You are on page 1of 15

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Disain Penelitian

Desain penelitian dirancang dengan berpedoman pada paradigma

penelitian berikut:

Creswel (1994 :4) menunjukkan pendapat beberapa ahli paradigma

penelitian berikut :

The qualitative paradigm is termed the constructivist approach or


naturalistic (Lincoln & Guba, 1985), the interpretative approach (J.
Smith, 1983), or the post positivist or postmodern perspective (Quantz,
1992). It began as a countermovement to the positivist tradition in the late
19th century through such writers as Dilthey. Weber, and Kant (J. Smith,
1983).

Menurut Lincoln dan Guba (1985), paradigma kualitatif merupakan

pendekatan konstruktivis atau naturalistik, menurut Smith (1983), pendekatan

interpretatif, menurut Quantz (1992), pasca positivis atau postmodern perspektif.

Pandangan ini dimulai sebagai countermovement terhadap tradisi positivis pada

akhir abad ke-19 melalui penulis Dilthey, Weber, dan Kant.

Dalam konteks penelitian kualitatif yang demikian itu, O’Sullivan et.al.

(2008: 18) menjelaskan :

Qualitative studies may include information on the unique features and


the environment of each case. Qualitative studies describe specific
features of each individual, organization, jurisdiction or program.
Qualitative studies may involve extensive fieldwork; the researcher goes
to where the case are located and obtains information on them in the
natural setting. In this way the researcher does not attempt to manipulate
any aspect of the situation being studied but takes it as it is. Nevertheless,
the qualitative researcher’s background and personality influence data
collection and interpretation. Qualitative studies are often conducted by
researchers who are participants in or close observers of the phenomena

148
148

studied. Such researchers are more likely to have the knowledge and
interest to design and conduct a sound qualitative study. The researchers
use their experiences and insights to design a study and to interpret the
findings. A researcher’s interactions with subjects affect what he is told
and what information he is given.
Menurut O’Sullivan et.al., studi kualitatif dapat mencakup informasi

tentang gambaran yang unik pada lingkungan masing-masing kasus. Studi

kualitatif menjelaskan gambaran khusus dari masing-masing individu, organisasi,

yurisdiksi atau program. Studi kualitatif mungkin melibatkan kerja lapangan yang

luas; peneliti mendatangi dimana kasus yang ditelitinya berada dan memperoleh

informasi tentang kasus tersebut secara alamiah. Dengan cara ini peneliti tidak

berusaha untuk memanipulasi segala aspek dari situasi yang sedang dipelajari

tetapi mengambil hal itu apa adanya. Namun demikian, ada juga pengaruh latar

belakang kepribadian dan interprestasi peneliti kualitatif dalam pengumpulan data.

Studi kualitatif sering dilakukan oleh para peneliti dengan mengamati secara lebih

dekat fenomena yang diteliti. Peneliti tersebut mungkin lebih memiliki

pengetahuan dan minat untuk merancang dan melakukan penelitian kualitatif.

Para peneliti menggunakan pengalaman dan wawasannya untuk merancang studi

dan menafsirkan temuan. Interaksi seorang peneliti dengan subyek saling

mempengaruhi apa yang dia ucapkan dan apa yang diinformasikan. O’Sullivan

et.al. (2008: 18) menambahkan :

In qualitative studies the researchers usually works with a flexible


design. Although the studies may have a clearly defined methodology and
plan of action, the researcher usually has great flexibility. He may alter
the design as the research progresses. Typically, he uses several sources
of information. Multiple sources give a fuller picture of case and its
setting and help to verify other information.
149

Menurut O’Sullivan et.al., dalam studi kualitatif peneliti biasanya

bekerja dengan desain yang fleksibel. Meskipun penelitian mungkin memiliki

metodologi yang jelas dan rencana tindakan yang juga jelas, peneliti biasanya

memiliki fleksibilitas yang besar. Dia dapat mengubah desain penelitian pada saat

penelitian berlangsung. Biasanya, ia menggunakan beberapa sumber informasi.

Beberapa sumber memberikan gambaran yang lebih lengkap dari kasus dan

mengaturnya untuk membantu memverifikasi informasi lainnya.

O’Sullivan et.al. (2008: 19) mengemukakan :

Researchers using qualitative techniques need different skill than those


using quantitative designs. An interviewer in a quantitative study
receives a list of questions that she asks every respondent. All other
interviews would use the same set of question and ask them in the same
way. In a qualitative study, the interviewer may have a suggested set of
questions but asks them as the situation dictates. Based on the response
to one question, the interviews asks another question; the researcher
needs to ask the question, listen, interpret, and phrase a proper follow up
question.
Menurut O’Sullivan et.al., para peneliti yang menggunakan teknik
kualitatif membutuhkan keahlian yang berbeda dari mereka yang menggunakan
desain kuantitatif. Pewawancara dalam studi kuantitatif mengajukan daftar
pertanyaan dan dia meminta setiap responden untuk menjawabnya. Semua
wawancara lain ia akan menggunakan susunan pertanyaan yang sama dan
meminta mereka dengan cara yang sama. Dalam penelitian kualitatif,
pewawancara mungkin memiliki satu susun pertanyaaan yang diajukan kepada
informan penelitian tetapi pewawancara juga meminta mereka menjelaskan
dengan situasi menentukan. Berdasarkan tanggapan satu pertanyaan, kemudian
wawancara berlanjutan ke pertanyaan lain; peneliti perlu mengajukan pertanyaan,
mendengarkan, menafsirkan, dan membuat frase yang tepat untuk
150

menindaklanjuti pertanyaan tersebut. Kemudian O’Sullivan et.al. (2008: 19)


mengingatkan :

The researcher using qualitative methods must be aDble to record


information accurately, write clearly, divide trivial from important
details, and draw appropri-ate conclusions from the information. Since
data from qualitative studies tend to be descriptions, observations, and
responses to interview questions, a great deal of information is obtained.
To make sense out of it may be difficult. Rather than doing statistical
analysis of numerical data as in quantitative studies, the researcher looks
for themes and concepts in the analysis of qualitative data.
Dalam pandangan O’Sullivan et.al., peneliti menggunakan yang metode

kualitatif harus mampu merekam informasi secara akurat, menulis dengan jelas,

membagi hal-hal kecil dari rincian penting, dan menarik kesimpulan dari

informasi tersebut. Karena data dari studi kualitatif cenderung bersifat deskripsi

pengamatan, dan tanggapan terhadap pertanyaan yang diwawancarakan, maka

informasi pun diperoleh banyak. Untuk lebih dari itu mungkin sulit, daripada

melakukan analisis statistik data numerik seperti dalam penelitian kuantitatif,

peneliti kualitatif mencari tema dan konsep dalam analisis data kualitatif.

3.2 Kerangka Konseptual Penelitian

Dengan deskripsi paradigma penelitian kualitatif, selanjutnya penulis

memilih paradigma kualitatif atau pendekatan penelitian kualitatif untuk

mengungkap dan memb ahas fenomena efektivitas Badan Nasional

Penanggulangan Terorisme NPT dalam melaksanakan fungsi pencegahan

terorisme di Indonesia. Pendekatan penelitian kualitatif ini dilaksanakan dengan

Kerangka Konseptual Penelitian yang disusun berdasarkan teori efektivitas

organisasi dari Tyson & Jackson (2000:233). Kerngka konseptual yang


151

dimaksud dapat dikemukakan dengan gambar berikut :

Gambar 3.1
Kerangka Konseptual Penelitian

Konsep Dimensi Indikator


1 2 3
Pengarahan 1. Pengarahan pencegahan
2. Media atau metode
3. Pengarahan mengatasi
masalah
Pendelegasian 4. Pendelegasian pencegahan
5. Pola dan fungsi
6. Kendala pendelegasian
Pengendalian 7. Pengendalian program
8. Strategi
9. Pengendalian pencegahan
Pertanggungjawaban 10. Pertanggungjawaban
pencegahan
11. Ruang lingkup
pertanggungjawaban
Efektivitas BNPT 12. Kebijakan program
Dalam Efisiensi 13. Efisiensi penggunaan
Melaksanakan sumber daya
Fungsi 14. Konsep efisiensi
penggunaan sumber daya
Pencegahan
15. Konsep efisiensi yang
Terorisme di dibelakukan
Indonesia Koordinasi 16. Koordinasi yang
dilakukan
Tyson & Jackson, 17. Pola koordinasi
2000:233 18. Koordinasi mengatasi
masalah
Adaptasi 19. Adaptasi yang dilakukan
20. Cakupan dan fungsi
21. Adaptasi pencegahan
Sistem Soisial dan 22. Yang dimaksud
Harapan Perorangan radikalsme
23. Sistem sosial dan
lingkungan
24. Implementasi kebijakan
25. Kendala sistem sosial
26. Harapan peorangan teroris
27. Harpan mantan teroris
28. Harapan mantan teroris
mendapatkan pembenaran
152

3.3 Data yang Diperlukan

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer adalah jenis data yang didapat langsung dari sumbernya

yaitu para Informan Penelitian. Data sekunder adalah jenis data yang didapat

tidak langsung dari sumbernya, yaitu buku-buku, dokumen-dokumen serta

sumber informasi lainnya yang terkait dengan pengungkapan obyek penelitian

serta penyusunan konsep dan instrumen penelitian. Sumber data primer adalah

sejumlah informan penelitian. Dari sumber data primer diperoleh jenis data

primer yang dibutuhkan untuk mengungkap dan membahas efektivitas Badan

Nasional Penanggulangan Terorisme dalam melaksanakan fungsi pencegahan

terorisme di Indonesia. Jenis data dari sumber data ini digali dengan

menggunakan Pedoman Wawancara yang dikonstruksi menurut konstruks teori

efektivitas organisasi Tyson & Jackson.

3.4 Informan dan Cara Menentukannya

Informan penelitian adalah nara sumber yang memberikan berbagai

informasi serta data yang berkenaan dengan kebutuhan untuk mengungkap dan

membahas fenomena yang dijadikan obyek penelitian yaitu efektivitas Badan

Nasional Penanggulangan Teorisme dalam melaksanakan fungsi pencegahan

terorisme di Indonesia. Penentuan seseorang menjadi informan penelitian

didasarkan pada penilaian terhadap kedudukan, kompetensi, keterlibatan atau

pengalaman yang berhubungan dengan kegiatan terorisme serta pencegahan

terorisme di Indoensia. Teknik penentuan informan penelitian menggunakan snow


153

ball technique. Berbeda dengan purposive sampling technique, dengan snow ball

technique pemilihan dan penetapan jumlah dan unsur informan penelitian yang

ditentukan pada saat penelitian dilaksanakan menjadi fleksibel.

3.5 Teknik dan Instrumen Pngumpulan Data

Pengumpulan data sekunder dan teknik pengumpulan data primer

menggunakan teknik pengumpulan data berikut :

3.5.1 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dimaksudkan sebagai teknik pengumpulan data

sekunder, yaitu data yang didapat dari berbagai buku-buku, dokumen- dokumen,

dan keterangan tertulis lainnya. Pada tahapan penyusunan usulan penelitian, studi

kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan informasi serta data factual guna

mendeskripsikan obyek, fokus dan locus penelitian, serta teori-teori yang relevan.

Studi kepustakaan dilaksanakan dengan mengutip, mendeskripsikan dan

menelaah teori yang relevan dan yang cocok untuk dijadikan landasan teoritik

penyusunan konsep dan instrumen penelitian.

3.5.2 Teknik Wawancara

Teknik wawancara yang dimaksud adalah teknik pengumpulan data

primer dari para nara sumber yang menjadi informan penelitian. Teknis

wawancara dilakukan dengan Pedoman Wawancara. Pedoman wawancara

merupakan panduan arah penggalian informasi dari para informan penelitian yang

berisi pokok-pokok pertanyaan (leading questions) yang dikonstruksi menurut

teori efektivitas organisasi Tyson & Jackson.


154

Instrumen Pengumpulan data primer adalah Pedoman

Wawancara yang terdiri atas Pokok-Pokok Pertanyaan Terbuka

(leading questions) berikut :

Pokok-pokok pertanyaan yang dimaksud dikembangkan menjadi pertanyaan-

pertanyaan terbuka yang tersusun berikut ini :

1. Pokok pertanyaan mengenai Pengarahan dalam pelaksanaan pencegahan

radikalisme dan terorisme di Indonesia diajukan dengan pertanyaan-pertanyaan

terbuka berikut : (1) Pengarahan yang dilakukan dalam pelaksanaan

pencegahan radikalisme dan terorisme; (2) Media, metode dan fungsi

pengarahan dalam pelaksanaan pencegahan radikalisme dan terorisme di

Indonesia; (3) Pengarahan yang perlu dilakukan oleh BNPT untuk menjamin

efektivitas pencegahan radikalisme dan terorisme serta mengatasi masalah dan

kendala pengarahan tersebut.

2. Pokok pertanyaan mengenai Pendelegasian dalam pelaksanaan pencegahan

radikalisme dan terorisme di Indonesia diajukan dengan pertanyaan-pertanyaan

terbuka berikut : (1) Pendelegasian yang dilakukan dalam pelaksanaan

pencegahan radikalisme dan terorisme; (2) Pola dan fungsi pendelegasian

dalam pelaksanaan pencegahan radikalisme dan terorisme di Indonesia; (3)

Pendelegasian yang perlu dilakukan oleh BNPT untuk menjamin efektivitas

pencegahan radikalisme dan terorisme serta mengatasi masalah dan kendala

pendelegasian tersebut.

3. Pokok pertanyaan mengenai Pengendalian dalam pelaksanaan pencegahan

radikalisme dan terorisme di Indonesia diajukan dengan pertanyaan-pertanyaan


155

terbuka berikut : (1) Pengendalian yang dilakukan dalam pelaksanaan

pencegahan radikalisme dan terorisme; (2) Strategi dan fungsi pengendalian

dalam pelaksanaan pencegahan radikalisme dan terorisme di Indonesia; (3)

Pengandalian yang perlu dilakukan oleh BNPT untuk menjamin efektivitas

pencegahan radikalisme dan terorisme serta mengatasi masalah dan kendala

pengendalian tersebut.

4. Pokok pertanyaan mengenai Pertanggungjawaban dalam pelaksanaan

pencegahan radikalisme dan terorisme di Indonesia diajukan dengan

pertanyaan-pertanyaan terbuka berikut : (1) Pertanggungjawaban dalam

pelaksanaan pencegahan radikalisme dan terorisme; (2) Ruang lingkup

pertanggungjawaban dalam pelaksanaan pencegahan radikalisme dan terorisme

di Indonesia; (3) Pertanggungjawaban BNPT yang terkait dengan pencapaian

efektivitas pencegahan radikalisme dan terorisme.

5. Pokok pertanyaan mengenai Efisiensi pelaksanaan pencegahan radikalisme

dan terorisme di Indonesia diajukan dengan pertanyaan-pertanyaan terbuka

berikut : (1) Efisiensi yang dilakukan dalam pelaksanaan pencegahan

radikalisme dan terorisme; (2) Konsep efisiensi dalam pelaksanaan

pencegahan radikalisme dan terorisme di Indonesia; (3) Efisiensi yang perlu

dilakukan oleh BNPT untuk mengoptimalkan efektivitas pencegahan

radikalisme dan terorisme serta mengatasi masalah dan kendala efisiensi

tersebut.

6. Pokok pertanyaan mengenai Koordinasi pelaksanaan pencegahan radikalisme

dan terorisme di Indonesia diajukan dengan pertanyaan-pertanyaan terbuka


156

berikut : (1) Koordinasi yang dilakukan dalam pelaksanaan pencegahan

radikalisme dan terorisme; (2) Pola koordinasi dalam pelaksanaan pencegahan

radikalisme dan terorisme di Indonesia; (3) Koordinasi yang perlu dilakukan

oleh BNPT untuk mengoptimalkan efektivitas pencegahan radikalisme dan

terorisme serta mengatasi masalah dan kendala koordinasi tersebut.

7. Pokok pertanyaan mengenai Adaptasi pelaksanaan pencegahan radikalisme

dan terorisme di Indonesia diajukan dengan pertanyaan-pertanyaan terbuka

berikut : (1) Adaptasi yang dilakukan dalam pelaksanaan pencegahan

radikalisme dan terorisme; (2) Cakupan dan fungsi adaptasi dalam

pelaksanaan pencegahan radikalisme dan terorisme di Indonesia; (3) Adaptasi

yang perlu dilakukan oleh BNPT untuk mengoptimalkan efektivitas

pencegahan radikalisme dan terorisme serta mengatasi masalah dan kendala

adaptasi tersebut.

8. Pokok pertanyaan mengenai Sistem Sosial dan Harapan Perorangan dalam

pelaksanaan pencegahan radikalisme dan terorisme di Indonesia diajukan

dengan pertanyaan-pertanyaan terbuka berikut : (1) Sistem sosial dan

lingkungan yang memotivasi radikalisme dan terorisme; (2) Kebijakan dan

strategi BNP dalam mengatasi sistem sosial dan lingkungan yang memotivasi

radikalisme dan terorisme; (3) Sistem sosial yang perlu dibangun oleh

pemerintah untuk memperkuat efektivitas pencegahan radikalisme dan

terorisme serta mengatasi masalah dan kendala dalam membangun sistem

sosial tersebut; (4). Harapan perorangan yang mendapat pembenaran dan

pelayanan dalam pelaksanaan kebijakan dan kegiatan pencegahan radikalisme


157

dan terorisme; (2) Harapan perorangan yang diperhatikan dalam pelaksanaan

kebijakan dan kegiatan pencegahan radikalisme dan terorisme di Indonesia; (3)

Harapan perorangan yang perlu mendapat pembenaran, pembinaan, pelayanan

dari BNPT untuk mengoptimalkan efektivitas pencegahan radikalisme dan

terorisme serta mengatasi masalah dan kendala dalam memenuhi harapan

perorangan tersebut;

3.5.3 Observasi

Observasi dilaksanakan di BNPT serta lokasi-lokasi kegiatan pencegahan

radikalisme dan terorisme. Observasi dilaksanakan untuk memperoleh informasi-

informasi aktual terkait dengan berbagai hal yang menunjukkan dinamika

pelaksanaan kebijakan dan kegiatan BNPT dalam melaksanakan fungsi

pencegahan terorisme di Indonesia. Observasi dilakukan dengan cara

mengunjungi dan mengamati pelaksanaaan kebijakan dan kegiatan pencegahan

radikalissme dan terorisme. Observasi dilakukan sesuai Pedoman Observasi yang

disusun dalam perencanaan teknis wawancara dan pengumpulan data obyek,

fokus dan lokus penelitian.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan dengan prosedur, tahapan dan teknis

sebagai berikut :
158

3.6.3 Tahapan Klasifikasi Data

Penyusunan klasifikasi jenis data dilakukan dengan tujuan untuk

memperjelas dan mempermudah pengolahan, penafsiran dan permbahasan

berbagai jenis data yang didapat dari kegiatan penelitian. Tahapan Aktivitas

klasifikasi data adalah berikut :

Menentukan dan menyusun klasifikasi jenis data sekunder yang menjadi

hasil studi dokumen. Data sekunder yang terdiri atas beberapa jenis data factual

dan fungsional yang berfungsi untuk mengungkap obyek, fokus dan locus

penelitian. Pengolahan data sekunder bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran

umum obyek, fokus dam locus penelitian serta kegiatan unit-unit kegiatan

operasional BNPT. Klasifikasi data sekunder dilaksanakan dengan

memperhatikan keabsahan dan signifikansi setiap jenis dan kelompok data yang

didapat dari berbagai sumber.

Menentukan dan menyusun klasifikasi jenis data primer yang menjadi

hasil wawancara dengan para informan penelitian. Klasifikasi data primer yang

digali dari para informan penelitian diklasifikasikan menurut struktur pembahasan

hasil penelitian yang terdiri atas delapan dimensi analisis berikut : :(1) Analisis

Pengarahan; (2) Analisis Pendelegasian; (3) Analisis Pengendalian; (4) Analisis

Pertanggungjawaban; (5) Analisis Efisiensi; (6) Analisis Koordinasi; (7) Analisis

Adaptasi; (8) Analisis Sistem Sosial dan Harapan Perorangan.


159

3.6.4 Tahapan Analisis Data

Tahapan analisis data yang dikumpulkan dari berbagai sumber data adalah

berikut:

Analisis Data Sekunder : Analisis data sekunder meliputi penyajian data

dan telaah data yang dihasilkan dari dokumen-dokumen dan sumber data lainnya.

Analisis data sekunder bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran umum locus

penelitian serta mendeskripsikan kinerja BNPT dalam melakswanakan kebijakan

dan kegiatan pencegahan radikalisme dan terorisme.

Analisis Data Primer : Analisis data primer ini meliputi penyajian,

penelaahan, penafsiran dan penyimpulan. Analisis data primer bertujuan untuk

mendeskripsikan dan membahas efektivitas Badan Nasional Penangguangan

Terorisme dala melaksanakan fungsi pencegahan radikalisme dan terorisme.

Struktur analisis data meliputi :(1) Analisis Pengarahan; (2) Analisis

Pendelegasian; (3) Analisis Pengendalian; (4) Analisis Pertanggungjawaban; (5)

Analisis Efisiensi; (6) Analisis Koordinasi; (7) Analisis Adaptasi; (8) Analisis

Sistem Sosial dan Harapan Perorangan

Analisis data primer dikembangkan dengan metode Analisis Triangulasi

Para Pengamat (Triangulation of Observers) yang meliputi (1) persepsi,

interprestasi dan opini pejabat struktural BNPT; (2) persepsi, interprestasi dan

opini pejabat-pejabat instansi/lembaga terkait di tingkat pusat dan daerah; dan (3)

persepsi, interprestasi dan opini para pemangku kepentingan, termasuk mantan

teroris. Aplikali metode triangulasi pengamat merujuk pada penjelasan Neuman

(2003:137-139) berikut:
160

Another type is triangulation of observers. In many studies, one


researcher conducts interviews or is the sole observer of people’s
behavior. A single person means the limitations of the one observer
become the limitations of the study. Multiple observers or researchers
add alternative perspectives, backgrounds, and social characteristics and
will reduce the limitations.

Analisis data dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan

penelitian; dan memperoleh suatu temuan empirik (reasearch finding) yang dapat

dijadikan dasar penyusunan model. Temuan empirik yang dimaksud adalah issu

aktual yang paling dominan menurut persepsi, interprestasi dan opini para

informan penelitian terhadap fenomena efektivitas BNPT dalam melaksanakan

fungsi pencegehan radikalisme dan terorisme di Indonesia.

3.7 Lokasi dan Jadwal Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian, maka perencanaan lokasi

dan jadwal penelitian adalah berikut :

3.7.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah Badan Nasional Penanggulangan Terorisme

(BNPT) serta lokasi-lokasi lain yang berhubungan dengan implementasi

kebijakan, program dan kegiatan pencegahan teorisme oleh BNPT dan

instansi/lembaga terkait.

3.7.2 Jadwal Penelitian

Tahapan dan jadwal seluruh rangkaian kegiatan persiapan dan

pelaksanaan penelitian adalah berikut :


161

Tabel 3.2
Tahapan dan Rencana Waktu Pelaksanaan
Kegiatan 2022 2023
8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pengumpulan data awal dan


Penyusunan Usulan Penelitian

Bimbingan dan konsultasi

Ujian Kualifikasi Doktor

Seminar Usulan Penelitian

Revisi Usulan Penelitian dan


Izin Penelitian

Penelitian, Pengolahan data


dan penyusunan Disertasi

Sidang Hasil Penelitian

Revisi Disertasi

Sidang Disertasi Tertutup

Revisi Disertasi

Sidang Promosi Doktor

Tahapan dan Jadwal Penelitian

You might also like