You are on page 1of 29

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM FARMASETIKA SEDIAAN STERIL


PEMBUATAN SEDIAAN ASEPTIS INJEKSI BUPIVACAINE HCL O,5 %
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Sediaan Steril

Kelompok 3
Kelas E
Nur laileany Stellany (202010410311139)
Vita Yunia Mustika Sari (202010410311146)
Moh. Rizal Priyato (202010410311147)
Robiatus Syakila (202010410311152)
Vanessya Oscar Permatasari (202010410311154)

Dosen Pembimbing :
Apt. Dian Ermawati, M.Farm.
Dra. Apt. Uswatun Chasanah, M.Kes.
Apt. Raditya Weka Nugraheni, M.Farm.
Apt. Dyah Rahmasari, M. Farm

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2023
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Produk steril adalah sediaan terapeutik dalam bentuk terbagi-bagi yang
bebas dari mikroorganisme hidup. Salah satu produk steril adalah sediaan
parenteral. Sediaan parenteral menurut Farmakope Indonesia yaitu sediaan yang
ditujukan untuk penyuntikan melewati kulit atau batas jaringan eksternal lain,
dimana zat aktif yang diberikan dengan adanya gravitasi atau kekuatan,
mengalir langsung ke pembuluh darah, organ, atau jaringan. Pada umumnya
pemberian dengan cara parenteral dilakukan bila diinginkan kerja obat yang cepat
seperti pada keadaan gawat, bila penderita tidak dapat diajak bekerja sama dengan
baik, tidak sadar, tidak dapat atau tidak tahan menerima pengobatan melalui mulut
(oral) atau bila obat itu sendiri tidak efektif dengan dengan cara pemberian lain
(Ansel, 1985). Injeksi adalah sediaan yang ditujukan untuk pemberian parenteral,
dapat dikonstitusi atau diencerkan dahulu menjadi sediaan sebelum digunakan
(Farmakope Indonesia Ed VI, hal 50)
Injeksi Bupivakain Hidroklorida adalah larutan steril bupivacaine
hidroklorida dalam air untuk injeksi. Injeksi bupivakain hidroklorida mengandung
bupivakain hidroklorida, C18H28N2O.HCl, tidak kurang dari 93,0% dan tidak
lebih dari 107,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Bupivacaine HCl adalah
agen anastesi lokal yang banyak digunakan dan merupakan anestesi lokal tipe
amida yang bekerja lama. Pada dosis tinggi bupivacaine bertindak sebagai anestesi
untuk pembedahan, sedangkan pada dosis yang lebih rendah digunakan untuk
manajemen nyeri akut seperti nyeri persalinan dan dalam analgesic pasca operasi.

1.1 Rumusan Masalah


1. Apa saja bahan tambahan yang sesuai dalam pembuatan injeksi Bupivacain
0,5%?
2. Bagaimana proses pembuatan sediaan injeksi Bupivacain 0,5%?
1.2 Tujuan
1. Mampu menjelaskan formula yang tepat, sesuai standar dan ketentuan
perundang- undangan
2. Mampu menetapkan prosedur pembuatan sediaan farmasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Farmakologi Bahan Obat

Bupivacaine hidroklorida merupakan Serbuk hablur; putih; tidak berbau;


melebur pada lebih kurang 248 derajat disertai peruraian. Mudah larut dalam air
dan dalam etanol; sukar larut dalam kloroform dan dalam aseton. Kelarutan Antara
4,5 dan 6,0; lakukan penetapan menggunakan larutan (1 dalam 100) (Farmakope
Indonesia VI, hal 353)

Bupivacaine hydrochloride merupakan anastesi lokal yang berasal dari


golongan amida dan memiliki onset yang lambat serta durasi yang cukup lama.
Kecepatan onset dan durasi obat akan meningkat dengan penambahan
vasokontriktor dan penyerapan ke dalam sirkulasi dari tempat injeksi berkurang.
Akumulasi lambat terjadi dengan dosis berulang. Digunakan terutama untuk
anestesi infiltrasi dan regional blok saraf, terutama blok epidural, tetapi
dikontraindikasikan untuk blok paraservikal obstetric dan untuk digunakan dalam
anestesi regional intravena (Drug Information Handbook 17th).
Pada dosis tinggi bupivacaine bertindak sebagai anestesi untuk pembedahan,
sedangkan pada dosis yang lebih rendah digunakan untuk manajemen nyeri akut
seperti nyeri persalinan dan dalam analgesic pasca operasi (Drug Information
Handbook 17th).
Mekanisme Kerja : Memblokir inisiasi dan konduksi impuls saraf dengan
menurunkan permeabilitas membran saraf terhadap ion natrium, yang
mengakibatkan penghambatan depolarisasi dengan hasil blokade konduksi
Farmakodinamik/Kinetika (Drug Information Handbook 17th)
- Onset kerja: Anestesi (tergantung rute dan dosis): 1-17 menit
- Durasi (tergantung rute dan dosis): 2-9 jam
- Ikatan protein: 95%
- Metabolisme: Hati; membentuk metabolit (PPX)
- Eliminasi waktu paruh (tergantung usia): Neonatus: 8,1 jam; Dewasa: 1,5-5,5 jam
- Ekskresi: Urine (6% tidak berubah)
Kontraindikasi Aplikasi ke telinga tengah (bisa menyebabkan ototoksisitas).
menghindari injeksi ke dalam jaringan yang terinfeksi. Hindari injeksi ke dalam
jaringan yang meradang. blok jantung lengkap. Sediaan yang mengandung
pengawet tidak boleh digunakan untuk caudal, epidural, atau blok tulang belakang,
atau untuk intravena anestesi regional (blok Bier). tidak harus diterapkan untuk
kulit yang rusak. (BNF Ed. 73, 2017 p. 1194)
Efek Samping Aritmia, penglihatan kabur, gagal jantung, kejang-kejang, pusing,
mengantuk, perasaan mabuk, sakit kepala, pusing, otot berkedut, depresi miokard
(mengakibatkan hipotensi dan bradikardia), mual, mati rasa pada lidah dan daerah
perioral, parestesia (termasuk sensasi panas) dan dingin), vasodilatasi perifer
(mengakibatkan hipotensi dan bradikardia), kegelisahan, tinnitus, eksitasi
sementara (diikuti oleh depresi dengan mengantuk, gagal napas, tidak sadar, dan
koma), tremor, muntah. (BNF Ed. 73, 2017 p. 1194)
Kehamilan Gunakan dosis yang lebih rendah untuk penggunaan intratekal selama
kehamilan terlambat. Dosis besar selama persalinan dapat menyebabkan depresi
pernapasan neonatus, hipotonia, dan bradikardia setelah blok epidural. (BNF Ed.
73, 2017 p. 1194)
Anestesi lokal dibuat dengan tujuan agar obat terikat pada protein plasma
dalam berbagai kadar. Bupivakain yang mempunyai sifat lipofilik, ikatan
proteinnya lebih tinggi dibandingkan senyawa yang bersifat hidrofilik. Normalnya
pada orang dewasa, protein tubuh mereka dapat mengikat 95% Bupivakain.
Semakin rendah konsentrasi plasma pada obat, semakin tinggi pula persentase obat
yang diikat oleh protein plasma (product monograph of MARCAINE, 2017).
Sementara itu untuk ambang batas toksik untuk konsentrasi plasma
bupivakain berada pada kisaran 2 sampai 4 mikrogram / mL dan di Inggris dosis
tunggal maksimum yang direkomendasikan untuk bupivakain hidroklorida anhidrat
adalah 150mg (setara dengan sekitar 2mg / kg). Pemberian bupivakain untuk
anestesi regional pada kepala dan leher dengan dosis rata-rata 3,4 mg / kg telah
menghasilkan konsentrasi plasma puncak rata-rata 3,56 mikrogram / mL (dengan
adrenalin) dan 4,95 mikrogram / mL (tanpa adrenalin), tanpa menghasilkan
toksisitas. Demikian pula, bupivakain intrapleural 0,5% dalam dosis 2,5 mg / kg
telah menghasilkan konsentrasi plasma puncak rata-rata 2,57 dan 3,22 mikrogram /
mL (dengan atau tanpa adrenalin, masing-masing) tanpa menghasilkan toksisitas.
Menurut studi lebih lanjut, di mana interpleural 72 jam infus bupivakain
hidroklorida dengan adrenalin yang diberikan kepada pasien kolesistektomi
(pengangkatan kantung empedu melalui pembedahan) menunjukkan variabilitas
interpasien yang cukup besar dalam konsentrasi obat dalam plasma kondisi stabil
(kisaran 1,3 hingga 3,2 mikrogram / mL; rata-rata 2,1 mikrogram / mL); tidak ada
pasien yang mengalami efek samping. Blok saraf interkostal bilateral yang
menggunakan bupivakain 2 mg / kg juga telah menghasilkan konsentrasi dalam
kisaran ambang toksik yang diperkirakan tanpa efek samping, tetapi penggunaan
adrenalin dengan blok ini tidak dapat dipercaya mengurangi konsentrasi puncak
plasma-bupivakain (Martindale edisi 36 hal 1855).

2.2 Tinjauan Fisika Kimia Obat


1.
Rumus Molekul : C18H28N2O.HCL.H2O
Bobot Molekul : 342,90
Rumus Bangun :

(Farmakope Indonesia VI, 2020)


2.
Data kelarutan dalam berbagai pelarut :
Mudah larut dalam air dan dalam etanol, sukar larut dalam kloroform dan dalam
aseton (Farmakope Indonesia VI, 2020).
3.
Data Stabilitas
Simpan Bupivakain Hidroklorida pada suhu 20 – 25 derajat celcius, jangan
dibekukan dan pastikan terlindung dari cahaya (product monograph of
MARCAINE, 2017 hal 28). pH untuk bupivacaine hidroklorida yaitu antara 4,5
dan 6,0; lakukan penetapan menggunakan larutan (1 dalam 100) (Farmakope
Indonesia VI, hal 353).
Untuk meningkatkan stabilitas larutan anestesi lokal biasanya disiapkan
pada pH asam dan oleh karena itu dianjurkan jika solusi dalam buffer, mereka
harus segera digunakan (Larutan yang mengandung adrenalin membutuhkan pH
asam.) (Martindale, p.1852).
4.
Inkompatibilitas : Kompatibilitas Stabil di NS.
Kompatibilitas dalam jarum suntik: Kompatibel: Clonidine dengan morfin,
diamorfin, fentanil dengan ketamin, hidromorfon, iohexol, morfin. Variabel
(lihat referensi terperinci): Sodium bicarbonate
Kompatibilitas saat dicampur: Kompatibel: Buprenorfin, diamorfin, epinefrin,
fentanil, hidromorfon, morfin, sufentanil. (Drug Information Handbook 17th)
5.
Data lain : Bupivakain Hidroklorida mengandung tidak kurang dari 98,5% dan
tidak lebih dari 101,5% C18H28N2O.HCl, dihitung sebagai zat anhidrat.
Pemeriannya adalah Serbuk hablur; putih; tidak berbau; melebur pada lebih
kurang 2480 disertai peruraian. (Farmakope Indonesia VI, 2020)
2.3 Permasalahan dan Penyelesaian Terkait Bahan Obat
● Permasalahan : Bupivacaine tidak stabil terhadap udara. Sediaan dapat
menunjukkan perubahan warna, materi partikulat, keleburan atau kebocoran
Penyelesaian : Disimpan pada wadah kedap udara (vial). Sediaan
disimpan pada suhu 15-30ºC, buang bagian yang tidak terpakai dan jangan
sampai beku
● Permasalahan : Rentang stabilitas pH sempit (4,0 – 6,5)
Penyelesaian : Ditambahkan dapar untuk menstabilkan pH
● Permasalahan : Mudah terkontaminasi karena pemakaian multiple dose
Penyelesaian : Ditambahkan pengawet agar tidak mudah terkontaminasi
● Permasalahan : Bupivacaine bila diinjeksikan akan terasa nyeri
Penyelesaian : Bupivacaine sedapat mungkin isohidris / pH larutan
injeksi sama dengan pH darah dan cairan tubuh lain agar pada saat
diinjeksikan tidak terasa sakit dan penyerapan obat maksimal.
● Permasalahan : Larutan hidroklorida bupivacaine yang tidak
mengandung epinefrin dapat di autoclave
● Penyelesaian : Autoclave pada suhu 121ºC (250ºC) selama 15 menit
(USP 2019, Bupivacaine Hydrochlride Injection, USP Product
2.4 Spesifikasi Bahan Tambahan
Natrium Klorida Ada/tidak Pemerian : Hablur brntuk kubus,
tidak berwarna atau serbuk hablur
putih, rasa asin
(FI VI, 1225)
Kelarutan : Mudah larut dalam
air, sedikit lebih mudah larut
dalam etanol air mendidih, larut
dalam gliserin, sukar larut dalam
etanol
pH : 6,7-7,3
Ada/tidak Pemerian : Putih atau praktis
Sodium Hydroxide putih, massa melebur, berbentuk pelet
kecil, serpihan atau batang atau
bentuk lain. Keras, rapuh dan
menunjukkan pecahan hablur.
Jika terpapar di udara, akan cepat
menyerap karbon dioksida dan
lembab (FI VI, 1224)
Kelarutan : Mudah larut dalam
Air dan dalam etanol
Ada/tidak Pemerian : Cairan tidak berwarna;
Acid Hydrochloric berasap; bau merangsang. Jika
diencerkan dengan 2 bagian
volume air, asap hilang. Bobot
jenis lebih kurang 1,18
(FI VI, 185)
Kelarutan : Larut dalam air
(Martindale 36th, 2322) Larut
dalam dietil eter, etanol (95%),
dan methanol
pH : 0,1 (10% v/v Larutan)
Ada/tidak Pemerian : Gel kental atau potongan
Benzalkonikum Klorida seperti gelatin; putih
atau kekuningan. Biasanya berbau
aromatik lemah. Larutan dalam
air berasa pahit, jika dikocok
sangat berbusa dan biasanya
sedikit alkali.
BAB III
FORMULASI SEDIAAN

3.1 Macam-macam Formula berdasarkan Literature


a. Bupivacaine HCL injection 25 mg/ml (0,2 bebas pengawet. Tiap ml
mengandung : Bupivacaine Hidroklorida USP 2,5 mg
Nama Bahan Jumlah Fungsi
Bupivacaine Hcl 2,5 mg Bahan Aktif
Sodisum Chloride 8,6 mg Buffering agent
Aquadest 1 ml Pelarut
Bahan bahan ion obat dalam setiap ml sediaan :
b. Bupivacaine HCL injection 5 mg/ml (0,5%) dengan pengawet . Tiap ml
mengandung. Bupivacaine HCL 5 mg. Bahan – bahan obat dalam tiap ml
sediaan :
Nama Bahan Jumlah Fungsi
Bupivacaine 5 mg Bahan Aktif
Sodium Chloride 8,1 mg Buffering Agent
Methyl Paraben 1 ml Pengawet
Aquadest 1 ml Pelarut

c. Bupivacaine HCL injection dalam 7,5 mg/ml (0,75%). Batas pengawet. Tiap
ml mengandung Bupivacaine HCL USP 7,5 mg. Bahan – bahan obat dalam
setiap sediaan :
Nama bahan Jumlah Fungsi
Bupivacaine 7,5 mg Bahan Aktif
Natrium Klorida 7,6 mg Buffering agent
Aquadest 1 ml Pelarut
NAMA BAHAN FUNGSI KEBUTUHAN (GRAM)
Bupivacaine Bahan aktif 0,275 gram
Hydrochloride
Natrium Klorida Agen Pengisotonis 0, 495 gram
Sodium Hydroxide pH Adjusment qs
Acid Hydrochloric pH Adjusment qs
Benzalkonium Chloride Preservatife 0,0055gram
Water for injection Pelarut Ad 55 ml
3.2 Formula Yang Direncanakan

3.3 Perhitungan Volume Dan Berat

Injeksi Bupivacaine 0,5%


1. Bupivacain : 0,5% x 55 ml = 0,275 g
2. BKC : 0,01% x 55 ml = 0,0055 g
3. Nacl : 0,9% x 55 ml = 0,495 g

Ekuivalensi Bupivacain : 0,17 x 0,275 g = 0,0468 g


Ekuivalensi BKC : 0,18 x 0,495 g = 0,0891 g
Nacl : 0,495 – ( 0,0468+0,0891) = 0,3591

BKC : V1.N1 = V2.N2


55 ml . 0,01 = V2. 0,1
V2 = 5,5 ml
Kebutuhan wfi : 55 ml – (5,5 ml+0,275 g+0,3591 g)
: 48,87 ml
3.4 Cara Pembuatan
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan → sterilkan
2. Ditimbang Natrium Klorida sebanyak 0,495g dilarutkan
dengan 10 ml aquades aduk ad larut
3. Ditimbang Bupivacaine sebanyak 0,275 g dimasukan kedalam larutan no.2
aduk ad larut
4. Kalibrasi BKC 5,5 ml, dimasukkan kedalam no 3 aduk ad larut
5. Dicek pH (6), jika pH tidak memenuhi dapat dilakukan penambahan dapar
6. Ditambahkan aquades ad 55 ml aduk hingga homogen

7. Dilakukan sterilisasi menggunakan autoklaf


8. Dilakukan evaluasi

3.5 Alat dan wadah yang digunakan dan cara sterilisasinya

No. Nama wadah Ukuran Jumlah Cara Sterilisasi Suhu Waktu

1. Vial 30cm 6 Oven 180o 30 menit

2. Erlenmeyer 100ml 1 Oven 160o 120 menit

3. Beakerglass 100ml 1 Oven 160o 120 menit

4. Corong 50ml, 1 Oven 170o 60 menit


100ml

5. Gelas ukur 5ml, 10ml 1 Autokalf 115-118o 30 menit

6. Batang 75mm 1 Api langsung - 20 detik


pengaduk

7. Tutup karet vial 10ml 6 Autokalf 134-138o 5 menit


3.5 Kemasan dan Brosur
1. Kemasan Primer

2. Kemasan sekunder
3. Brosur
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL
NO. HASIL INTERPRETASI
1. Pengambilan bahan :

Bupivacaine Hydrochloride = 0,275gram


Natrium Klorida = 0, 495 gram
Sodium Hydroxide = qs
Acid Hydrochloric = qs
Benzalkonium Chloride = 0,0055 gram
Water for injection = ad 55 ml

2. Pencampuran semua bahan sambal di


aduk ad homogen

3. Dilakukan pengecekan PH

 Didapatkan hasil PH 6 (masuk


rentang yang diharapkan) kemudian
sediaan ditambahkan dengan WFI

4. Setelah ditambah WFI dilakukan


pengecekan PH Kembali dan PH yang
didapatkan masuk rentang sesuai yang
diharapkan
5. Kemudian sediaan di segel dengan segel
besi, kemudian siap untuk disterilisasi di
autoklaf

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini melakukan pembuatan sediaan injeksi bupivacaine
hydrochloride 0,5%. Injeksi adalah sediaan yang ditujukan untuk pemberian
parenteral, dapat dikonstitusi atau diencerkan dahulu menjadi sediaan sebelum
digunakan. Sediaan parenteral adalah sediaan yang ditujukan untuk penyuntikan
melewati kulit atau batas jaringan eksternal lain, dimana zat aktif yang diberikan
dengan adanya gravitasi atau kekuatan, mengalir langsung ke pembuluh darah,
organ, atau jaringan. Sediaan parenteral dibuat dengan teliti mengunakan metode
yang dirancang untuk menjamin bahwa sediaan memenuhi persyaratan Farmakope
untuk sterilitas, pirogen, bahan partikulat, dan kontaminan lain dan bila perlu
mengandung bahan penghambat pertumbuhan mikroba. (FI VI hal 50).
Injeksi bupivacaine digunakan untuk anastesi lokal yang membutuhkan
efek terapeutik dengan onset yang cepat. Sediaan ini mengandung air yang mana
merupakan media pertumbuhan mikroba. Digunakan bahan tambahan yaitu 0,1%
benzalkonium klorida sebagai pengawet, NaCl 0,9% sebagai pengisotonis
sehingga sediaan dapat isotonis dengan tubuh, asam hidroklorida sebagai
pendapar, natrium hidroklorida sebagai pendapar dan water for injection (WFI) ad
55 ml sebagai pelarut. Pelarut Water for injection dilebihkan 10% karna
dikhawatirkan nantinya saat proses penyaringan nanti adanya campuran larutan
yang berkurang.
Sebelumnya semua alat yang digunakan di sterilisasi dengan autoklaf pada
suhu 121 ̊ C selama 15 menit. WFI dipilih karna merupakan salah satu pelarut
yang telah disterilkan. Dalam pembuatanya pertama dilakukan kalibrasi beaker
glass untuk WFI 55 ml setelahnya dimasukkan WFI sesuai garis tanda.
Campurkan benzolkonikum klorida dengan WFI lalu dicampurkan bupivacaine
dan NaCl 0,9% diaduk sampai terlarut sempurna. Bila sudah dilakukan
pengecekan pH pada larutan tadi dan bilamana sudah didapatkan pH yang sesuai
dengan ketentuan yang tercantum di dalam Farmakope Indonesia Edisi VI hal.
334 yaitu pH bupivacaine berada pada rentang 4,0 – 6,0 bisa dilanjutkan ketahap
penyaringan dan pensterilan. Namun apabila pH sediaan belum sesuai dengan pH
yang diinginkan, maka sediaan dapat ditambahkan dengan NaOH ataupun HCl
secukupnya hingga nilai pH sesuai dengan yang diharapkan. Bila sudah sesuai
dapat ditambahkan WFI ad 55 ml.
Dilakukan metode penyaringan dengan filter holder yang dipasang dengan
kertas saring 0,45 μm. dipilihnya kertas saring dengan ukuran 0,45 μm adalah
untuk menahan mikroba pada saat proses filtrasi nanti. Metode ini harus dilakukan
dengan hati – hati karna rentan terjadi kebocoran pada kertas saringnya, sehingga
nantinya membuat sterilitasnya tidak bisa terjamin. Setelah itu dilakukan
sterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 1210C, dikarenakan pada saat studi
praformulasi diketahui bahwa bupivacaine HCl tahan terhadap suhu panas.
BAB V
KESIMPULAN

Pada pembuatan sediaan injeksi bupivacaine hidroklorida 0,5% teknik


yang digunakan adalah Teknik aseptik. Saat sediaan injeksi bupivacaine sudah
jadi dan tercampur semua bahannya serta telah didapatkan pH yang diinginkan,
dilakukan metode sterilisasi filtrasi dan autoklaf pada suhu 1210C. Injeksi
Bupivacaine HCl 0,5% disimpan dalam vial berwarna cokelat pada suhu 15-30 ̊C.
DAFTAR PUSTAKA

Ansel,C.Howard.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta:UIPress;1985.

Hanbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations Sterile Products volume 6, 2004

Kementerian Kesehatan RI, 2020, Farmakope Indonesia Edisi VI, Direktorat Jendral Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan,

National Formulary, NF 25. 2007Rockville, MD: U.S. Pharmacopeial Convention,Inc.,


p.2635

Sweetman, S.C., 2009, Martindale The Complete Drug Reference, Thirty Sixth Edition,
Pharmaceutical Press, New York

Sweetman, S et al. 2009. Martindale 36th. The Pharmaceutical, Press, London. USP 2019,

Bupivacaine Hydrochlride Injection, USP Product Monograph.

U.S. Pharmacopeia. The United States Pharmacopeia,USP 30

Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Diterjemahkan oleh Soendani N. S.,
UGM Press,Yogyakarta.
LAMPIRAN

You might also like