You are on page 1of 29

MAKALAH ANALISIS S-W-O-T-CEP PROGRAM PELAPORAN

KEMATIAN IBU DAN BAYI BARU LAHIR

Disusun oleh :
12 Gastroenterology

Rifa Satrio, Syifa Nurul, Iis Kinkin, Syavina, Salwa, Nurfitri, Vani P, Nur Evirah, Leon S,
Nazwa F, Olinsi D, Putri A, Dara A, M. Abu D, Hasna F, Nasywa N, Alana A, Ana F, Geby
S, Taniani A, M. Arief, Risya R, Annisa A, Fitri A, Zahra N, Adzra A

KEMENTRIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN


BANDUNG PENGENALAN KEHIDUPAN KAMPUS MAHASISWA
BARU 202
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya

sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami

mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah

berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun

materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah

pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih

jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan

seharihari.Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak

kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan

dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran

yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................2

DAFTAR ISI..................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................4

1.1 Latar Belakang ........................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................14

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................14

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................15

2.1 Angka Kematian Ibu (AKI) ...................................................................15

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi AKI ................................................15

2.3 Angka Kematian Bayi (AKB)................................................................20

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB ...............................................20

2.5 Pemberi Pelayanan Kesehatan ...............................................................25

BAB III PENUTUP .....................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................29


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi merupakan ukuran

bagi kemajuan kesehatan suatu negara, khususnya berkaitan dengan

masalahkesehatan ibu dan anak. Angka kematian maternal merupakan

indikator yang mencerminkan status kesehatan ibu, terutama risiko kematian

bagi ibu pada waktu hamil dan melahirkan.

Kesehatan Ibu adalah masalah pembangunan global. Di beberapa

negara, khususnya negara berkembang dan negara belum berkembang, para

ibu masih memiliki resiko tinggi ketika melahirkan. Situasi ini telah

mendorong komunitas internasional untuk berkomitmen dalam mengatasi

permasalahan kesehatan ibu. Komitmen ini diwujudkan dengan

mencantumkan kesehatan ibu menjadi salah satu target MDGs.

Kematian Ibu 99% terjadi di negara berkembang. Kematian ibu lebih

tinggi pada wanita yang tinggal didaerah pedesaan dan diantara masyarakat

miskin. Remaja muda menghadapi risiko tinggi komplikasi dan kematian

akibat kehamilan daripada wanita yang lebih tua. Perawatan terampil

sebelum, selama dan setelah melahirkan dapat menyelamatkan nyawa

perempuan dan bayi yang baru lahir (WHO,2012).

Kesehatan ibu adalah persoalan utama pembangunan di Indonesia.

Namun faktanya, diantara banyak target pencapaian Millenium Development

Goals di Indonesia, target kesehatan ibu masih jauh tertinggal dan perlu
perhatian khusus. Angka Kematian Ibu di Indonesia masih dianggap sebagai

salah satu yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara (WHO,2014).

Menurut data UNESCAP (organisasi di bidang ekonomi dan sosial di

Asia Pasifik) Angka Kematian Ibu di Indonesia adalah angka kematian

tertinggi keempat (220/100.000 kelahiran hidup) diantara beberapa Negara

di Asia Timur Selatan menyusul Kamboja, Timor Leste dan Laos. Angka

tersebut lebih tinggi dari rata-rata Angka Kematian Ibu di ASEAN dan Asia

Tenggara. Selain itu jumlah Kematian Ibu di Indonesia adalah yang tertinggi

diantara negara-negara Asia Timur dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sudah mencapai penurunan

hingga tahun 2007. Menurut SDKI 2007 AKI di Indonesia adalah

228/100.000 KH turun dari AKI tahun 2000 yaitu 307/100.000 KH dan

diharapkan dapat mencapai target MDGs yaitu menjadi 102/100.000 KH.

Namun hasil SDKI tahun 2012sangat mengejutkan. Kematian Ibu melonjak

sangat signifikan menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup atau

mengembalikan padakondisi tahun 1997. Ini berarti kesehatan ibu justru

mengalami kemunduran selama 15 tahun.

Harapan untuk mencapai target MDGs 2015 tentu saja tidak dapat

diwujudkan. Hasil survey dan riset di Indonesia juga menunjukkan bahwa

pencapaian program KIA di Indonesia mengalami penurunan kalaupun ada

peningkatan belum menunjukkan angka yang signifikan. Cakupan KI tahun

2010 adalah 92,7%, tahun 2012 turun menjadi 73,5% dan tahun 2013
meningkat tajam menjadi 95,4%. Cakupan K4 tahun 2010 adalah 61,4%,

tahun 2012 naik sedikit menjadi 62,1% dan tahun 2013 sebesar 70,4% .

Begitu pula dengan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan tahun 2010 adalah 82,2% dan tahun 2012 turun menjadi 63,8%

untuk wilayah kota dan 53% untuk wilayah desa, tahun 2013 sebesar 87,1%

(SDKI 2007, SDKI 2012,Riskesdas 2013). Berdasarkan laporan rutin dari

fasilitas kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Riau menggambarkan bahwa

Angka Kematian Ibu dalam 3(tiga) tahun terakhir mengalami peningkatan.

Pada tahun 2014 sebesar 124,5/100.000 kelahiran hidup meningkat

dibandingkan tahun 2013 sebesar 118/100.000 KH dan tahun 2012 sebesar

112,7/100.000 KH.Penyebab AKI di Provinsi Riau tahun 2012 adalah

perdarahan (42,7%), penyebab lain (30%) dan pre eklamsia/eklamsia

(27,3%).Cakupan K1 di Propinsi Riau dalam 3 (tiga) tahun terakhir juga

mengalami penurunan. K1 tahun 2012 sebesar 97 %, tahun 2013 turun

menjadi 95 % dan tahun 2014 sebesar 94%. Cakupan K4 tahun 2012 sebesar

90%, tahun 2013 menurun menjadi 80% dan tahun 2014 meningkat menjadi

90,4%. Cakupan Persalinan nakes tahun 2012 sudah mencapai target yaitu

sebesar 90,3%, tahun 2013 turun drastis menjadi 78,8% dan tahun 2014 naik

menjadi 80,8%.

Kabupaten Indaragiri Hulu merupakan salah satu dari 12 (dua belas)


Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Riau. Berdasarkan laporan rutin dari

fasilitas kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Riau tahun 2014, Kabupaten

Indragiri Hulu berada pada urutan ketiga sebagai Kabupaten/Kota dengan

AKI terbesar di Provinsi Riau setelah Kabupaten Meranti dan Kabupaten

Kuantan Singingi. Angka kematian ibu di Kabupaten Indragiri Hulu tahun

2014. sebesar 201,2 per 100.000 kelahiran hidup (Profil Dinkes Propinsi

Riau,2014). Kecenderungan jumlah kasus kematian Ibu diKabupaten

Indragiri Hulu terus meningkat.

Jumlah kasus tahun 2012 terdata 10 kasus dari 6994 sasaran ibu hamil,

tahun 2013 dijumpai 16 kasus dari 7113 sasaran ibu hamil dan tahun 2014

terdapat 18 kasus dari 8685 sasaran ibu hamil di tahun 2014dan terakhir juga

bertambah kasusnya menjadi 21 kasus dari 10591 sasaran ibu hamil pada

tahun 2015. Beberapa pencapaian program Kesehatan Ibu juga masih ada

yang belum mencapai target Standar Pelayanan Minimal (SPM). Cakupan

K1 pada tahun 2012 sudah mencapai target 95%, naik menjadi 98% pada

tahun 2013, tahun 2014 turun menjadi 93% tahun 2015 malah turun lagi dan

dibawah target SPM yaitu hanya87%. Cakupan K4 tahun 2012 masih

dibawah target yaitu 84%, tahun 2013 meningkat mencapai target yaitu 93%,

tahun 2014 turun lagi dan dibawah target SPM yaitu hanya 86%, terakhir

tahun 2015 turun drastis dan dibawah target SPM yaitu hanya 77% (Laporan

Tahunan Kesga Dinkes Kab.Indragiri Hulu,2015).


Kematian Ibu terjadi dikarenakan oleh adanya penyebab langsung

maupun penyebab tidak langsung. Penyebab langsung kematian maternal di

Indonesia yang paling sering termasuk di Propinsi Riau dan Kabupaten

Indragiri Hulu adalah perdarahan pasca persalinan (28 %), eklamsia (24%),

infeksi (11%),abortus (5%), partus lama/macet (5%), emboli obstetrik (3%),

trauma obstetrik (5%), komplikasi puerperium (8%), dan lain-lain (11%)

(Kemenkes,2008).

Penyebab kematian ibu tidak langsung merupakan akar permasalahan

dimana erat hubungannya dengan aspek sosial dan budaya, seperti kebiasaan,

keyakinan, kepercayaan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap perawatan

hamil, bersalin dan nifas yang mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan

kematian ibu dan bayi.

Berdasar paradigma Blum, faktor perilaku mempunyai pengaruh

sangat besar terhadap derajat kesehatan. Hal ini sejalan dengan konsep bahwa

yang melatarbelakangi kematian ibu tersebut adalah : pertama, status

kesehatan ibu hamil itu sendiri, kedua akses ke pelayanan kesehatan; dan

ketiga perilaku ibu dalam memelihara kesehatannya. Ketiga konsep itu

dipengaruhi oleh faktor ekonomi, sosial dan budaya (McCarthy dan

Maine,1992 dalam Azrul A,2003). Selain itu faktor terlambat juga menjadi

salah satu aspek yang menyebabkan kematian ibu yaitu terlambat

dalammengambil keputusan (disebabkan faktos sosial


budaya,pendidikan,pendapatan, peran dukun, budaya kawin muda, kualitas

pelayanan) , terlambat mencapai fasilitas rujukan (jaringan transportasi,

ongkos transportasi) dan terlambat mendapat pertolongan (kompetensi

petugas, komitmen dan motivasi, lemahnya manajemen, obat dan peralatan,

kesediaan anggaran). Paradigma dalam pembangunan kesehatan di Indonesia

masih berorientasi pada teknis biomedis dan kurang memperhatikan faktor

sosial budaya dan perilaku masyarakat. Pada dasarnya, banyak masalah

kesehatan yang tidak terpecahkan oleh ilmu kedokteran melalui pendekatan

teknis biomedis semata, melainkan memerlukan sinergi dan kolaborasi

dengan berbagai disiplin sosial dan budaya (Tumanggor,2010).

Faktor sosial yang berpengaruh terhadap masalah kematian ibu antara

lain pemberdayaan perempuan yang tidak begitu baik, latar belakang sosial

ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat dan politik, dan kebijakan

pemerintah (Meneg PP, 2011). Sedangkan faktor budaya berasal dari tata

nilai dan tradisi yang mengakar dalam suatu masyarakat yang mengatur agar

manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, dan

menentukan sikapnya ketika berhubungan dengan orang lain (Soekanto,

2012).

Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku dengan latar belakang

budaya berbeda yang sangat mempengaruhi tingkah laku kehidupan

masyarakat termasuk perilaku kesehatan. Banyak praktek-praktek budaya

yang berpengaruh secara negatif terhadap perilaku kesehatan masyarakat,


sehingga berisiko lebih besar untuk mengalami infeksi.Kondisi sosial budaya

(adat istiadat saat ini memang tidak kondusif untuk helf seeking behavior

dalam masalah kesehatan reproduksi di Indonesia (Muhammad,1996 dalam

Suryawati 2007).
Tradisi budaya dalam perawatan kehamilan,persalinan dan nifas juga

banyak dijumpai dibeberapa belahan dunia. DipedesaanSenegal,seorang ibu

yang akan bersalin diasingkan dan melahirkan sendiri dihutan dan

semaksemak (Garenne, 2007). Berbeda dengan masyarakat Krikati di

Brazilia tengah, handai tolan termasuk anak-anak bisa berkerumun didepan

pintu yang dibiarkan terbuka, untuk menyaksikan proses kelahiran tersebut

diluar ruangan. Beberapa konteks perilaku dan budaya dalam

kehamilan,persalinan dan nifas masih dianut masyarakat hingga sekarang,

misalnya tradisi pantang makanan tertentu masih harus dijalani ibu hamil dan

melahirkan yang mengakibatkan banyak ibu hamil tidak dapat

mengkonsumsi makanan tinggi protein (Foster George M,2006). Pada masa

kehamilan sampai masa nifas ibu harus mengikuti serangkaian upacara

dengan tujuan mencari keselamatan bagi ibu dan bayi (Meutia F,1998).

Dalam kontek sosial dan keluarga, kekuasaan dan pengambilan keputusan

bukan pada ibu misalnya seberapa sering anak yang diinginkan, pada siapa

dan dimana dilakukan persalinan.

Adanya budaya berunding juga mengakibatkan sering terjadi


keterlambatan pertolongan persalinan yang dapat berakibat fatal pada ibu dan

bayi. Suku Talang Mamak merupakan salah satu suku pedalaman di

Kabupaten Indragiri Hulu. Masyarakat suku Talang Mamak masih

menjunjung tinggi adat istiadat yang terlihat pada terpeliharanya hukum dan

lembaga peradilan adat. Talang Mamak disebut juga Orang Langkah Lama

atau Orang Talang. Sebutan Orang Talang berarti orang yang bermukim

dipelosok dan terasing didalam hutan. Pola pemukiman terpencar-pencar,

umumnya menempati di sisi kiri sungai dengan jumlah kecil rumah atau

gubuk.

Kebudayaan masyarakat suku Talang Mamak meliputi :

Menambak/naik tanah, Cuci lantai, Gawai. Mendanau, Berjudi,

Menyambung ayam, Meratap, Merota dan Hari Menuju. Selain itu

kebudayaan Suku Talang Mamak berisikan upacara-upacara adat seperti

gawai yaitu seperti pesta pernikahan, kemantan yaitu pengobatan penyakit,

tambat kubur yaitu acara seratus hari kematian dan memperbaiki kuburan

untuk peningkatan status sosial, khitanan, upacara melahirkan oleh dukun,

upacara timbang bayi dan masih banyak upacara adat lainnya (Simanjuntak

dkk, 2012). Orang-orang Talak Mamak sangat setia dan patuh dengan adat

istiadat mereka (M.Simanjuntak,dkk, 2012). Motto Talang Mamak :

“Daripada Mati Adat Baik Mati Anak”.Sumpah suku Talang Mamak bagi

mereka yang merusak/ingkar adat : “Keatas tak berpucuk, kebawah tak

berurat, Ditengah dikerat, Kumbang dimakan”. Karena kesetiaan dan

kepatuhan terhadap adat itulah menjadi salah satu faktor sulitnya membuat
suatu pembaharuan pada suku Talang Mamak, termasuk untuk program

kesehatan. Kadang kala kepercayaan tersebut bertentangan dengan nilai-nilai

kesehatan medis modern, sehingga mengakibatkan permasalahan kesehatan

pada ibu hamil, bersalin dan nifas.

Program kesehatan seringkali dianggap bertentangan dengan adat

istiadat yang mereka anut. Beberapa program Kesehatan Ibu dan Anak yang

terkendala pelaksanaannya pada masyarakat suku Talang Mamak

dikarenakan dianggap bertentangan dengan nilai budaya yang diyakininya,

antara lain program Kemitraan Bidan dan Dukun, Program Perencanaan

Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), persalinan dengan tenaga

kesehatan, persalinan difasilitas kesehatan, antenatal care, Perawatan nifas

dan neonatus. Hal ini dapat dilihat dari cakupan program KIA di wilayah

Puskesmas Rakit Kulim Kecamatan Rakit Kulim sebagai kecamatan dengan

masyarakat suku Talang Mamak terbanyak, dibandingkan kecamatan Batang

Gangsal dan Kecamatan Batang Cenaku.

Di kecamatan Rakit Kulim dari 19 desa yang ada,10 diantaranya

merupakan wilayah yang mayoritas penduduknya adalah suku asli Talang

Mamak. Di Kecamatan Batang Gangsal dari 10 desa yang ada, 4 diantaranya

adalah wilayah dengan mayoritas berpenduduk asli suku Talang Mamak,

sedangkan di Kecamatan Batang Cinaku hanya 1 desa yang berpenduduk asli

suku Talang Mamak. Cakupan KIA di wilayah Puskesmas Rakit Kulim

terendah dan masih banyak yang jauh dibawah target dibanding dengan

Puskesmas lain di Kabupaten Indragiri Hulu. Jumlah kasus kematian Ibu di


kecamatan Rakit Kulim yang terdata berjumlah 4 orang (2013) dari 409

sasaran ibu hamil, 3orang (2014) dari 505 sasaran ibu hamil dan 2 orang

(2015) dari 602 sasaran ibu hamil. Kasus kematian ibu yang ditemui tersebut

bersuku Talang Mamak. Sebagian besar ibu yang mengalami komplikasi

tersebut sudah dalam keadaan parah pada saat tiba di Rumah Sakit rujukan.

Ini mengindikasikan adanya faktor keterlambatan dalam merujuk.


Cakupan Antenatal Care (KI) hanya 69% (tahun 2014),menurun

menjadi 62% (tahun 2015) dari target 95% (K4) sebesar 67% (tahun 2014)

,turun menjadi 60% (tahun 2015) dari target 90%, Persalinan oleh tenaga

kesehatan 66% (tahun2014) menjadi 68% (tahun 2015) dari target 90% dan

hanya 53% dari persalinan oleh tenaga kesehatan tersebut yang bersalin

difasilitas kesehatan sedangkan targetnya 100% persalinan oleh tenaga

kesehatan harus difasilitas kesehatan, meningkat menjadi 68% (tahun 2015),

Kunjungan Nifas lengkap (Kf3) sebesar 65% (tahun 2014) dari target 90%

dan 68% (tahun 2015).Kasus komplikasi pada bayi baru lahir berupa infeksi

tali pusat juga tidak jarang dijumpai. Tahun 2013 sebanyak 20% bayi baru

lahir mengalami infeksi tali pusat, tahun 2014 sebanyak 14% dan tahun 2015

sebanyak 33%. Pada tahun 2012 dijumpai 1 kasus Infeksi tetanus pada bayi

baru lahir.

Uraian diatas mengindikasikan bahwa ada pengaruh nilai budaya yang

diyakini masayarakat suku Talang Mamak yang tercermin pada perilaku

dalam perawatan kehamilan,persalinan dan nifas.


1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang menyebabkan tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan


Angka Kematian Bayi (AKB)?

2. Apa yang telah dilakukan pemerintah untuk mengurangi Angka


Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)?

3. Bagaimana asuhan kebidanan berkesinambungan saat

kehamilan,persalinan, BBL (bayi baru lahir), nifas dan keluarga

berencana pada Ny.T umur 28 tahun di Puskesmas Gondomanan?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan fokus penelitian maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengeksplorasi secara lebih mendalam tentang perilaku budaya suku Talang

Mamak dalam perawatan kehamilan, persalinan dan nifas yang meliputi

1. Mengetahui apa yang menyebabkan tingginya Angka Kematian Ibu

(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

2. Mengetahui apa yang telah dilakukan pemerintah untuk mengurangi

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

4. Mengetahui bagaimana asuhan kebidanan berkesinambungan saat

kehamilan, persalinan, BBL (bayi baru lahir), nifas dan keluarga

berencana pada Ny.T umur 28 tahun di Puskesmas Gondomanan ?


BAB II PEMBAHASAN

2.1 Angka Kematian Ibu (AKI)

Kematian ibu adalah kematian seorang wanita selama masa kehamilan

atau selama 42 hari setelah masa kehamilan tanpa mempedulikan durasi atau

tempat persalinan. Kematian ibu diklasifikasikan dalam 2 kelompok, yaitu

kematian ibu langsung (direct obstetrict deaths) dan kematian ibu tidak

langsung (Indirect obstetrict deaths) (Kassebaum et al., 2014). Definisi

tersebut menjelaskan bahwa kematian ibu mengandung pengertian yang luas,

tidak hanya terkait kematian ibu selama proses persalinan akan tetapi juga

terkait dengan kematian ibu selama masa kehamilan dan nifas atau

pengelolaannya (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016)

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi AKI

Menurut Mc Carthy and Maine (1992) dalam (Aeni, 2013), faktorfaktor

yang mempengaruhi kematian maternal dibagi menjadi tiga kelompok yaitu

determinan dekat, determinan antara, dan determinan jauh.

1) Determinan dekat

Faktor yang paling dekat dengan kematian ibu (determinan dekat)

adalah kehamilan dan komplikasinya, baik komplikasi kehamilan, komplikasi

persalinan, dan atau komplikasi masa nifas dimana ketiganya biasa disebut

dengan komplikasi kebidanan (Kemenkes, 2016). Determinan dekat

merupakan penyebab yang berhubungan langsung dengan kematian ibu

merupakan gangguan obstetrik seperti perdarahan, preklamsi/eklamsi, dan


infeksi penyakit yang diderita ibu sebelum atau selama masa kehamilan yang

dapat memperburuk kondisi kehamilan seperti jantung, malaria, ginjal, TBC,

dan AIDS (Aeni, 2013).

2) Komplikasi kehamilan

Komplikasi kehamilan adalah kegawatdaruratan obstetrik yang dapat

mengancam kematian pada ibu dan bayi (Werdiyanthi et al., 2017). Sebesar

20% kehamilan diprediksi akan mengalami komplikasi. Berbagai komplikasi

kehamilan yang dapat menyebabkan terjadinya kematian maternal yaitu

Hiperemis gravidarum, Pre-eklampsia dan eklampsia, Kelainan dalam

lamanya kehamilan, kehamilan ektopik, penyakit serta kelainan plasenta dan

selaput janin, perdarahan antepartum, serta kehamilan kembar (Wiknjosastro

et al., 2005).

3) Komplikasi persalinan

Komplikasi persalinan yaitu kondisi yang mengancam jiwa ibu atau pun

janin karena suatu gangguan selama proses persalinan. Komplikasi persalinan

merupakan salah satu penyebab terbesar kematian di Indonesia. Komplikasi

persalinan dapat dicegah melalui deteksi dini sepeti halnya dalam komplikasi

kehamilan. Status gizi, penyakit ibu, riwayat komplikasi kehamilan, riwayat

persalinan sebelumnya dengan tindakan, kualitas antenatal care, dan penolong

persalinan merupakan faktor-faktor penting yang dapat menyebabkan

komplikasi persalinan (Hapsari et al., 2015).

4) Komplikasi masa nifas


Masa nifas yaitu masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi. Periode

masa nifas merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi, dan bila tidak

ditangani dengan segera akan mengakibatkan kematian pada ibu. Proses

perubahan pada periode nifas seharusnya berjalan normal. Namun, jika tidak

diperhatikan oleh ibu nifas untuk ditangani secara efektif dapat membahaykan

kesehatan seperti perdarahan sebagai komplikasi nifas, bahkan bisa berakibat

fatal yang menyebaban kematian ibu (Hapsari et al., 2015).

5) Determinan antara

Determinan dekat secara langsung dipengaruhi oleh determinan antara

yang berhubungan dengan faktor kesehatan seperti status kesehatan ibu, status

reproduksi, akses terhadap pelayanan kesehatan, dan perilaku penggunaan

fasilitas kesehatan (Aeni, 2013).

6) Status kesehatan ibu

Saat ini, masyarakat terus mengalami disparitas kesehatan khususnya

untuk ibu hamil. Intervensi terhadap nutrisi selama kehamilan dapat

memperbaiki hasil kesehatan ibu dan bayinya (Bazar, 2016). Fokus nutrisi ibu

terutama mengenai pencegahan kekurangan gizi (makro dan mikronutrien),

yang berpengaruh pada kurangnya peningkatan berat badan dan luaran janin

yang kurang optimal. Selain itu, perhatian terfokus pula pada masalah obesitas

dan kelebihan berat badan ibu hamil yang berpengaruh pula terhdap kehamila.

Kedua keadaan tersebut (kelebihan dan kekurangan) berpengaruh pada

kehamilan serta meningkatkan risiko terjadinya komplikasi kehamilan, mulai


dari infeksi karena rendahnya imunitas sampai penyakit metabolik karena

obesitas (Pribadi et al., 2015).

7) Status anemia

Zat besi memiliki peran penting terhadap pertumbuhan janin. Selama

hamil, asupan zat besi harus selalu ditambah karena selama masa kehamilan

volume darah pada ibu meningkat. Sehingga, untuk tetap memenuhi kebutuhan

ibu dan menyuplai makanan serta oksigen melalui plasenta dibutuhkan zat besi

yang lebih banyak. Kekurangan zat besi akan menyebabkan anemia karena zat

besi merupakan komponen utama dalam pembentukan sel darah merah

(hemoglobin) (Kemenkes, 2014). Kondisi anemia pada ibu hamil dapat

menyebabkan risiko kelahiran prematur, kematian perinatal, serta kematian

neonatal (Rahman et al., 2016)

8) Riwayat penyakit ibu

Riwayat penyakit ibu yang paling banyak diderita yaitu penyakit jantung

yang rentan mengalami komplikasi jantung berupa aritmia dan gagal jantung

dan komplikasi obstetrik seperti preeklamsi,serta komplikasi neonatal seperti

bayi lahir prematur dan keamtian bayi. Pada kehamilan 34-36 minggu, terjadi

peningkatan aktivitas jantung yang ditandai dengan peningkatan frekuensi

denyut jantung dan andi rata-rata 88 kali permenit. Pada jantung noral tidak

menjadi masalah, tetapi pada ibu dengan penyakit jantung, dapat menyebabkan

dekompensasi cordis (Aeni, 2013

9) Usia ibu
Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk

kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita

hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi

daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian

maningkat kembali setelah usia 30-35 tahun (Wiknjosastro et al., 2005).

Penelitian yang dilakukan Midhet dkk di Pakistan juga menunjukan hal yang

sama bahwa usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kematian

ibu (Bazar, 2016).

10) Paritas dan jarak kehamilan

Salah satu penyebab kematian maternal adalah kriteria “4 terlalu” yang

meliputi terlalu tua pada saat melahirkan (>35 tahun), terlalu muda pada saat

melahirkan (<20 tahun), terlalu banyak anak (> 4 anak), dan terlalu rapat jarak

kehamilan (<2 tahun) (Prihandini et al., 2016). Adapun paritas menunujukan

berapa jumlah anak yang pernah dilahiran oleh seorang wanita. (Irianto et al.,

2014).

11) Akses terhadap pelayanan kesehatan dan tempat persalinan Tempat


kematian ibu menggambarkan tingkat pelayanan

Kesehatan yang di dapat selama sakit. Kematian di fasilitas kesehatan

menunjukan adanya upaya ibu untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan yang

lebih baik, yaitu adanya upaya rujukan bagi ibu yang bersalin karena masalah

obstetrik. Jika kematian ibu terjadi di rumah, hal ini menunjukan adanya

masalah pelayanan kesehatan, terutama keterbatasan akses (Irianto et al.2014).


2.3 Angka Kematian Bayi (AKB)

Angka Kematian Bayi / Infant Mortality Rate (IMR) yaitu jumlah

kematian bayi yang berusia 0-12 bulan per 1.000 kelahiran hidup dalam waktu

satu tahun (Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, 2015). Angka Kematian

Bayi menunjukkan berbagai permasalahan kesehatan masyarakat yang

berkaitan dengan faktor penyebab kematian, status gizi ibu hamil, tingkat

pelayanan antenatal, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi

sosial ekonomi dan lingkungan. Apabila di suatu wilayah memiliki AKB yang

tinggi, maka status kesehatan di wilayah tersebut rendah (Dinas Kesehatan

Kabupaten Banyumas, 2015).

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

Ada berbagai faktor yang secara langsung mempengaruhi kematian

bayi, meliputi karakteristik ibu seperti umur, paritas, jarak kehamilan, kondisi

ibu saat hamil dan faktor sosial ekonomi. Ada juga faktor bayi dan pemberi

pelayanan kesehatan (Wandira and Indawati, 2012).

Beberapa faktor tersebut antara lain :

1) Faktor Ibu

Faktor ibu yang mempengaruhi kematian bayi meliputi karakteristik ibu

seperti umur, paritas, jarak kehamilan, kondisi ibu saat hamil dan faktor sosial

ekonomi.. Hubungan umur ibu saat melahirkan dengan kematian bayi

menggambarkan resiko kematian bayi yang sangat tinggi. Jarak kelahiran yang

pendek (kurang dari 2 tahun) berhubungan dengan naiknya resiko kematian.


Kematian bayi tiga kali lipat lebih tinggi pada bayi yang dilahirkan dengan
jarak kelahiran kurang dari 2 tahun (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2013).

2) Umur Ibu

Umur berhubungan terhadap proses reproduksi, umur ibu yang dianggap

optimal untuk kehamilan adalah antara 20 sampai 35 tahun. Pertambahan umur

akan diikuti oleh perubahan perkembangan dari organorgan dalam rongga

pelvis. Keadaan ini akan mempengaruhi kehidupan janin dalam rahim. Pada

wanita usia muda dimana organ-organ reproduksi belum sempurna secara

keseluruhan, disertai kejiwaan yang belum bersedia menjadi seorang ibu. Usia

hamil yang ideal bagi seorang wanita adalah antara umur 2035 tahun karena

pada usia tersebut rahim sudah siap menerima kehamilan, mental juga sudah

matang dan sudah mampu merawat bayi dan dirinya (Riadi, 2016).

Persentase terbesar untuk ibu yang mengalami kematian bayi terdapat

pada kelompok usia 17-23 tahun, yaitu dengan persentase sebesar 61,03% atau

lebih dari setengah dari jumlah kejadian kematian yang ada. Hal ini berkaitan

dengan usia ibu yang melakukan perkawinan di usia subur jumlahnya paling

banyak, sedangkan untuk usia di bawah 20 tahun dianggap masih belum siap

akan mempunyai dan merawat anak, juga dikarenakan usia di bawah 20 tahun

memiliki resiko melahirkan yang membahayakan untuk kesehatan bayi

maupun kesehatan ibu (Ashani and Rofi, 2012).

Faktor yang mempengaruhi kematian bayi dilihat dari faktor bayi

diantaranya bayi yang berat badan lahir kurang dari 2.500 gram, dan bayi yang
dilahirkan dari kehamilan kurang dari 37 minggu atau lebih dari 42 minggu

serta bayi yang lahir dengan infeksi intra partum, trauma lahir, atau kelainan

kongenital

(Murwati et al., 2015). Selain itu faktor komplikasi yang menjadi

penyebab kematian terbanyak yaitu asfiksia, bayi berat lahir rendah, dan

infeksi (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016). Untuk usia di atas

neonatal sampai satu tahun, penyebab utama kematian adalah infeksi

khususnya pnemonia dan diare. Ini berkaitan erat dengan perilaku hidup sehat

ibu dan juga kondisi lingkungan setempat (Kementerian Kesehatan RI, 2015).

Berikut beberapa faktor dari kondisi bayi yang dapat mempengaruhi

kematian bayi :

1) Asfiksia

Faktor yang paling berhubungan atau yang mempunyai risiko paling

tinggi dalam kematian bayi adalah asfiksia yang berarti bahwa neonatal

dengan asfiksia mempunyai risiko 7 kali dibandingkan dengan neonatal yang

tidak mengalami asfiksia atau normal (Nurliawati, 2015).

Asfiksia merupakan keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara

spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan tersebut dapat disertai dengan

adanya hipoksia, hiperkapnea dan sampai asidosis. Keadaan asfiksia ini dapat

terjadi karena kurangnya kemampuan fungsi organ bayi seperti pengembangan

paru – paru. Banyak faktor yang menyebabkan asfiksia diantaranya adanya

penyakit pada ibu sewaktu hamil seperti hipertensi, paru dan gangguan

kontraksi uterus.
2) Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

Usia kehamilan dan berat badan lahir mempunyai kontribusi atau

berpengaruh terhadap status kesehatan neonatal. Kelangsungan hidup bayi

yang lahir dalam periode neonatal sangat erat hubungannya dengan berat

badan lahir. Bayi yang lahir dengan BBLR memiliki risiko lebih tinggi untuk

menderita suatu penyakit dan lebih sulit untuk didiagnosanya, sehingga

menyebabkan keterlambatan dalam pelaksanaannya (Abdiana, 2015).

BBLR keadaan dimana bayi baru lahir yang berat badannya pada saat

kelahiran kurang dari 2.500 gram atau sampai dengan 2.499 gram. Berat badan

lahir merupakan indikator penting kesehatan bayi, faktor determinan

kelangsungan hidup dan faktor untuk pertumbuhan fisik dan mental bayi di

masa yang akan datang (Maryanti, 2011).

Faktor yang menyebabkan terjadi BBLR antara lain penyakit yang

berhubungan langsung dengan kehamilan seperti perdarahan antepartum, trauma

fisik, diabetes mellitus, dan toksemia gravidarum. Faktor janin seperti

hidramnion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom juga termasuk faktor

penyebab BBLR (Maryanti, 2011). kelainan kromosom juga termasuk faktor

penyebab BBLR (Maryanti, 2011).

3) Prematuritas

Prematuritas sangat erat kaitannya dengan BBLR. Prematuritas

merupakan neonatus dengan usia kehamilan yang kurang dari 37 minggu dan

mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau

dapat dikenal dengan nama neonatus kurang bulan sesuai dengan masa

kehamilan. Kebanyakan bayi prematur memiliki berat kurang dari 2500 gram

(Maryanti, 2011).

4) Kelainan Kongenital
Kelainan kongenital ada yang dapat menyebabkan kematian bayi

ataupun kecacatan. Bayi yang lahir dengan kelainan kongenital pada umumnya

juga memiliki berat badan lahir rendah. Kelainan kongenital merupakan

kelainan yang terlihat pada saat lahir bukan akibat proses persalinan. Kelainan

kongenital dapat dikenali saat lahir atau pada saat anakanak. Beberapa

kelainan kongenital yang dapat menyebabkan kematian adalah atresia ani.

Sedangkan kelainan kongenital yang tidak langsung menyebabkan kematian

antara lain bibir sumbing dan hidrosefalus (Kementerian Kesehatan

RI, 2010).

5) Trauma Lahir

Trauma lahir masih merupakan masalah utama dalam pelayanan

obstetric. Faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan trauma lahir adalah

makrosomia, disproporsi kepala panggul, persalinan dengan penyulit,

presentasi bokong dan penggunaan alat pada proses persalinan (Widiyati et al.,

2016).

6) Infeksi Intrapartum

Infeksi intrapartum merupakan infeksi yang terjadi dalam persalinan.

Sekitar 25% infeksi intrapartum disebabkan oleh ketuban pecah dini, semakin

lama jarak antara ketuban dengan jarak persalinan, semakin tinggi pula resiko

morbiditas ibu dan janin. Infeksi intrapartum yang terjadi pada partus lama

dapat menyebabkan bakterimia dan sepsis pada ibu dan janin (Wiknjosastro et

al., 2005).

7) Pneumonia

Pneumonia adalah penyakit yang disebabkan kuman Pneumococcus,

Staphylococcus,Streptococcus, dan virus. Gejala penyakit pneumonia yaitu

menggigil, demam, sakit kepala, batuk, mengeluarkan dahak, dan sesak napas.
Kasus pneumonia tertinggi terjadi pada kelompok umur balita terutama usia

<1 tahun (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

8) Diare

Diare adalah buang air besar dengan konsistensi cair (mencret) sebanyak

3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam). Penyakit Diare merupakan penyakit

endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial KLB yang sering

disertai dengan kematian. Laporan Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa

penyakit Diare merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi (31,4%)

dan pada balita (25,2%), sedangkan pada golongan semua umur merupakan

penyebab kematian yang ke empat (13,2%). Diare sering disebabkan karena

penggunaan air yang terkontaminasi, kebiasaan menyiapkan makanan yang

tidak higienis dan pembuangan tinja/limbah. Kombinasi dari penyebab yang

tinggi terutama pada kematian dan pengobatan yang efektif membuat diare

menjadi perhatian prioritas untuk pelayanan kesehatan (Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

2.5 Pemberi Pelayanan Kesehatan

Pemberi pelayanan kesehatan sangat berpengaruh dalam kematian bayi

seperti kelengkapan alat medis, jarak pelayanan kesehatan dan transportasi

untuk menuju pelayanan kesehatan. Selain itu, pemeriksaan antenatal care

yang dilakukan secara rutin dalam pelayanan kesehatan juga sangat

berpengaruh dalam kematian bayi (Wandira and Indawati, 2012).

Faktor pelayanan kesehatan yaitu salah satunya penolong persalinan.

Dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak, dikenal beberapa jenis tenaga yang

memberi pertolongan persalinan kepada masyarakat. Jenis tenaga tersebut

adalah tenaga profesional seperti dokter spesialis kebidanan, dokter umum,

bidan dan dukun


BAB III PENUTUP

Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi merupakan ukuran bagi

kemajuan kesehatan suatu negara, khususnya berkaitan dengan

masalahkesehatan ibu dan anak. Angka kematian maternal merupakan

indikator yang mencerminkan status kesehatan ibu, terutama risiko kematian

bagi ibu pada waktu hamil dan melahirkan. Kesehatan Ibu adalah masalah

pembangunan global. Di beberapa negara, khususnya negara berkembang dan

negara belum berkembang, para ibu masih memiliki resiko tinggi ketika

melahirkan. Kematian Ibu 99% terjadi di negara berkembang. Kematian ibu

lebih tinggi pada wanita yang tinggal didaerah pedesaan dan diantara

masyarakat miskin. Remaja muda menghadapi risiko tinggi komplikasi dan

kematian akibat kehamilan daripada wanita yang lebih tua. Perawatan terampil

sebelum, selama dan setelah melahirkan dapat menyelamatkan nyawa

perempuan dan bayi yang baru lahir (WHO,2012). Kesehatan ibu adalah

persoalan utama pembangunan di Indonesia. Namun faktanya, diantara banyak

target pencapaian Millenium Development Goals di Indonesia, target

kesehatan ibu masih jauh tertinggal dan perlu perhatian khusus. Angka

Kematian Ibu di Indonesia masih dianggap sebagai salah satu yang tertinggi di

kawasan Asia Tenggara (WHO,2014).

Kematian ibu adalah kematian seorang wanita selama masa kehamilan

atau selama 42 hari setelah masa kehamilan tanpa mempedulikan durasi atau

tempat persalinan. Kematian ibu diklasifikasikan dalam 2 kelompok, yaitu

kematian ibu langsung (direct obstetrict deaths) dan kematian ibu tidak

langsung (Indirect obstetrict deaths) (Kassebaum et al., 2014). Menurut Mc

Carthy and Maine (1992) dalam (Aeni, 2013), faktor-faktor yang


mempengaruhi kematian maternal dibagi menjadi tiga kelompok yaitu

determinan dekat, determinan antara, dan determinan jauh. 1).

Determinan dekat merupakan penyebab yang berhubungan langsung

dengan kematian ibu merupakan gangguan obstetrik seperti perdarahan,

preklamsi/eklamsi, dan infeksi penyakit yang diderita ibu sebelum atau selama

masa kehamilan yang dapat memperburuk kondisi kehamilan seperti jantung,

malaria, ginjal, TBC, dan AIDS (Aeni, 2013).

Determinan antara Determinan dekat secara langsung dipengaruhi oleh

determinan antara yang berhubungan dengan faktor kesehatan seperti status

kesehatan ibu, status reproduksi, akses terhadap pelayanan kesehatan, dan

perilaku penggunaan fasilitas kesehatan (Aeni, 2013). Yang terakhir adalah

Determinan jauh, berhubungan dengan faktor demografi dan sosiokultural.

Adapun yang termasuk faktor determinan jauh meliputi kesadaran masyarakat

yang rendah terhadap kesehatan ibu hamil, pemberdayaaan perempuan yang

tidak baik, latar belakang pendidikan, sosial ekonomi, keluarga, lingkungan

masyarakat dan politik, serta kebijakan (Aeni, 2013).

Angka Kematian Bayi / Infant Mortality Rate (IMR) yaitu jumlah

kematian bayi yang berusia 0-12 bulan per 1.000 kelahiran hidup dalam waktu

satu tahun (Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, 2015). Angka Kematian

Bayi menunjukkan berbagai permasalahan kesehatan masyarakat yang

berkaitan dengan faktor penyebab kematian, status gizi ibu hamil, tingkat

pelayanan antenatal, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi

sosial ekonomi dan lingkungan. Apabila di suatu wilayah memiliki AKB yang

tinggi, maka status kesehatan di wilayah tersebut rendah (Dinas Kesehatan

Kabupaten Banyumas, 2015). Factor yang mempengaruhi kematian bayi,

meliputi karakteristik ibu seperti umur, paritas, jarak 39 kehamilan, kondisi


ibu saat hamil dan faktor sosial ekonomi. Ada juga faktor bayi dan pemberi

pelayanan kesehatan (Wandira and Indawati, 2012).

Untuk mengatasi masalah tersebut Kementrian Republik

Indonesia membuat program yaitu Expanding Maternal and Neonatal Survival

(EMAS), yang didanai oleh Unite States Agency for International

Development (USAID), yang diluncurkan pada tahun 2011. Program 5 tahun

(2011-2016) ini bekerja untuk mengurangi kematian ibu dan bayi baru lahir

(Alamsyah, 2012).

LokasiProgram EMAS dilaksanakan di 30 kabupaten dalam enam

provinsi yang memiliki AKI dan AKB tinggi yaitu provinsi Banten, Jawa

Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra Utara dan Sulawesi Selatan

(Alamsyah, 2012). Dilakukan pendekan jejaring vanguard, program ini

diharapkan berhasil untuk meningkatkan kualitas pelayanan kegawatdaruratan

kesehatan ibu dan bayi baru lahir di fasilitas Kesehatan, Meningkatkan sistem

rujukan yang efektif, efisien berkualitas dan aman dalam kegawatdaruratan

kesehatan ibu dan bayi baru lahir, AKI dan AKB di Indonesia akan turun pada

tahun 2015 akan mencapai target MDGs (Alamsyah, 2012).


DAFTAR PUSTAKA
Anonym. ( 2022). Angka kematian ibu. Diakses pada tanggal 4 juli 2022 dari
http://eprints.unipdu.ac.id/265/1/BAB%20I.pdf.
Anonym.(2022). Kelahiran bayi. Diakses pada tanggal 4 juli 2022 dari.
http://repository.unmuhjember.ac.id/923/10/10.BAB%20I.pdf

You might also like