You are on page 1of 13

TUGAS Tugas

KELOMPOK
Kelompok DOSEN PEMBIMBING
Dosen Pengampu
Pengantar Filsafat Barsihanor, M.Pd.I

Zaman Modern (1600-1800)


Aliran Emperisme

OLEH :
KELOMPOK VIII

Mia Armiati ()
Ranita Yulia (1601210506)
Muhammad Syahdan Majid (1601210622)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARMASIN
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq, hidayah serta
inayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam
selalu dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Penulis menyadari bahwa penyusun Makalah ini, bisa terwujud atas bantuan dan jasa
berbagai pihak, baik bantuan moril maupun materil. Untuk itu penulis tidak lupa mengucapkan
terima kasih kepada: Dosen Pengampu Mata Kuliah Pengantar Filsafat Barsihanor, M.Pd.I yang
telah membimbing dan memberikan masukan terhadap pembuatan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap, makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada
umumnya.

Banjarmasin, Oktober 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Zaman Modern...............................................................................................................3
B. Aliran Empirisme...........................................................................................................4
1. Pengertian Empirisme..............................................................................................4
2. Pemikiran Aliran Empirisme....................................................................................5
3. Tokoh Pendukung Aliran Empirisme.......................................................................5
a. Thomas Hobbes (1588-1679).............................................................................5
b. John Locke (1632-1704)....................................................................................6
c. David Hume (1711-1776)..................................................................................7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................................................9
B. Saran...............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara historis abad modern dimulai sejak adanya krisis abad pertengahan.
Selama dua abad (abad 15 dan 16) di Eropa muncul sebuah gerakan yang menginginkan
seluruh kejayaan filsafat dan kebudayaan kembali hadir sebagaimana pernah terjadi pada
masa jayanya Yunani kuno. Gerakan tersebut dinamakan Renaissance. Renaissance
berarti kelahiran kembali, yaitu lahirnya kebudayaan Yunani dan kebudayaan Romawi.
Pada saat itu gejala masyarakat untuk melepaskan diri dari kungkungan dogmatisme
Gereja sudah mulai tampak di Eropa. Abad pertengahan manusia tidak bisa berekspresi
secara bebas, manusia merasa dikekang oleh adanya digma-digma agama.
Pada abad ke 14 dan 15 terutama di Italia muncul keinginan yang kuat, sehingga
memunculkan penemuan-penemuan baru dalam bidang seni dan sastra, dari penemuan
tersebut sudah memperlihatkan suatu perkembangan baru. Manusia berani berpikir secara
baru, antara lain mengenai dirinya sendiri, manusia menganggap dirinya sendiri tidak lagi
sebagai fitiator mundi, yaitu orang yang berziarah di dunia ini, melainkan sebagai vaber
mundi, yaitu orang yang menciptakan dunianya.
Zaman renaissance sering disebut sebagai sebagai zaman humanisme, sebab pada
abad pertengahan manusia kurang dihargai sebagai manusia, kebenaran diukur
berdasarkan kebenaran gereja, bukan menurut yang dibuat oleh manusia. Humanisme
menghendaki ukuran haruslah manusia, karena manusia mempunyai kemampuan
berpikir, berkreasi, memilih dan menentukan, maka humanisme menganggap manusia
mampu mengatur dirinya dan mengatur dunianya.
Pada zaman inilah munculnya berbagai macam pemikiran-pemikiran yang
dilakukan oleh orang barat, sehingga menghasilkan aliran-aliran yang menjadi persatuan
dari pemikiran mereka. Diantara aliran tersebut ialah Rasionalisme, Empirisme,
Kritisisme, Idealisme, Positivisme Evolusionisme, Materialisme, Noe-Kantianisme,
Pragmatisme, Filsafat Hidup, Fenomenologi, Eksistensialisme, dan Neo-Thomisme. 1
1
Achmadi, Asmoro. 2011. Filsafat Umum. Jakarta: Rajawali Pers. Hal.113

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Zaman Filsafat Modern
2. Kapan Zaman Filsafat Modern terjadi
3. Aliran-aliran apa saja yang lahir pada zaman filsafat modern
4. Apa itu aliran Empirisme
5. Siapa saja tokoh pada aliran Empirisme

C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mengetahui Zaman Filsafat Modern
2. Mahasiswa mengetahui terjadinya Zaman Filsafat Modern
3. Mahasiswa mengetahui aliran-aliran pada Zaman Filsafat Modern
4. Mahasiswa mengetahui aliran Empirisme
5. Mahasiswa mengetahui tokoh-tokoh aliran Empirisme

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Zaman Filsafat Modern


Secara historis, zaman modern dimulai sejak adanya krisis zaman pertengahan
selama dua abad (abad ke-14 dan ke-15), yang ditandai dengan munculnya gerakan
Renaissance. Renaissance berarti kelahiran kembali, yang mengacu kepada gerakan
keagamaan dan kemasyarakatan yang bermula di Italia (pertengan abad ke-14). Tujuan
utamanya adalah merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup Kristiani dengan
mengaitkan filsafat Yunani dengan ajaran agama Kristen. Selain itu, juga dimaksudkan
untuk mempersatukan kembali gereja yang terpecah-pecah.
Disamping itu, para humanis bermaksud meningkatkan suatu perkembangan yang
harmonis dari keahlian-keahlian dan sifat-sifat alamiah manusia dengan mengupayakan
kepustakaan yang baik dan mngikuti kultur klasik.
Ranaissance akan banyak memberikan segala aspek realitas. Perhatian yang
sungguh-sungguh atas segala hal konkret dalam lingkup alam semesta, manusia,
kehidupan masyarakat, dan sejarah. Pada masa itu pula terdapat upaya manusia untuk
memberi tempat kepada akal yang mandiri. Akal diberi kepercayaan yang lebih besar
karena adanya suatu keyakinan bahwa akal pasti dapat menerankan segala macam
persoalan yang diperlukan juga pemecahannya. Hal ini dibuktikan adanya perang terbuka
terhadap orang-orang yang enggan menggunakan akalnya.
Asumsi yang digunakan, semakin besar kekuasaan akal akan dapat diharapkan lahir
“dunia baru”yang penghuninya (manusia-manusianya) dapat merasa puas atas dasar
kepemimpinan akal yang sehat.2
Dengan adanya kebebasan dalam berfikir, maka para pemikir-pemikir pada zaman
tersebut mengeluarkan segala hasil pemikirannya, maka hasil atas pemikiran-pemikiran
mereka lahirlah 13 aliran-aliran yang diantaranya: Rasionalisme, Empirisme, Kritisisme,
Idealisme, Positivisme Evolusionisme, Materialisme, Noe-Kantianisme, Pragmatisme,
Filsafat Hidup, Fenomenologi, Eksistensialisme, dan Neo-Thomisme.

2
Ibid, Hal.113

3
B. Aliran Empirisme
1. Pengertian Empirisme
Secara bahasa, kata ini berakar dari kata bahasa Yunani έμπειρία (empeiria)
dan dari kata experietia, yang berarti “berpengalaman dalam”,“berkenalan dengan”,
“terampil untuk”. Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan
bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia. Empirisme menolak
anggapan bahwa manusia telah membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika
dilahirkan. Empirisme lahir di Inggris dengan tiga tokoh adalah David Hume, George
Berkeley dan John Locke.3
Para pemikir di Inggris bergerak ke arah yang berbeda dengan tema yang telah
dirintis oleh Descartes. Mereka lebih mengikuti Jejak Francis Bacon, yaitu aliran
empirisme. Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan
pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan pengetahuan itu sendiri dan
mengecilkan peran akal. Istilah empirisme diambil dari bahasa yunani empeiria yang
berarti pengalaman. Sebagai suatu doktrin, empirisme adalah lawan rasionalisme.
Akan tetapi tidak berarti bahwa rasionalisme ditolak sama sekali. Dapat dikatakan
bahwa rasionalisme dipergunakan dalam kerangka empirisme, atau rasionalisme
dilihat dalam bingkai empirisme.
Orang pertama pada abad ke-17 yang mengikuti aliran empirisme di Inggris
adalah Thomas Hobbes (1588-1679). Jika Bacon lebih berarti dalam bidang metode
penelitian, maka Hobbes dalam bidang doktrin atau ajaran. Hobbes telah menyusun
suatu sistem yang lengkap berdasar kepada empirisme secara konsekuen. Meskipun ia
bertolak pada dasar-dasar empiris, namun ia menerima juga metode yang dipakai
dalam ilmu alam yang bersifat matematis. Ia telah mempersatukan empirisme dengan
rasionalisme matematis. Ia mempersatukan empirisme dengan rasionalisme dalam
bentuk suatu filsafat materialistis yang konsekuen pada zaman modern.4
Jadi, selebihnya penjelasan dari empirisme adalah sebuah aliran filsafat modern
yang sangat berlawanan dengan rasionalisme, karena aliran ini banyak menekankan

3
Admin B. Rasionalisme dan Empirisme. http://www.rangkumanmkalah.com/rasionalisme-dan-
empirisme/, diakses 23 November 2016.
4
Harun, H. 2014. Sari Sejarah Filsafat Barat 2, Yogyakarta: Kisanius. hal. 32

4
pada pengalaman yang terjadi pada diri dari ahli yang mengalaminya itu. Karena
sebagian dari teori yang ada pada aliran ini adalah pengalaman yang benar-benar
dialami oleh para ahli yang kemudian membuat aliran filsafat empirisme ini.

2. Pemikiran Aliran Empirisme


Aliran empirisme berpendapat bahwa manusia memperoleh pengetahuan
melalui pengalaman yang diperoleh dari indrawi. Pengenalan tersebut dimunculkan
oleh pemikir yang bernama Francois Bacon (1561-1626). Pengetahuan yang
diperoleh berasal dari pengalaman melalui proses pengenalan indrawi. Pengenalan
ini diyakini sebagai yang paling jelas dan sempurna. Proses pengalaman yang
diperoleh tersebut tidak lain akibat suatu objek yang merangsang alat-alat indrawi
yang dipahami di dalam otak sehingga terbentuklah tanggapan-tanggapan mengenai
objek yang telah merangsang alat-alat indrawi tersebut.5
Berdasarkan pengertian dan paham aliran empirisme diatas, jadi dapat kita
simpulkan bahwa aliran ini menganggap pengalaman sebagai satu-satunya sumber
dan dasar ilmu pengetahuan. Jika kita kembali ke pembahasan sebelumnya tentang
rasionalisme, maka dapat kita tangkap bahwa kedua aliran ini sangat bertentangan.
Rasionalisme mengeduakan pengalaman indrawi, sedangkan empirisme lebih
mengutamakan pengalaman indrawi.

3. Tokoh Pendukung Aliran Empirisme


Setiap aliran sangat berpengaruh kepada pendukung-pendukungnya, begitu
juga dengan aliran empirisme. Adapun tokoh-tokoh pendukung aliran ini diantaranya;
a. Thomas Hoobes (1588-1679)
Ia seorang ahli pikir Inggris lahir di Malmesbury. Pada usia 15 tahun ia
pergi ke Oxford untuk belajar logika Skolastik dan fisika, yang ternyata gagal,
karena ia tidak berminta sebab gurunya beraliran Aristotelian. Sumbangan yang
besar sebagai ahli pikir adalah suatu sistem materialistis yang besar, termasuk
juga perikehidupan organis dan rohaniah. Dalam bidang kenegaraan ia
mengemukakan teori Kontrak Sosial. Dalam tulisannya, ia telah menyusun suatu

5
Rahmat. 2011. Filsafat Ilmu Lanjutan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. hal. 6

5
sistem pemikiran yang berpangkal pada dasar-dasar empiris, di samping juga
menerima metode dalam ilmu yang matematis.6
Orang pertama pada abad ke-17 yang mengikuti aliran empirisme di
Inggris adalah Thomas Hobbes (1588-1679). Hobbes memperdalami dalam
bidang doktrin atau ajaran. Hobbes telah menyusun suatu sistem yang lengkap
berdasar kepada empirisme secara konsekuen. Meskipun ia bertolak pada dasar-
dasar empiris, namun ia menerima juga metode yang dipakai dalam ilmu alam
yang bersifat matematis. Hobbes mempersatukan empirisme dengan rasionalisme
dalam bentuk suatu filsafat materialistis yang konsekuen pada zaman modern.
Berbeda dengan kaum rasionalis, Hobbes memandang bahwa pengenalan dengan
akal hanyalah mempunyai fungsi mekanis semata-mata. Ketika melakukan proses
penjumlahan dan pengurangan misalnya, pengalaman dan akal yang
mewujudkannya. Pengalaman dimaksudkan sebagai keseluruhan atau totalitas
pengamatan yang disimpan dalam ingatan atau digabungkan dengan suatu
pengharapan di masa depan, sesuai dengan apa yang telah diamati pada masa lalu.
Pengamatan indrawi terjadi karena gerak benda-benda di luar kita menyebabkan
adanya suatu gerak didalam indra kita. Gerak ini diteruskan ke otak kita kemudian
ke jantung. Di dalam jantung timbul reaksi, yaitu suatu gerak dalam jurusan yang
sebaliknya. Pengamatan yang sebenarnya terjadi pada awal gerak reaksi tadi.7
b. John Locke (1632-1704)
Ia dilahirkan di Wrington, dekat Bristol, Inggris. Di samping sebagai
seorang ahli hukum, ia juga menyukai filsafat dan teologi, mendalamu ilmu
kedokteran dan penelitian kimia. Dalam mencapai kebenaran, sampai seberapa
jauh (bagaimana) manusia memakai kemampuannya.
Dalam penelitiannya ia memakai istilah sensation dan reflection.
Sensation adalah suatu yang dapat berhubungan dengan dunia luar, tetapi manusia
dapat mengerti dan meraihnya. Sementara itu, reflection adalah pengenalan
intuitif yang memberikan pengetahuan kepada manusia, yang sifatnya lebih baik
daripada sensation. Tiap-tiap pengetahuan yang diperoleh manusia terdiri dari

6
Opcit. Hal.116
7
Haq, Muhammad Zainul. 2012. Modern (rasionalisme, empirisme, kritisme, dan idealisme), (online),
http://inul-makalah.blogspot.com/2012/03/ , diakses 28 November 2016.

6
sensation dan reflection. Walaupun demikian, manusia harus mendahulukan
sensation.8
Berbeda dengan kaum rasionalis, kaum empirisme yang diwakili oleh
John Locke mengatakan bahwa pengetahuan itu bersumber pada pengalaman
yang sangat luas berhubungan dengan panca indra manusia. Indra manusia yang
menjalin relasi dengan alam baik materi, ruang maupun waktu. Alam memberikan
sumbangan yang cukup penting dalam pembentukan sebuah pengetahuan yang
baru. Bapak Empirisme yang juga merupakan filsuf Inggris ini mengatakan
bahwa pada waktu manusia dilahirkan, keadaan akalanya masih bersih ibarat
kertas yang kosong yang belum bertuliskan apa pun. Pengetahuan baru muncul
ketika indra manusia menimba pengalaman dengan cara melihat dan mengamati
berbagai kejadian dalam kehidupan. Kertas tersebut mulai bertuliskan berbagai
pengalaman indrawi. Seluruh sisa pengetahuan bisa diketahui dengan
jalanmenggunakan serta memperbandingkan ide-ide yang diperoleh dari
pengindraan serta refleksi yang pertama dan sederhana. Akal sebagai tempat
penampungan yang secara pasif menerima hasil-hasil pengindraan. Hal ini berarti
bahwa semua pengetahuan manusia betapa pun rumitnya dapat dilacak kembali
sampai pada pengalaman-pengalaman indrawi yang telah tersimpanan rapi di
dalam akal. Jika terdapat pengalaman yang tidak tergali oleh daya ingatan akal,
itu merupakan kelemahan akal, sehingga hasil pengindraan yang menjadi
pengalaman manusia tidak lagi dapat diaktualisasikan. Dengan demikian, bukan
lagi sebagai ilmu pengetahuan yang faktual.9
c. David Hume (1711-1776)
David Hume seorang filsuf yang sangat radikal yang sangat
memprioritaskan penyelidikan untuk memperoleh kesimpulan dalam
menghimpun suatu pengetahuan. Berdasarkan salah satu pendapatnya yakni,
buanglah ke dalam api segala buku yang tidak memuat penyelidikan. Dengan
demikian, pengetahuan mendasari sebagai kesan indra yang secara langsung
diperoleh melalui pengalaman baik melalui percobaan ataupun indra (membau,

8
Opcit. Hal. 117
9
Suhandra. 2012. Rasionalisme dan Empirisme. http://punyasuhanda.blogspot.co.id/2012/05/. Diakses pada 30
November 2016.

7
merasa, melihat, menyentuh, mengisap). Kesan pancaindra merupakan awal
kepercayaan akan kebenaran pengetahuan. Misalnya rasa sakit karena tertusuk
benda tajam memberikan pengetahuan seseorang tentang rasa sakit dari pada rasio
memikirkan rasa sakit tersebut. Pentingnya praktik sebagai salah satu jalan untuk
menemukan pengetahuan bertujuan agar manusia mampu mengetahui segala
sesuatu melalui indra sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang akurat serta
mampu menunjukkan pembuktiannya. Sebab, seseorang tidak mungkin
mengetahui bahwa garam berasa asin jika tidak mengecapnya dengan lidahnya.
Contoh lain, air mendidih jika tingkat kepanasannnya sampai pada suhu 100°C
akan diketahui melalui sebuah percobaan yang akurat.10

10
Frumensius, Andy. 2010. Pencari Kebenaran dan Kebijaksanaan.
http://andyfrumens.blogspot.co.id/2010/07. Diakses pada 26 November 2016.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Secara historis, zaman modern dimulai sejak adanya krisis pertengahan selama dua
abad (abad ke-14 dan ke-15) yang ditandai munculnya gerakan Renaissance yang
berarti kelahiran kembali yang mengacu kepada gerakan keagamaan dan
kemasyarakatan.
2. Ajaran pokok aliran ini ialah mengakui bahwa pengalaman adalah sumber satu-
satunya ilmu pengetahuan.
3. Ada 3 orang tokoh aliran Empirisme yaitu; Thomas Hobbes; John Locke; dan David
Hume.
4. Thomas Hobbes merupakan orang pertama pada abad 17 yang mengikuti aliran
empirisme.
B. Saran
Menyadari hal yang masih jauh dari kata sempurna, karena kami sebagai penulis makalah
ini hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan dosa. Kedepannya kami
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan masalah-masalah yang sudah kita bahas
dengan sumber-sumber yang bisa dipertanggungjawabkan. Jika ada kritik atau saran
silahkan disampaikan kepada kami sebagai penulis.

9
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Asmoro. 2011. Filsafat Umum. Jakarta: Rajawali Pers.


Harun, H. 2014. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta: Kisanius.

Rahmat, Aceng, dkk.2011. Filsafat Ilmu Lanjutan. Jakarta:Kencana Prenada Media Group.
Rizal, Muhammad dan Misnal, Muhammad. 2010. Filsafat Ilmu. Yogyakarta:Pustaka Belajar.
Sumama, Cecep. 2004. Filsafat Ilmu dari Hakikat Menuju Nilai. Bandung:Pustaka Bani Quraisy.
Sofyan, Ayi. 2010. Kafita Selekta Filsafat. Bandung:Pustaka Setia.
Frumensius, Andy. 2010. Pencari Kebenaran dan Kebijaksanaan.
http://andyfrumens.blogspot.co.id/2010/07. Diakses pada 26 November 2016.
Suhandra. 2012. Rasionalisme dan Empirisme. http://punyasuhanda.blogspot.co.id/2012/05/.
Diakses pada 30 November 2016.
Haq, Muhammad Zainul. 2012. Modern (rasionalisme, empirisme, kritisme, dan idealisme).
http://inul-makalah.blogspot.com/2012/03/. diakses 28 November 2016.
Admin B. Rasionalisme dan Empirisme. http://www.rangkumanmkalah.com/rasionalisme-dan-
empirisme/, diakses 23 November 2016.

10

You might also like