You are on page 1of 14

Jurnal ETNOHISTORI, Vol. 1, No. 2, Sept.

2014

Etos Politik Manusia Modern

Yanuardi Syukur
Antropologi Sosial, Universitas Khairun

Abstract

The phenomenon of Indonesian politics could not complete if it’s not studied in
the perspective of political ethos. Indonesia often regarded as part of the east
which is gentleness, helpful-person, but in the other hand some research about
the personality ethos of Indonesian that is predicted by Mochtar Lubis in 1977
described Indonesia as a nation of: 1. the hypocritical, 2. disinclined and
irresponsible for the actions, decision, though, and etc, 3. the spirit of feudalism
that embodied in the behavior of feudalism, 4) believe in superstition, artistic, and
5) weak in character. The version of Mochtar Lubis about the basic characteristics
of Indonesian still need to be studied and even debatable, because people can
change anytime. Psychologist, Sarlito Wirawan Sarwono mention some of the
characteristics was more appropriate as “personality profile”, meanwhile in
anthropology, the characteristics can be called as an “ethos” or “special trait” from
a community as a study of Ruth Benedict (1962) about ethos in a book entitled
Pattern of Culture.
This study is trying to analyze the thinking of Mochtar Lubis in 1977 which at some
part still show about the similarity and be related to how Indonesian people based
on anthropologist Koentjaraningrat. The study concern with these two Indonesian
writers (a senior journalist and an anthropologist). It will make a typology about
how politic ethos of Indonesian people. Thus, several of politic phenomenons such
as “kutu loncat” from one party to another party, money corruption simultaneously,
inconsistent in saying and action (during the campaign and has won the election)
will be understandable. The next is, our knowledge about this politic ethos will be
useful at least in two things: (1) academic and, (2) practical. Academically, this
study is expected can be a reference and an interesting study in the field of
sociology politic, anthropology of politic or psychology of politic and practically
this study is also useful for the policy makers in both of government or a political
party.

Keywords : poltic ethos, cultural politics, Indonesian people

Abstrak

Fenomena politik Indonesia tidak bisa menyelesaikan jika tidak belajar dalam
perspektif etos politik. Indonesia sering dianggap sebagai bagian dari timur yang
lemah lembut, membantu-orang, tetapi di sisi lain beberapa penelitian tentang etos
kepribadian Indonesia yang diprediksi oleh Mochtar Lubis pada tahun 1977

Yanuardi Syukur - Etos Politik Manusia Modern 99


Jurnal ETNOHISTORI, Vol. 1, No. 2, Sept. 2014

digambarkan Indonesia sebagai bangsa: 1. munafik, 2 . segan dan tidak bertanggung


jawab atas tindakan, keputusan, meskipun, dan lain-lain, 3. semangat feodalisme yang
diwujudkan dalam perilaku feodalisme, 4) percaya pada takhayul, artistik, dan 5) lemah
dalam karakter. Versi Mochtar Lubis tentang karakteristik dasar dari Indonesia masih
perlu dipelajari dan bahkan diperdebatkan, karena orang bisa berubah kapan saja.
Psikolog, Sarlito Wirawan Sarwono menyebutkan beberapa karakteristik lebih tepat
sebagai “profil kepribadian”, sementara itu di bidang antropologi, karakteristik bisa
disebut sebagai “etos” atau “sifat khusus” dari sebuah komunitas sebagai studi Ruth
Benedict (1962) tentang etos dalam Pola buku berjudul Kebudayaan.
Penelitian ini mencoba untuk menganalisis pemikiran Mochtar Lubis pada tahun 1977
yang pada beberapa bagian masih menunjukkan tentang kesamaan dan berhubungan
dengan orang-orang bagaimana Indonesia berdasarkan antropolog Koentjaraningrat.
Studi perhatian dengan dua penulis ini Indonesia (wartawan senior dan seorang
antropolog). Ini akan membuat tipologi tentang etos bagaimana politik masyarakat
Indonesia. Dengan demikian, beberapa fenomena politik seperti “kutu loncat” dari satu
pihak ke pihak lain, uang korupsi secara bersamaan, tidak konsisten dengan
mengatakan dan tindakan (selama kampanye dan telah memenangkan pemilu) akan
dimengerti. Selanjutnya adalah, pengetahuan kita tentang etos politik ini akan berguna
setidaknya dalam dua hal: (1) akademik dan, (2) praktis. Secara akademis, penelitian ini
diharapkan dapat menjadi referensi dan sebuah studi yang menarik di bidang sosiologi
politik, antropologi politik atau psikologi politik dan praktis penelitian ini juga berguna
bagi para pembuat kebijakan di kedua pemerintah atau partai politik.

Kata kunci: poltic etos, politik budaya, masyarakat Indonesia

Pengantar timur merdeka, tak jarang yang


terbawa-bawa dan menganggap
Etos budaya orang timur dan bahwa barat lebih superior, masuk
barat kerap diposisikan secara akal, trendsetter, kiblat, dan harus
bertolak-belakang, berlawanan. diikuti. Maka, berbagai paradigma
Barat kerap digambarkan berpikiran barat pun diikuti, walau pada
rasional (jauh dari mistik), terbuka, kenyataannya tidak semua
superior, sedangkan timur paradigma barat relevan dengan
digambarkan berpikiran mistik, kebutuhan bangsa timur. Dalam
tertutup, dan inferior. Gambaran tulisan sederhana ini, penulis
sederhana ini melanda terutama mencoba menjelaskan budaya politik
ketika bangsa Barat berhasil orang timur (Indonesia). Kajian
menjelajahi samudera dan tentang budaya politik relevan
menaklukkan bangsa-bangsa di dengan kajian antropologi politik.
timur (termasuk reconquesta Dalam Political Anthropology
terhadap Islam). Akibatnya (terjemahan Y. Budisantoso dan Kata
kemudian, setelah bangsa-bangsa Pengantar Dr. Parsudi Suparlan),

Yanuardi Syukur - Etos Politik Manusia Modern 100


Jurnal ETNOHISTORI, Vol. 1, No. 2, Sept. 2014

Georges Balandier (1986) menulis itu, maka perilaku mereka dianggap


beberapa sub-kajian antropologi dapat diterima di dalam masyarakat.
politik, diantaranya kekerabatan dan Kebudayaan, tambah dia lagi,
kekuasaan, stratifikasi sosial dan dipelajari melalui sarana bahasa,
kekuasaan, religi dan kekuasaan, bukan diwariskan secara biologis,
aspek-aspek negara tradisional, dan dan unsur-unsur kebudayaan (ada 7
tradisi dan modernitas. Buku unsur terkenal) berfungsi sebagai
Balandier ini membantu dalam suatu keseluruhan yang terpadu.
menjelaskan fenomena politik
perspektif antropologi. Buku lain Etos Manusia Indonesia Menurut
yang ditulis H.J.M. Claessen, Mochtar Lubis
Politieke Antropologie, Een
terreinverkenning (terjemahan R.G. Pada 1977, Mochtar Lubis
Soekadijo), menjelaskan beberapa menulis tentang ciri-ciri pokok
hal penting, di antaranya politik dan manusia Indonesia. Setidaknya ada
alam sakral, politik dan kekerabatan, enam ciri manusia Indonesia,
politik dan landasan material, dan sebagaimana dikutip Amri Marzali
evolusi sistem politik. Setidaknya, dalam Antropologi dan
dua buku ini menjadi rujukan dalam Pembangunan Indonesia (2007: 122-
pembahasan antropologi politik. 125) sebagai berikut:
Lantas, apa yang dimaksud 1. Hipokrisi (munafik). Manusia
dengan budaya politik dalam tulisan Indonesia itu kata Lubis suka
ini? Dalam khazanah antropologi, berpura-pura, lain di muka
budaya diartikan dengan bermacam- lain di belakang. Faktor yang
macam. Ada ratusan definisi tentang membuat mereka menjadi
budaya, dan satu sama lain kerap hipokrit adalah karena
ada pertentangan. Namun, seorang tekanan keras dari sistem
peneliti mau tak mau—dari pemerintahan feodal. Orang
banyaknya definisi itu—harus bisa dipaksa untuk
menentukan satu definisi yang menyembunyikan apa yang
diikutinya (setidaknya walaupun sebenarnya dirasakan dan
hanya sementara). Mengutip William dipikirkannya, karena takut
Haviland, kebudayaan terdiri dari akan hukuman dari
nilai-nilai, kepercayaan, dan persepsi penguasa yang feodalistis.
abstrak tentang jagat raya yang Orang dipaksa untuk
berada di balik perilaku manusia, bersikap “asal bapak
dan yang tercermin dalam perilaku. senang”, agar selalu
Semua itu, tulis Haviland pada bab mendapat limpahan berkah
Hakikat Kebudayaan dalam bukunya dari penguasa. Kata Lubis
Antropologi adalah milik bersama lagi, “Orang belajar
para anggota masyarakat, dan mengatakan ‘tidak’ dengan
apabila orang berbuat sesuai dengan cara-cara yang berliku-liku,

Yanuardi Syukur - Etos Politik Manusia Modern 100


Jurnal ETNOHISTORI, Vol. 1, No. 2, Sept. 2014

diselimuti dan diberi bawahan atau orang biasa


berbagai topeng, hingga untuk bertemu pejabat,
tidak dapat lagi dikenali apalagi meneleponnya.
maksudnya. Demikian pula Diperlukan prosedur yang
dengan sikap tidak setuju, panjang dan berbelit-belit
atau sikap mengkritik dan untuk bertemu seorang
mencela,semuanya pejabat. Ada kesan, “makin
diselubungi, diungkapkan panjang dan makin berbelit-
dengan cara yang lain.” belit jalan untuk
2. Segan dan enggan menemuinya, maka makin
bertanggungjawab atas tinggi kewibawaan pejabat
perbuatannya, putusannya, tersebut.”
kelakuannya, pikirannya, dan 4. Percaya pada takhayul.
sebagainya. Orang Indonesia Manusia Indonesia percaya
cenderung untuk bahwa batu, gunung, pantai,
melepaskan tanggungjawab sungai, keris, dan
pada orang lain ketika ia sebagainya, memiliki
mendapatkan masalah atau kekuatan gaib, yang karena
kegagalan. Biasanya yang itu harus dipuja dan diberi
menjadi “kambing hitam” sesajen. Manusia Indonesia,
adalah para bawahan, kutip Amri Marzali, “sampai
mereka yang lebih muda, sekarang, meskipun sudah
atau kaum minoritas. Pada berpendidikan tinggi, masih
faktanya, karena para tetap percaya pada jimat
bawahan, kaum muda, dan dan jampi-jampi.” Juga,
minoritas itu tidak mau juga mereka percaya pada
dipersalahkan, maka lambang dan semboyan
terjadilah saling melempar yang diciptakannya sendiri.
tanggungjawab. 5. Artistik. Ini ciri positif
3. Jiwa feodalisme yang manusia Indonesia. Sejak
terwujud dalam perilaku lama ciptaan artistik manusia
feodalisme. Perilaku Indonesia telah mengisi
feodalisme ini terlihat museum-museum terkenal di
misalnya dalam upacara Eropa. Tidak hanya di Eropa,
resmi kenegaraan, dalam di dalam negeri sendiri, ada
birokrasi kepegawaian, banyak nuansa artistik yang
dalam pengangkatan istri masih dapat dilihat, misalnya
atau anak sebagai pejabat dari patung-patung dalam
pada berbagai posisi berbagai candi, seni peran,
penting, dan lain-lain. Jiwa berbagai musik yang saking
feodal ini juga dapat dilihat artistiknya sampai ada
dari susahnya seorang beberapa yang diklaim oleh

Yanuardi Syukur - Etos Politik Manusia Modern 101


Jurnal ETNOHISTORI, Vol. 1, No. 2, Sept. 2014

negara tetangga sebagai manusia bisa jadi berubah. Psikolog


karya mereka sendiri dan Sarlito Wirawan Sarwono menyebut
membuat orang Indonesia beberapa ciri-ciri itu lebih tepat
baru “kebakaran jenggot” sebagai “profil kepribadian”,
ketika klaim itu telah terjadi, sementara itu dalam antropologi,
dan seterusnya. ciri-ciri itu bisa disebut sebagai
6. Watak yang lemah. Manusia sebagai “ethos” atau “watak khas”
Indonesia dianggap Lubis, yang dipancarkan oleh sebuah
“kurang kuat dalam komunitas sebagaimana kajian Ruth
mempertahankan Benedict (1962) tentang etos dalam
keyakinannya.” Mereka buku Pattern of Culture.
mudah berubah keyakinan,
demi menyelamatkan diri. Etos Manusia Indonesia Menurut
Banyak orang cerdas Koentjaraningrat
Indonesia yang rela menjual
keyakinannya demi Pendekar Antropologi
keselamatan dan Indonesia, Koentjaraningrat pernah
kesejahteraan dirinya. Faktor menulis tentang mentalitas bangsa
yang membuat hal ini terjadi Indonesia. Bukunya Kebudayaan,
karena watak feodal “asal Mentalitas, dan Pembangunan (1974)
bapak senang.”1 menjelaskan tentang mentalitas
Ciri pokok manusia Indonesia bangsa Indonesia yang nampaknya
versi Mochtar Lubis itu perlu dikaji masih relevan dengan kondisi sosial
bahkan diperdebatkan sisi benar- kita saat ini. Ada hal baik—seperti
tidaknya (atau masih relevan atau juga dalam kategorisasi Wartawan
tidak), karena ketika zaman berputar Senior Mochtar Lubis tentang
manusia Indonesia—juga ada hal

1
Selain enam ciri ini masih ada lagi ciri
buruk. Mentalitas yang buruk,
lainnya yang diungkap Mochtar Lubis. menurut Koentjaraningrat, ada yang
Beberapa ciri negatif lainnya adalah: (1) Tidak sifatnya kelanjutan dari kolonialisme,
hemat, (2) Tidak suka bekerja keras, kecuali juga ada karena mental asli bangsa
kalau terpaksa, (3) Jadi pegawai negeri adalah
idaman utama, khususnya di tempat yang
yang berkembang sejak lama. Kasus
“basah”, (4) Suka menggerutu di belakang, malasnya Pegawai Negeri Sipil (PNS)
tidak berani secara terbuka, (5) Cemburu dan masuk kantor, anggota Dewan
dengki terhadap orang lain yang lebih kaya, Perwakilan Rakyat (pusat dan
dan (6) Sikap tidak peduli dengan nasib orang
lain. Sementara itu, Lubis juga mencatat daerah) yang lebih suka melancong
beberapa ciri positif manusia Indonesia buang-buang duit tidak produktif
sebagai berikut: (1) Kemesraan hubungan (termasuk SPPD fiktif), fakta “berpikir
antarmanusia, (2) Kasih Ibu dan Bapak pada sederhana” (simple minded),
anak-anaknya, (3) Berhati lembut dan suka
damai, (4) Punya rasa humor yang cukup baik, pengunaan kekerasan dalam politik,
(5) Otaknya cukup encer, cepat bisa belajar, adalah bagian dari beberapa tipologi
dan (6) Sabar. manusia Indonesia dalam politik.

Yanuardi Syukur - Etos Politik Manusia Modern 102


Jurnal ETNOHISTORI, Vol. 1, No. 2, Sept. 2014

Mentalitas (dalam tulisan ini bidang kehidupan.” Mereka-mereka


menggunakan kata ‘etos’) orang yang kreatif, begitu kosong di
Indonesia menurut Koentjaraningrat berbagai tempat. Kekosongan
adalah sebagai berikut: generasi kreatif ini bisa jadi karena
masalah SDM kita yang tertatih-tatih.
1. Meremehkan Mutu Beberapa daerah ingin menjadi
daerah otonom baru, tapi
Seorang teknisi komputer di salah manajemennya belum begitu baik.
satu kabupaten pernah mengatakan, Mutu belum ditampakkan secara
“Di sini tiap minggu selalu ada baik, kemudian ingin mencapai
komputer kantor yang rusak. sesuatu yang lebih tinggi. Tentu ini
Padahal rusaknya itu sedikit sekali.” perlu dipertimbangkan lebih jauh.
Kata beliau, tiap minggu ada saja
pegawai yang membawa komputer 2. Suka Menerobos
kantornya untuk diperbaiki. Ini
menjadi tanda tanya, “kenapa bisa Mentalitas suka menerobos dapat
setiap minggu ada saja instansi yang dimaknai sebagai sikap mental yang
bawa komputernya untuk diperbaiki? ingin mencapai suatu kedudukan
Maka, mentalitas meremehkan mutu dengan cara yang gampang, dan
ini bisa jadi penyebabnya. Mungkin, tidak mengindahkan proses alamiah.
mereka yang menggunakan Suatu waktu ketika mengantri di
komputer itu mutunya tidak baik. mesin ATM, ketika mau masuk, tiba-
Tidak paham bagaimana tiba seseorang di belakang langsung
mengoperasikan komputer dengan menerobos masuk. Tampaknya lelaki
baik dan benar. Kita juga bisa itu kenal dengan orang yang sedang
melihat mentalitas ini pada menarik uang di dalam. Cara-cara
penerimaan formasi CPNS. Sudah yang tidak terpuji seperti itu ternyata
sering kita dengar, katanya, kalau masih dipraktikkan oleh sebagian
seseorang dekat dengan pejabat masyarakat kita. Belum lagi dalam
tertentu, maka ada saja jatah proyek di birokrasi. Seorang
untuknya. Jadi, seorang diterima pimpinan salah satu partai,
sebagai abdi negara itu karena mengatakan seperti ini, “adakalanya,
kedekatan, bukan karena mutu. Apa proyek-proyek itu sebenarnya tidak
efek dari penerimaan seperti ini? bisa jalan, tapi karena pakai uang,
Kelak terlihat sekali bagaimana tidak maka jadilah proyek itu.” Mendengar
cakapnya abdi negara seperti itu. itu, bisa jadi betul. Untuk
Mentalitas yang meremehkan mutu mendapatkan uang yang lebih
ini sebabnya karena apa? Menurut banyak, orang rela menyogok kiri
Prof. Koen,2 ini terjadi karena dan kanan. Padahal, kalau kita amati
“kekosongan generasi di berbagai secara jernih, itu termasuk perbuatan
yang sangat tercela. Nurani kita pun
sebenarnya tidak suka dengan
2
Sapaan Prof. Koentjaraningrat

Yanuardi Syukur - Etos Politik Manusia Modern 103


Jurnal ETNOHISTORI, Vol. 1, No. 2, Sept. 2014

perbuatan macam itu. Dalam mereka yang berasal dari daerah


dinamika sosial juga begitu. pedesaan, tapi juga di kota. Dalam
Berbagai kasus penyerbuan tempat salah satu seminar di Jakarta, acara
ibadah, kerusuhan SARA, atau main tidak tepat waktu karena peserta
hakim sendiri, itu karena mentalitas yang hadir masih bergerombol di
suka menerobos ini. Hukum tak lagi luar, dan setelah diminta oleh
menjadi sesuatu yang patut diikuti. moderator untuk menempati kursi
Akhirnya, masyarakat menyelesaikan bagian depan, ternyata tak juga
masalah-masalah sosial mereka banyak yang berminat. Rata-rata
dengan kekerasan. Padahal negeri lebih suka di belakang, atau di
kita rata-rata umatnya beragama. tengah. Fakta ini kelihatannya
Dalam agama diajarkan untuk saling sepele, tapi kalau diperhatikan lebih
membantu, bekerjasama, berbaik jauh, bisa jadi hal ini juga yang
sangka, dan memberikan cinta dan memberikan pengaruh pada
kasih sayang antara sesama. Ironis berbagai kelambatan kita menjadi
sekali fakta ini. bangsa yang maju dan besar.

3. Tidak Percaya Diri 4. Tidak Disiplin

Mentalitas tidak percaya diri Contoh paling mudah tentang


setidaknya bisa dilihat dalam acara. mentalitas tidak disiplin ini ada di
Rata-rata peserta yang hadir selalu jalan raya. Masih banyak yang acuh
maunya duduk di belakang, atau di tak acuh tidak menggunakan helm di
tengah. Jarang di antara mereka jalan raya. Bisa jadi, mereka berkata,
yang berani untuk duduk di depan. “ah, sekarang kan hari Minggu, polisi
Kalaupun sudah diminta untuk tidak ada!” Jadi, mereka pakai helm
menempati posisi depan, umumnya yang berfungsi sebagai pengaman
kita lebih suka di belakang. Apa kepala itu karena faktor ada tidaknya
makna yang tersirat dari fakta ini? polisi. Sehebat Valentino Rossi
Bisa jadi, ini adalah potret dari tidak sekalipun dalam membawa motor,
percaya diri. Mereka yang yakin tapi masalah keamanan haruslah
dengan dirinya sendiri akan tampil diperhatikan. Ini adalah sikap
prima – walaupun harus sendiri. berjaga-jaga jika kelak ada saja
Tapi, mereka yang serba takut – kecelakaan lalu lintas. Sebuah
takut salah, takut dicela, dan pepatah mengatakan, “prevention is
berbagai ketakutan personal lainnya better than cure” (mencegah, itu
– akan berdampak pada berbagai lebih baik daripada mengobati).
sisi kehidupannya. Dia mau kreatif, Mentalitas ini terdapat dalam banyak
tapi takut atasannya marah. Mau sisi—dari jalan raya, birokrasi, hingga
berbuat baik akhirnya tidak jadi, tempat-tempat ibadah. Di jalan raya,
karena masalah psikis internal ini. kerap ada yang tidak peduli dengan
Fakta ini tidak hanya melanda marka jalan, atau lampu merah. Di

Yanuardi Syukur - Etos Politik Manusia Modern 104


Jurnal ETNOHISTORI, Vol. 1, No. 2, Sept. 2014

birokrasi, juga begitu. Kalau kepala menenggak minuman keras dan


daerahnya tidak di tempat, maka tidak menyisakan kepada anak
bermalas-malasanlah para abdi yang istrinya, juga jelas-jelas abai dengan
digaji oleh negara itu. Ketika sang tanggungjawab. Tak terkecuali,
kepala daerah masuk kantor, barulah presiden yang beberapa waktu lalu
satu satu pasang muka baik, taat, curhat bahwa gajinya beberapa
dengan kesan, “saya orang yang tahun tidak naik-naik, kalau tidak
disiplin dan loyal.” Tak bisa peduli dengan penderitaan rakyat,
digeneralisir memang, tapi tak bisa juga ia termasuk mengabaikan
juga kita berpaling dari fakta yang tanggungjawab. Ternyata,
benar-benar ada ini. Mereka yang mengabaikan tanggungjawab ini tak
bermental seperti ini lazimnya hanya ada di tingkatan tertinggi
bertindak bukan karena kesadaran seperti presiden, tapi juga rakyat
bahwa ia haruslah berkarya. Ia jelata. Seharusnya, ketika seseorang
berkarya, bekerja, itu karena telah menyatakan sanggup untuk
posisinya. Jadi, pekerjaan yang ia melaksanakan sebuah pekerjaan,
lakoni semata untuk menyelesaikan maka dia haruslah
tugas saja, atau bahasa lainnya bertanggungjawab atas keberhasilan
“kejar setoran.” Akhirnya pekerjaan pekerjaan tersebut. “Apabila perlu,”
demi pekerjaan tak ada unsur kutip Amri Marzali, “demi
kreatifnya. Kebijakan sebuah instansi keberhasilan pekerjaan tersebut, dia
dari dulu sampai sekarang tak harus sanggup mengorbankan
beranjak dari hal ini dan itu, tak lepas dirinya sendiri.” Terkait masalah ini,
dari proses copy dan paste. Padahal, maka baik sekali agar manusia
yang saat ini kita butuhkan demi Indonesia lebih setia terhadap
kemajuan daerah dan bangsa ini satuan sosialnya. Ada kesan—dan
adalah tipikal manusia Indonesia ini juga diungkap oleh Koen—bahwa
yang disiplin, dan berani membuat orang Indonesia itu kurang setia
inovasi. terhadap instansi yang diikutinya.
Yang ideal adalah, seperti yang
5. Mengabaikan Tanggungjawab dipraktekkan oleh orang Jepang.
Bagaimana modelnya? Manusia
Abai dengan tanggungjawab itu terbaik menurut orang Jepang
berbahaya. Mereka yang korupsi adalah “mereka yang setia secara
uang negara (besar-kecilnya), jelas total terhadap kesatuan sosial,
abai. Mereka yang menyalahgunakan organisasi, atau instansi yang sudah
wewenangnya dalam birokrasi, juga dipilih untuk diikutinya” (Marzali,
abai. Para mahasiswa yang tidak 2007: 136).
belajar sungguh-sungguh, juga abai. Lima mentalitas negatif di atas
Para nelayan yang mendapatkan adalah turunan dari apa yang
uang hasil tangkapannya kemudian dijelaskan oleh Koentjaraningrat
dihabiskan untuk sekedar kurang lebih tiga puluh tahun yang

Yanuardi Syukur - Etos Politik Manusia Modern 105


Jurnal ETNOHISTORI, Vol. 1, No. 2, Sept. 2014

lalu. Melihat kategorisasi ini, ditemukan gejala premanisme. Ia


tampaknya memang benar, menulis, “…premanisme itu tidak
mentalitas bangsa kita masih belum hanya kita temukan di kalangan
beranjak dari kelimat mentalitas orang ‘pinggir jalan’, tapi juga di
negatif itu. antara mereka yang secara formal
menduduki tempat-tempat
terhormat” (hal. 122). Pikiran
sederhana ini dapat dilihat dari
berbagai kebijakan atau sikap
Etos Politik Manusia Indonesia anarkis seperti tawuran, kerusuhan
dan seterusnya yang melanda
Walau ciri-ciri pokok manusia bangsa. Pikiran sederhana ini juga
Indonesia versi Mochtar Lubis dan terjadi dalam dunia politik. Sikap
mentalitas bangsa Indonesia partai politik dengan menggandeng
menurut Koentjaraningrat di atas artis tenar yang minim pengetahuan
masih bisa diperdebatkan, tapi dan pengalaman politik adalah
melihat kondisi politik Indonesia, bagian dari itu. Kenapa misalnya,
terutama pasca reformasi 1998, pasca pemilu sebelumnya partai
tampaknya konsep Lubis dan tidak bersibuk membuat kader yang
Koentjaraningrat itu menemukan kelak dicalonkan menjadi anggota
kebenarannya di masyarakat. Maka legislatif? Atau, contoh lain, dalam
dalam tulisan ini, secara sederhana arena kampanye, partai-partai
(tentu saja harus diperdalam dalam berlomba-lomba untuk
riset lanjutan) semacam ciri politik menghadirkan artis dangdut.
manusia Indonesia atau sebutlah itu Ceramah politiknya (yang
“etos politik manusia Indonesia” sebenarnya inti) cuma beberapa
dengan mengambil inspirasi kedua menit, dilanjutkan dengan dangdutan
pakar di atas, sebagai berikut: yang memakan jam. Ini bagian dari
pikiran sederhana yang melanda
1. Berpikir Sederhana (simple politik kita. Pikiran sederhana ini
minded) memang tidak bisa disalahkan
seratus persen pada partai, karena
Dalam Indonesia Kita (2003), “tuntutan” dan “kebutuhan” untuk
Nurcholish Madjid menulis bahwa bersantai-santai ria dan bersenang-
tak jarang bangsa luar menilai bahwa senang dari massa kampanye—yang
kita adalah bangsa yang berpikiran bisa jadi bukan kader partai tersebut
sederhana (simple minded). berpikir akhirnya terjadi kampanye seperti
sederhana itu, menurut Cak Nur, itu. Logika itulah bisa jadi yang
bisa disebabkan karena belum membuat kenapa artis dangdut
meratanya pendidikan. Tapi selain harus hadir di kampanye partai.
itu, kita disebut sebagai simple
minded, itu karena tak jarang 2. Hipokrisi dan Slogan

Yanuardi Syukur - Etos Politik Manusia Modern 106


Jurnal ETNOHISTORI, Vol. 1, No. 2, Sept. 2014

masing-masing politisi punya cara


Soe Hok Gie, aktivis mahasiswa UI, baik baik yang legal maupun ilegal,
di tahun 60-an pernah berkata, yang konstitusional maupun yang
“Patriotisme tidak akan lahir dari inkonstitusional. Pemikirannya
hipokrisi dan slogan.” Ketika menulis begini, “Asal tidak ketahuan, tidak
makalah ini, saya tertarik mengapa. Tapi kalau ketahuan, uang
menggunakan ungkapan hipokrisi korupsi itu tinggal dibalikin aja.”
dan slogan itu. Para politisi Namun, kalau korupsi politiknya itu
sebenarnya patriot, karena mereka terendus oleh instansi penegak
sejatinya – dengan partainya – hukum, bisa jadi akan dicari
membela rakyat banyak, maka kambinghitam baik dari orang
mereka adalah patriot atau pejuang. mereka sendiri atau bukan. Contoh
Akan tetapi, jika hipokrisi nyata misalnya dalam kasus dana
(kemunafikan) melanda, banyak fakta talangan Bank Century yang sampai
yang tidak sesuai pasca dan pra sekarang tidak selesai-selesai, kasus
menduduki jabatan politik, maka ini Hambalang yang menyeret
bisa jadi masalah. Belum lagi dengan Nazaruddin, Anas Urbaningrum,
slogan-slogan “katakan tidak pada hingga sekarang diarahkan pada Edi
korupsi”, “kami siap mengabdi”, Baskoro Yudhoyono. Dalam politik
“gaji saya untuk rakyat” dan kambinghitam, hal-hal seperti itu
seterusnya, terkesan hanyalah memungkinkan sekali terjadi. Kasus
kamuflase (kepura-puraan, topeng) kematian Munir misalnya, sampai
yang ditampilkan untuk meraup sekarang tidak jelas siapa otak
suara, duduk sebagai wakil rakyat, intelektual di balik kasus tersebut,
dan selanjutnya adalah: lupa. Tentu dan publik juga meragukan apakah
saja tidak semua politisi seperti itu, kasus itu dilakukan murni oleh
akan tetapi jika diperhatikan – baik di Pollycarpus seorang atau oleh
media massa maupun dalam sekelompok orang yang merasa
obrolan-obrolan santai – fakta terganggu dengan kiprah pendiri
seperti itu lebih banyak muncul Kontras tersebut.
ketika membahas para politisi yang
telah duduk di kursi “basah” 4. Hidup Mewah
tersebut.
Kemewahan bisa jadi dianggap
3. Suka Mencari Kambinghitam sebuah kepantasan bagi seorang
politisi karena berada dalam
Sebuah definisi politik mengatakan, kalangan elite. Sikap mewah ini jika
politik adalah “siapa mendapat apa, tidak bisa dikendalikan, akan
kapan, dan bagaimana.” Maka, mewabah pada istri dan anak-anak
dalam politik erat sekali hubungan sang politisi itu. Akhirnya, karena
dengan “mendapatkan apa.” Tentu keluarganya bermewah-mewahan,
dalam “mendapatkan apa” itu, maka yang terjadi kemudian adalah,

Yanuardi Syukur - Etos Politik Manusia Modern 107


Jurnal ETNOHISTORI, Vol. 1, No. 2, Sept. 2014

sang kepala keluarga pun “mati- timur yang khas mistik. Berita dari
matian” mencari duit untuk itu, walau beberapa media menyebutkan
dengan cara-cara yang tidak benar. bahwa ada politisi yang rela
Tidak semua politisi boros, tentu saja berendam di sebuah sungai untuk
ada yang memilih hidup sederhana mendapatkan berkah dan agar
seperti Dr. Hidayat Nur Wahid, menang dalam pemilihan legislatif.
bahkan ada yang ke kantornya Juga tak jarang yang mendatangi
menggunakan sepeda motor dan dukun untuk mendapatkan apa yang
angkutan umum seperti Mashadi. Di diinginkan. Seorang dukun
antara anggota DPR, ada kalangan (paranormal) yang diwawancarai di
yang sebelum duduk di parlemen televisi mengatakan bahwa kliennya
adalah pengusaha dan kaya. banyak, dan ia beri tarif beberapa
Kemudian ada kesan bahwa miliar sampai triliuan jika ingin jadi
kemewahan adalah hal yang wajar, bupati, gubernur, menteri, atau
bukan karena menjadi anggota DPR presiden. Berita berikut ini
akan tetapi karena memang hal itu ia menjelaskan fakta tersebut:
dapatkan dari usahanya. Center for
Electoral Reform mencatat, dalam “Menjelang pemilu, “bisnis”
buku Almanak Anggota Parlemen paranormal pun semakin
2009-2014 yang diterbitkan menggeliat. Pemicunya ya
September 2010, pada Pemilu 2009 itu tadi, tak sedikit caleg
mengantarkan 60 orang pengusaha memercayai kekuatan gaib
masuk parlemen atau 10,71 persen bisa melanggengkan
dari 560 total anggota DPR. jalannya. Salah satu
Pekerjaan terbanyak adalah 'swasta' paranormal yang memiliki
yang mencapai 200 orang atau 35,7 daftar klien premium adalah
persen dari total anggota DPR. Ki Joko Bodo. Ia mengaku,
Kemudian terbanyak kedua adalah sudah menjadi tradisi ketika
'Anggota DPR' yakni 148 orang atau menjelang pemilu, para
26,4 persen. Namun pekerjaan caleg hingga calon presiden
swasta ini tak diketahui rinciannya mendatanginya. Tujuan
apakah sebagai wiraswasta alias apalagi kalau bukan mencari
pengusaha atau karyawan swasta jalan pintas mencari
(Viva News, 16 November 2011) kemenangan.
Lain lagi dengan Ust. DR. H.
5. Percaya pada Takhayul Desembriar Rosyady, S.Ag,
SE, SH, MM, MBA. Pria
Orang Indonesia tidak bisa dengan sederet gelar itu
dipisahkan dari mistik dan takhyul. enggan disebut “dukun
Umumnya, hal ini terjadi di kalangan politik”. Ia lebih suka
bangsa timur yang di bagian awal menamai dirinya sebagai
tulisan ini dikaitkan dengan filsafat “guru spiritual politik”.

Yanuardi Syukur - Etos Politik Manusia Modern 108


Jurnal ETNOHISTORI, Vol. 1, No. 2, Sept. 2014

Rosyady merupakan facebook yang menyerang dirinya.


pendatang baru. Dia baru Perjalanan ARB ke Maladewa
membuka jasa bantuan bagi bersama Marcella (dan adiknya
para caleg hingga capres Olivia) bersama politisi Aziz
pada tahun ini. Sebelumnya, Syamsuddin itu menjadi “bola
Rosyady mengaku lebih aktif panas” untuk menjatuhkan ARB.
ceramah dan mengajar Maka, sindiran Prabowo Subianto
mengaji untuk para pejabat. agar tidak memilih “presiden
Untuk mempromosikan boneka”, sebenarnya tidak semata
dirinya, Rosyady memilih ditujukan bagi Jokowi (Capres PDIP),
cara dengan menyebarkan akan tetapi juga buat ARB karena di
brosur. Di dalam brosur itu video tersebut ARB sempat berfoto
terdapat sebuah tulisan memeluk boneka teddy bear.
besar “Anda Ingin jadi Kenapa muncul video itu? Ya, bisa
Anggota DPD, DPRD – RI, dipastikan itu strategi politik karena
Seluruh Indonesia atau sifat cemburu dan dengki yang
Walikota maupun Gubernur? berpaut dengan anggapan bahwa
Bahkan Presiden? Insyallah politik bisa menghalalkan segala
100 persen pasti jadi”. cara untuk menggapai tujuan.
Brosur itu juga memuat tarif
fantastis untuk jasa yang 7. Cenderung Mendendam
diberikannya.” (Kompas, 20
Oktober 2013) Seorang petinggi di sebuah provinsi
pernah berkata bahwa politisi kita
6. Cemburu dan Dengki pendendam. Sikap mendendam ini
terjadi karena tidak ikhlas melihat
Sikap ini terjadi karena persaingan kemenangan pihak lain. Seharusnya
negatif dalam politik. Pada dasarnya individu yang pernah menjadi calon
ungkapan “tujuan menghalalkan presiden, gubernur, atau
segala cara” juga terjadi dalam bupati/walikota itu tetap mendukung
politik ketika seorang politisi yang pemerintahan yang ada, walau ia
tidak senang dengan politisi lainnya, tidak menjadi bagian struktural dari
maka dibuatlah berbagai skenario pemerintahan tersebut. Dalam
untuk menjatuhkan yang lain. Kasus konteks politik Indonesia lebih luas
ketika Aburizal Bakrie (ARB) ikhwal dendam-mendendam ini juga
berkampanye dimana-mana sebagai terlihat ketika Gubernur Joko
Capres Partai Golkar, ia pun Widodo (Jokowi) dicalonkan sebagai
disudutkan sedikit demi sedikit lewat calon presiden, ada desakan dari
video yang diunggah di Youtube partai-partai politik yang meminta
berjudul “Capres ARB bersama Artis agar Jokowi mundur dari jabatannya
Marcella Zalianty di Pulau sebagai Gubernur DKI. Menurut
Maladewa” dan blog serta akun Pengamat politik dari Charta Politika,

Yanuardi Syukur - Etos Politik Manusia Modern 109


Jurnal ETNOHISTORI, Vol. 1, No. 2, Sept. 2014

Yunarto Wijaya, permintaan partai- memanfaatkan fasilitas negara untuk


partai politik yang meminta agar kepentingan partai. Kritikan
Jokowi mundur dari jabatan Indonesia Corruption Watch (ICW)
Gubernur DKI tak memiliki landasan. terhadap Presiden Susilo Bambang
“Tidak ada aturan yang memaksa Yudhoyono yang menggunakan
calon presiden harus mencopot fasilitas negara saat berkampanye
jabatan yang masih dipegangnya,” sebagai Ketua Umum DPP Partai
kata Yunarto “Ini seperti ada Demokrat dinilai sebagai
dendam politik.” Sebab, Yunarto penyelewengan fasilitas negara
menjelaskan, bila Jokowi melepas berdasarkan UU Nomor 8 tahun
jabatannya terlebih dahulu, malah 2012 tentang Pemilu Legislatif
akan membuat persepsi seperti (Tribun News, 28 Maret 2014).
Jokowi meninggalkan amanahnya.
“Itu malah akan membuat Jokowi 9. Berkorban penuh Perhitungan
terlihat haus jabatan,” ujarnya
(Tempo, 12 April 2014) Politik adalah hitungan, hitungan apa
saja – termasuk hitungan berapa
8. Berorientasi Partai, bukan uang yang ia keluarkan. Berapa yang
Negara dikeluarkan ketika kampanye,
umumnya juga akan berusaha
Partai politik adalah salah satu pilar dikembalikannya pada saat menjadi
dari demokrasi, akan tetapi ketika anggota legislatif atau pejabat
seorang politisi menginjakkan pemerintah. Dalam periode menjadi
kakinya sebagai pejabat negara, pejabat itu, akhirnya seorang politisi
konsentrasinya beralih ke negara. Ia dan pejabat pemerintah akan
bukan lagi hanya berpikir bagaimana berpikir seperti Wiro Sableng 212:
mengembangkan partainya, akan Dua tahun pertama sibuk
tetapi bagaimana membawa mengembalikan uangnya saat
Indonesia yang majemuk multietnis kampanye, satu tahun bekerja, dan
ini menjadi bangsa yang besar dalam dua tahun terakhir – sebagai
perbedaan yang ada. Ia haruslah petahana (incumbent) – sibuk
menjadi negarawan, berjiwa besar, kampanye untuk pemilihan
dan memperlikan kader-kader partai selanjutnya. Jika ini yang terjadi,
lainnya untuk menduduk jabatan di maka wajarlah kalau masyarakat
partai dan mengelola partai sebaik tidak sejahtera, dan pelayanan
mungkin. Faktanya jika seorang dikeluhkan dimana-mana. Dalam
pejabat negara masih memiliki berbagai pemberitaan di media
jabatan strategis – seperti ketua massa dikabarkan bahwa para calon
umum atau presiden partai – maka anggota legislatif yang gagal ada
konsentrasinya akan terpecah dan yang mengambil kembali
tidak maksimal dalam mengelola sumbangannya, bahkan ada
negara, dan ada ada peluang untuk sumbangan untuk masjid yang telah

Yanuardi Syukur - Etos Politik Manusia Modern 110


Jurnal ETNOHISTORI, Vol. 1, No. 2, Sept. 2014

digunakan juga diminta kembali. Marzali, Amri. (2007). Antropologi &


Tampak di sini ada perhitungan Pembangunan Indonesia. Jakarta:
dalam mengorban sesuatu kepada Prenada Media
masyarakat yang bisa jadi hal itu Koentjaraningrat (2004).
terjadi karena sifat politik Kebudayaan, Mentalitas, dan
transaksional. Pembangunan. Jakarta:
Sembilan etos politik yang Gramedia
diramu dari pendapat Mochtar Lubis
dan Koentjaraningrat (menurut Internet
bacaan penulis) tentu saja Kompas, Paranormal pun Ikut
merupakan bahan awal untuk kajian Bertempur Jelang Pemilu 2014,
pendalaman lebih lanjut. Satu hal diunduh dari laman
yang mendekati kejelasan adalah, http://nasional.kompas.com/read/
beberapa etos di atas memang fakta 2013/10/20/0838163/Paranormal.
nyata adanya, namun tentu saja ini Pun.Ikut.Bertempur.Jelang.Pemil
tidak berarti menggeneralisir bahwa u.2014, pada 7 Mei 2014
semua politisi bersikap demikian, ini Tribun News, ICW Kritik SBY
hanyalah kecenderungan umum Kampanye Pakai Fasilitas Negara,
yang mungkin perlu diteliti lebih diunduh dari laman
lanjut dengan pendekatan dan kajian http://www.tribunnews.com/pemil
yang lebih dalam. * u-2014/2014/03/28/icw-kritik-
sby-kampanye-pakai-fasilitas-
negara, pada 7 Mei 2014
Daftar Bacaan Tempo, Desak Jowoki Mundur dari
Gubernur, Ini Dendam Politik,
Buku diunduh dari laman
Haviland, William A. 1988. http://pemilu.tempo.co/read/new
Antropologi. Jakarta: Penerbit s/2014/04/12/269570100/Desak-
Erlangga Jokowi-Mundur-dari-Gubernur-
Lubis, Mochtar. (1992). Budaya, Ini-Dendam-Politik, pada 7 Mei
Masyarakat, Dan Manusia 2014
Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Viva News, Pengusaha Mendominasi
Indonesia DPR, diunduh dari laman
Madjid, Nurcholish. (2002). Indonesia http://politik.news.viva.co.id/new
Kita, cet.1. Jakarta: Universitas s/read/264486-pengusaha-
Paramadina mendominasi-dpr-, pada 7 Mei
2014

Yanuardi Syukur - Etos Politik Manusia Modern 111

You might also like