Professional Documents
Culture Documents
Penyesuaian Penggunaan Rumus Schoorl Untuk Mengestimasi Bobot Badan Sapi Bali Betina Umur Dua Tahun Pada Peternakan Rakyat
Penyesuaian Penggunaan Rumus Schoorl Untuk Mengestimasi Bobot Badan Sapi Bali Betina Umur Dua Tahun Pada Peternakan Rakyat
SKRIPSI
A. HILDA AGSA
I011191023
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
PENYESUAIAN PENGGUNAAN RUMUS SCHOORL UNTUK
MENGESTIMASI BOBOT BADAN SAPI BALI BETINA
UMUR DUA TAHUN PADA PETERNAKAN RAKYAT
SKRIPSI
A. HILDA AGSA
I011191023
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
ii
ABSTRAK
(𝐿𝐷 − 9)2
𝐵𝐵 =
100
Keterangan:
BB = Bobot badan (kg)
LD = Lingkar dada (cm)
Kata Kunci: bobot badan, lingkar dada, rumus Schoorl, umur, sapi Bali
v
ABSTRACT
Keywords: body weight, chest circumference, Schoorl formula, age, Bali cattle.
vi
KATA PENGANTAR
Mengestimasi Bobot Badan Sapi Bali Betina Umur Dua Tahun pada
Peternakan Rakyat. Shalawat serta salam juga tak lupa penulis junjungkan kepada
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai suri tauladan bagi umatnya.
Penyelesaian studi tentunya tidak terlepas dari berbagai dukungan dan do’a
dari orang yang paling berharga karena telah melahirkan, mendidik, dan
membesarkan dengan cinta dan kasih sayang yang begitu tulus serta senantiasa
Andi Gustan dan Ibu Sahawati yang telah mendukung penuh dalam melanjutkan
dan motivasi dari berbagai pihak. Maka dari itu, pada kesempatan ini penulis ingin
1. Rektor Unhas Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc dan Wakil Rektor
beserta jajarannya.
2. Dekan Fakultas Peternakan Dr. Syahdar Baba, S.Pt., M.Si., Wakil Dekan,
3. Prof. Dr. Ir. Sudirman Baco, M.Sc., sebagai pembimbing utama yang telah
vii
4. Dr. Muhammad Hatta, S.Pt., M.Si., sebagai pembimbing anggota yang telah
5. Dr. Ir. Zulkharnaim, S.Pt., M.Si., IPM dan Dr. Muhammad Ihsan A.
Dagong, S.Pt. M.Si., selaku pembahas yang memberi arahan dan masukan
9. Pak Kasman dan Pak Bahar, sebagai pendamping di lapangan yang telah
11. Andi Ade Agsa, S.Si dan Andi Nurmiftahul Janna H., SKM., M.Kes, serta
Ahmad Irfan La Pisu dan Andi Sri Ulandari Agsa, S.E sebagai kakak yang
12. Seluruh keluarga besar Andi Gustan dan Sahawati yang selalu mendukung
13. Pak H. Nursin dan Ibu Hj. Sindare yang penulis anggap sebagai orang tua
viii
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Isi...................................................................................................... x
PENDAHULUAN....................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA
Manajemen Pemeliharaan.................................................................. 6
Hubungan Bobot Badan dengan Umur Ternak Sapi Bali Betina ...... 9
METODE PENELITIAN
Materi Penelitian................................................................................ 14
Rencana Penelitian............................................................................. 14
Analisis Data...................................................................................... 16
x
Penyesuaian Penggunaan Rumus Schoorl Untuk Menduga Bobot
Badan Sapi Bali Betina Umur 2 Tahun ............................................. 21
Kesimpulan ........................................................................................ 25
Saran .................................................................................................. 25
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xi
DAFTAR TABEL
No. Halaman
3. Hasil Uji T Bobot Badan Aktual dan Pendugaan Rumus Schoorl ........ 20
xii
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
xiii
PENDAHULUAN
sampai 6 ekor per rumah tangga peternak. Pada skala usaha ternak 1 sampai 4 ekor,
masih sangat sederhana. Pada tingkat pemeliharaan minimum 6 ekor per rumah
tangga sudah dapat dikategorikan kepada usaha peternakan sapi potong skala kecil,
yaitu usaha ternak sapi potong yang telah mulai berorientasi ekonomi. Menurut
Lestari dkk. (2017) bahwa di dalam negeri, usaha peternakan rakyat yang
produktivitas usaha sapi potong yang akan tercermin pada tinggi rendahnya tingkat
pendapatan peternak. Salah satu ciri dari usaha peternakan rakyat adalah
besar usaha ini dikerjakan sebagai pekerjaan sambilan/usaha rumah tangga berskala
kecil dengan managemen yang sederhana baik pada pemberian pakan maupun pada
Pemeliharaan sapi Bali yaitu secara intensif, semi intensif, dan ekstensif.
dan peternaklah yang membawakan pakan dan air kepada ternaknya (cut and
carry). Sistem kedua adalah semi intensif yakni ternak ditambat pada siang hari di
tanah pangonan (lahan gembala) dan di kandangkan pada malam hari. Sistem yang
1
ketiga adalah pola ektensif yaitu sapi yang dipelihara dilepas bebas di tanah
pangonan atau hutan serta hanya dikumpulkan oleh pemiliknya pada saat-saat
tertentu saja dan campur tangan peternak sangat minim. Pemeliharaan sapi Bali
secara semi intensif dan ekstensif sampai saat ini menjadi kontribusi dalam
dan bobot hidupnya. Pengukuran dan pertambahan bobot badan sangat umum
diduga atas dasar pengukuran ukuran-ukuran tubuh yang erat kaitannya dengan
pengukuran dimensi tubuh salah satunya adalah dengan mengukur dimensi lingkar
dada sapi Bali. Ukuran dimensi tubuh ini berhubungan dapat dihubungkan dengan
mengenai bobot hidup. Bobot badan seekor sapi hanya dapat diketahui secara tepat
melalui cara penimbangan, namun dalam situasi dan kondisi tertentu, terutama pada
kondisi peternakan rakyat, jarang atau tidak tersedia alat timbangan ternak sapi.
Oleh karena itu dibutuhkan cara lain yang dianggap praktis untuk mengukur bobot
badan seekor ternak dengan mengukur lingkar dada (cm), panjang badan diukur
dengan pita ukur dari ujung samping tulang bahu sampai dengan ujung tulang
duduk (cm) dan tinggi pundak dengan mengukur jarak tegak lurus dari tanah sampai
2
Suatu hal yang sering dihadapi dalam mengukur bobot badan ternak dengan
peralatan, tenaga dan waktu yang banyak sehingga pekerjaan menjadi tidak efektif
dan efisien. Dalam usaha untuk mengatasi kendala yang dihadapi jika alat ukur
untuk menduga bobot badan ternak yang berkapasitas besar tidak tersedia, dapat
tubuhnya. Misalnya melalui panjang badan dan juga lingkar dada, karena lingkar
dada seekor ternak memiliki korelasi yang sangat kuat untuk menduga bobot hidup
dalam menentukan bobot badan yang nilainya bisa diestimasi menggunakan ukuran
tubuh. Pada awalnya estimasi bobot badan yang menggunakan perhitungan Schoorl
dilakukan pada sapi-sapi Eropa yang memiliki bobot badan yang besar yakni di atas
(Meidina dkk., 2021). Untuk itu perlu diuji tingkat akurasinya dengan cara
kurang efisien karena ukuran timbangan yang kurang praktis dan harganya yang
relatif mahal untuk diterapkan di lapangan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
pendugaan bobot badan menggunakan rumus Schoorl. Akan tetapi, rumus tersebut
masih memiliki bias jika di terapkan pada sapi Bali. Hal ini dikarenakan rumus
Schoorl dipergunakan untuk sapi-sapi luar negeri yang memiliki bobot badan lebih
3
besar dari sapi Bali. Oleh karena itu, perlu adanya penyesuaian antara hasil
mendekati bobot badan aktualnya. Diduga dengan penyesuaian bobot badan sapi
Bali betina umur dua tahun menggunakan rumus Schoorl dapat mendekati bobot
badan aktualnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui estimasi bobot badan
kedalam rumus Schoorl dan menyesuaikannya dengan bobot badan aktual sapi Bali.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Sapi Bali merupakan salah satu bangsa sapi asli di Indonesia yang
dengan baik pada berbagai lingkungan yang ada di Indonesia. Sapi Bali juga
yang tetap tinggi. Sehingga, sumberdaya genetik sapi Bali merupakan salah satu
Sapi Bali sebagai salah satu rumpun sapi asli Indonesia yang memiliki
sapi dengan julukan “sapi perintis”. Sapi Bali merupakan sapi yang mempunyai
peningkatan paling tinggi dibandingkan dengan jenis sapi lainnya yang ada di
Indonesia. Keunggulan lainnya adalah tetap produktif pada kondisi lingkungan baru
Sapi betina siap bunting setelah umur dua tahun, dengan masa produktif
melahirkan anak selama tujuh tahun. Setelah masa produktif habis sapi betina
5
peternakan rakyat yang sebagian besar beternak sapi Bali. Peternak apabila
mempunyai kebutuhan yang mendesak, akan menjual sapinya termasuk sapi betina
yang masih produktif, di samping itu tingginya permintaan daging menjadi salah
satu faktor tingginya pemotongan sapi betina produktif (Masyita dkk., 2014).
keunggulan yaitu, kemampuan adaptasi yang cukup baik pada berbagai kondisi
lingkungan dan pakan yang kurang baik, kemampuan reproduksinya tinggi dan
persentase karkas yang cukup tinggi. Tinggi rendahnya produktivitas sapi Bali
tersebut maka upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas sapi
Bali adalah mencari data dasar melalui karakteristik kuantitatif sapi Bali.
Karakteristik kuantitatif adalah sifat yang dapat diukur, bernilai ekonomis dan dapat
badan (BB), pertambahan bobot badan (PBB) dan ukuran ukuran tubuh
Manajemen Pemeliharaan
intensif, dan intensif. Pemeliharaan secara intensif, hampir sepanjang hari berada
di dalam kandang dan diberikan pakan yang cukup jumlah dan mutu (10% dari berat
badan) dan kualitas hijauan sehingga cepat gemuk. Sapi-sapi yang dipelihara secara
mulai dari pagi hingga sore. Penggemukan sapi dapat dilakukan secara
perseorangan maupun secara perusahaan dalam skala usaha besar. Pada umumnya,
6
sistem penggemukan ada tiga, yakni sistem kereman, sistem pasture fattening, dan
teknologi pakan untuk ternak (sapi) telah tersedia dan perlu diterapkan oleh
peternak secara lanjut sehingga ternak yang dihasilkan oleh peternak meningkat
kualitas dan produktivitasnya. Oleh karena itu, peternak harus berusaha memberi
pakan yang cukup dan memenuhi syarat sesuai dengan kebutuhan sapi. Ransum
sapi yang memenuhi syarat ialah ransum yang mengandung: protein, karbohidrat,
lemak, vitamin, mineral, dan air dalam jumlah yang cukup. Kesemuanya dapat
disediakan dalam bentuk hijauan dan konsentrat. Kebutuhan ternak terhadap jumlah
pakan tiap hari tergantung dari jenis atau spesies, umur, dan fase pertumbuhan
tubuhnya secara optimal. Sapi bali akan bertumbuh dengan pesat sampai mencapai
umur dewasa tubuh sekitar 2 tahun, sedangkan jika sudah lebih dari umur 2 tahun
mendapatkan pakan yang berkualitas baik karena nutrisi yang diperolehnya selain
pertumbuhan. Jika kerangka tubuh seekor ternak dapat bertumbuh secara optimal,
maka bobot badan yang dicapai ternak tersebut setelah mencapai dewasa tubuh
7
Dimensi Tubuh
penampilan dan sifat produksi seekor ternak. Hal tersebut dapat digunakan untuk
menduga berat badan ternak sapi dan seringkali dipakai sebagai parameter teknis
dalam penentuan sapi bibit berdasarkan mutu genetiknya (Mahardika dkk., 2015).
Menurut Warmadewi dkk. (2017) bahwa dimensi tubuh yang bernilai ekonomis,
meliputi panjang badan, tinggi gumba dan lingkar dada harus sesuai dengan
persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemberi bantuan. Ketiga hal ini dapat
digunakan untuk menaksir bobot tubuh dan berat karkas, serta memberikan
gambaran bentuk tubuh hewan sebagai ciri khas suatu bangsa ternak tertentu.
Dimensi tubuh yang umum diamati pada ternak meliputi panjang tubuh dan lingkar
dapat dilihat juga terjadi peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa dengan
bertambahnya bobot badan maka lingkar dada juga akan bertambah. Menurut
Monica (2017) pertambahan lingkar dada sapi Bali betina diikuti oleh pertumbuhan
lemak dan daging yang lebih besar dibanding dengan pertambahan panjang badan
dan pertambahan tinggi pundak. Adanya hubungan antara dimensi ukuran tubuh
8
pada sapi dengan bobot badannya, sehingga menghasilkan suatu formula untuk
pertumbuhan badan sapi. Pertumbuhan dari tubuh hewan mempunyai arti penting
dalam suatu proses produksi, karena produksi yang tinggi dapat dicapai dengan
adanya pertumbuhan yang cepat dari hewan tersebut. Pertambahan bobot badan
sapi Bali betina berumur 2 tahun yang lebih tinggi dibandingkan bobot badan sapi
Bali betina yang berumur 1.5 tahun. Pertambahan bobot badan sapi Bali betina yang
berumur 2 tahun dibandikan dengan yang berumur 1.5 tahun karena adanya
pengaruh pakan dan lingkungan setempat perlakuan yang dilakukan oleh perternak
memberikan pakan terhadap sapi-sapinya. Hal ini dapat disebabkan karena pada
usia 2 tahun (24 bulan) adalah usia puncak pertumbuhan dan setelah itu
ukuran serta fungsi dari berbagai bagian tubuh semenjak embrio sampai menjadi
dewasa. Pendugaan umur dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan melihat
lingkar tanduk dan keadaan atau susunan giginya. Cara pendugaan umur dengan
melihat lingkar tanduk adalah dengan menghitung jumlah lingkar tanduk ditambah
dua. Lingkar dada pada setiap umur memiliki keeratan hubungan yang lebih baik
dengan bobot badan jika dibandingkan dengan tinggi pundak, panjang badan dan
lebar dada pada umur yang sama. Hal ini mudah dimengerti karena lingkar dada
9
Umur dan berat badan ternak betina dalam proses pertumbuhan menjadi
reproduksi sapi betina sangat berhubungan dengan status ovarium, karena ovarium
ukuran ovarium berkorelasi dengan umur dan ukuran tubuh ternak. Berat badan
yang lebih tinggi dikarenakan pada umur diatas 2 tahun, proses pertumbuhan akan
timbangan sapi digital yang dilengkapi dengan krangkeng. Timbangan sapi digital
mempunyai harga yang relatif tinggi, sehingga harganya tidak terjangkau oleh
peternak rakyat. Hal tersebut membuat para peternak rakyat harus mampu
ukuran linier tubuh seperti dengan mengukur lingkar dada dan panjang badan.
Lingkar dada dan panjang badan sapi diukur dengan menggunakan metline dengan
posisi kaki depan dan kaki belakang harus sejajar. Hasil pengukuran tersebut
baik, selain untuk menentukan kebutuhan nutrisi, jumlah pemberian pakan, jumlah
dosis obat, bobot badan juga dapat digunakan untuk menentukan nilai jual ternak
10
serta penentuan harga jual yang tidak lepas dari pengaruh bobot badan dan
minimnya fasilitas untuk mengetahui bobot badan yang tepat menjadi salah satu
alasan. Ukuran-ukuran tubuh ternak dapat digunakan untuk menduga bobot badan.
Salah satu metode praktis adalah dengan menggunakan lingkar dada. Terdapat
beberapa rumus penduga bobot badan ternak menggunakan lingkar dada yaitu
Rumus Schoorl dapat digunakan untuk menduga bobot badan sapi melalui
pengukuran tubuh sapi berdasarkan lingkar dada (Handayani dkk., 2014). Rumus
tersebut hanya dapat digunakan pada ternak yang memiliki bobot 300 kg atau lebih
(Permana dkk., 2018). Oleh karena itu, rumus tersebut belum tentu tepat untuk
menduga bobot badan pada semua bangsa sapi (Juandhi dkk., 2019).
Menurut Karno (2017) ada beberapa rumus yang dapat digunakan dalam
1. Rumus Schoorl
(LD+22)2
BB =
100
Keterangan:
Rumus ini hanya berlaku untuk sapi dewasa, sedangkan untuk pedet rumus
ini kurang tepat, karena faktor penambah 22 untuk lingkar dada pada sapi yang
2. Rumus Denmark
(LD+18)2
BB =
100
11
Keterangan:
3. Rumus Winter
(LD2 )x(PB)
BB =
300
Keterangan:
Rumus ini merupakan gabungan antara panjang badan dan lingkar dada.
kegunaan seperti menduga bobot badan dan memberi gambaran bentuk tubuh
ternak sebagai ciri khas suatu bangsa. Ukuran tubuh yang dapat digunakan untuk
menduga bobot badan diantaranya adalah lingkar dada dan panjang badan dengan
menggunakan rumus Winter. Rumus Winter telah diuji dan telah diteliti bahwa
hasilnya ada penyimpangan pada rumus tersebut dengan bobot badan aktual sapi di
Arjodarmoko memodifikasi rumus Winter dan disesuaikan dengan jenis dan ukuran
sapi serta kondisi lingkungan di Indonesia yang sekarang dikenal dengan rumus
12
Arjodarmoko. Adapun rumus Arjodarmoko yang digunakan untuk menduga bobot
badan, yaitu:
(LD)2 x PB
BB=
104
Keterangan:
akurat terhadap bobot badan aktual ternak sapi, dan untuk meminimalisir
penyimpangan tersebut, maka rumus ini kemudian dimodifikasi oleh Putra dkk.
(2020) yang disesuaikan dengan jenis sapi yaitu sapi PO jantan yang disebut dengan
rumus modifikasi baru. Adapun rumus modifikasi baru yang digunakan untuk
π x r2 x PB
BB=
950
Keterangan:
BB = Bobot Badan
π = 24/7 = 3,14
r = Jari-jari
PB = Panjang Badan
13
METODE PENELITIAN
Materi Penelitian
Materi pada penelitian ini menggunakan sapi Bali milik MBC dan
peternakan rakyat Kecamatan Barru sebanyak 62 ekor ternak betina dengan umur
2 tahun.
ternak, papan timbangan, aki, pita ukur, alat tulis dan sepatu boot.
Rancangan Penelitian
menjawab masalah penelitian yang berkaitan dengan data berupa angka dan
program statistik. Penelitian ini menggunakan metode survei untuk mengambil data
penimbangan bobot badan dan data lingkar dada sapi Bali betina. Pengambilan data
dilakukan dengan cara mengumpulkan data bobot badan aktual, lingkar dada,
jumlah dan kondisi tubuh sapi Bali betina. Data yang terkumpul kemudian
14
Prosedur Penelitian
sapi Bali khususnya lingkar dada menggunakan pita ukur. Setelah itu, melakukan
penimbangan bobot badan aktual sapi Bali menggunakan timbangan digital ternak.
Selanjutnya, mengestimasi bobot badan aktual sapi Bali dengan pendugaan bobot
(𝐿𝐷 + 22)2
𝐵𝐵 =
100
Keterangan:
BB = Bobot badan (kg)
LD = Lingkar dada (cm)
uji T untuk mengukur tingkat perbedaan antara bobot aktual dengan estimasi bobot
badan menggunakan rumus Schoorl. Jika hasil yang diperoleh berbeda nyata maka
hasilnya diperoleh tidak berbeda nyata antara bobot badan aktual dengan bobot
Parameter yang akan diamati pada penelitian ini adalah ukuran tubuh sapi
Bali seperti lingkar dada, bobot badan aktual, umur, dan kondisi tubuh sapi Bali
betina pada umur 2 tahun. Pengukuran ukuran tubuh serta informasi mengenai umur
15
1. Data bobot badan aktual diperoleh dengan cara menimbang sapi, memasukan
sapi ke dalam kandang jepit yang sudah dilengkapi dengan timbangan ternak.
2. Umur ternak dapat diketahui melalui catatan peternak dan susunan giginya
3. Kondisi tubuh ternak diketahui dengan melihat BCS (Body condition Score)
4. Lingkar dada diukur menggunakan pita ukur dengan satuan cm yang diambil
dengan cara mengikuti lingkaran dada atau tubuh tepat di belakang kaki depan
ternak.
Analisis Data
menggunakan uji T untuk mengetahui perbedaan antara bobot badan aktual dan
sebagai berikut:
Keterangan:
X : nilai rata-rata
Π : rata-rata populasi
S : standar deviasi
n : jumlah data
16
Jika hasil yang diperoleh berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan
(𝐿𝐷+𝑋 )2
𝐵𝐵 = Keterangan:
100
𝐵𝐵 . 100 = (𝐿𝐷 + 𝑋 )2 BB :Bobot Badan (kg)
𝐵𝐵 . 100 = (𝐿𝐷 + 𝑋) (𝐿𝐷 + 𝑋) LD :Lingkar Dada (cm)
X1=…. atau X2=…. X :Pengganti Konstanta
badan setelah modifikasi rumus dengan bobot badan aktual sehingga didapatkan
rumus Schoorl Terbaru dengan yang tepat untuk pendugaan bobot badan sapi Bali
hubungan lingkar dada dan bobot badan hasil pendugaan menggunakan rumus
Schoorl Terbaru.
17
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ukuran Tubuh
yang dimiliki seekor ternak dalam suatu populasi. Melalui analisis deskriptif, data
penimbangan bobot badan aktual dan pengukuran lingkar dada sapi Bali Betina
pengukuran lingkar dada. Rata-rata bobot badan yang diperoleh yaitu 155,54±17,86
kg. Nilai bobot badan tertinggi sebesar 197,5 kg dan bobot terendah 124 kg.
nilai lingkar dada tertinggi dan terendah masing-masing sebesar 148 dan 119 cm.
menunjukkan bahwa bobot tersebut sesuai dengan hasil penelitian Monica (2017)
yaitu bobot badan sapi Bali betina yang berumur 2-2,5 tahun sebesar 155,97±22,23
kg. Peningkatan bobot badan ditandai dengan perubahan pada komposisi tubuhnya
sehingga terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini juga sejalan
dengan penelitian Pohan dkk. (2002) bahwa bobot badan betina masing-masing
untuk umur diatas 1-2,5 tahun adalah 140 kg. Sedangkan, hasil pengukuran lingkar
dada pada Tabel 1. diperoleh rata-rata sebesar 133,53±6,83 cm yang sejalan dengan
18
penelitian Simanjuntak dan Robinson (2021) bahwa lingkar dada sapi Bali betina 2
tahun sebesar 138,87±14,21 cm. Semakin besar lingkar dada organ-organ yang
terdapat di dalam rongga dada juga semakin besar seperti paru-paru dan jantung.
pertumbuhan jaringan daging yang melekat pada tulang rusuk. Bertambahnya bobot
badan maka bertambah pula ukuran lingkar dada. Begitu pula sebaliknya,
menurunnya ukuran bobot badan, maka menurun juga ukuran lingkar dadanya.
Pertambahan bobot badan atau ukuran tubuh sesuai dengan umur. Lingkar dada
pada setiap umur ternak memiliki keeratan hubungan yang lebih baik dengan bobot
badan jika dibandingkan dengan tinggi pundak dan panjang badan pada umur yang
Bobot Badan Aktual dan Bobot Badan Hasil Pendugaan Rumus Schoorl
Schoorl pada sapi Bali betina umur 2 tahun dapat dilihat pada Tabel 2. Sebagai
berikut:
bobot badan menggunakan rumus Schoorl. Rata-rata bobot badan yang diperoleh
yaitu 155,54±17,86 kg. Nilai bobot badan tertinggi sebesar 197,5 kg dan bobot
terendah 124 kg. Adapun rata-rata bobot badan berdasarkan rumus Schoorl sebesar
19
242,36±21,37 kg dengan bobot terendah 198,81 kg dan bobot tertinggi 289 kg.
Sedangkan, selisih antara bobot aktual dan rumus Schoorl sebesar 86,82 kg.
sehingga rumus tersebut masih belum efektif jika digunakan untuk menduga bobot
Hasil antara bobot badan aktual dan dugaan menggunakan rumus Schoorl
memiliki selisih yang besar yaitu 86,82 kg dengan rata-rata bobot aktual
155,54±17,86 kg dan bobot rumus Schoorl 242,36±21,37 kg. Hal ini sejalan dengan
penelitian Widyas dkk. (2021) bahwa dengan menggunakan rumus Schoorl maka
diperoleh bobot badan sapi Bali betina sebesar 245,20 kg. Hasil yang lebih besar
diperoleh pada penelitian yang dilakukan oleh Meidina dkk. (2021) yaitu bobot
badan sapi Bali betina hasil pendugaan menggunakan rumus Schrool berkisar
262,44-368,64 kg.
Perbedaan antara bobot badan aktual dan bobot badan hasil pendugaan
rumus Schoorl pada sapi Bali betina umur 2 tahun menggunakan uji T dapat dilihat
Tabel 3. Hasil Uji T Bobot Badan Aktual dan Pendugaan Rumus Schoorl
Indikator Bobot Badan Aktual dan Rumus Schoorl
Selisih 86,62 kg
Standar Deviasi 12,29
n 62
α 0,05
Nilai Sign. 0,001
Sumber : Data Primer, 2023.
Keterangan : n: Jumlah Sampel; sd: Standar Deviasi; α: taraf signifikansi.
Tabel 3. Menggambarkan hasil uji T antara bobot badan aktual dan bobot
menggunakan rumus Schoorl diperoleh (P<0,05) atau nilai signifikansi lebih kecil
aktual dan bobot badan menggunakan rumus Schoorl berbeda nyata. Hal ini sesuai
20
dengan pendapat Meidina dkk. (2021) yang menyatakan bahwa terjadi perbedaan
yang nyata (P<0,05) antara bobot badan hasil penimbangan dengan rataan bobot
pengganti angka 22 pada rumus Schoorl, sehingga diperoleh nilai x yaitu (-9) dan
terbentuklah rumus Schoorl Terbaru untuk menduga bobot badan sapi Bali betina
(𝐿𝐷 − 9)2
𝐵𝐵 =
100
Keterangan:
BB = Bobot badan (kg)
LD = Lingkar dada (cm)
Hasil dari perbandingan antara rumus Schoorl dan rumus Schoorl Terbaru
Tabel 4. Perbandingan Antara Bobot Badan Aktual dengan Rumus Schoorl dan
Schoorl Terbaru
Rata- Nilai Nilai Penyimpangan Nilai
Bobot Badan x
rata±sd Terendah Tertinggi (%) Sign.
Aktual - Rumus 242,36
22 198,81 289 55,81 0,001
Schoorl (kg) ±21,37
Aktual -
155,54
Schoorl -9 121 193,21 0,001 0,999
±17,13
Terbaru (kg)
Sumber : Data Primer, 2023.
Keterangan : x: Konstanta Rumus; sd: Standar Deviasi
Schoorl dan Schoorl Terbaru. Penyimpangan terhadap bobot badan aktual jika
21
Schoorl Terbaru sebesar 0,001% dengan rata-rata bobot badan sebesar 155,54
kg±17,13. Sehingga dapat dikatakan bahwa rumus Schoorl Terbaru memiliki hasil
dugaan bobot badan yang mendekati bobot badan aktual. Hal ini sesuai dengan
pendapat Rukmi dkk. (2022) bahwa semakin besar persentase penyimpangan yang
didapatkan maka rumus tersebut menjauhi dari bobot badan aktual, berbanding
terbalik jika hasil persentase penyimpangan mendapatkan hasil yang kecil maka
ini:
setiap 1 cm akan mempengaruhi peningkatan bobot badan sapi Bali betina umur 2
tahun menggunakan rumus Schoorl Terbaru sebesar 2,50 kg. Nilai R2 (koefisien
bobot badan menggunakan rumus Schoorl Terbaru dipengaruhi oleh nilai lingkar
dada sapi Bali. Adapun nilai korelasi (r) yaitu 0,9994 yang berarti lingkar dada dan
bobot badan memiliki korelasi yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Zafitra
22
dkk. (2020) bahwa keeratan hubungan tertinggi antara ukuran ukuran tubuh dengan
bobot badan adalah lingkar dada. Korelasi yang tinggi antara lingkar dada dan bobot
badan sapi dapat direkomendasikan bahwa seleksi terhadap lingkar dada akan
memberikan hasil yang positif terhadap bobot badan dan secara praktis di lapangan
sapi Bali betina 2 tahun menggunakan rumus Schoorl Terbaru berdasarkan lingkar
hubungan positif antara dua variabel. Hal ini menunjukan bahwa lingkar dada pada
setiap umur memiliki keeratan hubungan yang lebih baik dengan bobot badan jika
23
dibandingkan dengan panjang badan dan tinggi pundak. Pengukuran lingkar dada
tinggi. Bila diibaratkan luas maka lingkar dada menggambarkan luas, sedangkan
24
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
badan aktual sebesar 155,54±17,86 kg dengan nilai terendah 124 kg dan tertinggi
197,5 kg. Rata-rata lingkar dada sebesar 133,53±6,83 dengan nilai terendah 119 cm
dan tertinggi 148 cm. Sedangkan rata-rata bobot badan menggunakan rumus
Schoorl sebesar 242,36±21,37 dan selisih antara bobot badan aktual sebesar 86,82
kg. Bobot badan hasil dugaan rumus Schoorl Terbaru diperoleh rata-rata
sehingga rumus yang diperoleh untuk mengestimasi bobot badan sapi Bali betina
(𝐿𝐷 − 9)2
𝐵𝐵 =
100
Keterangan:
BB = Bobot badan (kg)
LD = Lingkar dada (cm)
Saran
selanjutnya.
25
DAFTAR PUSTAKA
Andilah., M. Muhsinin, dan Maskur. 2021. Korelasi bobot badan dengan ukuran
tubuh sapi Bali jantan muda yang dipelihara secara semi intensif. Jurnal
Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia. 7(2): 68-75.
Ersi, F., M. D. I. Hamdani, Sulastri, dan K. Adhianto. 2018. Korelasi antara bobot
badan dan dimensi tubuh pada sapi Peranakan Ongole jantan pada umur 7-
12 bulan di Desa Wawasan Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Lampung
Selatan. Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan. 2(3): 16-22.
Firdaus, A. M., Dudi, dan I. A. Siwi. 2017. Penyimpangan bobot badan dugaan
menggunakan rumus winter dan rumus arjodarmoko terhadap bobot badan
aktual sapi Pasundan di Kabupaten Garut. Students e- Journals. 6(1): 1-13.
Gushairiyanto dan Depison. 2021. Karakteristik kuantitatif sapi Bali menggunakan
analisis komponen utama di Kabupaten Merangin dan Muaro Jambi,
Provinsi Jambi. Jurnal Sain Peternakan Indonesia. 16(1): 74-79.
Hamdani, M. D. I. 2013. Hubungan antara berat badan sapi betina Peranakan
Ongole dan sapi persilangan pada tingkatan umur yang berbeda terhadap
ukuran dan karakteristik ovariumnya. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu.
1(3): 37-39.
Juandhi, M. D., D. Kurnia, dan P. Anwar. 2019. Pendugaan body condition scoring
(BCS) terhadap bobot badan, bobot karkas dan persentase karkas sapi
Brahman Cross (Bx) di RPH Kota Pekanbaru. Journal of Anima Center.
1(1): 37-45.
26
Lestari, R. D., L. M. Baga, dan R. Nurmalina. 2017. Daya saing usaha
penggemukan sapi potong peternakan rakyat di Kabupaten Bojonegoro,
Jawa Timur. Bulletin Peternakan. 41(1): 101-112.
Mahardika, I. P. W., I. P. Sampurna, dan T. S. Nindhia. 2015. Hubungan antara
dimensi lebar induk dengan pedet pada sapi Bali. Bulletin Veteriner
Udayana. 7(1): 9-16.
Masyita, N., I. K. Suada, dan I. W. Batam. 2014. Umur sapi Bali betina yang
disembelih pada rumah pemotongan hewan di Bali. Indonesia Medicus
Veterinus. 3(5): 384-393.
Meidina, L., A. Jaelani, dan M. I. Zakir. 2021. Perbandingan ketepatan estimasi
bobot badan jantan dan betina pada sapi Bali (Bos sondaicus) menggunakan
metoda perhitungan Winter dan Schoorl. Jurnal Peternakan Indonesia.
23(1): 17-24.
Pikan, S., P. K. Tahuk, dan H. Y. Sikone. 2018. Tampilan bobot badan, ukuran
linear tubuh, serta umur dan skor kondisi tubuh ternak sapi Bali yang
dipotong pada RPH Kota Kefamenanu. Journal of Animal Science. 3(2): 21-
24.
Pohan, A., Yusuf, R. B. Wirdahayati, dan J. Nulik. 2002. Keragaan produktivitas
sapi Bali Timor di Timor Barat. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian,
Nusa Tenggara Timur.
Putra, A., A. Rusdhi, dan F. Gunawan. 2020. Penentuan bobot badan sapi
Peranakan Ongole (PO) jantan berdasarkan profil body condition score
(BCS) di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. Seminar of
Social Science Engineering & Humaniora. 80-91.
27
Karno, R. 2017. Hubungan Umur Dan Jenis Kelamin Terhadap Bobot Badan Sapi
Bali di Kecamatan Donggo Kabupaten Bima. Skripsi. Universitas Islam
Negeri Alauddin. Makassar.
Rukmi, D. L., A. S. Dirja, dan T. M. Syahniar, dan H. Subagja. 2022. Evaluasi
pendugaan bobot badan ternak sapi potong di Berkah Setia Farm Purworejo-
Jawa Tengah. National Conference of Applied Animal Science. 76-81.
Saptayanti, N. N. J., I. K. Suatha, dan I. P. Sampurna. 2015. Hubungan antara
dimensi panjang induk dengan pedet pada sapi Bali. Bulletin Veteriner
Udayana. 7(2): 129-136.
Sari, D. D. K., R. Marianty, dan Kristina. 2022. Performans produksi sapi Bali pada
pola pemeliharaan ekstensif di Pulau Bali. Jurnal Agrienvi. 16(2): 137-143.
Simanjuntak, M. C. dan P. Robinson. 2021. Karakteristik sifat kualitatif dan
kuantitatif tubuh sapi Bali betina yang dipelihara di dalam kandang dan
lapangan. PARA-PARA. 2(1): 55-63.
Sudirman dan Suryadi. 2020. Pertumbuhan sapi Bali yang di gembalakan pada
pastura berbasis Lamtoro taramba di BPT-HPT Serading. Prosiding
Seminar Nasional IPPeMas 2020. 273-278.
Sumarsono. 2016. Rancang bangun sistem informasi pengukuran bobot daging
lembu berbasis android. JISKA. 1(2): 101-107.
28
LAMPIRAN
Penyiapan Timbangan
Penimbangan Ternak
Pengecekan Gigi
Lampiran 2. Hasil Perhitungan Data Penelitian
No. Pemilik Jenis Kelamin Umur LD BB Aktual BB Schoorl Selisih X BB (X)
1 Hj. Ani betina 2 tahun 139 163,5 259,21 95,71 -11 163,5
2 Saharuddin betina 2 tahun 128 151,5 225 73,5 -5 151,5
3 Rahman betina 2 tahun 136 165 249,64 84,64 -8 165
4 Rahman betina 2 tahun 127 135 222,01 87,01 -11 135
5 Lamase betina 2 tahun 124 146,5 213,16 66,66 -3 146,5
6 Lamase betina 2 tahun - - - - - -
7 Lamase betina 2 tahun - - - - - -
8 Lamase betina 2 tahun - - - - - -
9 Muh. Tang betina 2 tahun - - - - - -
10 Damrin betina 2 tahun - - - - - -
11 Iskandar betina 2 tahun - - - - - -
12 Iskandar betina 2 tahun - - - - - -
13 Mukarramah betina 2 tahun - - - - - -
14 Sahabu betina 2 tahun - - - - - -
15 Abdul Rozak betina 2 tahun - - - - - -
16 Sadik betina 2 tahun - - - - - -
17 Sadik betina 2 tahun - - - - - -
18 Mansyur betina 2 tahun - - - - - -
19 Fahrisal betina 2 tahun - - - - - -
20 Hasrul betina 2 tahun - - - - - -
21 Hasrul betina 2 tahun - - - - - -
22 Masing betina 2 tahun - - - - - -
23 Ubi betina 2 tahun - - - - - -
24 Ubi betina 2 tahun - - - - - -
25 Ubi betina 2 tahun - - - - - -
26 Umran betina 2 tahun - - - - - -
27 Syamsuddin betina 2 tahun - - - - - -
28 Kasman betina 2 tahun - - - - - -
29 Gusman betina 2 tahun - - - - - -
30 Jide' betina 2 tahun - - - - - -
31 Kasman betina 2 tahun - - - - - -
32 Lanusu betina 2 tahun - - - - - -
33 Lanusu betina 2 tahun - - - - - -
34 Saharuddin betina 2 tahun - - - - - -
35 Syahril betina 2 tahun - - - - - -
36 Syahril betina 2 tahun - - - - - -
37 Syahril betina 2 tahun - - - - - -
38 Haeruddin betina 2 tahun - - - - - -
39 Muhadi betina 2 tahun - - - - - -
40 Muhadi betina 2 tahun - - - - - -
41 Jayadi betina 2 tahun - - - - - -
42 Khairil betina 2 tahun - - - - - -
43 M. Abidin betina 2 tahun - - - - - -
44 M. Abidin betina 2 tahun - - - - - -
45 kaharuddin betina 2 tahun - - - - - -
46 Rahman betina 2 tahun - - - - - -
47 Lakasse betina 2 tahun - - - - - -
48 Muhardin betina 2 tahun - - - - - -
49 Zainuddin betina 2 tahun - - - - - -
50 Kasse betina 2 tahun - - - - - -
51 Kasse betina 2 tahun - - - - - -
52 Laripe betina 2 tahun - - - - - -
53 Laripe betina 2 tahun - - - - - -
54 Laripe betina 2 tahun - - - - - -
55 Lamiru betina 2 tahun - - - - - -
56 Lantana betina 2 tahun - - - - - -
57 Kaha betina 2 tahun - - - - - -
58 Kadir betina 2 tahun 131 149,5 234,09 84,59 -9 149,5
59 Kaha betina 2 tahun 130 166 231,04 65,04 -1 166
60 Zainuddin betina 2 tahun 134 166,5 243,36 76,86 -5 166,5
61 Amsar betina 2 tahun 137 159,5 252,81 93,31 -11 159,5
62 La Tare betina 2 tahun 142 169 268,96 99,96 -12 169
Rata-rata 133,5323 155,5403 242,3623 86,82202 -9,0178 155,5403
Standar Deviasi (SD) 6,834022 17,86729 21,37362 12,28996
Standar Error (SE) 0,867922 2,269148 2,714453 1,560826
Nilai Tertinggi (Maks.) 148 197,5 289 110
Nilai Terendah (Min.) 119 124 198,81 60,81
KK(%) 5,117881 11,48724 8,818872 14,15535
Tabel 2. Hasil penimbangan bobot badan dan pendugaan menggunakan rumus Schoorl
Bobot Badan Selisih Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata Standar Deviasi Standar Error KK (%)
Aktual 124 197,5 155,5403226 17,86729276 2,26914845 11,48724
86,82201613
Pendugaan Rumus Schrool 198,81 289 242,3623387 21,37362431 2,714453001 8,818872
Uji Normalitas
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
UMUR
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
BB_Aktual 2 tahun 0,072 62 .200 0,974 62 0,208
BB_Schoorl 2 tahun 0,145 62 0,003 0,969 62 0,114
LD 2 tahun 0,137 62 0,005 0,972 62 0,176
Ho = Bobot badan aktual dan bobot badan menggunakan rumus tidak berbeda nyata (Sig. > 0,05)
H1 = Bobot badan aktual dan bobot badan menggunakan rumus berbeda nyata (Sig. < 0,05)
berarti hasil bobot badan aktual dan pendugaan rumus Schoorl memiliki selisih yang jauh
Penyesuaian Rumus Schoorl Terbaru
No. LD BB Aktual BB Schoorl Terbaru Selisih
1 139 163,5 169 5,5
2 128 151,5 141,61 9,89
3 136 165 161,29 3,71
4 127 135 139,24 4,24
5 - - - -
6 - - - -
7 - - - -
8 - - - -
9 - - - -
10 - - - -
11 - - - -
12 - - - -
13 - - - -
14 - - - -
15 - - - -
16 - - - -
17 - - - -
18 - - - -
19 - - - -
20 - - - -
21 - - - -
22 - - - -
23 - - - -
24 - - - -
25 - - - -
26 - - - -
27 - - - -
28 - - - -
29 - - - -
30 - - - -
31 - - - -
32 - - - -
33 - - - -
34 - - - -
35 - - - -
36 - - - -
37 - - - -
38 - - - -
39 - - - -
40 - - - -
41 - - - -
42 - - - -
43 - - - -
44 - - - -
45 - - - -
46 - - - -
47 - - - -
48 - - - -
49 - - - -
50 - - - -
51 - - - -
52 - - - -
53 - - - -
54 - - - -
55 - - - -
56 - - - -
57 - - - -
58 131 149,5 148,84 0,66
59 130 166 146,41 19,59
60 134 166,5 156,25 10,25
61 137 159,5 163,84 4,34
62 142 169 176,89 7,89
Rata-rata 133,5323 155,540323 155,5423387 8,638629
Standar Deviasi (SD) 6,834022 17,8672928 17,13832575
Standar Error (SE) 0,867922 2,26914845 2,176569546
Nilai Tertinggi (Maks.) 148 197,5 193,21
Nilai Terendah (Min.) 119 124 121
KK (%) 5,117881 11,4872417 11,01843131
Ho = Bobot badan aktual dan bobot badan menggunakan rumus tidak berbeda nyata (Sig. > 0,05)
H1 = Bobot badan aktual dan bobot badan menggunakan rumus berbeda nyata (Sig. < 0,05)
berarti hasil bobot badan aktual dan pendugaan rumus Schoorl memiliki selisih yang sedikit
Luaran Penelitian
BB= (LD-9)*(LD-9)/100
No Lingkar Dada BB Schoorl Barru LD BB Aktual
1 115 112,36 139 163,5
2 115,5 113,42 128 151,5
3 116 114,49 136 165
4 116,5 115,56 127 135
5 117 116,64 124 146,5
6 117,5 117,72 119 130
7 118 118,81 128 139
8 118,5 119,90 129 135
9 119 121,00 131 144,5
10 119,5 122,10 124 137,5
11 120 123,21 125 142
12 120,5 124,32 125 143,5
13 121 125,44 129 139
14 121,5 126,56 132 160,5
15 122 127,69 141 184
16 122,5 128,82 130 126,5
17 123 129,96 131 149
18 123,5 131,10 138 172
19 124 132,25 132 151,5
20 124,5 133,40 142 161
21 125 134,56 130 142,5
22 125,5 135,72 137 180
23 126 136,89 134 179
24 126,5 138,06 148 179
25 127 139,24 126 134
26 127,5 140,42 131 149
27 128 141,61 131 154,5
28 128,5 142,80 134 179
29 129 144,00 130 153,5
30 129,5 145,20 139 156,5
31 130 146,41 137 148
32 130,5 147,62 141 175
33 131 148,84 144 180
34 131,5 150,06 141 162
35 132 151,29 127 132
36 132,5 152,52 146 175
37 133 153,76 119 138
38 133,5 155,00 140 177
39 134 156,25 143,5 197,5
40 134,5 157,50 137,5 173
41 135 158,76 129 149,5
42 135,5 160,02 140 168,5
43 136 161,29 136 177
44 136,5 162,56 147 183
45 137 163,84 148 191
46 137,5 165,12 138 161
47 138 166,41 139 153
48 138,5 167,70 129 132,5
49 139 169,00 131 148
50 139,5 170,30 129 146,5
51 140 171,61 132 154
52 140,5 172,92 128 131,5
53 141 174,24 126 124
54 141,5 175,56 130 127
55 142 176,89 132 156,5
56 142,5 178,22 137 152
57 143 179,56 128 137
58 143,5 180,90 131 149,5
59 144 182,25 130 166
60 144,5 183,60 134 166,5
61 145 184,96 137 159,5
62 145,5 186,32 142 169
63 146 187,69
64 146,5 189,06
65 147 190,44
66 147,5 191,82
67 148 193,21
68 148,5 194,60
69 149 196,00
70 149,5 197,40
71 150 198,81
RIWAYAT HIDUP
perempuan yang bernama Andi Sri Ulandari Agsa, S.E dari pasangan Andi Gustan
dan Sahawati. Saat ini, penulis berdomisili di Jalan Masjid Haji Sulaimana,
Satu Atap SD Negeri Impres Bota’e, Dusun Bota’e, Desa Tadang Palie, Kecamatan
Sawitto, Kabupaten Pinrang dan selesai pada tahun 2013. Pada tahun itu pula
Pinrang, Desa Maccorawalie, Kecamatan Watang Sawitto dan selesai pada tahun
Pertengahan tahun 2019, penulis telah lulus Sekolah Menengah Atas dan
SNMPTN tetapi belum berhasil lulus dan selanjutnya penulis mendaftar melalui
jalur SBMPTN dengan pilihan pertama yaitu agroteknologi dan pilihan kedua
peternakan. Pada saat pengumuman kelulusan, penulis dinyatakan lulus sebagai
Kedua orang tua penulis sangat berperan penting akan kelulusan anaknya,
karena saran dari mereka yaitu Agroteknologi di pilihan pertama dan Peternakan di
pilihan kedua. Penulis pun mengikuti saran tersebut dan Alhamdulillah saat
pengumuman dinyatakan lulus di Fakultas Peternakan. Ada satu hal yang sedikit
berat dilalui untuk mahasiswa baru yaitu tugas yang menumpuk serta laporan-
dengan baik dan tepat waktu karena seiring berjalannya waktu akan mulai terbiasa
Pada tahun 2021, penulis bersama dengan timnya yaitu Healizer mencoba
pada saat pengumuman dinyatakan sebagai tim yang berhasil didanai oleh
sehingga tidak mudah untuk menunda sesuatu yang ingin dikerjakan. Pada tahun
melibatkan peternak mitra MBC yang juga bekerjasama dengan PT. Hasanuddin