You are on page 1of 10

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP TINGKAT

KECEMASAN PASIEN YANG AKAN DILAKUKAN REGIONAL


ANESTESI DI INSTALASI KAMAR OPERASI RSD BALUNG
Pramuningtyas Leksono Dwi Jayanto*, Mohammad Ali Hamid *, Mad Zaini *
Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jember
Jl. Karimata 49 Jember Telp: (0331) 332240 FAX: (0331) 337957 EMAIL: fikes@unmuh
jember.ac.id Website: http://fikesunmuhjember.ac.id Email: pramdwi6@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of nurse therapeutic communication on


the level of anxiety of patients who will undergo regional anesthesia procedures in the
operating room of RSD Balung. Anxiety measurement tool uses the APAIS
questionnaire (Amsterdam Preoperative Anxiety and Information Scale). In this study,
the design used by researchers was "Pre experimental design". The approach used was
one group pre-test post-test. The sampling technique used was purposive sampling and
samples taken were 35 respondents, namely patients who will be subjected to regional
anesthesia in the operating room installation of RSD Balung.
The Shapiro-Wilk normality test was carried out showing an average value of
0.000 less than 0.05 (p <0.05) so that it can be said that the data is not normally
distributed so that data analysis is carried out using the Wilcoxon Signed Ranks Test.
Based on the results of the calculation of the Wilcoxon Signet Ranks Test, the Z value
obtained is -5,477 with a p value (Asymp. Sig 2 tailed) of 0,000 which is less than the
critical research limit of 0.05 so that the hypothesis decision is Ha accepted, which
means that there is an influence on the level of anxiety before and after being given
therapeutic communication therapy to the patient who will undergo regional anesthesia
in the operating room installation of RSD Balung.

Key words: therapeutic communication, patient, anxiety

1
ABSTRAK

Kecemasan merupakan respon tubuh terhadap peristiwa yang terjadi, dimana


respon tubuh tersebut lebih bersifat negatif sehingga menimbulkan ketidaknyamanan
bagi klien, Komunikasi terapeutik tidak hanya memberikan pendidikan kesehatan saja
tetapi bertujuan untuk memotifasi pasien dan mengembangkan hubungan yang baik
antara dokter, perawat dan pasien agar kecemasan dan beban psikologis pasien menurun.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komunikasi terapeutik
perawat terhadap tingkat kecemasan pasien yang akan dilakukan prosedur regional
anestesi di ruang kamar operasi RSD Balung. Alat ukur kecemasan menggunakan
kuesioner APAIS (Amsterdam Preoperative Anxiety and Information Scale). Pada
penelitian ini desain yang digunakan peneliti adalah “Pre experimental design”,
Pendekatan yang digunakan adalah one group pre-test post-test. Teknik sampling yang
digunakan adalah purposive sampling dan Sampel yang di ambil sebanyak 35 responden
yaitu pasien yang akan dilakukan regional anestesi di instalasi kamar operasi RSD
Balung.
Dilakukan uji normalitasShapiro-Wilk menunjukkan rata-rata nilai sebesar 0.000
kurang dari 0.05 (p<0,05) sehingga dapat dikatakan data berdistribusi tidak normal
sehingga analisa data dilakukan dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Ranks Test.
Berdasarkan hasil dari perhitungan Wilcoxon Signet Ranks Test, maka nilai Z yang
didapat sebesar -5.477 dengan p value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 0.000 dimana
kurang dari batas kritis penelitian 0.05 sehingga keputusan hipotesis adalah Ha diterima
yang artinya ada pengaruh tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan terapi
komunikasi terapeutik pada pasien yang akan dilakukan tindakan regional anestesi di
instalasi kamar operasi RSD Balung.

Kata kunci: komunikasi terapeutik, pasien, kecemasan

PENDAHULUAN pengelolaan perioperatif untuk


mendukung keberhasilan pembedahan
Menurut Zaini (2019 : 37) (Sjamsuhidajat & Wim De Jong, 2010).
Ansietas merupakan respon tubuh Anestesi merupakan suatu tindakan
terhadap peristiwa yang terjadi, dimana untuk menghilangkan rasa sakit ketika
respon tubuh tersebut lebih bersifat dilakukan pembedahan dan berbagai
negatif sehingga menimbulkan prosedur lain yang menimbulkan rasa
ketidaknyamanan bagi klien. (Rawling, sakit, dalam hal ini rasa takut perlu ikut
dalam Suleman dkk, 2014) Kecemasan dihilangkan untuk menciptakan kondisi
adalah satu perasaan subjektif yang optimal bagi pelaksanaan pembedahan
dialami seseorang ketika menghadapi (Sabiston, 2011). Salah satu Prosedur
sebuah pengalaman yang baru, termasuk Anestesi yang digunakan adalah
pada pasien yang akan mengalami Regional Anestesi, Anestesi regional
tindakan invasif. memberikan efek mati rasa terhadap
Pembedahan biasanya diberikan saraf yang menginervasi beberapa
tindakan anestesi untuk pengelolaan bagian tubuh, melalui injeksi anestesi
nyeri, tanda vital, juga dalam lokal pada spinal/epidural, pleksus, atau
secara Bier block (Mohyeddin, 2013).
2
Prosedur anestesi ini tidak menyebabkan Tujuan umum Mengetahui
pasien tertidur pada waktu proses pengaruh komunikasi terapeutik perawat
pembedahan berlangsung sehingga terhadap tingkat kecemasan pasien yang
selama intraoperatif pasien terjaga dan akan dilakukan prosedur regional
sadar. Kondisi pasien yang sadar selama anestesi di ruang kamar operasi RSD
operasi dapat mendatangkan stres Balung
karena adanya ancaman terhadap tubuh,
integritas dan jiwa seseorang (Long, Tujuan khususnya mengidentifikasi
2001), hal ini yang membuat kecemasan tingkat kecemasan pasien yang akan
pasien meningkat dilakukan prosedur regional anestesi
Menurut Firdaus (2014) untuk sebelum diberikan komunikasi
mengetahui tingkat kecemasan dari terapeutik perawat di kamar operasi
ringan, sedang, berat dan panik dapat RSD Balung, mengidentifikasi tingkat
diukur dengan skala APAIS (Amsterdam kecemasan pasien yang akan dilakukan
Preoperative Anxiety and Information prosedur regional anestesi sesudah
Scale). Alat ukur ini terdiri dari 6 item diberikan komunikasi terapeutik
kuestioner dan klasifikasinya ada tidak perawat di kamar operasi RSD Balung,
cemas, cemas ringan, cemas sedang, menganalisis pengaruh komunikasi
cemas berat dan panik. APAIS dapat terapeutik perawat terhadap tingkat
digunakan untuk mengukur kecemasan kecemasan pasien yang akan dilakukan
pasien yang akan menjalani prosedur prosedur regional anestesi di ruang
tindakan pembiusan dan pembedahan di kamar operasi RSD Balung.
kamar operasi
Taylor (dalam Liza dkk, 2014)
bahwa kecemasan dapat dikurangi METODE PENELITIAN
dengan tindakan keperawatan yang
berfokus pada komunikasi terapeutik Pada penelitian ini desain yang
terutama bagi pasien selain keluarganya. digunakan peneliti adalah “Pre
(Firdaus, 2014) mengungkapkan bahwa experimental design”, yaitu eksperimen
komunikasi efektif, informatif dan yang mengungkapkan hubungan sebab
empati pada pasien dengan kecemasan akibat dengan cara melibatkan satu
dapat menjadi strategi utama dalam kelompok subyek. Pendekatan yang
upaya mengurangi kecemasan pasien digunakan adalah one group pre-test
sebelum menjalani pembiusan atau post-test. Tempat pelaksanaan penelitian
pembedahan. Pasien merasa yang di ruang pre medikasi instalasi kamar
menanganinya adalah orang-orang yang operasi RSD Balung. Dengan cara
ahli dalam dibidangnya pasien akan mengumpulkan pasien yang akan
merasa lebih nyaman dan tenang dalam dilakukan tindakan regional anestesi,
menjalani tindakan invasif bedah kemudian dicek tingkat kecemasannya,
sehingga dapat menurunkan tingkat setelah itu peneliti memberikan
kecemasan yang dialaminya (Asmadi, perlakuan komunikasi terapeutik pada
2008). pasien yang mempunyai kecemasan
terhadap tindakan regional anestesi,
setelah itu di cek kembali tingkat
TUJUAN kecemasannya., populasinya adalah
pasien yang mengalami kecemasan yang
akan dilakukan regional anestesi di

3
instalasi kamar operasi RSD Balung. bersedia, dilakukan pengukuran tingkat
Besar sampel penelitian ditentukan kecemasan sebelum dilakukan tindakan
dengan cara penggunaan rumus regional anestesi kemudian responden
berjumlah 35 orang. Teknik sampling diberi perlakukan komunikasi
yang digunakan adalah purposive terapeutik, setelah itu dilakukan
sampling pengukuran tingkat kecemasan kembali,
Alat/instrumen penelitian mengukur dan melakukan pengumpulan
Standar Operasional Prosedur data di lembar data kuesioner APAIS
Komunikasi Terapeutik, merupakan (Amsterdam Preoperative Anxiety and
standar minimal untuk melakukan Information Scale) dan lembar data
tindakan Komunikasi Terapeutik pada demografi. Setelah data terkumpul
penderita. Instrumen kuesioner APAIS dilakukan analisa data secara
(Amsterdam Preoperative Anxiety and computerized dengan Wilcoxon Signed
Information Scale) Untuk mengetahui Ranks Test karena data yang diuji
tingkat kecemasan sebelum dilakukan meliputi data ordinal diketahui bahwa
tindakan komunikasi terapeutik serta hasil uji Shapiro-Wilk menunjukkan
untuk mengetahui tingkat kecemasan rata-rata nilai sebesar 0.000 kurang dari
setelah dilakukan tindakan komunikasi 0.05 (p<0,05) sehingga dapat dikatakan
terapeutik data berdistribusi tidak normal.
Peneliti mengumpulkan pasien Berdasarkan hasil dari perhitungan
yang akan dilakukan tindakan regional Wilcoxon Signet Ranks Test, maka nilai
anestesi di ruang instalasi kamar operasi Z yang didapat sebesar -5.477 dengan p
RSD Balung kemudian peneliti value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar
memberikan surat persetujuan bersedia 0.000 dimana kurang dari batas kritis
menjadi responden kepada pasien yang penelitian 0.05
mengalami kecemasan ringan, sedang
dan berat yang akan dilakukan regional
anestesi. Setelah itu responden yang

HASIL PENELITIAN DAN


PEMBAHASAN
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui
1. Data Umum
bahwa responden berusia 17-30 tahun
menduduki nilai tertinggi yaitu
Tabel 1 Distribusi Frekuensi
sebanyak 20 responden dengan
Berdasarkan Usia Pada Pasien Yang
persentase (57.1%)
Akan Dilakukan Tindakan Regional
Tabel 2 Distribusi Frekuensi
Anestesi Di Ruang Instalasi Kamar
Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Pasien
Operasi RSD Balung Juli 2020
Yang Akan Dilakukan Tindakan
Jumlah Presentase Regional Anestesi Di Ruang Instalasi
Usia
(orang) (%) Kamar Operasi RSD Balung Juli 2020

17-30 thn 20 57.1 Jumlah Persentase


Jenis Kelamin
31-40 thn 10 28.6 (orang) (%)

41-50 thn 5 14.3 Laki-laki 18 51.4

4
Total 35 100
Perempuan 17 48.6 tertinggi yaitu sebesar 19 responden
Total 35 100 dengan presentase 54.3%.

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa Tabel 5 Distribusi Frekuensi


jumlah responden berjenis kelamin laki- Berdasarkan Status ASA Pada Pasien
laki memiliki nilai angka terbanyak Yang Akan Dilakukan Tindakan
yaitu sebesar 18 responden dengan Regional Anestesi Di Ruang Instalasi
presentase 51.4%. Kamar Operasi RSD Balung Juli 2020

Tabel 3 Distribusi Frekuensi ASA Jumlah Persentase


Berdasarkan Pendidikan Pada Pasien (orang) (%)
Yang Akan Dilakukan Tindakan ASA I 18 51.4
Regional Anestesi Di Ruang Instalasi ASA II 17 48.6
Kamar Operasi RSD Balung Juli 2020 Total 35 100

Jumlah Persentase Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa


Pendidikan
(orang) (%) responden yang berstatus kesehatan
SD 3 8.6 ASA I memiliki jumlah angka tertinggi
SMP 6 17.1 yaitu sebesar 18 responden dengan
SMA 22 62.9 persentase 51.4%
PT 4 11.4
Total 35 100 2. Data Khusus

Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa Tabel 5.6 Data Tingkat Kecemasan


responden mempunyai pendidikan SMA Sebelum Diberikan Komunikasi
memiliki jumlah angka tertinggi yaitu Terapeutik Pada Pasien Yang Akan
sebesar 22 responden dengan presentase Dilakukan Tindakan Regional Anestesi
62.9% Di Ruang Instalasi Kamar Operasi RSD
Balung Juli 2020
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Tingkat Jumlah Persentase
Berdasarkan Pekerjaan Pada Pasien Kecemasan (orang) (%)
Yang Akan Dilakukan Tindakan Cemas Ringan 5 14.3
Regional Anestesi Di Ruang Instalasi Cemas Sedang 15 42.9
Kamar Operasi RSD Balung Juli 2020 Cemas Berat 15 42.9
Total 35 100
Pekerjaan Jumlah Persentase
(orang) (%)
Berdasarkan Tabel 5.6 diketahui bahwa
Buruh 8 22.9
jumlah nilai tertinggi tingkat kecemasan
PNS 3 8.6
pasien sebelum dilakukan tindakan
Wiraswata 19 54.3
komunikasi terapeutik yaitu kecemasan
Petani 5 14.3
sedang berjumlah 15 responden dengan
Total 35 100 persentase 42,9% dan pasien dengan
kecemasan berat sebesar 15 responden
Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa dengan persentase 42,9%
responden yang bekerja sebagai
wiraswasta memiliki jumlah angka

5
menggunakan uji Wilcoxon Signed
Tabel 7 Data Tingkat Kecemasan Ranks Test.
Sesudah Diberikan Komunikasi Tabel 9 Hasil Uji Wilcoxon Signed
Terapeutik Pada Pasien Yang Akan Rank Test Tingkat Kecemasan Pada
Dilakukan Tindakan Regional Anestesi Pasien Yang Akan Dilakukan Regional
Di Ruang Instalasi Kamar Operasi RSD Anestesi Sebelum Dan Sesudah
Balung Juli 2020 Diberikan Komunikasi Terapeutik Di
Tingkat Jumlah Persentase Instalasi Kamar Operasi RSD Balung
Kecemasan (orang) (%)
cemas Ringan 20 57.1 Sebelum dan Sesudah
cemas Sedang 15 42.9 diberikan komunikasi
Total 35 100 terapeutik
Z -5.477
Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa Asymp. Sig 0.000
jumlah nilai tingkat kecemasan pasien (2-tailed
setelah dilakukan tindakan komunikasi
terapeutik yaitu kecemasan ringan Berdasarkan hasil dari perhitungan
berjumlah 20 responden dengan Wilcoxon Signet Ranks Test, maka nilai
persentase 57.1% dan pasien dengan Z yang didapat sebesar -5.477 dengan p
kecemasan sedang sebesar 15 responden value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar
dengan persentase 42,9% 0.000 dimana kurang dari batas kritis
penelitian 0.05 sehingga keputusan
hipotesis adalah Ha diterima yang
Tabel 8 Uji Normalitas Pada Pasien
artinya ada pengaruh tingkat kecemasan
Yang Akan Dilakukan Tindakan
sebelum dan sesudah diberikan terapi
Regional Anestesi Di Ruang Instalasi
komunikasi terapeutik pada pasien yang
Kamar Operasi RSD Balung
akan dilakukan tindakan regional
Shapiro-Wilk anestesi di instalasi kamar operasi RSD
Komunika Distri Balung
si Signifi
Statist busi
Terapeutik kansi
ik freku
(p) PEMBAHASAN
ensi
Sebelum .783 35 .000
Perlakuan Hasil penelitian yang telah
dilakukan peneliti diketahui bahwa
Setelah .630 35 .000 jumlah responden penelitian ini adalah
Perlakuan 35 pasien. Pada penelitian ini, saat
pasien akan dilakukan tindakan regional
anestesi di instalasi kamar operasi RSD
Balung sebelum diberikan komunikasi
Berdasarkan Tebel 5.8 diketahui bahwa terapeutik diketahui mengalami
hasil uji Shapiro-Wilk menunjukkan kecemasan ringan sebesar 14,3%,
rata-rata nilai sebesar 0.000 kurang dari kecemasan sedang 42,9%, sedangkan
0.05 (p<0,05) sehingga dapat dikatakan kecemasan berat diketahui 42,9%. Tidak
data berdistribusi tidak normal sehingga ada responden yang tidak mengalami
pengujian data dilakukan dengan kecemasan ketika akan dilakukan
tindakan regional anestesi dan

6
pembedahan, hal ini sesuai dengan 2012) mengidentifikasi 4 tingkatan
pernyataan (Rawling, dalam Suleman kecemasan yaitu, kecemasan ringan,
dkk, 2014) Kecemasan adalah satu sedang, berat, dan panik.
perasaan subjektif yang dialami
seseorang ketika menghadapi sebuah Berdasarkan uraian diatas
pengalaman yang baru, termasuk pada peneliti berasumsi bahwa kecemasan
pasien yang akan mengalami tindakan dapat terjadi pada setiap pasien yang
invasif. Maksud dari penelitian ini akan menjalani tindakan medis, salah
adalah kecemasan pasien yang akan satunya yaitu regional anestesi dan
dilakukan tindakan regional anestesi. pembedahan. Kecemasan yang dialami
Ansietas merupakan respon tubuh pasien juga bervariatif mulai dari
terhadap peristiwa yang terjadi, dimana kecemasan ringan sampai berat, dari
respon tubuh tersebut lebih bersifat data sebelum dilakukan penelitian,
negatif sehingga menimbulkan peneliti melihat kecemasan pasien
ketidaknyamanan bagi klien (Zaini, dengan cara mengungkapkan takut
2019 : 18) untuk dibius dan dioperasi serta
keingintahuan bagaimana proses
Pada saat pasien dalam proses sebelum pembiusan dan operasinya, maka dari
dilakukan tindakan regional anestesi di itu diperlukan asuhan keperawatan
kamar operasi respon psikologis yang pemberian pendidikan kesehatan dan
ditunjukan adalah memusatkan diri pada informasi dan empati untuk menurunkan
hal yang akan terjadi dan kecemasannya. Jika seseorang pasien
mengenyampingkan yang lain yaitu terpapar informasi tentang tindakan
salah satunya mengatakan takut dibius yang akan dilakukan lebih jelas, maka
dan dioperasi, dan bertanya bagaimana pasien dapat tenang dalam menghadapai
nanti pembiusan dan operasi yang akan proses regional anestesi dan
dilakukan. Hal ini muncul dikarenakan pembedahan. Pendekatan dengan
kurangnya informasi dan pengetahuan komunikasi terapeutik ini bertujuan
pasien terhadap pembiusan (regional untuk menambah informasi dan
anestesi) dan pembedahan. Menurut meningkatkan pengetahuan pasien
Yusuf (2015) Kecemasan adalah suatu sehingga mengurangi atau menurunkan
perasaan tidak santai yang samar- tingkat kecemasan pasien sebelum
samar karena ketidaknyamanan atau dilakukan tindakan regional anestesi.
rasa takut yang disertai suatu respon Hasil pengukuran tingkat
(penyebab tidak spesifik atau tidak kecemasan sesudah dilakukan
diketahui oleh individu). Perasaan komunikasi terapeutik terhadap 35
takut dan tidak menentu sebagai responden di dapatkan mengalami
sinyal yang menyadarkan bahwa penurunan tingkat kecemasan pada
peringatan tentang bahaya akan datang pasien yang akan dilakukan tindakan
dan memperkuat individu mengambil regional anestesi, ini terbukti pada Tabel
tindakan menghadapi ancaman. Selain 5.8 bahwa setelah diberikan komunikasi
itu menurut Amalia (2012) kecemasan terapeutik pada pasien, 57,1%
merupakan salah satu emosi yang paling mengalami kecemasan ringan dan
menimbulkan stress yang dirasakan oleh 42,9% mengalami kecemasan sedang.
banyak orang. Kecemasan juga disebut Hal ini seperti dikemukakan oleh Taylor
dengan ketakutan atau perasaan gugup. (dalam Liza dkk, 2014) bahwa
Menurut Peplau (dalam Ni Komang, kecemasan dapat dikurangi dengan

7
tindakan keperawatan yang berfokus sehinggga dari informasi yang didapat
pada komunikasi terapeutik terutama itu akan membuat pasien menjadi lebih
bagi pasien selain keluarganya. (Firdaus, tenang, ikhlas dan lebih siap sehingga
2014) mengungkapkan bahwa akan menurunkan tingkat kecemasannya
komunikasi efektif, informatif dan sebelum menjalani tindakan pembiusan
empati pada pasien dengan kecemasan dan pembedahan. Komunikasi
dapat menjadi strategi utama dalam terapeutik merupakan salah satu cara
upaya mengurangi kecemasan pasien asuhan keperawatan untuk
sebelum menjalani pembiusan atau meningkatkan pengetahuan pasien
pembedahan. Pasien merasa yang sehingga dapat mengurangi atau
menanganinya adalah orang-orang yang menurunkan tingkat kecemasan pasien
ahli dalam dibidangnya pasien akan yang akan dilakukan tindakan regional
merasa lebih nyaman dan tenang dalam anestesi.
menjalani tindakan invasif bedah
sehingga dapat menurunkan tingkat Pada penelitian yang telah
kecemasan yang dialaminya (Asmadi, dilakukan didapatkan pasien yang
2008). Pemberian komunikasi terapeutik setelah diberikan komunikasi terapeutik
dapat menurunkan tingkat kecemasan mengatakan bahwa dirinya menjadi
pasien karena pasien merasa bahwa tidak takut, mengetahui proses tindakan
interaksi dengan perawat merupakan yang akan dilakukan pada dirinya
kesempatan untuk berbagi pengetahuan, sehingga pasien menjadi lebih tenang,
perasaan dan informasi dalam rangka ikhlas dan siap menjalani tindakan
menurunkan tingkat kecemasannya. pembiusan regional anestesi dan
pembedahan. Ini membuktikan bahwa
Peneliti berpendapat bahwa komunikasi terapeutik dapat
komunikasi merupakan aspek penting berpengaruh terhadap tingkat
yang harus dimiliki oleh seorang kecemasan yang dialami pasien yang
perawat dalam melaksanakan asuhan akan menjalani regional anestesi dan
keperawatan pada pasien, komunikasi pembedahan, sehingga pasien lebih
yang diterapkan oleh perawat peri percaya diri dalam menghadapi tindakan
operatif kepada pasien yang akan operasi.
menjalani tindakan pembiusan dan Perawat peri operatif
pembedahan merupakan komunikasi mempunyai kewajiban membantu
terapeutik yang mempunyai tujuan pasien mempersiapkan secara fisik dan
untuk menurunkan kecamasan pasien. mental untuk menghadapi pembiusan
Komunikasi menjadi metode utama dan pembedahan, termasuk dalam
dalam mengimplementasikan proses pendidikan kesehatan, maka diperlukan
tindakan medis dan keperawatan, dokter ketrampilan komunikasi yang baik.
dan perawat memerlukan keterampilan Sikap dan tingkah laku perawat peri
intelektual, teknikal dan interpersonal operatif membantu menumbuhkan rasa
yang tercermin dalam perilakunya kepercayaan pasien, setiap kontak yang
terhadap pasien dilakukan dengan pasien hendaklah
pasien merasakan berada diantara orang-
Pemberian komunikasi orang yang memperhatikan
terapeutik dalam hal ini pendidikan keselamatannya.
kesehatan dan informasi akan Menurut Asmadi, (2008 dalam
meningkatkan pengetahuan pasien, Agung Suprasetyo, 2014) Prosedur

8
mengenai pelaksanaan operasi berkomunikasi interpersonal tidak saja
merupakan stimulus tersendiri bagi akan mempermudah hubungan saling
individu sehingga individu akan percaya dengan pasien, tetapi juga
memberikan respon baik yang adaptif. mencegah terjadinya masalah kesalah
Respon yang maladaptif dalam proses pahaman dan dapat memberikan
operasi adalah salah satunya dalam kepuasan profesional dalam pelayanan
kecemasan meningkat yaitu menolak komunikasi terapeutik yang pada
operasi, menangis, ketakutan dan lain- akhirnya menurunkan tingkat
lain, sedangkan respon adaptif salah kecemasan dan meringankan beban
satunya adalah mampu mengontrol psikologis pasien yang akan menjalani
emosi, kecemasan dalam menghadapi tindakan anestesi dan pembedahan
operasi. Kemampuan individu untuk
mengontrol kecemasan tersebut Saran
merupakan reaksi internal individu yang Berdasarkan hasil penelitian ini maka
akan sangat dipengaruhi oleh respon peneliti
eksternal sistem. Respon eksternal akan 1. Menyarankan dapat dijadikan
turut membantu terbangunnya kontrol sebagai data dasar dan pembanding
kecemasan, salah satunya dengan untuk penelitian selanjutnya dalam
komunkasi terapeutik yaitu komunikasi melaksanakan penelitian yang
yang didasari saling percaya dan berhubungan dengan komunikasi
prosedur tindakan medis operasi sesuai terapeutik terhadap kecemasan
dengan standar prosedur operasional pasien yang akan dilakukan regional
pasien pre operasi, sehingga setelah anestesi. Diharapkan penelitian
dilakukan pemberian komunikasi selanjutnya sebaiknya menambah
terapeutik tingkat kecemasan pasien pre sampel penelitian dan menggunakan
operasi akan mengalami penurunan. kelompok kontrol sehingga hasilnya
. akan terlihat lebih jelas
perbedaannya antara kelompok
SIMPULAN DAN SARAN diberi perlakuan dan kelompok
control
Simpulan 2. Penelitian ini diharapkan dapat
Kesimpulan dari penelitian ini adalah dijadikan referensi untuk bahan
Ada pengaruh tingkat kecemasan pada acuan dalam proses belajar bagi
pasien yang akan dilakukan regional mahasiswa dan institusi ilmu
anestesi sebelum dan sesudah keperawatan, dan sebagai data dasar
diberikan komunikasi terapeutik di untuk melakukan penelitian
instalasi kamar operasi RSD Balung. selanjutnya dalam melaksanakan
Komunikasi terapeutik tidak penelitian komunikasi terapeutik
hanya memberikan pendidikan untuk menurunkan tingkat
kesehatan dan informasi saja tetapi kecemasan bagi pasien yang akan
bertujuan untuk memberikan empati, dilakukan pembiusan dan
memotifasi pasien dan mengembangkan pembedahan di kamar operasi.
hubungan yang baik antara dokter, 3. Penelitian ini diharapkan dapat
perawat dan pasien agar kecemasan dilakukan sebagai sarana untuk
pasien menurun dan meringankan beban menambah pengetahuan kepada
psikologis pasien. Dokter dan perawat perawat peri operatif khususnya di
perioperatif yang memiliki keterampilan instalasi kamar operasi RSD Balung
9
tentang bagaimana pengaruh tingkat kecemasan pada pasien pre
komunikasi terapeutik untuk operasi hernia di RSUD Kudus.
menangani pasien yang mengalami FIKES Jurnal Keperawatan, 6(2):
kecemasan pada saat akan dilakukan 139-148.
tindakan anestesi dan pembedahan.
Sukariaji, Surantana, Sutejo, & Agus
DAFTAR PUSTAKA Sarwo Prayogi (2017). Booklet
Spinal Anestesi Menurunkan
Azza, A, dkk. (2019). Panduan Tingkat Kecemasan Pada Pasien
Penulisan Skripsi Program studi Sectio Caecarea. Jurusan
S1 Keperawatan FIKES, Keperawatan Poltekkes
Universitas Muhammadiyah, Kementerian Kesehatan Republik
Jember. Indonesia, Yogyakarta, 55293,
Indonesia
Boker A, Brownell L, Donen N. The
Amsterdam preoperative anxiety Siswatiningsih, D. (2018). Hubungan
and information scale provides a Pengetahuan tentang Prosedur
simple and reliable measure of Anestesi Spinal dengan
preoperatif anxiety. Can J Anes Kecemasan Pasien Intraoperatif di
2002; 49(8): 792-798 RSUD Mardi Waluyo Blitar.
Skripsi program studi S1
Carpenito, Lynda Jual (2000) Diagnosa keperawatan. STIKES Patria
Keperawatan, Jakarta: EGC Husada Blitar

Firdaus, M. F. (2014). Uji validasi Tri Anggono, B. (2012). Hubungan


konstruksi dan reliabilitas Komunikasi Terapeutik Perawat
instrumen The Amsterdam Terhadap Tingkat Kepuasan
Preoperative Anxiety And Pasien Di Ruang rawat Inap RSD
Information Scale (APAIS) versi Balung. Skripsi program studi S1
Indonesia (Tesis). Program Studi keperawatan. Universitas
Anestesiologi dan Terapi Intensif, Muhammadiyah Jember
Fakultas Kedokteran, Universitas
Zaini, M. (2019). Asuhan Keperawatan
Indonesia, Jakarta, Indonesia.
Jiwa Masalah Psikososial di
Pelayanan Klinis dan Komunitas.
Nanda-I, (2018). Diagnosa Keperawatan
Yogyakarta: Deepublish.
definisi dan klasifikasi. Jakarta:
EGC Zaini, M. (2019). Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jember: CV.
Keputusan Menteri Kesehatan RI. Pustaka Abadi.
(2015). Pedoman Nasional
Kedokteran Jiwa. NOMOR
HK.02.02/MENKES/73/2015.
Jakarta: Departemen Kesehatan

Kurniawan, A., Armiyati, Y., & Astuti,


R., (2013). Pengaruh pendidikan
kesehatan pre operasi terhadap

10

You might also like