You are on page 1of 50

PENYESUAIAN PENGGUNAAN RUMUS SCHOORL UNTUK

MENGESTIMASI BOBOT BADAN SAPI BALI BETINA


UMUR DUA TAHUN PADA PETERNAKAN RAKYAT

SKRIPSI

A. HILDA AGSA
I011191023

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
PENYESUAIAN PENGGUNAAN RUMUS SCHOORL UNTUK
MENGESTIMASI BOBOT BADAN SAPI BALI BETINA
UMUR DUA TAHUN PADA PETERNAKAN RAKYAT

SKRIPSI

A. HILDA AGSA
I011191023

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Peternakan
pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023

ii
ABSTRAK

A. Hilda Agsa. I011191023. Penyesuaian Penggunaan Rumus Schoorl Untuk


Mengestimasi Bobot Badan Sapi Bali Betina Umur Dua Tahun Pada Peternakan
Rakyat. Pembimbing Utama: Sudirman Baco dan Pembimbing Anggota:
Muhammad Hatta.

Penentuan bobot badan merupakan salah satu aspek penting dalam


peternakan rakyat. Melalui penimbangan, bobot badan ternak dapat diketahui
secara tepat. Tetapi, penggunaan timbangan dikalangan masyarakat belum
maksimal digunakan karena harga dan ukurannya yang besar. Dengan adanya
hubungan antara lingkar dada dan bobot badan maka dilakukan pendugaan bobot
badan menggunakan rumus Schoorl. Hasil pendugaan bobot badan tersebut
memiliki penyimpangan terhadap bobot aktual sehingga dilakukan penyesuaian
rumus untuk mengestimasi bobot badan sapi Bali. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui estimasi bobot badan sapi Bali betina umur 2 tahun dengan
mengaplikasikan ukuran tubuh kedalam rumus Schoorl dan menyesuaikannya
dengan bobot badan aktual sapi Bali. Penelitian ini menggunakan sapi Bali betina
yang berumur 2 tahun sebanyak 62 ekor dengan kondisi tubuh relatif sama di
Kecamatan Barru, Kabupaten Barru. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif denegan mengumpulkan data primer seperti ukuran lingkar dada dan
bobot badan aktual serta data sekunder meliputi umur dan kondisi ternak. Data yang
terkumpul kemudian dianalisis menggunakan analisis deksriptif dalam bentuk
tabel, kemudian melakukan uji T dan analisis regresi. Penyesuaian rumus Schoorl
Terbaru dilakukan dengan mengganti angka 22 menjadi x. Hasil dari penelitian ini
yaitu diperoleh nilai x sebesar -9, sehingga diperoleh rumus Schoorl Terbaru
dengan penyimpangan 0,001% dan tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan bobot
badan aktual. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa untuk
mengestimasi bobot badan sapi Bali betina umur 2 tahun dapat dilakukan
menggunakan rumus Schoorl Terbaru sebagai berikut:

(𝐿𝐷 − 9)2
𝐵𝐵 =
100
Keterangan:
BB = Bobot badan (kg)
LD = Lingkar dada (cm)

Kata Kunci: bobot badan, lingkar dada, rumus Schoorl, umur, sapi Bali

v
ABSTRACT

A. Hilda Agsa. I011191023. Adjustment of Schoorl Formula for Estimating the


Body Weight of 2 Years Old Female Bali Cattle in Smallholder Farms. Main
Supervisor: Sudirman Baco and Co-Supervisor: Muhammad Hatta.

Determination of body weight is one important aspect in small-scale


farming. Through weighing, the exact weight of livestock can be determined.
However, the use of scales among the community is not fully maximized due to
their high cost and large size. With the relationship between chest circumference
and body weight, an estimation of Bali cattle's body weight is done using the
Schoorl formula. The results of this body weight estimation have deviations from
the actual weight, so an adjustment to the formula is made to estimate the body
weight of Bali cattle. The objective of this study is to determine the estimated body
weight of 2-year-old female Bali cattle by applying body measurements to the
Schoorl formula and adjusting it with the actual body weight of Bali cattle. This
study used 62 female 2-year-old Bali cattle with relatively similar body conditions
in Barru Subdistrict, Barru Regency. The research employed a quantitative
approach by collecting primary data such as chest circumference and actual body
weight, as well as secondary data including age and livestock conditions. The
collected data was then analyzed using descriptive analysis in the form of tables,
followed by performing t-tests and regression analysis. The adjustment to the latest
Schoorl formula was made by replacing the number 22 with x. The result of this
study obtained a value of x as -9, thus obtaining the latest Schoorl formula with a
deviation of 0.001% and not significantly different (P>0.05) from the actual body
weight. Based on the research findings, it can be concluded that the estimation of
body weight for 2-year-old female Bali cattle can be done using the latest Schoorl
formula as follows:
(𝐶𝐶 − 9)2
𝐵𝑊 =
100
Explanation:
BW = Body weight (kg)
CC = Chest circumference (cm)

Keywords: body weight, chest circumference, Schoorl formula, age, Bali cattle.

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang telah melimpahkan

seluruh rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah

hasil penelitian yang berjudul Penyesuaian Penggunaan Rumus Schoorl untuk

Mengestimasi Bobot Badan Sapi Bali Betina Umur Dua Tahun pada

Peternakan Rakyat. Shalawat serta salam juga tak lupa penulis junjungkan kepada

Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai suri tauladan bagi umatnya.

Penyelesaian studi tentunya tidak terlepas dari berbagai dukungan dan do’a

dari orang yang paling berharga karena telah melahirkan, mendidik, dan

membesarkan dengan cinta dan kasih sayang yang begitu tulus serta senantiasa

memanjatkan do’a dalam kehidupannya untuk keberhasilan penulis yaitu Ayah

Andi Gustan dan Ibu Sahawati yang telah mendukung penuh dalam melanjutkan

pendidikan di tingkat Perguruan Tinggi.

Penyelesaian studi tentunya tidak terlepas dari dukungan, bimbingan, saran,

dan motivasi dari berbagai pihak. Maka dari itu, pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Unhas Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc dan Wakil Rektor

beserta jajarannya.

2. Dekan Fakultas Peternakan Dr. Syahdar Baba, S.Pt., M.Si., Wakil Dekan,

dan Ketua Departemen Produksi Ternak beserta jajarannya.

3. Prof. Dr. Ir. Sudirman Baco, M.Sc., sebagai pembimbing utama yang telah

membimbing, mendukung, dan memberi arahan kepada penulis dalam

menyelesaikan tugas akhir ini.

vii
4. Dr. Muhammad Hatta, S.Pt., M.Si., sebagai pembimbing anggota yang telah

membimbing, mendukung, dan memberi arahan kepada penulis dalam

menyelesaikan tugas akhir ini.

5. Dr. Ir. Zulkharnaim, S.Pt., M.Si., IPM dan Dr. Muhammad Ihsan A.

Dagong, S.Pt. M.Si., selaku pembahas yang memberi arahan dan masukan

kepada penulis mengenai isi dari tugas akhir ini.

6. Dr. Sutomo, S.Pt., M.Si, sebagai penasehat akademik yang memberikan

arahan dalam penyelesaian akademik selama proses perkuliahan.

7. Marhamah Nadir, S.P., M.Si., Ph.D, sebagai pembimbing dalam Seminar

Studi Pustaka dan Praktek Kerja Lapangan.

8. Arizal Hatam., S.Pt., M.Si., sebagai pembimbing lapangan dalam kegiatan

Praktek Kerja Lapangan.

9. Pak Kasman dan Pak Bahar, sebagai pendamping di lapangan yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis beserta tim selama proses penelitian.

10. Bapak Ibu Staf Pegawai Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.

11. Andi Ade Agsa, S.Si dan Andi Nurmiftahul Janna H., SKM., M.Kes, serta

Ahmad Irfan La Pisu dan Andi Sri Ulandari Agsa, S.E sebagai kakak yang

selalu mendukung secara mental maupun finansial selama penulis berkuliah.

12. Seluruh keluarga besar Andi Gustan dan Sahawati yang selalu mendukung

penulis selama berkuliah.

13. Pak H. Nursin dan Ibu Hj. Sindare yang penulis anggap sebagai orang tua

selama melaksanakan penelitian di Kecamatan Barru, Kabupaten Barru.

viii
DAFTAR ISI

Halaman

Daftar Isi...................................................................................................... x

Daftar Tabel ................................................................................................ xii

Daftar Gambar............................................................................................. xiii

PENDAHULUAN....................................................................................... 1

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Sapi Bali ................................................................. 5

Manajemen Pemeliharaan.................................................................. 6

Dimensi Tubuh .................................................................................. 8

Hubungan Bobot Badan dengan Umur Ternak Sapi Bali Betina ...... 9

Pendugaan Bobot Badan Menggunakan Rumus................................ 10

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat............................................................................. 14

Materi Penelitian................................................................................ 14

Rencana Penelitian............................................................................. 14

Prosedur Penelitian ............................................................................ 15

Parameter yang Diamati .................................................................... 15

Analisis Data...................................................................................... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran Tubuh .................................................................................... 18

Bobot Badan Aktual dan Bobot Badan Hasil Pendugaan Rumus


Schoorl ............................................................................................... 19

x
Penyesuaian Penggunaan Rumus Schoorl Untuk Menduga Bobot
Badan Sapi Bali Betina Umur 2 Tahun ............................................. 21

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 25

Kesimpulan ........................................................................................ 25

Saran .................................................................................................. 25

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 26

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

xi
DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Hasil Penimbangan Bobot Badan dan Pengukuran Lingkar


Dada ...................................................................................................... 18

2. Hasil Penimbangan Bobot Badan dan Pendugaan Rumus Schoorl ...... 19

3. Hasil Uji T Bobot Badan Aktual dan Pendugaan Rumus Schoorl ........ 20

4. Perbandingan Antara Bobot Badan Aktual dengan Rumus Schoorl


dan Schoorl Terbaru .............................................................................. 21

5. Standar Pengestimasian Bobot Badan Menggunakan Rumus Schoorl


Terbaru .................................................................................................. 23

xii
DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Pengukuran Lingkar Dada .................................................................... 16

2. Grafik Lingkar Dada dan BB Rumus Schoorl Terbaru ........................ 22

xiii
PENDAHULUAN

Umumnya skala usaha peternakan rakyat sapi potong memelihara antara 1

sampai 6 ekor per rumah tangga peternak. Pada skala usaha ternak 1 sampai 4 ekor,

perhitungan keuntungan dan masukan teknologi sudah mulai diterapkan walaupun

masih sangat sederhana. Pada tingkat pemeliharaan minimum 6 ekor per rumah

tangga sudah dapat dikategorikan kepada usaha peternakan sapi potong skala kecil,

yaitu usaha ternak sapi potong yang telah mulai berorientasi ekonomi. Menurut

Lestari dkk. (2017) bahwa di dalam negeri, usaha peternakan rakyat yang

mengusahakan secara komersial bersaing dengan usaha penggemukan sapi (feedlot)

pada tingkat perusahaan yang memperhatikan manajemen pemeliharaan.

Efektivitas penggunaan dari faktor pemeliharaan sangat mempengaruhi

produktivitas usaha sapi potong yang akan tercermin pada tinggi rendahnya tingkat

pendapatan peternak. Salah satu ciri dari usaha peternakan rakyat adalah

orientasinya belum sepenuhnya bersifat bisnis dan biasanya dilakukan sebagai

usaha sambilan yang tidak terlalu mementingkan keuntungan secara finansial.

Belum optimalnya pendapatan bersih yang diperoleh peternak karena sebagian

besar usaha ini dikerjakan sebagai pekerjaan sambilan/usaha rumah tangga berskala

kecil dengan managemen yang sederhana baik pada pemberian pakan maupun pada

pemeliharaan ternak (Sunarto dkk., 2016).

Pemeliharaan sapi Bali yaitu secara intensif, semi intensif, dan ekstensif.

Pola pemeliharaan intensif adalah ternak di kandangkan selama masa pemeliharaan

dan peternaklah yang membawakan pakan dan air kepada ternaknya (cut and

carry). Sistem kedua adalah semi intensif yakni ternak ditambat pada siang hari di

tanah pangonan (lahan gembala) dan di kandangkan pada malam hari. Sistem yang

1
ketiga adalah pola ektensif yaitu sapi yang dipelihara dilepas bebas di tanah

pangonan atau hutan serta hanya dikumpulkan oleh pemiliknya pada saat-saat

tertentu saja dan campur tangan peternak sangat minim. Pemeliharaan sapi Bali

secara semi intensif dan ekstensif sampai saat ini menjadi kontribusi dalam

peningkatan produktifitas ternak (Sari dkk., 2022).

Pertumbuhan ternak dapat diduga dengan memperhatikan penampilan fisik

dan bobot hidupnya. Pengukuran dan pertambahan bobot badan sangat umum

dilakukan, tetapi kurang praktis dilakukan di lapangan karena pertimbangan teknis

kesulitan dalam penimbangan. Dengan demikian, pola pertumbuhan ternak dapat

diduga atas dasar pengukuran ukuran-ukuran tubuh yang erat kaitannya dengan

pertumbuhan kerangka tubuh ternak. Secara kuantitatif dapat dilakukan dengan

pengukuran dimensi tubuh salah satunya adalah dengan mengukur dimensi lingkar

dada sapi Bali. Ukuran dimensi tubuh ini berhubungan dapat dihubungkan dengan

produktifitas ternak (Saptayanti dkk., 2015).

Salah satu usaha meningkatkan produktifitas sapi diperlukan informasi

mengenai bobot hidup. Bobot badan seekor sapi hanya dapat diketahui secara tepat

melalui cara penimbangan, namun dalam situasi dan kondisi tertentu, terutama pada

kondisi peternakan rakyat, jarang atau tidak tersedia alat timbangan ternak sapi.

Oleh karena itu dibutuhkan cara lain yang dianggap praktis untuk mengukur bobot

badan seekor ternak dengan mengukur lingkar dada (cm), panjang badan diukur

dengan pita ukur dari ujung samping tulang bahu sampai dengan ujung tulang

duduk (cm) dan tinggi pundak dengan mengukur jarak tegak lurus dari tanah sampai

dengan puncak gumba di belakang punuk (cm) (Pikan dkk., 2018).

2
Suatu hal yang sering dihadapi dalam mengukur bobot badan ternak dengan

jumlah yang besar serta biasanya tidak dikandangkan adalah membutuhkan

peralatan, tenaga dan waktu yang banyak sehingga pekerjaan menjadi tidak efektif

dan efisien. Dalam usaha untuk mengatasi kendala yang dihadapi jika alat ukur

untuk menduga bobot badan ternak yang berkapasitas besar tidak tersedia, dapat

dilakukan penaksiran bobot badan ternak tersebut dengan menggunakan dimensi

tubuhnya. Misalnya melalui panjang badan dan juga lingkar dada, karena lingkar

dada seekor ternak memiliki korelasi yang sangat kuat untuk menduga bobot hidup

ternak (Susanto dkk., 2017).

Pendugaan bobot badan untuk memudahkan dan mengurangi kesalahan

dalam menentukan bobot badan yang nilainya bisa diestimasi menggunakan ukuran

tubuh. Pada awalnya estimasi bobot badan yang menggunakan perhitungan Schoorl

dilakukan pada sapi-sapi Eropa yang memiliki bobot badan yang besar yakni di atas

500 kg. Sementara sapi-sapi di Indonesia umumnya memiliki berat 250-300 kg

(Meidina dkk., 2021). Untuk itu perlu diuji tingkat akurasinya dengan cara

membandingkan antara bobot badan aktual hasil penimbangan dengan nilai

pendugaan bobot badan menggunakan rumus Schoorl.

Bobot badan ternak dapat diketahui melalui penimbangan dan pendugaan

menggunakan rumus. Tetapi, penggunaan timbangan pada peternakan rakyat dinilai

kurang efisien karena ukuran timbangan yang kurang praktis dan harganya yang

relatif mahal untuk diterapkan di lapangan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan

pendugaan bobot badan menggunakan rumus Schoorl. Akan tetapi, rumus tersebut

masih memiliki bias jika di terapkan pada sapi Bali. Hal ini dikarenakan rumus

Schoorl dipergunakan untuk sapi-sapi luar negeri yang memiliki bobot badan lebih

3
besar dari sapi Bali. Oleh karena itu, perlu adanya penyesuaian antara hasil

pendugaan bobot badan menggunakan rumus Schoorl dan timbangan sehingga

mendekati bobot badan aktualnya. Diduga dengan penyesuaian bobot badan sapi

Bali betina umur dua tahun menggunakan rumus Schoorl dapat mendekati bobot

badan aktualnya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui estimasi bobot badan

sapi Bali betina umur 2 tahun dengan mengaplikasikan ukuran-ukuran tubuh

kedalam rumus Schoorl dan menyesuaikannya dengan bobot badan aktual sapi Bali.

Manfaat dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai bahan informasi

untuk masyarakat khususnya peternak dengan skala peternakan rakyat dalam

melakukan penentuan bobot badan sapi Bali betina umur 2 tahun.

4
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Sapi Bali

Sapi Bali merupakan salah satu bangsa sapi asli di Indonesia yang

merupakan hasil domestikasi langsung dari Banteng liar. Sapi Bali

dikembangkan,dimanfaatkan dan dilestarikan sebagai sumberdaya ternak asli yang

mempunyai ciri khas tertentu dan mempunyai kemampuan untuk berkembang

dengan baik pada berbagai lingkungan yang ada di Indonesia. Sapi Bali juga

memiliki performa produksi yang cukup bervariasi dan kemampuan reproduksi

yang tetap tinggi. Sehingga, sumberdaya genetik sapi Bali merupakan salah satu

aset nasional yang merupakan plasma nutfah yang perlu dipertahankan

keberadaannya dan dimanfaatkan secara lestari sebab memiliki keunggulan yang

spesifik (Hikmawaty dkk., 2018).

Sapi Bali sebagai salah satu rumpun sapi asli Indonesia yang memiliki

beberapa keunggulan. Beberapa keunggulannya antara lain dapat beradaptasi pada

hampir seluruh kondisi tropis di Indonesia sehingga membuatnya terkenal sebagai

sapi dengan julukan “sapi perintis”. Sapi Bali merupakan sapi yang mempunyai

peningkatan paling tinggi dibandingkan dengan jenis sapi lainnya yang ada di

Indonesia. Keunggulan lainnya adalah tetap produktif pada kondisi lingkungan baru

tempat dipelihara dengan tetap mempunyai tingkat reproduksi dan pertumbuhan

serta kondisi tubuh yang baik (Andilah dkk., 2021).

Sapi betina siap bunting setelah umur dua tahun, dengan masa produktif

melahirkan anak selama tujuh tahun. Setelah masa produktif habis sapi betina

diperuntukan sebagai sapi potong. Peternakan sapi di Indonesia umumnya adalah

5
peternakan rakyat yang sebagian besar beternak sapi Bali. Peternak apabila

mempunyai kebutuhan yang mendesak, akan menjual sapinya termasuk sapi betina

yang masih produktif, di samping itu tingginya permintaan daging menjadi salah

satu faktor tingginya pemotongan sapi betina produktif (Masyita dkk., 2014).

Sapi Bali menjadi primadona peternakan rakyat karena memiliki beberapa

keunggulan yaitu, kemampuan adaptasi yang cukup baik pada berbagai kondisi

lingkungan dan pakan yang kurang baik, kemampuan reproduksinya tinggi dan

persentase karkas yang cukup tinggi. Tinggi rendahnya produktivitas sapi Bali

diantaranya dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan, dengan melihat kenyataan

tersebut maka upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas sapi

Bali adalah mencari data dasar melalui karakteristik kuantitatif sapi Bali.

Karakteristik kuantitatif adalah sifat yang dapat diukur, bernilai ekonomis dan dapat

digunakan untuk seleksi dini. Karakteristik kuantitatifnya diantaranya adalah bobot

badan (BB), pertambahan bobot badan (PBB) dan ukuran ukuran tubuh

(Gushairiyanto dan Depison, 2021).

Manajemen Pemeliharaan

Pemeliharaan sapi potong di Indonesia dilakukan secara ekstensif, semi-

intensif, dan intensif. Pemeliharaan secara intensif, hampir sepanjang hari berada

di dalam kandang dan diberikan pakan yang cukup jumlah dan mutu (10% dari berat

badan) dan kualitas hijauan sehingga cepat gemuk. Sapi-sapi yang dipelihara secara

ekstensif, dilepaskan di padang penggembalaan dan digembalakan sepanjang hari,

mulai dari pagi hingga sore. Penggemukan sapi dapat dilakukan secara

perseorangan maupun secara perusahaan dalam skala usaha besar. Pada umumnya,

6
sistem penggemukan ada tiga, yakni sistem kereman, sistem pasture fattening, dan

sistem dry lot fattening (Sunarto dkk., 2016).

Sapi Bali biasanya dipelihara secara individual dengan cara-cara tradisional

sehingga menyebabkan perkembangannya agak lambat. Namun, disisi lain

teknologi pakan untuk ternak (sapi) telah tersedia dan perlu diterapkan oleh

peternak secara lanjut sehingga ternak yang dihasilkan oleh peternak meningkat

kualitas dan produktivitasnya. Oleh karena itu, peternak harus berusaha memberi

pakan yang cukup dan memenuhi syarat sesuai dengan kebutuhan sapi. Ransum

sapi yang memenuhi syarat ialah ransum yang mengandung: protein, karbohidrat,

lemak, vitamin, mineral, dan air dalam jumlah yang cukup. Kesemuanya dapat

disediakan dalam bentuk hijauan dan konsentrat. Kebutuhan ternak terhadap jumlah

pakan tiap hari tergantung dari jenis atau spesies, umur, dan fase pertumbuhan

ternak (dewasa, bunting, dan menyusui) (Nugraha dkk., 2016).

Selama fase awal pertumbuhan tersebut sebagian besar nutrisi yang

dikonsumsi oleh ternak akan digunakan untuk mendukung pertumbuhan kerangka

tubuhnya secara optimal. Sapi bali akan bertumbuh dengan pesat sampai mencapai

umur dewasa tubuh sekitar 2 tahun, sedangkan jika sudah lebih dari umur 2 tahun

dapat memanfaatkan pakan dengan kualitas sedang sampai rendah untuk

mempertahankan kondisi tubuhnya sedangkan sapi bali lepas sapih harus

mendapatkan pakan yang berkualitas baik karena nutrisi yang diperolehnya selain

digunakan untuk mempertahankan kondisi tubuhnya juga digunakan untuk proses

pertumbuhan. Jika kerangka tubuh seekor ternak dapat bertumbuh secara optimal,

maka bobot badan yang dicapai ternak tersebut setelah mencapai dewasa tubuh

akan optimal pula (Sudirman dan Suryadi, 2020).

7
Dimensi Tubuh

Dimensi tubuh ternak merupakan faktor yang erat hubungannya dengan

penampilan dan sifat produksi seekor ternak. Hal tersebut dapat digunakan untuk

menduga berat badan ternak sapi dan seringkali dipakai sebagai parameter teknis

dalam penentuan sapi bibit berdasarkan mutu genetiknya (Mahardika dkk., 2015).

Menurut Warmadewi dkk. (2017) bahwa dimensi tubuh yang bernilai ekonomis,

meliputi panjang badan, tinggi gumba dan lingkar dada harus sesuai dengan

persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemberi bantuan. Ketiga hal ini dapat

dipakai untuk memprediksi produktivitas ternak.

Dimensi tubuh ternak merupakan sifat kuantitatif yang dapat digunakan

untuk mengetahui perbedaan-perbedaan antara jenis ternak ataupun seleksi.

Dimensi tubuh sering juga digunakan untuk mengevaluasi pertumbuhan karena

dimensi merupakan indikator penting dari pertumbuhan. Dimensi tubuh dapat

digunakan untuk menaksir bobot tubuh dan berat karkas, serta memberikan

gambaran bentuk tubuh hewan sebagai ciri khas suatu bangsa ternak tertentu.

Dimensi tubuh yang umum diamati pada ternak meliputi panjang tubuh dan lingkar

dada (Ersi dkk., 2018).

Peningkatan bobot badan ternak mengalami perubahan pada dimensi

tubuhnya, dimana terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan. Lingkar dada

dapat dilihat juga terjadi peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa dengan

bertambahnya bobot badan maka lingkar dada juga akan bertambah. Menurut

Monica (2017) pertambahan lingkar dada sapi Bali betina diikuti oleh pertumbuhan

lemak dan daging yang lebih besar dibanding dengan pertambahan panjang badan

dan pertambahan tinggi pundak. Adanya hubungan antara dimensi ukuran tubuh

8
pada sapi dengan bobot badannya, sehingga menghasilkan suatu formula untuk

mengestimasi bobot badan pada umur dan jenis kelamin tertentu.

Hubungan Bobot Badan dengan Umur Sapi Betina

Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi bobot dan

pertumbuhan badan sapi. Pertumbuhan dari tubuh hewan mempunyai arti penting

dalam suatu proses produksi, karena produksi yang tinggi dapat dicapai dengan

adanya pertumbuhan yang cepat dari hewan tersebut. Pertambahan bobot badan

sapi Bali betina berumur 2 tahun yang lebih tinggi dibandingkan bobot badan sapi

Bali betina yang berumur 1.5 tahun. Pertambahan bobot badan sapi Bali betina yang

berumur 2 tahun dibandikan dengan yang berumur 1.5 tahun karena adanya

pengaruh pakan dan lingkungan setempat perlakuan yang dilakukan oleh perternak

memberikan pakan terhadap sapi-sapinya. Hal ini dapat disebabkan karena pada

usia 2 tahun (24 bulan) adalah usia puncak pertumbuhan dan setelah itu

pertumbuhannya berangsur menurun (Karno, 2017).

Pertumbuhan adalah pertambahan berat badan atau ukuran tubuh sesuai

dengan umur, sedangkan perkembangan berhubungan dengan adanya perubahan

ukuran serta fungsi dari berbagai bagian tubuh semenjak embrio sampai menjadi

dewasa. Pendugaan umur dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan melihat

lingkar tanduk dan keadaan atau susunan giginya. Cara pendugaan umur dengan

melihat lingkar tanduk adalah dengan menghitung jumlah lingkar tanduk ditambah

dua. Lingkar dada pada setiap umur memiliki keeratan hubungan yang lebih baik

dengan bobot badan jika dibandingkan dengan tinggi pundak, panjang badan dan

lebar dada pada umur yang sama. Hal ini mudah dimengerti karena lingkar dada

dan panjang badan menunjukkan volume (Niam dkk., 2012).

9
Umur dan berat badan ternak betina dalam proses pertumbuhan menjadi

sangat penting peranannya terhadap kinerja reproduksi sapi betina. Kinerja

reproduksi sapi betina sangat berhubungan dengan status ovarium, karena ovarium

selain berfungsi menghasilkan sel kelamin betina juga menghasilkan hormon-

hormon reproduksi yang mempengaruhi kinerja reproduksi. Besarnya ukuran-

ukuran ovarium berkorelasi dengan umur dan ukuran tubuh ternak. Berat badan

yang lebih tinggi dikarenakan pada umur diatas 2 tahun, proses pertumbuhan akan

berlangsung sangat cepat hingga mencapai dewasa tubuh (Hamdani, 2013).

Pendugaan Bobot Badan Menggunakan Rumus

Bobot badan dapat diperoleh dengan cara menimbang ternak menggunakan

timbangan sapi digital yang dilengkapi dengan krangkeng. Timbangan sapi digital

mempunyai harga yang relatif tinggi, sehingga harganya tidak terjangkau oleh

peternak rakyat. Hal tersebut membuat para peternak rakyat harus mampu

memperkirakan atau menduga bobot badan ternak dengan penampilan luar

ternaknya. Pendugaan bobot badan yang biasa dilakukan adalah menggunakan

ukuran linier tubuh seperti dengan mengukur lingkar dada dan panjang badan.

Lingkar dada dan panjang badan sapi diukur dengan menggunakan metline dengan

posisi kaki depan dan kaki belakang harus sejajar. Hasil pengukuran tersebut

kemudian dimasukkan ke dalam suatu rumus yang nantinya akan menghasilkan

perkiraan bobot badan sapi tersebut (Hapsari dkk., 2018).

Bobot badan memegang peranan penting dalam pola pemeliharaan yang

baik, selain untuk menentukan kebutuhan nutrisi, jumlah pemberian pakan, jumlah

dosis obat, bobot badan juga dapat digunakan untuk menentukan nilai jual ternak

tersebut. Kurangnya pengetahuan peternak tentang cara penentuan jumlah pakan

10
serta penentuan harga jual yang tidak lepas dari pengaruh bobot badan dan

minimnya fasilitas untuk mengetahui bobot badan yang tepat menjadi salah satu

alasan. Ukuran-ukuran tubuh ternak dapat digunakan untuk menduga bobot badan.

Salah satu metode praktis adalah dengan menggunakan lingkar dada. Terdapat

beberapa rumus penduga bobot badan ternak menggunakan lingkar dada yaitu

Schoorl, Winter, dan Denmark (Niam dkk., 2012).

Rumus Schoorl dapat digunakan untuk menduga bobot badan sapi melalui

pengukuran tubuh sapi berdasarkan lingkar dada (Handayani dkk., 2014). Rumus

tersebut hanya dapat digunakan pada ternak yang memiliki bobot 300 kg atau lebih

(Permana dkk., 2018). Oleh karena itu, rumus tersebut belum tentu tepat untuk

menduga bobot badan pada semua bangsa sapi (Juandhi dkk., 2019).

Menurut Karno (2017) ada beberapa rumus yang dapat digunakan dalam

pendugaan bobot badan ternak sapi, yaitu:

1. Rumus Schoorl

(LD+22)2
BB =
100

Keterangan:

BB = Bobot Badan (kg)

LD = Lingkar Dada (cm)

Rumus ini hanya berlaku untuk sapi dewasa, sedangkan untuk pedet rumus

ini kurang tepat, karena faktor penambah 22 untuk lingkar dada pada sapi yang

sedang tumbuh terlalu besar.

2. Rumus Denmark

(LD+18)2
BB =
100

11
Keterangan:

BB = Bobot Badan (kg)

LD = Lingkar Dada (cm)

3. Rumus Winter

(LD2 )x(PB)
BB =
300

Keterangan:

BB = Bobot Badan (lbs)

LD = Lingkar Dada (inchi)

PB = Panjang Badan (inchi)

1kg = 2,205 lbs

1cm = 0,394 inchi

Rumus ini merupakan gabungan antara panjang badan dan lingkar dada.

Tingkat kesalahan rumus ini dibandingkan dengan penimbangan berkisar 2-6%.

Menurut Firdaus dkk. (2017) ukuran-ukuran tubuh ternak memiliki banyak

kegunaan seperti menduga bobot badan dan memberi gambaran bentuk tubuh

ternak sebagai ciri khas suatu bangsa. Ukuran tubuh yang dapat digunakan untuk

menduga bobot badan diantaranya adalah lingkar dada dan panjang badan dengan

menggunakan rumus Winter. Rumus Winter telah diuji dan telah diteliti bahwa

hasilnya ada penyimpangan pada rumus tersebut dengan bobot badan aktual sapi di

Indonesia. Untuk meminimalisir penyimpangan pada rumus tersebut, maka

Arjodarmoko memodifikasi rumus Winter dan disesuaikan dengan jenis dan ukuran

sapi serta kondisi lingkungan di Indonesia yang sekarang dikenal dengan rumus

12
Arjodarmoko. Adapun rumus Arjodarmoko yang digunakan untuk menduga bobot

badan, yaitu:

(LD)2 x PB
BB=
104

Keterangan:

BB = Bobot Badan (kg)

LD = Lingkar Dada (cm)

PB = Panjang Badan (cm)

Namun, rumus Arjodarmoko juga dinilai belum memberikan hasil yang

akurat terhadap bobot badan aktual ternak sapi, dan untuk meminimalisir

penyimpangan tersebut, maka rumus ini kemudian dimodifikasi oleh Putra dkk.

(2020) yang disesuaikan dengan jenis sapi yaitu sapi PO jantan yang disebut dengan

rumus modifikasi baru. Adapun rumus modifikasi baru yang digunakan untuk

menduga bobot badan, yaitu:

π x r2 x PB
BB=
950

Keterangan:

BB = Bobot Badan

π = 24/7 = 3,14

r = Jari-jari

PB = Panjang Badan

13
METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada 20 Februari 2023 sampai 18 Maret 2023

bertempat di peternakan rakyat Kecamatan Barru, Kabupaten Barru, Sulawesi

Selatan. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan karena berdasarkan salah satu

pendamping peternak daerah tersebut menyatakan bahwa di daerah ini memiliki

banyak populasi sapi Bali.

Materi Penelitian

Materi pada penelitian ini menggunakan sapi Bali milik MBC dan

peternakan rakyat Kecamatan Barru sebanyak 62 ekor ternak betina dengan umur

2 tahun.

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan digital

ternak, papan timbangan, aki, pita ukur, alat tulis dan sepatu boot.

Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif untuk

menjawab masalah penelitian yang berkaitan dengan data berupa angka dan

program statistik. Penelitian ini menggunakan metode survei untuk mengambil data

penimbangan bobot badan dan data lingkar dada sapi Bali betina. Pengambilan data

dilakukan dengan cara mengumpulkan data bobot badan aktual, lingkar dada,

jumlah dan kondisi tubuh sapi Bali betina. Data yang terkumpul kemudian

dianalisis menggunakan analisis deksriptif dalam bentuk Tabel.

14
Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini diawali dengan mengunjungi lokasi penelitian yang

bertujuan untuk berkomunikasi dengan pendamping peternak sehingga peternak

dapat mempersiapkan ternaknya. Kemudian, melakukan pengukuran dimensi tubuh

sapi Bali khususnya lingkar dada menggunakan pita ukur. Setelah itu, melakukan

penimbangan bobot badan aktual sapi Bali menggunakan timbangan digital ternak.

Selanjutnya, mengestimasi bobot badan aktual sapi Bali dengan pendugaan bobot

badan menggunakan rumus Schoorl.

(𝐿𝐷 + 22)2
𝐵𝐵 =
100
Keterangan:
BB = Bobot badan (kg)
LD = Lingkar dada (cm)

Hasil estimasi bobot badan menggunakan rumus diatas dilanjutkan dengan

uji T untuk mengukur tingkat perbedaan antara bobot aktual dengan estimasi bobot

badan menggunakan rumus Schoorl. Jika hasil yang diperoleh berbeda nyata maka

dilakukan penyesuaian dengan mengganti konstanta (22) pada rumus hingga

hasilnya diperoleh tidak berbeda nyata antara bobot badan aktual dengan bobot

badan menggunakan rumus Schoorl terbaru.

Parameter yang Diamati

Parameter yang akan diamati pada penelitian ini adalah ukuran tubuh sapi

Bali seperti lingkar dada, bobot badan aktual, umur, dan kondisi tubuh sapi Bali

betina pada umur 2 tahun. Pengukuran ukuran tubuh serta informasi mengenai umur

dan kondisi tubuh ternak dilakukan dengan cara:

15
1. Data bobot badan aktual diperoleh dengan cara menimbang sapi, memasukan

sapi ke dalam kandang jepit yang sudah dilengkapi dengan timbangan ternak.

2. Umur ternak dapat diketahui melalui catatan peternak dan susunan giginya

3. Kondisi tubuh ternak diketahui dengan melihat BCS (Body condition Score)

4. Lingkar dada diukur menggunakan pita ukur dengan satuan cm yang diambil

dengan cara mengikuti lingkaran dada atau tubuh tepat di belakang kaki depan

ternak.

Gambar 1. Pengukuran Lingkar Dada


Sumber: Sumarsono, 2016.

Analisis Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini di analisis secara statistik

menggunakan uji T untuk mengetahui perbedaan antara bobot badan aktual dan

hasil pendugaan menggunakan rumus Schoorl. Adapun persamaan uji T adalah

sebagai berikut:

Keterangan:

X : nilai rata-rata
Π : rata-rata populasi
S : standar deviasi
n : jumlah data

16
Jika hasil yang diperoleh berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan

penggantian konstanta (22) pada rumus Schoorl menjadi x. Berikut persamaan

untuk mencari nilai x:

(𝐿𝐷+𝑋 )2
𝐵𝐵 = Keterangan:
100
𝐵𝐵 . 100 = (𝐿𝐷 + 𝑋 )2 BB :Bobot Badan (kg)
𝐵𝐵 . 100 = (𝐿𝐷 + 𝑋) (𝐿𝐷 + 𝑋) LD :Lingkar Dada (cm)
X1=…. atau X2=…. X :Pengganti Konstanta

Setelah diperoleh x dengan hasil (-9) menggunakan metode tersebut,

selanjutnya kembali dilakukan uji T untuk mengetahui antara perbedaan bobot

badan setelah modifikasi rumus dengan bobot badan aktual sehingga didapatkan

rumus Schoorl Terbaru dengan yang tepat untuk pendugaan bobot badan sapi Bali

betina umur 2 tahun. Selanjutnya, dilakukan analisis regresi untuk mengetahui

hubungan lingkar dada dan bobot badan hasil pendugaan menggunakan rumus

Schoorl Terbaru.

17
HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran Tubuh

Ukuran tubuh sapi Bali merupakan gambaran deskriptif potensi genetik

yang dimiliki seekor ternak dalam suatu populasi. Melalui analisis deskriptif, data

penimbangan bobot badan aktual dan pengukuran lingkar dada sapi Bali Betina

Umur 2 Tahun dapat dilihat pada Tabel 1. Sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Penimbangan Bobot Badan dan Pengukuran Lingkar Dada


Nilai Nilai
Variabel n Rata-rata±sd
Terendah Tertinggi
Bobot Badan Aktual (kg) 62 155,54±17,86 124 197,5
Lingkar Dada (cm) 62 133,53±6,83 119 148
Sumber : Data Primer, 2023.
Keterangan : n: Jumlah Sampel; sd: Standar Deviasi

Tabel 1. Menggambarkan hasil penimbangan bobot badan aktual dan

pengukuran lingkar dada. Rata-rata bobot badan yang diperoleh yaitu 155,54±17,86

kg. Nilai bobot badan tertinggi sebesar 197,5 kg dan bobot terendah 124 kg.

Sedangkan, rata-rata lingkar dada yang diperoleh yaitu 133,53±6,83 cm dengan

nilai lingkar dada tertinggi dan terendah masing-masing sebesar 148 dan 119 cm.

Hasil penimbangan bobot badan pada Tabel 1. yaitu 155,54±17,86 kg

menunjukkan bahwa bobot tersebut sesuai dengan hasil penelitian Monica (2017)

yaitu bobot badan sapi Bali betina yang berumur 2-2,5 tahun sebesar 155,97±22,23

kg. Peningkatan bobot badan ditandai dengan perubahan pada komposisi tubuhnya

sehingga terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini juga sejalan

dengan penelitian Pohan dkk. (2002) bahwa bobot badan betina masing-masing

untuk umur diatas 1-2,5 tahun adalah 140 kg. Sedangkan, hasil pengukuran lingkar

dada pada Tabel 1. diperoleh rata-rata sebesar 133,53±6,83 cm yang sejalan dengan

18
penelitian Simanjuntak dan Robinson (2021) bahwa lingkar dada sapi Bali betina 2

tahun sebesar 138,87±14,21 cm. Semakin besar lingkar dada organ-organ yang

terdapat di dalam rongga dada juga semakin besar seperti paru-paru dan jantung.

Pertumbuhan lingkar dada mencerminkan pertumbuhan tulang rusuk dan

pertumbuhan jaringan daging yang melekat pada tulang rusuk. Bertambahnya bobot

badan maka bertambah pula ukuran lingkar dada. Begitu pula sebaliknya,

menurunnya ukuran bobot badan, maka menurun juga ukuran lingkar dadanya.

Pertambahan bobot badan atau ukuran tubuh sesuai dengan umur. Lingkar dada

pada setiap umur ternak memiliki keeratan hubungan yang lebih baik dengan bobot

badan jika dibandingkan dengan tinggi pundak dan panjang badan pada umur yang

sama (Ni’am dkk., 2012).

Bobot Badan Aktual dan Bobot Badan Hasil Pendugaan Rumus Schoorl

Hasil penelitian bobot badan aktual dan pendugaan menggunakan rumus

Schoorl pada sapi Bali betina umur 2 tahun dapat dilihat pada Tabel 2. Sebagai

berikut:

Tabel 2. Hasil Penimbangan Bobot Badan dan Pendugaan Rumus Schoorl


Nilai Nilai
Bobot Badan Selisih Rata-rata±sd
Terendah Tertinggi
Aktual (kg) 155,54±17,86 124 197,5
86,82 kg
Rumus Schoorl (kg) 242,36±21,37 198,81 289
Sumber : Data Primer, 2023.
Keterangan : sd: Standar Deviasi

Tabel 2. Menggambarkan hasil antara bobot badan aktual dan pendugaan

bobot badan menggunakan rumus Schoorl. Rata-rata bobot badan yang diperoleh

yaitu 155,54±17,86 kg. Nilai bobot badan tertinggi sebesar 197,5 kg dan bobot

terendah 124 kg. Adapun rata-rata bobot badan berdasarkan rumus Schoorl sebesar

19
242,36±21,37 kg dengan bobot terendah 198,81 kg dan bobot tertinggi 289 kg.

Sedangkan, selisih antara bobot aktual dan rumus Schoorl sebesar 86,82 kg.

sehingga rumus tersebut masih belum efektif jika digunakan untuk menduga bobot

badan sapi Bali.

Hasil antara bobot badan aktual dan dugaan menggunakan rumus Schoorl

memiliki selisih yang besar yaitu 86,82 kg dengan rata-rata bobot aktual

155,54±17,86 kg dan bobot rumus Schoorl 242,36±21,37 kg. Hal ini sejalan dengan

penelitian Widyas dkk. (2021) bahwa dengan menggunakan rumus Schoorl maka

diperoleh bobot badan sapi Bali betina sebesar 245,20 kg. Hasil yang lebih besar

diperoleh pada penelitian yang dilakukan oleh Meidina dkk. (2021) yaitu bobot

badan sapi Bali betina hasil pendugaan menggunakan rumus Schrool berkisar

262,44-368,64 kg.

Perbedaan antara bobot badan aktual dan bobot badan hasil pendugaan

rumus Schoorl pada sapi Bali betina umur 2 tahun menggunakan uji T dapat dilihat

pada Tabel 3. sebagai berikut:

Tabel 3. Hasil Uji T Bobot Badan Aktual dan Pendugaan Rumus Schoorl
Indikator Bobot Badan Aktual dan Rumus Schoorl
Selisih 86,62 kg
Standar Deviasi 12,29
n 62
α 0,05
Nilai Sign. 0,001
Sumber : Data Primer, 2023.
Keterangan : n: Jumlah Sampel; sd: Standar Deviasi; α: taraf signifikansi.

Tabel 3. Menggambarkan hasil uji T antara bobot badan aktual dan bobot

menggunakan rumus Schoorl diperoleh (P<0,05) atau nilai signifikansi lebih kecil

dibandingkan dengan taraf signifikannya. Dapat dikatakan bahwa bobot badan

aktual dan bobot badan menggunakan rumus Schoorl berbeda nyata. Hal ini sesuai

20
dengan pendapat Meidina dkk. (2021) yang menyatakan bahwa terjadi perbedaan

yang nyata (P<0,05) antara bobot badan hasil penimbangan dengan rataan bobot

badan sapi Bali betina hasil pendugaan menggunakan rumus Schrool.

Penyesuaian Penggunaan Rumus Schoorl Untuk Menduga Bobot Badan


Sapi Bali Betina Umur 2 Tahun

Berdasarkan data hasil penelitian dilakukan perhitungan nilai x sebagai

pengganti angka 22 pada rumus Schoorl, sehingga diperoleh nilai x yaitu (-9) dan

terbentuklah rumus Schoorl Terbaru untuk menduga bobot badan sapi Bali betina

umur 2 tahun sebagai berikut:

(𝐿𝐷 − 9)2
𝐵𝐵 =
100
Keterangan:
BB = Bobot badan (kg)
LD = Lingkar dada (cm)

Hasil dari perbandingan antara rumus Schoorl dan rumus Schoorl Terbaru

dapat dilihat pada Tabel 4. Sebagai berikut:

Tabel 4. Perbandingan Antara Bobot Badan Aktual dengan Rumus Schoorl dan
Schoorl Terbaru
Rata- Nilai Nilai Penyimpangan Nilai
Bobot Badan x
rata±sd Terendah Tertinggi (%) Sign.
Aktual - Rumus 242,36
22 198,81 289 55,81 0,001
Schoorl (kg) ±21,37
Aktual -
155,54
Schoorl -9 121 193,21 0,001 0,999
±17,13
Terbaru (kg)
Sumber : Data Primer, 2023.
Keterangan : x: Konstanta Rumus; sd: Standar Deviasi

Tabel 4. Menggambarkan perbandingan antara hasil perhitungan rumus

Schoorl dan Schoorl Terbaru. Penyimpangan terhadap bobot badan aktual jika

menggunakan rumus Schoorl sebesar 55,81%. Sedangkan, penyimpangan rumus

21
Schoorl Terbaru sebesar 0,001% dengan rata-rata bobot badan sebesar 155,54

kg±17,13. Sehingga dapat dikatakan bahwa rumus Schoorl Terbaru memiliki hasil

dugaan bobot badan yang mendekati bobot badan aktual. Hal ini sesuai dengan

pendapat Rukmi dkk. (2022) bahwa semakin besar persentase penyimpangan yang

didapatkan maka rumus tersebut menjauhi dari bobot badan aktual, berbanding

terbalik jika hasil persentase penyimpangan mendapatkan hasil yang kecil maka

rumus tersebut semakin mendekati bobot badan aktual.

Hubungan antara lingkar dada dengan bobot badan hasil dugaan

menggunakan rumus Schoorl Terbaru dapat diketahui berdasarkan grafik dibawah

ini:

Gambar 2. Grafik Lingkar Dada dan BB Rumus Schoorl Terbaru

Berdasarkan Gambar 2. Diperoleh hasil bahwa pertambahan lingkar dada

setiap 1 cm akan mempengaruhi peningkatan bobot badan sapi Bali betina umur 2

tahun menggunakan rumus Schoorl Terbaru sebesar 2,50 kg. Nilai R2 (koefisien

determinasi) sebesar 0,9989 yang berarti bahwa 99,89% keragaman pendugaan

bobot badan menggunakan rumus Schoorl Terbaru dipengaruhi oleh nilai lingkar

dada sapi Bali. Adapun nilai korelasi (r) yaitu 0,9994 yang berarti lingkar dada dan

bobot badan memiliki korelasi yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Zafitra

22
dkk. (2020) bahwa keeratan hubungan tertinggi antara ukuran ukuran tubuh dengan

bobot badan adalah lingkar dada. Korelasi yang tinggi antara lingkar dada dan bobot

badan sapi dapat direkomendasikan bahwa seleksi terhadap lingkar dada akan

memberikan hasil yang positif terhadap bobot badan dan secara praktis di lapangan

mudah untuk dilakukan.

Penjabaran dari grafik pada Gambar 2. Mengenai pendugaan bobot badan

sapi Bali betina 2 tahun menggunakan rumus Schoorl Terbaru berdasarkan lingkar

dada adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Standar Pengestimasian Bobot Badan Rumus Schoorl Terbaru


No. LD (cm) BB (kg) No. LD (cm) BB (kg) No. LD (cm) BB (kg)
1. 119 121,00 21. 129 144,00 41. 139 169,00
2. 119,5 122,10 22. 129,5 145,20 42. 139,5 170,30
3. 120 123,21 23. 130 146,41 43. 140 171,61
4. 120,5 124,32 24. 130,5 147,62 44. 140,5 172,92
5. 121 125,44 25. 131 148,84 45. 141 174,24
6. 121,5 126,56 26. 131,5 150,06 46. 141,5 175,56
7. 122 127,69 27. 132 151,29 47. 142 176,89
8. 122,5 128,82 28. 132,5 152,52 48. 142,5 178,22
9. 123 129,96 29. 133 153,76 49. 143 179,56
10. 123,5 131,10 30. 133,5 155,00 50. 143,5 180,90
11. 124 132,25 31. 134 156,25 51. 144 182,25
12. 124,5 133,40 32. 134,5 157,50 52. 144,5 183,60
13. 125 134,56 33. 135 158,76 53. 145 184,96
14. 125,5 135,72 34. 135,5 160,02 54. 145,5 186,32
15. 126 136,89 35. 136 161,29 55. 146 187,69
16. 126,5 138,06 36. 136,5 162,56 56. 146,5 189,06
17. 127 139,24 37. 137 163,84 57. 147 190,44
18. 127,5 140,42 38. 137,5 165,12 58. 147,5 191,82
19. 128 141,61 39. 138 166,41 59. 148 193,21
20. 128,5 142,80 40. 138,5 167,70 60. 148,5 194,60
Keterangan : LD: Lingkar Dada; BB: Bobot Badan Schoorl Terbaru

Korelasi antara bobot badan dengan lingkar dada dapat menghasilkan

hubungan positif antara dua variabel. Hal ini menunjukan bahwa lingkar dada pada

setiap umur memiliki keeratan hubungan yang lebih baik dengan bobot badan jika

23
dibandingkan dengan panjang badan dan tinggi pundak. Pengukuran lingkar dada

mudah dimengerti karena lingkar dada menunjukkan volume. Seperti halnya

pengukuran volume, secara matematis diperoleh dengan mengalikan luas dan

tinggi. Bila diibaratkan luas maka lingkar dada menggambarkan luas, sedangkan

panjang badan menggambarkan tinggi. Secara praktis pengukuran lingkar dada

lebih mudah, dibandingkan dengan pengukuran lainnya karena hanya

menggunakan pita ukur dan melingkarkannya ke dada (Pikan dkk., 2018).

24
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa rata-rata bobot

badan aktual sebesar 155,54±17,86 kg dengan nilai terendah 124 kg dan tertinggi

197,5 kg. Rata-rata lingkar dada sebesar 133,53±6,83 dengan nilai terendah 119 cm

dan tertinggi 148 cm. Sedangkan rata-rata bobot badan menggunakan rumus

Schoorl sebesar 242,36±21,37 dan selisih antara bobot badan aktual sebesar 86,82

kg. Bobot badan hasil dugaan rumus Schoorl Terbaru diperoleh rata-rata

155,54±17,13 kg yang hanya memiliki penyimpangan 0,001% terhadap bobot

badan aktual. Penyesuaian rumus tersebut didapatkan hasil nilai x sebesar -9

sehingga rumus yang diperoleh untuk mengestimasi bobot badan sapi Bali betina

umur 2 tahun adalah sebagai berikut:

(𝐿𝐷 − 9)2
𝐵𝐵 =
100
Keterangan:
BB = Bobot badan (kg)
LD = Lingkar dada (cm)

Saran

Diperlukan adanya peningkatan terutama penambahan variabel penelitian

sehingga digunakan sebagai bahan evaluasi dan masukan untuk penelitian

selanjutnya.

25
DAFTAR PUSTAKA

Andilah., M. Muhsinin, dan Maskur. 2021. Korelasi bobot badan dengan ukuran
tubuh sapi Bali jantan muda yang dipelihara secara semi intensif. Jurnal
Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia. 7(2): 68-75.

Ersi, F., M. D. I. Hamdani, Sulastri, dan K. Adhianto. 2018. Korelasi antara bobot
badan dan dimensi tubuh pada sapi Peranakan Ongole jantan pada umur 7-
12 bulan di Desa Wawasan Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Lampung
Selatan. Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan. 2(3): 16-22.
Firdaus, A. M., Dudi, dan I. A. Siwi. 2017. Penyimpangan bobot badan dugaan
menggunakan rumus winter dan rumus arjodarmoko terhadap bobot badan
aktual sapi Pasundan di Kabupaten Garut. Students e- Journals. 6(1): 1-13.
Gushairiyanto dan Depison. 2021. Karakteristik kuantitatif sapi Bali menggunakan
analisis komponen utama di Kabupaten Merangin dan Muaro Jambi,
Provinsi Jambi. Jurnal Sain Peternakan Indonesia. 16(1): 74-79.
Hamdani, M. D. I. 2013. Hubungan antara berat badan sapi betina Peranakan
Ongole dan sapi persilangan pada tingkatan umur yang berbeda terhadap
ukuran dan karakteristik ovariumnya. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu.
1(3): 37-39.

Handayani, U. F., M. Hartono, dan Siswanto. 2014. Respon kecepatan timbulnya


estrus dan lama estrus pada berbagai paritas sapi Bali setelah dua kali
pemberian prostaglandin F2α (PGF2α). Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu.
2(1): 33-40.
Hapsari, T. A., M. Socheh, S. W. Purbojo, P. Yuwono, dan T. Warsiti. 2018.
Pendugaan bobot badan sapi Sumba Ongole dengan menggunakan ukuran
linier tubuh. Prosiding Seminar Teknologi dan Agribisnis Peternakn VI.
Universitas Jenderal Soedirman. 316-320.
Hikmawaty., Bellavista, A. T. B. A. Mahmud, dan A. Salam. 2018. Korelasi bobot
badan dan variabel-variabel ukuran tubuh sebagai dasar seleksi calon induk
sapi Bali. Jurnal Ilmu Pertanian Universitas Al Asyariah Mandar. 3(1): 11-
13.

Juandhi, M. D., D. Kurnia, dan P. Anwar. 2019. Pendugaan body condition scoring
(BCS) terhadap bobot badan, bobot karkas dan persentase karkas sapi
Brahman Cross (Bx) di RPH Kota Pekanbaru. Journal of Anima Center.
1(1): 37-45.

26
Lestari, R. D., L. M. Baga, dan R. Nurmalina. 2017. Daya saing usaha
penggemukan sapi potong peternakan rakyat di Kabupaten Bojonegoro,
Jawa Timur. Bulletin Peternakan. 41(1): 101-112.
Mahardika, I. P. W., I. P. Sampurna, dan T. S. Nindhia. 2015. Hubungan antara
dimensi lebar induk dengan pedet pada sapi Bali. Bulletin Veteriner
Udayana. 7(1): 9-16.
Masyita, N., I. K. Suada, dan I. W. Batam. 2014. Umur sapi Bali betina yang
disembelih pada rumah pemotongan hewan di Bali. Indonesia Medicus
Veterinus. 3(5): 384-393.
Meidina, L., A. Jaelani, dan M. I. Zakir. 2021. Perbandingan ketepatan estimasi
bobot badan jantan dan betina pada sapi Bali (Bos sondaicus) menggunakan
metoda perhitungan Winter dan Schoorl. Jurnal Peternakan Indonesia.
23(1): 17-24.

Monica, T. 2017. Hubungan Antara Pertambahan Ukuran-Ukuran Tubuh Dengan


Pertambahan Bobot Badan Sapi Bali Betina di PTPN VI Provinsi Jambi.
Skripsi. Universitas Jambi. Jambi.

Niam, H. U. M., A. Purnomoadi, dan S. Dartosukarno. 2012. Hubungan antara


ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan sapi Bali betina pada berbagai
kelompok umur. Animal Agriculture Journal. 1(1): 541-556.

Nugraha, H. Y., I. P. Sampurna, dan I. K. Suatha. 2016. Pengaruh pemberian pakan


tambahan pada induk sapi Bali terhadap ukuran dimensi panjang pedet.
Buletin Veteriner Udayana. 8(2): 159-165.

Permana, I., R. Agustina, E. Purnamasari, dan F. N. Salisah. 2018. A Model to


Predict the Live Bodyweight of Livestock Using Back-propagation
Algorithm. Jurnal Telkomnika. 16(4): 1667-1672.

Pikan, S., P. K. Tahuk, dan H. Y. Sikone. 2018. Tampilan bobot badan, ukuran
linear tubuh, serta umur dan skor kondisi tubuh ternak sapi Bali yang
dipotong pada RPH Kota Kefamenanu. Journal of Animal Science. 3(2): 21-
24.
Pohan, A., Yusuf, R. B. Wirdahayati, dan J. Nulik. 2002. Keragaan produktivitas
sapi Bali Timor di Timor Barat. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian,
Nusa Tenggara Timur.
Putra, A., A. Rusdhi, dan F. Gunawan. 2020. Penentuan bobot badan sapi
Peranakan Ongole (PO) jantan berdasarkan profil body condition score
(BCS) di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. Seminar of
Social Science Engineering & Humaniora. 80-91.

27
Karno, R. 2017. Hubungan Umur Dan Jenis Kelamin Terhadap Bobot Badan Sapi
Bali di Kecamatan Donggo Kabupaten Bima. Skripsi. Universitas Islam
Negeri Alauddin. Makassar.
Rukmi, D. L., A. S. Dirja, dan T. M. Syahniar, dan H. Subagja. 2022. Evaluasi
pendugaan bobot badan ternak sapi potong di Berkah Setia Farm Purworejo-
Jawa Tengah. National Conference of Applied Animal Science. 76-81.
Saptayanti, N. N. J., I. K. Suatha, dan I. P. Sampurna. 2015. Hubungan antara
dimensi panjang induk dengan pedet pada sapi Bali. Bulletin Veteriner
Udayana. 7(2): 129-136.
Sari, D. D. K., R. Marianty, dan Kristina. 2022. Performans produksi sapi Bali pada
pola pemeliharaan ekstensif di Pulau Bali. Jurnal Agrienvi. 16(2): 137-143.
Simanjuntak, M. C. dan P. Robinson. 2021. Karakteristik sifat kualitatif dan
kuantitatif tubuh sapi Bali betina yang dipelihara di dalam kandang dan
lapangan. PARA-PARA. 2(1): 55-63.
Sudirman dan Suryadi. 2020. Pertumbuhan sapi Bali yang di gembalakan pada
pastura berbasis Lamtoro taramba di BPT-HPT Serading. Prosiding
Seminar Nasional IPPeMas 2020. 273-278.
Sumarsono. 2016. Rancang bangun sistem informasi pengukuran bobot daging
lembu berbasis android. JISKA. 1(2): 101-107.

Sunarto, E., O. H. Nono, U. R. Lole, dan Y. L. Henuk. 2016. Kondisi ekonomi


rumahtangga peternak penggemukan sapi potong pada peternakan rakyat di
Kabupaten Kupang. Jurnal Peternakan Indonesia. 18(1): 21-28.

Susanto, M. R. A., R. K. Dewi, dan M. Dahlan. 2017. Kesesuaian rumus schrool


dan pita ukur terhadap bobot badan sapi Brahman Cross di kelompok ternak
sumber jaya Dusun Pilanggot Desa Wonokromo Kecamatan Tikung
Kabupaten Lamongan. Jurnal Ternak. 8(1): 1-7.
Warmadewi, D. A., I. G. L. Oka, dan I. N. Ardika. 2017. Efektivitas seleksi dimensi
tubuh sapi Bali induk. Majalah Ilmiah Peternakan. 20(1): 16-19.
Widyas, N., L. A. Pradista, R. Setiaji, R. D. Hapsari, dan S. Prastowo. 2021.
Revisiting the Application of Classical Formulas to Estimate Bali Cattle’s
Body Weight Based on Body Measurement Variables. IOP Conf. Series:
Earth and Environmental Science. 1-5.
Zafitra, A., Gushairiyanto, H. Ediyanto, dan Epison. 2020. Karakterisasi
morfometrik dan bobot badan pada sapi Bali dan Simbal di Kecamatan
Bangko Kabupaten Merangin. Majalah Ilmiah Peternakan. 23(2): 66-71.

28
LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian

Penyiapan Timbangan

Pengukuran Lingkar Dada

Penimbangan Ternak
Pengecekan Gigi
Lampiran 2. Hasil Perhitungan Data Penelitian
No. Pemilik Jenis Kelamin Umur LD BB Aktual BB Schoorl Selisih X BB (X)
1 Hj. Ani betina 2 tahun 139 163,5 259,21 95,71 -11 163,5
2 Saharuddin betina 2 tahun 128 151,5 225 73,5 -5 151,5
3 Rahman betina 2 tahun 136 165 249,64 84,64 -8 165
4 Rahman betina 2 tahun 127 135 222,01 87,01 -11 135
5 Lamase betina 2 tahun 124 146,5 213,16 66,66 -3 146,5
6 Lamase betina 2 tahun - - - - - -
7 Lamase betina 2 tahun - - - - - -
8 Lamase betina 2 tahun - - - - - -
9 Muh. Tang betina 2 tahun - - - - - -
10 Damrin betina 2 tahun - - - - - -
11 Iskandar betina 2 tahun - - - - - -
12 Iskandar betina 2 tahun - - - - - -
13 Mukarramah betina 2 tahun - - - - - -
14 Sahabu betina 2 tahun - - - - - -
15 Abdul Rozak betina 2 tahun - - - - - -
16 Sadik betina 2 tahun - - - - - -
17 Sadik betina 2 tahun - - - - - -
18 Mansyur betina 2 tahun - - - - - -
19 Fahrisal betina 2 tahun - - - - - -
20 Hasrul betina 2 tahun - - - - - -
21 Hasrul betina 2 tahun - - - - - -
22 Masing betina 2 tahun - - - - - -
23 Ubi betina 2 tahun - - - - - -
24 Ubi betina 2 tahun - - - - - -
25 Ubi betina 2 tahun - - - - - -
26 Umran betina 2 tahun - - - - - -
27 Syamsuddin betina 2 tahun - - - - - -
28 Kasman betina 2 tahun - - - - - -
29 Gusman betina 2 tahun - - - - - -
30 Jide' betina 2 tahun - - - - - -
31 Kasman betina 2 tahun - - - - - -
32 Lanusu betina 2 tahun - - - - - -
33 Lanusu betina 2 tahun - - - - - -
34 Saharuddin betina 2 tahun - - - - - -
35 Syahril betina 2 tahun - - - - - -
36 Syahril betina 2 tahun - - - - - -
37 Syahril betina 2 tahun - - - - - -
38 Haeruddin betina 2 tahun - - - - - -
39 Muhadi betina 2 tahun - - - - - -
40 Muhadi betina 2 tahun - - - - - -
41 Jayadi betina 2 tahun - - - - - -
42 Khairil betina 2 tahun - - - - - -
43 M. Abidin betina 2 tahun - - - - - -
44 M. Abidin betina 2 tahun - - - - - -
45 kaharuddin betina 2 tahun - - - - - -
46 Rahman betina 2 tahun - - - - - -
47 Lakasse betina 2 tahun - - - - - -
48 Muhardin betina 2 tahun - - - - - -
49 Zainuddin betina 2 tahun - - - - - -
50 Kasse betina 2 tahun - - - - - -
51 Kasse betina 2 tahun - - - - - -
52 Laripe betina 2 tahun - - - - - -
53 Laripe betina 2 tahun - - - - - -
54 Laripe betina 2 tahun - - - - - -
55 Lamiru betina 2 tahun - - - - - -
56 Lantana betina 2 tahun - - - - - -
57 Kaha betina 2 tahun - - - - - -
58 Kadir betina 2 tahun 131 149,5 234,09 84,59 -9 149,5
59 Kaha betina 2 tahun 130 166 231,04 65,04 -1 166
60 Zainuddin betina 2 tahun 134 166,5 243,36 76,86 -5 166,5
61 Amsar betina 2 tahun 137 159,5 252,81 93,31 -11 159,5
62 La Tare betina 2 tahun 142 169 268,96 99,96 -12 169
Rata-rata 133,5323 155,5403 242,3623 86,82202 -9,0178 155,5403
Standar Deviasi (SD) 6,834022 17,86729 21,37362 12,28996
Standar Error (SE) 0,867922 2,269148 2,714453 1,560826
Nilai Tertinggi (Maks.) 148 197,5 289 110
Nilai Terendah (Min.) 119 124 198,81 60,81
KK(%) 5,117881 11,48724 8,818872 14,15535

selisih bb aktual dan bb schoorl 86,82202 kg


penyimpangan bobot badan aktual dan schoorl 55,81962 %
Analisis Deskriptif
Tabel 1. Hasil penimbangan bobot badan aktual dan pengukuran lingkar dada
Parameter Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata Standar Deviasi Standar Error KK (%)
Bobot Badan Aktual 124 197,5 155,5403226 17,86729276 2,26914845 11,48724168
Lingkar Dada 119 148 133,5322581 6,83402227 0,867921696 5,117881154

Tabel 2. Hasil penimbangan bobot badan dan pendugaan menggunakan rumus Schoorl
Bobot Badan Selisih Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata Standar Deviasi Standar Error KK (%)
Aktual 124 197,5 155,5403226 17,86729276 2,26914845 11,48724
86,82201613
Pendugaan Rumus Schrool 198,81 289 242,3623387 21,37362431 2,714453001 8,818872

Uji Normalitas

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
UMUR
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
BB_Aktual 2 tahun 0,072 62 .200 0,974 62 0,208
BB_Schoorl 2 tahun 0,145 62 0,003 0,969 62 0,114
LD 2 tahun 0,137 62 0,005 0,972 62 0,176

nilai sign>0,05 artinya data normal

Uji T (1) BB Aktual dan BB Schoorl


Paired Samples Test
Paired Differences 95% Confidence
Interval of the
Std. Std. Error Difference
Mean Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair 1 BB_Aktual - BB_Schoorl -86.82202 12.28996 1.56083 -89.94308 -83.70095 -55.626 61 0.001

Ho = Bobot badan aktual dan bobot badan menggunakan rumus tidak berbeda nyata (Sig. > 0,05)
H1 = Bobot badan aktual dan bobot badan menggunakan rumus berbeda nyata (Sig. < 0,05)

0.001 < 0.05


Ho ditolak dan H1 diterima

berarti hasil bobot badan aktual dan pendugaan rumus Schoorl memiliki selisih yang jauh
Penyesuaian Rumus Schoorl Terbaru
No. LD BB Aktual BB Schoorl Terbaru Selisih
1 139 163,5 169 5,5
2 128 151,5 141,61 9,89
3 136 165 161,29 3,71
4 127 135 139,24 4,24
5 - - - -
6 - - - -
7 - - - -
8 - - - -
9 - - - -
10 - - - -
11 - - - -
12 - - - -
13 - - - -
14 - - - -
15 - - - -
16 - - - -
17 - - - -
18 - - - -
19 - - - -
20 - - - -
21 - - - -
22 - - - -
23 - - - -
24 - - - -
25 - - - -
26 - - - -
27 - - - -
28 - - - -
29 - - - -
30 - - - -
31 - - - -
32 - - - -
33 - - - -
34 - - - -
35 - - - -
36 - - - -
37 - - - -
38 - - - -
39 - - - -
40 - - - -
41 - - - -
42 - - - -
43 - - - -
44 - - - -
45 - - - -
46 - - - -
47 - - - -
48 - - - -
49 - - - -
50 - - - -
51 - - - -
52 - - - -
53 - - - -
54 - - - -
55 - - - -
56 - - - -
57 - - - -
58 131 149,5 148,84 0,66
59 130 166 146,41 19,59
60 134 166,5 156,25 10,25
61 137 159,5 163,84 4,34
62 142 169 176,89 7,89
Rata-rata 133,5323 155,540323 155,5423387 8,638629
Standar Deviasi (SD) 6,834022 17,8672928 17,13832575
Standar Error (SE) 0,867922 2,26914845 2,176569546
Nilai Tertinggi (Maks.) 148 197,5 193,21
Nilai Terendah (Min.) 119 124 121
KK (%) 5,117881 11,4872417 11,01843131

selisih bb aktual dan bb rumus baru 0,002016129 kg


penyimpangan bb aktual dan Schoorl Barru 0,00129621 %
Uji T (2) BB Aktual dan BB Rumus Schoorl Terbaru
Paired Samples Test
Paired Differences 95% Confidence
Interval of the
Std. Std. Error Difference
Mean Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair 1 BB_Aktual - BB_Schoorl_Terbaru -0.00202 10.57161 1.34260 -2.68670 2.68267 -0.002 61 0.999

Ho = Bobot badan aktual dan bobot badan menggunakan rumus tidak berbeda nyata (Sig. > 0,05)
H1 = Bobot badan aktual dan bobot badan menggunakan rumus berbeda nyata (Sig. < 0,05)

0.001 < 0.05


Ho diterima dan H1 ditolak

berarti hasil bobot badan aktual dan pendugaan rumus Schoorl memiliki selisih yang sedikit
Luaran Penelitian
BB= (LD-9)*(LD-9)/100
No Lingkar Dada BB Schoorl Barru LD BB Aktual
1 115 112,36 139 163,5
2 115,5 113,42 128 151,5
3 116 114,49 136 165
4 116,5 115,56 127 135
5 117 116,64 124 146,5
6 117,5 117,72 119 130
7 118 118,81 128 139
8 118,5 119,90 129 135
9 119 121,00 131 144,5
10 119,5 122,10 124 137,5
11 120 123,21 125 142
12 120,5 124,32 125 143,5
13 121 125,44 129 139
14 121,5 126,56 132 160,5
15 122 127,69 141 184
16 122,5 128,82 130 126,5
17 123 129,96 131 149
18 123,5 131,10 138 172
19 124 132,25 132 151,5
20 124,5 133,40 142 161
21 125 134,56 130 142,5
22 125,5 135,72 137 180
23 126 136,89 134 179
24 126,5 138,06 148 179
25 127 139,24 126 134
26 127,5 140,42 131 149
27 128 141,61 131 154,5
28 128,5 142,80 134 179
29 129 144,00 130 153,5
30 129,5 145,20 139 156,5
31 130 146,41 137 148
32 130,5 147,62 141 175
33 131 148,84 144 180
34 131,5 150,06 141 162
35 132 151,29 127 132
36 132,5 152,52 146 175
37 133 153,76 119 138
38 133,5 155,00 140 177
39 134 156,25 143,5 197,5
40 134,5 157,50 137,5 173
41 135 158,76 129 149,5
42 135,5 160,02 140 168,5
43 136 161,29 136 177
44 136,5 162,56 147 183
45 137 163,84 148 191
46 137,5 165,12 138 161
47 138 166,41 139 153
48 138,5 167,70 129 132,5
49 139 169,00 131 148
50 139,5 170,30 129 146,5
51 140 171,61 132 154
52 140,5 172,92 128 131,5
53 141 174,24 126 124
54 141,5 175,56 130 127
55 142 176,89 132 156,5
56 142,5 178,22 137 152
57 143 179,56 128 137
58 143,5 180,90 131 149,5
59 144 182,25 130 166
60 144,5 183,60 134 166,5
61 145 184,96 137 159,5
62 145,5 186,32 142 169
63 146 187,69
64 146,5 189,06
65 147 190,44
66 147,5 191,82
67 148 193,21
68 148,5 194,60
69 149 196,00
70 149,5 197,40
71 150 198,81
RIWAYAT HIDUP

A. Hilda Agsa lahir di Kabupaten Pinrang tepatnya di

Kelurahan Sawitto, Kecamatan Watang Sawitto pada hari

Selasa, 17 September 2001. Penulis merupakan anak

bungsu dari tiga bersaudara dengan satu saudara laki-laki

yang bernama Andi Ade Agsa, S.Si dan satu saudara

perempuan yang bernama Andi Sri Ulandari Agsa, S.E dari pasangan Andi Gustan

dan Sahawati. Saat ini, penulis berdomisili di Jalan Masjid Haji Sulaimana,

Tamalanrea Jaya, Tamalanrea, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Penulis memulai pendidikan dasar pada tahun 2006 di Taman Kanak-kanak

Satu Atap SD Negeri Impres Bota’e, Dusun Bota’e, Desa Tadang Palie, Kecamatan

Cempa, Kabupaten Pinrang. Pada tahun 2007, penulis melanjutkan pendidikan

Sekolah Dasar di SD Negeri Impres Bota’e selama 1 tahun kemudian kembali

melanjutkannya ke SD Negeri 8 Unggulan Pinrang, Desa Jaya, Kecamatan Watang

Sawitto, Kabupaten Pinrang dan selesai pada tahun 2013. Pada tahun itu pula

penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1

Pinrang, Desa Maccorawalie, Kecamatan Watang Sawitto dan selesai pada tahun

2016. Setelah lulus di Sekolah Menengah Pertama, penulis melanjutkan pendidikan

Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Pinrang.

Pertengahan tahun 2019, penulis telah lulus Sekolah Menengah Atas dan

melanjutkan pendidikan dengan mendaftar di Perguruan Tinggi Negeri Universitas

Hasanuddin melalui jalur SBMPTN. Awalnya penulis mengikuti pendaftaran

SNMPTN tetapi belum berhasil lulus dan selanjutnya penulis mendaftar melalui

jalur SBMPTN dengan pilihan pertama yaitu agroteknologi dan pilihan kedua
peternakan. Pada saat pengumuman kelulusan, penulis dinyatakan lulus sebagai

Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar. Penulis

kemudian mengikuti proses Penerimaan dan Pengembangan Karakter Mahasiswa

Baru sekaligus Pengukuhan tanda diresmikannya penulis sebagai Mahasiswa

Universitas Hasanuddin Fakultas Peternakan.

Kedua orang tua penulis sangat berperan penting akan kelulusan anaknya,

karena saran dari mereka yaitu Agroteknologi di pilihan pertama dan Peternakan di

pilihan kedua. Penulis pun mengikuti saran tersebut dan Alhamdulillah saat

pengumuman dinyatakan lulus di Fakultas Peternakan. Ada satu hal yang sedikit

berat dilalui untuk mahasiswa baru yaitu tugas yang menumpuk serta laporan-

laporan dan praktikum. Tetapi penulis selalu berusaha untuk menyelesaikannya

dengan baik dan tepat waktu karena seiring berjalannya waktu akan mulai terbiasa

dengan keadaan tersebut.

Pada tahun 2021, penulis bersama dengan timnya yaitu Healizer mencoba

mengikuti kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa bidang kewirausahaan dan

pada saat pengumuman dinyatakan sebagai tim yang berhasil didanai oleh

pemerintah. Dari kegiatan tersebut, penulis mengambil banyak pelajaran salah

satunya ialah belajar menghargai dan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya

sehingga tidak mudah untuk menunda sesuatu yang ingin dikerjakan. Pada tahun

2023, penulis mengikuti kegiatan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM)

dengan tema Pendampingan Peternak Matching Fund Kedaireka. Kegiatan ini

melibatkan peternak mitra MBC yang juga bekerjasama dengan PT. Hasanuddin

Agrivisi Internusa (HAI).

You might also like