You are on page 1of 21

CLIMATE CHANGE AND LIVESTOCK :

IMPACTS, ADAPTATION AND MITIGATION

Oleh :
INE RISWANTI - NIM. 22/508832/PPT/01240

MATA KULIAH : PAKAN TERNAK TROPIK


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2023
Perubahan iklim adalah fenomena dimana kita sering memandang bahwa ini adalah
disebabkan alam yang menyebabkan produksi pangan dan ketersediaan pakan menurun
yang pada akhirnya berdampak pada penurunan produksi ternak, sehingga pemodelan
strateginya adalah cara penanggulangan yang bersifat satu arah tanpa mengkaji
perubahan iklim sebagai sebuah output dari system bagaimana alam itu bekerja serta
sebagai akibat dari kegiatan manusia. Simulasi sederhananya seperti berikut :

Perubahan cara meningkatkan


Iklim ketahanan pakan
di Asia

produksi pakan memperkuat


tindakan
menurun, infrastruktur
pencegahan
produktivitas
dan adaptasi
ternak menurun

mengembangkan
teknologi
mengurangi risiko
bencana

Berbeda dengan hal tersebut, saya memandang bahwa perubahan iklim adalah bentuk
dari sebab akibat yang dipicu dengan pemanasan global akibat kenaikan konsentrasi gas-
gas rumah kaca di atmosfer.
Gas-gas ini bersumber dari aktivitas manusia. Dengan meningkatnya populasi manusia
akan mempengaruhi perubahan tatanan ekosistem, disini terlihat ada dominasi
antroposentris (dimana kebutuhan manusia menjadi point utama) tanpa mempertimbangan
aspek keseimbangan alam, sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut, ekstraksi
sumber daya alam kerap dilakukan yang pada akhirnya terjadi pembukaan lahan dan
kawasan secara masif dan berdampak hilangnya hutan dan keanekaragaman hayati.
Esktrasi SDA,
Adanya peningkatan kebutuhan Pembukaan lahan
dan kawasan
manusia terkait pangan hewani
juga menjadi masalah baru,
Populasi manusia Hilangnya hutan
terutama disektor peternakan, meningkat & Biodiversity
menyebabkan
hal ini dipicu karena gas metan perubahan ekosisistem Perubahan iklim
baik CH4 entritik dan CH4 Kebutuhan
Pangan hewani
pengolahan yang diproduksi dari
meningkat
kegiatan ini sangat berpengaruh
terhadap perubahan iklim secara Limbah Peternakan; Peningkatan
CH4 Enteritik, CH4 suhu (GRK)
global. seperti skema disamping Pengolahan limbah
: Dari skema tersebut terlihat
bahwa berbagai factor telah
produksi pakan
menjadi penyebab perubahan menurun

iklim, yang sangat


mempengaruhi Kondisi Gas
Rumah Kaca. produksi ternak
menurun
Gas rumah kaca (GRK) adalah sejumlah gas yang
menimbulkan efek rumah kaca yang terdapat di
atmosfer bumi. Gas rumah kaca ini berfungsi seperti
kaca yang meneruskan cahaya matahari tetapi
menangkap energi panas dari dalamnya. Menurut
Konvensi PBB mengenai Perubahan Iklim (United
Nations Framework Convention on Climate Change-
UNFCCC), ada 6 jenis gas yang digolongkan sebagai
GRK, yaitu: CO2 (karbon dioksida), CH4 (metana),
N2O (dinitrogen oksida), HFC (hidro fluoro karbon),
PFC (per fluoro carbon), dan SF6 (sulfur heksa
florida) (Samiaji, 2009). Peternakan merupakan
The impact of grassland management on biogeochemical cycles
salah satu komoditas yang memberikan sumbangan
involving carbon, nitrogen and phosphorus C. (Rumpel, et al. 2015)
pada GRK. Sumber GRK yang diemisikan dari
komoditas peternakan berupa gas CH4 dan N2O.
Perubahan iklim global yang terjadi akhir-akhir ini
Gas metana (CH4) adalah gas rumah kaca yang
disebabkan karena terganggunya keseimbangan energi
memiliki waktu tinggal di atmosfer cukup lama,
antara bumi dan atmosfer. Keseimbangan tersebut
yaitu ± 11 tahun.
dipengaruhi antara lain oleh peningkatan gas-gas asam
arang atau karbondioksida (CO2), metana (CH4) dan
nitrogen oksida (N2O) yang lebih dikenal dengan Gas
Rumah Kaca (GRK). Saat ini konsentrasi GRK sudah
mencapai tingkat yang membahayakan iklim bumi dan
keseimbangan ekosistem. Dalam Coordinating Ministry
for economic Affairs Republic of Indonesia, Negara-negara
yang tergabung di dalam UNFCCC (195 negara) bersepakat
untuk mengurangi emisi CO2, memperkuat ketahanan
dan adaptasi, serta bergabung bersama dalam aksi nyata
menanggulangi perubahan iklim. Salah satu inti
Kesepakatan Paris adalah mencegah kenaikan suhu rata-
rata muka bumi di bawah 2 derajat celcius dan
mengusahan untuk membatasi kenaikannya di bawah 1,5
derajat celcius.
An Earth-system perspective of the global nitrogen cycle
Nicolas Gruber & James N. Galloway, 2008.
An Earth-system perspective of the global nitrogen cycle
Nicolas Gruber & James N. Galloway, 2008.

Perubahan iklim merupakan sebab akibat yang saling berkaitan, dimana unsur-unsur
dalam ekosistem saling berhubungan dan memiliki pengaruh satu sama lain dalam sebuah
siklus energi, maka tidak hanya perubahan iklim yang berpengaruh terhadap peternakan
namun aktivitas peternakan juga sangat berpengaruh terhadap perubahan iklim baik
secara langsung maupun secara tidak langsung. Seperti siklus dibawah ini :
CLIMATE CHANGE IMPACT
1. Dampak langsung Emisi dari Peternakan untuk Perubahan Iklim

Ternak ruminansia adalah salah satu komoditas ternak yang mendapatkan perhatian
khusus dalam hal emisi GRK dan langkah untuk memitigasinya. Peningkatan jumlah ternak
akan berdampak pada peningkatan upaya mitigasi gas rumah kaca(GRK) yang dihasilkan
dari ternak. Hal ini disebabkan ruminanisa menghasilkan emisi GRK yang berasal dari
saluran pencernaan (fermentasi enterik) dan kotoran (manure) (IPCC 2006). Dua gas
utama yang menyumbang emisinGRK dari ternak adalah metana (CH4) dan dinitrookside
(N2O).

Livestok and Climate cange, FAO, 2020


a. Emisi Metana dari Fermentasi Enterik
Sumbangan gas metan dari Fermentasi enteritik sebesar 14,5 % (FAO, 2020). Gas CH4
dari enterik dihasilkan dari proses pencernaan dalam rumen sehingga ternak yang
mempunyai rumen dapat menghasilkan gas CH4. Metana dari enterik berasal dari
fermentasi karbohidrat pakan khususnya pati, pektin, selulosa, dan hemiselulosa oleh
mikrob rumen. Sebagian ion hidrogen pasca-fermentasi akan berafiliasi dengan ion karbon
menjadi CH4. Gas CH4 yang terbentuk dalam rumen akan dikeluarkan melalui eruktasi
83%, pernapasan 16%, dan anus 1%(Vlaming 2008).

b. Emisi Metan dari Pengelolaan Kotoran Ternak


Selain gas CH4, GRK lainnya yang dihasilkan oleh peternakan adalah N2O yang berasal dari
proses pengelolaan kotoran ternak.Gas N2O dihasilkan pada aktivitas pengelolaan kotoran
ternak/ feses. Sumbangan emisi gas dari pengelolaan kotoran ternak sebesar 14 % (Laporan
Climate tranparancy, 2021) . Gas ini dihasilkan secara langsung dan tidak langsung selama
proses penyimpanan dan/atau pengelolaan kotoran (feses dan urin). Pada proses
langsung, N2O dihasilkan selama proses nitrifikasi dan denitrifikasi. Sementara itu,
pelepasan tidak langsung terjadi pada saat pencucian, penguapan, dan pengalihan kotoran
dan urin (Metay dkk. 2007).

Sumber : nsideclimatenews.org/news/24102018/infographic-farm-soil-carbon-cycle-climate-change-
solution-agriculture/

2. Efek Tidak Langsung Emisi dari Peternakan untuk Perubahan Iklim:


a. Produksi Pakan
Emisi yang terkait dengan produksi, pemrosesan, dan transportasi pakan merupakan
sekitar 45% dari emisi terkait peternakan. Dari semua emisi terkait pakan ini, N2O dari
pemupukan tanaman pakan dan CH4 dari aplikasi pupuk kandang ke padang rumput
menghasilkan sekitar 50%, sedangkan perubahan penggunaan lahan terkait menghasilkan
sekitar 25%. Emisi dari produksi pakan terdiri dari CO2, N2O, dan CH4 bersama-sama emisi
muncul dari produksi pupuk dan pestisida untuk tanaman pakan, transportasi dan
pengolahan pakan, bahan bakar yang digunakan dalam produksi, dan perubahan
penggunaan lahan terkait.
b. Perubahan Penggunaan Lahan
Lahan hutan menyerap lebih banyak karbon dalam tanah dan vegetasi daripada lahan
pertanian dan padang rumput, sehingga ketika lahan hutan diubah menjadi lahan pertanian
dan padang rumput, banyak karbon yang terserap dilepaskan ke atmosfer. memperkirakan
bahwa penggundulan hutan akibat perluasan padang rumput dan tanaman pakan
bertanggung jawab atas 8% dari total CO antropogenik emisi. memperkirakan bahwa emisi
penggunaan lahan menyumbang 27% dari total emisi GRK antropogenik global selama
periode 1970—2017.
c. Konsumsi energi
Sumber CO lainnya, terutama terkait dengan penggunaan bahan bakar fosil. Untuk ternak,
terjadi di seluruh rantai pasokan mulai dari produksi pupuk, penggunaan mesin, dan
pengangkutan pakan dan ternak. Energi yang terkait dengan hewan ternak termasuk yang
digunakan untuk pemanasan/pendinginan, ventilasi, penerangan, dan pemerahan.
Produksi pakan menggunakan energi dalam produksi, pengeringan, dan pengangkutan
komoditas. Energi hilir digunakan untuk mengolah komoditas ternak dan mengemas serta
mengangkut produk akhir ke pengecer. Total konsumsi energi sepanjang rantai pasok
ternak menyumbang sekitar 25% dari total emisi di sektor peternakan

Livestock emissions by source (adapted from Gerber etal., 2013).


3. Dampak Perubahan Iklim terhadap Poduktivitas Ternak
Wilayah yang teridentifikasi paling rentan terhadap perubahan iklim, seperti Afrika Sub-
Sahara dan Asia Selatan, juga merupakan wilayah di mana petani dan masyarakat
pedesaan paling bergantung pada ternak untuk makanan, pendapatan dan mata
pencaharian, dan di mana ternak diharapkan untuk memberikan kontribusi yang semakin
meningkat ketahanan pangan dan gizi yang lebih baik. Sistem peternakan di wilayah ini
telah berkembang berdasarkan ketersediaan dan peluang yang diberikan oleh basis
sumber daya alam.
a. Dampak Langsung
Lingkungan termal adalah faktor iklim utama yang mempengaruhi produksi ternak. Ini
melibatkan kombinasi suhu udara, kelembaban, dan pergerakan udara (Ames, D. 1980).
Hubungan yang menggambarkan kondisi terbaik ini sering disebut sebagai zona
kenyamanan termal. Di zona ini, hewan menunjukkan performa optimal dan pengeluaran
energi minimal Nardone, A, (2006). Ketika kondisi naik di atas zona ini, diperlukan energi
ekstra untuk menjaga termoregulasi dan proses produksi menjadi kurang efektif (Bianca,
W 1976). Hewan menderita stres termal ketika suhu lingkungan menyimpang di luar zona
kenyamanan termal. Respons fenotipik hewan terhadap sumber stres individu dapat
disebut aklimatisasi. (Fregly, M.J 2021). Stres panas memiliki efek negatif pada ternak.
Stres panas terjadi ketika hewan tidak mampu membuang panas yang cukup untuk
menjaga homeothermy (Daramola, 2012). hal ini dapat mengakibatkan berkurangnya
asupan pakan, produksi susu, dan efisiensi reproduksi, serta perubahan dalam kematian
dan fungsi sistem kekebalan tubuh.

Climate cnage impact on livestock production. Sumber : Muxi Cheng, 2022


a. Dampak tidak langsung
Pakan ternak sebagian besar terdiri dari hijauan dan legume yang dipengaruhi oleh iklim,
demikian juga pasokan air, baik melalui irigasi maupun kelembaban tanah. Dengan
demikian perubahan iklim secara tidak langsung menimbulkan dampak, terutama melalui
dampaknya terhadap pasokan pakan dan air. Pola curah hujan dan kejadian iklim ekstrim
juga berpengaruh, dengan dampak utama adalah variasi produksi. Kekeringan
menyebabkan penurunan hasil panen yang signifikan, terutama di daerah panas (Hopkins,
A, 2007). Pasokan hijauan rumput juga dipengaruhi oleh perubahan iklim, peningkatan
suhu rata-rata membawa perubahan signifikan dalam komposisi, pola, dan distribusi bioma
padang rumput. Perubahan pola curah hujan dan kekeringan yang lebih sering dapat
menyebabkan periode pertumbuhan padang rumput yang lebih pendek. Beberapa
penelitian telah menunjukkan perubahan suhu, CO2, dan pengendapan nitrogen
menurunkan produksi primer di padang rumput (Hopkins, A, 2007).
ADAPTATION
Adaptasi perubahan iklim mengacu pada penyesuaian dalam sistem ekologi, sosial, atau
ekonomi untuk mengurangi dampak negatif atau meningkatkan dampak positif dari
perubahan iklim. Dalam pengaturan pertanian, adaptasi dapat terjadi melalui perubahan
ekologis atau tindakan manusia. Untuk ternak, hasil adaptasi alami dari mekanisme yang
berbeda di mana hewan beradaptasi dengan kondisi iklim. Adaptasi manusia melibatkan
tindakan dan praktik yang dapat membantu hewan beradaptasi dengan perubahan iklim
dan meningkatkan kinerja ternak. Dalam konteks peternakan, tindakan adaptasi dapat
dibagi menjadi tiga klasifikasi besar: respons hewan, tindakan pengelolaan, dan sumber
daya.
a. Respon Hewan
Hewan dapat beradaptasi melalui respon fisiologis, biokimia, imunologi, anatomi, dan
perilaku. Di sini, fokus pada respons perilaku. Untuk perincian tentang mekanisme adaptasi
hewan lainnya, respons yang biasa diamati terhadap stres panas meliputi pengurangan
asupan pakan, pencarian naungan, peningkatan keringat dan terengah-engah,
peningkatan asupan air dan frekuensi minum, peningkatan waktu berdiri dan penurunan
waktu berbaring, serta penurunan frekuensi buang air besar dan buang air kecil. Efek
kumulatif dari beberapa stressor mungkin multiplikatif daripada aditif. Hewan mungkin tidak
dapat sepenuhnya beradaptasi dengan stresor iklim sendiri, dan oleh karena itu produsen
mungkin perlu membantu untuk mempertahankan produksi dan keuntungan ternak.
b. Strategi Adaptasi Manusia
Strategi adaptasi yang dilakukan manusia melibatkan pemuliaan, modifikasi sistem
produksi/ manajemen, dan perubahan kelembagaan dan kebijakan. Berikut merupakan
ringkasan singkat dari strategi adaptasi pengelolaan ternak, dan diskusi rinci berikut

Climate change impacts on livestock production, sumber : Muxi Cheng et al (2022)


c. Genetika Hewan
Pemilihan breed secara tradisional telah digunakan untuk meningkatkan efisiensi produksi
ternak dan telah memfasilitasi peningkatan besar-besaran dalam produksi ternak. Namun,
saat ini spesies dipilih untuk produksi yang lebih tinggi dalam beberapa kasus memiliki
produksi panas metabolik yang lebih tinggi dan menjadi pada spesies telah diamati dan
diukur. Karena iklim di masa depan diperkirakan akan lebih panas, dengan cuaca ekstrem
yang lebih sering terjadi, teknik pemuliaan dan pemilihan jenis breed juga dapat menjadi
tindakan adaptasi. Variasi dalam genetik dapat merespons stres akibat panas seperti
hewan yang lebih kecil dan berwarna lebih terang atau ras dapat menunjukkan adaptasi
fisik dan fisiologis yang hebat terhadap tekanan panas. Jika sifat tersebut diwariskan,
pembiakan selektif untuk toleransi panas dapat digunakan untuk meningkatkan adaptasi
hewan terhadap tekanan iklim.
d. Modifikasi Fisik Lingkungan
Modifikasi fisik lingkungan juga dapat dilakukan dan secara luas dapat dibagi menjadi dua
kelompok: outdoor dan indoor. Untuk hewan yang dipelihara di luar ruangan di padang
rumput atau padang rumput dengan metode penyediaan naungan. Ini menurunkan
paparan radiasi matahari dan mengurangi stres. Penyiram dan mister juga bisa membantu
menurunkan suhu tubuh [12 dan mereka lebih efektif dalam cuaca kering. huynh (2005)
menyarankan penggunaan kombinasi metode yang berbeda karena ada efek interaksi.
Misalnya, kombinasi percikan dan kandang tertutup tanpa pekarangan luar menghasilkan
keuntungan harian yang lebih tinggi daripada pemberian taburan saja. Untuk ternak yang
dipelihara di dalam ruangan, di dalam bangunan, pilihan modifikasi fisik dapat melibatkan
penggunaan atau penambahan (1) sistem ventilasi, (2) bahan bangunan penurun panas
(misalnya insulasi dan orientasi), dan (3) Pengatur udara serta pendingin rungan.
Pendingin udara dan bantalan pendingin terbukti memiliki kinerja terbaik dalam hal
menurunkan tekanan panas [126], tetapi investasi awal dan biaya operasional yang tinggi
mungkin membuatnya tidak praktis.

e. Manajemen Pakan dan Hama


Praktik pemberian makan dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas ternak di
bawah tekanan panas. Ini melibatkan modifikasi komposisi pakan, perubahan waktu
dan/atau frekuensi makan, dan pengelolaan air Renaudeau, D (2012). Praktik-praktik ini
membantu meringankan tekanan panas melalui peningkatan kandungan energi,
peningkatan asupan nutrisi dan elektrolit atau mineral tertentu, dan menjaga
keseimbangan air. Modifikasi pakan pada terna telah banyak diamati semuanya telah
diselidiki dan berdampak positif. Pengelolaan hama belum sepenuhnya dibahas sebagai
adaptasi ternak, meskipun beberapa peneliti telah memperhatikan bahwa perubahan pola
curah hujan di masa depan dapat mempengaruhi penyebaran dan jumlah beberapa hama
vektor (Thornton, P.K, 2009). Ada beberapa kekhawatiran terkait pengelolaan hama ternak.
Pertama, beberapa hama akan mengembangkan resistensi terhadap insektisida dan obat-
obatan dalam waktu singkat, yang akan membatasi keefektifan insektisida atau obat-
obatan. Dengan demikian, dalam praktiknya disarankan untuk menggunakan rotasi
insektisida dengan mode aksi yang berbeda. Kedua, sistem kepadatan tinggi atau terbatas
dapat mendorong wabah hama dan penyakit. Ketiga, residu obat dalam produk hewani
akibat penggunaan pestisida yang tidak tepat dapat menjadi ancaman potensial bagi
kesehatan masyarakat.

The impact of climate change on food systems, diet quality, nutrition, and health outcomes: A
narrative review (Victor Owino,2022)
f. Adaptasi pengelolaan ternak dapat melibatkan satu atau lebih dari strategi
berikut:
1. Diversifikasi spesies ternak:
2. Penyesuaian tingkat penebaran:
3. Integrasi sistem peternakan dengan kehutanan atau tanaman pangan: Karena
efek sinergis positifnya pada sifat-sifat tanah dan daur hara, campuran tanaman-
ternak atau kehutanan-ternak dapat membantu pemulihan degradasi tanah,
mengurangi penggunaan bahan kimia, dan menghasilkan skala ekonomi di tingkat
tingkat pertanian
Beikut merupakan salah satu rencana penelitian saya untuk pengembangan yaitu
pemanfaatan slurry biogas (limbah ikutan biogas) yang dapat digunakan sebagai pelapis
benih untuk penebaran langsung dilahan terbuka yang bisa menjadi alternatif ketahanan
pakan.

Esktrasi SDA,
Pembukaan lahan
dan kawasan

Hilangnya hutan &


Populasi manusia
Biodiversity
meningkat
menyebabkan
perubahan
Perubahan iklim
ekosisistem
Kebutuhan Pangan
meningkat
(Hewani)

Limbah Peningkatan suhu


Biogas Peternakan; CH4
(GRK)
Enteritik, CH4
Pengolahan limbah
Biokonvers
menurunkan
i
Bio-slurry Seedball Agroforestry legume
(Ketahanan Pakan)

Eco-Friendly
Planting

Teknologi seedball yang ditemukan oleh (Fukuoka, 1978) dalam konteks permakultur yang
memiliki relevansi dalam pertanian lahan kering pada khususnya. Seedball, sebagai
inovasi, berbasis bahan lokal seperti pasir, lempung dan air. Ini mengurangi pemangsaan
benih (Overdyck et al., 2013) dan meningkat munculnya bibit (Fukuoka, 1978; Nwankwo
et al., 2018). Di Australia Selatan, semi-kering wilayah, seedballs digunakan untuk
revegetasi rangelands (Atkinson dan Atkinson, 2003), Menurut Nwankwo dan Herrmann
(2018), keuntungan utama dari seedball over seed coating, seed priming atau mineral
fertilization adalah: (i) penerapannya sederhana; (ii) biaya rendah; dan (iii)
keberlanjutannya dalam arti ekonomi dan ekologi yaitu meminimalkan jumlahnya input
benih saat disemai. Dengan pemanfaatan bioslurry menjadi seedball selain sebagai salah
satu solusi penanganan limbah turunan biogas juga berpotensi megkoneksikan antara
unsur-unsur dalam ekosistem terutama suplay nutrisi tanah pada kawasan-kawasan
terbuka dan gersang yang bisa dimanfaatkan untuk penebaran legume yang lebih massif
berperan dalam pengurangan emisi carbon melalui pengikatan carbon oleh tanaman
pakan yang juga sebagai peningkatan atau ketahanan pakan. Upaya ini juga dapat memicu
untuk kolaboratif antar lembaga dalam pengelolaan suatu kawasan, missal antara sector
peternakan dan kehutanan yang juga dapat melibatkan Lembaga Masyarakat Desa Hutan
(LMDH) serta para Anggota kelompok tani/ ternak yang bermukim disekitar kawasan
pegunungan.

MITIGATION
Dari hasil kajian jurnal, diperkirakan bahwa emisi dari sektor peternakan dapat dikurangi
hingga 18% jika produsen dalam sistem, wilayah, dan iklim tertentu mengadopsi praktik
yang saat ini diterapkan oleh 25% produsen teratas dengan intensitas emisi terendah dan
30% jika menggunakan teknik yang diterapkan 10%. Mitigas Pengelolaan Sumberdaya
Lahan ternak terletak pada pengelolaan ternak dan penggunaan lahan. Thornton et al.
[145] memperkirakan bahwa potensi mitigasi maksimum dari pengelolaan ternak dan
padang rumput sekitar 7% dari potensi mitigasi pertanian global hingga tahun 2030.
Strategi yang mungkin melibatkan adopsi padang rumput yang lebih baik, manajemen
pakan, perubahan jenis ternak ruminansia, pengurangan tingkat stok, dan penurunan
intensitas penggembalaan. HavlSayak dkk. [menunjukkan bahwa pengurangan emisi yang
signifikan dapat dicapai melalui transisi ke sistem peternakan yang lebih efisien dan tidak
memerlukan banyak lahan. Dari hasil kajian ditemukan bahwa bahwa kebijakan mitigasi
yang menargetkan emisi terkait perubahan penggunaan lahan adalah 5–10 kali lebih
efisien daripada kebijakan yang menargetkan emisi dari peternakan saja.

An Overview of Mitigation and Adaptation Needs


and Strategies for the Livestock Sector (Yuquan W. Zhang, 2017)
Summary of human adaptation strategies. sumber : Muxi Cheng et al (2022)

1. Penyerapan karbon (Sequestration Carbon)


Tindakan penyerapan karbon termasuk menggunakan konservasi pengolahan tanah,
memilih untuk menghasilkan tanaman dengan hasil lebih tinggi, mengurangi deforestasi,
mengubah membalikkan lahan pertanian menjadi padang rumput, dan meningkatkan
spesies rumput, pada pengikatan karbon ini bisa digunakan berbagai jenis legume salah
satunya kaliandra
2. Manajemen Fermentasi Enterik
Knapp et al. (2014) menemukan bahwa nutrisi dan strategi pemberian pakan seperti
kecernaan enteritic dapat mengurangi emisi metana enterik sebesar 2,5–15% per unit susu
metana d genetika. Pendekatan usia. Aditif pakan dan suplemen, seperti antibiotik, lipi dan
ionofor, juga telah terbukti menurunkan emisi metana enterik. Pencernaan anaerobik dapat
menyebabkan pengurangan emisi gas rumah kaca lebih dari 30% dibandingkan dengan
pengolahan pupuk kandang tradisional (Battini, F, 2014). Penyesuaian pola makan hewan
juga dapat digunakan untuk mengurangi emisi kotoran karena dapat mengubah volume
dan komposisi kotoran.nn Di satu sisi, perubahan iklim dapat mempengaruhi produksi
ternak secara langsung melalui peningkatan cekaman panas dan secara tidak langsung
melalui dampak pada kuantitas dan kualitas hijauan dan pakan berbasis tanaman, serta
ketersediaan lahan dan air. Strategi adaptasi terkait dapat menargetkan respons langsung
hewan, dengan menyesuaikan lingkungan hidup dan pakan mereka, atau berfokus pada
modifikasi sistem produksi dan manajemen. Di sisi lain, produksi ternak mempengaruhi
perubahan iklim dengan berkontribusi terhadap 14,5% dari emisi GRK antropogenik global.
Strategi mitigasi dari sisi peternakan dapat membantu mengatasi emisi enterik dan
meningkatkan pengelolaan pupuk kandang, bersamaan dengan produksi pakan yang lebih
efisien emisi melalui pengurangan penggunaan pupuk N dan penyerapan karbon tanah.
Berikut merupakan gambaran tentang dampak utama, jenis emisi, dan tindakan yang
tercakup dalam tinjauan ini.

Hubungan antara perubahan iklim dan produksi ternak. sumber : Muxi Cheng et al (2022)
Livestock under climate change (FAO, 2020)
Emissions Gap Report 2022, UN Environment Programe

Kesimpulan
Penelitian diperlukan untuk mengidentifikasi strategi mitigasi dan adaptasi yang sesuai
secara lokal, terutama dalam konteks negara berkembang, serta pendekatan kebijakan
untuk mendorong dan menerapkan adopsi. Untuk melakukan ini diperlukan data, metode,
dan cakupan yang lebih baik. Selain itu juga diperlukan strategi kolaboratif antar lembaga
terutama yang didukung dengan arah kebijakan pemerintah, NGO, private sector,
masyarakat dan akademisi yang mendukung terhadap solusi-solusi yang berpontensi
menurunkan perubahan iklim, baik secara local maupun global.
DAFTAR PUSTAKA

Carolyn Opio. FAO. 2020. Livestock under climate change Adaptation of livestock systems
to climate change. Livestock Development Officer FAO´s Sub-regional Office for
Mesoamerica. Panama

FAO, 2020. Livestock & Climate Change. Sub-regional Office for Mesoamerica. Panama
Gerber, P. J., H.Steinfeld, B.Henderson, A. Mottet, C Opio, J. Dijkman, A.Falcucci,
and G.Tempio. 2013. Tackling climate change through live-stock: a global
assessment of emissions and mitigation opportunities.Rome.

Muxi Cheng, Bruce McCarl and Chengcheng Fei. 2022. Climate Change and Livestock
Production: A Literature Review. Department of Agricultural Economics, Texas A&M
University, College Station TX 77840. USA

Nicolas Gruber & James N. Galloway, 2008. An Earth-system perspective of the global
nitrogen. Uniersity of Virginia.

Rumpel, et al. 2015. The impact of grassland management on biogeochemical cycles


involving carbon, nitrogen and phosphorus. CNRS, IEES. Campus AgroParisTech,
Thiverval-Grignon, France

Victor Owino,2022The impact of climate change on food systems, diet quality, nutrition, and
health outcomes: A narrat International Atomic Energy Agency, Vienna, Austriaive
review. Climate, Ecology and People,a section of the journal Frontiers in Climate.

Yuquan W. Zhang et al, 2017 An Overview of Mitigation and Adaptation Needs and
Strategies for the Livestock Sector. School of Agriculture and Biology, Institute of
New Rural Development, Shanghai Jiao Tong University, Shanghai 200240, China

Diakses pada tanggal 20 Juni 2023 :

nsideclimatenews.org/news/24102018/infographic-farm-soil-carbon-cycle-climate-
change-solution-agriculture/

You might also like