You are on page 1of 15

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA

DASAR
Water Level

Dosen : Mada Sanjaya WS, Ph.D


Asisten Lab : Marissa Alpiani (1217030019)

Disusun oleh :
Sinta Nur Fitriani Faudziah (1227030034)

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2023
Abstract

In this modern era, water has become a vital source of life for both humans and eco-
systems. Unfortunately, water management often encounters issues, particularly when it is
challenging to monitor the availability of water in containers or storage tanks. This pro-
blem can lead to water wastage, which poses a serious challenge in the management of
natural resources.
The main constraint is the lack of understanding of the water level in storage containers.
Most people do not have accurate tools or systems to measure the water level, making it
difficult to determine when to stop the flow of water, especially if the storage container does
not provide clear indications.
To address this issue, this experiment develops a technology-based solution using ele-
ctrode sensors. The created Water Level Control system provides warnings when the water
level approaches the predefined limit. With this approach, it is expected to enhance water
usage efficiency, reduce natural resource wastage, and contribute to environmental prese-
rvation and the conservation of depleting water resources.
Water Level Control is an application in the electrical sector commonly used in electric
motors, especially those operating water pumps. Its purpose is to regulate the water level
in storage tanks, with electrodes playing a role in determining the water level. With this
system, homeowners can save water and energy while avoiding common wastage.
Although Water Level Control systems already exist, many of them are complex and
costly. There are two common types of devices used: water pressure sensors and float
systems, each with its own weaknesses. Therefore, there is a need for the development of a
simpler and more affordable Water Level Control solution suitable for various segments of
society and industrial sectors.
The working principle of Water Level Control involves an electrode sensor that conducts
current as water approaches it. This sends a signal to a transistor as an automatic switch
that activates LED and Buzzer when the water container reaches its full capacity.
Keywords: Water management, Electrode sensor, Water Level Control, Electric motor,
Water conservation, Technology-based solution, and Water wastage.

Abstrak

Dalam era modern ini, air menjadi sumber kehidupan yang vital bagi manusia dan eko-
sistem. Sayangnya, pengelolaan air seringkali menghadapi masalah, terutama ketika sulit
memantau ketersediaan air di wadah atau tangki penyimpanan. Masalah ini dapat mengaki-
batkan pemborosan air, yang merupakan tantangan serius dalam pengelolaan sumber daya
alam.
Kendala utama adalah kurangnya pemahaman tentang tingkat ketinggian air di wadah
penyimpanan. Kebanyakan orang tidak memiliki alat atau sistem yang akurat untuk meng-
ukur tingkat air, sehingga sulit menentukan kapan menghentikan aliran air, terutama jika
wadah penyimpanan tidak memberikan indikasi yang jelas.

i
Untuk mengatasi masalah ini, praktikum ini mengembangkan solusi berbasis teknolo-
gi menggunakan sensor elektroda. Sistem Water Level Control yang dibuat memberikan
peringatan ketika ketinggian air mendekati batas yang telah ditentukan. Dengan pendekat-
an ini, diharapkan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air, mengurangi pemborosan
sumber daya alam, serta berkontribusi pada pelestarian lingkungan dan sumber daya air
yang semakin berkurang.
Water Level Control adalah aplikasi sektor listrik yang umumnya digunakan pada motor
listrik, terutama yang mengoperasikan pompa air. Tujuannya adalah mengatur ketinggian
air dalam tangki penampungan, dengan elektroda yang memiliki peran dalam menentukan
level air. Dengan sistem ini, pemilik rumah dapat menghemat air dan energi, serta meng-
hindari pemborosan yang sering terjadi.
Meskipun Water Level Control sudah ada, banyak yang kompleks dan mahal. Ada dua
jenis alat yang umum digunakan: sensor tekanan air dan sistem pelampung, yang memiliki
kelemahan masing-masing. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan solusi Water Level
Control yang lebih sederhana dan terjangkau, cocok untuk berbagai kalangan masyarakat
dan sektor industri.
Prinsip kerja Water Level Control melibatkan sensor elektroda yang menghantarkan
arus saat air mendekatinya. Ini mengirimkan sinyal ke transistor sebagai saklar otomatis
yang mengaktifkan LED dan Buzzer saat bak air mencapai kapasitas penuh.
Kata Kunci : Pengelolaan air, Sensor elektroda, Water Level Control, Motor listrik,
Penghematan air, Solusi berbasis teknologi, dan Pemborosan air.

i
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Zaman modern seperti saat ini, air merupakan sumber kehidupan yang sangat berharga
dan merupakan sebuah elemen penting dalam kehidupan manusia serta ekosistem. Namun,
dalam pengelolaan air seringkali terjadi masalah, terutama ketika individu atau organisasi tidak
dapat memantau dengan akurat ketersediaan air dalam wadah atau tangki penyimpanan. Hal
ini menyebabkan potensi pemborosan air, yang merupakan tantangan serius dalam pengelolaan
sumber daya alam.
Permasalahan ini timbul akibat kurangnya pemahaman tentang tingkat ketinggian air dalam
wadah penyimpanan. Kebanyakan orang tidak memiliki alat atau sistem yang mampu membe-
rikan informasi yang akurat mengenai tingkat air tersebut, sehingga mereka kesulitan menen-
tukan kapan seharusnya menghentikan aliran air apalagi ketika wadah penyimpanan nya tidak
dapat dipastikan kapan penuh.
Oleh karena itu, pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan tersebut
dengan mengembangkan solusi berbasis teknologi. Praktikum kali ini akan membuat sebuah
rangkaian sederhana yang menggunakan sensor elektroda, alat yang mampu mengukur tingkat
air secara tepat dan akurat. Sistem ini akan berfungsi sebagai alat Water Level, memberikan
peringatan atau berbunyi ketika ketinggian air mendekati batas yang telah ditetapkan. Melalui
pendekatan ilmiah ini, kami berharap dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air, mengu-
rangi pemborosan sumber daya alam, serta memberikan kontribusi positif dalam pelestarian
lingkungan dan pemeliharaan sumber daya air yang semakin berkurang.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.

1. Mahasiswa mampu membuat sensor elektroda..

2. Mahasiswa mampu membuat rangkaian water level dari sensor yang dibuat.

3. Memahami prinsip kerja dari rangkaian water level.

1
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Water Level
Rangkaian Water Level Control, atau sering disebut sebagai WLC, merupakan sebuah apli-
kasi di dalam sektor listrik yang umumnya diterapkan pada motor listrik, terutama motor induksi
yang digunakan untuk mengoperasikan pompa air. Tujuan utama dari WLC adalah mengatur
dan mengontrol ketinggian level air dalam suatu tangki penampungan, yang biasanya ditemui
di berbagai lingkungan, seperti rumah-rumah atau fasilitas industri. Fungsi utama dari rangka-
ian ini adalah mengatur kapan motor listrik atau pompa air harus beroperasi dan kapan harus
berhenti berdasarkan tingkat ketinggian air dalam tangki. Untuk mencapai kendali level air
ini, elektroda yang digunakan, masing-masing memiliki peran dalam menentukan sumber daya
umum, level rendah, dan level tinggi terkait dengan ketinggian air.
Melalui sistem Water Level Control ini, pemilik rumah tidak perlu lagi khawatir tentang
pengisian penampungan air di rumah mereka. Ketika sistem ini aktif, pompa air akan secara
otomatis diaktifkan ketika air hampir habis, dan akan berhenti saat tangki air mencapai kapasitas
penuh. Hal ini membawa manfaat berupa penghematan air, energi listrik, dan waktu, sambil
menghindari pemborosan air dan listrik yang sering terjadi karena kelalaian dalam mematikan
pompa air.
Meskipun demikian, Water Level Control yang ada saat ini seringkali menggunakan tek-
nologi yang kompleks dan harganya cukup tinggi, mencapai lebih dari sekitar Rp 50.000,00.
Terdapat dua jenis alat yang umum digunakan saat ini, yaitu yang menggunakan sensor te-
kanan air dan yang menggunakan sistem pelampung. Sistem dengan sensor tekanan air ini
bekerja dengan mendeteksi perubahan tekanan air ketika air hampir habis, sedangkan sistem
dengan pelampung menggunakan perangkat pelampung untuk mengukur level air. Namun, ke-
dua sistem ini memiliki kelemahan masing-masing, seperti harganya yang mahal dan kerumitan
pengoperasiannya (pada alat berbasis mikrokontroler), serta kesulitan dalam pemasangan dan
ketidakakuratan pengukuran (pada alat berbasis pelampung).
Dengan demikian, ada kebutuhan yang mendesak akan pengembangan alat Water Level
Control yang lebih sederhana dan ekonomis agar dapat diakses oleh berbagai kalangan ma-
syarakat. Selain itu, alat ini juga diharapkan dapat digunakan di sektor industri dan perumahan
sebagai solusi yang lebih efisien dan terjangkau

2.1.1 Prinsip Kerja Water Level

Prinsip kerja Water Level Control adalah sebagai berikut: ketika air mendekati rangkaian
papan PCB, itu akan menghantarkan arus yang akan mengirimkan sinyal ke transistor, yang
bertindak sebagai saklar otomatis. Transistor kemudian akan mengaktifkan LED dan Buzzer
sebagai indikator bahwa bak atau penampung air telah mencapai kapasitas penuh.

2
2.2 Sensor
Sensor merupakan alat yang digunakan untuk mengidentifikasi perubahan dalam berbagai
besaran fisik seperti tekanan, gaya, komponen listrik, cahaya, pergerakan, tingkat kelembab-
an, suhu, kecepatan, dan fenomena-fenomena lingkungan lainnya. Setelah mendeteksi adanya
perubahan ini, data input yang tercatat akan diubah menjadi output yang dapat dipahami oleh
manusia. Output ini bisa disajikan langsung oleh perangkat sensor itu sendiri atau dikirimk-
an secara elektronik melalui jaringan untuk ditampilkan atau diolah menjadi informasi yang
berguna bagi pengguna.
Secara prinsip, sensor dapat dikelompokkan sebagai transduser input karena mampu meng-
ubah energi fisik, seperti radiasi cahaya, tekanan mekanis, perubahan posisi atau gerakan, suhu,
atau jenis energi fisik lainnya menjadi sinyal listrik atau perubahan resistansi. Kemudian, sinyal
tersebut dapat dikonversi kembali menjadi tegangan atau sinyal listrik.

2.3 Transistor
2.3.1 Pengertian Transistor

Transistor adalah komponen elektronika yang memiliki banyak fungsi dalam berbagai per-
angkat elektronik. Fungsi-fungsi utama transistor meliputi penguatan sinyal, pemutusan sirkuit,
penyambungan sirkuit, stabilisasi tegangan, modulasi sinyal, dan lain-lain. Transistor juga dapat
dianggap sebagai kran listrik yang dapat mengatur aliran listrik berdasarkan tegangan inputnya,
sehingga memungkinkan pengaturan listrik yang akurat dari sumber listrik. Transistor terbuat
dari bahan semikonduktor seperti germanium, silikon, dan gallium arsenide, dan memiliki tiga
kaki: basis, kolektor, dan emitor. Transistor digunakan dalam berbagai peralatan elektronik
seperti televisi, handphone, komputer, pemutar audio dan video, konsol game, dan banyak lagi.
Sebagai komponen aktif, transistor memiliki peran penting dalam mengatur aliran arus listrik
dalam rangkaian elektronika, baik sebagai penguat maupun sebagai saklar.

Gambar 2.1: Transistor BJT

Transistor seperti yang terlihat pada gambar di atas adalah transistor bipolar atau BJT (Bi-
polar Junction Transistor). Ini merupakan suatu kemajuan yang menggantikan penggunaan
transistor tabung (vacuum tube). Keunggulan transistor bipolar meliputi ukurannya yang lebih
kecil dan dissipasi daya yang lebih rendah, sehingga mampu beroperasi pada suhu yang lebih
rendah.

3
Transistor tabung masih digunakan dalam beberapa aplikasi khusus, terutama dalam kon-
teks audio, untuk mencapai kualitas suara yang optimal. Namun, kelemahan utamanya adalah
konsumsi daya yang tinggi, karena memerlukan pemanasan filamen serupa dengan lampu pijar
untuk melepaskan elektron.
Transistor bipolar adalah komponen elektronika yang memiliki dua junction yang bisa di-
bandingkan dengan penggabungan dua dioda. Terdapat junction Emitter-Base dan junction
Base-Kolektor, dan itulah sebabnya disebut sebagai Transistor Bipolar Junction. Sama seperti
dioda, aliran arus hanya terjadi jika ada bias positif, yang berarti tegangan pada bagian P harus
lebih positif daripada bagian N (bias maju). Dalam transistor NPN, seperti yang diperlihatkan
dalam gambar, junction base-emiiter diberi bias positif sementara junction base-kolektor diberi
bias negatif (bias mundur).

Gambar 2.2: Rangkaian bias transistor dan arus elektron

Karena ada bias positif pada base-emitter, elektron akan bergerak dari emitter ke base, mirip
dengan yang terjadi pada dioda. Kolektor dalam rangkaian ini memiliki tegangan yang lebih po-
sitif, sehingga elektron akan mengalir ke arah kolektor. Jika tidak ada kolektor, semua elektron
akan mengalir ke base seperti dioda.
Tetapi karena base sangat tipis, hanya sejumlah kecil elektron yang dapat berinteraksi de-
ngan hole yang ada di base. Sebagian besar elektron akan melewati lapisan base dan menuju
kolektor. Inilah mengapa dua dioda yang digabungkan tidak dapat menjadi transistor, karena
syaratnya adalah lebar base harus sangat tipis agar dapat dilewati oleh elektron.
Apabila tegangan pada base-emitter terbalik (reverse bias), tidak akan terjadi aliran elektron
dari emitter ke kolektor. Namun, jika tegangan pada base secara perlahan disesuaikan ke arah
maju (forward bias), elektron akan mengalir ke kolektor, dan kuantitasnya akan sejalan dengan
arus yang mengalir melalui base. Dengan kata lain, arus pada base mengatur seberapa banyak
elektron yang bergerak dari emitter ke kolektor.

2.4 Buzzer
Buzzer elektronika merupakan komponen elektronika yang menghasilkan gelombang suara
ketika diberi tegangan listrik sesuai dengan spesifikasi tertentu. Umumnya, buzzer digunakan
sebagai alat pengingat atau alarm, dengan cara memberikan tegangan input untuk menghasilkan

4
suara yang dapat didengar manusia.
Setiap buzzer elektronika membutuhkan tegangan listrik sebagai input, yang akan mengu-
bahnya menjadi gelombang suara dengan frekuensi berkisar antara 1 hingga 5 KHz. Salah satu
jenis buzzer yang sering digunakan dalam rangkaian adalah buzzer piezoelektrik (Piezoelectric
Buzzer). Buzzer ini populer karena harganya terjangkau, ringan, dan mudah digunakan dalam
aplikasi elektronika. Efek piezoelektrik, yang menjadi dasar bagi buzzer piezoelektrik, pertama
kali ditemukan oleh Pierre Curie dan Jacques Curie pada tahun 1880 di Perancis. Kemudian,
teknologi ini dikembangkan oleh perusahaan Jepang dan menjadi populer pada tahun 1970-an.
Dalam rangkaian elektronika, buzzer piezoelektrik dapat beroperasi dengan tegangan listrik
sekitar 6 hingga 12 volt dan mengonsumsi arus sekitar 25 mA. Buzzer ini juga dikenal sebagai
beeper dan termasuk dalam keluarga transduser.

2.4.1 Bentuk dan Simbol Buzzer

Buzzer elektronika umumnya memiliki bentuk tabung silinder dengan lubang kecil di ba-
gian atasnya dan dua pin atau kaki di bagian bawah. Ini adalah karakteristik fisik yang biasa
ditemukan pada buzzer elektronika dan dapat digambarkan dengan simbol khusus dalam ske-
matik rangkaian.

Gambar 2.3: Grafik Sensor Proximity

2.4.2 Fungsi Buzzer Elektronika

Buzzer elektronika adalah komponen elektronika yang memiliki peran serupa dengan lou-
dspeaker, tetapi dengan fungsi yang lebih sederhana. Beberapa fungsi umum dari buzzer elek-
tronika termasuk sebagai bel rumah, alarm pada berbagai peralatan, peringatan mundur pada
truk, komponen dalam rangkaian anti maling, indikator suara untuk menandakan bahaya, timer,
dan masih banyak lagi kegunaan dari buzzer itu sendiri.

5
2.5 LED
Lampu LED telah menjadi favorit banyak orang karena keunggulannya dalam penerangan,
efisiensi energi, dan ketahanan jangka panjang. Selain digunakan untuk penerangan, lampu
LED juga sering digunakan dalam berbagai komponen elektronika.

2.5.1 Pengertian Lampu LED

Gambar 2.4: Lampu LED

LED adalah singkatan dari Light Emitting Diode, yang merupakan komponen semi kon-
duktor dalam kategori dioda. Ini dapat memancarkan cahaya monokromatik melalui tegangan
bias maju, tetapi tidak menghasilkan panas seperti lampu pijar. Meskipun sering digunakan
untuk penerangan ruangan, LED juga dapat diterapkan dalam berbagai komponen elektronika
lainnya.

2.5.2 Bentuk dan SImbol LED

Gambar 2.5: Lampu LED

LED memiliki bentuk yang mirip dengan lampu pijar dan dapat menghasilkan berbagai
warna yang berbeda. Warna-warna ini berasal dari bahan semikonduktor yang digunakan da-
lam LED, dan komponen ini dirancang untuk memancarkan beragam cahaya, termasuk merah,
hijau, biru, dan lainnya. Anda dapat melihat simbol dan bentuk LED pada gambar di atas untuk
informasi lebih lanjut.

6
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Praktikum ini dilakukan di Gedung Solahudin Sanusi UIN Sunan Gunung Djati Bandung,
tepatnya di Laboratorium Basic Physics pada hari Senin, 02 Oktober 2023 pukul 10:00 sampai
12:00 WIB.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan Sensor Proximity ini adalah sebagai
berikut.
Tabel 3.1: Alat dan Bahan

No. Alat dan Bahan Kuantitas


1. Jumper Secukupnya
2. PCB 2
3. Solder 1
4. Timah Secukupnya
5. Header Secukupnya
6. Transistor TIP41C 1
7. Baterai 9v 1
8. Buzzer 1
9. LED 1

3.3 Diagram Alir


Adapun diagram alir percobaan ini adalah sebagai berikut.

Menyiapkan Alat dan Bahan

Membuat skematik rangkaian pendeteksi hujan

Membuat sensor hujan di PCB menggunakan timah dan solder

Hubungkan sensor elektroda ke rangkaian

uji coba alat yang sudah dibuat.

Analisis rangkaian yang telah dibuat

Selesai

7
BAB 4
DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 PEMBAHASAN
Prinsip kerja dari rangkaian water level ini melibatkan dua papan PCB yang digunakan da-
lam satu rangkaian. Salah satunya berfungsi sebagai pembuat sensor elektroda yang bertindak
sebagai detektor tingkat air dalam wadah atau bak yang ingin diukur. Ketika tingkat air mende-
kati sensor elektroda, air tersebut, yang berperan sebagai konduktor, menghantarkan arus listrik
yang diteruskan ke transistor yang berfungsi sebagai saklar otomatis dalam sistem. Transistor
berperan penting dalam proses ini. Ketika arus listrik mengalir ke transistor karena air mencapai
sensor elektroda, transistor akan bekerja sebagai saklar otomaris. Transistor ini akan mengaki-
batkan pengaktifan komponen lain dalam rangkaian, seperti LED dan buzzer. LED digunakan
untuk memberikan tanda berupa nyalanya lampu, sementara buzzer berfungsi memberikan tan-
da dengan berbunyi-nya buzzer, sehingga pengguna dapat diberi tahu bahwa tingkat air dalam
wadah atau bak telah mencapai kapasitas penuh.
Ketika penampungan air berada dalam keadaan kosong, sensor elektroda tidak dapat men-
deteksi keberadaan air, sehingga tidak mengirimkan sinyal ke transistor. Dalam kondisi ini,
karena tidak ada air yang berperan sebagai penghantar arus listrik di sekitar sensor elektroda,
baik buzzer maupun LED tetap mati atau tidak aktif. Oleh karena itu, langkah yang perlu diam-
bil adalah mengisi ulang penampungan air tersebut hingga mencapai tingkat yang diinginkan.
Namun, sebaliknya, ketika penampungan air mencapai tingkat penuh, air akan menghantarkan
arus listrik ke sensor elektroda yang akan menghasilkan sinyal yang diteruskan ke transistor.
Dampaknya, transistor akan mengaktifkan baik buzzer maupun LED, memberikan indikasi vi-
sual dan suara yang jelas. Tanda ini menandakan bahwa penampungan air telah mencapai ka-
pasitas penuh, dan proses pengisian air perlu dihentikan untuk menghindari kelebihan air atau
pemborosan.
Komponen yang diperlukan dalam praktikum water level ini yaitu :

1. Transistor berfungsi sebagai saklar otomatis dalam rangkaian. Ketika basis transistor me-
nerima sinyal dari sensor elektroda, tujuannya adalah untuk mengirimkan sinyal ke buzzer
atau LED. Sementara itu, ketika kaki kolektor transistor terhubung ke baterai dan sensor
elektroda yang memiliki garis panjang, kondisinya adalah ketika air tidak mencapai garis
panjang tersebut, sensor tidak akan mengirimkan sinyal ke sensor yang terhubung ke kaki
basis transistor. Selanjutnya, pada kaki emiter transistor, koneksi ini terhubung ke buzzer
dengan tujuan untuk menghasilkan bunyi atau suara ketika wadah atau penampungan air
dalam keadaan penuh.

2. Sensor elektroda memegang peran penting dalam sistem ini, berfungsi sebagai alat pen-
deteksi yang mengidentifikasi keberadaan atau ketiadaan aliran arus listrik yang mengalir
menuju transistor.

8
Dalam rangkaian water level, selain sensor elektroda yang berfungsi sebagai pendeteksi ting-
kat air, terdapat dua komponen penting lainnya, yaitu buzzer dan LED. Kedua komponen ini
berperan sebagai indikator yang memberikan informasi tentang tingkat ketinggian air dalam
penampungan.
Inovasi yang dapat dilakukan dari rangakain water level, yaitu :

1. Sistem Pemantauan Lingkungan yaitu, rangkaian pendeteksi ketinggian air memiliki per-
an dalam sistem pemantauan lingkungan untuk mengukur dan melacak tingkat air serta
membantu dalam pemantauan banjir, manajemen sumber daya air, dan konservasi ling-
kungan.

2. Penghematan energi yaitu, inovasi penting adalah mengembangkan rangkaian yang lebih
efisien secara energi untuk mengurangi konsumsi daya dalam aplikasi dengan sumber
daya listrik terbatas.

9
BAB 5
Penutup
1. Setelah menyelesaikan tahap desain skematik pada PCB, yang meliputi komponen de-
ngan desain panjang untuk menghantarkan arus ke transistor dan komponen dengan de-
sain pendek yang akan menjadi sensor elektroda, langkah selanjutnya adalah melakuk-
an proses penyolderan. Penyolderan ini merupakan tahap kunci dalam perakitan sensor
elektroda yang akurat dan responsif. Dalam proses penyolderan, komponen-komponen
ini akan diposisikan dengan hati-hati pada PCB dan dihubungkan dengan kabel atau jalur
yang sesuai. Penggunaan teknik soldering yang benar sangat penting untuk memastik-
an bahwa koneksi antara komponen dan PCB terjalin dengan baik dan stabil. Setelah
penyolderan selesai, sensor elektroda siap untuk digunakan dalam aplikasi yang ditujuk-
an, dengan kemampuan untuk mendeteksi dan menghantarkan arus listrik dengan efisien
sesuai dengan fungsi dan spesifikasinya.

2. Pada rangkaian sensor elektroda, terdapat kebutuhan untuk menggunakan dua papan PCB,
di mana salah satunya berfungsi sebagai sensor elektroda yang mendeteksi ketinggian air.
Ketika air menyentuh sensor elektroda ini, suatu peristiwa yang signifikan terjadi; arus
listrik mulai mengalir menuju transistor yang memiliki tiga kaki yang masing-masing
berfungsi dengan cara yang berbeda. Kaki B (basis) dari transistor memberikan aliran
arus ke sensor elektroda yang memiliki kontak pendek, kaki C (kolektor) menyediakan
aliran arus dari sumber tegangan VCC dan menuju sensor elektroda yang memiliki kontak
panjang, sementara kaki E (emitter) mengarahkan arus ke buzzer.
Ketika sensor elektroda mendeteksi adanya air, proses ini memicu pengaktifan sensor,
yang selanjutnya mengaktifkan buzzer serta LED. Dengan kata lain, ketika air ada da-
lam ketinggian yang diinginkan, sensor akan menyala, yang mengarah pada buzzer dan
LED untuk ikut menyala dan memberikan tanda menyala yang jelas sebagai tanda bahwa
tingkat air telah sesuai dengan parameter yang diinginkan. Sebaliknya, ketika tingkat air
rendah atau wadah kosong, proses ini berjalan sebaliknya, dengan sensor dan indikator
mati sebagai tanda bahwa air perlu diisi kembali atau wadahnya dalam keadaan kosong.

3. Prinsip kerja Water Level adalah sebagai berikut: ketika air mendekati rangkaian papan
PCB, itu akan menghantarkan arus yang akan mengirimkan sinyal ke transistor, yang
bertindak sebagai saklar otomatis. Transistor kemudian akan mengaktifkan LED dan
Buzzer sebagai indikator bahwa bak atau penampung air telah mencapai kapasitas penuh.

10
Daftar Pustaka
[1] 2, D. P. (2023, Agustus 17). Transistor adalah. Retrieved from Dosen Pendidikan: https:
//www.dosenpendidikan.co.id/transistor-adalah/

[2] Nur Aini, S. P. (n.d.). Transistor: Cara Kerja – Jenis dan Contohnya. Retrieved from Halo
Edukasi.com: https://haloedukasi.com/transistor

[3] Afgan Suffan Aviv, A. W. (n.d.). Water Level Control Sistem Otomatis Sederhana pada
Tandon . 1.

[4] BUANA, J. A. (2017, 7 27). ALAT PENDETEKSI KETINGGIAN AIR (WATER


LEVEL SENSOR). Retrieved from academia.edu: https://www.academia.edu/
36373316/ALAT_PENDETEKSI_KETINGGIAN_AIR_WATER_LEVEL_SENSOR_

[5] hidayatullah, s. s. (n.d.). PENGERTIAN BUZZER ELEKTRONIKA


BESERTA FUNGSI DAN PRINSIP KERJANYA. Retrieved from BE-
LAJAR ONLINE: https://www.belajaronline.net/2020/10/
pengertian-buzzer-elektronika-fungsi-prinsip-kerja.html

[6] Kho, D. (n.d.). Pengertian Sensor dan Jenis-jenis Sensor. Retrie-


ved from Teknik Elektronika: https://teknikelektronika.com/
pengertian-sensor-jenis-jenis-sensor/

[7] mustofa, m. (2013). LAPORAN PRAKTIKUM SIMULASI WATER LEVEL CONTROL.


Retrieved from ACADEMIA.EDU: https://www.academia.edu/10526784/
LAPORAN_PRAKTIKUM_SIMULASI_WATER_LEVEL_CONTROL

[8] Abadi, R. (2023, Agustus 28). Lampu LED: Pengertian, Fungsi, Jenis, Cara Mem-
buat Rangkaian. Retrieved from Thecityfoundry: https://thecityfoundry.com/
lampu-led/

11
LAMPIRAN

Gambar 5.1: Hasil Percobaan Rangkaian Water level di project board dan PCB

Gambar 5.2: Hasil Percobaan Rangkaian water level di pcb

12

You might also like