Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
1. Nadila (2227230083)
2. Mumun Munajiah (2227230086)
3. Hendrawan (2227230087)
I
2023
KATA PENGANTAR
III
DAFTAR ISI
III
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan makalah ini untuk mengetahui pentingnya analisis dan penerapan teori
behavioristik dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, teori belajar behavioristik
sangat menekankan dalam perkembangan perilaku anak tersebut. Skema
pembelajaran behavioristik dapat dilihat dari berbagai hal yang dilakukan selama
proses dan pada bentuk pembelajaran.
Hasil dan pembahasan yang diterapkan pada pembelajaran yang berpijak
menggunakan teori behaviorisme ialah terwujudnya suatu perilaku yang dicapai.
Berdasarkan dari penemuan ditemukan bahwasannya penerapan teori belajar
behavioristik dalam proses pembelajaran menggunakan tujuan pembelajaran, materi
pelajaran, dan melihat dari karakterisik siswa, media, fasilitas pembelajaran,
lingkungan, dan penguatan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pembelajaran yang berpijak pada teori belajar
behavioristik adalah pembelajaran yang menjelaskan perubahan perilaku yang dapat
diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan
(stimulus) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-
hukum mekanistik. Stimulus tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang
internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah
akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulus.
Menurut Teori belajar behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah
terstruktur rapi dan teratur, maka pembelajar atau orang yang belajar harus
dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat.
Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, Sehingga
pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin.
Pendapat lain dikemukakan oleh Desminta (2004: 44) teori belajar
behavioristik adalah teori belajar memahami tingkah laku manusia yang
menggunakan pendekatan objektif, mekanistik, dan materialistik, sehingga perubahan
tingkah laku pada diri seseorang dapat dilakukan melalui upaya pengkondisian,
dengan kata lain mempelajari tingkah laku seseorang seharusnya dilakukan melalui
pengujian dan pengamatan atas tingkah laku yang terlihat bukan dengan mengamati
kegiatan bagian-bagian dalam tubuh, jadi teori ini lebih menekankan pada
pengamatan karena suatu hal yang penting untuk melihat terjadi atau tidaknya
perubahan tingkah laku tersebut.
Pendekatan objektif tersebut mengakibatkan belajar merupakan perolehan
pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan kepada peserta
didik. Oleh sebab itu peserta didik diharapkan memiliki pemahaman yang sama
terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang diterangkan oleh pemateri
itulah yang harus dipahami oleh penerima materi.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada
penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang
menuntut pembelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah
dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran
2
menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan
dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat,
sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan
penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib
tersebut.
3
2. Perkembangan tingkah laku seseorang itu tergantung pada belajar.
3. Menekankan pada faktor bagian (elemen-elemen dan tidak secara
keseluruhan).
4. Sifatnya mekanis atau mementingkan reaksi kebiasaan-kebiasaan.
5. Mementingkan masa lalu atau bertinjauan historis artinya segala tingkah
lakunya terbentuk karena pengalaman dan latihan.
4
Penerapan teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari
beberapa komponen seperti : (Sugandi,2007:35).
1. Tujuan Pembelajaran.
2. Materi Pelajaran.
3. Karakteristik siswa, media, fasilitas pembelajaran, lingkungan, dan penguatan.
5
standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para
pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-
hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang
dijangkau dalam proses evaluasi.
Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang
memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi
dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut
bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga
terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk
berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.
Karena teori belajar behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah
terstruktur rapi dan teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan
pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan
disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak
dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam
penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan
keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang
pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu
keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai
dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar
diri pebelajar.
Demikian halnya dalam pembelajaran, si belajar dianggap sebagai objek pasif
yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para
pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-
standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar.
Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang
nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau
dalam proses evaluasi.
Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang
memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi
dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut
bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga
terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk
berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.
6
Karena teori belajar behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah
terstruktur rapi dan teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan
pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan
disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak
dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam
penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan
keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang
pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu
keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai
dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar
diri pebelajar.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori belajar behavioristik lebih mengarahkan kepada peserta didik untuk
berpikir. Pandangan teori belajar behavioristik pula merupakan proses pembentukan,
yaitu membawa peseta didik untuk mencapai poin tertentu. Pembelajaran yang
dirancang pada teori belajar behavioristik memandang pengetahuan yang objektif,
sehingga belajar merupakan perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah
memindahkan pengetahuan.
Respons atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau
pembiasaan. Menurut aliran-aliran behavioristik, belajar hakikatnya adalah
pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap panca indra dengan
kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara stimulus dan respons. Fokus
utama dalam teori belajar behavioristik adalah perilaku yang terlihat dan penyebab
luar yang menstimulasinya. Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman.
Teori belajar behavioristik dalam kegiatan pembelajaran bergabung dari
beberapa hal seperti :
1. Tujuan pembelajaran.
2. Sifat materi pelajaran.
3. Karakteristik siswa.
4. Media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Teori belajar behavioristik sangat cocok untuk perolehan kemampuan yang
membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti :
1. Spontanitas.
2. Kelenturan.
3. Refleks.
4. Daya tahan dan sebagainya.
Contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan
komputer, berenang, olahraga dan sebagainya.
3.2 Saran-saran
Kita dapat memanfaatkan teori belajar behavioristik untuk meningkatkan
kemampuan berolahraga, mengetik, menari, menggunakan komputer, berbahasa
8
asing, bahkan mengajar anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang
tua. Karena pembelajaran yang berpijak pada teori belajar behavioristik
menjelaskan perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara
konkret.
9
DAFTAR PUSTAKA
Shahbana, Elvia Baby dkk. “Implementasi Teori Belajar Behavioristik Dalam Pembelajaran”
dalam Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan Volume 9.Malang.
Nahar, Novi Irwan.2016. “Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses
Pembelajaran” dalam Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Volume 1. Kabupaten Agam.
Maskun. Rachmedita, Valensy. 2018. Teori Belajar dan Pembelajaran.Yogyakarta: Garaha
Ilmu.
Budiningsih, asri. 2005. Belajar dan pembelajaran. jakarta: PT Rineka Cipta
10