003); dan Knechel dkk
Beberapa peneliti telah melakukan (2013). Kualitas audit dalam konteks
review terkait penelitian tentang audit internal seringkali diproksikan ke

75
dalam efektivitas fungsi audit internal jika dilihat dari sisi output, maka terkait
(Ziegenfuss, 2000; Mihret dan Yismaw, dengan penyajian temuan dan
2007; Arena dan Azzone, 2007; Enofe rekomendasi audit yang terangkum
dkk, 2013; Abbott dkk, 2016). dalam laporan hasil audit sebagaimana
Kualitas audit internal ditunjukkan konsep output yang diajukan IAASB
oleh kemampuan untuk menyediakan (2011). Laporan audit internal memiliki
temuan dan rekomendasi audit yang tujuan dasar untuk menggambarkan
berguna, hal ini merupakan salah satu audit yang direncanakan dan
faktor yang paling menonjol yang dijadwalkan dan untuk
efektivitas audit (Enofe dkk, 2013: 164; mengkomunikasikan hasil audit itu
Sawyer: 1995). Kualitas audit internal sendiri (Moeller, 2009: 351).

Orientasi Etika
Dilema etika menuntut auditor view adopted by an individual when
membuat keputusan etis. Terdapat ethical issues are encountered, as
beberapa model “ethical decision opposed to the process used to
making” dalam bisnis yang sebagian solve ethical dilemmas.
besar para ahli setuju bahwa keputusan Dari uraian di atas, maka orientasi
etis dipengaruhi oleh moral etika merupakan kecondongan etika
development atau orientasi etika (ethical seseorang yang mempengaruhi
orientation) para pengambil keputusan pengambilan keputusan dalam
(Zarkasyi, 2009: 4). Shaub dan menghadapi dilema etika. Forsyth
Lawrence (1996: 127) mendefinisikan (1980: 175) berpendapat bahwa
orientasi etika sebagai berikut: orientasi etika adalah tujuan utama
Ethical orientation is perilaku profesional yang berkaitan erat
predesposition derived from an dengan moral dan nilai-nilai yang
individual's cultural environment berlaku dan digerakkan oleh dua
and previous life experiences. karakteristik yaitu idealisme dan
Ethical orientation refers to the relativisme.

Pengalaman
Pengalaman dalam bekerja Pengalaman dalam penelitian ini
menunjukkan pekerjaan yang pernah menggunakan konsep dari Noe (2010),
dilakukan seseorang serta memberikan mengacu pada hubungan, masalah,
peluang di masa mendatang untuk tuntutan, tugas, atau fitur lainnya yang
menyelesaikan pekerjaan dengan lebih dihadapi karyawan dalam pekerjaan,
baik dan mengurangi risiko kesalahan. dengan dimensi job experiences yang
Noe (2010: 364) mendefinisikan teridiri dari dua indikator yaitu: lama
pengalaman dalam bekerja sebagai bekerja dalam tahun (years an auditor)
berikut: Job experiences refer to dan level dari pengalaman (experience
relationships, problems, demands, level), dapat dilihat dari penugasan.
tasks, or other features that employees Years an auditor diadopsi dari
face in their jobs. Setiap hal yang penelitian Herda dan Martin (2016: 10)
dilalui berkaitan dengan pekerjaan dan Ye dkk (2014), sedangkan
membuat seseorang semakin mengerti experience level diadopsi dari penelitian
seluk beluk dan teknis pekerjaan yang Libby dan Frederick (1990) dan Arens
akan dilaluinya. dkk (2014: 29).

76
Kompetensi
Definisi kompetensi menurut perilaku yang diperlukan dalam
Shermon (2004: 11) yaitu: A pelaksanaan tugasnya (BPKP, 2010).
competency is an underlying HM Treasury (2007: 5) menjelaskan
characteristic of a person, which mengenai definisi kompetensi sebagai
enables him deliver superior berikut: Clusters of behaviours, skills
performance in given a job. The and knowledge which are needed to
Institute of Internal Auditors (The IIA) undertake a job effectively.
(2013, 2) mendefinisikan kompetensi Dari berbagai definisi yang
sebagai berikut: A competency is the dijelaskan diatas, maka dapat ditarik
ability of an individual to perform a job kesimpulan bahwa kompentensi bagi
or task properly, being a set of defined auditor dengan pendekatan reflektif
knowledge, skills and behavior. Lebih meliputi unsur perilaku (behaviour) dan
lanjut, seorang auditor mutu internal unsur output pekerjaan (job outputs), di
dituntut memiliki kompetensi dalamnya mencakup karakteristik yang
(pengetahuan, kemampuan, dan sikap) terdiri dari pengetahuan (knowledge),
yang dapat menjamin proses audit mutu keahlian (skill), dan sikap (attitude),
internal berjalan efektif (Soesilo, 2003: sedangkan indikator dengan pendekatan
215). Kompetensi adalah kemampuan formatif dapat meliputi sertifikasi yang
dan karakteristik yang dimiliki oleh dimiliki, pengalaman, dan pelatihan-
seorang Pegawai Negeri Sipil berupa pelatihan yang diikuti (Dauber, 2008;
pengetahuan, keahlian, dan sikap Suraida, 2005).

KERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Dalam suatu organisasi ada dalam diri manusia terjadi konflik


banyak pihak yang berkepentingan. antara dua kognisi atau konflik antara
Dalam konteks pelaksanaan audit, perilaku dan sikap (Noviyanti, 2008:
benturan kepentingan mungkin terjadi. 106).
Saat auditor ingin mengungkapkan Trust and suspicion (kepercayaan
informasi, namun auditi bisa saja tidak dan kecurigaan) dalam model
ingin informasi tersebut dilaporkan skeptisisme profesional yang diajukan
(dipublikasikan) dikarenakan berbagai Kee dan Knox (1970) menjelaskan
hal seperti terdapat unsur fraud, keseimbangan antara kepercayaan
ketidakpatuhan, dan penurunan kinerja. auditor-klien dengan kecurigaan atas
Atas peristiwa tersebut maka terdapat pengukuran yang tepat sebagaimana
konflik didalamnya yang menjadi dikembangkan Shaub dan Lawrence
sebuah dilema etika bagi auditor untuk (1996). Auditor yang memiliki tingkat
membuat keputusan terkait dengan kepercayaan yang tinggi terhadap auditi
imbalan ekonomis yang mungkin terjadi cenderung menurunkan skeptisisme
di sisi lainnya. Dari sisi auditor, situasi profesional, sebaliknya kecurigaan yang
dilema etika tersebut dapat dijelaskan tinggi atas pengukuran bukti audit
dengan teori disonansi kognitif cenderung membuat auditor bersikap
(cognitive dissonance theory) yang skeptis dan tidak profesional. Dengan
dikembangkan oleh Festinger (1957). diimplementasikan skeptisisme
Disonansi Kognitif mempunyai arti profesional dalam pelaksanaan audit
keadaan psikologis yang tidak maka berimplikasi pada laporan hasil
menyenangkan yang timbul ketika audit yang memuat temuan dan

77
simpulan secara obyektif, serta (perceived behavioral control),
rekomendasi yang konstruktif. mengacu pada persepsi kemudahan atau
Penelitian ini juga dapat kesulitan melakukan perilaku dan
dijelaskan melalui the theory of planned diasumsikan untuk mencerminkan
of behavior (teori perilaku yang pengalaman masa lalu serta hambatan
direncanakan) (Ajzen, 1991). Teori ini yang diantisipasi dan rintangan,
digunakan untuk memprediksi perilaku mencerminkan persepsi auditor atas
seseorang yang tidak sepenuhnya dasar pengalaman kerja dan kompetensi
dibawah kendali individu. The theory of yang dimiliki.
planned behavior menyatakan bahwa Berdasarkan uraian pada
terdapat tiga determinan konseptual dari pendahuluan dan kerangka pemikiran
suatu intensi (Ajzen, 1991: 188) yaitu: yang telah dikemukan di atas, maka
attitude toward the behavior, subjective hipotesis yang akan dikemukakan
norm, dan perceived behavioral control. dalam penelitian adalah sebagai berikut:
Pertama, sikap terhadap perilaku Hipotesis 1 : Orientasi etika,
(attitude toward the behavior), mengacu pengalaman, dan
pada sejauh mana seseorang memiliki kompetensi berpengaruh
evaluasi yang menguntungkan atau positif terhadap
tidak menguntungkan atau penilaian Skeptisisme Profesional
dari perilaku yang bersangkutan, Hipotesis 2 : Orientasi etika,
menjelaskan bagaimana sikap pengalaman, kompetensi,
skeptisisme profesional dalam berbagai dan skeptisisme
bentuk dan tingkatan yang dianggap profesional berpengaruh
memungkinkan bagi auditor. Kedua, positif terhadap kualitas
faktor sosial disebut norma subjektif hasil audit
(subjective norm), merujuk pada Hipotesis 3 : Orientasi etika,
tekanan sosial yang dirasakan untuk pengalaman, dan
melakukan atau tidak melakukan kompetensi berpengaruh
perilaku. Lingkungan individu auditor positif terhadap kualitas
dapat membentuk orientasi etika untuk hasil audit melalui
membuat keputusan etis. Ketiga, skeptisisme profesional.
pengendali perilaku yang dirasakan

METODE PENELITIAN
Metode Analisis
Pengujian data dalam penelitian ini dalam hal ini:
meliputi: uji validitas, uji reliabilitas, X1 = Variabel bebas (Orientasi etika)
transformasi data, uji normalitas, dan uji X2 = Variabel bebas (Pengalaman)
asumsi klasik. Persamaan struktural X3 = Variabel bebas (Kompetensi)
dalam analisis jalur yang digunakan
untuk menguji hipotesis dengan tingkat
Y = Variabel terikat (Skeptisisme
profesional)
signifikasi 0,05, adalah sebagai berikut:
Persamaan substruktur 1: Z = Variabel terikat (Kualitas hasil
audit)
Y = 𝜌𝑌 𝑋1 + 𝜌𝑌 𝑋2+ 𝜌𝑌 𝑋3+ 𝜀1
𝜌 = Parameter Koefisien Regresi /
Persamaan substruktur 2:
Koefisien Beta
Z = 𝜌𝑍 𝑋1 + 𝜌𝑍 𝑋2+ 𝜌𝑍 𝑋3+ 𝜌𝑍 𝑌
+ 𝜀2
𝜀 = Standard Error

78
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini anggota tim sebanyak 143 orang
adalah seluruh Pejabat Fungsional menggunakan Cluster Random
Auditor yang ditugaskan sebagai Sampling yang dibagi kedalam 27 tim.

Definisi dan Operasionalisasi Variabel


1) Orientasi Etika (X1) sikap (attitude) (Agoes, 2012;
Orientasi etika merupakan BPKP, 2010; Soesilo, 2003).
kecondongan etika seseorang yang 4) Skeptisisme profesional (Y)
mempengaruhi pengambilan Skeptisisme profesional adalah
keputusan dalam menghadapi sikap yang mencakup pikiran yang
dilema etika. Orientasi etika diukur selalu mempertanyakan dan
melalui karakteristik idealisme dan melakukan pengujian secara kritis
relativisme individu menggunakan bukti (AAIPI, 2013: 18; ISA 200,
The Ethics Position Questionnaire para 13.l). Pengukuran terhadap
(EPQ) sebagaimana diajukan skeptisisme profesional auditor
Forsyth (1980). mengadopsi penelitian yang
2) Pengalaman (X2) dilakukan Hurtt (2010) dalam
Pengalaman dalam bekerja membangun karakteristik
menunjukkan pekerjaan yang skeptisisme profesional yang
pernah dilakukan seseorang serta meliputi: Questioning mind, The
memberikan peluang di masa suspension of judgement, Search
mendatang untuk menyelesaikan for knowledge, Interpersonal
pekerjaan dengan lebih baik dan understanding, Autonomy, Self
mengurangi risiko kesalahan. esteem.
Pengalaman dapat dilihat dari lama 5) Kualitas hasil audit (Z)
bekerja dalam tahun sebagai Kualitas audit internal jika dilihat
auditor (years an auditor) (Herda dari sisi output, maka terkait
dan Martin, 2016; Ye dkk, 2014) dengan penyajian temuan dan
dan level dari pengalaman rekomendasi audit yang terangkum
(experience level) dalam bentuk dalam laporan hasil audit
intensitas dan variasi penugasan sebagaimana konsep output yang
audit yang diadopsi dari Libby dan diajukan IAASB (2011) dan
Frederick (1990) dan Arens dkk Kneckel dkk (2013). Kualitas hasil
(2014: 29). audit menggunakan indikator
3) Kompetensi (X3) kualitas laporan audit internal yang
Kompetensi merupakan digunakan Moeller (2009), yaitu:
kepribadian yang mendalam dan objectives, timing, and scope of the
melekat pada setiap orang pada review, description of findings,
berbagai macam tugas dalam suggestions for corrections, dan
pekerjaannya yang diukur dari 3 documentation of plans and
dimensi yaitu pengetahuan clarification of views of auditee.
(knowledge), keahlian (skill), dan

79
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pengaruh orientasi etika, pengalaman, dan kompetensi terhadap Skeptisisme
Profesional
Hasil pengujian hipotesis 1 dapat signifikasi pada persamaan substruktur
dilihat pada nilai koefisien dan 1 sebagai berikut:
Tabel 2
Hasil Uji Hipotesis Parsial Persamaan Substruktur 1 (t Test)
Variabel Independen Std Coeff. (Beta) T Sig.
Orientasi Etika (X1) 0.092 1.167 0.246
Pengalaman (X2) 0.042 0.567 0.572
Kompetensi (X3) 0.638 8.113 0.000

Pengujian hipotesis dilakukan nilai Sig. 0,000 < 0,05. Hasil ini
dengan uji signifikansi: alpha = 0,05. membuktikan bahwa orientasi etika dan
Jika probabilitas > 0,05, maka H0 pengalaman tidak berpengaruh positif
diterima dan jika probabilitas < 0,05, terhadap skeptisisme profesional,
maka H0 ditolak. Dalam pengujian sedangkan kompetensi berpengaruh
hipotesis parsial jika thitung lebih kecil positif terhadap skeptisisme profesional.
dari ttabel maka H0 diterima dan Jika Hasil penelitian ini menunjukkan
thitung lebih besar dari ttabel maka H0 bahwa dalam implementasi audit,
ditolak. Untuk taraf kesalahan 0,05 kendati auditor mampu bersikap idealis,
(5%), df1 = n -k = 99, maka besarnya namun cenderung belum menerima
skor ttabel adalah 1,984. Sedangkan sepenuhnya aturan atau prinsip moral
dalam pengujian simultan jika Fhitung yang bersifat universal, sehingga
lebih kecil dari Ftabel maka H0 diterima orientasi etika belum dapat
dan Jika Fhitung lebih besar dari Ftabel H0 meningkatkan sikap skeptisisme
ditolak. Dengan tingkat signifikansi profesional. Kompleksitas tugas audit
sebesar 5% dan df1 = 3 dan df2 = 99, belum maksimal melalui intensitas
didapat nilai Ftabel = 2,696 berbagai jenis dan bidang audit,
Dalam pengujian parsial sehingga pengalaman belum dapat
sebagaimana dijelaskan pada tabel 2 di meningkatkan sikap skeptisisme
atas, dapat diketahui bahwa variabel profesional. Lebih lanjut, Auditor yang
orientasi etika (X1) diperoleh Skor thitung memiliki kompetensi, akan memahami
< ttabel yaitu 1,167 < 1,984 dan nilai Sig. berbagai teknik audit untuk
0,246 > 0,05, variabel pengalaman (X2) mengembangkan keseimbangan trust
diperoleh Skor thitung < ttabel yaitu 0,567 and suspicion yang dimiliki, sehingga
< 1,984 dan nilai Sig. 0,572 > 0,05, dan kompetensi yang dimiliki auditor dapat
variabel kompetensi (X3) diperoleh Skor meningkatkan sikap skeptisisme
thitung > ttabel yaitu 8,113 > 1,984 dan profesional.

80
Hasil uji kecocokan model (goodness of fit)
Tabel 3
Uji Hipotesis Simultan Persamaan Substruktur 1 (F Test)
Std. Error Std.
Variabel Independen F Sig. R2
of the Est. Deviation

X1 X2 X3 27.014 0.000 46% 3.966 5.269

Dalam pengujian simultan adalah ukuran kesalah prediksi


sebagaimana dijelaskan pada tabel 3 di (Piyatno, 2012: 84), artinya kesalahan
atas, dapat diketahui bahwa skor Fhitung yang terjadi dalam memprediksi Y
> nilai Ftabel yaitu 27,014 > 2,696 dan sebesar 3,966, sedangkan standar
nilai Sig. 0,000 < 0,05. Hasil ini deviasi Y sebesar 5,269. Karena nilai
membuktikan bahwa secara bersama Std. Error of the Estimate lebih kecil
(simultan), orientasi etika, pengalaman, dari standar deviasi Y, maka model
dan kompetensi berpengaruh positif regresi lebih bagus dalam bertindak
terhadap terhadap skeptisisme sebagai predictor Y daripada rata-rata Y
profesional. Dengan kompetensi yang itu sendiri (Santoso, 2014: 349),
dimiliki, maka auditor tidak hanya sehingga model persamaan struktural 1
mengacu pada prosedur dan teknik yang sudah benar.
relevan, namun juga pada implementasi Persamaan Substruktur 1
audit sebelumnya serta pertimbangan berdasarkan hasil pengujian hipotesis 1
etis dalam memutuskan, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:
mampu meningkatkan sikap skeptisisme Y = 0,092x1 + 0,042x2 + 0,638x3 + 0,55ε1
profesional. Std. Error of the Estimate

Pengaruh orientasi etika, pengalaman, dan kompetensi terhadap Skeptisisme


Profesional
Hasil pengujian hipotesis 2 signifikasi pada persamaan substruktur
dapat dilihat pada nilai koefisien dan 2 sebagai berikut:
Tabel 4
Hasil Uji Hipotesis Parsial Persamaan Substruktur 2 (t Test)
Std Coeff.
Variabel Independen t Sig.
(Beta)
Orientasi Etika (X1) 0.032 0.326 0.745
Pengalaman (X2) 0.080 0.854 0.395
Kompetensi (X3) 0.134 1.064 0.290
S. Profesional (Y) 0.274 2.188 0.031
Pengujian hipotesis dilakukan thitung lebih besar dari ttabel maka H0
dengan uji signifikansi: alpha = 0,05. ditolak. Untuk taraf kesalahan 0,05
Jika probabilitas > 0,05, maka H0 (5%), df1 = n -k = 98, maka besarnya
diterima dan jika probabilitas < 0,05, skor ttabel adalah 1,984. Sedangkan
maka H0 ditolak. Dalam pengujian dalam pengujian simultan jika Fhitung
hipotesis parsial jika thitung lebih kecil lebih kecil dari Ftabel maka H0 diterima
dari ttabel maka H0 diterima dan Jika dan Jika Fhitung lebih besar dari Ftabel H0

81
ditolak. Dengan tingkat signifikansi kesejahteraan orang lain, namun analisis
sebesar 5% dan df1 = 4 dan df2 = 98, individual belum dapat dikurangi
didapat nilai Ftabel = 2,465. sepenuhnya dibandingkan dengan
Dalam pengujian parsial ketaatan aturan atau prinsip moral yang
sebagaimana dijelaskan pada tabel 4 di bersifat universal, sehingga orientasi
atas, dapat diketahui bahwa variabel etika belum dapat meningkatkan
orientasi etika (X1) diperoleh Skor thitung kualitas hasil audit. Berbagai jenis
< ttabel yaitu 0,326 < 1,984 dan nilai Sig. penugasan dan bidang audit yang
0,745 > 0,05, variabel pengalaman (X2) dialami auditor belum maksimal,
diperoleh Skor thitung < ttabel yaitu 0,854 sehingga pengalaman belum dapat
< 1,984 dan nilai Sig. 0,395 > 0,05, meningkatkan kualitas hasil audit.
variabel kompetensi (X3) diperoleh Lebih lanjut, meskipun kompetensi
Skor thitung > ttabel yaitu 1,064 < 1,984 auditor sudah memadai, namun tidak
dan nilai Sig. 0,290 > 0,05, dan variabel dapat meningkatkan kualitas hasil audit,
skeptisisme profesional (Y) diperoleh hal ini membuktikan bahwa auditor
Skor thitung > ttabel yaitu 2,188 > 1,984 yang berkompeten dalam implementasi
dan nilai Sig. 0,031 < 0,05. Hasil ini audit secara formal belum mampu
membuktikan bahwa orientasi etika, memberikan temuan dan rekomendasi
pengalaman, dan kompetensi tidak yang substansial. Sedangkan sikap kritis
berpengaruh positif terhadap kualitas terhadap bukti audit dengan
hasil audit, sedangkan skeptisisme keseimbangan trust and suspicion
profesional berpengaruh positif berimplikasi pada hasil audit yang
terhadap kualitas hasil audit. semakin berkualitas, sehingga
Hasil penelitian ini menunjukkan skeptisisme profesional dapat
bahwa kendati auditor concern pada meningkatkan kualitas hasil audit.
Hasil uji kecocokan model (goodness of fit)
Tabel 5
Uji Hipotesis Simultan Persamaan Substruktur 2 (F Test)
Std. Error Std.
Variabel Independen F Sig. R2
of the Est. Deviation

X1 X2 X3 Y 4.511 0.002 16% 3.315 3.536

Dalam pengujian simultan kompetensi yang dimiliki serta


sebagaimana dijelaskan pada tabel 5 di mengacu pada pengalaman dan
atas,, diperoleh skor Fhitung > nilai Ftabel pertimbangan etis dalam memutuskan,
yaitu 4,511 > 2,465 dan nilai Sig. 0,002 sehingga mampu meningkatkan kualitas
< 0,05, sehingga H02e ditolak dan Ha2e hasil audit. Std. Error of the
diterima, artinya bahwa orientasi etika Estimate dengan nilai 3,315 lebih kecil
(X1), pengalaman (X2), dan kompetensi dari standar deviasi Z dengan nilai
(X3), dan skeptisisme profesional (Y) 3,536, maka model persamaan
berpengaruh positif signifikan secara struktural 2 sudah benar.
simultan terhadap kualitas hasil audit Persamaan Substruktur 2
(Z) pada Inspektorat Jenderal berdasarkan hasil pengujian hipotesis 2
Kementerian Agama. sikap skeptisisme dapat dirumuskan sebagai berikut:
profesional dapat dikembangkan jika Z = 0,032x1 + 0,080x2 + 0,134x3 +
mengimplementasikan prosedur dan 0,274y + 0,84ε1
teknik audit yang relevan dengan

82
Pengaruh orientasi etika, pengalaman, dan kompetensi terhadap Kualitas Hasil
Audit Melalui Skeptisisme Profesional
Hasil pengujian hipotesis 3 dapat dilihat hubungan tidak langsung sebagai
pada nilai koefisien dan signifikasi pada berikut:
Tabel 6
Pengujian Pengaruh Variabel Intervening

Pengujian X1  Z X2  Z X3  Z

Pengaruh Langsung = 0,032 = 0,080 = 0,134

 Signifikasi Sig. 0.745 > 0.05 Sig. 0.395 > 0.05 Sig. 0.031 < 0.05

Pengaruh Tidak = 0,092 x 0,274 = 0,042 x 0,274 = 0,638 x 0,274


Langsung = 0,025 = 0,012 = 0,175

 X1Y: Sig. 0.246 > 0.05  X2Y: Sig. 0.572 > 0.05  X3Y: Sig. 0.00 < 0.05
Signifikasi  YZ : Sig. 0.031 < 0.05  YZ : Sig. 0.031 < 0.05  YZ : Sig. 0.031 < 0.05

= 0,032 + 0,025 = 0,080 + 0,012 = 0,134 + 0.175


Pengaruh Total
= 0,057 = 0,092 = 0,309

Berdasarkan tabel 6 di atas, maka dapat 3. Nilai signifikasi X3 terhadap Y


diketahui sebagai berikut: sebesar 0,000 < 0,05, dan Y
1. Nilai signifikasi X1 terhadap Y terhadap Z sebesar 0,031 < 0,05,
sebesar 0,246 > 0,05, dan Y artinya variabel X3 berpengaruh
terhadap Z sebesar 0,031 < 0,05, positif dan signifikan terhadap Z
artinya variabel X1 berpengaruh yang dimediasi oleh skeptisisme
positif namun tidak signifikan profesional (Y). Pengaruh tidak
terhadap Z yang dimediasi oleh langsung kompetensi (X3) terhadap
skeptisisme profesional (Y). kualitas hasil audit (Z) (0,175) lebih
Pengaruh tidak langsung orientasi besar dari pengaruh langsung
etika (X1) terhadap kualitas hasil (0,134).
audit (Z) (0,025) lebih kecil dari Hasil penelitian ini menunjukkan
pengaruh langsung (0,032). bahwa orientasi etika dan pengalaman
2. Nilai signifikasi X2 terhadap Y tidak berpengaruh positif terhadap
sebesar 0,572 > 0,05, dan Y kualitas hasil audit melalui skeptisisme
terhadap Z sebesar 0,031 < 0,05, profesional, sedangkan kompetensi
artinya variabel X2 berpengaruh berpengaruh positif terhadap terhadap
positif namun tidak signifikan kualitas hasil audit melalui skeptisisme
terhadap Z yang dimediasi oleh profesional.
skeptisisme profesional (Y). Hasil penelitian ini menunjukkan
Pengaruh tidak langsung bahwa kendati orientasi etika dalam
pengalaman (X2) terhadap kualitas kondisi ideal yakni absolutist, namun
hasil audit (Z) (0,012) lebih kecil auditor dalam tindakannya tidak
dari pengaruh langsung (0,080). didasarkan sepenuhnya pada aturan atau
prinsip moral yang bersifat universal

83
serta analisis individual masih Dengan kompetensi auditor yang
digunakan dalam pengambilan memadai maka auditor dapat
keputusan, sehingga tidak mampu mengimplementasikan prosedur dan
meningkatkan sikap skeptisisme teknik audit yang relevan secara formal,
profesional yang berimplikasi pada sehingga mampu meningkatkan sikap
hasil audit yang tidak lebih baik. skeptisisme profesional. Lebih lanjut,
Dengan intensitas variasi berbagai jenis secara substansial, dengan skeptisisme
dan bidang audit yang belum maksimal, profesional auditor mampu mendeteksi
maka portfolio dalam memilah kecurangan yang tersembunyi atas bukti
sensitivitas bukti audit dan keterangan audit, sehingga kompetensi auditor yang
auditi yang dimiliki tidak mampu didukung oleh sikap skeptisisme
meningkatkan sikap skeptisisme profesional mampu meningkatkan
profesional yang berimplikasi pada kualitas hasil audit baik secara formal
hasil audit yang tidak lebih baik. maupun substansial.

Persamaan Pada Model Struktural


Berdasarkan hasil analisis substruktur 2, maka diagram jalur
pengujian hipotesis pada persamaan model struktural pada penelitian ini
substruktur 1 dan persamaan adalah sebagai berikut
:
Gambar 1
Diagram Jalur Persamaan Struktural Hasil Penelitian
𝜀1 𝜀1
0,55 0,84
Orientasi Etika (𝑋 1)
𝜌𝑍 𝑋1
0,032
𝜌𝑌 𝑋1
0,092 Kualitas Hasil
𝜌𝑍 𝑌
𝑟𝑥1 𝑥 2 Skeptisisme Profesional (𝑌) 0,274 Audit (𝑍)
0,001 𝜌𝑌 𝑋2
0,042
𝑟𝑥1 𝑥 3 𝜌𝑍 𝑋2
0,312 0,080
Pengalaman (𝑋2)

𝑟𝑥2 𝑥 3 𝜌𝑌 𝑋2 𝜌𝑍 𝑋3
-0,072 0,638 0,134

Kompetensi (𝑋 3)

Persamaan struktural pada gambar 1 di atas adalah sebagai berikut:


Persamaan Substruktur 1 : Y = 0,092x1 + 0,042x2 + 0,638x3 + 0,55ε1
Persamaan Substruktur 2 : Z = 0,032x1 + 0,080x2 + 0,134x3 + 0,274y + 0,84ε

84
SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis, diperoleh berpengaruh positif baik terhadap


kesimpulan bahwa: skeptisisme profesional maupun
1. Orientasi etika dan pengalaman tidak terhadap kualitas hasil audit.
berpengaruh positif terhadap Orientasi etika juga tidak
skeptisisme profesional, kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas
berpengaruh positif terhadap hasil audit melalui skeptisisme
skeptisisme profesional. profesional. Pimpinan organisasi
2. Orientasi etika, pengalaman, dan menuntut hasil audit yang objektif
kompetensi tidak berpengaruh positif dan auditi mengharapkan perlakuan
terhadap kualitas hasil audit, yang adil. Oleh karena itu, agar dapat
skeptisisme profesional berpengaruh memberikan hasil nyata terhadap
positif terhadap kualitas hasil audit. peningkatan skeptisisme profesional
dan kualitas hasil audit, maka
3. Orientasi etika dan pengalaman tidak pengendalian mutu dan kode etik
berpengaruh positif terhadap kualitas tidak hanya menjadi acuan kaidah
hasil audit melalui skeptisisme normatif dari regulator, namun
profesional, sedangkan kompetensi diimplementasikan dengan reward
berpengaruh positif terhadap dan punishment melalui atasan
terhadap kualitas hasil audit melalui langsung. Lebih lanjut, dari sisi
skeptisisme profesional. auditi, pimpinan organisasi dapat
Kompetensi tidak berpengaruh memaksimalkan mekanisme
positif secara langsung terhadap pengaduan dan fungsi
kualitas hasil audit, namun melalui whistleblowing system yang dapat
skeptisisme profesional berpengaruh menjadi warning bagi auditor untuk
positif. Hasil ini menjelaskan bahwa dapat senantiasa bersikap etis,
dengan kompetensi yang dimiliki, sehingga auditor dapat semakin
auditor dapat dengan baik menemukan fokus pada kepentingan publik dan
kekeliruan dalam implementasi audit tidak merugikan auditi yang tidak
sehingga mampu memberikan hasil bersalah.
audit yang baik secara formal. Lebih 2. Hasil penelitian ini membuktikan
lanjut, kecurangan yang disembunyikan bahwa pengalaman tidak
oleh auditi dapat dideteksi apabila berpengaruh positif baik terhadap
auditor senantiasa mengembangkan skeptisisme profesional maupun
sikap skeptisisme profesionalnya, maka terhadap kualitas hasil audit.
mampu memberikan hasil audit secara Pengalaman juga tidak berpengaruh
substansial yaitu temuan dan positif terhadap kualitas hasil audit
rekomendasi yang berguna, sehingga melalui skeptisisme profesional.
kompetensi auditor yang didukung oleh Dengan semakin banyaknya
sikap skeptisisme profesional mampu penugasan audit, diharapkan dapat
meningkatkan kualitas hasil audit baik menjadi auditor menjadi lebih
secara formal maupun substansial. skeptis atas bukti audit secara
Saran yang diajukan berdasarkan proporsional dan memberikan
hasil penelitian ini adalah: temuan dan rekomendasi hasil audit
1. Hasil penelitian ini membuktikan yang lebih baik. Oleh karena itu,
bahwa orientasi etika tidak agar dapat memberikan hasil nyata

85
terhadap peningkatan skeptisisme kompetensi yang memadai
profesional dan kualitas hasil audit, diharapkan memberikan hasil audit
maka tidak hanya intensitas yang lebih baik, namun auditor yang
penugasan audit yang ditingkatkan, berkompeten saja tidak cukup, harus
namun variasi berbagai jenis dan senantiasa mengembangkan sikap
bidang audit juga ditingkatkan skeptisisme profesional. Oleh karena
melalui perencanaan audit dari itu, agar memberikan hasil nyata
pengendali teknis, sehingga seorang terhadap peningkatan kualitas hasil
auditor memiliki peluang audit, maka auditor dengan
mendapatkan jenis pekerjaan yang kompetensi yang memadai dapat
berbeda pada setiap penugasan. ditingkatkan sikap skeptisisme
3. Hasil penelitian ini membuktikan profesionalnya melalui keikutsertaan
bahwa kompetensi berpengaruh pendidikan dan pelatihan (diklat)
positif terhadap skeptisisme teknis substansi analisis pemecahan
profesional, namun tidak masalah, audit berbasis risiko, dan
berpengaruh positif terhadap kualitas audit investigatif, serta penugasan
hasil audit. Sedangkan kompetensi audit dengan tingkat risiko yang
auditor berpengaruh terhadap tinggi, seperti: audit investigatif,
kualitas hasil audit melalui audit pada unit eselon I, dan audit
skeptisisme profesional. Dengan pada program-program prioritas.

DAFTAR PUSTAKA
Abbott, Lawrence K. Daugherty, Brian. Pearson Education, New
Parker, Susan. Peters, Gary F. Jersey.
2016. Internal Audit Quality Arena, Marika. Azzone, Giovanni.
and Financial Reporting 2009. Internal Audit
Quality: The Joint Importance Effectiveness: Relevant Drivers
of Independence and Of Auditees Satisfaction.
Competence. Journal of International Journal of
Accounting Research. Vol. 54 Auditing. Vol. 13, No. 1, pp
No. 1 March 2016. 43-60.
Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing: Bedard, Jean C. Johnstone, Karla M.
Petunjuk Praktis Pemeriksaan Smith, Edward F. 2010. Audit
Akuntan Oleh Akuntan Publik Quality Indicators: A Status
(Jilid I). Edisi keempat. Update on Possible Public
Salemba Empat, Jakarta. Disclosures and Insights from
Ajzen, Icek. 1991. The Theory of Audit Practice. Current Issues
Planned Behavior. in Auditing. Volume 4, Issue 1
Organizational Behavior And 2010. Pages C12–C19.
Human Decision Processes 50. Belay, Zeleke. 2007. A Study on
p. 179-211. Effective Implementation of
Arens, Alvin A. Elder, Randal J. Internal Audit Function to
Beasley, Mark S. 2014. Promote Good Governance in
Auditing and Assurance the Public Sector. Ethiopian
Service: An Integrated Civil Service College
Approach (Fifteenth edition). Research. Publication &

86
Consultancy Coordination Forsyth, Donelson R. Nye, Judith L.
Office. Kelley, Karl. 1988. Idealism,
Bing, Jueming (Jimmy). Huang, Chu Relativism, And The Ethic Of
Xin. Li, Anqi (Linda). Zhu, Caring. The Journal of
Xinyi (Lydia). 2014. Audit Psychology, 122 (3), p. 243-
Quality Research Report. 248. Taylor & Francis Group.
Australian National Centre for Francis, Jere R. 2011. A Framework for
Audit and Assurance Research. Understanding and
Chadegani, Arezoo Aghaei. 2011. Researching Audit Quality.
Review Of Studies On Audit Auditing: A Journal of Practice
Quality. 2011 International & Theory. Vol. 30, No. 2, May
Conference on Humanities, 2011. pp. 125–152.
Society and Culture. IPEDR Herda, David N. Martin, Kasey A.
Vol.20 (2011) © (2011) 2016. The Effects of Auditor
IACSIT Press, Singapore. Experience and Professional
Dauber, Nick A., dkk., 2008, Complete Commitment on Acceptance of
Guide to Auditing Standards, Underreporting Time: A
and Other Professional Moderated Mediation Analysis.
Standards for Accountants, Current Issues in Auditing In-
John Wiley & Sons Inc, Press.
Hoboken. Hurtt, R. Kathy. 2010. Development of
DeFond, Mark. Zhang, Jieying. 2014. A a Scale to Measure
Review Of Archival Auditing Professional Skepticism.
Research. Journal of Auditing: A Journal of Practice
Accounting and Economics 58 & Theory, Vol. 29, No. 1, May
(2014) 275–326. 2010, pp. 149–171. American
Enofe, A. O. Mgbame, C. J. Osa- Accounting Association.
Erhabor,V. E. Ehiorobo, A. J. International Auditing and Assurance
2013. The Role of Internal Standards Board (IAASB).
Audit in Effective Management 2011. Audit Quality: An IAASB
in Public Sector. Research Perspective. New York.
Journal of Finance and Januarti, Indira. Faisal. 2010. Pengaruh
Accounting. ISSN 2222-1697 Moral Reasoning Dan
(Paper) ISSN 2222-2847 Skeptisisme Profesional
(Online). Vol.4, No.6, 2013. Auditor Pemerintah Terhadap
Festinger, Leon. 1957. A Theory of Kualitas Audit Laporan
Cognitive Dissonance. Keuangan Pemerintah Daerah.
Stanford University Press. Jurnal Simposium Nasional
Calfornia. Akuntansi 13.
Forsyth, Donelson R. 1980. A Kee, H. W. Knox, R. E. 1970.
Taxonomy of Ethical “Conceptual and
Ideologies. Journal of Methodological Consideration
Personality and Social in the Study of Trust and
Psychology. Journal of Suspicion.” The Journal of
Personality and Social Conflict Resolution. Vol.14,
Psychology. Vol. 39, No. 1, No.3.
175-184. Knechel, W. Robert. Krishnan, Gopal
V. Pevzner, Mikhail. Shefchik,

87
Lori B. Velury, Uma K. 2013. Internal Auditor. August, pp.
Audit Quality: Insights from 46-55.
Academic Literature. Auditing: Shaub, M.K. Lawrence, J. E. 1996.
A Journal of Practice & “Ethics, Experience and
Theory. Vol. 32, Supplement 1 Profesional Scepticism: A
2013, pp. 385–421. Situational Analysis.”
Libby, Robert. Frederick, David M. Behavioral Research in
1990. Experience and the Accounting. Vol.8.
Ability to Explain Audit Shermon, Ganesh, 2004, Competency
Findings. Journal of Based HRM (A Strategic
Accounting Research. Vol. 28, Resource For Competency
No. 2 (Autumn, 1990), pp. Mapping, Assessment And
348-367. Developing Centres), Tata
Martin, Roger D. 2013. Audit Quality McGraw-Hill, Delhi.
Indicators: Audit Practice Soesilo, Willy. 2003. Audit Mutu
Meets Audit Research. Current Internal. PT. Vorqistatama
Issues in Auditing. Volume 7, Binamega.
Issue 2, 2013. Pages A17–A23. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Mihret, Dessalegn Getie. Yismaw, Bisnis (Pendekatan Kuantitatif,
Aderajew Wondim. 2007. Kualitatif & R&D). Cet. Ke-
Internal Audit Effectiveness: 13. CV. Alfabeta. Bandung.
An Ethiopian Public Sector Suraida, Ida. 2005. Pengaruh Etika,
Case Study. Managerial kompetensi, pengalaman dan
Auditing Journal, 22 (5). pp. risiko audit terhadap
470-484. ISSN 0268-6902. skeptisisme profesional auditor
Moeller, Robert R. 2009. Brink’s dan ketepatan pemberian opini
Modern Internal Auditing: A akuntan publik dalam audit
Common Body Of Knowledge laporan keuangan perusahaan.
(7th Ed). John Wiley & Sons, Sosiohumaniora. Vol. 7, No. 3,
Inc., Hoboken, New Jersey. November 2005 : h. 186 – 202.
Noe, Raymond A. 2010. Employee Sukriah, Ika. Akram. Inapty, Biana
training and development (5th Adha. 2009. Pengaruh
ed). McGraw-Hill/Irwin, a Pengalaman Kerja,
business unit of The McGraw- Independensi, Obyektifitas,
Hill Companies, Inc. New Integritas dan Kompetensi
York. Terhadap Kualitas Hasil
Noviyanti, Suzy. 2008. Skeptisisme Pemeriksaan. Jurnal
Profesional Dalam Mendeteksi Simposium Nasional
Kecurangan. Jurnal Akuntansi Akuntansi 12.
dan Keuangan Indonesia, Juni Sabrina K., Rr. Januarti, Indira. 2012.
2008, Vol. 5, No. 1, hal. 102- Pengaruh Pengalaman,
125 Keahlian, Situasi Audit, Etika
Sarwono, Jonathan. 2007. Analisis Jalur Dan Gender Terhadap
Untuk Riset Bisnis Dengan Ketepatan Pemberian Opini
SPSS. CV. Andi Offset. Auditor Melalui Skeptisisme
Yogyakarta. Profesional Auditor (Studi
Sawyer, B. Lawrence. 1995. An Internal Kasus Pada KAP Big Four di
Auditor Philosophy. The Jakarta). Simposium Nasional

88
Akuntansi 15 Banjarmasin. Volume 1, Nomor 2, Tahun
Universitas Lambung 2012, Halaman 1-12.
Mangkurat, 20-23 Sept 2012. Wooten, Thomas C. 2003. Research
Tjokroamidjojo, Bintoro. 2000. About Audit Quality. The CPA
Reformasi Birokrasi Ke Arah Journal. January 2003; 73, pg.
Good Governance, Bisnis dan 48.
Birokrasi (Jurnal Ilmu Ye, Kangtao. Yuan, Rongli. Cheng,
Administrasi dan Organisasi), Yingli. 2014. Auditor
No. I/Vol. I/Juli/2000. Experiences, Accounting Firm
Qi, Xi’an Baolei. Li, Xi’an Bin. Tian, Size, and Client Ownership.
Xi’an Gaoliang. 2015. What Frontiers of Business Research
Do We Know About The in China, Volume 8, Issue 2,
Variance Of Audit Quality? An pages 206 – 226.
Empirical Study From The Zarkasyi, Srihadi W. 2009. Pentingnya
Perspective Of Individual Ethical Orientation Bagi
Auditor. The Journal of Akuntan Publik: Suatu Studi
Applied Business Research. Deskriptif. Working Paper In
January/February 2015 Accounting and Finance,
Volume 31, Number 1. October 2009. Center For
Queena, Precilia Prima. Rohman, Accounting Development,
Abdul. 2012. Analisis Faktor- Department of Accounting,
Faktor Yang Mempengaruhi Padjadjaran University.
Kualitas Audit Aparat Ziegenfuss, Douglas E. 2000.
Inspektorat Kota/Kabupaten Di Measuring Performance. The
Jawa Tengah. Diponegoro Internal Auditor. February
Journal Of Accounting, 2000; 57. pg. 36.

Peraturan
Asosiasi Auditor Intern Pemerintah (Effective for audits of
Indonesia (AAIPI). 2013. financial statements for periods
Standar Audit Intern beginning on or after
Pemerintah Indonesia. Jakarta. December 15, 2009.
Government Internal Audit Profession Peraturan Menteri Negara
HM Treasury, 2007, Pendayagunaan Aparatur
Government Internal Audit Negara (Permenpan) Nomor:
Competency Framework. PER/05/M.PAN/03/2008
International Federation of Accountants Tentang Standar Audit Aparat
(IFAC). 2009. International Pengawasan Intern Pemerintah.
Standard On Auditing 200: Peraturan Kepala Badan Pengawasan
Overall Objectives Of The Keuangan dan Pembangunan
Independent Auditor And The (Perka-BPKP) Nomor: PER-
Conduct Of An Audit In 211/K/JF/2010 Tentang
Accordance With International Standar Kompetensi Auditor.
Standards On Auditing.

89

You might also like