Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
1
ABSTRAK
3
instalasi kamar operasi RSD Balung. bersedia, dilakukan pengukuran tingkat
Besar sampel penelitian ditentukan kecemasan sebelum dilakukan tindakan
dengan cara penggunaan rumus regional anestesi kemudian responden
berjumlah 35 orang. Teknik sampling diberi perlakukan komunikasi
yang digunakan adalah purposive terapeutik, setelah itu dilakukan
sampling pengukuran tingkat kecemasan kembali,
Alat/instrumen penelitian mengukur dan melakukan pengumpulan
Standar Operasional Prosedur data di lembar data kuesioner APAIS
Komunikasi Terapeutik, merupakan (Amsterdam Preoperative Anxiety and
standar minimal untuk melakukan Information Scale) dan lembar data
tindakan Komunikasi Terapeutik pada demografi. Setelah data terkumpul
penderita. Instrumen kuesioner APAIS dilakukan analisa data secara
(Amsterdam Preoperative Anxiety and computerized dengan Wilcoxon Signed
Information Scale) Untuk mengetahui Ranks Test karena data yang diuji
tingkat kecemasan sebelum dilakukan meliputi data ordinal diketahui bahwa
tindakan komunikasi terapeutik serta hasil uji Shapiro-Wilk menunjukkan
untuk mengetahui tingkat kecemasan rata-rata nilai sebesar 0.000 kurang dari
setelah dilakukan tindakan komunikasi 0.05 (p<0,05) sehingga dapat dikatakan
terapeutik data berdistribusi tidak normal.
Peneliti mengumpulkan pasien Berdasarkan hasil dari perhitungan
yang akan dilakukan tindakan regional Wilcoxon Signet Ranks Test, maka nilai
anestesi di ruang instalasi kamar operasi Z yang didapat sebesar -5.477 dengan p
RSD Balung kemudian peneliti value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar
memberikan surat persetujuan bersedia 0.000 dimana kurang dari batas kritis
menjadi responden kepada pasien yang penelitian 0.05
mengalami kecemasan ringan, sedang
dan berat yang akan dilakukan regional
anestesi. Setelah itu responden yang
4
Total 35 100
Perempuan 17 48.6 tertinggi yaitu sebesar 19 responden
Total 35 100 dengan presentase 54.3%.
5
menggunakan uji Wilcoxon Signed
Tabel 7 Data Tingkat Kecemasan Ranks Test.
Sesudah Diberikan Komunikasi Tabel 9 Hasil Uji Wilcoxon Signed
Terapeutik Pada Pasien Yang Akan Rank Test Tingkat Kecemasan Pada
Dilakukan Tindakan Regional Anestesi Pasien Yang Akan Dilakukan Regional
Di Ruang Instalasi Kamar Operasi RSD Anestesi Sebelum Dan Sesudah
Balung Juli 2020 Diberikan Komunikasi Terapeutik Di
Tingkat Jumlah Persentase Instalasi Kamar Operasi RSD Balung
Kecemasan (orang) (%)
cemas Ringan 20 57.1 Sebelum dan Sesudah
cemas Sedang 15 42.9 diberikan komunikasi
Total 35 100 terapeutik
Z -5.477
Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa Asymp. Sig 0.000
jumlah nilai tingkat kecemasan pasien (2-tailed
setelah dilakukan tindakan komunikasi
terapeutik yaitu kecemasan ringan Berdasarkan hasil dari perhitungan
berjumlah 20 responden dengan Wilcoxon Signet Ranks Test, maka nilai
persentase 57.1% dan pasien dengan Z yang didapat sebesar -5.477 dengan p
kecemasan sedang sebesar 15 responden value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar
dengan persentase 42,9% 0.000 dimana kurang dari batas kritis
penelitian 0.05 sehingga keputusan
hipotesis adalah Ha diterima yang
Tabel 8 Uji Normalitas Pada Pasien
artinya ada pengaruh tingkat kecemasan
Yang Akan Dilakukan Tindakan
sebelum dan sesudah diberikan terapi
Regional Anestesi Di Ruang Instalasi
komunikasi terapeutik pada pasien yang
Kamar Operasi RSD Balung
akan dilakukan tindakan regional
Shapiro-Wilk anestesi di instalasi kamar operasi RSD
Komunika Distri Balung
si Signifi
Statist busi
Terapeutik kansi
ik freku
(p) PEMBAHASAN
ensi
Sebelum .783 35 .000
Perlakuan Hasil penelitian yang telah
dilakukan peneliti diketahui bahwa
Setelah .630 35 .000 jumlah responden penelitian ini adalah
Perlakuan 35 pasien. Pada penelitian ini, saat
pasien akan dilakukan tindakan regional
anestesi di instalasi kamar operasi RSD
Balung sebelum diberikan komunikasi
Berdasarkan Tebel 5.8 diketahui bahwa terapeutik diketahui mengalami
hasil uji Shapiro-Wilk menunjukkan kecemasan ringan sebesar 14,3%,
rata-rata nilai sebesar 0.000 kurang dari kecemasan sedang 42,9%, sedangkan
0.05 (p<0,05) sehingga dapat dikatakan kecemasan berat diketahui 42,9%. Tidak
data berdistribusi tidak normal sehingga ada responden yang tidak mengalami
pengujian data dilakukan dengan kecemasan ketika akan dilakukan
tindakan regional anestesi dan
6
pembedahan, hal ini sesuai dengan 2012) mengidentifikasi 4 tingkatan
pernyataan (Rawling, dalam Suleman kecemasan yaitu, kecemasan ringan,
dkk, 2014) Kecemasan adalah satu sedang, berat, dan panik.
perasaan subjektif yang dialami
seseorang ketika menghadapi sebuah Berdasarkan uraian diatas
pengalaman yang baru, termasuk pada peneliti berasumsi bahwa kecemasan
pasien yang akan mengalami tindakan dapat terjadi pada setiap pasien yang
invasif. Maksud dari penelitian ini akan menjalani tindakan medis, salah
adalah kecemasan pasien yang akan satunya yaitu regional anestesi dan
dilakukan tindakan regional anestesi. pembedahan. Kecemasan yang dialami
Ansietas merupakan respon tubuh pasien juga bervariatif mulai dari
terhadap peristiwa yang terjadi, dimana kecemasan ringan sampai berat, dari
respon tubuh tersebut lebih bersifat data sebelum dilakukan penelitian,
negatif sehingga menimbulkan peneliti melihat kecemasan pasien
ketidaknyamanan bagi klien (Zaini, dengan cara mengungkapkan takut
2019 : 18) untuk dibius dan dioperasi serta
keingintahuan bagaimana proses
Pada saat pasien dalam proses sebelum pembiusan dan operasinya, maka dari
dilakukan tindakan regional anestesi di itu diperlukan asuhan keperawatan
kamar operasi respon psikologis yang pemberian pendidikan kesehatan dan
ditunjukan adalah memusatkan diri pada informasi dan empati untuk menurunkan
hal yang akan terjadi dan kecemasannya. Jika seseorang pasien
mengenyampingkan yang lain yaitu terpapar informasi tentang tindakan
salah satunya mengatakan takut dibius yang akan dilakukan lebih jelas, maka
dan dioperasi, dan bertanya bagaimana pasien dapat tenang dalam menghadapai
nanti pembiusan dan operasi yang akan proses regional anestesi dan
dilakukan. Hal ini muncul dikarenakan pembedahan. Pendekatan dengan
kurangnya informasi dan pengetahuan komunikasi terapeutik ini bertujuan
pasien terhadap pembiusan (regional untuk menambah informasi dan
anestesi) dan pembedahan. Menurut meningkatkan pengetahuan pasien
Yusuf (2015) Kecemasan adalah suatu sehingga mengurangi atau menurunkan
perasaan tidak santai yang samar- tingkat kecemasan pasien sebelum
samar karena ketidaknyamanan atau dilakukan tindakan regional anestesi.
rasa takut yang disertai suatu respon Hasil pengukuran tingkat
(penyebab tidak spesifik atau tidak kecemasan sesudah dilakukan
diketahui oleh individu). Perasaan komunikasi terapeutik terhadap 35
takut dan tidak menentu sebagai responden di dapatkan mengalami
sinyal yang menyadarkan bahwa penurunan tingkat kecemasan pada
peringatan tentang bahaya akan datang pasien yang akan dilakukan tindakan
dan memperkuat individu mengambil regional anestesi, ini terbukti pada Tabel
tindakan menghadapi ancaman. Selain 5.8 bahwa setelah diberikan komunikasi
itu menurut Amalia (2012) kecemasan terapeutik pada pasien, 57,1%
merupakan salah satu emosi yang paling mengalami kecemasan ringan dan
menimbulkan stress yang dirasakan oleh 42,9% mengalami kecemasan sedang.
banyak orang. Kecemasan juga disebut Hal ini seperti dikemukakan oleh Taylor
dengan ketakutan atau perasaan gugup. (dalam Liza dkk, 2014) bahwa
Menurut Peplau (dalam Ni Komang, kecemasan dapat dikurangi dengan
7
tindakan keperawatan yang berfokus sehinggga dari informasi yang didapat
pada komunikasi terapeutik terutama itu akan membuat pasien menjadi lebih
bagi pasien selain keluarganya. (Firdaus, tenang, ikhlas dan lebih siap sehingga
2014) mengungkapkan bahwa akan menurunkan tingkat kecemasannya
komunikasi efektif, informatif dan sebelum menjalani tindakan pembiusan
empati pada pasien dengan kecemasan dan pembedahan. Komunikasi
dapat menjadi strategi utama dalam terapeutik merupakan salah satu cara
upaya mengurangi kecemasan pasien asuhan keperawatan untuk
sebelum menjalani pembiusan atau meningkatkan pengetahuan pasien
pembedahan. Pasien merasa yang sehingga dapat mengurangi atau
menanganinya adalah orang-orang yang menurunkan tingkat kecemasan pasien
ahli dalam dibidangnya pasien akan yang akan dilakukan tindakan regional
merasa lebih nyaman dan tenang dalam anestesi.
menjalani tindakan invasif bedah
sehingga dapat menurunkan tingkat Pada penelitian yang telah
kecemasan yang dialaminya (Asmadi, dilakukan didapatkan pasien yang
2008). Pemberian komunikasi terapeutik setelah diberikan komunikasi terapeutik
dapat menurunkan tingkat kecemasan mengatakan bahwa dirinya menjadi
pasien karena pasien merasa bahwa tidak takut, mengetahui proses tindakan
interaksi dengan perawat merupakan yang akan dilakukan pada dirinya
kesempatan untuk berbagi pengetahuan, sehingga pasien menjadi lebih tenang,
perasaan dan informasi dalam rangka ikhlas dan siap menjalani tindakan
menurunkan tingkat kecemasannya. pembiusan regional anestesi dan
pembedahan. Ini membuktikan bahwa
Peneliti berpendapat bahwa komunikasi terapeutik dapat
komunikasi merupakan aspek penting berpengaruh terhadap tingkat
yang harus dimiliki oleh seorang kecemasan yang dialami pasien yang
perawat dalam melaksanakan asuhan akan menjalani regional anestesi dan
keperawatan pada pasien, komunikasi pembedahan, sehingga pasien lebih
yang diterapkan oleh perawat peri percaya diri dalam menghadapi tindakan
operatif kepada pasien yang akan operasi.
menjalani tindakan pembiusan dan Perawat peri operatif
pembedahan merupakan komunikasi mempunyai kewajiban membantu
terapeutik yang mempunyai tujuan pasien mempersiapkan secara fisik dan
untuk menurunkan kecamasan pasien. mental untuk menghadapi pembiusan
Komunikasi menjadi metode utama dan pembedahan, termasuk dalam
dalam mengimplementasikan proses pendidikan kesehatan, maka diperlukan
tindakan medis dan keperawatan, dokter ketrampilan komunikasi yang baik.
dan perawat memerlukan keterampilan Sikap dan tingkah laku perawat peri
intelektual, teknikal dan interpersonal operatif membantu menumbuhkan rasa
yang tercermin dalam perilakunya kepercayaan pasien, setiap kontak yang
terhadap pasien dilakukan dengan pasien hendaklah
pasien merasakan berada diantara orang-
Pemberian komunikasi orang yang memperhatikan
terapeutik dalam hal ini pendidikan keselamatannya.
kesehatan dan informasi akan Menurut Asmadi, (2008 dalam
meningkatkan pengetahuan pasien, Agung Suprasetyo, 2014) Prosedur
8
mengenai pelaksanaan operasi berkomunikasi interpersonal tidak saja
merupakan stimulus tersendiri bagi akan mempermudah hubungan saling
individu sehingga individu akan percaya dengan pasien, tetapi juga
memberikan respon baik yang adaptif. mencegah terjadinya masalah kesalah
Respon yang maladaptif dalam proses pahaman dan dapat memberikan
operasi adalah salah satunya dalam kepuasan profesional dalam pelayanan
kecemasan meningkat yaitu menolak komunikasi terapeutik yang pada
operasi, menangis, ketakutan dan lain- akhirnya menurunkan tingkat
lain, sedangkan respon adaptif salah kecemasan dan meringankan beban
satunya adalah mampu mengontrol psikologis pasien yang akan menjalani
emosi, kecemasan dalam menghadapi tindakan anestesi dan pembedahan
operasi. Kemampuan individu untuk
mengontrol kecemasan tersebut Saran
merupakan reaksi internal individu yang Berdasarkan hasil penelitian ini maka
akan sangat dipengaruhi oleh respon peneliti
eksternal sistem. Respon eksternal akan 1. Menyarankan dapat dijadikan
turut membantu terbangunnya kontrol sebagai data dasar dan pembanding
kecemasan, salah satunya dengan untuk penelitian selanjutnya dalam
komunkasi terapeutik yaitu komunikasi melaksanakan penelitian yang
yang didasari saling percaya dan berhubungan dengan komunikasi
prosedur tindakan medis operasi sesuai terapeutik terhadap kecemasan
dengan standar prosedur operasional pasien yang akan dilakukan regional
pasien pre operasi, sehingga setelah anestesi. Diharapkan penelitian
dilakukan pemberian komunikasi selanjutnya sebaiknya menambah
terapeutik tingkat kecemasan pasien pre sampel penelitian dan menggunakan
operasi akan mengalami penurunan. kelompok kontrol sehingga hasilnya
. akan terlihat lebih jelas
perbedaannya antara kelompok
SIMPULAN DAN SARAN diberi perlakuan dan kelompok
control
Simpulan 2. Penelitian ini diharapkan dapat
Kesimpulan dari penelitian ini adalah dijadikan referensi untuk bahan
Ada pengaruh tingkat kecemasan pada acuan dalam proses belajar bagi
pasien yang akan dilakukan regional mahasiswa dan institusi ilmu
anestesi sebelum dan sesudah keperawatan, dan sebagai data dasar
diberikan komunikasi terapeutik di untuk melakukan penelitian
instalasi kamar operasi RSD Balung. selanjutnya dalam melaksanakan
Komunikasi terapeutik tidak penelitian komunikasi terapeutik
hanya memberikan pendidikan untuk menurunkan tingkat
kesehatan dan informasi saja tetapi kecemasan bagi pasien yang akan
bertujuan untuk memberikan empati, dilakukan pembiusan dan
memotifasi pasien dan mengembangkan pembedahan di kamar operasi.
hubungan yang baik antara dokter, 3. Penelitian ini diharapkan dapat
perawat dan pasien agar kecemasan dilakukan sebagai sarana untuk
pasien menurun dan meringankan beban menambah pengetahuan kepada
psikologis pasien. Dokter dan perawat perawat peri operatif khususnya di
perioperatif yang memiliki keterampilan instalasi kamar operasi RSD Balung
9
tentang bagaimana pengaruh tingkat kecemasan pada pasien pre
komunikasi terapeutik untuk operasi hernia di RSUD Kudus.
menangani pasien yang mengalami FIKES Jurnal Keperawatan, 6(2):
kecemasan pada saat akan dilakukan 139-148.
tindakan anestesi dan pembedahan.
Sukariaji, Surantana, Sutejo, & Agus
DAFTAR PUSTAKA Sarwo Prayogi (2017). Booklet
Spinal Anestesi Menurunkan
Azza, A, dkk. (2019). Panduan Tingkat Kecemasan Pada Pasien
Penulisan Skripsi Program studi Sectio Caecarea. Jurusan
S1 Keperawatan FIKES, Keperawatan Poltekkes
Universitas Muhammadiyah, Kementerian Kesehatan Republik
Jember. Indonesia, Yogyakarta, 55293,
Indonesia
Boker A, Brownell L, Donen N. The
Amsterdam preoperative anxiety Siswatiningsih, D. (2018). Hubungan
and information scale provides a Pengetahuan tentang Prosedur
simple and reliable measure of Anestesi Spinal dengan
preoperatif anxiety. Can J Anes Kecemasan Pasien Intraoperatif di
2002; 49(8): 792-798 RSUD Mardi Waluyo Blitar.
Skripsi program studi S1
Carpenito, Lynda Jual (2000) Diagnosa keperawatan. STIKES Patria
Keperawatan, Jakarta: EGC Husada Blitar
10