Professional Documents
Culture Documents
1, Februari 2016
Kata kunci: pengungkapan modal ntelektual, komisaris independen, konsentrasi kepemilikan dan komite
audit
PENDAHULUAN
Latar Belakang ilmu pengetahuan dan teknologi, menjadi salah satu
Saat ini semakin bertambahnya kebutuhan faktor daya saing yang sangat penting dewasa ini.
stakehoders terhadap laporan perusahaan, maka Menyadari hal tersebut, maka diperlukan perubahan
laporan keuangan tidak boleh hanya berfokus pada paradigma dari yang semula mengandalkan
masalah keuangan saja, tetapi harus mampu resources-based competitiveness menjadi
memberikan informasi lain yang bersifat non knowledge-based competitivenes, berupa teknik,
keuangan untuk mewujudkan laporan keuangan yang metode, cara produksi, serta peralatan atau mesin
relevan dan reliabel (Chrisdianto, 2009). Menurut yang dipergunakan dalam suatu proses produksi.
Setiarso (2006) kemampuan suatu negara di bidang Secara konkrit, penguasaan ilmu pengetahuan dan
Made Arie Wahyuni dkk, Pengaruh Mekanisme Corporate Governance,.... 49
teknologi memiliki empat komponen penting, yakni komite audit dan komisaris independen sangat
perangkat teknis (technoware), perangkat manusia diperlukan sehingga menghindari adanya informasi
(humanware), perangkat informasi (infoware), dan peruahaan yang tidak diungkapkan.
perangkat organisasi (orgaware), namun pada Di Indonesia penelitian tentang pengungkapan
umumnya perusahaan-perusahaan di Indonesia masih modal intelektual sudah pernah dilakukan oleh
menggunakan akuntansi konvensional yang beberapa peneliti. Peneliti tersebut diantaranya Istanti
menekankan pada penggunaaan tangible asset. (2010) membuktikan bahwa ukuran perusahaan
Perusahaan-perusahaan tersebut belum memberikan berpengaruh positif terhadap pengungkapan modal
perhatian lebih terhadap human capital, structural intelektual, namun konsentrasi kepemilikan,
capital, dan customer capital. Ketiga komponen leverage, komisaris independen, dan umur
intellectual capital tersebut diperlukan untuk perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap
menciptakan value added bagi perusahaan sehingga pengungkapan modal intelektual. Penelitian Yuniasih
dapat bersaing dalam era knowledge-based business dkk. (2011) membuktikan bahwa diversitas gender,
(Sawarjuwono dan Kadir, 2003). diversitas kebangsaan dewan komisaris, dan ukuran
Setyawan dan Drucker (dalam Ivada, 2004) perusahaan berpengar uh positif terhadap
mengidentikkan intellectual capital dengan pengungkapan modal intelektual, sedangkan
intangible assets atau aktiva tidak berwujud, di mana diversitas pendidikan dan keberadaan komisaris tidak
intelectual capital termasuk salah satu elemen dari mampu menjelaskan luas pengungkapan modal
intangible assets. Pernyataan tersebut juga terdapat intelektual secara memadai.
dalam PSAK No. 19 (revisi 2012) tentang aset tidak Ada beberapa alasan mengapa penelitian
berwujud, yang menyatakan bahwa aset tidak mengenai pengungkapan modal intelektual pada
berwujud adalah aktiva non moneter yang tidak perusahaan publik di Indonesia menarik untuk
memiliki bentuk fisik. Dalam rangka perolehan, dilakukan, Pertama, perusahaan yang berbentuk
pengembangan, pemeliharaan dan peningkatan Perseroan Terbatas (PT) dan terdaftar di BEI
sumber daya tak berwujud, perusahaan sudah tentu diwajibkan untuk mematuhi UU No. 40 tahun 2007
selalu mengeluarkan sumber daya atau menciptakan dan pengungkapan modal intelektual merupakan
liabilitas. Dalam memenuhi definisi aset tak salah satu dari jenis informasi yang dibutuhkan
berwujud, pada umumnya harus memenuhi unsur- pemakai untuk mengetahui kondisi perusahaan dari
unsur yang meliputi keter identifikasian dan segi penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi,
pengendalian atas sumber daya, serta adanya manfaat Wiliam (dalam Purnomisidhi, 2005). Dalam PSAK
ekonomi di masa yang akan datang. No. 19 (revisi 2012) menjelaskan bahwa aset tak
Sebuah studi yang dilakukan oleh Keenan dan berwujud merupakan aset non moneter yang
Aggestam (2001) yang membuktikan bahwa tata teridentifikasi tanpa wujud fisik, namun dalam
kelola perusahaan menjadi dasar acuan dari investasi regulasi tersebut tidak mengatur bagaimana cara
modal intelektual. Hal tersebut memberikan alasan pengukuran dan item-item modal intelektual apa saja
yang kuat bahwa tata kelola perusahaan, seperti yang perlu diungkapkan. Kedua, dapat mengurangi
halnya perusahaan publik yang mengharuskan asimetri informasi dari tindakan manajer yang
adanya penyusunan laporan tahunan yang lebih merugikan stakeholder. Pengungkapan informasi
terstruktur serta proses yang lebih baru untuk modal intelektual dapat memelihara hubungan dan
memberikan informasi yang lebih luas bagi kerjasama yang baik antara manajemen perusahaan,
stakeholders melalui pengungkapan modal dewan komisaris, pemegang saham dan stakeholder
intelektual. Penelitian lain mengenai pengungkapan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan
modal intelektual yang dihubungkan dengan tata sehingga dapat menjaga kelangsungan hidup
kelola perusahaan diantaranya Forker (1992) yang perusahaan di masa yang akan datang.
mengungkapkan bahwa komisaris independen Jensen dan Meckling (1976) mengemukakan
memberikan pengaruh atas pengungkapan sukarela bahwa teori keagenan mendefinisikan suatu
yang diungkapkan dalam laporan keuangan hubungan kontrak yang melibatkan satu atau lebih
perusahaan. Detail-detail pengungkapan yang orang (prinsipal) dengan orang lain (agen) untuk
dilakukan oleh manajemen tersebut dapat melakukan beberapa pelayanan atas nama prinsipal
menunjukkan kinerjanya dalam perusahaan. Dalam serta mendelegasikan otoritas pengambilan
upaya meningkatkan kualitas pengawasan dari keputusan kepada agen. Agency theory
tindakan oportunistik manajemen perusahaan, menghubungkan pengungkapan sukarela terhadap
penerapan pengendalian internal seperti keberadaan tata kelola perusahaan, dimana mekanisme
50 Jurnal Buletin Studi Ekonomi Vol. 21, No. 1, Februari 2016
mengakibatkan perusahaan tersebut memiliki teori dan penelitian sebelumnya maka hipotesis yang
keunggulan kompetitif. Secara umum, elemen- diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
elemen dalam modal intelektual terdiri dari human H1 : komisaris independen berpengaruh positif pada
capital, structural capital, dan customer capital pengungkapan modal intelektual
(Bontis at al, 2000). Definisi dari masing-masing Perusahaan dengan kepemilikan yang dimiliki
atribut modal intelektual yaitu: secara terbatas diharapkan lebih sedikit memiliki
1. Human Capital (HC) adalah pengetahuan, asimetri informasi antara manajemen dan pemegang
pendidikan dan kompetensi yang dimiliki saham mayoritas yang pada umumnya memiliki
karyawan dalam memproduksi barang dan jasa akses terhadap informasi yang mereka butuhkan dan
serta kemampuannya dalam bekerja sama dan dapat menyediakan suatu sistem tata kelola aktif yang
berkomunikasi, agar dapat berhubungan baik sulit bagi investor yang lebih kecil, lebih pasif dan
dengan rekan kerja maupun pelanggan. kurang diberi informasi (Cormier, et al dalm Li et
2. Structural Capital (SC) adalah infrastuktur al, 2008). Penelitian Li, et al (2008) membuktikan
pendukung dari human capital yang dimiliki bahwa terdapat pengaruh signifikan antara
oleh suatu perusahaan berupa sarana dan konsentrasi kepemilikan dengan pengungkapan
prasarana penunjang kinerja karyawan. modal intelektual. Penelitian McKinnon dan
Struktural capital meliputi sistem teknologi, Dalimunthe (1993) dalam White, et al (2007) juga
sistem operasional perusahaan, paten, merk telah membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang
dagang dan kursus pelatihan. signifikan antara struktur kepemilikan saham
3. Customer Capital (CC) adalah kemampuan terhadap pengungkapan laporan tahunan perusahaan
perusahaan untuk mengidentifikasi kebutuhan di Australia. Berdasarkan argumen diatas maka
dan keinginan pasar sehingga menghasilkan hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah:
hubungan yang baik dengan pihak luar H2 : konsentrasi kepemilikan berpengaruh positif
perusahaan, seperti pemerintah, pemasok, dan pada pengungkapan modal intelektual
pelanggan terhadap perusahaan. Laporan Smith (dalam Li et al, 2008) di Inggris,
Pengungkapan Modal Intelektual mengidentifikasi peran komite audit seperti
Menurut Abeysekera (2006) pengungkapan memastikan bahwa kepentingan dari pemegang
modal intelektual adalah sebuah laporan yang saham dilindungi dengan baik dalam hubungannya
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi dengan pelaporan keuangan (financial reporting) dan
perusahaan secara luas bagi pengguna laporan, yang pengendalian internal (internal control) Li, et al
tidak ikut serta dalam proses penyusunan laporan (2008) menyatakan bahwa ukuran komite audit yang
tersebut sehingga para pengguna dapat memperoleh lebih besar dalam suatu perusahaan, diharapkan
informasi yang mereka inginkan. Pengungkapan memiliki pengaruh yang lebih besar pula dalam
intellectual capital dalam laporan tahunan mengatur praktik pengungkapan modal intelektual.
perusahaan tidak dimasukkan sebagai salah satu Berdasarkan uraian tersebut, maka diajukan hipotesis
elemen dalam neraca walaupun intellectual capital sebagai berikut:
lebih diidentikkan dengan aset tak berwujud karena H3 : Komite audit berpengaruh positif pada
elemen-elemen pembentuk intellectual capital sulit pengungkapan modal intektual
dikuantifikasikan (Mouritsen at al, 2001). Di dalam
PSAK Nomor 19 belum mengatur mengenai METODE PENELITIAN
identifikasi maupun pengukuran intellectual capital. Lokasi Penelitian
Maka dari itu, pengungkapan informasi mengenai Lokasi penelitian ini dilakukan di Bursa Efek
modal intelektual perusahaan masih bersifat sukarela. Indonesia (BEI), data diperoleh dengan mengakses
melalui website www.idx.co.id serta menggunakan
Hipotesis Penelitian data pada Indonesian Capital Market Directory
Haniffa dan Cooke (2005) menyatakan bahwa (ICMD). Objek penelitian yang digunakan dalam
semakin banyak jumlah komisaris independen dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
dewan, maka semakin besar memiliki pengaruhnya terdaftar di BEI selama tahun 2008-2013.
yang tinggi dalam hal pengungkapan informasi. Jenis Data
Patelli dan Prencipe (2007) menemukan bahwa Berdasarkan sifatnya, jenis data yang digunakan
terdapat korelasi yang positif antara jumlah dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data
pengungkapan sukarela dan keberadaan komisaris dalam bentuk angka-angka atau data kualitatif yang
independen di dalam dewan. Berdasarkan landasan diangkakan (Sugiyono, 2009). Data kuantitatif yang
52 Jurnal Buletin Studi Ekonomi Vol. 21, No. 1, Februari 2016
Tabel 1
Rerangka Modal Intelektual
Internal Structure External Structure Employee Competence
(Structural) (Human Capital)
Intellectual Property - Brands - Know How
- Patents - Customers - Education
- Copyrights - Customer Loyalty - Vocational Qualification
- Trademarks - Company Names - Work-related Knowledge
Infrastructure - Distribution Channels - Work-related Competence
- Management Philosophy - Business Collaboration - Enterpreneurial Spirit
- Corporate Culture - Favourable Contracts
- Information Systems - Financial Contracts
- Management Processes - Licensing Agreements
- Networking Systems - Franchising Agreements
- Research Projects
Sumber : Sveiby dalam Purnomosidhi (2006)
Made Arie Wahyuni dkk, Pengaruh Mekanisme Corporate Governance,.... 53
Tabel 2
Proses Pemilihan Sampel
Keterangan 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Jumlah
Populasi (perusahaan
151 149 146 148 146 153 893
manufaktur yang terdaftar di
BEI)
Perusahaan manufaktur yang
tidak menerbitkan annual report (124) (122) (119) (121) (119) (126) (731)
berturut-turut
Perusahaan yang
menyampaikan laporan (4) (4) (4) (4) (4) (4) (24)
keuangan dalam mata uang
asing (dollar) .
Perusahaan yang memiliki
(2) (2) (2) (2) (2) (2) (12)
ekuitas negatif maupun laba
negatif.
Perusahaan yang tidak memiliki
data mengenai pengungkapan (5) (5) (5) (5) (5) (5) (30)
modal intelektual, komisaris
independen, konsentrasi
kepemilikan dan komite audit
Total sampel yang dapat dipakai 16 16 16 16 16 16 96
Sumber: BEI, data diolah (2013)
54 Jurnal Buletin Studi Ekonomi Vol. 21, No. 1, Februari 2016
Teknik Analisis Data (3) Bila dw > (4-dU), maka terjadi autokorelasi
Uji Asumsi Klasik negatif
Analisis data dilakukan dengan menggunakan (4) Bila d1 < dw < dU atau (4-dU) < dw < (4-dt),
teknik regresi linear berganda. Sebelum model maka tidak ditarik kesimpulan mengenai
regresi digunakan untuk menguji hipotesis, maka ada tidaknya autokorelasi.
terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik.
Tujuan pengujian ini untik mengetahui keberartian 1) Uji heteroskedastisitas
hubungan antara variabel independen dengan Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji
variabel dependen sehingga hasil analisis dapat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
diinterpretasikan dengan lebih akurat, efisien dan varians dar i residual suatu pengamatan ke
terbatas dari kelemahan-kelemahan yang terjadi pengamatan yang lain tetap maka disebut
karena masih adanya gejala-gejala asumsi klasik. homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
Dalam penelitian ini, teknik analisis data dilakukan heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya
dengan bantuan program Statistical Package for heteroskedastisitas digunakan uji glejser. Metoda ini
Social Science (SPSS) release version 17.0 for dilakukan dengan meregresi nilai absolut residual
Windows. Menurut Ghozali (2006) uji asumsi klasik (abs) terhadap variabel bebas. Jika tidak ada satupun
yang dilakukan adalah sebagai berikut: variabel bebas yang berpengaruh signifikan pada
1) Uji Normalitas absolut residual, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Asumsi klasik yang pertama diuji adalah
normalitas yang bertujuan untuk menguji apakah Pengujian Hipotesis Penelitian
pada model regresi variabel pengganggu atau Teknik analisis data yang digunakan adalah
residual mempunyai distribusi normal atau analisis kuantitatif yaitu analisis yang bersifat
tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi objektif dengan berdasarkan pada angka-angka
data normal atau mendekati normal. Pengujian dalam melakukan penilaian mengenai pengaruh
normalitas data dilakukan dengan uji mekanisme corporate governance pada
Kolmogorov-Smirnov. Residual berdistribusi pengungkapan modal intelektual. Alat analisis yang
normal bila tingkat signifikansinya lebih besar digunakan adalah regresi linear berganda.
dari 0,05. Analisis regresi linear berganda digunakan
2) Uji Multikolinearitas untuk mengetahui atau memperoleh gambaran
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji mengenai pengaruh variabel bebas pada variabel
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi terikat. Analisis ini menggunakan bantuan program
antar variabel bebas. Multikolinearitas dapat SPSS 17.0 for Windows. Model regresi linear
dilihat dari nilai tolerance atau variance berganda ditunjukkan dalam persamaan sebagai
inflation factor (VIF). Jika ada tolerance lebih berikut:
dari 10% atau kurang dari 10 maka dikatakan ICD = b + b1KI+ b2KK + b3KA + b4 ROE + ε .......2
tidak ada multikolinearitas. Keterangan :
3) Uji Autokorelasi ICD = Intellectual Capital Disclosure
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji b = konstanta
apakah dalam suatu model regresi linear b1,b2,b3 = koefisien regresi
berganda ada korelasi antara kesalahan ε = variabel pengganggu
penganggu pada periode t denga kesalahan pada KI = komisaris independen
periode t-1. Untuk mengetahui ada tidaknya KK = konsentrasi kepemilikan
autokorelasi, maka digunakan metoda Durbin KA = komite audit
Watson (Dw Test). Jika nilai Dw test sudah ada, ROE = return on equity
maka nilai tersebut dibandingkan dengan nilai Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan
tabel pada umumnya dapat digunakan untuk analisis regresi berganda disimpulkan berdasarkan
jumlah pengamatan sebanyak 15 sampai dengan nilai thitung dan tingkat signifikansi (Pvalue). Variabel
100 (Gujarati, 2006). independen dinyatakan berpengaruh pada variabel
(1) Bila dU < dw < (4-dU), maka tidak terjadi dependen secara statistik signifikan apabila t hitung
autokorelasi lebih besar darip ada ttabel atau Pvalue < 0,05.
(2) Bila dw < d1, maka terjadi autokorelasi
Made Arie Wahyuni dkk, Pengaruh Mekanisme Corporate Governance,.... 55
Koefisien determinasi (Adjusted R2) yang terlihat terhadap variabel pengungkapan modal intelektual
pada Tabel 4 mengindikasikan kemampuan sebesar 25%. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 75%
persamaan regresi berganda untuk menunjukkan (100%-25%) dijelaskan oleh variabel lain selain
tingkat penjelasan model terhadap variabel variabel penjelas atau variabel independen diatas.
dependen. Besarnya koefisien determinasi (Adjusted Uji Pengaruh Simultan (F Test)
R2 ) adalah 0,251 atau 25% ini berarti bahwa Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
kemampuan variabel penjelas dalam hal ini adalah variabel independen yang dimasukkan dalam model
variabel komisaris independen, konsentrasi mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
kepemilikan, komite audit dan profitabilitas variabel dependen.
perusahaan secara simultan memiliki pengaruh
Tabel 5
Hasil Uji Pengaruh Simultan
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1923,618 4 480,905 8,950 0,000a
Residual 4889,715 91 53,733
Total 6813,333 95
a. Predictors: (Constant), Profitabilitas, Komite audit, Komisaris ind., Konsentrasi kep.
b. Dependent Variable: PMI
Sumber : data diolah 2014
56 Jurnal Buletin Studi Ekonomi Vol. 21, No. 1, Februari 2016
Pada Tabel 5 ditunjukkan hasil uji signifikan variabel kontrol secara simultan mempengaruhi
variabel independen (X) dapat mempengaruhi variabel pengungkapan modal intelektual.
variabel dependen secara signifikan. Dari uji ANOVA
atau F test didapat nilai F test sebesar 8,950 dan Uji Parsial (t Test)
signifikansi 0,000 yang berarti variabel independen Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
komisaris independen, konsentrasi kepemilikan, pengaruh satu variabel independen secara individual
komite audit dan profitabilitas perusahaan sebagai dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Tabel 6
Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda
Understandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 56,738 2,640 21,489 0,000
Komisaris Ind. 27,334 6,150 0,427 4,445 0,000
Konsentrasi kep. 0,015 0,033 0,047 0,454 0,651
Komite audit 0,225 0,106 0,189 2,118 0,037
Profitabilitas 0,025 0,020 0,126 1,246 0,216
a. Dependent Variable: PMI
Sumber: data diolah, 2014
menunjukkan nilai t sebesar 2,118 dengan dalam jumlah yang besar, akan semakin
signifikansi sebesar 0,037. Nilai signifikansi menguasai perusahaan dan semakin berpengaruh
pengujian tersebut lebih kecil dari 0,05. Hal ini dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian,
menunjukkan bahwa variabel komite audit maka sesungguhnya pemegang saham mayoritas
mempunyai pengaruh pada pengungkapan modal memiliki kewenangan untuk mengetahui
intelektual. Oleh karena itu, hipotesis H3 dalam informasi mengenai elemen-elemen dalam modal
penelitian ini yang menyatakan komite audit intelektual yang dapat menciptakan nilai tambah
berpengaruh positif pada pengungkapan modal (value added) bagi seluruh stakeholder.
intelektual diterima. 3) Pengaruh Komite Audit Pada Pengungkapan
Pengujian Pengaruh Profitabilitas Perusahaan Modal Intelektual
Pada Pengungkapan Modal Intelektual Pengujian hipotesis ketiga (H 3 )
Hasil pengujian mengenai pengaruh menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh
profitabilitas pada pengungkapan modal intelektual positif pada pengungkapan modal intelektual.
menunjukkan nilai t sebesar 1,246 dengan Dari hasil penelitian ini dapat membuktikan
signifikansi sebesar 0,216. Nilai signifikansi bahwa komite audit dapat berperan sebagai
pengujian tersebut lebih besar dari 0,05. Hal ini mekanisme corporate governance yang dapat
menunjukkan bahwa variabel profitabilitas tidak memberikan pengaruh bagi pengungkapan modal
mempunyai pengaruh pada pengungkapan modal intelektual perusahaan.
intelektual. 4) Pengaruh Profitabilitas Pada Pengungkapan
Pembahasan Hasil pengujian Hipotesis Modal Intelektual
1) Pengaruh Komisaris Independen Pada Pengujian mengenai pengaruh profitabilitas
Pengungkapan Modal Intelektual pada pengungkapan modal intelektual
Pengujian hipotesis pertama (H 1 ) menunjukkan bahwa variabel profitabilitas tidak
menunjukkan bahwa komisaris independen mempunyai pengaruh pada pengungkapan modal
berpengaruh positif pada pengungkapan modal intelektual. Hasil penelitian ini membuktikan
intelektual. Temuan ini mengindikasikan bahwa bahwa profitabilitas yang tinggi tidak
semakin banyak jumlah komisaris indepeden memengaruhi manajemen untuk mengungkapkan
dalam dewan, akan semakin member ikan informasi modal intelektual perusahaan secara
pengaruh dalam pengungkapan modal intelektual. lebih luas.
Keputusan Direksi BEJ Nomor Kep-305/BEJ/07-
2004 menyatakan bahwa dalam rangka SIMPULAN DAN SARAN
penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang Simpulan
baik (good corporate governance), perusahaan Hasil penelitian ini membuktikan bahwa
tercatat wajib memiliki komisaris independen komisaris independen berpengaruh positif pada
yang jumlahnya secara proporsional sebanding pengungkapan modal intelektual. Temuan ini
dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan mengindikasikan bahwa semakin banyak komisaris
Pemegang Saham Pengendali dengan ketentuan indepeden dalam dewan, mereka semakin berperan
jumlah komisaris independen sekur ang- dalam memengaruhi pengungkapan. Pemberdayaan
kurangnya 30% (tiga puluh perseratus) dari dewan komisaris oleh komisaris independen
jumlah seluruh anggota komisaris. dilakukan supaya dapat melakukan tugas
2) Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Pada pengawasan terhadap direksi secara efektif dan lebih
Pengungkapan Modal Intelektual memberikan nilai tambah bagi perusahaan.
Pengujian hipotesis kedua (H2) tidak berhasil Konsentrasi kepemilikan tidak berpengaruh pada
membuktikan bahwa konsentrasi kepemilikan pengungkapan modal intelektual. Hal ini
berpengaruh positif pada pengungkapan modal mengindikasikan bahwa kepemilikan mayoritas
intelektual. Hal ini berarti perusahaan dengan belum memberikan dampak yang signifikan bagi
konsentrasi kepemilikan yang lebih besar tidak pengungkapan modal intelektual sehingga
memberikan pengaruh untuk dapat mengungkapkan menyulitkan stakeholder untuk menilai sumber daya
lebih banyak informasi yang dimiliki perusahaan. intelektual yang dimiliki. Komite audit berpengaruh
Konsentrasi kepemilikan dalam teori agensi positif terhadap tingkat pengungkapan modal
merupakan sejumlah saham perusahaan yang intelektual. Komite audit dapat berperan sebagai
tersebar dan dimiliki oleh beberapa pemegang mekanisme corporate governance yang dapat
saham. Kepemilikan perusahaan yang terkonsentrasi
58 Jurnal Buletin Studi Ekonomi Vol. 21, No. 1, Februari 2016
memberikan pengaruh bagi pengungkapan modal Reporting. Journal of Accounting and Public
intelektual perusahaan. Policy 24, pp.391-430.
Saran Ivada, E. 2004. Persepsi akuntan atas pengakuan dan
Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,251 yang pelaporan intellectual capital. Jurnal akuntansi
berarti variansi variabel dependen yang dapat dan keuangan, vol.3, no.2 September 2004.
dijelaskan oleh variansi variabel independen adalah Jensen, M.C. dan Meckling, W.H. 1976. Theory of
sebesar 25%, sedangkan sisanya sebesar 75% the Firm: Managerial Behavior, Agency Cost,
dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model and Ownership Structure. Journal of Financial
penelitian. Hal ini berarti masih ada variabel lain yang Economics, 3: 305-360.
perlu diidentifikasi untuk menjelaskan pengaruh Keenan, J. and Aggestam, M. 2001. Corporate
corporate governance pada pengungkapan modal Governance and Intellectual Capital: Some
intelektual seperti budaya perusahaan, pertemuan Conceptualisations. Corporate Governance,
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Penelitian Vol. 9 No. 4, pp. 259-75.
ini hanya dilakukan pada perusahaan sektor Keputusan Ketua Bappepam-LK Nomor: Kep-134/
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. BL/2006 Tentang Kewajiban Penyampaian
Penelitian berikutnya dapat melakukan penelitian Laporan Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan
dengan objek yang berbeda misalnya menggunakan Publik
kelompok perusahaan yang berbeda dengan periode Kuryanto, B. dan M. Syafruddin. 2008. Pengaruh
pengamatan atau rentang waktu yang berbeda. Modal Intelektual terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XI.
REFERENSI Pontianak.
Abeysekera, I. 2006. The Project of Intellectual Li, J., Pike, R., dan Haniffa, R. 2008. Intellectual
Capital Disclosure: Researching The Research. Capital Disclosure and Corporate Governance
Journal of Intellectual Capital, Vol. 7 Iss:1, Structure in UK Firms. Accounting and Business
pp.61- 77. Research, 38 (2): 137-159.
Barako, Dulacha. G. 2007. Determinants of Mouritsen, J., Bukh P.N.,Larsen H.T., Mikkel
Voluntary Disclosures in Kenyan Companies Gadmar dan Katrine Sendergaard. 2001.
Annual Reports. African Journal of Business Intellectual Capital Supplements at Skandia:
Management Vol. 1 (5) pp. 113-128, August Reading The Statement, Denmark.
2007. Natarsyah, Syahib. 2000. Analisis Pengaruh
Bonis, N., Keow. W.C dan Richardson S. 2000. Beberapa Faktor Fundamental dan Risiko
Intellectual Capital and Business Performance Sistematik Terhadap Harga Saham: Kasus
in Malaysia Industries. Journal of intelectual Industri Barang Konsumsi yang Go Publik di
capital, vol. 1, n.1.pp.85-97. Pasar Modal Indonesia. Jurnal Ekonomi dan
Chen, M. C., Cheng, S. J., dan Hwang, Y. 2005. An Bisnis Indonesia, Vol. 15, No.3:294-312.
Empirical Investigation of The Relationship Patteli, L., dan Prencipe, Annalisa. 2007. The
Between Intellectual Capital and Firms” Market Relational Between Voluntary Disclosure And
Value and Financial Performance. Journal of Independent Directors in The Presence Of A
Intellectual Capital, 6(2), 159-176. Dominant Shareholders. Europan Accounting
Chrisdianto. 2009. Peran Pengungkapan Intelectual Review, Taylor and Francis Journals, vol. 16(1),
Capital Pada Lapor an Keuangan untuk pages 5-33.
Memprediksi Kinerja Keuangan Perusahaan di Purnomosidhi, B. 2006. Praktik Pengungkapan
Masa Mendatang. Jurnal Bisnis Perspektif Modal Intelektual Pada Perusahaan Publik di
(BIP’s). Vol.1 No.1.Universitas Surabaya. BEJ. Malang: Univeritas Brawijaya.
Forker, J.J. 1992. Corporate Governance and Sartono, Agus. 2008. Manajemen Keuangan Teori
Disclosure Quality. Accounting and Business dan Aplikasi. Edisi Keempat. Yogyakarta:
Research, Spring: 111-124 BPFE.
Gujarati, D.N. 2003. Basic Econometrics Sawarjuwono, T. dan Kadir A.P.. 2003. Intellectual
International Edition – 4th ed. McGraw –Hill Capital: Perlakuan, Pengukuran dan Pelaporan.
Higher Education. pp.16-21. 0-07-112342-3. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 5 (1), 35-57.
Haniffa, R.M., dan T.E. Cooke. 2005. The Impact Setiarso, Bambang. 2006. Pengelolaan Pengetahuan
of Culture and Governance on Corporate Social (Knowledge Management) dan Modal
Made Arie Wahyuni dkk, Pengaruh Mekanisme Corporate Governance,.... 59