You are on page 1of 15

Volume 7, Nomor 1, April 2023 ISSN 2623-1581 (Online)

ISSN 2623-1573 (Print)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU


PENCEGAHAN PENYAKIT FILARIASIS PADA MASYARAKAT
DI DESA LEUBOK BUNI KECAMATAN KUTA MALAKA
KABUPATEN ACEH BESAR

Ipah Riani1, Farrah Fahdhienie2, Vera Nazhira Arifin3


Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Aceh
Ipahriani61@gmail.com1, farrah.fahdhienie@unmuha.ac.id2

ABSTRACT
Generally, filariasis is not commonly found because it has the opportunity to spread over a period of
years, but if the community is still negligent in implementing preventive behavior as early as possible,
it is not impossible that filariasis will become a common disease to be found and not rare anymore if
the community and government are not serious in handling it. This study aims to determine the factors
associated with filariasis prevention behavior in the community in Leubok Buni Village. This study used
descriptive analytic method with cross sectional approach. Respondents in this study were 59
respondents from 59 households. Data collection using questionnaires through interviews. Univariate
and bivariate analysis using chi square test with STATA 12 computer program. The results of univariate
analysis showed that 55.93% of respondents lacked filariasis prevention behavior, and were in a poor
environment of 72.88%, 62.71% of respondents had good knowledge, 93.22% of health workers played
a role, 52.54% of community leaders played a role. The results of bivariate analysis showed that there
was a relationship between environment (p-value = 0.020), Gender (p-value = 0.000), Age (p-value =
0.004), Education (0.009), and knowledge (p-value = 0.002) with filariasis prevention behavior, while
work (p-value = 0. 716), the role of health workers (p-value = 0.426) and the role of community leaders
(p-value = 0.482) there is no significant relationship with filariasis prevention behavior in the
community in Leubok Buni Village, Kuta Malaka District, Aceh Besar Regency in 2022. From the
results of the study, it was concluded that factors such as environment, gender, age, education and
knowledge were factors associated with filariasis prevention behavior.

Keywords : Filariasis, Environment, Knowledge, Preventive Behavior

ABSTRAK
Umumnya, penyakit filariasis tidak banyak dijumpai karena berpeluang menular dalam jangka waktu
bertahun-tahun, namun jika masyarakat masih abai dalam menerapkan perilaku pencegahan sedini
mungkin, maka bukan tidak mungkin filariasis akan menjadi penyakit yang lumrah untuk dijumpai dan
tidak langka lagi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
perilaku pencegahan penyakit filariasis pada masyarakat di Desa Leubok Buni. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Responden di dalam
penelitian ini sebanyak 59 responden dari 59 KK. Pengumpulan data menggunakan kuesioner melalui
wawancara. Analisis univariat dan bivariat menggunakan uji chi square dengan program computer
STATA 12. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa 55.93% responden kurang berperilaku
pencegahan filariasis, dan berada di lingkungan yang kurang baik sebesar 72.88%, 62.71% responden
memilki pengetahuan yang baik, 93.22% petugas kesehatan berperan, 52.54% tokoh masyarakat
berperan. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara lingkungan (p-value =
0.020), Jenis Kelamin (p-value = 0.000), Umur (p-value = 0.004), Pendidikan (0.009), dan pengetahuan
(p-value = 0.002) dengan perilaku pencegahan filariasis, sedangkan pekerjaan (p-value = 0.716), peran
petugas kesehatan (p-value = 0.426) dan peran tokoh masyarakat (p-value = 0.482) tidak ada hubungan
yang signifikan dengan perilaku pencegahan filariasis pada masyarakat di Desa Leubok Buni
Kecamatan Kuta Malaka Kabupaten Aceh Besar tahun 2022. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan
bahwa faktor seperti lingkungan, jenis kelamin, umur, pendidikan dan pengehatuan menjadi faktor yang
berhubungan terhadap perilaku pencegahan filariasis.

Kata Kunci: Filariasis, Lingkungan, Pengetahuan, Perilaku Pencegahan

PREPOTIF : Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 981


Volume 7, Nomor 1, April 2023 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
PENDAHULUAN negara di seluruh dunia yang ditetapkan
negara endemis filariasis, dan menjadi satu-
Filariasis merupakan salah satu satunya negara yang ditemukannya tiga
penyakit menular yang sampai saat ini masih spesies cacing filaria pada manusia yaitu:
menjadi permasalahan kesehatan bagi wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan
masyarakat di Indonesia, dibuktikan dengan Brugia timori (Kemenkes RI, 2012).
tersebarnya kasus di sebagian besar wilayah Data dari Kemenkes tahun 2018,
yang ada di Indonesia. Filariasis adalah terdapat 10.681 kasus filariasis yang
penyakit menular dalam jangka waktu tersebar di berbagai penjuru provinsi yang
menahun yang disebabkan oleh cacing ada di Indonesia. Adanya penurunan kasus
filaria yang menyerang saluran dan kelenjar dari tahun sebelumnya dengan 12.677 kasus
getah bening manusia. filariasis ini bekerja kronis filariasis di Indonesia. Terdapat lima
dengan merusak system limfe yang ada di provinsi tertinggi yang terkonfirmasi kasus
dalam tubuh manusia sehingga kronis filariasis pada tahun 2018 yaitu papua
menyebabkan terjadinya pembengkakan dengan 3.615 kasus, Nusa Tenggara Timur
pada bagian tangan, kaki, glandula 1.542 kasus, Jawa Barat 781 kasus, Papua
mammae, dan scrotum bahkan dapat Barat 622 kasus, dan Aceh 587 kasus
menimbulkan kecacatan permanen serta (Kemenkes RI, 2019).
terbentuknya stigma sosial bagi penderita Data dari Dinkes Aceh tahun 2021 Pada
dan keluarganya (Kemenkes RI, 2019). tahun 2020 terdapat 569 kasus filariasis
Pada umumnya filariasis lebih dikenal yang tersebar di 22 kabupaten/kota di Aceh.
dengan penyakit kaki gajah di negara Terjadi penurunan dari tahun sebelumnya
indonesia, penyakit ini adalah jenis penyakit yaitu dengan 583 kasus. Aceh Utara dengan
tropis yang neglected diseases atau 99 kasus menjadi kabupaten tertinggi kasus
terabaikan dan ditularkan oleh vektor filariasis, pidie dengan 86 kasus, Aceh
nyamuk yang mengandung cacing filaria di Timur dengan 58 kasus, Aceh Besar di
dalam tubuhnya sehingga terjadinya infeksi urutan Ke 4 dengan 53 kasus, sedangkan
pada manusia. infeksi juga bisa dialami dari Banda Aceh menjadi salah satu kabupaten
masa kanak- kanak sehingga menimbulkan dengan 0 kasus filariasis pada tahun 2020.
kerusakan tersembunyi pada sistem limfatik. Data dari Dinkes Aceh Besar pada
Filariasis limfatik merusak sistem limfatik tahun 2021 jumlah total kasus filariasis di
dan dapat menyebabkan pembesaran Aceh Besar sebanyak 43 kasus, angka
abnormal bagian tubuh, menyebabkan rasa tersebut menurun dari tahun sebelumnya
sakit dan kecacatan yang parah(WHO, dengan 54 total Kasus tahun 2020.
2022). Penurunan kasus tersebut disebabkan karena
Filariasis ini mengancam lebih dari 863 terjadinya mortalitas terhadap 11 kasus di
juta orang di 47 negara di dunia dan rentan tahun 2020-2021. Dari total 43 kasus
memerlukan kemoterapi preventif untuk filariasis di Aceh Besar tahun 2021,
menghentikan penyebaran infeksi Puskesmas Kuta Malaka menjadi
parasitnya (WHO, 2022). WHO Puskesmas dengan jumlah kasus tertinggi
mengestimasikan bahwa 1,3 milyar yaitu 7 kasus dan Puskesmas Darul Imarah
penduduk dunia yang bertempat tinggal di menjadi puskesmas ke dua tertinggi dengan
83 negara mempunyai risiko tertular 6 kasus.
filariasis dan 60% kasus terkonfirmasi di Data dari Puskesmas Kuta Malaka Pada
Asia Tenggara. Sebanyak 947 juta tahun 2022 terdapat 7 kasus filariasis, 4
penduduk di 54 negara atau ±13% penduduk kasus tercatat di Desa Leubok Buni dan 3
di seluruh dunia menempati daerah yang kasus (2 kasus terkonfirmasi meninggal) di
potensial akan tertular filariasis, sekitar 80% Desa Leubok Batee. Semua penderita
diantaranya adalah Indonesia (Hapsari et al.,
2018). Indonesia termasuk salah satu dari 53

PREPOTIF : Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 982


Volume 7, Nomor 1, April 2023 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
filariasis tersebut mengalami duduk di warung kopi, baik itu urusan
pembengkakan di bagian kaki. pekerjaan, mengerjakan tugas-tugas kuliah
Beberapa hasil penelitian terdahulu ataupun menonton bola sampai larut malam
menjelaskan bahwa terdapat banyak faktor di warung kopi bisa menjadi salah satu
yang berperan dalam penularan filariasis di faktor yang mempengaruhi kejadian
Indonesia. Secara luas meliputi faktor filariasis (Sofia & Nadira, 2020).
sosiodemografi diantaranya umur, jenis Dari permasalahan di atas maka penulis
kelamin pendidikan, faktor kondisi tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang
lingkungan dan PSP (pengetahuan, sikap, berhubungan dengan perilaku pencegahan
dan perilaku). (Annashr & Rahmadi, 2021). penyakit filariasis pada masyarakat di Desa
Perilaku masyarakat sekitar merupakan Leubok Buni Kecamatan Kuta Malaka
salah satu faktor risiko yang tidak bisa Kabupaten Aceh Besar.
dijaukan dari kejadian filariasis. Sebagai
orang terdekat penderita dan orang yang METODE
memiliki pengaruh lebih selain anggota
keluarga, baik dalam segi kesehatan, Penelitian ini menggunakan metode
pendidikan dan perilaku yang terbentuk deskriptif analitik dengan pendekatan cross
pada masa mendatang. Perilaku masyarakat sectional. Penelitian dilakukan Di Desa
dalam menentukan derajat kesehatan Leubok Buni Kecamatan Kuta Malaka
dipengaruhi berbagai faktor, yaitu usia, Kabupaten Aceh Besar Tahun 2022.
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, Penelitian ini dilakukan pada bulan
pengetahuan, sikap, biaya berobat, jarak ke Desember 2022. Populasinya yaitu seluruh
fasilitas kesehatan, dukungan keluarga, dan masyarakat kecuali penderita filariasis
sikap petugas (Iswanto et al., 2017). berjumlah 4 orang yang berada di Desa
Dukungan tokoh masyarakat dan kader Leubok Buni dengan 71 Kartu Keluarga
menjadi salah satu faktor (KK) yang langsung dijadikan sampel.
pendorong/penguat (reinforcing factors) Responden di dalam penelitian ini sebanyak
bagi perilaku masyarakat karena mereka 59 responden dari 59 KK. Perilaku
merupakan kelompok referensi bagi pencegahan filariasis merupakan variabel
masyarakat (Annashr & Rahmadi, 2021). dependen di dalam penelitian ini dan jenis
Dalam penularan suatu penyakit hal kelamin, umur, tingkat pendidikan,
yang tidak bisa diabaikan adalah interaksi pekerjaan, pengetahuan, lingkungan, peran
antara manusia, perilakunya serta komponen tenaga kesehatan, dan peran tokoh
lingkungan disekitar (Ardias et al., 2012). masyarakat sebagai variabel independen.
Perilaku dan kebiasaan manusia dapat Pengumpulan data menggunakan kuesioner
mempermudah penularan filariasis (Arsin, melalui wawancara. Analisis univariat dan
2016). bivariat menggunakan uji chi square dengan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi program computer STATA 12.
yang ada disekitar manusia dan dapat
mempengaruhi perkembangan dan perilaku HASIL
orang atau kelompok. Apabila lingkungan
seseorang baik maka akan mempengaruhi Hasil Analisis Univariat
seseorang untuk berperilaku hidup sehat Tabel 1 di samping menunjukkan
(Sartiwi, 2018). karakteristik responden, dari total 59
Perilaku masyarakat Aceh yang sangat responden, proporsi responden lebih banyak
melekat dan bahkan menjadi suatu berada di dusun jateutap dan lamkuta yaitu
kebiasaan yang tidak bisa dipisahkan dalam 35.69%. Di dalam penelitian ini lebih
kehidupan sehari-hari yaitu kebiasaan banyak responden perempuan dibandingkan
minum kopi tanpa mengenal waktu, laki-laki yaitu 62.71%. Proporsi responden
masyarakat sering keluar malam untuk dengan kategori dewasa (20-49 tahun) lebih

PREPOTIF : Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 983


Volume 7, Nomor 1, April 2023 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
banyak dibandingkan dengan responden Baik 26 44.07
laki-laki 64.41%. Mayoritas responden di Kurang 33 55.93
dalam penelitian ini adalah tamatan Total 59 100.00
SMP/SLTP dengan proporsi 33.90%, Lingkungan Frekuensi %
berstatus sudah kawin 94.92% dan memiliki Baik 16 27.12
Kurang 43 72.88
pekerjaan 86.44%. Total 59 100.0
Jenis Kelamin Frekuensi %
Tabel 1 Karakteristik Responden Laki-Laki 22 37.29
Karakteristik Frekuensi % Perempuan 37 62.71
Responden Total 59 100.00
Dusun Rentang Umur Frekuensi %
Durian 17 28.81
Dewasa (20-49) 38 64.41
Jateutap 21 35.69
Lansia (>50) 21 35.59
Lamkuta 21 35.69
Total 59 100.00
Jenis kelamin
Kategori Pendidikan Frekuensi %
Laki-laki 22 37.29
perempuan 37 62.71 Rendah 36 61.02
Tinggi 23 38.98
Umur
Dewasa (20-49) 38 64.41 Total 59 100.00
Lansia (>50) 21 35.59 Pekerjaan Frekuensi %
Pendidikan Bekerja 51 86.44
Tidak Tamat SD 10 16.95 Tidak Bekerja 8 13.56
Tamat SD 6 10.17 Total 59 100.0
Tamat SMP/SLTP 20 33.90 Pengetahuan Frekuensi %
Tamat SMA/SLTA 15 25.42 Baik 37 62.71
Tamat Perguruan 8 13.56 Kurang 22 37.29
Tinggi Total 59 100.0
Pekerjaan Peran Petugas Frekuensi %
Bekerja 51 86.44 Kesehatan
Tidak Bekerja 8 13.56 Berperan 55 93.22
Status Kawin Tidak Berperan 4 6.78
Kawin 56 94.92 Total 59 100.0
Tidak Kawin 1 5.08 Peran Petugas Frekuensi %
Duda 1 1.69 Kesehatan
Janda 1 1.69 Berperan 55 93.22
Total 59 Tidak Berperan 4 6.78
100.00 Total 59 100.0

Tabel 2 dibawah ini menunjukkan hasil Hasil analisis univariat menunjukkan


analisis univariat, proporsi responden yang untuk jenis kelamin lebih banyak yang
kurang terhadap perilaku pencegahan perempuan yaitu 62.71% dibandingkan
filariasis lebih besar yaitu 55.93% dengan responden laki-laki yaitu 37.29%.
dibandingkan dengan responden yang sudah variabel umur menunjukkan proporsi
baik dalam perilaku pencegahan filariasis responden yang dewasa (20-49 tahun) lebih
yaitu 44.07%. Pada Variabel lingkungan besar yaitu 64.41% dibandingkan dengan
proporsi responden yang berada pada responden lansia (>50 Tahun) yaitu 35.59%.
lingkungan yang kurang baik hanpir 3x lipat variabel tingkat pendidikan menujukkan
lebih besar yaitu 72.88% dibandingkan bahwa proporsi responden yang
dengan responden yang berada pada di berpendidikan rendah lebih banyak yaitu
lingkungan yang baik yaitu 27.12%. 61.02% dibandingkan dengan Proporsi
Tabel 2 Hasil Analisis Univariat responden yang berpendidikan tinggi yaitu
38.98%. Variabel pekerjaan menunjukkan
Variabel Frekuensi % bahwa hampir seluruhnya responden
Perilaku Pencegahan Frekuensi % bekerja dengan proporsi 86.44% dan
Filariasis

PREPOTIF : Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 984


Volume 7, Nomor 1, April 2023 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
mayoritas pekerjaannya yaitu sebagai 52.54% dibandingkan dengan yang tidak
petani, dan lainnya (guru, menjahit, PNS, berperan yaitu 47.49%.
pedagang, pengrajin golok/pisau, sopir dan
tukang) sedangkan proporsi responden yang Hasil Analisis Bivariat
tidak bekerja (IRT) yaitu 13.56%.
Hasil Analisis univariat menunjukkan Hubungan Lingkungan Dengan Peilaku
bahwa proporsi responden yang memilki Pencegahan Filariasis
pengetahuan yang baik lebih besar yaitu Tabel 3 di bawah ini menunjukkan
62.71% dibandingkan dengan responden bahwa proporsi responden yang perilaku
yang pengetahuannya kurang sebesar pencegahannya kurang lebih banyak pada
37.29%. Variabel Peran Petugas kesehatan responden yang berada pada lingkungan
menunjukkan bahwa proporsi responden yang kurang baik yaitu 65.12%
yang menjawab petugas kesehatan berperan dibandingkan dengan yang berada pada
dengan proporsi sebesar 93.22% lingkungan yang baik yaitu 31.25%.
dibandingkan dengan resonden yang Sedangkan proporsi responden yang
menjawab petugas kesehatan tidak berperan perilaku pencegahannya baik lebih banyak
yaitu 6.78%. Variabel Peran Tokoh yang berada pada lingkungan yang baik
Masyarakat menunjukkan bahwa proporsi yaitu 68.75% dibandingkan dengan yang
responden yang menjawab tokoh perilaku pencegahannya kurang yaitu
masyarakat berperan lebih besar yaitu 34.88%.

Tabel 3 Hubungan Lingkungan Dengan Perilaku Pencegahan Filariasis


Perilaku Pencegahan
Lingkungan Filariasis Total
Baik Kurang P Value
N % N %
Baik 11 68.75 5 31.25 16 100
Kurang 15 34.88 28 65.12 43 100 0.020
Total 26 44.07 33 55.98 59 100

Hasil analisis statistic diperoroleh hubungan yang signifikan antara lingkungan


nilai p-value = 0.020 (p < 0.05), berarti dengan perilaku pencegahan filariasis di
hipotesis alternative (Ha) diterima. Maka Desa Leubok Buni Kecamatan Kuta Malaka
dapat disimpulkan bahwa secara statistic ada tahun 2022.

Hubungan Jenis Kelamin Dengan Peilaku Pencegahan Filariasis

Tabel 4 Hubungan Jenis Kelamin Dengan Perilaku Pencegahan Filariasis


Perilaku Pencegahan
Jenis Kelamin Filariasis Total
Baik Kurang P Value

N % N %
Laki-Laki 3 13.64 19 86.36 22 100
Perempuan 23 62.16 14 37.84 37 100 0.000
Total 26 44.07 33 55.93 59 100

Tabel 4 menunjukkan bahwa proporsi proporsi responden yang baik perilaku


responden yang perilaku pencegahannya pencegahannya lebih banyak pada
kurang lebih banyak pada responden laki- responden perempuan yaitu 62.16%
laki yaitu 86.36% dibandingkan dengan dibandingkan laki-laki 13.64%. Hasil
perempuan yaitu 37.84%, sedangkan analisis statistik diperoroleh nilai p-value =

PREPOTIF : Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 985


Volume 7, Nomor 1, April 2023 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
0.000 (p < 0.05), berarti hipotesis alternative perilaku pencegahan filariasis di Desa
(Ha) diterima. Maka dapat disimpulkan Leubok Buni Kecamatan Kuta Malaka tahun
bahwa secara statistic ada hubungan yang 2022.
signifikan antara jenis kelamin dengan

Hubungan Umur Dengan Peilaku Pencegahan Filariasis

Tabel 5 Hubungan Umur Dengan Perilaku Pencegahan Filariasis


Perilaku Pencegahan
Umur Filariasis Total
Baik Kurang P Value
N % N %
Dewasa 22 57.89 16 42.11 38 100
Lansia 4 19.05 17 80.95 21 100
Total 26 44.07 33 55.93 59 100 0.004

Tabel 5 menunjukkan bahwa proporsi 57.89% dibandingkan dengan yang lansia


responden yang kurang terhadap perilaku 19.05%. Hasil analisis statistic diperoroleh
pencegahan filariasis lebih banyak dengan nilai p-value = 0.004 (p < 0.05), berarti
kategori umur lansia (>50 Tahun) yaitu hipotesis alternative (Ha) diterima. Maka
80.95% dibandingkan dengan yang kategori dapat disimpulkan bahwa secara statistik
dewasa (20-49 tahun) 42.11%, sedangkan ada hubungan yang signifikan antara umur
proporsi responden yang baik terhadap dengan perilaku pencegahan filariasis di
perilaku pencegahannya lebih banyak pada Desa Leubok Buni Kecamatan Kuta Malaka
responden dengan kategori dewasa yaitu tahun 2022.

Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Peilaku Pencegahan Filariasis

Tabel 6 Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Perilaku Pencegahan Filariasis


Perilaku Pencegahan
Kategori Pendidikan Filariasis Total
Baik Kurang P Value
N % N %
Rendah 11 30.56 25 69.44 36 100
Tinggi 15 65.22 8 34.78 23 100 0.009
Total 26 44.07 33 55.93 59 100

Tabel 6 menunjukkan bahwa proporsi berpendidika rendah yaitu 30.56%. Hasil


responden yang kurang terhadap perilaku analisis statistic diperoroleh nilai p-value =
pencegahan filariasis lebih banyak pada 0.009 (p < 0.05), berarti hipotesis alternative
responden dengan kategori berpendidikan (Ha) diterima. Maka dapat disimpulkan
rendah yaitu 69.44% dibandingkan dengan bahwa secara statistic ada hubungan yang
yang kategori berpendidikan tinggi yaitu signifikan antara tingkat pendidikan dengan
34.78%, sedangkan proporsi responden perilaku pencegahan filariasis di Desa
yang perilaku pencegahannya baik lebih Leubok Buni Kecamatan Kuta Malaka tahun
banyak yang berpendidikan tinggi yaitu 2022.
65.72% dibandingkan dengan yang

Hubungan Pekerjaan Dengan Peilaku Pencegahan Filariasis

PREPOTIF : Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 986


Volume 7, Nomor 1, April 2023 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
Tabel 7 Hubungan Pekerjaan Dengan Perilaku Pencegahan Filariasis
Perilaku Pencegahan
Filariasis Total
Pekerjaan Baik Kurang P Value
N % N %
Bekerja 22 43.14 29 56.86 51 100
Tidak Bekerja 4 50.00 4 50.00 8 100 0.716
Total 26 44.07 33 55.93 59 100

Tabel 7 menunjukkan bahwa proporsi


responden yang kurang terhadap perilaku Hubungan Pengetahuan Dengan Peilaku
pencegahan filariasis lebih banyak pada Pencegahan Filariasis
responden yang bekerja yaitu 56.86%% Tabel 8 di bawah ini menunjukkan
dibandingkan dengan yang tidak bekerja bahwa proporsi responden yang kurang
yaitu 50.00%, sedangkan proporsi terhadap perilaku pencegahan filariasis
responden yang perilaku pencegahannya lebih banyak pada responden yang
baik lebih banyak yang tidak bekerja yaitu pengetahuannya kurang yaitu 81.82%
50.00%% dibandingkan dengan yang dibandingkan dengan yang
bekerja yaitu 43.14%. Hasil analisis pengetahuannya baik yaitu 40.54%,
statistic diperoroleh nilai p-value = 0.716 (p sedangkan proporsi responden yang
> 0.05), berarti hipotesis alternative (Ha) perilaku pencegahannya baik lebih banyak
ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa yang pengetahuannya baik yaitu 59.46%
secara statistic tidak ada hubungan yang dibandingkan dengan yang
signifikan antara pekerjaan dengan perilaku pengetahuannya kurang yaitu 18.18%.
pencegahan filariasis di Desa Leubok Buni
Kecamatan Kuta Malaka tahun 2022.

Tabel 8 Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Pencegahan Filariasis


Perilaku Pencegahan
Filariasis Total
Pengetahuan Baik Kurang P Value
N % N %
Baik 22 59.46 15 40.54 37 100
Kurang 4 18.18 18 81.82 22 100 0.002
Total 26 44.07 33 55.93 59 100

Hasil analisis statistic diperoroleh nilai hubungan yang signifikan antara


p-value = 0.002 (p < 0.05), berarti hipotesis pengetahuan dengan perilaku pencegahan
alternative (Ha) diterima. Maka dapat filariasis di Desa Leubok Buni Kecamatan
disimpulkan bahwa secara statistic ada Kuta Malaka tahun 2022.

Hubungan Peran Petugas Kesehatan Dengan Peilaku Pencegahan Filariasi

Tabel 9 Hubungan Peran Petugas Kesehatan Dengan Perilaku Pencegahan Filariasis


Perilaku Pencegahan
Peran Petugas Kesehatan Filariasis Total
Baik Kurang P Value
N % N %
Berperan 25 45.45 30 54.55 55 100
Tidak Berperan 1 25.00 3 75.00 4 100 0.426
Total 26 44.07 33 55.93 59 100

PREPOTIF : Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 987


Volume 7, Nomor 1, April 2023 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
Tabel 9 menunjukkan bahwa proporsi dibandingkan dengan yang menjawab
responden yang kurang terhadap perilaku petugas kesehatan tidak berperan yaitu
pencegahan filariasis lebih banyak pada 25.00%. Hasil analisis statistic diperoroleh
responden yang menjawab petugas nilai p-value = 0.426 (p > 0.05), berarti
kesehatan tidak berperan yaitu 75.00% hipotesis alternative (Ha) ditolak. Maka
dibandingkan dengan yang menjawab dapat disimpulkan bahwa secara statistic
berperan yaitu 54.55%, sedangkan proporsi tidak ada hubungan yang signifikan antara
responden yang perilaku pencegahannya Peran petugas kesehatan dengan perilaku
baik lebih banyak yang menjawab petugas pencegahan filariasis di Desa Leubok Buni
kesehatan berperan yaitu 45.45% Kecamatan Kuta Malaka tahun 2022.

Hubungan Peran Tokoh Masyarakat Dengan Peilaku Pencegahan Filariasis

Tabel 10 Hubungan Peran Tokoh Masyarakat Dengan Perilaku Pencegahan Filariasis


Perilaku Pencegahan
Peran Tokoh Filariasis Total
Masyarakat Baik Kurang P Value
N % N %
Berperan 15 48.39 16 51.61 31 100
Tidak Berperan 11 39.29 17 60.71 28 100 0.482
Total 26 44.07 33 55.93 59 100

Tabel 10 menunjukkan bahwa proporsi pelayanan kesehatan dan keturunan.


responden yang kurang terhadap perilaku Diantara keempat faktor tersebut, faktor
pencegahan filariasis lebih banyak pada perilaku masyarakat memiliki pengaruh
responden yang menjawab tokoh besar terhadap pencegahan penyakit
masyarakat tidak berperan yaitu 60.71%% menular termasuk filariasis. Perilaku
dibandingkan dengan yang menjawab tersebut menurut Benyamin (1908)
berperan yaitu 51.61%, sedangkan proporsi mencakup tiga domain, yaitu pengetahuan
responden yang perilaku pencegahannya (knowledge), sikap (attitude), dan tindakan
baik lebih banyak yang menjawab tokoh atau praktik (practice). Kondisi fisik
masyarakat berperan yaitu 48.39% lingkungan tercipta dari perilaku yang
dibandingkan dengan yang menjawab tokoh dipengaruhi dari praktik seseorang,
masyarakat tidak berperan yaitu 39.29%. perubahan perilaku seseorang diikuti
Hasil analisis statistic diperoroleh nilai p- tahapan antara pengetahuan, sikap, dan
value = 0.482 (p > 0.05), berarti hipotesis praktik (Subhi et al., 2022)
alternative (Ha) ditolak. Maka dapat Perilaku pencegahan terhadap filariasis
disimpulkan bahwa secara statistic tidak ada masih kurang dilakukan oleh masyarakat di
hubungan yang signifikan antara Peran Desa Leubok Buni dengan proporsi 44.07%.
tokoh masyarakat dengan perilaku tidak sampai setengah dari responden yang
pencegahan filariasis di Desa Leubok Buni pernah meminum obat kaki gajah yang
Kecamatan Kuta Malaka tahun 2022. diberikan oleh petugas kesehatan, semua
masyarakat mendapatkan obat filariasis
PEMBAHASAN rutin 1 tahun sekali oleh petugas kesehatan,
akan tetapi tidak semua meminumnya,
Perilaku Pencegahan Filariasis dikarenakan masyarakat beranggapan
Masyarakat bahwa setelah meminum obat tersebut ada
Berdasarkan teori Hendrik L. Blum responden yang mengeluh merasakan efek
(1974) dalam Notoatmodjo, terdapat empat samping.
faktor yang mempengaruhi status kesehatan Responden didalam penelitian ini
manusia, yaitu: lingkungan, perilaku, mayoritasnya adalah perempuan, maka dari

PREPOTIF : Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 988


Volume 7, Nomor 1, April 2023 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
itu responden tidak mempunyai kebiasaan Mayoritas responden sudah baik dalam
keluar rumah dimalam hari, lain halnya perilaku membersihkan semak-semak di
dengan laki-laki yang biasanya keluar sekitar rumah, walaupun tidak sepenuhnya
rumah dimalam hari untuk duduk di warung semak-semak itu dapat dihilangkan tapi
kopi atau hal lainnya. pada umumnya masyarakat selalu membersihkan semak
nyamuk mempunyai aktivitas menggigit tersebut dan masih banyak responden yang
pada malam hari seperti Anopheles sp, membiarkan adanya genangan air di sekitar
Culex sp dan Mansonia sp. Hanya sebagian rumah karena memang sawah berada dekat
kecil yang aktif menggigit pada siang hari, dengan rumah responden dan adanya
misal: Aedes aegypti dan Aedes albopictus. genangan air memang tidak bisa untuk
Aktivitas keluar rumah yang tinggi pada dihindari.
malam hari akan membuka peluang yang Mayoritas dari responden di dalam
lebih besar untuk kontak dengan nyamuk penelitian ini mempunyai kebiasaan
sehingga berisiko menderita filariasis. memakai kelambu, hal ini merupakan cara
Mayoritas dari responden tidak yang paling umum dilakukan masyarakat
menggunakan lotion/obat anti nsyamuk agar tidak tergigit nyamuk, mamakai
pada saat keluar rumah pada malam hari. kelambu pada saat tidur dapat mencegah
Penggunaan anti nyamuk dapat mengurangi dari gigitan nyamuk sehingga menurunkan
kontak antara nyamuk dengan seseorang. kemungkinan terkena filariasis. Penelitian
Banyak dari responden yang tidak dari (Ardias et al., 2012) menunjukkan
mempunyai kebiasaan menggunakan obat bahwa orang yang tidak memiliki kebiasaan
elektrik anti nyamuk seperti vape/baigon menggunakan kelambu memiliki risiko
atau obat bakar nyamuk pada saat tidur. menderita filariasis sebesar 3,735 kali lebih
Menurut Astri (2006) diketahui bahwa besar dibandingkan dengan responden yang
kebiasaan tidak menggunakan obat anti memiliki kebiasaan menggunakan kelambu.
nyamuk malam hari ada hubungan dengan Faktor perilaku yang berpengaruh
kejadian filariasis (p=0,004). Semua orang positif terhadap pengendalian filariasis
pasti mempunyai kebiasaan menggantung dibuktikan dengan penelitian sebelumnya,
pakaian di kamar, akan tetapi bagi yaitu Praktik POPM (Pemberian Obat
masyarakat yang ada di wilayah endemis Pencegahan Massal) setiap bulan Oktober,
filariasis penting sekali memperhatikan baik kebiasaan menggunakan kelambu saat tidur,
itu hal yang dianggap kecil atau sepele kebiasaan menggunakan baju dan celana
selama itu merupakan hal yang dapat panjang saat keluar rumah di malam hari,
mencegah penyebaran filariasis maka harus kebiasaan menggunakan obat nyamuk,
dilakukan sebagai bentuk pencegahan. Kebiasaan menggunakan kawat kasa pada
Hanya sebagian dari responden yang ventilasi jendela (Annashr & Rahmadi,
rumahnya dipasangkan kawat kasa pada 2021).
ventilasi jendela, Kawat kasa yang dipasang Faktor perilaku yang berpengaruh
pada semua ventilasi rumah dapat berfungsi negatif bagi peningkatan risiko penularan
sebagai screening untuk mencegah nyamuk filariasis yaitu belum baiknya pengendalian
masuk ke dalam rumah. Sehingga dengan terhadap nyamuk selaku vektor penular
upaya pemasangan kawat kasa dapat penyakit dan mempunyai kebiasaan keluar
mengurangi kontak antara nyamuk dengan rumah di malam hari. Dari segi lingkungan
penghuni yang ada dalam rumah. Penelitian terdapat beberapa faktor yang berpengaruh
dari Juriastuti, Kartika, Djaja dan Susanna diantaranya keberadaan rawa-rawa,
(2010) menjelaskan bahwa orang yang tidak keberadaan kendang ternak di dekat rumah,
memiliki kawat kasa di rumahnya berisiko keberadaan tempat perindukan nyamuk,
7,2 kali lebih besar menderita filariasis kondisi sanitasi sekitar rumah yang buruk,
dibandingkan dengan yang menggunakan dan keberadaan tempat peristirahatan, dan
kawat kasa pada ventilasi rumah.

PREPOTIF : Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 989


Volume 7, Nomor 1, April 2023 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
berkembangbiaknya vector (Annashr & vektor nyamuk filariasis atau penyakit
Rahmadi, 2021). lainnya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
Hubungan lingkungan Dengan Perilaku konsep dari John Gordon dan La Richt
Pencegahan Filariasis (1950) yang menggambarkan bahwa
Hasil penelitian ini menunjukkan interaksi 3 komponen penyebab penyakit
bahwa ada hubungan antara lingkungan dari segitiga epidemiologi, yaitu Manusia
dengan perilaku pencegahan filariasis (Host), penyebab (Agent), dan lingkungan
dengan p-value 0.020, responden yang (Environment) (Irwan, 2017) dari ketiga
berada di lingkungan yang baik cenderung interaksi komponen tersebut menimbulkan
memiliki perilaku pencegahan yang baik pathogenesis yaitu kemampuan untuk
sebaliknya responden yang berada di menhasilkan suatu penyakit dengan gejala
lingkungan yang kurang baik, perilaku yang jelas). Dari interaksi ketiga komponen
pencegahannya pun kurang baik. tersebut menggambarkan bahwa selain
Lingkungan merupakan seluruh kondisi agent atau vektor pembawa penyakit ada
yang ada disekitar manusia dan faktor lingkungan dan perilaku host yang
pengaruhnya dapat mempengaruhi mendukung terjadinya penyakit filariasis
perkembangan dan perilaku orang atau (Noor, 2006).
kelompok. Apabila lingkungan seseorang
baik maka akan mempengaruhi seseorang Hubungan Jenis Kelamin Dengan
untuk berperilaku baik dan hidup sehat pula Perilaku Pencegahan Filariasis
(Sartiwi, 2018). Hasil penelitian ini menunjukkan
Faktor lingkungan merupakan salah bahwa ada hubungan antara jenis kelamin
satu yang mempengaruhi kepadatan vektor dengan perilaku pencegahan filariasis
filariasis. Lingkungan yang ideal bagi dengan p-value 0.000, responden dengan
nyamuk dapat dijadikan tempat potensial jenis kelamin perempuan lebih
untuk perkembangbiakan dan tempat memperhatikan perilaku terhadap
istirahat nyamuk sehingga kepadatan pencegahan yang baik dibandingkan dengan
nyamuk akan meningkat (Windiastuti et al., laki-laki. Sejalan dengan penelitian di Jati
2013). Sampurna pada tahun 2010 menyatakan
Desa Leubok Buni merupakan desa jenis kelamin laki – laki memiliki resiko
yang berbatasan dengan Bukit Barisan di terkena Filariasis 4,7 kali dibandingkan
selatannya. Oleh karena itu, desa ini dengan perempuan (Arsin, 2016). Bertolak
memiliki sejumlah wilayah yang dijadikan belakang dari penelitian (Iswanto et al.,
sawah dan dijadikan tempat untuk beternak 2017) bahwa tidak ada hubungan antara
hewan misalnya sapi, bebek, Ayam, dan jenis kelamin dengan perilaku pencegahaan
hewan ternak lainnya oleh masyarakat penyakit filariasis (p=0,641).
disekitaran rumahnya. Rawa-rawa dan Jenis kelamin sering dihubungkan
semak-semak juga memenuhi sejumlah dengan peran, tingkah laku, preferensi, dan
wilayah di Desa Leubok Buni tersebut. atribut lain. Jenis kelamin perempuan
Keberadaan genangan air seperti SPAL merupakan sosok yang memiliki
(Saluran Pembuangan Air Limbah) yang kecenderungan dididik untuk lebih ekspresif
tidak mengalir dan tidak tertutup, simpatik, memelihara kooperatif, mandiri
keberadaan hewan ternak seperti sapi yang dan senang membantu. Fenomena tersebut
dibiarkan lepas disekitaran rumah menjadi menghasilkan perempuan yang lebih peduli
hal yang lumrah ditemukan di desa tersebut. terhadap kondisi lingkungan dan
Lingkungan yang seperti itu jika dibiarkan kesehatannya (Maulida et al., 2016)
begitu saja maka akan menjadi tempat Umumnya perempuan lebih bisa diajak
perkembangbiakan vektor nyamuk baik untuk berkomunikasi dan mau diajak untuk
mencari informasi yang penting terkait

PREPOTIF : Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 990


Volume 7, Nomor 1, April 2023 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
kesehatannya, sehingga jika ada program- dengan perilaku pencegahan filariasis
program seperti promosi kesehatan di desa, dengan p-value 0.009, maka diperoleh
maka perempuan lebih sering terlihat responden dengan pendidikan rendah lebih
menghadiri program tersebut dibandingkan cenderung berperilaku pencegahan kurang
dengan laki-laki yang harus mencari nafkah sebaliknya responden dengan pendidikan
untuk keluarganya, maka dari hal tersebut tinggi cenderung berperilaku pencegahan
akan mempengaruhi pengetahuan yang baik. Umumnya semakin baik
masyarakat sehingga perempuan yang lebih pendidikan sesorang maka akan
banyak terpapar informasi lebih mempengaruhi pola pikir dan wawasan dari
memungkinkan untuk berperilaku paparan informasi yang lebih.
pencegahan yang lebih baik terhadap suatu Berbeda dengan penelitian (Iswanto et
penyakit dalam hal ini yaitu pencegahan al., 2017), dalam penelitiannya
filariasis. menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
Jenis kelamin perempuan cenderung antara tingkat pendidikan responden dengan
lebih peduli terhadap kondisi lingkungan perilaku pencegahaan penyakit filariasis
dan kesehatannya. Perempuan mempunyai (p=0,089). Tingkat pendidikan seseorang
kecenderungan berperilaku baik akan mempengaruhi pengetahuan seseorang
dibandingkan dengan laki-laki (Ayu Riana diantaranya mengenai rumah yang
Sari et al., 2020). memenuhi syarat kesehatan dan
pengetahuan tentang penyakit kaki gajah
Hubungan Umur Dengan Perilaku (Filasriasis) sehingga dengan pengetahuan
Pencegahan Filariasis yang cukup seseorang akan mencoba untuk
Hasil penelitian ini menunjukkan mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat
bahwa ada hubungan antara umur dengan (Subhi et al., 2022).
perilaku pencegahan filariasis dengan p- Seseorang yang berpendidkan rendah
value 0.020, responden dengan kategori sulit untuk menerima informasi atau pesan-
dewasa (20-49 tahun) lebih baik perilaku pesan kesehatan yang disampaikan, mereka
pencegahan filariasis dibandingkan dengan tidak perhatian dengan hal-hal yang
responden dengan kategori lansia (>50 sebenarnya penting, hal tersebut
tahun). Sejalan dengan penelitian (Iswanto, menyebabkan rendahnya pengetahuan
Rianti dan Musthofa, 2017) bahwa ada sesorang. Tingkat pendidikan sebenarnya
hubungan antara umur dengan perilaku tidak berpengaruh langsung terhadap
pencegahan penyakit filariasis. Umur adalah kejadian filaria tetapi umumnya
karakteristik penduduk yang pokok karena mempengaruhi jenis pekerjaan dan perilaku
hal ini mempunyai pengaruh sangat penting kesehatan seseorang (Arsin, 2016).
baik terhadap tingkah laku maupun sosial Hasil penelitian (Monalisa, 2013)
ekonomi (Iswanto et al., 2017). menjelaskan bahwa pengetahuan rendah
Filariasis dapat menyerang semua pada umumnya disebabkan oleh tingkat
kelompok umur. Pada dasarnya setiap orang pendidikan kepala keluarga yang rendah,
memiliki risiko yang sama untuk tertular umumnya responden hanya tamatan SD,
apabila mendapat tusukan nyamuk infektif ketidaktahuan mereka terhadap filariasis
(mengandung larva stadium 3) ribuan kali dapat mendukung terjadinya filariasis
(Mutiara & Anindita, 2016) karena mereka tidak mengerti apa itu
filariasis, bagaimana penyebaran filariasis
dan bagaimana cara pencegahannya.

Hubungan pendidikan Dengan Perilaku Hubungan Pekerjaan Dengan Perilaku


Pencegahan Filariasis Pencegahan Filariasis
Hasil penelitian ini menunjukkan Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa ada hubungan antara pendidikan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan

PREPOTIF : Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 991


Volume 7, Nomor 1, April 2023 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
dengan perilaku pencegahan filariasis dengan p-value 0.002, maka diperoleh
dengan p-value 0.716. Pekerjaan yang bahwa pengetahuan yang baik dari
beresiko memungkinkan pekerja mengalami responden dapat mempengaruhi perilaku
multi gigitan vektor penularan filariasis. pencegahan filariasis yang diterapkan oleh
Pekerjaan yang dilakukan pada jam-jam respoden.
nyamuk mencari darah dapat berisiko untuk Di dalam penelitian ini proporsi
terkena filariasis, hasil penelitian terdahulu responden yang pengetahuannya sudah baik
menunjukkan bahwa pekerjaan pada malam labih banyak dibandingkan dengan yang
hari ada hubungan dengan kejadian kurang, tetapi mayoritas dari Masyarakat di
filariasis. Desa Leubok Buni masih meyakini bahwa
Di dalam penelitian ini mayoritas penyakit filariasis ini tidak akan menular
responden adalah perempuan dan berprofesi dan beranggapan jika mungkin menular
sebagai petani dengan perilaku pencegahan maka sudah banyak dari masyarakat tersebut
yang masih kurang. Responden yang yang yang terkena filariasis, masyarakat pun
Berprofesi sebagai petani yang menanam meyakini bahwa filariasis merupakan
padi di sawah, jam kerjanya cenderung pada penyakit keturunan karena jika dilihat orang
jam-jam yang masih terang, terik matahari, yang terkena penyakit filariasis di desa
dan angin lebih sedikit berisiko digigit oleh tersebut, yang kena filariasis adalah
nyamuk dibandingkan dengan jenis keluarganya sendiri, ada masyarakat yang
bekerjaan lainnya. Lain halnya dengan juga meyakini bahwa filariasis disebabkan
keberadaan sawah dekat dengan rumah karena pada saat naik ke bukit/pegunungan
responden memiliki risiko yang tinggi orang tersebut menginjak tumbuhan/getah
terkena filariasis, karena genangan air yang Bahasa Aceh nya disebut “Ukheu
tersebut dapat menjadi tempat Lumbe”.
perkembangbiakan nyamuk. Walaupun masyarakat di desa Leubok
Sejalan dengan penelitian (Iswanto et Buni sudah terpapar dengan penyuluhan
al., 2017) menunjukan bahwa tidak ada atau promosi kesehatan oleh petugas
hubungan antara pekerjaan responden kesehatan dan mengetahui filariasis dibawa
dengan perilaku pencegahaan penyakit oleh nyamuk, tetapi masyarakat tetap
filariasis dengan p-value = 0,529. Hal meyakini akan hal-hal tersebut, masyarkat
tersebut dapat terjadi karena pekerjaan dapat tidak meyakini dengan pasti bahwa filariasis
mempengaruhi perilaku seseorang karena disebabkan oleh cacing yang dibawa oleh
secara langsung maupun tidak langsung nyamuk. Dari hal tersebut perlu diketahui
lingkungan pekerjaan memberikan juga bahwa baiknya pengetahuan seseorang
pengetahuan dan pengalaman yang lebih, tidak mutlak tindakannya juga akan baik,
selain itu seseorang yang bekerja akan karena dipengaruhi oleh beberapa faktor dan
memiliki kesadaran akan pentingnya dukungan sebelum akan bertindak.
kesehatan lingkungan. Selain itu status Sejalan dengan penelitian dari (Annashr
pekerjaan yang tidak terikat dengan instansi dan Rahmadi, 2021) dan (Monalisa, 2013
seperti halnya mayoritas responden di dalam bahwa terdapat hubungan yang signifikan
penelitian ini bekerja sebagai petani, juga antara pengetahuan dan perilaku
memberikan waktu yang lebih leluasa pencegahan filariasis dengan nilai p-value
sehingga dalam kasus ini pekerjaan 0,001 dan p-value 0,008.
responden tidak mempengaruhi perilaku Pengetahuan merupakan faktor yang
pencegahan sangat dominan terkait perilaku masyarakat
Hubungan pengetahuan Dengan Perilaku tentang penyakit kaki gajah (Filariasis).
Pencegahan Filariasis Pengetahuan merupakan domain yang
Hasil penelitian ini menunjukkan sangat penting untuk terbentuknya suatu
bahwa ada hubungan antara pengetahuan tindakan seseorang. Perilaku yang
dengan perilaku pencegahan filariasis didasarkan oleh pengetahuan akan lebih

PREPOTIF : Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 992


Volume 7, Nomor 1, April 2023 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
langgeng dari pada perilaku yang tidak perilaku masyarakat masih kurang terhadap
didasari oleh pengetahuan (Subhi et al., pencegahan filariasis. Tokoh masyarakat
2022) berperan besar dalam hal pembuatan
kebijakan di lingkungan masyarakat, dengan
Hubungan peran petugas kesehatan diberlakukannya sebuah kebijakan dalam
Dengan Perilaku Pencegahan Filariasis hal pencegahan filariasis misalnya gotong
Hasil penelitian ini menunjukkan royong rutin setiap minggu merupakan suatu
bahwa tidak ada hubungan antara peran hal yang harus diperhatikan bukan hanya
tokoh masyarakat dengan perilaku sebuah kebijakan yang ditetapkan tetapi
pencegahan filariasis dengan p-value 0.426, harus terlaksana sepenuhnya oleh
maka diperoleh bahwa walaupun peran dari masyarakat, itulah pentingnya kerjasama
petugas kesehatan sudah baik namun yang baik dari masyarakat dan tokoh
perilaku masyarakat masih kurang terhadap masyarakat dalam hal perilaku pencegahan
pencegahan filariasis. Walaupun petugas filariasis.
kesehatan sudah melakukan berbagai upaya Tokoh Masyarakat dalam hal ini kepada
untuk memberdayakan masyarakat agar desa dan aparatur desa Leubok Buni Sudah
terhindar dari filariasis contohnya melalui menerapkan program gotong royong secara
penyuluhan dan promosi kesehatan, jika dari rutin, dan hal tersebut bisa dijadikan salah
masyarakat itu sendiri tidak menerima atau satu cara agar lingkungan di sekitar lebih
menerapkan pengetahuan yang sudah bersih dan terbebas dari perindukan
dimilikinya dalam bentuk perilaku nyamuk. Akan tetapi dari hasil jawaban
pencegahan yang baik maka sama saja tidak responden, Tokoh Masyarakat tidak
akan berjalan baik karena tidak ada kerja memiliki program bantuan khusus bagi
sama dari kedua pihak. Walaupun petugas masyarakat yang bertujuan sebagai
kesehatan sudah pernah mengadakan peningkatan terhadap pencegah penyakit
penyuluhan terkait filariasis. filariasis, misalnya tokoh masyarakat bisa
Berbeda halnya dari hasil Penelitian membagikan secara gratis kelambu, atau
dari (Hapsari et al., 2018) menunkukkan bubuk abate untuk terhindar dari gigitan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara nyamuk dan membasmi sarang nyamuk.
ketersediaan program penyuluhan dengan Sejalan dengan penelitian (Hapsari et
perilaku pencegahan kejadian dengan nilai al., 2018) dan penelitian dari (Febri dkk),
p value = 0.014 (p< 0,05). Peran petugas dengan p-value = 0.431 dan p-value =
kesehatan untuk memperbaiki perilaku 0.0716 bahwa tidak adanya hubungan yang
masyarakat terhadap pencegahan filariasis signifikan antara Peran Tokoh Masyarakat
dengan cara melakukan penyuluhan secara dengan perilaku pencegahan filariasis.
bertahap kepada individu atau kelompok ada
masyarakat tentang filariasis, penularan KESIMPULAN
filariasis, pencegahan filariasis dan dampak
yang bagi penderita filariasis agar Perilaku pencegahan filariasis pada
masyarakat selalu bersikap positif dalam masyarakat di Desa Leubok Buni
hal-hal yang berhubungan dengan Kecamatan Kuta Malaka Kabupaten Aceh
pencegahan filariasis. Besar tahun 2022 secara signifikan di
Hubungan Peran Tokoh Masyarakat pengaruhi oleh faktor-faktor seperti:
Dengan Perilaku Pencegahan Filariasis lingkungan, jenis kelamin, umur,
Hasil penelitian ini menunjukkan pendidikan dan pengetahuan. Faktor seperti
bahwa tidak ada hubungan antara peran pekerjaan, peran petugas kesehatan dan
tokoh masyarakat dengan perilaku peran tokoh masyarakat tidak memiliki
pencegahan filariasis dengan p-value 0.482, hubungan terhadap perilaku pencegahan
maka diperoleh bahwa walaupun peran dari penyakit filariasis. Walaupun pengetahuan
tokoh masyarakat sudah baik namun dari sesorang sudah baik, keterpaparan

PREPOTIF : Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 993


Volume 7, Nomor 1, April 2023 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
informasi melalui penyuluhan dan promosi 1(128), 32–37.
kesehatan sudah diperoleh akan tetapi kedua Hapsari, A. T., Shaluhiyah, Z., &
hal tersebut tidak mutlak bisa Suryoputro, A. (2018). Pengaruh
mempengaruhi perilaku yang akan Faktor Pendukung terhadap Perilaku
diterapkan oleh seseorang, dalam hal ini Masyarakat dalam Pencegahan
yaitu perilaku pencegahan penyakit Penyakit Filariasis di Kota Semarang.
filariasis. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia,
13(2), 143–154.
UCAPAN TERIMAKASIH Irwan. (2017). Epidemiologi penyakit
menular (1 ed.). CV. ABSOLUTE
Terima Kasih kepada Universitas MEDIA.
Muhammadiyah Aceh, Fakultas Kesehatan Iswanto, F., Rianti, E., & Musthofa, S. B.
Masyarakat, Dinas Kesehatan Aceh Besar, (2017). Faktor-faktor yang
Puskesmas Kuta Malaka, seluruh perangkat berhubungan dengan perilaku
Desa Leubok Buni, terkhusus kepada pencegahan penyakit filariasis pada
responden yang sudah ingin ikut serta masyarakat di kecamatan bonang
sehingga penelitian ini dapat terlaksana, dan kabupaten Demak. Jurnal Kesehatan
kepada semua pihak yang sudah Masyarakat, 5(5), 990–999.
berkonstribusi di dalam penelitian ini. http://ejournal3.undip.ac.id/index.php
/jkm%0A
DAFTAR PUSTAKA Kemenkes RI. (2012). Pedoman Program
Eliminasi Filariasis di Indonesia. Sub
Annashr, N. N., & Rahmadi, F. M. (2021). Direktorat Filariasis dan
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Schistosomiasis, Direktorat P2B2,
dengan Perilaku Pencegahan Filariasis Ditjen PPM & PLP.
di Kecamatan Cilimus Kabupaten Kemenkes RI. (2019). InfoDatin Situasi
Kuningan. ASPIRATOR - Jurnal Filariasis Di Indonesia.
Penyakit Tular Vektor Artikel, 13(1), Maulida, I., Prastiwi, R. S., & Hapsari, L. H.
23–36. (2016). Analisis Hubungan
https://doi.org/https://doi.org/10.2243 Karakteristik Kepala Keluarga
5/asp.v13i1.4621 Dengan Perilaku Pencegahan Demam
Ardias, Setiani, O., & Darundiati, Y. H. Berdarah Di Pakijangan Brebes.
(2012). Faktor Lingkungan dan Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan
Perilaku Masyarakat yang Informatika Kesehatan, 6(1), 1–5.
Berhubungan dengan Kejadian https://www.apikescm.ac.id/ejurnalin
Filariasis di Kabupaten Sambas. fokes/index.php/infokes/article/viewF
Jurnal Kesehatan Lingkungan ile/97/95
Indonesia, 11(2), 199–207. Monalisa. (2013). hubungan pengetahuan
Arsin, A. A. (2016). Epidemiologi filariasis dan sikap keluarga dengan perilaku
di Indonesia (A. P. Duhri (ed.); pencegahan filariasis di desa kasang
pertama). Masagena Press. lopak alai kecamatan kumpeh ulu
Ayu Riana Sari, F. R., Wulandari, A., kabupaten muaro jambi. 1–7.
Pujianti, N., Laily, N., Vina, Anhar, Mutiara, H., & Anindita. (2016). Filariasis :
Y., Anggraini, L., Azmiyannoor1, M., Pencegahan Terkait Faktor Risiko
Ridwan, A. M., & Muddin, F. I. I. Filariasis. Majority, 5(September), 1–
(2020). Perilaku Pencegahan Covid- 6.
19 Ditinjau dari Karakteristik Individu Noor. (2006). Pengantar Epidemiologi
dan Sikap Masyarakat. Jurnal Penyakit Menular. Rineka Cipta.
Penelitian dan Pengembangan Sartiwi, W. (2018). Hubungan Kondisi
Kesehatan Masyarakat Indonesia, Lingkungan Dan Perilaku Masyarakat

PREPOTIF : Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 994


Volume 7, Nomor 1, April 2023 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
Dengan Kejadian Filariasis Di Desa
Muaro Putuih Wilayah Kerja
Puskesmas Tiku Kabupaten Agam
Weni Sartiwi. NERS: Jurnal
Keperawatan, 14(1), 11–18.
Sofia, R., & Nadira, C. S. (2020). Analisis
risiko penularan filariasis limfatik di
kabupaten aceh utara. Jurnal
Averrous, 6(1), 1–16.
Subhi, M., Joegijantoro, R., & Pulupina, F.
F. (2022). Hubungan Pengetahuan
Dengan Perilaku Masyarakat
Terhadap Penyakit Kaki Gajah (
Filariasis ). Media Husada Journal of
Environmental Health, 2(1), 120–127.
WHO. (2022). Filariasis. WHO.
Windiastuti, I. A., Suhartono, & Nurjazuli.
(2013). Hubungan Kondisi
Lingkungan Rumah , Sosial Ekonomi
, dan Perilaku Masyarakat dengan
Kejadian Filariasis di Kecamatan
Pekalongan Selatan Kota Pekalongan.
Jurnal Kesehatan Lingkungan
Indonesia, 12(1), 51–57.

PREPOTIF : Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 995

You might also like