You are on page 1of 14

MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

“Pembelajaran yang Berpijak Pada Teori Belajar Behavioristik”


Dosen Pengampu : Reksa Adya Pribadi M.Pd

Disusun Oleh :
1. Nadila (2227230083)
2. Mumun Munajiah (2227230086)
3. Hendrawan (2227230087)

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA


FAKULTAS ILMU KEGURURAN DAN ILMU PENDIDIKAN

I
2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Konsep Dasar IPA, dengan judul : “Pembelajaran yang Berpijak Pada Teori
Belajar Behavioristik”.
Makalah ini dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan
makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu kami mengharapkan saran serta kritik yang dapat
membangun kami/ kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyusunan makalah selanjutnya.

Serang, 4 September 2023


II
Kelompok 7

III
DAFTAR ISI

III
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan makalah ini untuk mengetahui pentingnya analisis dan penerapan teori
behavioristik dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, teori belajar behavioristik
sangat menekankan dalam perkembangan perilaku anak tersebut. Skema
pembelajaran behavioristik dapat dilihat dari berbagai hal yang dilakukan selama
proses dan pada bentuk pembelajaran.
Hasil dan pembahasan yang diterapkan pada pembelajaran yang berpijak
menggunakan teori behaviorisme ialah terwujudnya suatu perilaku yang dicapai.
Berdasarkan dari penemuan ditemukan bahwasannya penerapan teori belajar
behavioristik dalam proses pembelajaran menggunakan tujuan pembelajaran, materi
pelajaran, dan melihat dari karakterisik siswa, media, fasilitas pembelajaran,
lingkungan, dan penguatan.

1.2 Perumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran yang berpijak pada teori belajar
behavioristik?
2. Bagaimanakah pembelajaran yang berpijak pada teori belajar behavioristik?
3. Bagaimanakah penerapan teori belajar behaviorisme dalam proses belajar
mengajar?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Untuk memenuhi tugas yang diberikan pada mata kuliahbelajar dan pembelajaran
2. Untuk mengetahui teori belajar behavioristik
3. Untuk mengetahui penerapan teori belajar behavioristik dalam proses belajar
mengajar

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pembelajaran yang berpijak pada teori belajar
behavioristik adalah pembelajaran yang menjelaskan perubahan perilaku yang dapat
diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan
(stimulus) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-
hukum mekanistik. Stimulus tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang
internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah
akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulus.
Menurut Teori belajar behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah
terstruktur rapi dan teratur, maka pembelajar atau orang yang belajar harus
dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat.
Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, Sehingga
pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin.
Pendapat lain dikemukakan oleh Desminta (2004: 44) teori belajar
behavioristik adalah teori belajar memahami tingkah laku manusia yang
menggunakan pendekatan objektif, mekanistik, dan materialistik, sehingga perubahan
tingkah laku pada diri seseorang dapat dilakukan melalui upaya pengkondisian,
dengan kata lain mempelajari tingkah laku seseorang seharusnya dilakukan melalui
pengujian dan pengamatan atas tingkah laku yang terlihat bukan dengan mengamati
kegiatan bagian-bagian dalam tubuh, jadi teori ini lebih menekankan pada
pengamatan karena suatu hal yang penting untuk melihat terjadi atau tidaknya
perubahan tingkah laku tersebut.
Pendekatan objektif tersebut mengakibatkan belajar merupakan perolehan
pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan kepada peserta
didik. Oleh sebab itu peserta didik diharapkan memiliki pemahaman yang sama
terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang diterangkan oleh pemateri
itulah yang harus dipahami oleh penerima materi.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada
penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang
menuntut pembelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah
dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran

2
menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan
dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat,
sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan
penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib
tersebut.

2.2 Tokoh-tokoh Aliran Teori Behavioristik


1. Teori Belajar Behavioristik Skinner
Skinner adalah seorang psikolog yang telah berjasa unuk mengembangkan
teori perilaku Watson. Dalam behaviorisme Skinner, pikiran, sadar atau tidak. Tidak
diperlukan untuk menjabarkan perilaku perkembangan. Menurutnya perkembangan
adalah perilaku, oleh sebab itu, behavioris yakin bahwa perkembangan dipelajari dan
sering berubah sesuai dengan pengalaman pada kingkungan sekitar.
2. Teori Belajar Behavioristik Pavlov
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 Pavlov dan kawan-kawannya
melakukan penilitian terhadap proses pencernaan pada anjing dan mereka
memperlihatkan perubahan dalam waktu dan kecepatan pengeluaran air liur.
Penekanan yang diberikan Pavlov pada observasi yang diteliti, dan eksplorasinya
secara sistematis tentang berbagai aspek belajar menolong kemajuan studi ilmiah
tentang belajar namun penemuan-penemuan Pavlov hanya sedikit diterapkan pada
proses belajar di sekolah. Dahar, R, W(1998:28).
3. Teori Belajar Behavioristik Thorndike
Menurut teori koneksionisme, memandang bahwa yang menjadi dasar
terjadinya belajar adanya dorongan antara kesan panca indera (sence of impression)
dengan dorongan yang muncul bertindak (inpuls to action) (mukminin 1997:8).
Dengan ini berarti teori behaviorisme yyang lebih dikenal dengan nama
contemporary behaviorist memandang bahwasannya belajar akan terjadi pada diri
anak, jika anak mempunyai ketertarikan terhadapsesuatu yang dihadapi.

2.3 Ciri-ciri Teori Belajar Behavioristik


Teori belajar behavioristik memiliki ciri-ciri spesifik menurut Rusuli dalam
(Husanamah dkk, 2018), diantaranya adalah :
1. Mementingkan faktor lingkungan.

3
2. Perkembangan tingkah laku seseorang itu tergantung pada belajar.
3. Menekankan pada faktor bagian (elemen-elemen dan tidak secara
keseluruhan).
4. Sifatnya mekanis atau mementingkan reaksi kebiasaan-kebiasaan.
5. Mementingkan masa lalu atau bertinjauan historis artinya segala tingkah
lakunya terbentuk karena pengalaman dan latihan.

Adapun juga menuru teori behaviorisme adalah mengutamakan unsur-unsur dan


bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan pranan lingkungan, mementingkan
pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan
mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang
diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Guru yang menganut
pandangan ini berpendapat bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi terhadap
lingkungan dan tinkah laku adalah hasil belajar.

2.4 Implementasi Teori Belajar Behavioristik dalam Pembelajaran


Skema pembelajaran behavioristik dapat dilihat dari berbagai hal yang
dilakukan selama proses dan pada bentuk pembelajaran. Menurut Irham & Wiyani
(2015) mengemukakan bahwasannya hal penting yang merupakan bentuk atau ciri
dari proses pembelajaran behavioristik dapat dilihat dari beberapa hal, seperti
berikut :
1. Mendudukan peserta didik sebagai individu yang pasif.
2. Memunculkan perilaku-perilaku yang diharapkan menggunakan metode pembiasaan
atau drill.
3. Memandang pengetahuan merupakan sesuatu yang stagnan dan tidak pernah berubah
sehingga akan disampaikan sama pada setiap tahunnya.
4. Memandang mengajar hanya sebagai transfer pengetahuan dan belajar sebagai proses
memperoleh pengetahuan.
5. Kurikulum dikembangkan secara terstruktur dan pengetahuan sudah ada sehingga
siswa tinggal mempelajarinya. Sedangkan menurut Sugihartono, dkk (2007) Terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan teori belajar behavioristik
dalam proses pembelajaran.

4
Penerapan teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari
beberapa komponen seperti : (Sugandi,2007:35).
1. Tujuan Pembelajaran.
2. Materi Pelajaran.
3. Karakteristik siswa, media, fasilitas pembelajaran, lingkungan, dan penguatan.

2.5 Pembelajaran yang Berpijak pada Teori Belajar Behavioristik


Teori belajar yang sangat besar mempengaruhi arah pengembangan teori dan
praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah teori belajar behavioristik.
Aliran teori ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil
belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku
tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya
perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila
dikenai hukuman.
Istilah-istilah seperti hubungan stimulus respon, individu atau siswa
pasif, perilaku sebagai hasil yang tampak, pembentukan perilaku (shaping) dengan
penataan kondisi secara ketat ini semua merupakan unsur-unsur yang sangat penting
dalam teori behavioristik. Teori ini hingga sekarang masih  merajai praktek
pembelajaran di Indonesia. Hal ini tampak dengan jelas pada penyelenggaraan
pembelajaran dari tingkat yang paling dini, seperti kelompok bermain, Taman Kanak-
Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, bahkan sampai Perguruan Tinggi.
Pembentukan perilaku dengan cara drill (pembiasaan) disertai dengan
reinforcement atau hukuman masih sering dilakukan. Aplikasi
teori belajar behavioristik dalam kegiatan pembelajaran bergantung dari beberapa hal
seperti :
1. Tujuan pembelajaran.
2. Sifat materi pembelajaran.
3. Karakteristik siswa.
4. Media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Demikian halnya dalam pembelajaran, si belajar dianggap sebagai objek pasif
yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu,
para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan

5
standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para
pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-
hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang
dijangkau dalam proses evaluasi.
Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang
memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi
dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut
bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga
terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk
berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.
Karena teori belajar behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah
terstruktur rapi dan teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan
pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan
disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak
dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam
penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan
keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang
pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu
keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai
dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar
diri pebelajar.
Demikian halnya dalam pembelajaran, si belajar dianggap sebagai objek pasif
yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para
pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-
standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar.
Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang
nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau
dalam proses evaluasi.
Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang
memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi
dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut
bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga
terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk
berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.
6
Karena teori belajar behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah
terstruktur rapi dan teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan
pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan
disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak
dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam
penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan
keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang
pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu
keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai
dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar
diri pebelajar.

2.6 Kelebihan dan Kekurangan Implementasi Teori Behavioristik pada


sistem Pembelajaran
Untuk kelebihan dapat disebutkan, antara lain :
1. Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan
pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan,
refleks, dan daya tahan. Contohnya : percakapan bahasa asing, mengetik, menari,
berenang, dan olahraga.
2. Cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran
orang dewasa, suka mengulang dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan
bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti dibari hadiah atau pujian.

Sedangkan untuk kekurangan teori ini, diantara lain :


1. Pembelajaran peserta didik yang berpusat pada guru, bersifat mekanistik, dan hanya
berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur.
2. Peserta didik hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan
apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan
hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan peserta didik baik hukum verbal
maupun fisik seperti kata-kata kasar, ejekan, jeweran yang justru berakibat buruk pada
peserta didik.

7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori belajar behavioristik lebih mengarahkan kepada peserta didik untuk
berpikir. Pandangan teori belajar behavioristik pula merupakan proses pembentukan,
yaitu membawa peseta didik untuk mencapai poin tertentu. Pembelajaran yang
dirancang pada teori belajar behavioristik memandang pengetahuan yang objektif,
sehingga belajar merupakan perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah
memindahkan pengetahuan.
Respons atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau
pembiasaan. Menurut aliran-aliran behavioristik, belajar hakikatnya adalah
pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap panca indra dengan
kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara stimulus dan respons. Fokus
utama dalam teori belajar behavioristik adalah perilaku yang terlihat dan penyebab
luar yang menstimulasinya. Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman.
Teori belajar behavioristik dalam kegiatan pembelajaran bergabung dari
beberapa hal seperti :
1. Tujuan pembelajaran.
2. Sifat materi pelajaran.
3. Karakteristik siswa.
4. Media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Teori belajar behavioristik sangat cocok untuk perolehan kemampuan yang
membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti :
1. Spontanitas.
2. Kelenturan.
3. Refleks.
4. Daya tahan dan sebagainya.
Contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan
komputer, berenang, olahraga dan sebagainya.

3.2 Saran-saran
Kita dapat memanfaatkan teori belajar behavioristik untuk meningkatkan
kemampuan berolahraga, mengetik, menari, menggunakan komputer, berbahasa

8
asing, bahkan mengajar anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang
tua. Karena pembelajaran yang berpijak pada teori belajar behavioristik
menjelaskan perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara
konkret.

9
DAFTAR PUSTAKA
Shahbana, Elvia Baby dkk. “Implementasi Teori Belajar Behavioristik Dalam Pembelajaran”
dalam Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan Volume 9.Malang.
Nahar, Novi Irwan.2016. “Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses
Pembelajaran” dalam Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Volume 1. Kabupaten Agam.
Maskun. Rachmedita, Valensy. 2018. Teori Belajar dan Pembelajaran.Yogyakarta: Garaha
Ilmu.
Budiningsih, asri. 2005. Belajar dan pembelajaran. jakarta: PT Rineka Cipta

10

You might also like