Professional Documents
Culture Documents
ILMU MUHKAM DAN MUTASYABIH - Makalah El - Study Alquran
ILMU MUHKAM DAN MUTASYABIH - Makalah El - Study Alquran
Oleh:
Mirzatul Qhadri
221003001
A. Latar Belakang
Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab. Karena itu, untuk memahami
hukum-hukum yang terkandung dalam al-Qur’an diperlukan pemahaman dalam
kebahasaan. Para ulama’ yang ahli dalam bidang ushul fiqh, telah mengadakan
penelitian secara sesama terhadap nash-nash al-Qur’an, lalu hasil penelitian itu
diterapkan dalam kaidah-kaidah yang menjadi pegangan umat Islam guna
memahami kandungan al-Qur’an dengan benar.
Adapun ilmu yang mempelajari tentang muhkam dan mutasyabih adalah
Ilmu muhkam wal Mutasyabih. Ilmu ini dilatar belakangi oleh adanya perbedaan
pendapat ulama tentang adanya hubungan ayat atau surat yang lain. Sementara
yang lain mengatakan bahwa didalam Al-Qur’an ada ayat atau surat yang tidak
berhubungan. Oleh karenanya, suatu ilmu yang mempelajari ayat atau surat Al-
Qur’an menjadi cukup penting kedududkannya untuk di pelajari. Sementara
itu muhkam dan mutasyabih adalah Sebuah kajian yang sering menimbulkan
kontroversial dalam sejarah penafsiran Al-Qur’an, karena perbedaan ’interpretasi’
antara ulama mengenai hakikat muhkam dan mutasyabih.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian muhkam Mutasyabih?
2. Apa saja Contoh ayat-ayat Muhkamat Dan Mutasyabihat?
3. Apa saja Sebab-sebab terjadinya Tasyabuh dalam Al-Qur’an?
4. Bagaimana Pandangan dan sikap ulama tentang ayat-ayat
Mutasyabihat?
5. Apa Hikmah dibalik ayat-ayat Muhkamat dan Mutasyabihat?
C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui pengertian muhkam Mutasyabihat
2. Mengetahui Contoh ayat-ayat Muhkamat Dan Mutasyabihat
3. Mengetahui Sebab-sebab terjadinya Tasyabuh dalam Al-Qur’an
4. Mengetahui Pandangan dan sikap ulama tentang ayat-ayat
Mutasyabihat
5. Mengetahui Hikmah dibalik ayat-ayat Muhkamat dan Mutasyabihat
BAB II
PEMBAHASAN
2.
Mawardi Abdullah, ULUMUL QUR`AN, (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2014),
hlm. 93.
ٍ ت ِمنْ َلدُنْ َحك
ٍ ِيم َخ ِب
ير ْ ص َل ْ الر ۚ ِك َتابٌ ُأحْ ِك َم
ِّ ُت آ َيا ُت ُه ُث َّم ف
“Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan
rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi Dzat yang
Maha Bijaksana lagi Maha tahu.”
Adapun mutasyabih secara etimologis berarti tasyabuh, yakni apabila
salah satu dari dua hal serupa dengan yang lain. Syuhbah ialah keadaan dimana
salah satu dari dua hal itu tidak dapat dibedakan dari yang lain karena kemiripan
di antara keduanya. Mutasyabih secara bahasa berarti sesuatu yang menyerupai
dari segala segi antara satu dengan yang lain. Mutasyabih juga terkadang
dipadankan dengan mutamatsil dalam perkataan dan keindahan. Dengan
ungkapan tasyabuh al-kalam dapat diartikan “kesamaan dan kesesuaian dalam
perkataan, karena sebagiannya membenarkan sebagian yang lain dalam
kesempurnaannya dan sesuai pula dengan makna yang dimaksudkannya. Dapat
dikatakan bahwa seluruh Al-Qur`an adalah mutasyabihah, bahwa masing-masing
kemutamatsilan (keserupaan atau sebanding) ayat-ayatnya, baik dalam bidang
balaghah maupun dalam bidang i`jaz dan kesulitan kita memperlihatkan
kelebihan sebagian sukunya atau yang lain.3 Dengan pengertian inilah yang dapat
kita ambil berdasarkan firman Allah surah az-zumar ayat 23:
3.
Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, ILMU-ILMU AL-QUR`AN (Ulum al-Qur`an) hal.
158.
perbedaan Ulama dalam Kategori Muhkam dan Mutasyabih Para Ulama
banyak berbeda pendapat tentang pengertian muhkam dan mutasyabih. Terdapat
dua puluh pendapat mengenai kedua hal ini. AS-Suyuthi telah mengemukakan
delapan belas definisi atau makna muhkam mutasyabih yang diberikan para
ulama.
1. Al-Zarqani mengemukakan definisi muhkam adalah ayat yang jelas
artinya lagi nyata yang tidak mengandung kemungkinan nasakh.
Mutasyabih adalah ayat yang tersembunyi maknanya, tidak diketahui
maknanya baik secara aqli maupun naqli, dan ayat-ayat ini hanya Allah
yang mengetahuinya, seperti datangnya hari kiamat dan hurufhuruf
yang terputus diawal surat. Pendapat ini dinisbatkan kepada pemimpin-
pemimpin mazhab Hanafi.
2. As-Suyuthi dalam bukunya al-Itqan menyebutkan bahwa muhkam
adalah ayat yang jelas dengan sendirinya. Sedangkan Mutasyabih
adalah ayat yang penjelasannya membutuhkan ayat lain.
3. Muhkam adalah ayat yang tidak mengandung kecuali satu kemungkinan
makna takwil. Mutasyabih adalah ayat yang mengandung banyak
kemungkinan makna takwil. Ini merupakan pendapat Ibn Abbas dan
kebanyakan ahli ushul Fiqh.4
4. Imam Ahmad r.a. berpendapat bahwa muhkam ialah ayat yeng berdiri
sendiri dan tidak memerlukan keterangan. Mutasyabih adalah ayat yang
tidak berdiri sendiri dan memerlukan keterangan. Kadang-kadang
diterangkan dengan ayat atau keterangan tertentu dan kali yang lain
diterangkan dengan ayat atau keterangan yang lain pula karena
terjadinya perbedaan dalam mentakwilkannya.5
B. Contoh Ayat-ayat Muhkam dan Mutasyabih
1. Ayat Muhkam
5.
Muhammad Abd. Al-Azim al-Zarqani, Manakil al-irfan fi Ulum al-Quran, Jilid II, hal.
272-274.
"Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.”(Al-Ikhlas : 4)
ْم َواِل َْي ِه ُت ْر َجعُ ْو َن ِ ٌ ِواَل تَ ْدع مع ال ٰلّ ِه اِ ٰلها ٰاخ ۘ َر ٓاَل اِ ٰله اِاَّل ه ۗ َو ُك ُّل َشي ٍء هال
ُ ك ااَّل َو ْج َههٗ ۗ لَهُ ال
ُ ْحك َ ْ ُ َ َ ً ََ ُ َ
“Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.”
(QS. ar-Rahman: 27)
َ ك اِنَّ َما ُيبَايِعُ ْو َن ال ٰلّهَ ۗيَ ُد ال ٰلّ ِه َف ْو َق اَيْ ِديْ ِه ْم ۚ فَ َم ْن نَّ َك
ُ ث فَِانَّ َما َي ْن ُك
ث َع ٰلى َن ْف ِسهٖۚ َو َم ْن اَ ْو ٰفى ِ
َ َا َّن الَّ ِذيْ َن ُيبَايِعُ ْون
يُ ْش ِر ُك ْو َن
Jumhur ahlusunah, di antaranya adalah para ulama salaf dan para ahli
hadits berpendapat untuk memercayai dan menyerahkan makna yang
dikehendakinya kepada Allah Ta’ala dan tidak menafsirkannya, disertai dengan
menyucikan Allah dari hakikatnya.6
C. Sebab-sebab terjadinya Tasyabuh dalam Al-Qur’an
Sebagian ulama berpendapat bahwa ayat-ayat mutasyabih tidak dapat
diketahui takwilnya oleh siapapun kecuali Allah sendiri. Mereka menyatakan agar
orang-orang tidak mencari-cari takwilnya dan menyerahkan persoalan itu kepada
Allah Swt. Sedangkan orang yang mendalam ilmunya mereka berkata “Kami
mengimaninya, semua datang dari Tuhan kami”.
Sebagian yang lain ada yang beranggapan, bahwa orang-orang yang
mendalam ilmunya dapat mengetahui takwil ayat-ayat mutasyabihat. Mereka
mengatakan: pengetahuan Allah mengenai takwil ayat-ayat mutasyabihat itu
dilimpahkan juga kepada orang-orang atau para ulama yang mendalam ilmunya.
Sebab firman Allah yang diturunkan bagi mereka itu adalah pujian, kalau mereka
tidak mengetahui maknanya, berarti mereka tidak berbeda dengan orang awam
yang juga sama tidak faham betul dengan maknanya.
6.
Imam Assuyuthi, ULUMUL QUR’AN II (Al-itqan fi ulumil qur’an) hal. 99
sebagai berikut:
1. Kesamaran pada lafal ayat
Adanya sebagian ayat ayat mutasyabihat didalam al qur’an disebabkan
oleh kesamaran pada lafal mufrod maupun murakab (yang tersusun
dalam kalimat). Yang dimaksud dengan kesamaran pada lafal mufrad
adalah adnya lafal tunggal yang maknanya tidak jelas, baik disebabkan
karena gharib (asing) atau musytarak ( bermakna ganda).
2. Kesamaran pada makna ayat
Kesamaran atau ketersembunyian yang terjadi pada makna ayat,
umumnya adalah berupa ayat ayat mutasyabihat yang berhubungan
dengan sifat-sifat Allah.
Kemudian ia berkata:
اﻻﯾﻤﺎن ﻏﯿﺮ ﻣﺠﮭﻮل واﻟﻜﯿﻒ ﻏﯿﺮ ﻣﻌﻘﻮل وھﻮ ﻣﻦ اﻟﺮﺳﺎﻟﺔ وﻋﻠﻰ اﻟﺮﺳﻮل اﻟﺒﻼغ اﻟﺒﯿﻦ وﻋﻠﯿﻨﺎ
اﻟﺘﺼﺪق
ﻋﻨﻰ ﺳﻮءاﺧﺮﺟﻮه رﺟﻞ واظﻨﻚ ﺑﺪﻋﺔ ﻋﻨﮫ واﻟﺴﺆال ﻣﺠﮭﻮل واﻟﻜﯿﻒ ﻣﻌﻠﻮم
اﻻﺳﺘﻮاء
“Dari Amr Ibnu Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya dari Rasulullah SAW. Ia
bersabda: Sesungguhnya al-Quran tidak diturunkan agar sebagiannya
mendustakan sebagian yang lain, apa saja yang kalian ketahui daripadanya maka
amalkanlah dan apa yang mutasyabih maka hendaklah kalian meyakininya.”
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam menghadapi ayat-ayat mutasyabihat, para
ulama madzhab salaf bersikap hati-hati terhadap kesalahan yang mungkin terjadi.
Berbeda dengan ulama salaf, ulama khalaf berpendapat bahwa orang-
orang yang memiliki ilmu secara mendalam seperti ulama dapat mengartikan
ayat-ayat mutasyabihat. Mujahid dan sahabat-sahabatnya cenderung kepada
pendapat ini, termasuk al-Nawawi yang berpendapat bahwa “pendapat ini lebih
layak diterima, sebab tidak mungkin Allah akan mengkhitab hamba-Nya dengan
sesuatu yang tidak ada jalan untuk mengetahuinya”. Madzhab khalaf berpendapat,
bahwa hal yang seharusnya dilakukan dalam memahami ayat mutasyabihat yakni
dengan memalingkan lafal yang menyebabkan kebingungan bagi umat manusia,
sehingga tidak dibiarkan “terlantar” tidak bermakna. Selama ayat- ayat tersebut
memungkinkan untuk ditakwilkan dengan makna yang benar dan rasional, maka
bagi orang-orang berilmu mendalam tidak ada halangan untuk menakwilkan ayat
tersebut.
E. Hikmah dibalik ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat
1. Hikmah ayat-ayat muhkamat, yaitu :
a. Menjadikan kemudahan bagi manusia untuk mengetahui
arti dan maksudnya pada ayat-ayat muhkamat
b. Mendorong umat Islam untuk segera mengamalkan isi kandungan
al- Qur’an, karena lafadz ayat-ayat-Nya telah mudah diktahui dan
dipahami.
c. Menjadi rahmat bagi manusia khususnya orang yang lemah dalam
berbahasa arab.
2. Hikmah ayat-ayat mutasyabihat, yaitu:
8
.Amroeni Drajat, ULUMUL QUR’AN (Depok:2017), hal. 102-103
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Muhkam adalah sesuatu yang tidak ada perselisihan dan kekacauan di
dalamnya, dan ada yang mengatakan bahwa Muhkam ialah sesuatu yang belum
menjadi mutasyabih karena keterangannya sudah tegas dan tidak membutuhkan
kepada yang lain. Sedangkan mutasyabih ialah mengandung lebih dari dua
penafsiran dari ayat Al-qur’an.
Terdapat banyak hikmah saat mengetahui permasalahan muhkam dan
mutasyabih diantaranya sebagai ujian bagi kita apakah kita beriman kepada hal
yang ghaib, atau juga menjelaskan tentang hakikat lemah dan bodohnya kita
sebagai insan.
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Al-Azim al-Zarqani Muhammad, Manakil al-irfan fi Ulum al-Quran, Jilid II.
Al-Shalih Shubhi, Mabahits fi Ulum al-Quran, (Beirut: Dar al-ilmi li al-Milayin, 1972).