You are on page 1of 53

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST SECTIO CAESAREA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas

Dosen Pembimbing:Santi Wahyuni, SKp., M.Kep., Sp. Mat

Disusun oleh:

Kelompok 7:

Ika Puspita Anjani P20620222058

Indah Lutviya P20620222059

Intan Rahmatullah P20620222060

Tingkat IIB

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI D-III KEPERAWATAN CIREBON

POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah seminar yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ibu
Post Sectio Caesarea”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Maternitas.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Santi Wahyuni, SKp.,


M.Kep., Sp.Mat, selaku dosen mata kuliah Keperawatan Maternitas yang telah
membimbing kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Ucapan
terimakasih juga disampaikan kepada pihak yang telah berkontribusi dalam proses
penyusunan, pelaksanaan, serta penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan pada makalah ini, baik dari
segi pengolahan bahasa maupun substansinya. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi perbaikan makalah ini. Kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Cirebon, 13 September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang...........................................................................................1

1.2. Tujuan........................................................................................................1

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1. Konsep Post Sectio Caesarea....................................................................3

2.2. Adaptasi Fisiologis Yang Terjadi Pada Ibu Post Sectio Caesarea............3

2.3. Adaptasi Psikologis yang Terjadi Pada Ibu Post Sectio Caesarea............6

2.4. Masalah Kesehatan Pada Ibu Post Sectio Caesarea..................................8

2.5. Asuhan Keperawatan Teoritis...................................................................9

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan..............................................................................................29

3.2. Saran........................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Di Indonesia angka kejadian sectio caesarea juga terus meningkat
baik di RumahSakit pemerintah maupun swasta. Hasil Riskesdas tahun
2018 menunjukkan angka kejadianibu melahirkan secara sectio caesarea
sebesar 17,6 persen tertinggi di wilayah DKI Jakarta(31,3%) dan terendah
di wilayah Papua (6,7%). Berdasarkan data yang diperoleh dari
RumahSakit Umum Daerah Harapan dan Doa Kota Bengkulu mencatat
pada tahun 2017 jumlah. Postsectio caesarea adalah 160 kasus. Pada
tahun 2018 berjumlah 171 kasus dan Pada tahun 2019berjumlah 182
kasus terjadi peningkatan jumlah kasus pada tahun 2019. Indikasi
dilakuansectio caesarea antara lain letak lintang, ibu dengan hipertensi,
gawat janin dan kala ll lama,rupture uteri iminen, perdarahan antepartum,
ketuban pecah dini, fetal distress dan janin besarmelebihi 4.000 gram.
Nyeri akut pasca bedah sectio caesarea merupakan satu dari
masalahutama pasien yang mempengaruhi system tubuh yang lain.
(Sari&lamadasari, 2022)
Menurut WHO (World Health Organization) angka kejadian sectio
caesarea meningkat di negara negara berkembang. WHO menetapkan
indikator persalinan sectio caesarea 10-15% untuk setiap negara, jika
tidak sesuai indikasi operasi sectio caesarea dapat meningkatkan risiko
morbilitas dan mortilitas pada ibu dan bayi. (WHO, 2015)
Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan pada Masyarakat perlu
dikembangkan, salah satuny aadalah pelayanan keperawatan pada ibu
postpartum. Umumnya pada beberapa negara berkembang seperti
Indonesia, angka kematian ibu yang mengalami persalinan masih tinggi.
Penyebab terbesar pada kematian ibu pada persalinan adalah karena
komplikasi dan perawatan pascapersalinan yang tidak baik. Oleh karena
itu, pelayanan keperawatan pada ibu postpartum sangat diperlukan dan
perlu mendapatkan perhatian yang utama untuk menurunkan angka

1
kematian ibu postpartum akibat komplikasi. Untuk menekan angka
kematian pada ibu dan janin salah satu cara bisa dilakukan dengan
Tindakan operasi. Tindakan operasi yang bisa dilakukan adalah bedah
Caesar atau Sectio Caesarea. (Wiknjosastro, 2005)

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Makalah Asuhan Keperawatan Ibu Post Sectio Caesarea disusun
untuk mengetahuibagaimanapelaksanaan Asuhan Keperawatan Ibu
Post Sectio Caesarea.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian pada ibu post section caesarea
2. Merumuskan diagnose keperawatan pada ibu post section
caesarea
3. Menyusun perencanaan keperawatan pada ibu post section
caesarea

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Post Sectio Caesarea
Sectio caesarea yaitu suatu persalinan yang dibuat dimanajanin yang
dilahirkan dengan cara melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding
rahim serta berat janin diatas 500 gram. Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012.
dalam (Sartika & Arisari, 2023)
Sectio caesarea adalah suatu pembedahan yang dilakukan untuk
melahirkan janin dengan membuka dinding perut serta dinding uterus untuk
melahirkan janin dari dalam rahim. Padila, 2015 dalam( Sartika &
Arisari,2023)
Sectio caesarea adalah sebuah bentuk melahirkan dengan melakukan
sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu dan uterus
untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika
kelahiran melalui vagina akan mengarah pada komplikasi kendati cara ini
semakin umum sebagai pengganti kelahiran normal. (Mitayani, 2012)
Dari definisi di atas penulis menyimpulkan Sectio caesarea adalah
prosedur pembedahan untuk melahirkan bayi melalui suatu insisi pada dinding
depan perut dan dinding rahim dilakukan ketika kelahiran melalui vagina akan
mengarah pada komplikasi cara ini semakin umum sebagai pengganti
kelahiran normal, serta berat janin diatas 500 gram.

2.2 Adaptasi FisiologisYang Terjadi Pada Ibu Post Sectio Caesarea


Menurut (Reeder, 2011; Lowdermilk, 2013; Wahyuningsih, 2019) adaptasi
fisiologis yang terjadi pada ibu post sectio caesarea adalah sebagai berikut:
1. Sistem Reproduksi
a. Uterus
Tinggi fundus uteri akan turun sekitar 1 cm setiap harinya. Hal
tersebut karena adanya kontraksi pada uterus dan mengecilnya sel-sel
miometrium karena proses otolisis. Pada klien dengan multipara,
kontraksi yang terjadi lebih kuat karena setiap kehamilan, elastisitas

3
uterus akan menurun. Uterus tidak akan teraba kembali di abdomen
ketika sudah 2 minggu, dan kembali kedalam keadaan seperti sebelum
hamil dalam 6 minggu.
b. Serviks
Serviks teraba lunak saat setelah melahirkan. Produksi lendir
serviks dan lendir lain nya yang dipengaruhi oleh hormon progesteron
akan terhambat dengan adanya laktasi.
c. Vagina dan perineum
Mukosa vagina dan tidak adanya rugae dipengaruhi oleh hormon
estrogen. Rugae muncul selama 3 sampai 4 minggu. Hemoroid pada
klien akan ditemui akibat klien mengejan, dan akan mengecil setelah
minggu ke-6 pasca partum. Setelah melahirkan klien akan
mengeluarkan sekret atau cairan dari kavum uteri dan vagina yang
disebut lochea. Berikut adalah jenis-jenis lochea:
1) Lochea rubra, berlangsung pada hari pertama sampai ketiga pasca
partum. Lochea rubra berwarna merah dan mengandung beberapa
bekuan darah kecil.
2) Lochea serosa, berlangsung pada hari keempat sampai ketujuh
pasca partum. Lochea serosa berwarna merah muda sampai cokelat
muda dan tidak ada bekuan darah.
3) Lochea alba, berlangsung pada hari ke delapan sampai enam
minggu pasca partum. Lochea berwarna putih kekuningan yang
mengandung sel epitel, mukus, serum, dan bakteri.
d. Payudara
Hormon selama kehamilan seperti estrogen, progesteron,
prolaktin, kortisol, dan insulin akan menurun yang akan menstimulasi
perkembangan payudara. Payudara akan terasa hangat, keras, dan agak
nyeri. Selama 24 jam setelah persalinan, kolostrum akan keluar.
Payudara akan terasa bernodul atau berbenjol akibat kelenjar air susu
penuh.

4
2. Sistem Endokrin
Kadar hormon estrogen dan progesteron akan menurun sejak keluarnya
plasenta. Pada klien yang tidak menyusui, menstruasi akan dimulai
kembali setelah minggu ke-4 sampai ke-6, namun pada klien yang
menyusui akan kembali ovulasi pada bulan ke-6. Menstruasi pertama pada
klien pasca partum akan lebih banyak dari sebelum hamil, dan akan
kembali seperti sebelum hamil setelah tiga sampai empat siklus. Hormon-
hormon yang berperan pada klien pasca partum adalah:
a. Oksitosin, berperan untuk mencegah pendarahan saat kontraksi uterus.
Isapan pada bayi akan merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin.
b. Prolaktin, berperan sebagai produksi ASI. Jika klien tidak menyusui
dalam 14-21 hari maka akan timbul menstruasi.
c. Estrogen dan progesteron.

3. Sistem Perkemihan
Fungsi ginjal akan kembali seperti saat sebelum hamil setelah satu
bulan pasca melahirkan untuk hipotonus dan dilatasi ureter dan pelvis
ginjal kembali seperti saat sebelum hamil.

4. Sistem Pencernaan
Defekasi spontan akan terjadi setelah 2-3 hari setelah melahirkan
karena kurangnya tonus otot di usus selama melahirkan dan masa nifas,
diare sebelum persalinan, kurannya makanan, dan dehidrasi.

5. Sistem Kardiovaskular
Perubahan volume darah bergantung oleh jumlah darah yang hilang
selama melahirkan dan jumlah cairan ekstraselular. Curah jantung akan
berkurang secara perlahan sampai sama seperti sebelum hamil dalam 6
sampai 12 minggu pasca partum.

5
6. Sistem Saraf
Perubahan pada sistem saraf disebabkan oleh adaptasi selama
kehamilan dan trauma pada persalinan. Nyeri kepala yang dirasakan
setelah persalinan dapat disebabkan oleh preeklamsi, stres, dan lain
sebagainya.

7. Sistem Integumen
Setelah persalinan, kulit akan elastis kembali namun striae pada
payudara, abdomen, panggul, dan paha akan menetap.

2.3 Adaptasi Psikologis yang Terjadi Pada Ibu Post Sectio Caesarea
Menurut teori Reva Rubin (1977, dalamBabyologist, 2019) adaptasi
psikologis yang terjadi pada ibu post sectio caesarea adalah sebagai berikut:
1. Fase Taking In
Fase taking in yaitu periode ketergantungan berlangsung pada hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Ibu baru umumnya pasif
dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya.
Pengalaman selama proses persalinan berulang kali diceritakannya. Hal ini
membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya.
Kemampuan mendengarkan (listening skills) dan menyediakan waktu
yang cukup merupakan dukungan yang tidak ternilai bagi ibu. Kehadiran
suami dan keluarga sangat diperlukan pada fase ini. Petugas kesehatan
dapat menganjurkan kepada suami dan keluarga untuk memberikan
dukungan moril dan menyediakan waktu untuk mendengarkan semua yang
disampaikan oleh ibu agar dia dapat melewati fase ini dengan baik.
Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu pada fase ini adalah
sebagai berikut:
a. Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan tentang
bayinya misalkan: jenis kelamin tertentu, warna kulit, dan sebagainya.
b. Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan perubahan fisik yang
dialami ibu misalnya rasa mules akibat dari kontraksi rahim, payudara
bengkak, akibat luka jahitan, dan sebagainya

6
c. Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya
d. Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat
bayinya dan cenderung melihat saja tanpa membantu. Ibu akan merasa
tidak nyaman karena sebenarnya hal tersebut bukan hanya tanggung
jawab ibu saja, tetapi tanggung jawab bersama
2. Fase taking hold
Fase taking hold adalah fase atau periode yang berlangsung antara
3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu merasa khawatir akan
ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi.
Ibu memiliki perasaan yang sangat sensitif sehingga mudah tersinggung
dan gampang marah sehingga kita perlu berhati-hati dalam berkomunikasi
dengan ibu. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini
merupakan kesempatan yang baik cara merawat bayi, cara menyusui yang
benar, cara merawat luka jahitan, mengajarkan senam nifas, memberikan
pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu seperti gizi, istirahat,
kebersihan diri, dan lain-lain.
3. Fase letting go
Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan
peran barunya yang berlangung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah
dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya, serta kepercayaan
dirinya sudah meningkat. Pendidian kesehatan yang kita berikan pada fase
sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu agar lebih mandiri dalam
memenuhi kebutuhan diri dan bayinya.
Dukungan dari suami dan keluarga masih sangat diperlukan ibu. Suami
dan keluarga dapat membantu merawat bayi, mengerjakan urusan rumah
tangga sehingga ibu tidak terlalu lelah dan terbebani. Ibu memerlukan
istirahat yang cukup sehinga mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk
dapat merawat bayinya.
Pada periode ini ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi
dan harus beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi sangat bergantung
pada ibu, hal ini menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan serta
hubungan sosial. Jika hal ini tidak dapat dilalui dengan baik maka dapat

7
menyebabkan terjadinya postpartum blues dan depresi postpartumuntuk
menerima berbagai masukan dalam merawat diri dan bayinya sehingga
timbul percaya diri. Tugas sebagai tenaga kesehatan yakni mengajarkan.

2.4 Masalah Kesehatan Pada Ibu Post Sectio Caesarea


Menurut Sarwono Prawirohardjo (2011) komplikasi yang mungkin timbul
dalam Post Sectio Cesarea (SC):
2.4.1 Syok
Peristiwa ini terjadi karena insufisiensi akut dari sistem sirkulasi dengan
akibat sel-sel jaringan tidak mendapat zat-zat makanan dan O2 dengan
akibat terjadi kematian nya.
Penyebab-penyebab syok adalah: hemoragi merupakan penyebab
terbanyak dan harus selalu dipikirkan bila terjadi pada 24 jam pertama
pascabedah, sepsis, neurogenik dan kardiogenik, atau kombinasi antara
berbagai sebab tersebut. Gejala-gejalanya ialah nadi dan pernafasan
meningkat, tensi menurun, oliguri, penderita gelisah, eksteremitas dan
muka dingin, serta warna kulit keabuabuan. Dalam hal ini sangat penting
untuk membuat diagnosis sedini mungkin yang dikenal dengan sistem
peringatan dini (early warning system), karena jika terlambat, perubahanya
sudah tidak dapat dipengaruhi lagi
2.4.2 Gangguan Saluran Kemih
Pada operasi ada kemungkinan terjadi retensio urinae. Pengeluaran air seni
perlu diukur, jika air seni yang dikeluarkan jauh berkurang, ada
kemungkinan oliguri atau retensio urinae. Pemeriksaan abdomen
seringkali dapat menentukan adanya retensi. Apabila daya upaya supaya
penderita dapat berkemih tidak berhasil, maka terpaksa dilakukan
kateterisasi.
2.4.3 Infeksi Saluran Kemih
Kemungkinan infeksi saluran kemih selalu ada, terutama pada
penderitapenderita yang untuk salah satu sebab dikateter. Penderita
menderita panas dan seringkali menderita nyeri pada saat berkemih, dan
pemeriksaan air seni (yang dikeluarkan dengan kateter atau sebagai

8
midstream urine) mengandung leukosit dalam kelompok. Hal ini dapat
segera diketahui dengan meningkatnya leukosit esterase.
2.4.4 Distensi Perut
Pada pasca laparatomi tidak jarang perut agak kembung akan tetapi,setelah
flatus keluar, keadaan perut menjadi normal. Akan tetapi, ada
kemungkinan bahwa distensi bertambah, terdapat timpani diatas perut
pada periksa ketok, serta penderita merasa mual dan muntah.
2.4.5 Infeksi puerperal
Pada komplikasi ini biasanya bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama
beberapa hari dalam masa nifas, bersifat berat seperti tromboflebitis,
peritonitis, sepsis dan lainya.
2.4.6 Terbukanya Luka Operasi Eviserasi
Sebab-sebab terbukanya luka operasi pasca pembedahan ialah luka tidak
dijahit dengan sempurna, distensi perut, batuk atau muntah keras, serta
mengalami infeksi.

2.5 Asuhan Keperawatan Teoritis


2.5.1 Pengkajian
Menurut (Novita, 2011; Reeder, 2011) pengkajian dilakukan sebagai
berikut:

1. Identitas klien
Pada pengkajian identitas klien, berisikan nama, umur, jenis kelamin,
alamat, status perkawinan, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, nomor
register, diagnosa medis, tanggal prsalinan, tanggal masuk dan tanggal
pengkajian.
2. Identitas penanggungjawab
Berisikan nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, hubungan
dengan pasien, dan alamat
3. Keluhan utama
Klien dengan post SC akan megeluh nyeri pada bagian abdomen
karena adanya luka insisi.
4. Riwayat kesehatan sekarang

9
Merupakan keluhan yang dirasakan klien saat dilakukan pengkajian.
Pada pasien post SC keluhan utamanya berupa nyeri pada area
abdomen yaitu luka operasi, skala keluhan yang dirasakan klien dari
skala (0-10), Klien akan mengalami sakit kepala, merasa nyeri di
epigastrium, penglihatan kabur, mual, muntah, dan tidak nafsu makan,
edema pada ekstremitas.
5. Riwayat kesehatan dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit yang pernah dialami klien, seperti
penyakit jantung, paru-paru, hipertensi, dan diabetes. Kaji riwayat
hipertensi pada kehamilan sebelumnya, hipertensi sebelum hamil, dan
riwayat penyakit ginjal atau obesitas.
6. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji adanya riwayat keluarga yang mengalami hipertensi, penyakit
jantung, diabetes, penyakit keturunan atau penyakit menular. Adanya
riwayat preeklamsi dalam keluarga.
7. Riwayat obstetri dan ginekologi
a. Riwayat obstetrik
Berisikan riwayat menstruasi (pertama kali mestruasi, lama nya
mestruasi, siklus menstruasi, banyaknya darah yang keluar, sifat
darah, riwayat dismenore, HPHT, dan taksiran persalinan), riwayat
perkawinan (usia saat menikah, lamanya pernikahan, dan
pernikahan keberapa), serta riwayat kontrasepsi (jenis kontrasepsi
yang digunakan sebelum hamil, waktu dan lama penggunaan,
keluhan selama menggunakan kontrasepsi, jenis kontrasepsi yang
digunakan, dan jumlah anak yang direncanakan).
b. Riwayat ginekologi
Berisikan riwayat dan masalah dalam kehamilan, persalinan, dan
nifas yang lalu, serta riwayat kehamilan sekarang (tanggal dan pukul
persalinan, jenis dan lamanya persalinan, jumlah pendarahan, jenis
kelamin bayi, BB dan PB bayi, dan APGAR score).
8. Data Biologis
a. Nutrisi

10
Berisikan pola makan (jenis menu, frekuensi, porsi, pantangan,
dan keluhan), dan minum (jenis minum, frekuensi, jumlah,
pantangan, dan keluhan) antara sebelum dan sesudah melahirkan.
Klien dengan post partum disarankan untuk memperbanyak
konsumsi protein, buah-buahan, dan sayur-sayuran.
b. Istirahat dan tidur
Berisikan jumlah jam tidur dan keluhan tidur siang dan malam
antara sebelum dan sesudah melahirkan. Klien post partum
dianjurkan untuk istirahat yang cukup dan melakukan aktivitas
secara bertahap untuk menjaga produksi ASI dan prses involusi
post partum.
c. Eliminasi
Berisikan frekuensi, jumlah, warna, bau, dan keluhan pada saat
BAB dan BAK antara sebelum dan sesudah melahirkan. Klien
dapat BAB pada hari kedua sampai hari ketiga post partum, dan
BAK setelah 6-8 jam post partum.
d. Personal hygiene
Meliputi frekuensi mandi dan berpakaian, pemakaian sabun saat
mandi, gosok gigi, gunting kuku, dan keluhan pada saat
melakukan personal hygiene.
9. Pemeriksaan fisik
a. Penampilan umum
Kondisi umum klien post partum terlihat lemah. Tanda vital harus
dimonitor secara komprehensif. Tekanan darah dimonitor setiap 15
menit sekali pada satu jam pertama setelah kelahiran. Jika stabil,
maka diulang setiap 30 menit pada jam kedua, dan satu jam sekali
hingga empat jam setelah kelahiran. Pada kondisi post partum,
tekanan darah akan menurun sebagai tanda kehilangan banyak
darah. Tekanan darah yang meningkat dapat disertai edema,
proteinuria, sakit kepala, dan penglihatan kabur. Selama kala IV,
klien pasca partum akan mengalami kedinginan.

11
b. Sistem Pernapasan
Kaji pernapasan setiap 15 menit sekali pada satu jam pertama,
pernapasan akan kembali normal setelah satu jam post partum.
Apabila terjadi kenaikan frekuensi pernapasan, maka dicurigai
adanya pendarahan uterus. Observasi dan dengarkan adanya bunyi
napas tambahan. Lakukan perkusi pada dada.
c. Sistem kardiovaskuler
Kaji konjungtiva, dengarkan bunyi jantung, edema, CRT, dan
varises. Setelah beberapa hari pasca persalinan, tekanan darah,
frekuensi jantung, konsumsi oksigen, dan cairan total umumnya
kembali ke saat sebelum hamil.
d. Sistem Pencernaan
Kaji kelembapan membran mukosa, edema, dan dengarkan bising
usus. Pada klien post partum akan ditemukan nyeri pada
epigastrium, anoreksia, mual dan muntah, adanya bekas luka insisi
pada daerah abdomen. Klien akan mengalami peningkatan nafsu
makan akibat adanya perubahan metabolisme dan pengeluaran
energi selama persalinan. Mobilitas dan tonus sistem
gastrointerstinal kembali normal dalam 2 minggu post partum.
Sistem Persyarafan setelah persalinan, adaptasi neurologis yang
disebabkan kehamilan akan kembali seperti semula. Penekanan
saraf akibat retensi cairan dan pembesaran uterus akan mereda.
e. Sistem Pancaindera
Kaji fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan,
dan perabaan. Pada klien dengan preeklamsi atau eklamsi,
penglihatan akan terlihat kabur.
f. Sistem Perkemihan
Kaji frekuensi berkemih, jumlah dan warna urine, dan palpasi
kandung kemih. Diuresis akan terjadi pada dua sampai tiga hari
pertama post partum. Kadar BUN akan meningkat akibat adanya
otolisis otot uterus (pemecahan sel-sel otot yang berlebihan).
g. Sistem Integumen

12
Kaji adanya hiperpigmentasi, striae gravidum, turgor kulit,
kloasma gravidum, linea nigra, dan luka insisi SC. Kloasma
gravidum umunya akan membaik, namun tidak hilang secara
sempurna.
h. Sistem Endokrin
Kaji adanya pembesaran pada kelenjar tiroid, dan adanya tremor.
Kadar prolaktin akan meningkat saat menyusui. Kadar estrogen
dan kartisol, serta insulinase enzim plasenta akan menurun.
i. Sistem Muskuloskeletal
Kaji masa tonus otot, kekuatan otot, ROM, deformitas, dan luka
insisi pada daerah abdomen.
j. Sistem Reproduksi
1) Payudara
Kaji adanya pembesaran payudara, hiperpigmentasi areola,
keadaan puting susu, keluaran ASI, dan kebersihan payudara.
2) Uterus
Kaji tinggi fundus uteri, kontraksi uteri (kekuatan dan
frekuensi), diastasis rectus abdominalis. Jika uterus teraba bulat
dan keras, maka kontraksi uterus kuat.
3) Genetalia
Kaji genetalia eksterna dan interna, varises, keluaran lochea
(jumlah, warna, bau), dan kebersihan.
10. Data Psikososial dan Spiritual
a. Data Psikososial
Berisikan pola pikir dan persepsi diri (pengetahuan tentang
perawatan klien dan bayi, serta cara pemberian ASI, hal yang
dipikirkan saat ini, harapan setelah menjalani perawatan, dan
perubahan yang dirasakan setelah melahirkan), konsep diri
(gambaran diri, peran, ideal dan identitas diri, dan harga diri),
hubungan komunikasi (bahasa sehari-hari, kejelasan berbicara,
mampu mengerti orang lain), dan kebiasaan seksual (gangguan dan
pemahaman tentang fungsi seksual).

13
b. Data Spiritual
Berisikan sumber kekuatan, agama, kepercayaan, sistem nilai dan
kepercayaan.

11. Pemeriksaan Penunjang


Menurut (Ratnawati, 2017) pemeriksaan penunjang dapat dilakukan
sebagai berikut:
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap
Terjadi penurunan kadar hemoglobin dengan nilai rujukan
untuk klien pada saat hamil adalah 12-14 gr %, peningkatan
hematokrit dengan nilai rujukan 37-43 g %, dan penurunan
trombosit dengan nilai rujukan 150-450 ribu/mm3 .
2) Urinanalisis
Ditemukan adanya protein dalam urine.
3) Pemeriksaan fungsi hati
Peningkatan bilirubin (N = ≤ 1 mg/dL), peningkatan LDH
(Laktat Dehidrogenase), AST ≥ 60 ul, peningkatan SGPT (N =
15-45 u/ml), penurunan protein serum (N = 6,7 -8-7 g/dL)
4) Tes kimia darah
Peningkatan asam urat (N = 2,4 – 2,7 mg/dL)
b. Radiologi
1) Radiologi
Ditemukan retardasi dalam pertumbuhan janin intrauterus.
Pernapasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan
volume cairan ketuban sedikit.
2) Kardiografi
Denyut jantung bayi lemah.

14
2.5.2. Diagnosa, Kriteria Hasil, dan Intervensi Keperawatan
Menurut (SDKI DPP PPNI, 2017; SLKI DPP PPNI, 2019; SIKI DPP PPNI,
2018) diagnosa, kriteria hasil,dan intervensi keperawatan yang muncul
pada ibu post sectio caesarea adalah:

Diagnose Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil

Risiko perdarahan setelah dilakukan Intervensi Utama:


dibuktikan tindakan keperawatan 1. Pencegahan
dengan tindakan diharapkan tingkat Perdarahan I. 02067
pembedahan; perdarahan menurun. hal.283
sectio caesarea D.0012 (L.02017) hal. 147 Definisi
hal.42 dengan kriteria hasil Mengidentifikasi dan
1. kelembaban membran menurunkan risiko atau
mukosa meningkat, komplikasi stimulus yang
2. kelembapan kulit menyebabkan perdarahan
meningkat atau risiko perdarahan.
3. hemoptosis menurun Observasi
4. perdarahan pasca - Monitor tanda dan
oprasi menurun, gejala perdarahan
5. hemoglobin - Monitor nilai
membaik, hematokrit/hemoglobi
6. hematokrit membaik, n sebelum dan setelah
7. tekanan darah kehilangan darah
membaik atau dalam - Monitor tanda-tanda
batas normal vital ortostatik
Edukasi
- Jelaskan tanda dan

15
gejala perdarahan
- Anjurkan
meningkatkan asupan
makanan dan vitamin
K
- Anjurkan segera
melapor jika terjadi
perdarahan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
obat pengontrol
perdarahan jika perlu

Luaran Tambahan:
Intervensi Pendukung
Setelah dilakukan
1. Perawatan Area
Tindakan keperawatan
Insisi 1.14558
diharapkan status
hal.310
pascapartum membaik
Definisi
L.07062 hal.126 dengan
Mengidentifikasi dan
kriteria hasil:
meningkatkan
1. pemulihan insisi
penyembuhan luka yang
meningkat
ditutup dengan jahitan
2. kenyamanan
staples.
meningkat
Observasi
3. infeksi menurun
- Periksa lokasi insisi
4. nyeri insisi menurun
adanya kemerahan,
5. tekanan darah
bengkak
membaik
- Identifikasi
6. frekuensi nadi
karakteristik drainase
membaik
- Monitor proses
7. suhu tubuh membaik

16
8. hemoglobin membaik penyembuhan area
9. mood membaik insisi
- Monitor tanda dan
gejala Infeksi
Terapeutik
- Bersihkan area insisi
dengan pembersih
yang tepat
- Usap area inisi dari
area yang bersih
menuju area yang
kurang bersih
- Bersihkan area di
sekitar tempat
pembuangan atau
tabung drainase
- Pertahankan posisi
tabung drainase
Berikan salep
antiseptik, jika perlu
- Ganti balutan luka
sesuai jadwal

Edukasi
- Jelaskan prosedur
kepada pasien, dengan
menggunakan alat
bantu
- Ajarkan
meminimalkan
tekanan pada tempat
insisi

17
- Ajarkan cara merawat
area Insisi

2. Perawatan
Persalinan I.07227
hal. 339
Definisi
Mengidentifikasi dan
mengelola proses
persalinan serta mencegah
terjadinya komplikasi.
Observasi
- Identifikasi kondisi
proses persalinan
- Monitor kondisi fisik
dan psikologis pasien
- Monitor kesejahteraan
ibu (mis. tanda vital,
kontraksi: lama,
frekuensi dan
kekuatan)
- Monitor kesejahteraan
janin (Gerak janin 10
x dalam 12 jam)
secara borkelanjutan
(DJJ dan volume air
ketuban)
- Monitor kemajuan
persalinan
- Monitor tingkat nyeri
selama persalinan

18
Terapeutik
- Berikan metode
alternatif penghilang
rasa sakit (mis. pijat,
aromaterapi, hipnosis
Edukasi
- Jelaskan prosedur
pertolongan
persalinan
- Informasikan
kemajuan persalinan
- Ajarkan teknik
relaksasi
- Anjurkan ibu cukup
nutrisi.
- Ajarkan Ibu cara
mengenali tanda-
tanda persalinan
- Ajarkan Ibu
mengenali tanda
bahaya persalinan
Menyusui efektif Setelah dilakukan asuhan Intervensi utama:
berhubungan dengan keperawatan diharapkan 1. Konseling laktasi
hormon prolaktin dan status menyusui (I.03094) hal. 135
oksitosin yang adekuat membaik. L.03029 hal. Definisi
dibuktikan ibu merasa 119 dengan kriteria - Memberikan
percaya diri selama hasil: bimbingan Teknik
proses menyusui, bayi 1. kepercayaan diri ibu menyusui yang tepat
melekat pada payudara meningkat dalam pemberian
ibu dengan benar, ibu 2. perlekatan bayi pada makanan bayi
mampu memposisikan ibu meningkat, Observasi
bayi dengar benar, miksi 3. kemampuan ibu - Identifikasi keadaan

19
bayi lebih dari 8 kali memposisikan bayi emosional ibu saat
dalam 24 jam, berat dengan benar akan dilakukan
badan bayi meningkat, meningkat, konseling menyusui
ASI menetes atau 4. miksi bayi lebih dari - Identifikasi keinginan
memancar, suplai ASI 8 kali dalam 24 jam dan tujuan menyusui
adekuat, putting tidak meningkat - Identifikasi
lecet setelah minggu 5. berat badan bayi permasalahan yang
kedua, bayi tidur setelah meningkat, ibu alami selama
menyusui, payudara ibu 6. tetesan atau pancaran proses menyusui
kosong setelah ASI meningkat, Terapeutik
menyusui, bayi tidak 7. suplai ASI adekuat - Gunakan teknik
rewel dan tidak menangis meningkat, mendengarkan aktif
setelah menyusui 8. putting tidak lecet - Berikan pujian
(D.0028) hal.73 setelah minggu kedua terhadap prilaku ibu
meningkat yang benar
9. bayi tidur setelah Edukasi
menyusui meningkat - Ajarkan teknik
10. payudara ibu kosong menyusui yang tepat
setelah menyusui sesuai kebutuhan ibu
meningkat,
11. Lecet pada puting
menurun
12. Bayi rewel menurun
13. Bayi nangis setelah
menyusu menurun

2. Promosi ASI ekslusif


(I.03135) hal.357
Definisi
- Meningkatkan
kemampuan ibu
dalam memberikan asi
secara eksklusif (0-6

20
bulan)
Observasi
- Identifikasi kebutuhan
laktasi bagi ibu pada
antenatal, intranatal,
dan postnatal
Terapeutik
- Fasilitasi ibu
melakukan IMD
- Fasilitasi ibu untuk
rawat gabung atau
rooming in
- Gunakan sendok dan
cangkir jika bayi
belum bisa menyusu
- Dukung ibu menyusui
dengan mendampingi
ibu selama kegiatan
menyusui berlangsung
- Diskusikan dengan
keluarga tentang ASI
ekslusif
- Siapkan kelas
menyusui pada masa
prenatal minimal 2
kali dan periode
pascapartum minimal
4 kali
Edukasi
- Jelaskan manfaat
menyusui bagi ibu
dan bayi

21
- Jelaskan pentingnya
menyusui di malam
hari untuk
mempertahankan dan
meningkatkan
produksi ASI
- Jelaskan tanda-tanda
bayi cukup asi
- Jelaskan manfaat
rawat gabung
- Anjurkan ibu
menyusui sesegera
mungkin setelah
melahirkan
- Anjurkan ibu
memberikan nutrisi
kepada bayi hanya
dengan ASI
- Anjurkan ibu
menyusui sesering
mungkin setelah lahir
sesuai kebutuhan bayi
- Anjurkan ibu menjaga
produksi ASI dengan
memerah, walaupun
kondisi ibu dan bayi
terpisah

3. Promosi laktasi

22
(I.03138) hal. 376
Definisi
- Meningkatkan
cakupan ASI eksklusif
dan lanjutkan sampai
2 tahun
Observasi
- Identifikasi laktasi
bagi ibu dan bayi
Terapeutik
- Fasilitasi ibu saat
melakukan IMD
Edukasi
- Jelaskan pentingnya
menyusui sampai 2
tahun
- Anjurkan ibu menjaga
produksi ASI dengan
memerah ASI
- Anjurkan ibu untuk
memberikan nutrisi
kepada bayi hanya
dengan ASI ekslusif
selama 6 bulan
dandilanjutkan sampai
2 tahun
- Anjurkan ibu
memberi makanan
pendamping ASI
setelah 6 bulan
Luaran Tambahan:
- Anjurkan ibu
Setelah dilakukan
menyusui sesering
Tindakan keperawatan

23
diharapkan Status mungkin segera
Nutrisi Bayi membaik setelah lahir sesuai
L.03031 dengan kriteria kebutuhan bayi
hasil:
1. berat badan
meningkat atau
normal Intervensi pendukung:

2. Panjang badan 1. Edukasi nutrisi bayi


meningkat atau (I.12397) hal. 74
normal Definisi
- Memberikan
informasi dan
memberikan
dukungan tentang
nutrisi dan praktek
pemberian nutrisi
pada bayi
Observasi
- Identifikasi kesiapan
dan kemampuan ibu
atau pengasuh
menerima informasi
- Identifikasi
kemampuan ibu atau
pengasuh
menyediakan nutrisi
Terapeutik
- Jadwalkan Pendidikan
Kesehatan sesuai
kesepakatan

Edukasi

24
- Jelaskan tanda-tanda
awal lapar (mis.bayi
gelisah, membuka
mulut dan
menggelengkan
kepala, menjulurkan
lidah, menghisap jari
atau tangan.
- Anjurkan
menghindari pemanis
buatan
- Ajarkan PHBS
- Anjurkan tetap
memberikan ASI saat
bayi sakit

2. Pijat laktasi
(I.03134) hal.356
Definisi
- Meningkatkan
produksi ASI dengan
memicu hormon
oksitosin melalui
pemijatan
Observasi
- Monitor kondisi
mammae dan putting
- Identifikasi keinginan
ibu untuk menyusui
- Identifikasi
pengetahuan ibu
tentang menyusui

25
Terapeutik
- Posisikan ibu dengan
nyaman
- Pijat mulai dari
kepala, leher, bahu,
punggung dan
payudara
- Pijat dengan lembut
- Pijat secara melingkar
- Pijat secara rutin tiap
tahun
- Libatkan suami dan
keluarga
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur Tindakan
- Jelaskan manfaat
tindakan

Risiko syok Setelah dilakukan Intervensi utama:


1. Pencegahan syok
berhubungan dengan tindakan keperawatan
I.02068 hal.285
hipotensi (D.0039) hal.92 diharapkan tingkat syok
Definisi
menurun L.03032
Mengidentifikasi dan
hal.148 dengan kriteria
menurunkan resiko
hasil:
terjadinya
1. kekuatan nadi
ketidakmampuan tubuh
meningkat,
menyediakan oksigen dan
2. output urine
nutrien untuk mencukupi
meningkat,
kebutuhan jaringan
3. tingkat kesadaran
Observasi
meningkat,
- Monitor status
4. saturasi oksigen
kardiopulmonal
meningkat,

26
5. akral dingin menurun, - Monitor status
pucat menurun, oksigenasi
6. haus menurun, - Monitor status cairan
7. konfusi menurun, - Monitor tingkat
8. letargi menurun, kesadaran dan respon
9. asidosis metabolik, pupil
mean arterial pressure - Periksa riwayat alergi
membaik, Terapeutik
10. tekanan sistol - Berikan oksigen untuk
membaik, memperta mekanis,
11. tekanan diastole jika perlu
membaik - Pasang jalur IV, jika
12. tekanan nadi perlu
membaik, - Pasang kateter urine
13. pengisian kapiler untuk menilai
membaik produksi urine, jika
14. frekuensi nadi perlu
membaik, - Lakukan skin test
15. frekuensi napas untuk mencegah
membaik. reaksi alergi
Edukasi
- Jelaskan penyebab
atau faktor risiko syok
- Jelaskan tanda dan
gejala awal syok
- Anjurkan melapor jika
menemukan atau
merasakan tanda dan
gejala awal syok
- Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral

27
- Anjurkan
menghindari alergen
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
IV, jika perlu
- Kolaborasi pemberian
transfusi darah, jika
perlu
- Kolaborasi

2. Pemantauan cairan
I.03121 hal.238

Definisi
Mengumplkan dan
menganalisis data terkait
pengaturan keseimbangan
cairan.
Observasi
- Monitor frekuensi dan
kekuatan nadi
- Monitor frekuensi
napas
- Monitor tekanan
darah
- Monitor berat badan
- Monitor waktu
pengisian kapiler
- Monitor elastisitas
atau turgor kulit
- Monitor jumlah,
warna, dan berat jenis
urine

28
- Monitor kadar
albumin dan protein
total
- Monitor hasil
pemeriksaan serum
- Monitor intake dan
output cairan
- Identifikasi tanda-
tanda hipovolemia
- Identifikasi tanda-
tanda hipervolemia
- Identifikasi faktor
risiko
ketidakseimbangan
cairan
Terapeutik
- Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
- Jelaskan dan tujuan
prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
Luaran Tambahan: pemantauan, jika
Setelah dilakukan perlu
Tindakan keperawatan
diharapkan status cairan
membaik L.03028
hal.107 dengan kriteria
hasil:
1. kekutan nadi

29
meningkat Intervensi pendukung:
2. frekuensi nadi 1. Manajemen
membaik Hipovolemia
3. tekanan darah Definis:
membaik - Mengidentifikasi dan
4. tekanan nadi mengelola penurunan
membaik volume cairan
5. kadar Hb membaik intravaskuler
6. kadar Ht membaik Observasi
7. intake cairan - Periksa tanda dan
membaik gejala hipovelemia
(mis. Frekuensi nadi
meningkat, nadi
teraba lemah, tekanan
darah menurun,
tekanan nadi
menyempit)
- Monitor intake dan
output cairan
Terapeutik
- Hitung kebutuhan
cairan
- Berikan asupan cairan
oral
Edukasi
- Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral
- Anjurkan
menghindari
perubahan posisi
mendadak

30
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
produk darah

Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan Intervensi utama:


dengan agen pencedera Tindakan asuhan 1. Manajemen Nyeri
fisik prosedur operasi keperawatan diharapkan Observasi I.08238
dibuktikan dengan tingkat nyeri menurun hal.201
mengeluh nyeri, tampak L.12111 hal. 144 dengan - Identifikasi lokasi,
meringis, bersikap kriteria hasil: karakteristik, durasi,
protektif, gelisah, 1. keluhan nyeri frekuensi, kualitas,
frekuensi nadi menurun intensitas nyeri
meningkat, sulit tidur, 2. meringis menurun, - Identifikasi skala
tekanan darah 3. sikap protektif nyeri
meningkat, pola napas menurun, - Identifikasi respon
berubah, nafsu makan 4. gelisah menurun nyeri non verbal
berubah, proses berpikir 5. frekuensi nadi - Identifikasi faktor
terganggu, menarik diri, membaik, yang memperberat
berfokus pada diri 6. sulit tidur menurun, dan memperingan
sendiri, diaforesis 7. tekanan darah nyeri
(D.0077)hal.172 membaik, - Identifikasi
8. pola napas membaik, pengetahuan dan
9. nafsu makan keyakinan tentang
membaik, nyeri
10. prosesberpikir - Identifikasi pengaruh
membaik, menarik nyeri terhadap
diri menurun, kualitas hidup
11. berfokus pada diri - Monitor keberhasilan
sendiri menurun, terapi komplementer
12. diaphoresis menurun. yang sudah diberikan
- Monitor efek samping
dari penggunaan

31
analgetic
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
(misalnya terapi
relaksasi)
- kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
meredakan nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu

2. Pemberian

32
Analgesik I.02061
hal.251
Definisi
Menyiapkan dan
memberikan agen
farmakologis untuk
mengurangi atau
menghilangkan rasa sakit.
Observasi
- Identifikasi
karakteristik nyeri
(misal, pencetus,
kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi,
dan durasi)
- Identifikasi riwayat
alergi obat
- Identifikasi
kesesuaian jenis
analgesik (misal,
narkotika, non-
narkotik, atau
NSAID) dengan
tingkat keparahan
nyeri
- Monitor tanda-tanda
vital sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik
- Monitor efektifitas
analgesik
Terapeutik

33
- Dokumentasikan
respons terrhadap efek
analgesik dan efek
yang tidak diinginkan
Edukasi
- Jelaskan efek terapi
dan efek samping obat
Kolaborasi

Luaran Tambahan: - Kolaborasi pemberian

Setelah dilakukan dosis dan jenis

Tindakan keperawatan analgetik, sesuai

diharapkan status indikasi

kenyamanan meningkat
L.08064 hal.110 dengan
kriteria hasil:
Intervensi Pendukung:
1. kesejahteraan fisik
1. Edukasi efek
meningkat
samping obat
2. kesejahteraan
I.12371 hal.56
psikologis meningkat
Definisi
3. dukungan sosial
- Memberikan
keluarga meningkat
informasi untuk
4. rileks meningkat
meminimalkan efek
5. keluhan tidak nyaman
samping dari agen
menurun
farmakologis yang
6. Gelisah menurun
diprogramkan
7. Keluhan sulit tidur
Observasi
menurun
- Identifikasi
8. Gatal menurun
kemampuan pasien
9. Merintih menurun
dan keluarga
10. Kewasaspadaan
menerima informasi
membaik
Terapeutik
11. Pola tidur membaik

34
- Jadwalkan waktu
yang tepat untuk
memberikan
Pendidikan Kesehatan
sesuai kesepakatan
dengan pasien dan
keluarga
Edukasi
- Jelaskan tujuan obat
yang diberikan
- Jelaskan indikasi dan
kontraindikasi obat
yang akan dikonsumsi
- Jelaskan dosis, cara
pemberian, waktu dan
lamanya pemberian
obat
- Jelaskan reaksi alergi
yang mungkin timbul
saat atau setelah obat
dikonsumsi

2. Pemantauan Nyeri
I.08242 hal.246
Definisi
- Mengumpulkan dan
menganalisis data
nyeri
Observasi
- Identifikasi kualitas
nyeri (mis. Terasa
tajam, diremas-remas,

35
ditimpa beban berat)
- Monitor lokasi dan
penyebaran nyeri
- Monitor intensitas
nyeri dengan
menggunakan skala
- Monitor durasi dan
frekuensi nyeri
Terapeutik
- Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan

3. Perawatan
kenyamanan I.08245
hal.326
Definisi
- Mengidentifikasi dan
merawat pasien untuk
meningkatkan rasa
nyaman
Observasi
- Identifikasi gejala
tidak menyenangkan
(mis.nyeri, gatal)
Terapeutik
- Berikan posisi
nyaman
- Ciptakan lingkungan

36
yang nyaman
Edukasi
- Ajarkan terapi
relaksasi

4. Terapi relaksasi
I.09326 hal.436
Definisi:
- Menggunakan Teknik
peregangan untuk
mengurangi tanda dan
gejala
ketidaknyamanan
seperti nyeri
Observasi
- Periksa ketegangan
otot, frekuensi nadi,
tekanan darah
sebelum dan sesudah
Latihan
- Monitor respon
terhadap relaksasi
Terapeutik
- Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetic atau
Tindakan medis lain,
jika sesuai
Edukasi
- Anjurkan mengambil
posisi nyaman

37
- Anjurkan rileks dan
mersakan sensasi
relaksasi
Gangguan integritas Setelah dilakukan asuhan Intervensi utama:
kulit berhubungan keperawatan diharapkan 1. Perawatan integritas
dengan penurunan integritas kulit dan kulit I.11353 hal.316
mobilitas dibuktikan jaringan meningkat, Definisi:
dengan adanya kerusakan L.14125 hal.33 dengan - Mengidentifikasi dan
jaringan dan lapisan kriteria hasil: merawat kulit untuk
kulit, nyeri, pendarahan, 1. kerusakan lapisan menjaga keutuhan,
kemerahan, hematoma kulit menurun kelembaban dan
(D.0129) hal.282 2. nyeri menurun, mencegah
3. pendarahan menurun, perkembangan
4. kemerahan menurun, mikroorganisme
5. hematoma menurun. Observasi
- Identifikasi penyebab
gangguan integritas
kulit (misalnya
perubahan sirkulasi,
perubahan status
nutrisi, penurunan
kelembaban, suhu
lingkungan, ekstrim,
penurunan mobilitas)
Terapeutik
- Ubah posisi tiap 2 jam
jika tirah baring
- Lakukan pemijatan
pada area benjolan
tulang, jika perlu
- Gunakan produk
berbahan petroleum
dan minyak pada kulit

38
kering
- Hindari produk
berbahan dasar
alkohol pada kulit
kering
Edukasi
- Anjurkan
menggunakan
pelembab (misalnya
lotion serum)
- Anjurkan
meningkatkan asupan
buah dan sayur
- Anjurkan
menghindari terpapar
suhu ekstrim
- Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya

2. Perawatan luka
I.14564 hal.328
Definisi:
- Mengidentifikasi dan
meningkatkan
penyembuhan luka
serta mencegah
terjadinya komplikasi
luka
Observasi
- Monitor karakteristik
luka (misalnya
drainase, warna,

39
ukuran, dan bau)
Terapeutik
- Lepaskan balutan dan
plester secara
perlahan
- Bersihkan dengan
cairan NaCl atau
pembersih nontoksik,
sesuai kebutuhan
- Bersihkan jaringan
nektrotik
- Pasang balutan sesuai
jenis luka
- Pertahankan teknik
steril saat melakukan
perawatan luka, ganti
balutan sesuai jumlah
eksudat dan drainase
- Jadwalkan perubahan
posisi setiap 2 jam
atau sesuai kondisi
pasien
Edukasi
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
Luaran Tambahan:
- Ajarkan prosedur
Setelah dilakukan perawatan luka secara
Tindakan keperawatan mandiri
diharapkan diharapkan
penyembuhan luka
meningkat L.14130
Intervensi Pendukung:
hal.78 dengan kriteria
1. Pemberian obat kulit
hasil:

40
1. penyatuan kulit I.14532 hal.263
meningkat Definisi:
2. penyatuan tepi luka - Menyiapkan dan
meningkat memberikan agen
3. jaringan granulasi farmakologis untuk
meningkat memulihkan
4. pembentukan jaringan gangguan kulit
parut meningkat Observasi:
5. peradangan luka - Identifikasi
menurun kemungkinan alergi,
6. nyeri menurun interaksi dan
7. infeksi menurun kontraindikasi
- Periksa tanggal
kadaluwarsa
Setelah dilakukan Terapeutik:
Tindakan keperawatan - Lakukan prinsip 6
diharapkan pemulihan benar (pasien, obat,
pascabedah meningkat dosis, waktu, rute,
L.14129 hal. 73 dengan dokumentasi
kriteria hasil: - Cuci tangan dan
1. kenyamanan memakai sarung
meningkat tangan
2. kemampuan - Bersihkan kulit dan
perawatan diri hilangkan obat yang
meningkat sebelumnya
3. waktu penyembuhan Edukasi
luka menurun - Jelaskan jenis obat,
4. area luka oprasi alasan pemberian,
membaik Tindakan yang
diharapkan, dan efek
samping sebelum
pemberian

41
- Jelaskan faktor yang
dapat meningkatkan
dan menurunkan
efektifitas obat

2. Perawatan area
insisi I.14558 hal.310
Definisi
- Mengidentifikasi dan
meningkatkan
penyembuhan luka
yang ditutup dengan
jahitan, klip atau
staples
Observasi
- Periksa lokasi insisi
adanya kemerahan,
bengkak, atau tanda-
tanda eviserasi
- Identifikasi
karakteristik drainage
- Monitor proses
penyembuhan area
insisi
- Monitor tanda dan
gejala infeksi
Terapeutik
- Bersihkan area insisi
dengan pembersih
yang tepat
- Usap area insisi dari
area bersih menuju

42
area kurang bersih
- Bersihkan area di
sekitar tempat
pembuangan atau
tabung drainase
- Pertahankan posisi
tabung drainase
- Berikan salep
antiseptic jika perlu
- Ganti balutan luka
sesuai jadwal
Edukasi
- Jelaskan prosedur
kepada pasien dengan
menggunakan alat
bantu
- Ajarkan cara merawat
area insisi

3. Perawatan pasca
seksio sesaria
I.14567 hal.334
Definisi
- Menidentifikasi dan
memberikan asuhan
pada pasca persalinan
seksio sesaria
Observasi
- Identifikasi Riwayat
kehamilan dan
persalinan
- Monitor tanda-tanda

43
vital ibu
- Monitor respon
fisiologis (mis.nyeri)
- Monitor kondisi luka
dan balutan
Terapeutik
- Pindahkan pasien ke
ruang nifas
- Fasilitasi kontak kulit
dengan bayi
Edukasi
- Informasikan pada ibu
dan keluarga tentang
kondisi ibu dan
bayinya

Resiko infeksi Setelah dilakukan Intervensi utama:


dibuktikan dengan Tindakan keperawatan 1. Pencegahan infeksi
ketidakadekuatan diharapkan tingkat I.14539 hal.278
pertahanan tubuh primer infeksi menurun Definisi
kerusakan integritas kulit L.14137 hal.139 dengan Mengidentifikasi dan
dan jaringan (D.0142). kriteria hasil: menurunkan resiko
1. Kebersihan tangan terserang organisme
2. kebersihan badan patogenik
meningkat, Observasi
3. nafsu makan - Monitor tanda dan
meningkat gejala infeksi lokal
4. tanda infeksi (demam, dan sistemik
kemerahan, bengkak) Terapeutik
menurun. - Batasi jumlah
pengunjung
- Cuci tangan sebelum
dan sesudah kontak

44
dengan pasien dan
lingkungan pasien
- Pertahankan teknik
aseptik pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
- Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
- Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
- Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
Luaran Tambahan:
Setelah dilakukan asuhan
Intervensi Pendukung:
keperawatan diharapkan
1. Perawatan area
integritas kulit dan
insisi I.14558 hal.310
jaringan meningkat, L.
Definisi
14125 dengan kriteria
- Mengidentifikasi dan
hasil:
meningkatkan
1. kerusakan lapisan
penyembuhan luka
kulit menurun
yang ditutup dengan
2. nyeri menurun,
jahitan, klip atau
3. pendarahan menurun,
staples
4. kemerahan menurun,

45
5. hematoma menurun. Observasi
- Periksa lokasi insisi
adanya kemerahan,
bengkak, atau tanda-
tanda eviserasi
- Identifikasi
karakteristik drainage
- Monitor proses
penyembuhan area
insisi
- Monitor tanda dan
gejala infeksi
Terapeutik
- Bersihkan area insisi
dengan pembersih
yang tepat
- Usap area insisi dari
area bersih menuju
area kurang bersih
- Bersihkan area di
sekitar tempat
pembuangan atau
tabung drainase
- Pertahankan posisi
tabung drainase
- Berikan salep
antiseptic jika perlu
- Ganti balutan luka
sesuai jadwal
Edukasi
- Jelaskan prosedur
kepada pasien dengan

46
menggunakan alat
bantu
- Ajarkan cara merawat
area insisi

47
BAB III

PENUTUP
A. kesimpulan
Asuhan keperawatan pada ibu post section caesarea meliputi
beberapa tahap, diantaranya pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan
keperawatan. Pengkajian dilakukna dengan cara mengkaji identitas klien,
identitas penanggungjawab, keluhan utama, Riwayat Kesehatan sekarang,
Riwayat kesehatan masa dahulu, Riwayat Kesehatan keluarga, Riwayat
obstetri dan ginekologi, data biologis, pemeriksaan fisik, data psikososial
dan spiritual, dan pemeriksaan penunjang.
Pada ibu post sectio caesarea terdapat beberapa masalah diantaranya yaitu
resiko perdarahan, menyusui efektif, resiko syok, nyeri akut, gangguan
integritas kulit, resiko infeksi.
Perencanaan keperawatan yang dapat dilakukan pada ibu post section
caesarea adalah pencegahan perdarahan, perawatan integritas kulit,
perawatan luka, manajemen nyeri, pemberianan algesik, promosi ASI
ekslusif, promosi laktasi, pencegahan infeksi, pencegahan syok, dan
pemantauan cairan.

B. saran
Sebagai mahasiswa diharapkan dari hasil ini dapat digunakan sebagai
penambah wawasan dan meningkatkan proses pembelajaran untuk
asuhan keperawatan komprehensif selanjutnya.

Mahasiswa juga dapat memahami dan mengerti ketika melakukan asuhan


keperawatan pada ibu post sectio caesarea dengan tepat dan sesuai
prosedur agar dapat menerapkan praktik yang benar di dunia kerja dan
menjamin keselamatan pasien.

DAFTAR PUSTAKA

48
Babyologist. (2019, Juni 8). Mengenal 3 Fase Adaptasi Psikologis Ibu Nifas.
Retrieved from Babyologist: https://kumparan.com/babyologist/mengenal-
3-fase-adaptasi-psikologis-ibu-nifas-1rEnYcAKtVx. Diakses pada tanggal
13 september 2023.

Jannah, N. (2017). ASKEP II Persalinan Berbasis Kometensi. Jakarta: EGC.

Lowdermilk, D. L. (2013). Keperawatan Maternitas (8th ed). Netherlands:


Elsevier Gezondheidszorg.

Mitayani. (2013). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

Novita, R. V. (2011). Keperawatan Maternitas. Bogor: Ghalia Indonesia.

Prawirohardjo, S. (2011). Ilmu Kandungan Edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Ratnawati, A. (2017). Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Reeder, S. J. (2011). Keperawatan Maternitas (18th ed.). Jakarta: EGC.

Sartika, & Asriani. B. (2023). Keperawatan Maternitas. Purbalingga: Eureka


Medis Aksara
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Wahyuningsih, S. (2019 ). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Post Partum


Dilengkapi Dengan Panduan Persiapan Praktikum Mahasiswa
Keperawatan. Yogyakarta: Deepublish.

49
Wiknjosastro, H. (2005). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

50

You might also like