Professional Documents
Culture Documents
Cakra: Anggilingan
Cakra: Anggilingan
Cakra Cakra
Cakra Manggilingan
Manggilingan Manggilingan
Siklus Kehidupan
dalam Pandangan Manusia Jawa
Siapa sangka dari khasanah seni-budaya berupa Tembang Macapat karya para
pujangga leluhur Jawa yaitu dari Mijil, Sinom, Asmarandana, Kinanthi,
Dhandhanggula, Maskumambang, Durma, Pangkur, Gambuh, Megatruh, Pucung
ternyata mengandung makna kehidupan yang adiluhung. Bukan hanya mengenai
SC
2/
fase-fase kehidupan penting yang dilalui manusia, tetapi juga mengisyaratkan
-0
G
makna dari kelahiran hingga kematian (sangkan paraning dumadi).
/K
ng
hi
lis
Itulah ‘Cakramanggilingan’, siklus kehidupan manusia sebagaimana terurai dalam
ub
lP
Tembang Macapat sejak dilahirkan sampai meninggal dunia. Para pujangga
ita
ig
leluhur orang Jawa memang sangat mengutamakan dan begitu peduli mengenai
D
kebaikan dan kemuliaan dalam menjalankan apa yang disebut dengan memayu
hayuning bawana (melestarikan dan memakmurkan bumi seisinya) yang identik
Wawan S u se tya
dengan Rahmatan lil ‘alamien (rahmat bagi semesta alam).
Cakramanggilingan
Siklus Kehidupan dalam Pandangan Manusia Jawa
SC
2/
-0
G
/K
ng
hi
lis
ub
lP
ita
ig
D
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pen-
ita
Cakramanggilingan
Siklus Kehidupan dalam Pandangan Manusia Jawa
SC
2/
-0
G
/K
Wawan Susetya
ng
hi
lis
ub
lP
ita
ig
D
719081304
ig
D
ISBN: 978-623-00-0666-1
A. Pengantar Penulis:
Penuh Muatan Simbolis; ‘Perjalanan Manusia’ vii
SC
2/
vi
BAGI orang Jawa, tentu, tidak asing lagi dengan sebutan Tembang
hi
lis
ub
I. Tembang Macapat
Dalam khasanah seni-budaya Jawa, Tembang Macapat ini men-
cakup 11 (sebelas) pupuh (tembang) yakni: 1) Mijil, 2) Sinom,
3) Asmarandana, 4) Kinanthi, 5) Dhandhanggula, 6) Masku-
mambang, 7) Durma, 8) Pangkur, 9) Gambuh, 10) Megatruh,
dan 11) Pucung.
viii
dalam ‘alam purwa, madya, wasana’ (dunia awal, kini, dan akhir);
yakni semenjak ada (lahir), kemudian hidup di dunia sampai me
ninggal dunia (mati).
Dan, itulah refleksi dari ‘siklus kehidupan’ atau ‘perjalanan ma-
nusia’ yang direkam dalam Tembang Macapat oleh para Pujangga
Jawa; ibaratnya seperti ‘cakramanggilingan’ (roda berputar dalam
kehidupan manusia).
Para pujangga/leluhur Jawa yang concern terhadap ‘siklus ke-
hidupan’ manusia, barangkali karena diilhami dengan wacana ‘Ulul
Azmi—sebagaimana disebutkan dalam Alquran (Surah Al-Ahzab:
7): “Dan ingatlah ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi
dan engkau sendiri (Muhammad), dari Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa
SC
dari masa kecil atau anak (Nabi Nuh a.s) sampai fase penyempur-
G
/K
ng
yakni dari Nabi Adam a.s hingga Nabi Muhammad saw—pun juga
ita
ig
ix
a. Cucur Bawuk
ub
lP
g. Sampak Manyura
ub
lP
xi
pertengahan manusia.
G
/K
3. Kayon (Gunungan)
Yakni sebagai pusat pakeliran (pedhalangan); yakni meng-
gambarkan sebelum jagad ini diciptakan Tuhan, kemudian
xii
xiii
Penulis,
ita
ig
Wawan Susetya
D
xiv