Professional Documents
Culture Documents
______________________________
P-ISSN: 2809-2104 Jurnal Al-Fatih Jurnal Pendidikan Islam
Oleh:
ANIN LIHI
SMP Cendikia Ambon
lihianin@gmail.com
ABSTRACT
This type of research is field research with descriptive qualitative models,
which use a religious phenomenological approach. Dri's goal in this study was to
find out the procession of pisabha tradition, and the values of Islamic education and
its function for the Buton community in Huamual Subdistrict. The results showed
that Pisabha is a tradition of transitioning status from adolescence to adulthood, a
tradition of purification and Islam that is carried out after menstruation.
Menstruation is a sign of his transition, with the sign that parents are obliged to
spearhead the process of implementing the pisabha tradition, which involves
religious figures, indigenous leaders, community leaders and youth leaders. If
pisabha is not carried out by the parents of a sinful girl according to some Buton
society. Pisabha belongs to a thick tradition of Islamic education, a girl with pisabha
must have an understanding of Aqidah, Fiqh, Akhlak and Mu'amalah. The
cultivation of Aqidah education means to strengthen the understanding of Tawhid
a girl not to do self-sedation. As for the spiritual and physical hygiene that is
understood from fiqh taharah and remembrance makes a girl educated in her
temperament and awake from the deeds of the bad deeds, as well as in order to
establish good relations to fellow human beings.
ABSTRAK
Jenis penelitian ini yaitu penelitian lapangan dengan model
kualitatif deskriptif, yang menggunakan pendekatan fenomenologi agama.
Tujuan Dri pada penelitian ini adalah untuk mengetahui prosesi tradisi
pisabha, dan nilai-nilai pendidikan Islam serta fungsinya bagi masyarakat
Buton di Kecamatan Huamual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Pisabha merupakan tradisi peralihan status dari remaja ke dewasa, tradisi
penyucian dan pengislaman yang dilaksanakan setelah terjadinya haid.
Haid merupakan tanda peralihannya, dengan tanda itu orang tua
berkewajiban untuk mempelopori proses pelaksanaan tradisi pisabha, yang
melibatkan para tokoh-tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat dan
tokoh pemuda. Jika pisabha tidak dilaksanakan orang tua seorang gadis
berdosa menurut sebagian masyarakat Buton. Pisabha termasuk tradisi
yang kental pendidikan keislamannya, seorang gadis dengan pisabha harus
memiliki pemahaman Aqidah, Fiqih, Akhlak dan Mu'amalah. Penanaman
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang memiliki ragam suku dan agama. Ada
agama hindu, budha, Kristen, Konghucu, dan agama lain yang barangkali
tidak diketahui secara umum. Ada suku Padang, jawa, Bali, Batak, Madura,
Makassar, Bugis, Buton, Suku Alifuru, suku Key, dan lain-lain. Ada tradisi
sungkem, tradisi pingitan, tradisi aroha, tardisi mandi safar, tradisi
pikadhawu dan tradisi pisabha yang telah diteliti ini. Artinya, setiap suku
di Indonesia bisa dipastikan memiliki budaya dan tradisi yang dilestarikan
secara turun temurun sejak dahulu.
Selain masyarakat yang melestarikan tradisi, tradisi juga
dilestarikan oleh pemerintahan kerajaan. Kerajaan waktu itu yang menjaga
keutuhan tradisi. Hal ini tradisi dijadikan sebagai aturan yang ditetapkan
dan menjadi hukum adat dalam kerajaan. Artinya, setiap warga
masyarakat harus menaati dan menjunjung tinggi ritual tradisi yang ada.
Tetapi, setelah agama masuk ke indonesa, misalnya Islam terjadilah
akulturasi budaya, yakni nilai-nilai agama mulai mempengaruhi bahkan
merubah unsur praktek maupun makna dan nilai tradisi yang dilakukan
masyarakat. Diantara tradisi yang ada pada kerajaan dan suku-suku di
Indonesia adalah tradisi pisabha yang dilakukan oleh masyarakat Buton di
Kecamatan Humual, Kabupaten Seram Bagian Barat. Awalnya tradisi ini
hanya dialkukan sebagai ritual penjagaan terhadap tanaman agar tidak
rusak, bentuk pendidikan moral, masih adanya bentuk-bentuk kesyirikan,
bentuk ritual tahayul dan magi. Setelah Islam masuk, maka ritual pisabha
menjadi sebuah media pendidikan Islam yang berfungsi untuk membentuk
karakter dan penanaman nilai-nilai keyakinan yang murni hanya semata-
PEMBAHASAN
gunting, silet, baju adat, peti atau bantal, beras, kunyit, kain putih,
tempayang, dan seluruh perelengkapan lainnya. Seluruh alat-alat itu
kemudian diletakkan didalam kamar kurung setelah dimantra-mantrai
oleh sando.
Adapun tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh adat, dan tokoh-tokoh
masyarakat pada sore atau malamnya, mereka mulai bekerjasama
melakukan pembacaan tahlil dan doa selamat, proses ini dilakukan
sebelum sang gadis dimasukkan didalam kurungan yang telah disiapkan.
Setelah bacaan tahlil dan doa selamat usai, sando yang dibantu oleh
kawan-kawannya mulai memakaikan lulur dan mulai pula diarahkahan
untuk bersabar, karena selama didalam kurungan mereka tidak
diperkenankan mandi, makanan mereka dikurangi, bahkan mereka akan
berpuasa berzikir, dan mendapatkan wejangan atau nasehat keagamaan.
Mereka akan diberikan pendidikan layaknya orang yang sedang
melakukan pelatihan atau diklat selama hari yang telah ditentukan.
Kurikulum pertama yang harus diterima adalah ajaran tentang taharah
didalamnya meliputi istinja, wudhu, dan mandi, kedua pembinaan tauhid,
dan ketiga pembinaan karakter.
Setelah dipastikan selama tujuh hari full si gadis sudah bersih dari
haidnya, mulailah disampaikan kepada keluarga untuk mengundang para
kasisi membacakan doa selamat pertanda bahwa proses mandi akan
dilakukan, pembacaan doa itu dilakukan sore hari pada hari ke tujuh, dan
malam ke delapan akan dimandikan. Sebab, esok harinya, tepat pada hari
ke delapan masuk pada acara puncak.
Sebelum para gadis melakukan mandi bersih, terlebih dahulu
mereka berwudu sesuai yang telah diajarkan oleh sando. Lalu para gadis
pisabha membaca niat mandi bersih masing-masing. Kemudian mereka
dimandikan dengan air khusus yang sudah dipersiapkan oleh sando yang
telah dimantrai dengan doa mandi bersih. Barulah kemudian para gadis
pisabha itu melakukan sendiri mandi bersih sesuai ketentuan yang telah
gadis pisabha tersebut. Setelah penyiraman itu, para gadis pisabha lalu
dibawa ke lapangan untuk melakukan tarian pangibi (tarian adat), sebagai
bentuk hiburan, masyarakat diperkenaan untuk menari disamping gadis-
gadis pisabha dengan syarat harus menaruh uang saweran ke baskom yang
telah disiapkan. Para undangan yang ada didalam baruga lantas menikmati
makanan yang sudah dihidangkan. Setelah pangibi usai, maka berakhirlah
acara pisabha.
4. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Pisabha
a. Pengakuan Tauhid
Proses pensyahadatan telah mewakili satu pemahaman tentang
pentingnya menanamkan keyakinan untuk beriman kepada Allah SWT
dan meyakini Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT. Gadis remaja
yang melakukan pisabha diharapkan mampu menjadi insan yang memiliki
kekuatan Iman. Agar keyakinan mereka kepada Allah tidak goyah. Proses
penyembahan kepada Allah tidak boleh dicampur adukkan dengan
keyakinan lain, apalagi melakukan kesyirikan. Dan aktifitas dalam
kehidupan harus sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW. Inilah
harapan yang diinginkan setelah proses pisabha selesai. Pengakuan tauhid
bagi seorang gadis setelah disyahadatkan berarti ia menerima sepenuh hati
bahwa ia akan beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Dengan pemahaman dua kalimat syahadat, terbentuklah
kepribadian dan kehati-hatian dalam melakukan aktifitas hidup. Apalagi
gadis itu telah berubah statusnya menjadi dewasa. Artinya, pengawasan
dan perlindungan tidak hanya bermuara lagi dari orang tua, tetapi
langsung dari Allah SWT. sehingga kekhawatiran tentang terjerumusnya
gadis itu kedalam perbuatan zina dan hamil diluar nikah tidak terjadi.
Apalagi ini merupakan salah satu tujuan diantara banyak tujuan lain bagi
bentuk pendidikan dalam tradisi pisabha.
Penanaman nilai-nilai syahadat harus senantiasa terkafer dalam
kehidupan sehari-hari, sebab pemahaman syahadat berpengaruh tehadap
SIMPULAN
Dari uraian yang sudah dijabarkan, maka dapat ditarik kesimpulan
berdasarkan dua rumusan masalah. Adapun kesimpulan tersebut adalah
sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mulku Zahari, (1977) sejarah dan AdatFiy Darul Butuni (Buton), jild II.
Jakarta: Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaa.
Emzir, (2010) Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data Model Bogdan dan
Biklen, Model Milles dan Hubermen, Model Strausss dan Corbin, Model
Spradley, Analisis Isi Model Philip, Program Komputer Nvivo, Cet I;
Jakarta: Rajwali Pers.
Al-Imam Abi Husein Muslim Ibnu al-Hajjaj al-Qusairy al-Naisabury,
(11992) Sohih Muslim, juz I. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1992
M/1413 H.
Anin Lihi, (2021) Penelitian Lapangandan Metode Pengumpulan Data,
https://www.aninlihi.com/2021/11/penelitian-lapangan-dan-
metode.hhtml?m, di akses, 12 November 2021.
Ismail Yahya dkk, (2009) Adat-Adat Jawa dalam Bulan-Bulan Islam adakah
pertentangan, cet I; Jakarta: Inti Madina.
Jasiman, Syarah Rasmul Bayan Tarbiyah, Solo: PT Era Adicitra