You are on page 1of 19

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

DI PT. PLN (Persero) UPDK TELLO MAKASSAR


BIDANG K3 MEKANIK, (PESAWAT ANGKAT ANGKUT,
PESAWAT
TENAGA PRODUKSI), K3 PESAWAT UAP & BEJANA TEKAN

PELATIHAN CALON AHLI K3


UMUM ANGKATAN KE - 65
KELOMPOK 4

1. ROBYANTO PASODUNG.ST
2. ZULKARNAIN HASANDARI
3. ANDREW EMANUEL PATABANG
4. MUH. IKHLASUL JAMAL
5. RITA ANGGREANI BAKRI
6. SINDRI ADRIANA KAPISI
7. NILS WONGE

PENYELENGGARA

PT. INDOTAMA JASA SERTIFIKASI

Makassar, 27 Juni – 11 Juli 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN

A. LATARBELAKANG...............................................................................................1

B. MAKSUD DAN TUJUAN......................................................................................3

C. RUANG LINGKUP.................................................................................................3

D. DASAR HUKUM.....................................................................................................3

BAB II KONDISI PERUSAHAAN

A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN................................................................5

B. TEMUAN LAPANGAN PT. PLN (Persero) UPDK TELLO MAKASSAR.........7

BAB III ANALISA

A. ANALISA POSITIF PT. PLN (Persero) UPDK TELLO MAKASSAR.................8

B. ANALISA NEGATIF PT. PLN (Persero) UPDK TELLO MAKASSAR...............13

BAB IV PENUTUP

KESIMPULAN.............................................................................................................16

SARAN.........................................................................................................................17

i
A. LATAR BELAKANG BAB I
PENDAHULUAN

Pendahuluan Sebagai hasil dari revolusi industri hingga saat ini yang memasuki masa
industrialisasi, maka peralatan atau mesin-mesin dengan berbagai macam ukuran dan fungsi
semakin banyak digunakan di lapangan, di perusahaan atau di tempat kerja. Pada
kenyataannya, untuk mengejar jumlah produksi sisi keamanan dan perawatan pada mesin-
mesin menjadi kurang diperhatikan sehingga memiliki potensi bahaya kecelakaan serta
kesehatan bagi tenaga kerja maupun perusahaan. Tanpa menunjukkan data statistic,
kecelakaan akibat pengoperasian alat-alat mekanis atau mesin banyak terjadi yang pada
umumnya disebabkan oleh kecerobohan tenaga kerja atau kurang perhatiannya pengusaha
yang membuat lingkungan kerja tidak konduksif untuk memperhatikan K3. Selain itu jumlah
industri di Indonesia sangat banyak kurang lebih 170,000 (2007). Sedangkan jumlah pegawai
pengawas K3 mekanik yang mengawasi aspek K3 dari mesin-mesin tersebut tidak sebanding.
Oleh karena itu, pelatihan atau pemahaman tentang pengawasan K3 mekanik harus dilakukan
agar dihasilkan pegawai pengawas K3 mekanik yang mampu mengawasi K3 mekanik di
tempat kerja masing-masing dalam rangka meningkatkan tingkat keselamatan dan kesehatan
kerja.
Pengawasan K3 mekanik adalah serangkaian kegiatan pengawasan dan semua
tindakan yang dilakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan atas pemenuhan
pelaksanaan peraturan perundang-undangan terhadap obyek pengawasan K3 mekanik di
tempat kerja.
Sejak ditemukannya mesin uap oleh James Watt tahun 1760an maka penggunaan
pesawat uap termasuk bejana tekan semakin meningkat dalam industri maupun manufaktur
yang meningkatkan tingkat produksi industri. Gambar 3.1 menunjukkan salah satu contoh
mesin uap sebagai penggerak mesin di industry pada masa revolusi industry. Sedangkan
Gambar 3.2 menunjukkan diagram siklus Rankine sebagai dasar dari siklus kerja dari mesin
uap. Namun dengan adanya peralatan atau sistem yang baru, juga menimbulkan potensi
bahaya baru juga akibat penggunaan pesawat uap dan bejana tekan yang tidak terkendali.
Pesawat uap dan bejana tekan merupakan sumber bahaya termasuk operator pesawat
uap yang mana potensi bahaya ditimbulkan akibat penggunaan atau pengoperasian pesawat
uap dan bejana tekan meliputi semburan api, air panas, gas,

1
fluida, uap panas, debu, panas/suhu tinggi, bahaya kejut listrik, dan peningkatan tekanan atau
peledakan. Agar kecelakaan tidak timbul dalam kerja yang menggunakan pesawat uap
maupun bejana tekan, maka pemahaman tentang pesawat uap dan bejana tekan serta syarat-
syarat K3 adalah sangat penting supaya dapat melakukan pengawasan K3 pada pesawat uap
dan bejana tekan. Hal ini juga ditetapkan dalam UU No.1 Tahun 1970 pasal 3. Pengawasan
tidak hanya pada produk namun diawali dari proses produksi atau pembuatan pesawat uap
dan bejana tekan yang banyak dilakukan proses pengelasan, pengujiaan produk hingga
penerbitan ijin pemakaian pesawat uap dan bejana tekan.
Pengawasan K3 pesawat uap dan bejana tekan merupakan serangkaian kegiatan
pengawasan dan semua tindakan yang dilakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan
atas pemenuhan pelaksanaan peraturan perundang-undangan terhadap obyek pengawasan K3
pesawat uap dan bejana tekan di tempat kerja atau perusahaan.
Pengetahuan bejana uap/pemanas air/ketel uap Sebagai alat pembantu kerja manusia,
sistem tenaga uap ditemukan oleh James Watt pada tahun sekitar 1760 yang mana terdiri atas
sebuah ketel uap dan mesin uap. Ketel uap jenis ini terdiri atas dua sisi yang rata, pada sisi
atasnya merupakan puncak ketel berbentuk setengah silinder dan dasarnya sisi pelatnya
dilengkungkan ke dalam. Ketel uap adalah suatu pesawat yang dibuat untuk mengubah air
ada di dalamnya menjadi sebagian uap dengan jalan pemanasan. Pemanasan dilakukan dari
proses pembakaran sehingga dalam sistem tenaga uap selalu terdapat tempat pembakaran.
Dengan semakin tingginya tekanan uap maka setiap ketel harus mampu menahan tekanan uap
ini. Dengan memanfaatkan tekanan uap ini maka dapat digunakan untuk menggerakan mesin
atau generator untuk menghasilkan energi listrik
Suatu ketel harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Harus hemat dalam pemakaian bahan bakar. Hal ini dinyatakan dalam rendemen
atau daya guna ketel.
b. Berat ketel dan pemakaian ruangan pada suatu hasil uap tertentu harus kecil.
c. Paling sedikit harus memenuhi syarat-syarat dari Direktorat Bina Norma
Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja..

2
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Praktek kerja lapangan ini bagi calon Ahli K3 Umum sangat di butuhkan, mengingat
aplikasi K3 ini merupakan kebutuhan wajib bagi setiap perusahaan, apalagi perusahaan
yang memiliki risiko tinggi dapat terjadinya kecelakaan kerja, untuk itu ahli K3 Umum
harus lebih menguasai teori dan praktek penerapannya pada setiap perusahaan. Tujuan dari
laporan ini adalah :
1. Sebagai bahan seminar dan salah satu syarat menyelesaikan pelatihan calon ahli K3
Umum sehingga bisa mengaplikasikan teori maupun praktik dilapangan/tempat kerja.
2. Mengetahui temuan positif dan negatif terkait Pengawasan Peraturan Perundangan
K3 Bidang Mekanik, Alat angkat angkut serta pesawat Uap dan bejana tekan.
3. Tinjauan penerapan pelaksanaan K3 K3 Bidang Mekanik, Alat angkat angkut serta
pesawat Uap dan bejana tekan pada PT PLN (Persero) UPDK Tello Makassar
diharapkan bisa menjadi masukan dan saran kepada pihak perusahaan yang dapat
digunakan sebagai upaya perbaikan kedepannya.

C. RUANG LINGKUP

Ruang Lingkup kegiatan praktik kerja lapangan (PKL) ini yaitu PT PLN (Persero)
UPDK Tello Makassar yang merupakan perusahaan BUMN yang mengurusi semua
aspek kelistrikan dengan data – data sebagai berikut :
a. Nama : PT PLN (Persero) Tello Makassar.
b. Alamat : Jl. Urip Sumoharjo No. 7, Tello Baru, Kec. Panakkukang, Kota Makassar,
Sulawesi Selatan
Adapun Ruang lingkup pengawasan pengamatan kelompok 4 berfokus pada tugas dan
fungsi dari ahli K3 Umum Pengawasan Peraturan Perundangan K3 Bidang Mekanik,
Alat angkat angkut serta pesawat Uap dan bejana tekan.

D. DASAR HUKUM

1. Dasar Hukum Pengawasan K3 Mekanik Dasar hukumnya


a. UU No. 1 Tahun 1970

3
Ruang Lingkup Psl 2 :ayat (1). Darat, didalam tanah, permukaan air, didakam air,
maupun di udara di wilayah kekuasaan hukum RI. ayat(2). Huruf (a),(f), (g), (k)
Dan Syarat-Syarat : Psl 3 ayat (1). Huruf (a),(n).(p)
b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja :
1) No. Per.02/Men/1982 (Klasifikasi juru las) 2)
No. Per.02/Men/1992 (AK3)
3) No. Per.04/Men/1995 (PJK3)
4) No. Per.38/Men/2016 (Pesawat tenaga & produksi)
5) No. Per.08/Men/2020 (Keselamatan dan Kerja Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut
6) PP RI 05 tahun 2021 tentang penyelenggaraan perizinan berusaha
berbasis resiko
c. Keputusan / Edaran Dirjen / Pedoman Pengawasan lainnya.

2. Dasar Hukum pengawasan (PAA ,PTP)


a. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
b. UU No. 13 Tahun 2013 Tentang Ketenagakerjaan
c. PP. 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
d. Permenaker R.I No. Per.05/MEN/VII/1985 Tentang Pesawat Angkat dan
Angkut
e. Permenaker R.I. No. Per-02/MEN/1992 Tentang Tata Cara Penunjukan,
Kewajiban, dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja
f. Permenaker R.I. No. Per-04/MEN/1995 Tentang Perusahaan Jasa
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
3. Dasar hukum pengawasan K3 pesawat uap dan bejana tekan
a. Undang-undang Uap 1930
b. Pesawat Uap Tahun 1930
c. Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
d. Permen No.01/Men/1982 tentang Bejana Tekan
e. Permen No.01/Men/1982 tentang Klasifikasi Juru Las
f. Permen No.01/Men/1988 tentang Klasifikasi dan Syarat-syarat Operator Pesawat
Uap.

4
BAB II

KONDISI PERUSAHAAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

PT. PLN (Persero) adalah badan usaha milik negara yang bertugas menangani semua
aspek ketenagalistrikan di Indonesia. Berdiri pertama kali pada 27 Oktober 1945, PT. PLN
(Persero) berkembang dengan pesat, menyesuaikan dengan bertambahnya konsumsi listrik di
indonesia. Unit PT. PLN (Persero) dibagi dalam beberapa wilayah untuk mengurusi,
pembangkitan, penyaluran (transmisi), pengaturan beban, dan distribusi kepada pelanggan.
PLN Wilayah Sulselrabat (Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat)
memiliki Unit Induk, dan beberapa Unit Pelaksanaan dan Sub Unit Pelaksana yang berdiri
dari :Area dan Rayon 2. Sektor dan Pusat Listrik ,UPT (Unit Palayanan Transmisi) dan
TRAGI (Transmisi dan Gardu Induk),UPB (Unit Pengaturan Beban),APD (Area Penturan
Distribusi).
Sektor Pembangkitan Tello, terletak di Jalan Urip Sumoharjo Nomor 7 Makassar
menjadi salah satu sektor vital penyediaan energi listrik di Sulawesi Selatan dan sekitarnya di
bawah naungan PLN Wilayah Sulselrabar. Menyediakan total 324,85 MW daya listrik yang
dapat dibangkitkan dari empat pusat listrik dibawah naungan Sektor Pembangkitan Tello,
yaitu:
1. Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Tello
2. Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG/U) Tello
3. Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Selayar
4. Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) Barru
Dengan mesin-mesin pembangkit yang dikelolanya, maka PLN Sektor Pembangkitan
Tello sanggup memasok Energi Listrik baik sebagai pemikul beban dasar maupun beban
puncak pada sistem kelistrikan Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Bahkan sistem terkoneksi
dengan Sulawesi Tengah.
PLTU Tello mulai beroperasi dan diresmikan oleh Bapak Presiden RI, Soeharto pada
tahun 1973, dipasang 2 buah mesin diesel dengan daya terpasang masing- masing sebesar
2,84 MW yang berlokasi di dekat PLTU Tello. Pada tahun 1976, tepatnya bulan Juni
dibentuk unit-unit sektor Tello. Dengan nama PLN Wilayah VIII dengan unit asuhan PLTD
Bontoala dan Gardu Induk Transmisi.

5
Pada tahun yang sama PT. PLN Wilayah VIII Sektor Tello mendapat tambahan
1 unit PLTG dengan daya terpasang 14,66 MW. Dengan berkembangnya pembangunan di
Kota Makassar, serta sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat,
PLN mendapat tambahan beberapa pembangkit yaitu:
1. Tahun 1982 dibangun 2 unit PLTG Alston dengan daya terpasang 21,35 MW.
2. Tahun 1984 dibangun 2 unit PLTD Mitsubishi dengan daya terpasang 2 x 12,6
MW.
3. Tahun 1989 dibagun 2 unit PLTD SWD dengan daya terpasang 2 x 12,4 MW.
4. Tahun 1997 dibangun 2 unit PLTG GE dengan daya 2 x 33,4 MW.
Untuk menyalurkan saluran energi dan pembangkit-pembangkit yang berada di lingkungan
kerja PT. PLN Makassar kepada pelanggan, serta untuk menunjang dan mengantisipasi
peningkatan beban pada daerah-daerah baru, maka tahap pertama sejak tahun 1969 dibangun
saluran transmisi sistem tegangan 30 KV dan Gardu Induk (Tello, Bontoala, Kalukuang,
Sungguminasa, Parangloe, Mandai, dan Tonasa I). Selanjutnya di bangun saluran transmisi
sistem tegangan 70 KV dan sistem tegangan 150 KV dan Gardu Induk (Pangkep, Tonasa II,
Daya, Tello, dan Tello Lama) serta perluasan Gardu Induk Existing.

Adapun Visi dan Misi PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Tello Makassar sebagai
berikut :
Visi PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Tello Makassar :
a. Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumpu kembuh kembang, unggul
dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani.
b. Menjadi unit pembangkitan yang andal, efesien dan berwawasan lingkungan.
Misi PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Tello Makassar :
a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lainnya yang terkait, berorientasi
kepada pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.
b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat.
c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.

6
d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
e. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia.
f. Melaksanakan pemeliharan yang berorientasi kepada “On Condition Base
Maintenance” serta selalu mengikuti dan memperlihatkan buku petunjuk pabrik
dan pengalaman operasi.
g. Memantau dan mengendalikan secara terus menerus pengaruh operasi
pembangkitan terhadap mutu.
h. Kecelakaan nihil.

B. Temuan
Sebagai penunjang kegiatan Praktek kerja lapangan ini, adapun temuan baik positif
maupun negatif berdasarkan analisis kami melalui video yang telah diberikan di PT. PLN
UPDK TELLO MAKASSAR berikut temuan yang kami dapatkan :
1. Temuan positif
a. Riksa uji ketel uap dan bejana Tekan yang berada di dalam ruangan bersih, dan
Riksa Uji PAA , PTP, Ketel Uap dan Bejana Tekan dilakukan secara rutin
untuk mengetahuai Kelayakan operasi, tebal,keretakan, dan kelayakanya
b. Operator di PT.PLN UPDK Tello Makassar telah memiliki SIO
c. PAA & PTP sudah memiliki SILO ( namun tidak dapat ditunjukkan)
d. PT.PLN UPDK Tello Makassar telah menyediakan APD Khusus dalam ruang
mesin untuk digunakan tenaga kerja
e. Terdapat petunjuk/prosedur penggunaan alat sesuai SOP

2. Temuan negatif
a. Peletakan Electric forklift yang tidak tepat saat tidak digunakan .
b. Pelatakan peralatan yang tidak terpakai tidak baik
c. Area dan pompa yang berada diluar ruangan berdebu
.

7
BAB III

ANALISA (dibandingkan dengan peraturan perundang-undangan)

A. Analisa Temuan Positif


Saran/Rekome Dasar hukum
No Foto Temuan Analisis
ndasi
1. Riksa uji Perawatan alat Sudah sangat Riksa Uji Boiler yang dimaksud dalam
ketel uap dan sangat di baik dan tatap Permenaker no. 37 tahun 2016 (Bab VIII
bejana yang perhatikan dalam menjaga Pasal70) ”merupakan kegiatan pemeriksaan
berada di segi kebersihan keawetan alat dan semua tindakan pengetesan kemampuan
dalam agar tidak mudah terutama dalam operasi, bahan, dan konstruksi Bejana
ruangan karatan kebersihannya Tekanan untuk memastikan terpenuhinya
bersih. . ketentuan peraturan perundang-undangan
dan/atau standar yang berlaku yang dilakukan
pertama, berkala, khusus dan pengulangan”.

8
Operator Dengan adanya Sudah baik dan  SIO yang dimaksud sesuai dengan
2. Gantry Crane SIO memastikan tetap permenakertrans No.8 Tahun 2020 Pasal
dan Overhead bahwa operator dipertahankan 148 (huruf f) “syarat dan klasifikasi untuk
Crane sudah yang sesuai dengan operator kelas III salah satu memiliki
memiliki SIO mengoperasikan yang lisensi“
overhade crane diamanatkan
dan gantry crane oleh undang
sudah memenuhi undang
standar/terferifik
asi berdasarkan
Peraturan yang
berlaku

9
3. PAA & PTP Adanya SILO Sudah baik,  Permenaker 08 Tahun 2020 pasal 5 ayat
sudah pada PAA & PTP namun tetap 4
memiliki memastikan harus “Pemeliharaan dan perawatan pesawat
SILO kondisi alat aman mengontrol angkat dan angkut sebagaiman di maksud
(namun tidak dan layak untuk kondisi alat dalam pasal 4 harus
dapat digunakan sebelum - sesuai prosedur pemeliharaan dan
ditunjukkan) digunakan, perawatan
selain itu juga - dilakukan secara berkala
selalu - sesuai dengan buku manual yang
melakukan diterbitkan oleh pabrik pembuat dan
riksa uji atau standar yang berlaku
sebagaimana - dapat memastikan bagian utama yang
yang telah menerima beban dan perlengkapan
ditetapkan berfungsi secara aman
dalam  Kepdirjen 185 Thn 2019, (Hal. 112-
peraturan 117 huruf k) “tentang kelayakan
perundangan operasi pesawat angkat dan angkut”
untuk selalu
mengetahui
kondisi
kelayakan alat

1
dalam
beroprasi.

4. PT.PLN UPDK Sudah bagus,  UU No.1 tahun 1970 Pasal 14 “Pengurus


Tello Makassar namun lebih Wajib menyediakan secara Cuma-Cuma
PT. PLN
telah menyediakan ditingkatkan lagi semua alat perlindungan diri yang diwajibkan
Tello telah
pada tenaga kerja dibawah pimpinannya”
menyediaka APD Khusus karena
 UU No. 13 tahun 2003 Pasal 86 “Setiap
n APD dalam ruang adanya
pekerja/buruh mempunyai hak untuk
mesin untuk barang-barang
memperoleh perlindungan atas keselamatan
digunakan tenaga Pekerja masih
dan kesehatan kerja”
kerja ada yang tidak
 Permenakertrans No. 8 tahun 2010 Pasal 2,
di rapikan
tentang alat pelindung diri “pengusaha /
sekitar tempat
pengurus wajib menyediakan APD bagi
APD
seluruh pekerja/buruh di tempat kerja”.

1
5. Terdapat Terdapat petunjuk Sudah Baik dan Permenaker Nomor 5 Tahun 2017 Tentang
petunjuk/pro SOP tetapdipertahan Standar Operasional Prosedur Pasal 4
sedur guna memberikan kan dan selalu (huruf a-o) tentang Manfaat Standar
penggunaan informasi terkait berikan edukasi Operasional Prosedur (SOP) “mengurangi
alat sesuai dengan penerapan tentang bahaya tingkat kesalahan dan kelalaian yang
SOP norma K3 pada kerja apa bila mungkin dilakukan oleh seorang pegawai
area lingkungan bekerja tidak dalam
kerja dan potensi sesuai dengan melaksanakan tugas”
bahaya tinggi SOP
yang dapat
terjadi.

1
B. Analisa Temuan Negatif
No Foto Temuan Analisis Saran/Rekome Dasar hukum
ndasi
1. Peletakan Penempatan Untuk peralatan
Electric forklift peralatan pesawat pesawat angkat  Peraturan mentri Tenagakerja dan
yang tidak angkat dan dan angkut Transmigrasi RI No. Per. 01/MEN/1980,
tepat saat angkut seperti Electric Pasal 6 bahwa “Kebersihan dan kerapihan
tidak seperti Electric forklift diletakan di tempat kerja harus dijaga sehingga
digunakan forklift tidak atau di parkir bahan- bahan yang berserakan, bahan-
pada tempatnya pada tempatnya bahan bangunan, peralatan dan alat-alat
itu merupakan jangan di kerja tidak merintangi dan menimbulkan
tindakan yang letakkan di kecelakaan.
salah sembarang  permenaker no. 8 tahun 2020
tempat karena tentang keselamatan dan kesehatan kerja
dapat beresiko pesawat angkat dan pesawat angkut Pasal
apabila terjadi 69 “Penempatan Pesawat Angkut pada area
keadaan darurat kerja harus:
a. dalam kondisi stabil dan seimbang
untuk menghindari

1
terguling, terjungkal, terjungkit, dan
terperosok; dan
b. memiliki ruang gerak yang cukup dan
bebas dari
rintangan agar tidak membahayakan
orang disekitarnya

Pasal 85 ayat 2 “Forklift pada saat


sedang tidak digunakan hams diletakkan
pada landasan yang rata tanpa ada
kemiringan dengan kondisi rem terkunci
dan garpu sisi terbawah
menempel pada permukaan landasan.
2 Peletakan Sebaiknya Untuk peralatan Peraturan mentri Tenagakerja dan
peralatan yang memperhatikan yang sudah Transmigrasi RI No. Per. 01/MEN/1980,
tidak terpakai kebersihan dan tidak digunakan Pada pasal 6 bahwa “Kebersihan dan
tidak baik kerapihan di sebaiknya kerapihan di tempat kerja harus dijaga
tempat kerja dikembalikan ke sehingga bahan-bahan yang berserakan,
serta menyimpan tempatnya bahan-bahan bangunan, peralatan dan alat-
barang sesuai yang sesuai alat kerja tidak merintangi dan menimbulkan
agar di kecelakaan.

1
dengan mengganggu
peruntukannya atau bahkan
dapat
menyebabkan
kecelakaan bagi
tenaga
kerja
3. Area dan Berpotensi Selalu UUNo.1.Tahun1970tentang Keselamatan
pompa yang Menyebabkan Menerapkan 5R Kerja (Pasal 3 huruf L) “Memelihara
berada diluar Penyakit Akibat sesuai Kebersihan,Kesehatan dan Ketertiban”
ruangan Kerja (PAK) peratuaran yang
Permenaker RI No. 05 Tahun 2018, Tentang
berdebu karena dikeluarkan
K3 Lingkungan Kerja Pasal 1 “ Keselamatan
lingkungan yang perusahaan
dan kesehatan kerja yang selanjutnya
berdebu
disingkat K3 adalah Segala bentuk kegiatan
yang menjamin dan melindungi keselamatan
dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK)”

1
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan kami mengenai K3 Mekanik, Pesawat Angkat


Angkut, K3 Pesawat Uap dan Bejana Tekan di PT PLN (Persero) UPDK Tello
Makassar :

1. Penerapan pengawasan K3 di bidang pesawat mekanik, pesawat angat danangkut,


K3 Pesawat uap dan bejana tekan sudah berjalan dengan baik.Hanya saja
kurangnya peringatan rambu K3 di tempat kerja dan ada yang tak terlihat
2. Berdasarkan pengamatan di lapangan, masih ada beberapa alat atau bahan yang
tidak tersimpan pada tempatnya sesuai ketentuan, Kebersihan dan kerapian namun
sudah lumayan dan perlu di tingkatkan lagi seperti yang kami amati di dalam video
masih ada selang yang tidak disimpan dengan baik.

B. SARAN

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan maka saran yang dapat kami berikan
yaitu mengenai Penataan ulang dalam hal penyimpanan alat yang telah dipakai, agar
tersusun dengan rapi dan beraturan, serta melalukan pengawasan terhadap
penggunaannya dan selalu megutamakan keselamatan

1
BAB V
DAFTAR PUSTAKA/REFERENSI

1. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja


2. Modul K3 umum
3. UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
4. Buku Himpunan Peraturan Perundangan-Undangan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
5. Profil di PT PLN (Persero) UPDK Tello Makassar
6. Dan Video PKL di PT PLN (Persero) UPDK Tello Makassar

You might also like