Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)
DI APOTEK AR 24
Disetujui Oleh:
Pembimbing I Pembimbing
II
Apt.VeraYustina,S.Farm Ns.Julia
Erlita,S.Kep
Mengetahui :
2
KATA PENGANTAR
AssalamualaikumWr. Wb
Tak terhingga rasa syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT yang
telah memberikan karunia serta nikmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan praktik kerja lapangan (PKL) ini tepat pada waktunya.
Peraktek kerja lapangan (PKL) ini memiliki peranan penting dalam menerapkan
materi- materi yang telah diterima dalam kegiatan belajar di sekolah, hal ini juga
merupakan langkah awal untuk mencari pengalaman berharga yang belum tentu
ditemui di sekolah
. Untuk itu ,melalui ini PKL diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
memberikan keterampilan khusus sebelum terjun kedunia kerja .
Dalam hal penyusunan laporan praktik kerja lapangan (PKL) penulis banyak di
bantu oleh berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dan
dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Yusran Fauzi,S.Si.,M Kes selaku ketua yayasan SMKS 18 Al Yasir
2. Ibu Nerry Andriyani,S.Si.Apt selaku kepala sekolah SMKS 18 Al Yasir
3. Ibu Apt.Vera Yustina,S.Farm selaku guru pembimbing sekolah 1 selama
4. Praktek kerja lapangan(PKL)
5. Ibu Ns.Julia Erlita S.Kep selaku guru pembimbing sekolah 2 selama praktek
Kerja lapangan (PKL)
6. Bapak Mardian Andri Adi, S.Farm selaku apoteker
7. Karyawan Apotek AR 24 yang telah membimbing kami selama praktek kerja
Lapangan (PKL)
8. Kedua orang Tua yang telah memberikan dukungan moril maupun materil
Yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu sehingga kami bisa
Menyelesaikan sekolah kefarmasian kami di SMKS 18 Al Yasir Bengkulu Ini
dengan baik dan tepat waktu.
iii
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jaiuh dari kata sempurna,oleh
karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi membngun
penyempurnaan laporan ini.Akhir kata kami ucapkan terimakasih.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
penulis
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Tujuan Praktik kerja lapangan (PKL)..................................... 2
1.3 Manfaat Praktik kerja lapangan (PKL).................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 4
2.1 Ketentuan Umum Tentang Apotek......................................... 4
2.2 Tugas dan fungsi Apotek........................................................ 14
2.3 Pendirian Apotek.................................................................... 14
A. Lokasi................................................................................. 15
B. Bangunan........................................................................... 15
C. Sarana, Prasarana, dan Peralatan........................................ 15
D. Ketenagaan......................................................................... 16
2.4 Pencabutan Izin Apotek.......................................................... 16
2.5 Pengeloalaan Sumber Apotek................................................. 17
2.5.1 Pengelolaan Sumber Daya Manusia.............................. 17
2.5.2 Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
lainnya........................................................................... 18
A. Perencanaan.............................................................. 18
B. Pengadaan................................................................. 18
C. Penerimaan............................................................... 18
D. Penyimpanan............................................................ 18
E. Pemusnahan.............................................................. 18
F. Pengendalian............................................................. 18
2.6 Pelayanan di Apotek............................................................... 20
2.6.1 Pelayanan Resep atau Pesanan...................................... 21
2.6.2 Promosi dan Edukasi..................................................... 22
2.6.3 Pelayanan Residensial (Home Care)............................. 22
v
2.6.4 Pelayanan Obat Tanpa Resep........................................ 23
2.6.5 Pelayanan Narkotika..................................................... 23
BAB III PEMBAHASAN............................................................................ 25
3.1 Waktu, Tempat, dan Teknis Pelaksanaan............................... 25
3.2 Sejarah Apotek AR 24............................................................ 26
3.3 Tujuan Pendirian Apotek........................................................ 26
3.4 Pengelolaan............................................................................. 26
3.4.1 Sumber Daya Manusia (SDM)...................................... 26
3.4.2 Sarana, Prasarana dan Peralatan.................................... 27
3.4.3 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan
kesehatan lainnya.......................................................... 28
A. Perencanaan.............................................................. 28
B. Pengadaan/Pemesanan Obar..................................... 29
C. Penyimpanan............................................................ 29
D. Adinistrasi................................................................. 29
E. Keuangan.................................................................. 31
F. Stock Opname........................................................... 31
3.5 Pelaporan(pelayanan).................................................... 31
3.6 Perpajakan..................................................................... 32
3.7 Pelayanan Apotek.......................................................... 32
3.8 Evaluasi Mutu pelayanan.............................................. 34
3.9 Strategi pembangunan................................................... 34
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN..................................................... 35
A. Kesimpulan............................................................................. 35
B. Saran .................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
36
LAMPIRAN .................................................................................. 39
vi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 : Contoh surat pesanan obat bebas ,bebas terbatas dan keras............ 39
2. Lampiran 2 : Contoh resep obat............................................................................ 40
3. Lampiran 3 : Contoh surat pesanan obat prekursor............................................... 41
4. Lampiran 4 : Contoh salinan resep........................................................................ 42
5. Lampiran 5 : Contoh etiket putih dan etiket biru.................................................. 43
6. Lampiran 6 : Contoh Laporan Kartu Stok............................................................. 44
7. Lampiran 7: Denah Lokasi.................................................................................... 45
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
integritas dan kepribadian, terbuka dan tanggap terhadap masalah yang dihadapi
masyarakat khususnya yang berhubungan dengan bidang kefarmasian.
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat. Berdasarkan tujuan di atas, maka lulusan Sekolah Menengah
Kejuruan Swasta (SMKS) 18 Al Yasir Farmasi Bengkulu mampu:
1. Melakukan profesinya dalam pelayanan kesehatan pada umumnya, khususnya
pelayanan kefarmasian.
2. Berperan aktif dalam mengelola pelayanan kefarmasian dengan menerapkan
prinsip administrasi, organisasi, supervisi dan evaluasi.
3. Berfungsi sebagai anggota masyarakat yang kreatif, produktif, bersifat
terbuka, dapat menyesuaikan diri dengan perubahan iptek dan berorientasi ke
masa depan serta mampu memberikan penyuluhan kefarmasian kepada
masyarakat dengan menjunjung tinggi martabat kemanusiaan.
4. Membantu dalam kegiatan penelitian di bidang farmasi atau di bidang
kesehatan lainnya yang terkait.
2
1.2 Tujuan Praktik kerja lapangan (PKL)
1. Tujuan Umum
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini diharapkan agar dapat
menambah ilmu pengetahuan, keterampilan dan pengalaman serta
menghasikan tenaga kesehatan dalam bidang farmasi yang mampunya
berkerja dalam sistem pelayanan kesehatan.
2. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan keterampilan dan kemampuan peserta didik sebagai bekal
untuk memasuki lapangan kerja.
2. Mengenal kegiatan-kegiatan penyelenggaraan program kesehatan
masyarakat secara menyeluruh baik ditinjau dari aspek administrasi,
teknis maupun sosial budaya.
3
4. Melatih agar mampu beradaptasi dengan lingkungan kerja .
5. Memberikan pengalaman tentang penerapan teori yang telah di pelajari
pada permasalahan nyata di dunia kerja.
6. Melatih kedisiplinan, inisiatif, tanggung jawab, motivasi kerja
kemampuan bekerja sama dan etika dalam lingkungan kerja.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Pemerintah Daerah dan Masyarakat.
2. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan
untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
3. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat , obat tradisional, dan
kosmetika.
4. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan, kontrasepsi untuk
manusia.
5. Obat bebas adalah obat yang dijual bebas kepada umum tanpa resep
dokter dan tidak membahayakan bagi pemakai, penandaannya adalah
lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh obatnya: Minyak Kayu Putih ,Obat Batuk Hitam, Obat Batuk
Putih, Tablet Paracetamol, Tablet Vitamin C, B Kompleks, E dan lain-
lain.
6. Obat bebas terbatas adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep
dokter dengan penyerahan dalam bungkus aslinya dan di beri tanda
peringatan (P1-P6). Penandaannya adalah lingkaran bulat berwarna biru
dengan garis tepi berwarna hitam.
6
Pada penyerahannya pembuat atau penjual harus mencantumkan tanda
peringatan yang tercetak. Tanda peringatan tersebut berwarna hitam,
berukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm dan memuat pemberitahuan
putih yang terdiri dari P No.1 sampai P No.6.
7
E. P No.5 : awas obat keras tidak boleh ditelan
Contoh : Dulcolax Suppos, Amonia 10 % ke bawah
F. P No. 6 : awas obat keras wasir jangan ditelan:
Contoh : Varemoid, Boraaginol S/N, Ultraproct N, dll
7. Obat keras dikenal juga sebagai obat daftar G , menurut bahasa belanda
G adalah singkatan dari kata Gevaarlijk yang berarti berbahaya jika
pemakaiannya tidak berdasarkan resep dokter. Penandaan untuk obat
keras adalah lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi warna
hitam dengan huruf “K” yang menyentuh garis tepi.
8. Obat Wajib Apotek adalah obat keras yang dapat diberikan oleh apoteker
di apotek tanpa resep dokter. Obat Wajib Apotik (OWA) merupakan obat
keras yang dapat diberikan oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA)
kepada pasien.Walaupun APA boleh memberikan obat keras, namun ada
persayaratan yang harus dilakukan dalam penyerahan OWA, yaitu :
a.Apoteker wajib melakukan pencatatan yang benar mengenai data
pasien (nama, alamat, umur) serta penyakit yang diderita.
b.Apoteker wajib memenuhi ketentuan jenis dan jumlah yang boleh
diberikan kepada pasien. Contohnya hanya jenis oksitetrasiklin salep
saja yang termasuk OWA, dan hanya boleh diberikan 1 tube.
c.Apoteker wajib memberikan informasi obat secara benar mencakup :
indikasi, kontra indikasi, cara pemakaian, cara penyimpanan dan efek
samping obat yang mungkin timbul serta tindakan yang disarankan
bila efek tidak dikehendaki tersebut timbul.
8
Tujuan OWA adalah memperluas keterjangkauan obat untuk masyarakat,
maka obat-obat yang digolongkan dalam OWA adalah obat yang
diperlukan bagi kebanyakan penyakit yang diderita pasien. Antara lain :
obat antiinflamasi (asam mefenamat), obat alergi kulit (salep
hidrokotison), infeksi kulit dan mata (salep oksitetrasiklin), anti alergi
sistemik (CTM), obat KB hormonal.
Berdasarkan keputusan Menkes No. 347/ menkes/SK/VII/1990 tentang
obat wajib Apotek (OWA 1) No. I, yaitu :
A. Oral Kontrasepsi,
Kontrasepsi oral adalah kontrasepsi berupa pil dan diminum oleh
wanita, yang berisi estrogen dan progestin berkhasiat mencegah
kehamilan bila diminum secara teratur (Hartanto, 2004).
contohnya : Tunggal Linestrenol, Kombinasi Etinodiol-diasetat,
mestranol-Norgestrel, etinil-estradiol-Linestrenoil, etinil-estradiol-
Etinodiol-diasetat, etinil-estradiol Levonorgestreletinil-estradiol-
Norethindrone, mestranol Desogestrel.
B. Obat Saluran Cerna, seperti :
9
C. Obat Mulut dan Tenggorokan,
Kesehatan mulut dan tenggorokan sangat berperan penting bagi
tubuh secara keseluruhan. Termasuk di dalamnya kesehatan gigi.
Jika terjadi banya masalah kesehatan pada gigi, hal ini bisa
memengaruhi kondisi jantung.
contohnya : Methampyrone, diazepam, Pramiverin, metamizole,
Prifinium bromide sulpyrin, Anti Mual Metoklopramid HCl dan
Laksan Bisakodil Supposutoria.
D. Obat Saluran Napas,
Saluran pernapasan atau tractus respiratorius (respiratory tract)
adalah bagian tubuh manusia yang berfungsi sebagai tempat lintasan
dan tempat pertukaran gas dalam proses pernapasan. Saluran ini
berpangkal pada hidung atau mulut dan berakhir pada paru-paru.
contohnya : Untuk Asma yaitu Aminofilin Supposutoria, Ketotifen,
Terbutalin SO4, Salbutamol.
Untuk Mukolitik yaitu Bromheksin, Karbosistein, Asetilsistein dan
Oksolam Sinitrat.
E. Obat yang mempengaruh sistem Neuromuscular, seperti :
Neuromuskular adalah kondisi medis yang ditandai dengan
ketidakmampuan sistem saraf dan otot untuk bekerja sebagaimana
mestinya. Pasien yang memiliki kelainan tersebut biasanya
menunjukkan beberapa gejala, seperti gangguan tidur karena masalah
pernapasan.
1. Analgetik, contohnya : Metampiron, Asam Mefenamat, Glafenin,
Metampiron + Klordiazepoksid dan diazepam
10
sedangkan sebagian lain dapat hidup dan berkembang di dalam tubuh
manusia kemudian menyebabkan infeksi.
contohnya : Mebendazol
G. Obat Kulit Topikal, seperti :
“Topikal” artinya obat ini ditujukan hanya untuk pemakaian luar.
Lebih tepatnya, obat topikal adalah jenis obat yang cara pakainya
dioleskan langsung pada permukaan kulit.
1. Antibiotik, contohnya : Tetrasiklin/Oksitetra, Kloramfenikol,
Framisetina SO4, Neomisin SO4, Gentamisin dan Eritromisin
2. Korlikosteroid, contohnya : Hidrokortison, Flupredniliden,
Triamsinolon, Betametason, Fluokortolon/Diflukortolon dan
Desoksimelason
3. Antiseptik local, contohnya : Heksaklorofene
4. Antif Fungi, contohnya : Mikonaznoilrat, Nistatin, Tolnattat,
Ekonazol
5. Anestesi Lokal, contohnya : Lidokain HCI.
6. Enzim antiradang topical Kombinasi,
contohnya : Heparinoid atau Heparin Na Dengan Hialuronidase
ester nikotinat
7. Pemucat Kulit,
contohnya : Hidroquinon
11
Scopolamin, Silver Sulfadiazin, Sucralfate, Sulfasalazine,
Tioconazole.
9. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan dan perubahan kesadaran, sampai hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
12
Dalam UU No 35 Tahun 2009, narkotika digolongkan ke dalam tiga
golongan, yaitu :
A. Narkotika Golongan I
Narkotika golongan satu hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi,
serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan
ketergantungan.
Contoh: Heroin, Kokain, Daun Kokain, Opium, Ganja, Jicing,
Katinon, MDMDA/Ecstasy, dan lebih dari 65 macam jenis lainnya.
B. Narkotika Golongan II
Narkotika golongan dua, berkhasiat untuk pengobatan digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh: Morfin, Petidin, Fentanil, Metadon, Dll.
C. Narkotika golongan III
Narkotika golongan tiga adalah narkotika yang memiliki daya adiktif
ringan, tetapi bermanfaat dan berkhasiat untuk pengobatan dan
penelitian. Golongan 3 narkotika ini banyak digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.
Contoh: Codein, Buprenorfin, Etilmorfina, Kodeina, Nikokodina,
Polkodina, Propiram, dan ada 13 (tiga belas) macam termasuk
beberapa campuran lainnya.
10. Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika yang bersifat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
13
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku.
Menurut UU RI No. 5 Tahun 1997, psikotropika dibagi menjadi 4
golongan :
A.Golongan I
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Psikotropika Golongan I, antara lain: Meskalina, Katinona.
B. Golongan II
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam
terapi dan / atau ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Psikotropika Golongan II
antara lain: Metakualon, Sekobarbital, Fenmetrazin.
C. Golongan III
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Psikotropika
Golongan III antara lain: Amobarbital, Flunitrazepam, Pentobarbital,
Siklobarbital, Katina
D.Golongan IV
Berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan /
atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Psikotropika Golongan IV
antara lain: Allobarbital, Barbital, Bromazepan, Diazepam,
Fencamfamina, Fenobarbital, Flurazepam, Klobazam,
Klordiazepoksida, Meprobamat, Nitrazepam, Triazolam.
14
Gambar 6 : Logo Obat Psikotropika
11. Prekursor adalah zat atau bahan pemula/bahan kimia yang dapat
digunakan dalam pembuatan narkotika dan psikotropika.
Contohnya : Efedrin, Pseudoefedrin, Ergotamin, danErgometrin
12. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan,bahan hewan,bahan mineral,sediaan gelenik, atau campuran
dari bahan-bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan
untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
13. Jamu adalah obat yang diolah secara tradisional, baik dalam bentuk
serbuk, seduhan, pil , maupun cairan yang berisi seluruh bagian tanaman.
Contoh : Tolak Angin, Antangin, Woods’ Herbal, Diapet Anak, dan
Kuku Bima Gingseng.
14. Obat Herbal Terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik
dan bahan bakunya distandarisasi.
Contoh : Diapet, Lelap, Fitolac, Diabmeneer, dan Glucogarp.
15
15. Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan
keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik, uji
teknologi, dan uji klinik.
Contoh: Stimuno, Tensigard, Rheumaneer, X-gra dan Nodiar.
16. Kosmetika adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan
pada bagian luar badan (epidermis,rambut,kuku,bibir dan organ kelamin
luar, gigi, dan rongga mulut) untuk membersihkan dan menambah daya
tarik, mengubah penampakan supaya melindungi tetap dalam keadaan
baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak di maksudkan untuk mengobati
atau menyembuhkan suatu penyakit.
Contoh: kosmetik antara lain Shampo, Pasta gigi, sabun, lipstik, bedak,
parfum, dan lain-lain.
17. Alat kesehatan adalah instrument, aparatus,mesin dana atau implant yang
tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan, dan meringankan penyakit,merawat orang sakit
memulihkan kesehatan pada manusia dana tau membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.
Contoh: Kain kasa, Plester, Spuit (Alat suntik), Pembalut, Catherter, Pot
urine steril (wadah urine steril), Kantong infus dan selang infus, Tabung
oksigen.
17. Perbekalan kesehatan Rumah Tetangga (PKRT) adalah alat, bahan atau
campuran untuk pemeliharaan dan perawatan kesehatan untuk manusia ,
pengendali mutu hewan peliharaan , rumah tangga dan tempat umum.
contoh: yang sering digunakan seperti pembersih lantai,
16
sabun cuci piring, pelembut pakaian, hand sanitizer atau cuci tangan
tanpa bilas, popok bayi, obat nyamuk, dan masih banyak lagi yang lain
2.2 Tugas dan fungsi
Apotek 1.Tugas Apotek
Menurut PMK RI No 9 tahun 2017 pasal 2, apotek bertujuan untuk sebagai
berikut :
a Meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di apotek;
b Memberikan perlindungan pasien dan masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kefarmasian di apotek ,dan
c Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dalam
memberikan pelayanan kefarmasian di apotek.
2. Fungsi Apotek
17
2.3 Pendirian Apotek
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.9 tahun 2017,
pendirian apotek adalah:
1. Apoteker dapat mendirikan apotek dengan modal sendiri dan atau modal
dari pemilik modal baik perorangan maupun perusahaan.
2. Apoteker dalam mendirikan apotek bekerjasama dengan pemilik modal
maka pekerjaan kefarmasian harus tetap dilakukan sepenuhnya oleh
apoteker.
3. Apotek wajib memasang papan nama apotek mengenai nama apotek :
a. Papan nama Apotek memuat informasi mengenai nama apotek, nomor
SIA, dan alamat.
b. Papan nama praktek apoteker yang memuat paling sedikit nama apoteker,
nomor SIPA, dan jadwal praktek Apoteker.
c. Bermutu
d. Terjangkau.
18
B. Bangunan
1. Bangunan apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan,
dan kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien serta
perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk
penyandang cacat, anak-anak, dan orang lanjut usia.
2. Bangunan apotek harus bersifat permanen.
3. Bangunan bersifat permanen dapat merupakan bagian dan/atau
terpisah dari pusat perbelanjaan, apartemen, rumah toko, rumah
kantor, rumah susun, dan bangunan yang sejenis
C. Sarana, Prasarana, dan Peralatan
Setidaknya memiliki sarana ruang yang berfungsi:
1. Penerimaan resep
2. Pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas)
3. Penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan
4. Konseling
5. Penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan
6. Arsip
Prasarana apotek setidaknya terdiri atas:
1. Instalasi air bersih
2. Instalasi listrik
3. Sistem tata udara
4. Sistem proteksi kebakaran
Peralatan apotek setidaknya meliputi :
19
c Formulir catatan pengobatan pasien merupakan catatan
mengenai riwayat penggunaan Sediaan Farmasi dan/atau Alat
Kesehatan atas permintaan tenaga medis dan catatan pelayanan
Apoteker yang diberikan kepada pasien.
D. Ketenagaan
1. Apoteker pemegang SIA dalam menyelenggarakan apotek dapat
dibantu oleh Apoteker pendamping, Tenaga Teknis Kefarmasian
dan atau tenaga administrasi.
2. Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian sebagaimana wajib
memiliki surat izin praktik yang masih berlaku sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
20
6. Pemilik sarana apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran Perundang-
undangan di bidang obat.
7. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai apotek.
21
Pelaksanaan pencabutan izin apotek dapat dilaksanakan setelah dikeluarkannya :
1. Peringatan tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak 3 kali
berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 bulan.
2. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 bulan sejak
dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan di apotek.
22
belajar sepanjang karier dan membantu memberi pendidikan dan memberi
peluang untuk meningkatkan pengetahuan. Sumber Daya Manusia yang
dimiliki oleh apotek setidak-tidaknya adalah Pemilik Sarana Apotek
(PSA), Apoteker Pengelola Apotek (APA), Asisten Apoteker, Juru Resep,
Tenaga Tata Usaha atau petugas yg melaksanakan administrasi apotek dan
membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan, dan keuangan
apotek . Pengelolaan sumber daya manusia dalam sistem pengelolaan
apotek dikategorikan sebagai pengelolaan non teknis.Pengelolaan non
teknis lainnya yang juga penting adalah meliputi semua kegiatan
administrasi, keuangan, personalia dan upaya-upaya peningkatan
kompetensinya.
23
D. Penyimpanan
1. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.
Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada
wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus
ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-
kurangnya memuat nama obat, nomor batch dan tanggal
kadaluwarsa.
2. Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk
sediaan dan kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis.
4. Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out)
dan FIFO (First In First Out)
E. Pemusnahan
24
F. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem
pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini
bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,
kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian
pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok
baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok
sekurangkurangnya memuat nama Obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah
pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.
G. Pencatatan Dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan
(surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stock), penyerahan (nota
atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan
kebutuhan. Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal.
Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk
kebutuhan manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan
lainnya. Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk
memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan meliputi pelaporan narkotika (menggunakan Formulir 3
sebagaimana terlampir), psikotropika (menggunakan Formulir 4
sebagaimana terlampir) dan pelaporan lainnya.
H. Administrasi
Dalam menjalankan Pelayanan Kefarmasian di apotek, perlu
dilaksanakan kegiatan administrasi yaitu:
1. Administrasi Umum meliputi: Pencatatan, pengarsipan, pelaporan
Narkotika, Psikotropika dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
2. Administrasi Pelayanan meliputi: Pengarsipan resep, pengarsipan
catatan pengobatan pasien, pengarsipan hasil monitoring
penggunaan obat
25
I. Keuangan
Dalam keuangan di apotek ada beberapa hal yang mempengaruhi
keuangan, yakni seperti:
1. Penerimaan: Berupa pekerjaan yang dilakukan di apotek sehingga
menghasilkan pendapatan di apotek, kegiatan tersebut berupa:
Pelayanan resep dan pelayanan non resep. Sumber pendapatan
secara umum diperoleh dari hasil penjualan, dan modal dari
apotek.
2. Pengeluaran: Dalam apotek terdapat beberapa pengeluaran seperti
biaya rutin dari apotek. Biaya rutin yakni seperti: Gaji karyawan,
listrik, telepon dan air.
26
3495)
2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3839)
3. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 tentang perubahan atas
Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1965 tentang Apotek.
4. Peraturan Pemerintah Nomor. 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1998
Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3781)
27
tanggal penulisan resep, nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat
badan pasien; nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta, cara
pemakaian serta informasi lainnya.
2. Kesesuaian Farmasetik: Bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.
3. Pertimbangan klinis: Adanya alergi, efek samping, interaksi,
kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). ika ada
keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter
penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif
seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah
pemberitahuan.
B. Penyiapan obat
28
dan lain-lain).
7 Setelah penyerahan obat kepada pasien, Apoteker harus
melaksanakan pemantauan penggunaan obat.
29
farmasi yang berupa Narkotika dan Psikotropika hanya dapat dilakukan
berdasarkan resep dokter atau dokter gigi dan dilarang untuk
disalahgunakan. Maka dari itu, pada Peraturan Perundang-undangan
No.35 tahun 2009 tentang Narkotika, pengelolaan obat Narkotika
memerlukan penanganan khusus, dimana Narkotika hanya dapat
digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan atau
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi karena obat Narkotika
ini dapat menimbulkan ketergantungan apabila digunakan tanpa
pembatasan dan pengawasan yang seksama.
Dalam menghindar penyalah gunaan obat-obatan ini, maka
Pemerintah melakukan pengawasan yang ketat terhadap obat golongan
Narkotika mulai dari pemesanan sampai dengan pemakaiannya dan
Apoteker Pengelola. Apotek diharuskan membuat laporan pemakaian
dan pemusnahan Narkotika ini.
a. Pemesanan Narkotika Pemesanan obat golongan Narkotika
dilakukan dengan Surat Pesanan Khusus dan harus ditanda tangani
oleh Apoteker Pengelola Apotek dengan mencantumkan nama jelas,
nomor SIK, serta stempel apotek. Surat Pesanan ini dibuat rangkap
4 (3 lembar untuk penyalur dan 1 lembar untuk arsip apotek).
Narkotika hanya dapat disalurkan oleh Industri Farmasi dan
Pedagang Besar Farmasi yang telah memiliki izin khusus
penyaluran Narkotika dari Menteri b. Penerimaan Narkotika: Dalam
penerimaannya, obat Narkotika harus dilakukan oleh APA.
b. Bila berhalangan dapat dilakukan oleh Asisten Apoteker melalui
surat kuasa untuk penerimaan obat Narkotika.
c. Bukti penerimaan Narkotika dan OKT harus juga ditanda tangani
oleh APA dengan mencantumkan nomor SIK dan stempel apotek.
30
serta mempunyai kunci yang kuat.
2. Tempat penyimpanan tersebut dibagi dua, dan diberi kunci
yang berlainan pula. Bagian pertama untuk menyimpan
morphine, pethidine dan garam-garamnya serta sediaan lainnya.
Sementara itu bagian kedua digunakan untuk menyimpan
persediaan Narkotika sehari-hari.
3. Lemari tersebut tidak boleh digunakan untuk menyimpan
bahan-bahan lain dan harus diletakkan di tempat aman serta
tidak terlihat oleh umum. Kunci dari tempat tersebut harus
dipegang oleh satu orang. Apabila tempat tersebut berupa
lemari yang berukuran kurang dari 40 x 100 cm, maka harus
dibuat pada tembok atau lantai.
31
BAB III
PEMBAHASAN
32
i. Meracik obat dalam bentuk puyer, kapsul, atau salep.
j. Memberi etiket yang sesuai pada obat yang telah disiapkan. k.Melayani
pembelian obat dan alat kesehatan
l. Menulis etiket, copy resep.
m. Mengecek barang yang datang dari PBF
33
3.4 Pengelolaan
3.4.1 Sumber Daya Manusia (SDM)
Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku, apotek harus dikelola
oleh seorang apoteker yang professional. Dalam pengelolaan apotek,
apoteker senantiasa harus memiliki kemampuan menyediakan dan
memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat,
mampu berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan
dalam situasi multi disipliner, kemampuan mengelola SDM secara
efektif, selalu belajar sepanjang karier dan membantu memberi
pendidikan serta meningkatkan pengetahuan dalam bidang kesehatan.
Sumber Daya Manusia yang dimiliki oleh apotek setidak-tidaknya adalah
Pemilik Sarana Apotek (PSA), Apoteker Pengelola Apotek (APA),
Asisten Apoteker (AA), Juru Resep, Tenaga Tata Usaha.Di Apotek AR-
24 terdapat beberapa personalia yang mempunyai tugas dan wewenang
yang berbeda sesuai dengan posisi dalam struktur organisasi apotek
seperti:
Nama: Sebagai:
34
3.4.2 Sarana, Prasarana dan Peralatan
Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh
masyarakat, di depan apotek terdapat juga papan petunjuk yang jelas
tertulis kata Apotek AR-24.
Sarana ruang yang dimiliki apotek AR-24 yang berfungsi sebagai :
a. Penerimaan resep
b. Pelayanan resep dan peracikan
c. Penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan
d. Penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan
e. Konseling
f. arsip
Perasarana yang dimiliki apotek AR-24, yaitu :
a. Instalasi air bersih
b. Instalasi listrik
c. Sistem tata udara
35
j. Lemari stock obat (Generik , Paten)
k. Pelengkapan lainnya : computer, CCTV, Kipas angin, dll
l. Tempat alkes
m. Wastafel (Tempat cuci tangan)
B.Pengadaan/Pemesanan obat
Apotek AR-24 memesan obat atau barang di Pedagang Besar Farmasi
(PBF) di Provinsi Bengkulu dan Luar kota Bengkulu, Pembayaran
dilakukan sesuai dengan kesepakatan pada Pedagang Besar Farmasi
(PBF) secara tempo atau tunai.
Surat pesanan dibuat dua rangkap yaitu :
a. Warna (putih) dikirim ke Pedagang Besar Farmasi(PBF)
b. Warna merah (copy) Arsip Apotek.
c. Penerimaan
36
barang, Jumlah barang, Tanggal Expire Date dan Nomor Batch. Jika
semua barang sesuai dengan faktur, maka barang diterima dan faktur
tersebut ditanda tangani oleh Apoteker atau Asisten Apoteker kemudian
diberi stempel/cap.
C. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan obat – obatan yang diterima pada tempat yang
dinilai aman dari pencurian serta gangguan yang dapat merusak mutu
obat. Penyimpanan obat disimpan berdasarkan Alfabetis, golongan obat,
khasiat, dan bentuk sediaan, seperti sirup dipisahkan dengan
penyimpanan tablet atau salep. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari
zat – zat yang bersifat higroskopis (Tidak tahan terhadap air dan
kelembapan), demikian pula halnya terhadap barang – barang yang
mudah terbakar. Sistem penyimpanan di Apotek AR-24 menggunakan
sistem FIFO (First In First Out) yaitu obat yang masuk terlebih dahulu
maka harus dikelurkan terlebih dahulu dan FEFO (First Expired First
Out) artinya obat yang tanggal kadaluwarsanya sudah dekat harus
dikeluarkan lebih dulu.
D. Administrasi
Administrasi pembukuan di apotek meliputi:
1. Administrasi umum : Pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika,
psikotropika dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Administrasi pelayanan : Pengarsipan resep, pengarsipan catatan
pengobatan pasien, pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat.
Jika administrasi pembukuan suatu apotek baik, maka semua kegiatan yang
dilakukan apotek dapat terkontrol dengan baik dari perencanaan yang
telah direncanakan. Adapun administrasi pembukuan yang ada di Apotek
AR-24 adalah sebagai berikut :
1. Buku Kas
Buku kas adalah buku yang digunakan dalam pencatatan semua
pemasukan, dan pengeluaran uang secara tunai berdasarkan transaksi
37
yang terjadi. Buku ini disebut juga buku bulanan karena ditutupkan
tiap bulannya sehingga dapat diketahui keuntungan atau kerugian
apotek dalam satu bulan.
2. Buku Pembelian Barang (Buku Faktur )
Buku Pembelian Barang atau Buku Faktur adalah buku yang digunakan
untuk mencatat pembelian barang serta secara tempo atau tunai yang
berasal dari faktur yang dikirimkan oleh PBF dengan disertai harga
total barang dalam satu faktur.
3. Buku Defecta
Buku defecta adalah buku yang digunakan untuk mencatat atau mendata
obat-obat yang kosong atau habis.Pada saat ingin memesan obat
maka buku defecta digunakan dan tidak perlu melihat di gudang
secara satu persatu karena itu dapat membutuhkan waktu yang lama.
4. Blangko Kartu Stock
Blangko kartu stock adalah blangko yang digunakan untuk mengetahui
keluar masuknya suatu obat setiap harganya. Blangko stock dipakai
untuk satu jenis obat saja. Fungsinya untuk melacak kesalahan
penggunaan obat.
5. Blangko salinan
resep Blangko salinan resep yang di buat oleh Asisten tenaga kesehatan
(ATK).
6. Surat Pesanan (SP)
Surat pesanan diberikan kepada PBF untuk melakukan pemesanan
perbekalan farmasi. Surat pesanan terdiri dari 4 lembar yang harus
ditandatangani oleh apoteker. Dalam surat pesanan terdapat tanggal
pemesanan, nama PBF yang ditunjuk, nomor dan nama barang, jenis
kemasan yang dipesan, jumlah pesanan, tanda tangan pemesanan,
dan stempel apotek.
7. Laporan laba rugi untuk mengetahui keuntungan dan kerugian yang
dialami apotek selama satu tahun.
8. Neraca tahunan untuk mengetahui aset apotek, baik berupa harta
lancar, maupun harta tetap.
38
9. Buku yang bersangkutan dengan pembukuan keuangan.
10. Buku pencatatan narkotika dan psikotropika
11. Buku penerimaan barang
Selain memuat keterangan dari resep aslinya, copy resep juga berisi hal-hal
sebagai berikut, yaitu :
a. Na/o’ma, alamat dan nomor izin praktek dokter ,dokter gigi, atau
dokter hewan
b. Tanda tangan atau paraf
c. Tanggal penulisan resep
d. Nama pasien,nama dokter,alamat pasien
e. Stempel apotek
f. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep
g. Nama dan alamat apotek
h. Nomor resep dan tanggal pembuatan (Depkes RI,2004)
Tanda copy resep (detur dan ne detur). Tanda -det- untuk obat yang sudah
diserahkan, dan -ne detur- untuk obat yang belum diserahkan. Pada resep
dengan tanda Iter …X diberi tanda -det orig- untuk pembelian pertama, untuk
pembelian kedua dst (sesuai dengan iter) diberi tanda det Iter ….X.
E. Keuangan
Keuangan di apotek AR-24 dipegang oleh PSA sendiri, beberapa tugas
yang dilakukan oleh administrasi seperti mencatat pemasukan apotek dll.
Ada dua komponen dalam keuangan di apotek AR-24 yaitu :
a. Pemasukan Biaya keuangan dari beberapa obat dan resep yang
diterima dari pasien dan konsumen dapat dikatakan pemasukan dalam
keuangan di apotek, pemasukan setiap hari bertambah dan menjadi kas
bagi apotek.
b. Pengeluaran dapat terjadi dari beberapa transaksi di apotek seperti gaji
karyawan, listrik, telepon, air, pajak, dan pembayaran terhadap
distributor.
39
F. Stock Opname
stock opname di apotek AR-24 dilakukan dengan cara menghitung persediaan
|stok obat, serta untuk memisahkan persediaan obat yang kadaluarsa dan
rusak yang masih tersimpan di gudang.
Stock Opname di apotek AR-24 ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui kesesuaian antara jumlah yang tercatat dalam administrasi
pembukuan atau keuangan apotek dengan mengetahui jumlah yang riil dan
benar, sehingga dapat memperkirakan kapan waktu yang tepat untuk
memperbarui stok persediaan obat dan memastikan apa yang tercatat
dalam pembukuan sudah sesuai dengan jumlah yang memang tersedia di
gudang.
Selain itu untuk mencegah hal yang tidak diinginkan misalkan adanya
kerusakan pada produk yang akan dijual bisa diketahui dengan melakukan
stock opname, agar barang-barang persediaan yang rusak bisa dibuang dan
pencatatan persediaannya bisa lebih riil serta penghitungan biaya kerugian
atas kerusakan barang tersebut bisa lebih rinci dan jelas.
Dan stock opname di apotek Ar-24 dilakukan juga untuk menghitung berapa
persediaan yang kadaluarsa, sehingga apotek bisa memperhitungkan
barang-barang yang tidak layak untuk dijual kembali dan barang-barang
yang masih bisa dijual.
3.5 Pelaporan(pelayanan)
Sistem pelaporan di Apotek AR 24 dilakukan setiap satu bulan sekali yang
meliputi laporan obat-obat tertentu dan prekursor.Laporan obat prekursor di
buat 2 rangkap ditunjukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Bengkulu
dengan tembusan :
1. Kepala Balai POM Provinsi Bengkulu.
2. Kepala Dinas Kesehatan Kota Bengkulu.
3. Arsip Apotek.
b. Laporan obat generik ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Bengkulu dengan tembusan kepada :
1. Kepala Dinas Kota Bengkulu
40
2. Kepala BPOM Bengkulu
3. Arsip Apotek
3.6 Perpajakan
Pembayaran pajak di apotek AR-24 Semarang dilakukan petugas khusus sesuai
dengan undang-undang yang berlaku.
3.7 Pelayanan Apotek
Sistem Pelayanan di Apotek AR-24 ada 2 yaitu :
1. Pelayanan non resep
A. Pelayanan obat OTC (Over The Counter)
1. Pasien dilayani langsung oleh petugas pelayanan dan kasir di Apotek,
serta konsultasi pemilihan obat yang baik oleh ATK maupun
Apotekernya secara langsung
2. Petugas menyiapkan obat dan memberikan edukasi kepada pasien
Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus dan metoda
pemberian, farmakologi dan alternatif, keamanan penggunaan pada ibu
hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan,
harga, sifat fisika atau kimia dari Obat dan lain-lain.
B. Pelayanan Obat tanpa Resep Dokter / UPDS (Upaya Pengobatan Diri
Sendiri).
1. Pelayanan non resep
Pelayanan ini dilakukan atas permintaan langsung oleh pasien, biasanya
terdiri dari Obat-obatan Wajib Apotek (OWA) yang dapat diberikan
tanpa resep dokter.Apoteker atau ATK terlebih dahulu bertanya kepada
pasien mengenai keluhan yang dirasakan, kemudian memberikan
beberapa pilihan obat yang biasa digunakan. Setelah pasien setuju dan
menyelesaikan pembayaran obat akan disiapkan, kemudian diserahkan
serta mencatat nama dan alamat pasien sebagai dokumen penjualan atau
untuk keperluan lain.
2. Pelayanan Resep.
1. Penerimaan resep
Resep dari dokter diterima oleh APA atau TTK, resep yang diterima harus
dicek terlebih dahulu kelengkapan resepnya yaitu : nama pasien,
41
alamat, paraf dokter, dan SIK Dokter.
2. Menyiapkan Obat sesuai dengan permintaan Resep
a. menghitung kebutuhan jumlah Obat sesuai dengan Resep
b. mengambil Obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama Obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik
Obat.
3. Melakukan peracikan Obat bila diperlukan
4. Memberikan etiket yang sesuai, yaitu :
a. warna putih untuk Obat dalam/oral
b. warna biru untuk Obat luar dan suntik
c. menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk suspensi
atau emulsi.
5. Memasukkan Obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah demi
menjaga mutu Obat dan menghindari penggunaan yang salah.
Setelah penyiapan Obat dilakukan hal sebagai berikut:
a. Sebelum Obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan
pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket,
cara penggunaan serta jenis dan jumlah Obat (kesesuaian antara
penulisan etiket dengan Resep)
b. Memanggil nama pasien
c. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien
d. Menyerahkan Obat yang disertai pemberian informasi Obat
e. Memberikan informasi cara penggunaan Obat dan hal-hal yang
terkait dengan Obat
f. Penyerahan Obat kepada pasien harus dilakukan dengan cara yang
baik, karena pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya
tidak stabil
g. Memastikan bahwa yang menerima Obat adalah pasien atau
keluarganya
h. Membuat salinan Resep sesuai dengan Resep asli dan diparaf
(apabila diperlukan)
i. Menyimpan Resep pada tempatnya
42
3.8 Evaluasi Mutu pelayanan
Evaluasi terhadap pelayanan kefermasian di apotek AR-24 diadakan satu
bulan sekali dan termasuk dalam agenda rapat bulanan. Hasil evaluasi dapat
berupa di terbitkannya aturan baru dan lain-lain. Evaluasi dapat pula
dilakukan secara mendadak apabila ada complain dari pasien. Jadi,
permasalahan yang mengakibatkan complain tersebut dapat diselesaikan. Hal
ini dilakukan untuk kepuasan pasien dan menjaga citra dari apotek Ar 24
Semarang.
43
BAB IV
A. Kesimpulan
Setelah menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan (PKL) selama kurang lebih dua
bulan setengah maka kesimpulan yang di dapat adalah :
1. Ilmu yang didapat dari sekolah sangat berbeda dengan yang ada di
lapangan, dilapangan kita langsung berhadapan dengan masyarakat
umum.
2. Apotek AR-24 dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat
selama ini sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Semua personil yang ada di Apotek bekerja sama sesuai dengan tugas
dan tanggung jawab masing-masing, Apoteker berperan aktif sebagai
pengelola dan pengembangan Apotek.
4. Seorang Tenaga Teknis Kefarmasian mempunyai peran penting dalam
sebuah Apotek dan mempunyai tugas dan tanggung jawab yang cukup
besar dalam pelaksanaan kegiatan kefarnasian.
5. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan, sangat diperlukan
kerjasama yang baik antar tenaga kerja yang satu dengan yang lain.
6. Praktik Belajar Lapangan di Apotek sangat bermanfaat untuk
kedepannya sebagai bekal untuk terjun ke lapangan pekerjaan di
bidang Kefarmasian terutama pengelolaan Apotek nantinya.
B. Saran
1. Pelayanan di Apotek AR-24 sudah baik tapi lebih baik lagi jika menambah
beberapa asisten apoteker (AA) atau tenaga teknis kefarmasian (TTK) agar
pelayanan dapat dilakukan dengan efisien.
2. Pada siang hari sinar matahari terpancar langsung ke apotik maka
sebaiknya obat-obatan yang harus terhindari dari matahari langsung
sebaiknya diletakan di tempat yang terhindar dari cahaya matahari agar
obat tidak mudah rusak.
3. Untuk gudang stok obat obatan di apotek AR-24 sebaiknya diperluas lagi
44
dan perbanyak tempat untuk meletakkan stok obat seperti lemari obat
obatan agar stok obat dapat tersusun lebih rapi lagi dan mempermudah
untuk mengambil dan mencari stok obat.
4. Untuk meja Administrasi,sebaiknya di pindahkan ke tempat yang lebih luas
agar mempermudah anak magang dan pegawai Apotek AR-24 mencari
obat-obatan.
45
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2009, Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan
Kefarmasian, Departemen Kesehatan RI: Jakarta.
46
L
A
M
P
I
R
A
N
47
Lampiran 1 : Contoh surat pesanan obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat keras.
48
Lampiran 2 : Contoh Resep obat
49
Lampiran 3 : Contoh surat pesanan obat prekursor
50
Lampiran 4 : contoh salinan resep
51
lampiran 5:contoh Faktur
52
Lampira 6 : contoh laporan kartu stok obat
53
Smpg.3 Bentiring Smpng.SMPN,10 Smpng.4 Nakau
54