Professional Documents
Culture Documents
1
ISSN 0126-0472
Terakreditasi B SK Dikti No: 43/DIKTI/Kep/2008
ABSTRACT
terdiri atas lapisan encer bagian luar 23,3%, nya menjadi panas (Frenske & Mirsa, 2000).
lapisan kental bagian tengah 57,3%, lapisan Pietruszewski et al. (2007) telah memanfaatkan
encer bagian dalam 16,8% dan lapisan mem- radiasi gelombang elektromagnetik sebagai
bran kalazifera 2,7% (Stadelman & Cotterill, metode tidak merusak untuk merangsang per-
1995), sedangkan kuning telur mengandung tumbuhan biji. Kajian dielektrik dapat diman-
protein ovovitelin dan ovolivetin. faatkan untuk pengukuran kadar air secara non
Telur selama penyimpanan akan menga- destruktif pada level energi yang rendah (Kato,
lami perubahan kualitas. Perubahan tersebut 1997), maupun pengukuran bahan komposit
diantaranya warna kulit agak keruh dan ada (Chen et al., 2003).
bintik-bintik hitam, adanya penguapan air Skierucha et al. (2004) telah menerapkan
dan CO2, pembesaran ruang udara, penurunan metode pengukuran sifat listrik pada frekuensi
berat jenis, pemecahan protein, perubahan po- tinggi untuk penentuan nilai dielektrik dengan
sisi kuning telur, pengendoran selaput pengikat memanfaatkan sensor TDR dan kabel coaxial.
kuning telur, kenaikan pH putih telur, dan Pengukuran sifat listrik dengan sinyal frekuen-
penurunan kekentalan (Winarno & Koswara, si rendah juga telah dilakukan oleh Stacheder
2002). Faktor kualitas telur bagian luar meli- (2005) untuk menguji keterkaitan dielektri-
puti bentuk, warna kulit, tekstur permukaan kum dengan kadar air dan densitas dari salju.
kulit, keutuhan, dan kebersihan kulit. Faktor Sementara itu, Bamelis et al. (2008) melaku-
kualitas bagian dalam meliputi keadaan rongga kan pengukuran konduktansi listrik membran
udara, kekentalan putih telur, warna kuning telur menggunakan teknik akustik dan Krupka
telur, posisi kuning telur, haugh unit (HU) dan et al. (2001) mengukur sifat listrik yang terkait
ada tidaknya noda-noda bintik darah (North & dengan permitivitasnya. Bahkan pengukuran
Bell, 1990). sifat listrik telah dikembangkan dalam bentuk
Tinjauan kualitas telur tidak bisa lepas mesin dan robotik untuk tomografi optik (Zara
dari karakterisasi dan pengujian sifat dasar dari et al., 2003).
bahan penyusunnya. Pengujian kualitas inter- Tujuan utama penelitian ini adalah
nal telur secara kimia sudah banyak dilakukan, kajian perubahan sifat kapasitansi listrik (C)
namun secara listrik belum, sehingga dirasakan yang merupakan kajian dielektrikum bahan
begitu pentingnya kajian sifat listrik dari pro- dan konduktansi listrik (G) selama penyim-
duk peternakan, seperti telur ayam kampung. panan. Besaran listrik tersebut dapat dikore-
Setiap bahan memiliki sifat listrik yang lasikan dengan besaran fisis lain, seperti HU,
khas dan besarnya sangat ditentukan oleh pH dan viskositas sebagai pembanding dalam
kondisi internal bahan tersebut, seperti momen perubahan kualitas. Kajian besaran listrik ini
dipol listrik, komposisi bahan kimia, kandung- diharapkan dapat menghasilkan suatu ketera-
an air, keasaman dan sifat internal lainnya turan perubahan kualitas telur ayam kampung
(Hermawan, 2005). Sifat listrik bahan yang di- selama penyimpanan yang dapat dijadikan
berikan arus listrik secara mikroskopik terkait dasar pengembangan teknologi. Tinjauan di
dengan mobilitas listrik atau penyeragaman atas akan memberikan informasi alternatif
arah dipol listriknya akibat gangguan listrik tentang sifat-sifat listrik yang dapat dimanfaat-
eksternal (Kumar et al., 2007). Kemampuan kan sebagai karakterisasi dasar dan penentuan
penyeragaman momen dipol merupakan ciri kualitas telur ayam selama penyimpanan.
khas dari molekul-molekul yang berkorelasi
terhadap sifat-sifat dielektrik, fisiko-kimia dan MATERI DAN METODE
biologis (Harmen, 2001). Pemanfaatan sifat
ini cenderung semakin banyak diterapkan di Bahan utama yang digunakan dalam
bidang pertanian. Aplikasinya didasarkan pada penelitian ini adalah telur ayam kampung yang
kemampuan bahan untuk menyerap radiasi ukurannya relatif sama dari induk satu kan-
gelombang elektromagnetik dan mengubah- dang. Telur dipecahkan, lalu kuning dan putih
1,30
1,90
1,20
1,70
1,10
Konduktansi (mS)
1,50
1,00
Konduktansi(mS)
1,30 0,90
1,10 0,80
0,90 0,70
0,70 0,60
0,50 0,50
0,30 0,40
10 100 1000 10000 100000 10 100 1000 10000 100000
A B
Gambar 2. Spektrum konduktansi listrik dari putih (A) dan kuning (B) telur dengan variasi lama
penyimpanan ( = hari ke-0, = hari ke-2, = hari ke-4, x = hari ke-6, * = hari ke-8, ○ =
hari ke-10, + = hari ke-12, − = hari ke-14) pada frekuensi yang berbeda.
telur. Secara keseluruhan pada putih telur tinggi bisa dijadikan pilihan untuk pengukuran
konduktansi listrik menurun dengan semakin konduktansi listrik. Pengukuran konduktansi,
lamanya penyimpanan. Hal ini berarti kon- baik pada frekuensi rendah, maupun frekuensi
sentrasi ion yang dapat menghantarkan listrik tinggi, mempunyai perilaku yang sama untuk
berkurang selama penyimpanan. Penurunan putih telur yaitu mengalami penurunan dengan
ion-ion ini disebabkan oleh penguapan air pada bertambahnya lama penyimpanan. Frekuensi
putih telur dan aktivitas mikroba yang masuk. tinggi menyebabkan proses perubahan arah
Hal ini menyebabkan mobilitas ion dalam pergerakan muatan pada plat elektroda berjalan
bahan berkurang dan bahan cenderung bersifat dengan cepat sementara tingkat penyesuaian
isolator. bahan telur terhadap kondisi ini tinggi sehingga
Gambar 2 memperlihatkan bahwa kon- konduktansi meningkat. Energi yang ditrans-
duktansi listrik kuning telur menurun setelah misikan banyak diserap oleh bahan telur yang
disimpan selama dua hari untuk semua variasi ada di dalam plat ketika frekuensi arus tinggi.
frekuensi, kemudian naik sedikit pada hari ke- Hal ini memacu muatan terpolarisasi dengan
empat. Nilainya relatif stabil setelah 4-10 hari, cepat, resistensi yang terjadi pada bahan telur
kemudian peningkatan terjadi lagi pada 12 kecil dan kemampuan untuk menghantarkan
hari penyimpanan. Kenaikan ini diakibatkan listriknya makin besar.
adanya ion-ion yang berdifusi dari putih telur.
Konduktansi listrik pada kuning telur tidak Spektrum Kapasitansi Listrik Selama
begitu mengalami perubahan yang signifikan Penyimpanan
dibandingkan dengan putih telur. Hal ini dise-
babkan kuning telur mempunyai posisi yang Gambar 3 menunjukkan bahwa pada
terlindungi oleh putih telur. Kandungan air frekuensi rendah, yaitu 10, 50 dan 100 Hz, per-
yang lebih sedikit dibandingkan dengan putih ubahan kapasitansi selama penyimpanan me-
telur membuat kuning telur tidak cepat rusak. miliki perbedaan nilai yang besar, sedangkan
Pengukuran konduktansi listrik untuk pada frekuensi tinggi nilai kapasitansi relatif
setiap frekuensi mempunyai respon yang tidak mengalami perubahan. Keberadaan putih
teratur, yaitu perubahan nilai yang terjadi dan kuning telur diantara keping elektroda
teramati dengan jelas terhadap lama penyim- sejajar dapat menyebabkan lemahnya medan
panan. Frekuensi rendah maupun frekuensi listrik diantara keping elektroda sehingga kapa-
1000 1400
Kapasitansi ( x 100 nF)
1200
Kapasitansi (x100nF)
800
1000
600 800
400 600
400
200
200
0 0
10 100 1000 10000 100000 10 100 1000 10000 100000
A B
Gambar 3. Spektrum kapasitansi listrik dari putih (A) dan kuning (B) telur dengan variasi lama
penyimpanan ( = hari ke-0, = hari ke-2, = hari ke-4, x = hari ke-6, * = hari ke-8, ○ =
hari ke-10, + = hari ke-12, − = hari ke-14) pada frekuensi yang berbeda.
sitansinya naik. Lemahnya medan listrik antara yang besar. Posisi kuning telur yang berada di
keping elektroda disebabkan adanya medan tengah dan terlindungi oleh putih telur mem-
listrik internal dalam bahan yang arahnya ber- buat kuning telur tidak terlalu banyak terpe-
lawanan dengan medan listrik luar. ngaruh udara luar selama penyimpanan.
Kapasitansi putih telur cenderung ber- Secara keseluruhan untuk putih dan
kurang selama penyimpanan, kecuali pada hari kuning telur kapasitansinya menurun dengan
kedua terjadi penurunan yang nyata diban- naiknya frekuensi. Frekuensi berpengaruh ter-
dingkan dengan yang lainnya. Penurunan pada hadap bahan itu sendiri, yaitu dengan naiknya
hari kedua dapat disebabkan adanya perubah- frekuensi maka semakin banyak gelombang
an sifat biologis dari putih telur (Gambar 3). yang ditransmisikan tiap detiknya. Sebelum
Penurunan kapasitansi terlihat mencolok pada kapasitor terisi penuh muatan, arah arus listrik
frekuensi 10 Hz terutama setelah enam hari sudah berbalik sehingga terjadi pengosongan
penyimpanan, sedangkan pada frekuensi tinggi muatan pada plat elektroda kapasitor dengan
penurunan yang terjadi tidak terlalu nyata. cepat yang mengakibatkan muatan dalam
Penurunan ini berhubungan dengan perubahan kapasitor semakin berkurang dan kemampuan
telur selama penyimpanan yang salah satunya kapasitor untuk menyimpan muatan semakin
disebabkan penguapan H2O, yang berarti me- kecil. Sementara bahan telur yang disimpan
ngurangi kadar air yang terdapat pada putih diantara dua plat tersebut dapat dikatakan
telur yang merupakan penyusun terbesar putih memiliki kemampuan penyesuaian yang baik
telur. Hal ini didukung dengan ukuran pori dengan kondisi plat elektroda. Sejalan dengan
telur yang semakin besar. sifat konduktansi yang meningkat, berakibat
Nilai kapasitansi kuning telur untuk pula pada daya simpan muatan yang rendah.
frekuensi rendah mengalami perubahan secara Hal ini ditunjukkan dengan kapasitansi bahan
fluktuatif selama penyimpanan. Kapasitansi yang menurun.
menurun selama rentang penyimpanan empat Densitas muatan pada permukaan bahan
hari dan pada hari keenam naik kembali yang disebabkan oleh pergeseran muatan-muatan
selanjutnya turun seperti ditunjukkan Gambar molekuler di sekitar permukaan elektroda
3. Nilai kapasitansi selama penyimpanan relatif akibat medan listrik luar yang menimbulkan
stabil pada frekuensi tinggi. Hal ini dikarena- polaritas. Nilai densitas muatan neto yang
kan kuning telur selama rentang penyimpanan terkandung dalam bahan telur lebih rendah
14 hari tidak terlalu mengalami perubahan daripada densitas muatan bebas yang terdapat
pada keping elektroda. Menurunnya densitas Larutnya CO2 dalam putih telur disebab-
muatan dalam bahan akibat penguapan selama kan adanya garam-garam natrium dan kalium
penyimpanan ditandai dengan adanya penu- bikarbonat yang membentuk suatu sistem buf-
runan kapasitansi. Hal ini membuat medan fer. Hilangnya CO2 melalui pori-pori kerabang
listrik total bahan menjadi besar. Medan listrik telur menyebabkan perubahan konsentrasi ion
bahan ini berbanding terbalik dengan konstanta dalam putih telur dan menyebabkan rusaknya
dielektrik, dengan demikian putih telur me- sistem buffer. Terjadinya proses tersebut me-
ngalami penurunan nilai konstanta dielektrik nyebabkan putih telur menjadi basa dan diikuti
selama penyimpanan akibat penguapan H2O oleh kerusakan fisiko-kimia serabut-serabut
(Ragni et al., 2007). ovomusin yang berbentuk jala (Romanoff &
Romanoff, 1963). Peningkatan pH menimbul-
Korelasi Sifat Listrik dan Sifat Fisik Telur kan kerusakan serabut-serabut protein pemben-
tuk membran vitelin kuning telur.
Pengukuran tingkat keasaman selama Nilai HU mengalami penurunan yang
penyimpanan, baik kuning maupun putih konsisten dari hari ke hari selama penyim-
telur, memiliki nilai yang berbeda (Gambar 4). panan (Gambar 5). Penurunan nilai HU terjadi
Nilai pH untuk putih telur segar berada pada seiring bertambah lamanya penyimpanan, hal
kisaran 9,1. Nilai pH putih telur mengalami ini berhubungan dengan sifat fisik lainnya
kenaikan hingga sekitar pH 10 pada hari seperti pH. Saat pH putih telur mengalami ke-
kedua, selanjutnya untuk lama penyimpanan naikan, akan terjadi interaksi antara ovomusin
empat hari kembali pada kisaran nilai 9, dengan lisozim yang menyebabkan ketinggian
berikutnya mengalami kenaikan, tetapi tidak albumen berkurang dengan bertambah lamanya
besar. Kuning telur segar mempunyai nilai pH penyimpanan. Semakin rendah nilai HU berarti
pada kisaran 5,9. Nilai pH naik menjadi 6,19 kualitas telur makin rendah.
pada hari kedua, hari keempat pH sekitar 6, Ovomusin merupakan struktur berfase
selanjutnya dengan makin lama penyimpanan gel yang menyebabkan albumen lebih kental.
pH mengalami kenaikan. Peningkatan pH Kerusakan jala-jala ovomusin mengakibatkan
selama penyimpanan disebabkan penguapan air dari protein putih telur keluar dan putih telur
H2O dan CO2 pada telur. Penguapan CO2 dari menjadi encer. Haugh unit mempunyai korelasi
dalam telur diakibatkan oleh senyawa NaHCO3 dengan kandungan ovomusin dalam telur.
yang terurai menjadi NaOH, kemudian NaOH Telur-telur dengan albumen kental mempunyai
akan terurai kembali menjadi ion-ion Na+ dan nilai HU yang tinggi yang berarti mempunyai
OH- sehingga nilai pH meningkat (Silverside albumen tinggi. Telur yang kondisinya seperti
& Scott, 2000). itu dikatakan telur berkualitas (Wahju, 1997).
11,00
10,00
9,00
8,00
pH
7,00
6,00
5,00
4,00
0 2 4 6 8 10 12 14
Lama penyimpanan (hari)
110,00
100,00
90,00
HU
80,00
70,00
60,00
0 2 4 6 8 10 12 14
Lama penyimpanan (hari)
Gambar 6 menunjukkan bahwa perubah- proses kimiawi yang terjadi pada putih telur,
an viskositas putih telur dalam rentang penyim- turunnya viskositas juga dipengaruhi oleh suhu
panan sampai enam hari mengalami penurunan penyimpanan, namun dalam hal ini suhu relatif
yang curam, sementara setelah itu relatif tetap. stabil pada kisaran 30 °C.
Penurunan viskositas ini disebabkan oleh ada- Sifat listrik dengan sifat fisis akan saling
nya proses pembentukan senyawa ovomusin- berkorelasi yang berguna dalam penentuan
lisozim pada putih telur yang membuat putih sensitivitas alat yang akan dipakai dan penen-
telur menjadi encer (Stadelman & Cotterill, tuan perhitungan-perhitungan fisis seperti HU
1995). Kuning telur mengalami penurunan dan koefisien viskositas. Sementara nilai pH
viskositas selama penyimpanan lebih lambat tidak mengalami perubahan yang besar selama
dibandingkan dengan putih telur, yang dise- penyimpanan sehingga tidak disertakan dalam
babkan karena kuning telur tidak mempunyai pembuatan korelasinya. Korelasi kapasitansi
protein musin. Berubahnya putih telur menjadi putih telur terhadap HU dan viskositas (η)
encer selama penyimpanan berpengaruh ter- menunjukkan tingkat kelinieran (R=0,720)
hadap kondisi kuning telur. Air yang terlepas yang paling baik pada frekuensi 10 kHz de-
dari protein putih telur akan berdifusi ke dalam ngan persamaan:
kuning telur sehingga kuning telur membesar Cputih _ telur = 5,4 × 10 −13 H
U + 2,2 × 10 −1 η − 3 × 10 −3 ..........1
dan mengalami penurunan viskositas (Winarno
& Koswara, 2002). Selain dipengaruhi oleh Persamaan 1 mengandung arti bahwa kapasi-
12,00
10,00
1/v (s/cm)
8,00
6,00
4,00
2,00
0,00
0 2 4 6 8 10 12 14
Lama penyimpanan (hari)
Gambar 6. Perubahan viskositas selama penyimpanan untuk putih ( ) dan kuning ( ) telur
Kato, K. 1997. Electrical density sorting and Devices). 4-8 Maret 2001. Newport Beach.
estimation of soluble solids content of water- California.
melon. J. Agric. Engng. Res. 67:161-170. Silverside, F.G. & T.A. Scott. 2000. The rela-
Krupka, J., A.P. Gregory, O.C. Rochard, R.N. tionships among measures of egg albumen
Clarke, B. Riddle & J.Baker-Jarvis. 2001. height, pH and whipping volume. Poult. Sci.
Uncertainty of complex permitivity measure- 83: 1619-1623.
ments by split-post dielectric resonator tech- Skierucha, W., R. Walczak & A. Wilczek. 2004.
nique. J. Eur. Ceram. Soc. 21: 2673-2676. Comparison of open-ended coax and TDR
Kumar, P., P. Coronel, J. Simunovic, V.D. Truong sensors for the measurement of soil dielectric
& K.P. Sandeep. 2007. Measurement of permittivity in microwave frequencies. Int
dielectric properties of pumpable food mate- Agrophysics 18: 355-362.
rials under static and continuous flow condi- Stacheder, M. 2005. TDR and low-frequency
tions. J. Food Sci. 72: E177-E183. measurements for continuous monitoring
North, O.M. & D.D. Bell. 1990. Comercial of moisture and density in a snow pack. Int.
Chicken Production. 4th Ed. Van Nostrand Agrophysics 19: 75-78.
Reinhold, Conneticut. Stadelman, W.F. & O.J. Cotterill. 1995. Egg
Pietruszewski, S., S. Muszyñski & A. Dziwulska. Science and Technology. 4th Ed. Food
2007. Electromagnetic fields and electro- Products Press., An Imprint of the Haworth
magnetic radiation as non-invasive external Press, Inc., New York.
stimulants for seeds (selected methods and Tipler, P.A. 2001. Fisika untuk Sains dan Teknik.
responses). Int. Agrophysics 21:95-100. Terjemahan: B. Soegijono. Penerbit Erlang-
Prodan, E., C. Prodan & J. H. Miller. 2008. The ga, Jakarta.
dielectric response of spherical live cells in Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. UGM Press,
suspension: An analytic solution. Biophysical Yogyakarta.
Journal 95: 4174-4182. http://arxiv.org/ Winarno, F.G. & S. Koswara. 2002. Telur:
PS_cache/arxiv/pdf/0805/0805.1745v1.pdf. Komposisi, Penanganan, dan Pengolahannya.
arXiv:0805.1745v1 [cond-mat.soft]. [12 May M. Brio Press, Bogor.
2008]. Walter, L.E., E. Vidal Russell., N.E. Israeloff &
Ragni, L., A. Al-Shami, G. Mikhaylenko & J. H. Alvarez Gomariz. 1998. Atomic force
Tang. 2007. Dielectric characterization of measurement of low-frequency dielectric
hen eggs during storage. J. Food Eng.82: noise. Appl. Phys. Lett. 74: 3223-3225.
450-459. Zara, J.M., S. Yazdanfar, K.D. Rao, J.A. Izatt
Romanoff, A.L. & A. Romanoff. 1963. The Avian & S.W. Smith. 2003. Electrostatic microma-
Eggs. John Wiley and Sons, New York. chine scanning mirror for optical coherence
Ron, P., K. Roy, E. Joe, J. Philip, O. Seajin, tomography. Optics. Lett. 28: 628-630.
P. Qibing & S. Scot. 2001. Dielectric Zhou, J. Y. & S.A. Boggs. 2001. Measurement
elastomers: generator mode fundamentals of nonlinier dielectric properties-effect of
and aplications. Proceeding of SPIE vol. dielectric dispersion. IEEE CEIDP. 1-4.
4329 (Electroactive Polymer Actuators and