Professional Documents
Culture Documents
Abstract
The mitoni tradition is a Javanese cultural heritage that is still being held
by Javanese people in the village of Tuntang, Tuntang District, Semarang
District, Central Java until now. The mitoni ceremony is carried out in the
seventh month of Javanese pregnancy. This study aims at examining the
spiritual values of the mitoni tradition as socio-cultural “glue.” This
research was motivated by dangerous facts, namely the threat of
disharmony in the social community. The method applied in this study is
qualitative with a descriptive approach. Data collection techniques were
used in-depth interviews and observations. Interviews were conducted by
giving open questions to community leaders in the village of Tuntang. In
this study, the sources of information were traditional leaders as
representatives of the Tuntang village community. This research was tested
as a socio-cultural adhesive in Tuntang village through spiritual values,
namely: 1). Ngruwat sukerta. 2). Cecawis. 3). Sembada. 4). Panampi. 5).
Wilujeng. 6). Ngrumat bumi. 7). Pitutur. 8). Rukun. 9). Pitulungan. These
spiritual values are symbolic of Javanese ideology which is eschatological.
This value serves to maintain social harmony. The results of this study are
recommended for religious leaders and traditional leaders to apply this
cultural approach, by making mitoni as a socio-cultural “glue.”
49
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 16, No. 1 Agustus Tahun 2019
50
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 16, No. 1 Agustus Tahun 2019
51
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 16, No. 1 Agustus Tahun 2019
52
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 16, No. 1 Agustus Tahun 2019
53
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 16, No. 1 Agustus Tahun 2019
bayi dapat lahir dengan selamat, ritual mitoni (Santosa, 2012: 5).
baik laki-laki ataupun perempuan Acara ini memiliki fungsi sosial
(Wawancara Sutrisno, 2018). Hal terutama untuk merekatkan nilai
senada juga disampaikan solidaritas diantara anggota
Purwadi, dikutip oleh masyarakat (Humaeni, 2015:
Machmudah, pada saat brojolan 176).
diucapkan kata: “Wadon arep Sementara itu, di keluarga
lanang arep waton slamet” Supratigya, pelaksanaan mitoni
Artinya, perempuan atau laki-laki dimodifikasi menggunakan
semuanya diterima, yang penting perpaduan antara tradisi Jawa
selamat (Machmudah, 2016: 190). dengan tata cara modern. Mitoni
Kata menerima dalam diadakan dalam bentuk kenduri
istilah Jawa disebut nampi. yang dipimpin oleh tokoh
Penerimaan terhadap kehadiran masyarakat (Wawancara
anak menggambarkan spiritualitas Supratigya, 2018).
batin orang Jawa, yaitu nrima Hidangan kenduri mitoni
atau berkenan menerima. Nrima berupa tumpeng rombyong, nasi
menggambarkan watak yang bundar tujuh atau sega golong
sabar. Seseorang memiliki hati pitu, cabe merah, ikan teri dan
yang sabar sehingga tidak mudah jenang procot. Tumpeng
menjadi emosi, mudah dilengkapi sayur-sayuran dan
memaafkan dan penyayang beberapa lauk ikan. Nasi dibentuk
(Sumodiningrat dan Wulandari, bulat mengerucut sebanyak tujuh,
2014: 271-272). yang juga disebut nasi bulat tujuh
atau dalam bahasa Jawa disebut
Makna Simbolis Tahapan
sega golong pitu. Sega golong
Kenduri
pitu merupakan simbol
Kenduri atau selamatan
gumolonging manah, atau tekad
merupakan acara doa dan makan
hati yang bulat, utuh, dan sepenuh
bersama yang menjadi tahap akhir
hati. Orang tua dengan segenap
54
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 16, No. 1 Agustus Tahun 2019
hati siap untuk mengadapi proses tiba dan cepat. Senada dengan itu,
persalinan (Wawancara Achmad juga menjelaskan bahwa
Budiyanto, 2018). jenang procot dalam mitoni
Gambar 1. Ibu hamil dalam melambangkan keselamatan dan
selamatan mitoni bersama
kelancaran ibu hamil yang akan
keluarga. (26 Agustus 2017)
melahirkan (Achmad, 2017: 184).
IV. Pembahasan
55
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 16, No. 1 Agustus Tahun 2019
56
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 16, No. 1 Agustus Tahun 2019
57
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 16, No. 1 Agustus Tahun 2019
58
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 16, No. 1 Agustus Tahun 2019
59
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 16, No. 1 Agustus Tahun 2019
60
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 16, No. 1 Agustus Tahun 2019
61
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 16, No. 1 Agustus Tahun 2019
62