You are on page 1of 14

E-ISSN: 2809-2341

______________________________
P-ISSN: 2809-2104 Jurnal Al-Fatih Jurnal Pendidikan Islam

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI PISABHA


(Suatu Pendekatan Fenomenologi Agama)

Oleh:
ANIN LIHI
SMP Cendikia Ambon
lihianin@gmail.com

ABSTRACT
This type of research is field research with descriptive qualitative models,
which use a religious phenomenological approach. Dri's goal in this study was to
find out the procession of pisabha tradition, and the values of Islamic education and
its function for the Buton community in Huamual Subdistrict. The results showed
that Pisabha is a tradition of transitioning status from adolescence to adulthood, a
tradition of purification and Islam that is carried out after menstruation.
Menstruation is a sign of his transition, with the sign that parents are obliged to
spearhead the process of implementing the pisabha tradition, which involves
religious figures, indigenous leaders, community leaders and youth leaders. If
pisabha is not carried out by the parents of a sinful girl according to some Buton
society. Pisabha belongs to a thick tradition of Islamic education, a girl with pisabha
must have an understanding of Aqidah, Fiqh, Akhlak and Mu'amalah. The
cultivation of Aqidah education means to strengthen the understanding of Tawhid
a girl not to do self-sedation. As for the spiritual and physical hygiene that is
understood from fiqh taharah and remembrance makes a girl educated in her
temperament and awake from the deeds of the bad deeds, as well as in order to
establish good relations to fellow human beings.

Keywords: Education, Islam, Pisabha, Phenomenology, Religion.

ABSTRAK
Jenis penelitian ini yaitu penelitian lapangan dengan model
kualitatif deskriptif, yang menggunakan pendekatan fenomenologi agama.
Tujuan Dri pada penelitian ini adalah untuk mengetahui prosesi tradisi
pisabha, dan nilai-nilai pendidikan Islam serta fungsinya bagi masyarakat
Buton di Kecamatan Huamual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Pisabha merupakan tradisi peralihan status dari remaja ke dewasa, tradisi
penyucian dan pengislaman yang dilaksanakan setelah terjadinya haid.
Haid merupakan tanda peralihannya, dengan tanda itu orang tua
berkewajiban untuk mempelopori proses pelaksanaan tradisi pisabha, yang
melibatkan para tokoh-tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat dan
tokoh pemuda. Jika pisabha tidak dilaksanakan orang tua seorang gadis
berdosa menurut sebagian masyarakat Buton. Pisabha termasuk tradisi
yang kental pendidikan keislamannya, seorang gadis dengan pisabha harus
memiliki pemahaman Aqidah, Fiqih, Akhlak dan Mu'amalah. Penanaman

106 ________________________________ Volume 1 Nomor 1 Desember 2021


E-ISSN: 2809-2341
Jurnal Al-Fatih Jurnal Pendidikan Islam ______________________________
P-ISSN: 2809-2104

pendidikan Aqidah bermaksud memperkokoh pemahaman Tauhid


seorang gadis untuk tidak melakukan kesyirikan. Adapun kebersihan
rohani dan jasmani yang dipahami dari fiqih toharah dan zikir membuat
seorang gadis terdidik perangainya dan terjaga dari perbuatan maksiat,
demikian pula agar terjalin hubungan baik kepada sesama manusia.

Kata kunci: Pendidikan, Islam, Pisabha, Fenomenologi, Agama.

PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang memiliki ragam suku dan agama. Ada
agama hindu, budha, Kristen, Konghucu, dan agama lain yang barangkali
tidak diketahui secara umum. Ada suku Padang, jawa, Bali, Batak, Madura,
Makassar, Bugis, Buton, Suku Alifuru, suku Key, dan lain-lain. Ada tradisi
sungkem, tradisi pingitan, tradisi aroha, tardisi mandi safar, tradisi
pikadhawu dan tradisi pisabha yang telah diteliti ini. Artinya, setiap suku
di Indonesia bisa dipastikan memiliki budaya dan tradisi yang dilestarikan
secara turun temurun sejak dahulu.
Selain masyarakat yang melestarikan tradisi, tradisi juga
dilestarikan oleh pemerintahan kerajaan. Kerajaan waktu itu yang menjaga
keutuhan tradisi. Hal ini tradisi dijadikan sebagai aturan yang ditetapkan
dan menjadi hukum adat dalam kerajaan. Artinya, setiap warga
masyarakat harus menaati dan menjunjung tinggi ritual tradisi yang ada.
Tetapi, setelah agama masuk ke indonesa, misalnya Islam terjadilah
akulturasi budaya, yakni nilai-nilai agama mulai mempengaruhi bahkan
merubah unsur praktek maupun makna dan nilai tradisi yang dilakukan
masyarakat. Diantara tradisi yang ada pada kerajaan dan suku-suku di
Indonesia adalah tradisi pisabha yang dilakukan oleh masyarakat Buton di
Kecamatan Humual, Kabupaten Seram Bagian Barat. Awalnya tradisi ini
hanya dialkukan sebagai ritual penjagaan terhadap tanaman agar tidak
rusak, bentuk pendidikan moral, masih adanya bentuk-bentuk kesyirikan,
bentuk ritual tahayul dan magi. Setelah Islam masuk, maka ritual pisabha
menjadi sebuah media pendidikan Islam yang berfungsi untuk membentuk
karakter dan penanaman nilai-nilai keyakinan yang murni hanya semata-

Volume 1 Nomor 1 Desember 2021 ________________________________ 107


E-ISSN: 2809-2341
______________________________
P-ISSN: 2809-2104 Jurnal Al-Fatih Jurnal Pendidikan Islam

mata kepada Allah SWT bagi masyarakat Buton, terutama gadis-gadis


remaja.
Masyarakat Indonesia tentu tidak melakukan ritual-ritual tradisi itu
begitu saja tanpa makna dan nilai. Nilai dan makna inilah sebenarnya yang
memberi semangat dan motivasi bagi mereka untuk senantiasa
melestarikan tradisinya. Misalnya, tradisi ritual kirab, orang jawa
melakukan tradisi ini karena diyakini pada malam 1 Muharram merupakan
malam mudahnya doa-doa diijabah, terlepas apakah itu benar atau tidak.
Jelasnya, masyarakat jawa meyakini manfaat tradisi ritual kirab sebagai
waktu untuk mengungkapkan keinginan-keinginan yang mereka
panjatkan kepada Allah di malam itu, yang dipastikan doa diijabah. Juga
sebagai upaya untuk memperoleh keselamatan, kesejahteraan, dan
kedamaian melalui ritual kirab. Jadi, malam 1 Muharram iniliah
kesempatan yang tidak boleh dilewatkan (Ismail Yahya dkk, 2009: 21-22).
Begitupula tradisi pisabha, tentu dilakukan dan tetap dilestarikan
dikarenakan memiliki faedah dan manfaat bagi masyarakat Buton di
Huamual.
Nilai-nilai dan makna-makna dari tradisi itulah yang menjadi
problem yang akan diteliti. Dari uraian singkat pendahuluan ini, ada dua
rumusan masalah yang menjadi titik tolak penulisan pokok pembahasan.
Adapun rumusan masalah tersebut sebagai berikut:
1. Bagaimana prosesi tradisi pisabha bagi masyarakat Buton di Kecamatan
Huamual?.
2. Bagaimana nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi pisabha dan
fungsinya bagi masyarakat Buton di Kecamatan Huamual?.

JENIS PENELITIAN, METODE DAN PENDEKATAN

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, yaitu


mendeskripsikan secara apa adanya tanpa merubah makna dan nilai-nilai
tardisi berdasarkan sifat subjektif peneliti. Studi ini dilakukan di lapangan

108 ________________________________ Volume 1 Nomor 1 Desember 2021


E-ISSN: 2809-2341
Jurnal Al-Fatih Jurnal Pendidikan Islam ______________________________
P-ISSN: 2809-2104

(field reseach) atau studi etnografi yang menggunakan pendekatan


fenomenologi agama. Penelitian kualitatif deskriptif menurut Emzir, (2010:
4), berorientasi pada pengertian suatu pernyataan yang sistematis yang
berkaitan dengan seperangkat proposisi yang berasal dari teori Bogdan dan
Biklen menggunakan istilah paradigma. Jadi, paradigma yang menjadi
acuan penelitian kualitatif deskriptif ini maksudnya adalah paradigma
masyarakat Buton di Kecamatan Huamual tentang tardisi pisabha
khususnya yang berkenaan dengan sejarah, proses pelaksanaan, nilai-nilai
dan makna-makna tradisi pisabha.
Adapun metode yang digunakan untuk mengumpulkan data
menggunakan wawancara mendalam (indep interview) kepada beberapa
informan yang dianggap memiliki kemampuan mengetahui tradisi pisabha.
Mislanya, tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat, dan pelaku-pelaku
yang terlibat dalam ritual tradisi pisabha. Selain itu, data dikumpulkan
dengan observasi partisipan, yaitu dengan wawancara tidak terstruktur.
Hal ini digunakan untuk memahami kompleksitas perilaku anggota
masyarakat tanpa adanya kategori a priori yang dapat membatasi kekayaan
data yang diperoleh. Yaitu menenggelamkan diri dalam dalam tradisi lokal,
sehingga terjalin kekukuhan dan hubungan erat sekali antara yang diteliti
dan peneliti, sehingga peneliti lebih memahami dan tidak hanya sekedar
menjelaskan, (Norman K. Denzin dkk, 2009: 208). Harapanya dengan
observasi partisipan ini peneliti dapat mengumpulkan data yang akurat,
sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan.
Selain kedua metode yang telah diuraikan, peneliti juga melakukan
metode pengumpulan data melalui pendekatan kekeluargaan yang pernah
dilakukan oleh Anin Lihi, yang dia beri istilah familial approach yaitu
pengumpulan data dengan menggunakan pendekatan kekeluargaan untuk
mengumpulkan data yang biasanya dirahasiakan. Sebab, tidak semua
informan memberikan data kepada sembarangan orang, apalagi data itu
menyangkut masalah pribadi maupun rahasia-rahasia dalam ritual tradisi

Volume 1 Nomor 1 Desember 2021 ________________________________ 109


E-ISSN: 2809-2341
______________________________
P-ISSN: 2809-2104 Jurnal Al-Fatih Jurnal Pendidikan Islam

suatu kelompok masyarakat. (Anin Lihi,


https://www.aninlihi.com/2021/11)

PEMBAHASAN

Berangkat dari kedua rumusan masalah yang telah dijabarkan pada


pendahuluan maka akan diuraikan beberapa pembahasan.
1. Pengertian Pisabha
Kata pisabha berasal dari akar kata pisa dan bharaba, pisa berarti
meninggalkan, sedangkan bharaba berarti bermain. Jadi, pisabha berarti
suatu aktifitas untuk meninggalkan aktifitas bermain. Artinya, dirinya
sudah beralih dari sifat kanak-kanak kepada sifat dewasa. Jika sebelumnya
ia boleh bermain dengan laki-laki yang bukan muhrimnya, maka setelah
dewasa ia harus membatasi dirinya dari pergaulan semacam itu, dan jika
kecil sering bertutur kata kurang sopan, maka sekarang ia harus lebih
menjaga lidahnya dalam memilih kata dan kalimat yang sopan.
Dalam tradisi masyarakat Buton di Kecamatan Huamual
menganggap bahwa pisabha merupakan tradisi peralihan status gadis dari
remaja ke dewasa, peralihan itu ditandai dengan datang bulan (haid
pertama).
Pisabha juga diartikan sebagai tradisi penyucian diri. Arti penyucian
diri ini dilatarbelakangi aktifitas penyucian jasmani dan rohani seorang
gadis dengan memakai lulur, mandi dan zikir ketika proses kurungan
dilakukan. Selain itu, pisabha juga diartikan sebagai tradisi paislamu
(pengislaman), alasan pengertian ini terinspirasi dari proses
pensyahadatan yang dilakukan sang gadis ketika melakukan pisabha.
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan, dapat ditarik suatu
pengertian baru tentang pisabha. Pisabha adalah tardisi peralihan status
seorang gadis remaja yang ditandai dengan haid untuk menjadi gadis
dewasa yang selalu terjaga kesuciannya baik lahir maupun bathin.

110 ________________________________ Volume 1 Nomor 1 Desember 2021


E-ISSN: 2809-2341
Jurnal Al-Fatih Jurnal Pendidikan Islam ______________________________
P-ISSN: 2809-2104

2. Sejarah Ringkas Tradisi Pisabha


Awalnya tradisi pisabha dilakukan untuk menghindari terjadinya
kerusakan tanaman, baik yang ditanam di pekarangan rumah maupun di
kebun-kebun. Bagi masyarakat Buton pisabha menjadi salah satu solusi
untuk menjaga kemarahan alam karena sesuatu yang kotor. Masyarakat
Buton waktu itu meyakini kondisi haid seorang gadis sangat
mempengaruhi kondisi alam. Pengurungan itu dilakukan guna
menghindari datangnya hama yang disebabkan oleh keadaan gadis remaja
yang sedang haid.
Latar belakang sejarah pisabha juga dipengaruhi kedudukan ratu Wa
Kaakaa sebagai pemimpin pertama di Kerajaan Buton. Secara garis historis
Wa Kaakaa mewariskan kekuasaan dalam kerajaan Buton yang disebut
kaumu. Sebelum Wa Kaakaa diturunkan dari gunung atau tempat
peraduannya saat itu sebelum ia menjadi ratu, Wa Kaakaa baru beranjak
dewasa. Saat Wa Kaakaa dibawa turun oleh Sibarata/Betoambari dari
tempat ia ditemukan. Wa Kaakaa tidak ingin turun jika ia tidak dipayungi
dengan segala kebesarannya. Bahkan ia menolak tidak mau berbicara jika
payung kebesaran itu tidak disiapkan. Wa Kaakaa minta ingin dihormati
secara sosial maupun kutural. Supaya Wa Kaakaa turun
Sibatara/Betoambari dan kawan-kawannya mulai melakukan negosiasi,
“apa gerangan yang bisa mereka sampaikan hingga Wa Kaakaa mengikuti
ajakan mereka”, sampailah pada solusi yakni dibawakan perangkat-
perangkat kerajaan, di antaranya payung, dan benda macam-macamnya
barulah ia turun.
Peristiwa perpindahan itu ditafsirkan oleh seorang pakar sejarah
Buton, Abd Rahman Hamid sebagai fase perpindahan status seorang gadis
dari remaja ke dewasa atau masa kesendiriannya akan pindah ke
masyarakat yang luas dalam dunia masyarakat Buton atau dari ruang kecil
ke ruang yang besar. Setelah Islam masuk di Buton pada tahun 948 H/1511
M terjadilah akulturasi budaya, nilai-nilai budaya lokal lambat-laun

Volume 1 Nomor 1 Desember 2021 ________________________________ 111


E-ISSN: 2809-2341
______________________________
P-ISSN: 2809-2104 Jurnal Al-Fatih Jurnal Pendidikan Islam

bercampur aduk saling memperkuat. Nilai-nilainya mulai ditambahkan.


Tadinya, aktifitas dalam proses pisabha hanya sebatas pemakaian lulur,
mandi, penarikan ketupat dan pelemparan mencadu sebaga penentuan
jodoh, penyiraman air laut, penyentuhan tanah, penyukuran kening,
pengguntingan rambut, pendidikan adat seperti menghormati sesama,
berbuat baik kepada orang tua, menghormati tatanan adat, menaati raja,
dan hal lainnya. Sekarang mulai ditambahkan dengan nilai-nilai Islam.
Artinya, seorang gadis setelah melakukan pisabha tidak hanya sekedar tau
adat, namun juga mengetahui semua tuntunan syariat agama dan meyakini
karuani Allah SWT. akhirnya, tradisi pisabha dengan muatan nilai-nilai
pendidikan setelah Islam mempengaruhinya, maka nilai-nilai itu
dilaksanakan hingga sekarang. (Abdul Mulku Zahari, 2000: 51).
Perantauan orang Buton ke Huamual waktu itu dan hingga sekarang
mereka telah menjadi warga asli di sana, diperkirakan kedatangan
leluhurnya sudah lebih dari tujuh generasi di Huamual. Namun, waktu
yang cukup lama itu, tidak menghilangkan tradisi nenek moyang mereka,
di antara tradisi yang ada adalah tradisi pisabha. Bahkan hingga sekarang
tradisi itu masih dilakukan di Huamual. Dan nilai-nilai Islam yang ada
dalam tradisi pisabha semakin kuat, sebab banyak diantara tokoh-tokoh
adat, sando, apalagi tokoh agama telah memiliki pengetahuan Islam yang
boleh dikatakan sudah cukup baik.

3. Proses Pelaksanaan Pisabha


Setelah kedua orang tua mengetahui bahwa anaknya sudah
mengalami haid, merekapun melaporkan kondisi itu kepada sando (guru
pisabha), kepada kasisi (tokoh agama), dan parabhela (tokoh adat). Segera
setelah pemberitahuan itu, dilakukanlah negosiasi keluarga untuk
menyapakati waktu berapa hari pelaksanaan tradisi pisabha. Apabila sudah
disepakati jumlah hari pelaksanaannya. Diberitahukanlah kembali kepada
sando supaya ia mempersiapkan perangkat-perangkat adat, seperti

112 ________________________________ Volume 1 Nomor 1 Desember 2021


E-ISSN: 2809-2341
Jurnal Al-Fatih Jurnal Pendidikan Islam ______________________________
P-ISSN: 2809-2104

gunting, silet, baju adat, peti atau bantal, beras, kunyit, kain putih,
tempayang, dan seluruh perelengkapan lainnya. Seluruh alat-alat itu
kemudian diletakkan didalam kamar kurung setelah dimantra-mantrai
oleh sando.
Adapun tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh adat, dan tokoh-tokoh
masyarakat pada sore atau malamnya, mereka mulai bekerjasama
melakukan pembacaan tahlil dan doa selamat, proses ini dilakukan
sebelum sang gadis dimasukkan didalam kurungan yang telah disiapkan.
Setelah bacaan tahlil dan doa selamat usai, sando yang dibantu oleh
kawan-kawannya mulai memakaikan lulur dan mulai pula diarahkahan
untuk bersabar, karena selama didalam kurungan mereka tidak
diperkenankan mandi, makanan mereka dikurangi, bahkan mereka akan
berpuasa berzikir, dan mendapatkan wejangan atau nasehat keagamaan.
Mereka akan diberikan pendidikan layaknya orang yang sedang
melakukan pelatihan atau diklat selama hari yang telah ditentukan.
Kurikulum pertama yang harus diterima adalah ajaran tentang taharah
didalamnya meliputi istinja, wudhu, dan mandi, kedua pembinaan tauhid,
dan ketiga pembinaan karakter.
Setelah dipastikan selama tujuh hari full si gadis sudah bersih dari
haidnya, mulailah disampaikan kepada keluarga untuk mengundang para
kasisi membacakan doa selamat pertanda bahwa proses mandi akan
dilakukan, pembacaan doa itu dilakukan sore hari pada hari ke tujuh, dan
malam ke delapan akan dimandikan. Sebab, esok harinya, tepat pada hari
ke delapan masuk pada acara puncak.
Sebelum para gadis melakukan mandi bersih, terlebih dahulu
mereka berwudu sesuai yang telah diajarkan oleh sando. Lalu para gadis
pisabha membaca niat mandi bersih masing-masing. Kemudian mereka
dimandikan dengan air khusus yang sudah dipersiapkan oleh sando yang
telah dimantrai dengan doa mandi bersih. Barulah kemudian para gadis
pisabha itu melakukan sendiri mandi bersih sesuai ketentuan yang telah

Volume 1 Nomor 1 Desember 2021 ________________________________ 113


E-ISSN: 2809-2341
______________________________
P-ISSN: 2809-2104 Jurnal Al-Fatih Jurnal Pendidikan Islam

diajarkan. Setelah mandi bersih, mereka mulai dikeluarkan dari kamar ke


ruang tamu, sambil diiringi sando, namun para gadis pisabha ini masih
dalam kondisi tertutup, belum bisa dilihat, dengan disaksikan oleh
kasisi/parabhela, tokoh adat dan keluarga. Mereka mulai dilatih ikrar
syahadat yang dipimpin oleh salah seorang kasisi. Ikrar latihan ini,
dilakukan guna melatih mereka agar tidak keliru dan gugup dalam
membaca kalimat syahadat ketika ditampilkan di acara puncak esok harinya
nanti. Keesokan harinya, tepat pada hari ke delapan, di puncak acara itu,
para gadis remaja mulai melakukan mandi dengan sebersih-bersihnya,
tentu masih dalam pengarahan sando. Setelah mandi pagi, semua gadis
pisabha diarahkan kekamar kurung mereka semula, untuk dilakukan ritual
pibhindu yaitu; pendandanan, pengguntingan, penyukuran, pemakaian
baju adat, pemakaian wangi-wangian dan lain-lain.
Beberapa menit setelah proses pibhindu, para gadis pisabhapun
dikeluarkan, mereka berjalan beriringan tepat di belakang sando, kemudian
sando mengarahkan mereka duduk di atas peti, sando lalu berdiri dan
duduk kembali dibelakang para gadis pisabha sambil memegang kepala-
kepala mereka. Merekapun langsung dituntun oleh kasisi mengucapkan
beberapa kalimat nasehat yang harus mereka lakukan sebagai gadis yang
telah dewasa saat menjalani kehidupan. Kalimat nasehat itu adalah
berbakti kepada Allah SWT, berbuat baik kepada kedua orang tua,
menghargai sesama manusia, menyayangi makhluk lainnya, dan menjaga
diri dari segala kemaksiatan. Setelah menalkinkan nasehat, merekapun
dituntun mengucapkan istighfar tiga kali, lalu membaca kalimat
pengakuan iman yang tertera dalam hadits iman, Islam, dan ihsan dan
salah satu ayat dari surat al-Baqarah, pada ayat ke 285.
Setelah proses syahadat, dilanjutkan dengan pembacaan doa,
pertanda bahwa acara pensyahadatan selesai. Kemudian, para gadis itu
diarakkan keluar oleh sando, lalu diikuti seseorang kasisi yang sudah
ditunjuk untuk menyentuhkan tanah dan menyiramkan air laut kepada

114 ________________________________ Volume 1 Nomor 1 Desember 2021


E-ISSN: 2809-2341
Jurnal Al-Fatih Jurnal Pendidikan Islam ______________________________
P-ISSN: 2809-2104

gadis pisabha tersebut. Setelah penyiraman itu, para gadis pisabha lalu
dibawa ke lapangan untuk melakukan tarian pangibi (tarian adat), sebagai
bentuk hiburan, masyarakat diperkenaan untuk menari disamping gadis-
gadis pisabha dengan syarat harus menaruh uang saweran ke baskom yang
telah disiapkan. Para undangan yang ada didalam baruga lantas menikmati
makanan yang sudah dihidangkan. Setelah pangibi usai, maka berakhirlah
acara pisabha.
4. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Pisabha
a. Pengakuan Tauhid
Proses pensyahadatan telah mewakili satu pemahaman tentang
pentingnya menanamkan keyakinan untuk beriman kepada Allah SWT
dan meyakini Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT. Gadis remaja
yang melakukan pisabha diharapkan mampu menjadi insan yang memiliki
kekuatan Iman. Agar keyakinan mereka kepada Allah tidak goyah. Proses
penyembahan kepada Allah tidak boleh dicampur adukkan dengan
keyakinan lain, apalagi melakukan kesyirikan. Dan aktifitas dalam
kehidupan harus sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW. Inilah
harapan yang diinginkan setelah proses pisabha selesai. Pengakuan tauhid
bagi seorang gadis setelah disyahadatkan berarti ia menerima sepenuh hati
bahwa ia akan beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Dengan pemahaman dua kalimat syahadat, terbentuklah
kepribadian dan kehati-hatian dalam melakukan aktifitas hidup. Apalagi
gadis itu telah berubah statusnya menjadi dewasa. Artinya, pengawasan
dan perlindungan tidak hanya bermuara lagi dari orang tua, tetapi
langsung dari Allah SWT. sehingga kekhawatiran tentang terjerumusnya
gadis itu kedalam perbuatan zina dan hamil diluar nikah tidak terjadi.
Apalagi ini merupakan salah satu tujuan diantara banyak tujuan lain bagi
bentuk pendidikan dalam tradisi pisabha.
Penanaman nilai-nilai syahadat harus senantiasa terkafer dalam
kehidupan sehari-hari, sebab pemahaman syahadat berpengaruh tehadap

Volume 1 Nomor 1 Desember 2021 ________________________________ 115


E-ISSN: 2809-2341
______________________________
P-ISSN: 2809-2104 Jurnal Al-Fatih Jurnal Pendidikan Islam

kebermaknaan hidup dan terjaganya kehormatan (Jasiman, 2020:1).


Dengan syahadat kepribadian terbentuk, perbuatannya selalu baik, dan
senantiasa menimbulkan perilaku mulia. Bahkan ini diajarkan langsung
oleh sando. Metode pengajarannya bisa dikatakan mirip dengan pengajaran
Malaikat Jibril ketika mengajari nabi Muhammad SAW konteks Iman,
Islam, dan Ihsan yang tertera dalam hadits muslim yang telah saya uraikan
sebelumnya. Dimana Jibril mendekatkan dirinya kepada Nabi Muhammad
SAW saat mengajarkan rukun Iman dan Islam itu. Konotasi metode ini
dengan pendidikan yang diajarkan dalam pisabha yakni antara sando dan
gadis yang dipisabha, tidak ada sekat yang memisahkan, pendidikan tauhid
diajarkan di tempat yang sangat tertutup dan jauh dari kebisingan dan
gangguan sehingga ucapan dan nasehat pengajaran yang diberikan bisa
didengar dan dipahami secara jelas karena dekatnya. Demikian pentingnya
syahadat, orang Buton lantas menjadikan tradisi pisabha sebagai media
pendidikan tauhid kepada anak-anak perempuan mereka. Sehingga
mereka bisa memahami hakikat Islam yang sebenarnya.

b. Penyucian Jasmani dan Rohani


Dalam proses pelaksanaan pisabha, gadis remaja diberikan
pengajaran tentang taharah, yang didalamnya berisi penjabaran tentang
Istinja, Mandi dan Wudhu. Taharah adalah proses untuk menyucikan diri
dari kotoran-kotoran atau najis yang menempel di badan. Untuk
memperkuat keyakinan sang gadis, para sando lantas memberikan
pengajaran doa-doa istinja dan sekaligus maknanya. Tujuannya supaya
mereka benar-benar memahami nilai dari kebersihan diri, dan diyakini
bahwa itu perintah Allah SWT. Jamia menyampaikan agar gadis-gadis
remaja mempelajari teori-teori istinja dengan baik, yaitu piguru misa (belajar
terlebih dahulu) mulai dari tata cara istinja hingga menghafal dan
memahami akna doa-doanya.

116 ________________________________ Volume 1 Nomor 1 Desember 2021


E-ISSN: 2809-2341
Jurnal Al-Fatih Jurnal Pendidikan Islam ______________________________
P-ISSN: 2809-2104

Ketika para gadis pisabha berada didalam kurungan mereka


dipakaikan lulur kecantikan, lulur ini berfungsi untuk menghaluskan dan
memutihkan kulit gadis-gadis remaja yang melakukan pisabha. Sehingga
mereka selalu terlihat cantik dan bersih. Dan keberishan termasuk bagian
dari Iman “attuhuru syatrul iiman”. Kesucian jasmani terkafer pada makna
kain putih.
Salah satu perintah yang harus dilakukan ketika melakukan pisabha
yakni zikir, zikir diyakini sebagai aktifitas ibadah yang bisa dilakukan
dalam kondisi haid. Anjuran berzikir ini, telah disampaikan oleh Umi
Sumiyati harus dilakukan dengan ikhlas.
Dalam Al-Qur’an Zikir juga bisa mendatangkan ketenangan dan
kedamaian hati, (QS. Ar-Ra’du/13:28) dan tentu gadis remaja pasti
medapatkan itu.

c. Pembentukan Karakter dan Akhlak


Akhlak termasuk sifat manusia yang unggul, baik, dan
menimbulkan rasa persaudaraan, cinta dan kasih sayang terhadap sesama
manusia. Mengenai hal ini telah diajarkan dalam tradisi pisabha. Pisabha
termasuk salah satu media untuk mempelajari akhlak, sebab dalam proses
.melaksanakan pisabha para gadis itu telah diberikan penguatan-penguatan
tentang pentingnya Ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah, menaati
kedua orang tua, berbuat baik kepada keluarga dekat dan tetangga, dan
harus bersikap baik terhadap semua orang. Selain itu, mereka berzikir dan
belajar untuk mengisi pengetahuan dalam hati dan otak mereka. Dan perlu
diketahui bahwa akhlak hanya bisa diraih dengan ibadah, sementara
karakter dapat didapatkan dari ilmu. Kedua cara perolehan pendidikan
karakter dan akhlak ini sudah diajarkan didalam pisabha. Para gadis yang
melakukan pisabha diberikan sugesti untuk senantiasa berbuat baik kepada
Allah dan kepada seluruh manusia.

Volume 1 Nomor 1 Desember 2021 ________________________________ 117


E-ISSN: 2809-2341
______________________________
P-ISSN: 2809-2104 Jurnal Al-Fatih Jurnal Pendidikan Islam

Ajaran tentang pembentukan karakter tidak hanya terbatas pada


pendidikan orang tua berupa nasihat pribadi, melainkan terbentuk dalam
suatu tradisi. Didalam proses menjalani pisabha pendidikan yang diterima
gadis pisabha tentang pembentuk sikap dan karakter baik yang diperbuat,
terutama tentang akhlak kepada sesama manusia, kepada orang tua, dan
kepada Allah SWT.

SIMPULAN
Dari uraian yang sudah dijabarkan, maka dapat ditarik kesimpulan
berdasarkan dua rumusan masalah. Adapun kesimpulan tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Pisabha merupakan tradisi peralihan status dari remaja ke dewasa,


tradisi penyucian dan pengislaman yang dilaksanakan setelah
terjadinya haid. Haid merupakan tanda peralihannya, dengan tanda itu
orang tua berkewajiban untuk mempelopori proses pelaksanaan tradisi
pisabha, yang melibatkan para tokoh-tokoh agama, tokoh adat, tokoh
masyarakat dan tokoh pemuda. Jika pisabha tidak dilaksanakan orang
tua seorang gadis berdosa menurut sebagian masyarakat Buton.
2. Pisabha termasuk tradisi yang kental pendidikan keislamannya,
seorang gadis dengan pisabha harus memiliki pemahaman Aqidah,
Fiqih, Akhlak dan Mu'amalah. Penanaman pendidikan Aqidah
bermaksud memperkokoh pemahaman Tauhid seorang gadis untuk
tidak melakukan kesyirikan. Adapun kebersihan rohani dan jasmani
yang dipahami dari fiqih toharah dan zikir membuat seorang gadis
terdidik perangainya dan terjaga dari perbuatan maksiat, demikian pula
agar terjalin hubungan baik kepada sesama manusia. Inilah harapan
terbesar setelah proses pelaksanaan pisabha.

118 ________________________________ Volume 1 Nomor 1 Desember 2021


E-ISSN: 2809-2341
Jurnal Al-Fatih Jurnal Pendidikan Islam ______________________________
P-ISSN: 2809-2104

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mulku Zahari, (1977) sejarah dan AdatFiy Darul Butuni (Buton), jild II.
Jakarta: Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaa.
Emzir, (2010) Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data Model Bogdan dan
Biklen, Model Milles dan Hubermen, Model Strausss dan Corbin, Model
Spradley, Analisis Isi Model Philip, Program Komputer Nvivo, Cet I;
Jakarta: Rajwali Pers.
Al-Imam Abi Husein Muslim Ibnu al-Hajjaj al-Qusairy al-Naisabury,
(11992) Sohih Muslim, juz I. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1992
M/1413 H.
Anin Lihi, (2021) Penelitian Lapangandan Metode Pengumpulan Data,
https://www.aninlihi.com/2021/11/penelitian-lapangan-dan-
metode.hhtml?m, di akses, 12 November 2021.
Ismail Yahya dkk, (2009) Adat-Adat Jawa dalam Bulan-Bulan Islam adakah
pertentangan, cet I; Jakarta: Inti Madina.
Jasiman, Syarah Rasmul Bayan Tarbiyah, Solo: PT Era Adicitra

Norman K. Denzin dkk, (2009) Handbook of Qualitative Research, Edisi I;


India: Greater Kailash I New Delhi, 1997, Terj. Dariyanto dkk Cet I;
Yoyakarta: Pustaka Pelajar.

Volume 1 Nomor 1 Desember 2021 ________________________________ 119

You might also like