You are on page 1of 11

JURNAL HUTAN LESTARI (2019)

Vol. 7 (1) : 237 – 247

STUDI JENIS BURUNG YANG DIPERDAGANGKAN DI KOTA KETAPANG

(Study of Trade Bird Species In The City of Ketapang)

Juhardiansyah, H. Erianto, H. M. Idham


Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Jalan Imam Bonjol Pontianak 78124
E-mail : Juhardiansyah28@gmail.com

Abstract
This study aims to explore information on the types of birds that are traded, to know the
description of the location of birds originating, to know the status of protected species traded, to
know the locations of shelters and the sale of traded birds, to know the number and prices of
birds traded. This research was conducted in Ketapang City for 10 days effectively in the field,
with the research method in field data collection using snowball sampling technique, namely
determining key respondents to then determine other respondents who also knew the relevant
information from previous respondents. The results of the data obtained at the time of the study
were 267 individuals from 31 species of birds traded. The origin of the traded birds is a specific
natural catch in the Jelai Hulu sub-district, Tumbang Titi sub-district, Kendawangan sub-
district, Sandai sub-district, Laur sub-district, Matan Hilir Selatan sub-district, Matan Hilir
Utara sub-district, Muara Pawan sub-district, and Teluk Batang sub-district and Kayong Utara
regency. There are 11 protected bird species as a whole belonging to 15 tribes (families). Of
these types, they fall into the protected category according to the Indonesian Law. Birds are in
the category of Apendix II CITES and birds are listed in the IUCN Red List category. As for the
research on the trading location there were 10 respondents 2 people in the hunter category and
8 bird shops / traders. while the most types of birds sold per type are Kacer (copshycus
saularis) as many as 50 Tails / Individual, Murai batu (Copsychus malabaricus) and Serindit
(Loriculus galgulus) as many as 44 Tails / Individuals.
Keyword: Bird Species, Bird Trade, Ketapang

PENDAHULUAN ancaman yang serius bagi kelangsungan


Perdagangan satwa liar adalah salah hidup burung di alam karena burung
satu ancaman konservasi utama di Asia yang diperdagangkan berasal dari
Tenggara (Nijman, 2010), dan tangkapan alam dan sedikit burung dari
Indonesia dikenal akan tingginya penangkaran. Burung merupakan hewan
tingkat perdagangan berbagai spesies peliharaan yang paling popular
satwa liar illegal dan tidak dibandingkan hewan lainnya di
berkelanjutan (Shepherd, 2006; Stengel kabupaten Ketapang Provinsi
et.al, 2011; Nellemann et.al, 2014). Kalimantan Barat. Burung sangat
Keragaman yang tinggi jenis burung di diminati masyarakat sebagai hewan
Kalimantan Barat juga ikut terancam peliharaan karena keindahan warna bulu
kepunahan oleh berbagai kegiatan dan suaranya. Burung juga termasuk
manusia seperti perburuan dan salah satu komoditas perdagangan,
penangkapan untuk perdagangan. burung disuplai kebeberapa daerah luar
Perdagangan burung liar menjadi

237
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 237 – 247

kalimanatan barat seperti Semarang, usaha dari berbagai pihak untuk


Surabaya dan Jakarta. menjaga dan melestarikan satwa liar
Berbagai macam alasan yang tersebut. Namun, semua rencana dan
melatar belakangi orang memelihara usaha menyelamatkan burung-burung
dan memperdagangkan burung. liar dari kepunahan tersebut tidak dapat
Maraknya lomba dan kontes burung dikembangkan tanpa studi jenis,
berkicau di Kalimantan Barat, populasi, ancaman dan tindakan
mengakibatkan permintaan terhadap konservasi yang efektif. Studi burung
burung berkicau semakin meningkat yang diperdagangkan di Kota Ketapang
membawa dampak sosial, yang adalah pengumpulan data yang dapat
memiliki nilai ke-unikan tersendiri bagi mengungkapkan kecenderungan yang
para pencinta burung kicau dan dampak signifikan dalam faktor-faktor yang
ekonomi sebagai income masyarakat di menarik akan sangat mendukung dan
berbagai daerah di Kalimantan Barat. penting dalam menilai kecenderungan
Dalam kehidupan sosial dikalangan populasi jangka panjang dan dalam
para pencinta burung kicau, burung menyusun rencana-rencana program
kicau dijadikan sebagai representasi konservasi burung nantinya.
status seseorang dalam masyarakat. Masalah Penelitian
Burung kicau dalam konteks sosial Jenis burung apa saja yang
memiliki pemaknaan atau simbol diperdagangkan, dari mana burung-
terhadap status sosial dan ekonomi burung yang diperdagangkan berasal,
suatu masyarakat khususnya para apa saja jenis burung yang dilindungi,
pencinta dan penggemar burung kicau kemana distribusi burung yang
di Kabupaten Ketapang. Burung kicau diperdagangkan, serta berapa banyak
mampu memberikan pendapatan burung yang diperdagangkan dan
terhadap masyarakat dimana bagaimana potensi nilai ekonomi
penghasilannya tersalurkan pula burung yang diperdagangkan terhadap
terhadap para penjual pakan dan pendapatan.
aksesori seperti sangkar, dan aksesori Tujuan
lainnya. Seiring meningkatnya Adapun tujuan dari penelitian ini
frekuensi lomba-lomba burung kicau adalah untuk mendata perdagangan
yang diselenggarakan di kabupaten burung dengan mengetahui jenis, asal
Ketapang, terkadang pencinta burung usul burung, status perlindungan
kicau juga menghadiri perlombaan dan burung, lokasi – lokasi penampungan
kontes di kabupaten/kota dalam wilayah dan distribusi penjualan burung, serta
Kalimantan Barat. mengetahui jumlah dan harga burung
Banyaknya faktor yang menjadi yang diperdagangkan.
ancaman terhadap keanekaragaman Manfaat
burung tidak boleh dibiarkan oleh Tersedianya informasi mengenai
karena itu dibutuhkan perhatian dan jenis burung yang dipedagangkan,

238
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 237 – 247

adanya gambaran asal usul burung yang Responden tersebut ditujukan langsung
diperdagangkan, tersedianya informasi kepada pedagang burung yang ada di
mengenai status perlindungan jenis kota ketapang yang dianggap dapat
burung yang diperdagangkan, membantu melengkapi data.
tersedianya informasi mengenai lokasi- Data primer merupakan data hasil
lokasi penampungan dan penyebaran pengamatan secara langsung diperoleh
burung yang diperdagangkan, serta di lapangan melalui wawancara dengan
tersedianya informasi jumlah dan harga masyarakat yang terlibat dalam
burung yang diperdagangkan. perdagangan burung yang ada di Kota
METODE PENELITIAN Ketapang yang dipilih sebagai
Penelitian ini dilaksanakan pada responden dengan bantuan kuisioner
tanggal 18 September – 27 September dan survey lapangan. Pengumpulan data
2018 di Kota Ketapang selama 10 Hari primer diperoleh dari lokasi penelitian
di lapangan. Alat dan bahan yang meliputi pencatatan jenis burung dan
digunakan untuk pengambilan data melakukan wawancara kepada pelaku-
dilapangan terdiri dari : Buku pedoman pelaku yang terlibat dalam perdagangan
Bird Of Borneo, Mackinnon SKJB, burung seperti pemburu, penampung
Tape Recorder, Alat Tulis, Kamera dan pedagang burung.
sedangkan bahan yang digunakan Data sekunder berupa kondisi
Kuesioner, untuk responden terpilih, umum lokasi pengambilan data yang
Tally sheet, untuk daftar catatan di diperoleh dari berbagai sumber terkait
lapangan. baik dari instansi, badan atau lembaga
Objek dalam pengambilan data dan literatur selanjutnya dilakukan
adalah: masyarakat yang terlibat identifikasi jenis burung.
langsung dalam kegiatan perdagangan Analisa data yang dilakukan untuk
burung yaitu pemburu, penampung dan menjelaskan data yang diperoleh dari
pedagang burung di Kota Ketapang, lapangan dilakukan 2 tahap yaitu :
burung yang dimanfaatkan untuk Metode Deskriptif
diperjual belikan. Pengambilan data di Metode Deskriptif merupakan
lapangan penelitian ini bersifat metode dalam meneliti status
deskriptif kualitatif dengan sekelompok manusia, suatu objek, suatu
menggunakan teknik snowball sampling set kondisi, suatu sistem pemikiran
(Bernard, 2002), dengan cara ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
menentukan responden kunci untuk sekarang. Tujuan dari penelitian
kemudian menentukan responden lain deskriptif ini adalah untuk membuat
yang juga mengetahui informasi terkait deskripsi, faktual dan akurat mengenai
dari responden sebelumnya. Maksud fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
dari responden kunci adalah orang yang antar fenomena yang diselidiki terhadap
memiliki pengetahuan luas mengenai pemanfaatan jenis burung (Nazir, 1998).
kegiatan perdagangan burung. Pendekatan kualitatif dalam penelitian

239
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 237 – 247

ini dimaksudkan untuk menghasilkan spesies menurut tata di Indonesia


data deskriptif berupa ucapan atau mengacu pada (A, UU No. 5/1990
tulisan dan perilaku yang dapat diamati tentang Konservasi Sumber Daya Alam
dari subjek itu sendiri, data tersebut Hayati dan Ekosistemnya; B, No. P. 106
kemudian dianalisis (Maleong, 2010). / MENLHK / SETJEN/KUM.1 / 12 /
Status Perlindungan 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan
Status perlindungan adalah Satwa yang Dilindungi.
mengelompokan jenis burung dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
status keterancaman menurut IUCN Karaktristik Masyarakat
(International Union For the Berdasarkan metode yang
Conservation of Nature and Natural digunakan, jumlah responden yang
Resources), Status perlindungan dapat diwawancara adalah sebanyak 10
berdasarkan Peraturan Perdagangan responden. Tabel 1 di bawah ini
Internasional menurut CITES, Status menggambarkan bahwa tingkat
Perlindungan dalam Hukum Negara pendidikan resonden tergolong rendah.
Republik Indonesia ditekankan pada Frekuensi dan persentase disajikan pada
perlindungan terhadap spesies burung tabel 1 di bawah ini.
tersebut. Untuk status perlindungan
Tabel 1. Karakteristik Menurut Tingkat Pendidikan dan Umur Responden
(Characteristics by Respondents' Education and Age Levels)
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase % Umur
1. Tidak Tamat - -
2. SD 5 50 29-46
3. SMP 1 10 28
4. SLTA 2 20 25-45
5. Perguruan Tinggi 2 20 27-42
Total 10 100
Berdasarkan tabel 1 yang disajikan menunjukan bahwa 10 responden
diatas tercatat dari 10 responden semuanya menunjukan informasi yang banyak
pernah mengecap bangku pendidikan. diperoleh dari responden kisaran usianya
Responden yang menunjukan persentase antara 29 tahun - 46 tahun dengan
tinggi pada kategori SD yaitu 50 %, persentase tinggi 50 %.
sedangkan persentase 10 % responden Tingkat Perburuan Burung Di Kota
kategori SMP. Persentase responden Ketapang
kategori SLTA yaitu 20 %, pada tingkat Beragamnya permintaan burung di
pendidikan Perguruan Tinggi menunjukan pasar dengan berbagai macam alasan
persentase 20 %. untuk dimanfaatkan melibatkan beberapa
Dilihat dari tingkatan umur responden pelaku diantaranya adalah pemburu dan
tersebut dapat dikatakan bahwa responden pedagang yaitu pelaku yang menjebak
secara umum tergolong sudah atau menangkap burung di alam untuk
berpengalaman. Tabel 1 diatas dijual belikan. Berdasarkan hasil penelitian

240
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 237 – 247

tingkat perburuan terdapat 2 responden Berburu burung liar di alam


yang melakukan kegiatan perburuan dilakukan secara berkelompok, terdapat 7
burung liar di alam dan 8 responden kelompok dengan jumlah sebanyak 2 - 4
sebagai pedagang burung. pendapatan orang dalam 1 kelompok yang masih aktif
yang diperoleh hasil beburu burung liar di dalam melakukan kegiatan berburu.
alam dalam 1 hari sebanyak 2 - 8 ekor Waktu efektif pelaksanaan dalam
untuk semua jenis. Burung yang ditangkap kegiatan berburu biasanya dilakukan pada
merupakan jenis burung yang diminati saat musim berbuah, musim kemarau dan
dari kicauanya dan memiliki nilai ekonomi musim kawin karena burung mudah
yang tinggi beberapa diantaranya adalah ditangkap. Adapun waktu yang diperlukan
jenis kacer (Copsychus saularis musicus) untuk berburu sebanyak 2 - 3 kali dalam 1
Rp. 150.000/ekor, murai batu (Copsychus minggu selama minimal 2 hari dilapangan
malabaricus) Rp. 300.000/ekor, serindit pada saat 1 kali turun berburu. Adapun alat
(Loriculus galgulus) Rp. 20.000 - Rp. - alat perburuan yang digunakan oleh
50.000/ekor, kapas tembak (Criniger bres) masyarakat adalah sebagai berikut :
Rp. 100.000/ekor, pentet (Lanius schach a. Misnet atau Jala kabut (jaring)
bentet) Rp. 80.000 - Rp. 100.000, cucak b. Tongkat sepanjang ± 20 meter
hijau (Chloropsis sonnerati) Rp. c. Jerat
300.000/ekor, jalak (Acridotheres d. Lem perekat
javanicus) Rp. 50.000/ekor, celilin e. Pulut
(Platylophus galericulatus) Rp. f. Getah karet
500.000/ekor serta kolibri (Anthreptes g. HP/recorder
malacensis dan Anthreptes singalensis) Dalam melakukan perburuan di
Rp. 50.000/ekor. Diketahui hasil dari lapangan terdapat beberapa cara dalam
wawancara terhadap responden pelaku melaksanakan perburuan yaitu sebagai
perburuan burung liar diperoleh gambaran berikut :
lokasi perburuan yang menyatakan bahwa a. Memasang jerat dengan
daerah asal tangkapan dan perkiraan jarak menggunakan bambu dan tali rapia
daerah asal penangkap yaitu Kecamatan digunakan untuk jenis burung yang
Matan Hilir Selatan Desa Pesaguan aktif di lantai hutan. Jerat dipasang
(sungai kepuluk dan sungai tapah ± 5 km), dengan sengaja pada lokasi yang
Kecamatan Muara Pawan Desa Tanjung sering didatangi oleh burung, jerat
Pasar dan Desa Ulak Medang ± 50 km digunakan untuk menangkap organ
dengan jarak tempuh ± 1 jam, Kecamatan kaki pada saat burung menginjak
Matan Hilir Utara Desa Sungai Putri ± 40 “dudukan”, kait terlepas dari tempat
km, Kecamatan Sandai ± 140 km, dan kait sehingga tali mengikat kaki.
Kecamatan Sungai Laur (Perbukitan Batu b. Jebakan menggunakan lem perekat,
Daya ± 200 km). Sebaran lokasi asal pulut dan getah karet adalah jebakan
tangkapan burung liar dapat dilihat pada memungkinkan burung yang
lampiran 1. tertangkap tidak akan mati. Lem

241
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 237 – 247

perekat, pulut dan getah karet dengan burung sasaran, dan jarak antara
dioleskan pada ranting kayu, jerat satu ke jerat yang lain dapat
kemudian ranting tersebut diletakan terjangkau oleh pemburu.
dekat genangan air sehingga saat Tingkat perdagangan burung Di Kota
burung hendak minum bulu akan Ketapang
menempel atau dengan meletakan Pada Kota Ketapang penelitian
ranting pada umpan yang telah terdapat 8 toko burung tersebar di
disediakan. Jebakan ini juga dapat beberapa tempat penjualan, jumlah ini
dipancing dengan menggunakan HP termasuk pedagang yang menjual pakan
recorder untuk menarik datangnya dan aksesories sarana prasarana
burung. pemeliharaan burung (sangkar, pakan,
c. Memasang misnet atau jala kabut obat, vitamin, dan lainnya), tempat
biasanya terbuat dari pukat nilon, penjualan seperti toko, kios di pinggiran
jaring sepanjang 2 - 3 meter dengan jalan. Jenis burung yang diperoleh dari
tinggi 1,5 meter dipasang dan hasil penelitian toko burung di Kota
dibentangkan pada lokasi yang sering Ketapang sangatlah beragam. Tercatat
dilewati burung, ketika burung sebanyak 31 jenis burung yang bervariasi
melewati jaring, tubuhnya tergulung harga penjualannya, dapat dilihat pada
ke dalam jaring tersebut. tabel 2. Toko yang paling banyak menjual
d. Dengan cara ditangkap hidup dalam burung adalah toko burung Ucok sebanyak
sarang untuk mengambil anakan 98 ekor, toko burung Portugal sebanyak
Banyaknya jumlah jebakan dalam 62 ekor, toko Amad 57 ekor, toko Sera 22
sekali pasang ditentukan oleh frekuensi ekor, toko Iman 12 ekor, dan toko burung
satwa yang sering dijumpai. Semakin penjualan yang terkecil adalah toko
banyak perjumpaan, pemasangan jebakan Rumah Jangkrik yaitu 8 ekor, toko burung
atau perangkap semakin meningkat. Bintang Aquarium 5 ekor, toko burung
Pemilihan lokasi pemasangan jerat sesuai Phoenix Aquarium 3 ekor.

242
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 237 – 247

Tabel 2. Total Jenis Burung Yang Diperdagangkan Di Kota Ketapang (Total Bird
Type Traded in Ketapang City)
Jenis Harga Rata-rata
No Jumlah
Nama Ilmiah Nama Lokal (Rp)
1. Acridotheres javanicus Jalak 4 50.000
2. Acridotheres tristis Jalak nias 3 700.000
3. Agapornis sp Love bird 10 1.100.000
4. Anthreptes malacensis Kolibri 1 100.000
5. Aplonis panayensis Perling 1 90.000
6. Chalcoparia singalensis Kolibri 5 50.000
7. Chloropsis sonnerati Cucak hijau 8 500.000
8. Columba domestica Merpati 10 100.000
9. Copsychus malabaricus Murai batu 44 200.000
10. Copsychus saularis musicus Kacer 50 1.320.000
11. Criniger bres Kapas tembak 15 400.000
12. Dendrocopus canicapillus Pelatuk 1 50.000
13. Dinopium javanense Pelatuk bawang 1 200.000
14. Ixos malaccensis Siri-siri 1 200.000
15. Lanius schach bentet Pentet 13 650.000
16. Loriculus galgulus Serindit 44 920.000
17. Melopsittacus undulates Parkit 2 150.000
18. Padda oryzivora Glatik 1 50.000
19. Parus major Glatik 5 250.000
20. Phaenicophaeus sumatranus Kadalan saweh 1 400.000
21. Platylophus galericulatus Celilin 2 1.375.000
22. Prinia familiaris Ciblek 3 650.000
23. Pycnonotus aurigaster Kutilang 3 50.000
24. Pycnonotus goiavier Merbah cerukcuk 1 50.000
25. Pycnonotus zeylanicus Cucak rowo 1 7.000.000
26. Serinus canaria Kenari 17 2.600.000
27. Geopelia Striata Perkutut 5 200.000
28. Streptopelia dusumieri Putar 6 50.000
29. Sturnus contra Jalak suren 2 1.000.000
30. Sturnus philippensis Kepodang 1 1.000.000
31. Zosterops everetti Pleci 6 350.000
Total 267 21.805.000
Dari tabel diatas, dapat diketahui populasi burung di alam. Diketahui dari
hasil dari penelitian toko burung di hasil penelitian terdapat 3 jenis dengan
Kota Ketapang yaitu jumlah individu jumlah pengambilan terbesar dari alam
267 dari 31 jenis burung dengan total yang paling banyak diperdagangkan
harga rata-rata Rp. 21.805.000. yaitu jenis kacer (Copsychus saularis)
Sebagian besar jenis burung ini sebanyak 50 ekor/individu, murai batu
merupakan tangkapan alam daerah asal (Copsychus malabaricus) dan serindit
Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. (Loriculus galgulus) sebanyak 44
Hal ini dikarenakan tingginya aktivitas ekor/individu. Keadaan ini
perburuan burung liar di alam untuk mengungkapkan kenyataan bahwa
memenuhi permintaan konsumen. ketiga jenis ini telah menjadi komoditas
Perburuan dan perdagangan burung ekonomi dengan permintaan pasar yang
merupakan masalah utama yang dapat kuat, setidaknya untuk kebutuhan lokal.
mengancam keberadaan jenis maupun Hampir semua jenis yang

243
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 237 – 247

diperdagangkan adalah jenis yang of Nature and Natural Resources) dapat


dinikmati suara kicauanya. Jenis dengan dilihat pada tabel 3.
tingkat terkecil yang diperdagangkan Menurut UU No. 5/1990, No. P.
dengan harga yang paling tinggi adalah 106 / MENLHK / SETJEN/KUM.1 / 12
cucak rowo (Pycnonotus zeylanicus) / 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan
dengan harga Rp. 7.000.000/ekor. Satwa yang Dilindungi, terdapat 3 jenis
Variasi dan kisaran harga jenis burung burung termasuk kedalam jenis
ditentukan oleh pedagang berdasarkan dilindungi yaitu Cucak hijau
karakteristik burung yang bersangkutan. (Chloropsis sonnerati), Serindit
Faktor-faktor yang sangat berpengaruh (Loriculus galgulus), Celilin
pada jenis burung adalah keindahan (Platylophus galericulatus). Selanjutnya
suaranya, keindahan warna bulunya, 3 jenis burung termasuk dalam status
dan jenis kelaminnya. Kelebihan jenis perlindungan menurut CITES yaitu
burung tertentu untuk faktor-faktor mengelompokan kategori-kategori jenis
diatas merupakan sesuatu yang dapat dalam appendix 2 (jenis yang statusnya
memuaskan masyarakat (konsumen) belum terancam tetapi akan terancam
dalam memeliharanya. Di samping itu, punah apabila diekploitasi berlebihan)
jenis cucak rowo (Pycnonotus yaitu Serindit (Loriculus galgulus),
zeylanicus) juga sudah semakin sulit Glatik (Padda oryzivora), Cucak rowo
ditemukan dialam bebas. Kondisi ini (Pycnonotus zeylanicus). Staus
ditemukan hanya 1 ekor di toko. Hal ini keterancaman menurut IUCN terdapat 8
kemungkinan besar disebabkan karena jenis burung diantaranya 4 jenis
tekanan terhadap jenis dan poulasinya berstatus VU = Vulnerable (terancam)
akibat perburuan yang tidak terkendali yaitu Jalak (Acridotheres javanicus),
di habitat aslinya. Cucak hijau (Chloropsis sonnerati),
Status Konservasi Burung Glatik (Padda oryzivora), Putar
Berdasarkan dari 31 jenis burung (Streptopelia dusumieri). 3 jenis
yang diperdagangkan di Kota Ketapang, berstatus NT = Near Threatened
secara keseluruhan tergolong kedalam (mendekati terancam) yaitu, Siri-siri
15 suku (family). Diantaranya 9 jenis (Ixos malaccensis), Kadalan saweh
burung termasuk dalam kategori (Phaenicophaeus sumatranus), Celilin
dilindungi menurut Undang-undang, (Platylophus galericulatus) dan 1 Jenis
CITES (Convention on International yang berstatus EN = Endangered
Trade of Endangered Species of Wild (terancam punah) yaitu Cucak rowo
Fauna and Flora), dan IUCN (Pycnonotus zeylanicus).
(International Union for Conservation

244
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 237 – 247

Tabel 3. Jenis Burung Yang Di Perdagangkan Berdasarkan Suku (Family) dan


Status Konservasinya di Kota Ketapang (Trade Bird Species Based On
Taxonomy family and Conservation Status)
Jenis Status Konservasi Keterangan
No Family 1
Nama Ilmiah Nama Lokal IUCN 2CITES 3PP Liar Ternak

1 Chloropseidae Acridotheres javanicus Jalak VU 


2 Cisticolidae Acridotheres tristis Jalak nias 
3 Columbidae Agapornis sp Love bird 
4 Columbidae Anthreptes malacensis Kolibri 
5 Columbidae Aplonis panayensis Perling 
6 Cuculidae Anthreptes singalensis Kolibri 
7 Estrildidae Chloropsis sonnerati Cucak hijau VU AB 
8 Fringillidae Columba domestica Merpati 
9 Laniidae Copsychus malabaricus Murai batu 
Muscicapidae Copsychus saularis Kacer 
10
musicus
11 Muscicapidae Criniger bres Kapas tembak 
Nectariniidae Dendrocopus Pelatuk 
12
canicapillus
13 Nectariniidae Dinopium javanense Pelatuk bawang 
14 Paridae Ixos malaccensis Siri-siri NT 
15 Picidae Lanius schach bentet Pentet 
16 Picidae Loriculus galgulus Serindit II AB 
17 Platylophidae Melopsittacus undulates Parkit 
18 Psittacidae Padda oryzivora Glatik VU II 
19 Psittacidae Parus major Glatik 
Psittacidae Phaenicophaeus Kadalan saweh NT 
20
sumatranus
Pycnonotidae Platylophus Celilin NT AB 
21
galericulatus
22 Pycnonotidae Prinia familiaris Ciblek 
23 Pycnonotidae Pycnonotus aurigaster Kutilang 
24 Pycnonotidae Pycnonotus goiavier Merbah cerukcuk 
25 Pycnonotidae Pycnonotus zeylanicus Cucak rowo EN II 
26 Sturnidae Serinus canaria Kenari 
27 Sturnidae Geopelia Striata Perkutut 
28 Sturnidae Streptopelia dusumieri Putar VU 
29 Sturnidae Sturnus contra Jalak suren 
Sturnidae Sturnus philippensis Kepodang/Jalak 
30
Filipina
31 Zosteropidae Zosterops everetti Pleci 
Total 8 3 3 24 7
Keterangan:
1
IUCN Redlist Database (International Union Conservation of Nature and Natural Resources);
2
CITES (Convention on International Trade of Endangered Wildlife Flora and Fauna);
3
PP (Peraturan Pemerintah (A, UU No. 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya; B, No. P. 106 / MENLHK / SETJEN/KUM.1 / 12 / 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan
Satwa yang Dilindungi.
Kesimpulan (family), terdapat 11 jenis yang
Diketahui jenis burung yang dilindungi. Diantaranya 3 jenis burung
diperdagangkan di Kota Ketapang termasuk dalam kategori dilindungi
terdapat 267 individu dari 31 jenis menurut Undang-undang, 3 jenis
burung. Tergolong kedalam 15 suku burung dikatagori CITES (Convention

245
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 237 – 247

on International Trade of Endangered Crisis-Threaats to sustainable


Species of Wild Fauna and Flora), dan Development from Illegal
8 jenis dikatagori IUCN (International Exploitation and Trade in Wildlife
and Forest Resources. A UNEP
Union for Conservation of Nature and
Rapid Response Assessment.
Natural Resources). United Nations Environment
Saran Programmme and GRID-Arendal,
Diperlukan penelitian burung Nairobi and Arendal.
lanjutan secara rutin untuk melakukan Nijman, V. 2010. An overview of
pemantauan burung liar yang international wildlife trade from
diperdagangkan baik di Kota Ketapang Southeast Asia. Biodiversity and
Kalimantan Barat maupun lokasi Conservation 19(4): 1101-1114.
lainnya, sehingga data dan informasi Nijman, V., Shepherd, C.R., Mumpuni
burung-burung yang diperdagangkan and Sanders, K. L,. 2012. Over-
dapat diketahui. Perlu adanya upaya exploitation and illegal trade of
untuk melestarikan populasi burung liar retiles in Indonesia.
di alam dengan melakukan peningkatan Herpetological Journal 22:83-89.
kesadaran masyarakat, pembatasan P. 106 / MENLHK / SETJEN/KUM.1 /
perburuan dan pelarangan terhadap 12 / 2018 tentang Jenis Tumbuhan
burung yang populasinya sedang kritis dan Satwa yang Dilindungi
atau terancam jumlahnya. Perhatian PP No. 7/1999. Pengawetan Jenis
untuk menjamin kelestarian satwa liar Tumbuhan dan Satwa. Jakarta.
burung dengan usaha penangkaran. PP No. 8/1999. Pemanfaatan Jenis
Daftar Pustaka Tumbuhan dan Satwa Liar.
Bernad, H. 2002. Research Methods in Jakarta.
Antropology: Qualitative and Shepherd, C.R 2006. The bird trade in
Quantitative Methods, Third Medan, North Sumatra: an
edition, Altamitra Press, Walnut overview. BirdingASIA 5:16-24.
Creek, California.
Stengel, C.J., Shepherd, C.R. and
Maleong, L, J. 2010. Metode Penelitian Caillabet, O.S. 2011. The trade in
Kualitatif. Remaja Rosdakarya, tortoise and freshwater turtle in
Bandung. jakarta, Indonesia revisited.
Nazir, Moh, 1988. Problematika TRAFFIC Southeast Asia,
Penulisan Cerita Rakyat. Jakarta. Petaling Jaya, Selangor, Malaysia.
Balai Pustaka, hal. 295. UU No. 5/1990 tentang Konservasi
Nellemann, C., Henriksen, R., Raxter, Sumber Daya Alam Hayati dan
P., Ash, N. and Mrema, E (Eds). Ekosistemnya. Jakatra.
(2014). The Environmental Crime

246
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 237 – 247

Lampiran I. Sebaran lokasi asal tangkapan burung liar di kabupaten ketapang


(Distribution of locations for Trap wild birds in Ketapang District)

247

You might also like