You are on page 1of 12

SAINTEKES – VOLUME 2 NOMOR 3 (2023) 312 - 323

PENGARUH DISCHARGE PLANNING TERHADAP KESIAPAN PULANG PASIEN


DENGAN BATU GINJAL DI RSD dr. H. SOEMARNO SOSROATMODJO

Evy Andreas1*, Dwi Prihatin Era2, Arifin Hidayat3


1,2,3
Politeknik Kesehatan Kalimantan Timur

Article Information
Article history: ABSTRACT
Received March 3, 2023 Discharge planning or discharge planning aims to maintain continuity of care at
Approved April 28, 2023 home after the patient is discharged. Effective discharge planning can ensure that
patients and families receive safe and realistic care after discharge from the
Keywords: hospital. This study aimed to determine the effect of discharge planning on
readiness to go home with kidney stones at RSD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo.
Discharge Planning, Readiness This study used a pre-experimental design with one group pretest and posttest
To Go Home, Kidney Stone
design. A sample of 16 people with purposive sampling technique. In this study
Patients
only treatment was carried out in one group. The effectiveness of the treatment
was assessed by comparing the post test and pre test. The results of this study
Kata Kunci: obtained p = 0.001 <0.05 with a mean value of post test > pre test, namely 159.70
Discharge Planning, Kesiapan > 129.50 with a difference 30.2, the maximum value of post test > pre test is 176
Pulang, Pasien Batu Ginjal > 149 with a difference 27, and the minimum value of post test > pre test that is
138 > 109 with a difference 29. Discharge planning can increase the readiness
score for patients with kidney stones at RSD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo. So
it is hoped that the implementation of discharge planning will continue providing
optimal, structured and applicable nursing care to provide benefits in maintaining
the continuity of advanced care for patients, especially those with chronic
conditions or those who need palliative care.

ABSTRAK
Discharge planning atau perencanaan pulang bertujuan untuk menjaga
kesinambungan perawatan di rumah setelah pasien dipulangkan. Perencanaan
pemulangan yang efektif dapat memastikan bahwa pasien dan keluarga
menerima perawatan yang aman dan realistis setelah keluar dari rumah sakit.
Tujuan dari penelitian ini ada untuk mengetahui pengaruh discharge planning
terhadap kesiapan pulang dengan batu ginjal di RSD dr. H. Soemarno
Sosroatmodjo. Penelitian ini menggunakan desain pra experiment dengan one
group pretest and posttest design. Sampel sebanyak 30 orang dengan teknik
purposive sampling. Pada penelitian ini hanya dilakukan perlakuan pada satu
kelompok. Efektifitas perlakuan dinilai dengan cara membandingkan post test
dan pre test. Hasil penelitian ini didapatkan p=0,001 < 0,05 dengan nilai mean
post test > pre test yaitu 159,70 > 129,50 dengan selisih 30,2, nilai maksimum

doi.org/10.55681/saintekes.v2i3.122 312
ANDREAS AT AL. - VOLUME 2 NOMOR 3 (2023) 312 - 323

post test > pre test yaitu 176 > 149 dengan selisih 27, dan nilai minimum post
test > pre test yaitu 138 > 109 dengan selisih 29. Discharge planning dapat
meningkatkan skor kesiapan pulang pasien dengan batu ginjal di RSD dr. H.
Soemarno Sosroatmodjo. Sehingga diharapkan pelaksanaan discharge planning
terus berjalan dalam memberikan asuhan keperawatan yang optimal, terstruktur,
dan aplikatif sehingga memberikan manfaat dalam mempertahankan
kontinuitas perawatan lanjutan bagi pasien terutama dengan kondisi kronis
maupun yang membutuhkan perawatan paliatif.

© 2022 SAINTEKES

*Corresponding author email: evyandreas@gmail.com

PENDAHULUAN
Batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan pernah mengalami kondisi ini selama hidup
suatu keadaan terdapatnya batu (kalkuli) di mereka (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
ginjal. Batu ginjal terbentuk di ginjal kemudian Pasien dengan diagnosa medis Batu Ginjal yang
berada di kaliks, infudibukum, pelvis ginjal dan dirawat di ruang perawatan RSD dr. H.
bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks Soemarno Sosroatmodjo pada bulan Juni tahun
ginjal (Mutaqqin & Sari, 2014). Riwayat 2022 sebanyak 18 orang.
penyakit batu ginjal seseorang dapat Proses pembentukan batu ginjal atau
meningkatkan Penyakit Ginjal Kronis (PGK) nefrolitiasis adalah ketika konsentrasi garam
dikemudian hari tentunya cukup tidak larut dalam urine sangat tinggi, yaitu saat
mengkhawatirkan karena telah ditemukan urine yang supersaturasi (kental/pekat) akan
insiden resiko timbulnya (Ariyanto et al., 2018). mulai membentuk kristal-kristal padat, dan
Hal ini PGK sebanyak 200 kasus per satu juta menjadi suatu nucleus. Ketika nucleus sudah
penduduk di banyak negara (Delima et al., terbentuk, maka kristal akan terus bertambah
2017). besar dan berkembang sehingga menyebabkan
Prevalensi batu ginjal di negara Amerika pembentukan batu ginjal (LeMone & Bauldoff,
Serikat banyak terjadi kepada laki-laki sekitar 2016). Laki-laki rentan mengalami kejadian
16% dan wanita sekitar 8% pada usia 70 tahun batu ginjal karena dipengaruhi oleh serum
(Pfau & Knauf, 2016). Prevalensi batu ginjal testosteron yang menghasilkan peningkatan
adalah sebanyak 6 per 1000 penduduk atau produksi oksalat endogen oleh hati, rendahnya
1.499.400 penduduk Indonesia menderita batu serum testosteron pada perempuan dan anak-
ginjal. Sebagian besar kasus penyakit batu ginjal anak, serta gaya hidup yang kurang baik pada
dialami oleh orang-orang yang berusia 30-60 laki-laki (Silalahi, 2020).
tahun. Sebanyak 10% wanita dan 15% pria

doi.org/10.55681/saintekes.v2i3.122 313
ANDREAS AT AL. - VOLUME 2 NOMOR 3 (2023) 312 - 323

Pelaksanaan discharge planning di jalankan dengan baik terutama pada pasien


merupakan serangkaian penting dalam proses batu ginjal. Hasil studi pendahuluan yang
pelayanan. Salah satunya dalam mempersiapkan dilakukan pelaksanaan discharge planning baru
pasien yang akan pulang setelah menjalani mencapai 20%. Sementara untuk kesiapan
perawatan. Discharge planning adalah proses pulang sendiri tidak pernah dilakukan proses
mempersiapkan pasien yang dirawat di rumah penilaian. Nursalam, (2018) mengemukakan
sakit agar mampu mandiri merawat diri pasca bahwa perencanaan pulang adalah suatu proses
perawatan. Hasil penelitian Ernita, Rahmalia, & yang dinamis dan sistematis dari penilaian,
Novayelinda (2015) menunjukkan bahwa persiapan, serta koordinasi yang dilakukan
pemberian discharge planning memberikan untuk memberikan kemudahan pengawasan
kesiapan yang baik bagi pasien dan keluarga pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial
dalam menghadapi pemulangan (71,43%) sebelum dan sesudah pulang. Perencanaan
(Ernita et al., 2015). Penelitian lain oleh pulang merupakan bagian penting dari program
Serawati, Suryani, & Astuti (2015) keperawatan pasien yang di mulai segera setelah
menunjukkan bahwa 94,6% pasien menyatakan pasien masuk rumah sakit sampai pasien pulang.
siap pulang ke rumah setelah dilakukan Karena hal ini merupakan suatu proses yang
discharge planning. Kesiapan tersebut antara menggambarkan usaha kerja sama antara tim
lain kesiapan dalam mengkonsumsi obat sesuai kesehatan, pasien, keluarga, dan orang yang
dosis dan aturan pemakaian obat yang penting bagi pasien.
dianjurkan, serta mengetahui tanda bahaya Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti
sebuah kondisi penyakit (Serawati et al., 2015). tertarik untuk melakukan penelitian pengaruh
Pencegahan terjadinya batu ginjal pelaksanaan discharge planning terhadap
berulang dilakukan untuk menurunkan angka kesiapan pulang pasien batu ginjal di RSD dr. H.
kekambuhan pada masalah yang serupa. Soemarno Sosroatmodjo.
Pencegahan ini dapat diberikan sebagai
discharge planning (perencanaan pulang) METODE PENELITIAN
(Darliana, 2012). Melalui discharge planning, Jenis penelitian ini merupakan penelitian
pasien batu ginjal dan atau keluarga mampu eksperimen dengan desain penelitian pre
melakukan perawatan secara mandiri setelah experiment menggunakan one group pretest and
pulang dari rumah sakit (Fitri et al., 2020). posttest. Pada satu kelompok diberikan
Pelaksanaan discharge planning di RSD intervensi discharge planning dan dilakukan
dr. H. Soemarno Sosroatmodjo masih belum pengukuran pretest dan posttest kesiapan
optimal dimana perawat masih memiliki pulang. Adapun populasi dalam penelitian ini
keterbatasan waktu sehingga tidak sepenuhnya adalah seluruh perawat dan pasien dengan

doi.org/10.55681/saintekes.v2i3.122 314
ANDREAS AT AL. - VOLUME 2 NOMOR 3 (2023) 312 - 323

diagnosa medis Batu Ginjal yang dirawat di dr. H. Soemarno Sosroatmodjo berdasarkan usia
ruang perawatan RSD dr. H. Soemarno (tahun) dengan nilai rata-rata (mean) 47,00, usia
Sosroatmodjo. Sampel yang digunakan masing- termuda 20 tahun dan usia tertua 71 tahun.
masing sebanyak 30 responden menggunakan 2. Karakteristik Pasien dengan Batu Ginjal di
teknik accidental sampling. RSD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo
Adapun kriteria inklusi yang digunakan Berdasarkan Jenis Kelamin, Pekerjaan,
adalah bersedia menjadi responden, pasien batu Agama, Status Pernikahan, Suku, Pendidikan
ginjal yang tidak memiliki penyakit penyerta Terakhir, dan Penghasilan Keluarga
lainnya, dan pasien bisa membaca dan menulis. Tabel 2. Karakteristik Pasien dengan Batu
Instrumen yang digunakan untuk menilai Ginjal di RSD dr. H. Soemarno
kesiapan pulang pasien adalah kuesioner RHDS Sosroatmodjo Berdasarkan Jenis Kelamin,
yang dilakukan secara closed question. Pekerjaan, Agama, Status Pernikahan,
Kuesioner ini terdiri dari 21 pertanyaan. Suku, Pendidikan Terakhir, dan
Masing-masing pertanyaan memiliki nilai 1-10 Penghasilan Keluarga (n=30)
sehingga total nilai kuesioner RHDS yaitu 1- Frekue Persenta
Variabel
210. nsi (n) se (%)
Jenis Kelamin
Penelitian ini dilakukan pada bulan
Laki-laki 21 70,0
Agustus sampai dengan November tahun 2022 Perempuan 9 30,0
di ruang perawatan RSD dr. H. Soemarno Pekerjaan
Buruh/Nelayan/Petani 6 20,0
Sosroatmojdo Tanjung Selor.
ASN/TNI/Polri 3 10,0
Swasta 12 40,0
HASIL DAN PEMBAHASAN IRT 8 26,7
1. Karakteristik Pasien dengan Batu Ginjal di Pensiunan 1 3,3
Agama
RSD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Islam 22 73,3
Berdasarkan Usia Katolik 1 3,3
Tabel 1. Karakteristik Pasien dengan Batu Kristen 7 23,3
Status Pernikahan
Ginjal di RSD dr. H. Soemarno
Belum Menikah 3 10,0
Sosroatmodjo Berdasarkan Usia (n=30) Menikah 27 90,0
Minimal- 95%CI Suku
Variabel Mean SD Bulungan 4 13,0
Maksimal
Usia 47,00 14,00 20 – 71 41,77 – Bugis 6 20,0
(tahun) 52,23 Dayak 7 23,3
Sumber: Data Primer, 2022 Jawa 9 30,0
Toraja 1 3,3
Berdasarkan tabel 1 didapatkan
Banjar 2 6,7
karakteristik pasien dengan Batu Ginjal di RSD Batak 1 3,3

doi.org/10.55681/saintekes.v2i3.122 315
ANDREAS AT AL. - VOLUME 2 NOMOR 3 (2023) 312 - 323

Frekue Persenta Pulang Sebelum dsn Sesudah Diberikan


Variabel
nsi (n) se (%) Intervensi Discharge Planning (n=30)
Pendidikan Terakhir
Skor Mean SD Minimal- 95%CI
SD/Sederajat 2 6,7
Kesiapan Maksimal
SMP/Sederajat 7 23,3
Pulang
SMA/Sederajat 17 56,7
S1/Sederajat 4 13,3 Sebelum 129,50 13,05 109 – 149 124,63 –
Penghasilan Keluarga 134,37
< Rp. 1.500.000,- 3 10,0 Sesudah 159,70 10,78 138 – 176 155,67 –
Rp. 1.500.000,- s/d 23 76,7 163,73
Sumber: Data Primer, 2022
Rp. 3.000.000,-
> Rp. 3.000.000,- 4 13,3 Berdasarkan tabel 3 didapatkan kesiapan
Total 30 100 pulang nilai rata-rata (mean) sesudah > sebelum,
Sumber: Data Primer, 2022
minimal sesudah > sebelum dan maksimal
Berdasarkan tabel 2 didapatkan
sesudah > sebelum. Sehingga dapat disimpulkan
karakteristik pasien dengan Batu Ginjal di RSD
ada peningkatan skor kesiapan pulang setelah
dr. H. Soemarno Sosroatmodjo berdasarkan
diberikan intervensi discharge planning.
jenis kelamin sebagian besar adalah laki-laki
4. Karakteristik Perawat RSD dr. H. Soemarno
sebanyak 70,0%, pekerjaan hampir sebagian
Sosroatmodjo Berdasarkan Usia dan Lama
adalah swasta sebanyak 40,0%, agama hampir
Bekerja
seluruhnya adalah Islam sebanyak 73,3%, status
Tabel 4. Karakteristik Perawat di RSD dr.
pernikahan hampir seluruhnya adalah menikah
H. Soemarno Sosroatmodjo Berdasarkan
sebanyak 90,0%, suku hampir sebagian adalah
Usia dan Lama Bekerja (n=30)
Jawa sebanyak 30,0%, pendidikan terakhir
Minimal- 95%CI
sebagian besar adalah SMA/Sederajat sebanyak Variabel Mean SD
Maksimal
56,7%, dan penghasilan keluarga hampir Usia (tahun) 31,23 5,48 24 – 45 29,18 –
Lama 6,13 5,25 1 – 18 33,28
seluruhnya adalah Rp. 1.500.000,- s/d Rp. Bekerja 4,17 –
3.000.000,- sebanyak 76,7%. 8,09
Sumber: Data Primer, 2022
3. Karakteristik Pasien dengan Batu Ginjal di
Berdasarkan tabel 4 didapatkan
RSD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo
karakteristik perawat di RSD dr. H. Soemarno
Berdasarkan Skor Kesiapan Pulang Sebelum
Sosroatmodjo berdasarkan usia (tahun) dengan
(Pre) dan Sesudah (Post) Diberikan
nilai rata-rata (mean) 31,23, usia termuda 24
Intervensi Discharge Planning
tahun dan usia tertua 45 tahun, berdasarkan lama
Tabel 3. Karakteristik Pasien dengan Batu
bekerja (tahun) dengan nilai rata-rata (mean)
Ginjal di RSD dr. H. Soemarno
5,25, lama bekerja terendah 1 tahun dan lama
Sosroatmodjo Berdasarkan Kesiapan
berkerja tertinggi 18 tahun.

doi.org/10.55681/saintekes.v2i3.122 316
ANDREAS AT AL. - VOLUME 2 NOMOR 3 (2023) 312 - 323

5. Karakteristik Perawat di RSD dr. H. homogenitas data menunjukkan homogen atau


Soemarno Sosroatmodjo berdasarkan Jenis berasal dari kelompok yang sama.
Kelamin dan Pendidikan Terakhir Tabel 6. Hasil Uji Paired T-Test Pengaruh
Tabel 5. Karakteristik Perawat di RSD dr. Discharge Planning terhadap Kesiapan
H. Soemarno Sosroatmodjo Berdasarkan Pulang Pasien dengan Batu Ginjal di RSD
Jenis Kelamin dan Pendidikan Terakhir dr. H. Soemarno Sosroatmodjo
(n=30) Kesiapan Minim Maksi
Mean p value
Pulang um mum
Frekue Persenta
Variabel Sebelum 129,50 109 149 0,001
nsi (n) se (%) Intervensi
Jenis Kelamin Sesudah 159,70 138 176
Laki-laki 8 26,7 Intervensi
Perempuan 22 73,3 Sumber: Data Primer, 2022
Pendidikan Terakhir Berdasarkan tabel 6 menunjukkan
Diploma III Keperawatan 23 76,7 peningkatan nilai mean, minimum, dan
Ners 7 23,3
Sumber: Data Primer, 2022 maksimum kesiapan pulang pasien setelah
Berdasarkan tabel 5 didapatkan diberikan intervensi discharge planning. Dari
karakteristik perawat di RSD dr. H. Soemarno hasil uji paired t-test didapatkan nilai mean
Sosroatmodjo berdasarkan jenis kelamin setelah lebih besar dari nilai mean sebelum
hamper seluruhnya adalah perempuan sebanyak diberikan intervensi yaitu 159,70 > 129,50
73,3%, dan pendidikan terakhir hampir dengan selisih 30,2, demikian juga dengan nilai
seluruhnya adalah Diploma III Keperawatan minimum dan maksimum. Nilai minimum
sebanyak 76,7%. setelah lebih besar dari nilai minimum sebelum
6. Pengaruh Discharge Planning terhadap yaitu 138 > 109 dengan selisih 29, demikian
Kesiapan Pulang Pasien dengan Batu Ginjal dengan nilai maksimum setelah lebih besar dari
di RSD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo nilai maksimum sebelum intervensi yaitu 176 >
Uji persyaratan analisis dilakukan dengan 149 dengan selisih 27.
menggunakan uji normalitas dan homogenitas Selain itu berdasarkan tabel 6 didapatkan
data, untuk menentukan kelayakan penggunaan nilai p value < 0,05 yang artinya ada pengaruh
uji paired t-test atau harus menggunakan uji secara signifikan discharge planning terhadap
alternative yaitu Wilcoxon test. Berdasarkan kesiapan pulang pasien dengan batu ginjal di
hasil uji normalitas data didapatkan data RSD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo.
terdistribusi normal sehingga untuk analisa 1. Karakteristik Pasien dengan Batu Ginjal di
bivariat menggunakan uji paired t-test dengan RSD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo
melihat nilai mean, nilai minimum dan Pada tabel 1 menunjukkan bahwa pasien
maksimum, sedangkan untuk hasil uji batu ginjal di RSD dr. H. Soemarno

doi.org/10.55681/saintekes.v2i3.122 317
ANDREAS AT AL. - VOLUME 2 NOMOR 3 (2023) 312 - 323

Sosroatmodjo rata-rata memiliki usia > 30 ginjal di RSD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo
tahun. Hasil penelitian ini sejalan dengan didominasi oleh pegawai swasta. Hal ini sesuai
penelitian yang dilakukan oleh Simanullang dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnomo
(2019) yang menunjukkan mayoritas pasien (2011), dimana penyakit batu ginjal sering
batu ginjal di Rumah Sakit Martha Friska dijumpai pada orang-orang yang banyak duduk
Medan 2015 sampai dengan 2017 mayoritas atau kurang aktifitas (sedentary life). Hal ini
berusia > 30 tahun. Hal ini bisa dipengaruhi oleh bukan berarti bahwa pekerjaan swasta lebih
faktor metabolisme dan gaya hidup. berisiko menderita batu ginjal, namun karena
Pada tabel 2 menunjukkan karakteristik mayoritas pasien batu ginjal yang berobat di
pasien batu ginjal di RSD dr. H. Soemarno RSD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo adalah
Sosroatmodjo berdasarkan jenis kelamin pegawai swasta.
didominasi oleh laki-laki. Hal ini sejalan dengan Hasil pengamatan dari peneliti bahwa
penelitian yang dilakukan oleh Simanullang untuk penderita batu ginjal bukan hanya
(2019) yang menunjukkan mayoritas pasien pekerjaan yang kebanyakan duduk atau kurang
batu ginjal di Rumah Sakit Martha Friska beraktivitas, tetapi yang banyak melakukan
Medan tahun 2015 sampai dengan 2017 aktivitas fisik juga banyak yang menderita batu
mayoritas laki-laki sebanyak 67,40%. Hasil ginjal, hal ini diakibatkan kurangnya
penelitian dari Siahaan (2013) juga menyatakan mengkonsumsi air minum. Hal ini didukung
bahwa 68,38% penderita batu ginjal adalah laki- oleh penelitian yang dilakukan Delima et al.
laki. (2017), yang menunjukkan bahwa konsumsi air
Panjang ureter manusia 20-30 cm, salurah minum ≤ 1000 ml/hari berisiko untuk
kemih laki-laki lebih sempit daripada wanita. mengalami batu ginjal.
Kebanyakan laki-laki lebih aktif beraktivitas Selain itu banyak faktor ekstrinsik lain
daripada wanita. Hormone testosterone yang yang dapat mempengaruhi timbulnya masalah
dimiliki laki-laki dapat meningkatkan produksi batu ginjal pada pasien di RSD dr. H. Seomarno
oksalat endogen di hati, sedangkan pada wanita Sosroatmodjo seperti air yang diminum, diet,
adanya hormone estrogen yang mampu kebiasaan menahan buang air kemih, keadaan
mencegah pertumbuhan garam kalsium, sosial ekonomi masyarakat. Penelitian yang
walaupun tidak 100%. Hal ini merupakan dilakukan oleh Anggraeny et al. (2021), akibat
beberapa faktor yang mempengaruhi laki-laki asupan cairan yang kurang dan tingkat dehidrasi
lebih berisiko daripada wanita. yang lebih tinggi karena melakukan pekerjaan
Karakteristik pasien batu ginjal di RSD dr. yang melelahkan serta memiliki gaya hidup
H. Soemarno Sosroatmodjo berdasarkan yang kurang baik meningkatkan terjadinya batu
pekerjaan menunjukkan bahwa pasien batu ginjal. Hasil penelitian tersebut juga

doi.org/10.55681/saintekes.v2i3.122 318
ANDREAS AT AL. - VOLUME 2 NOMOR 3 (2023) 312 - 323

menyatakan bahwa individu yang bertanggung jawab terhadap apa yang


mengkonsumsi air minum kurang dari 1500 ml dilakukannya terutama dalam memberikan
memiliki risiko mengalami batu ginjal 2,266 asuhan keperawatan yang optimal melalui
kali lebih besar dibandingkan individu yang intervensi discharge planning.
mengkonsumsi air minum dengan jumlah yang Hal ini didukung oleh pendapat
cukup. Orang dewasa mengeluarkan urine Notoatmodjo (2011), umur bagi seorang pekerja
setidaknya sebanyak 2 liter dalam sehari untuk akan mempengaruhi penerimaan beban kerja.
mengurangi konsentrasi garam dan mineral Seorang pekerja yang mempunyai umur relatif
sehingga mencegah pembentukan BSK. Oleh dewasa lebih mudah mempunyai kemampuan
karena itu, untuk mencapai produksi urine yang lebih baik untuk memikul beban kerja
dengan jumlah tersebut dibutuhkan asupan air dibandingkan umur pekerja yang lebih tua.
minum lebih dari 2 liter dalam sehari. Karakteristik perawat di RSD dr. H.
Jumlah asupan air minum memang Soemarno Sosroatmodjo berdasarkan lama kerja
berpengaruh terhadap kejadian penyakit BSK. memiliki rata-rata 5 tahun. Hasil penelitian ini
Namun, jenis air minum yang dikonsumsi juga didukung oleh penelitian Aswardz et al. (2017)
berpengaruh. Penelitian Dhea et al. (2019) dengan hasil sebagian besar perawat memiliki
menemukan bahwa seseorang yang banyak lama kerja 4-5 tahun. Perawat dengan lama kerja
mengkonsumsi air putih, tetapi juga banyak lebih lama belum tentu menjamin bahwa ilmu
mengkonsumsi minuman soda akan tetap yang mereka miliki lebih update. Meskipun
memicu terbentuknya kristal CaOx. Oleh karena pengalaman kerja lebih banyak. Namun, seiring
itu, untuk mencegah pembentukan BSK berkembangnya zaman otomatis perawat harus
disarankan untuk mengkonsumsi banyak air menyesuaikan dan terus meng-update ilmu yang
putih sesuai dengan jumlah yang telah mereka miliki terutama dalam hal proses
dianjurkan dan menghindari minuman yang pemberian asuhan keperawatan salah satunya
meningkatkan risiko penyakit tersebut. penatalaksanaan discharge planning.
2. Karakteristik Perawat di RSD dr. H. Pada tabel 5 menunjukkan bahwa perawat
Soemarno Sosroatmodjo di RSD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo
Pada tabel 4 menunjukkan bahwa didominasi oleh perempuan. Hasil penelitian
karakteristik perawat di RSD dr. H. Soemarno didukung dengan laporan PPNI (Persatuan
Sosroatmodjo berdasarkan usia berada di Perawat Nasional Indonesia) tahun 2017 bahwa
rentang 24-43 tahun. Usia tersebut termasuk sebagian besar perawat di Indonesia didominasi
dalam kategori dewasa yang cenderung oleh perempuan (71%) (Kementrian Kesehatan
memiliki tingkat kematangan berpikir yang baik Republik Indonesia, 2017). Perempuan
dan kecakapan berkomunikasi sehingga lebih memiliki kecakapan berkomunikasi yang lebih

doi.org/10.55681/saintekes.v2i3.122 319
ANDREAS AT AL. - VOLUME 2 NOMOR 3 (2023) 312 - 323

baik dibandingkan laki-laki. Menurut Robbins pelayanan medis dan tindakan keperawatan
(2006), jenis kelamin seseorang tidak memiliki sesuai kebutuhan pasien.
perbedaan yang signifikan dalam suatu kinerja 3. Pengaruh Discharge Planning terhadap
seseorang. Perbedaan cenderung pada faktor Kesiapan Pulang Pasien Batu Ginjal di RSD
psikologis, perempuan cenderung mematuhi dr. H. Soemarno Sosroatmodjo
otoritas yang diberikan sedangkan laki-laki Hasil uji paired t-test didapatkan nilai p
lebih agresif pada penghargaan sukses. value < 0,05 yang artinya Ha diterima dan H0
Karakteristik perawat di RSD dr. H. ditolak. Sehingga secara statistik ada pengaruh
Soemarno Sosroatmodjo berdasarkan discharge planning terhadap kesiapan pulang
pendidikan terakhir didominasi Diploma III pasien batu ginjal di RSD dr. H. Soemarno
Keperawatan. Program pendidikan DIII Sosroatmodjo.
Keperawatan menghasilkan perawat generalis, Hasil penelitian ini sejalan dengan
sebagai perawat vokasional (Ahli Madya penelitian yang dilakukan oleh Ernita et al.
Keperawatan), dikembangkan dengan landasan (2015), menunjukkan bahwa pemberian
ilmu yang cukup dan profesi yang kukuh. discharge planning pada pasien TB memberikan
Perawat dengan latar belakang vokasional kesiapan yang baik bagi pasien dan keluarga
diharapkan memiliki tingkah laku, kemampuan, dalam menghadapi pemulangan (71,34%).
serta kompetensi dalam melaksanakan asuhan Serawati et al. (2015) juga, menunjukkan bahwa
atau praktik keperawatan secara profesional 94,6% pasien nifas menyatakan siap pulang ke
terutama dalam berkomunikasi. rumah setelah dilakukan discharge planning.
Selain itu, perawat yang memiliki Kesiapan tersebut antara lain dalam
pendidikan terakhir DIII Keperawatan mengkonsumsi obat sesuai dosis dan aturan
diharapkan mampu mengelola praktik pemakaian obat yang dianjurkan, serta
keperawatan yang dilakukan sesuai kebutuhan mengetahui tanda bahaya yang harus
pasien, serta memiliki kemampuan diwaspadai.
meningkatkan mutu asuhan keperawatan Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitri
dengan cara memanfaatkan IPTEK keperawatan et al. (2020), juga menunjukkan bahwa ada
yang maju secara tepat (Nursalam, 2011). perbedaan yang signifikan dalam skor rata-rata
Kemampuan kerja seseorang berkaitan erat kesiapan pulang pre test dan post test setelah
dengan tingkat pendidikan yang telah ditetapkan diberikan intervensi discharge planning model
untuk ditempuh sebagai tenaga perawat. Tenaga LIMA pada pasien diabetes melitus. Melalui
perawat yang memiliki pendidikan memadai discharge planning yang terstruktur dapat
sesuai profesinya diharapkan memiliki meningkatkan transisi perawatan pasien yang
kemampuan yang baik dalam memberikan optimal dari rumah sakit ke rumah. Discharge

doi.org/10.55681/saintekes.v2i3.122 320
ANDREAS AT AL. - VOLUME 2 NOMOR 3 (2023) 312 - 323

planning yang tidak memadai merupakan dan didukung dengan baik transisi ke perawatan
kontributor utama terhadap penurunan kualitas berbasis rumah (Weiss & Piancentine, 2006).
perawatan dan inefisiensi biaya perawatan Discharge planning memfasilitasi proses
kesehatan yang boros. Ketika pasien edukasi yang secara rutin selama pasien dirawat
dipulangkan dari rumah sakit, pasien akan di rumah sakit guna mempersiapkan pasien dan
menerima informasi yang beragam tentang keluarga memiliki pengetahuan dan
bagaimana melakukan perawatan di rumah keterampilan yang cukup memadai untuk dapat
secara mandiri, medikasi yang harus melakukan perawatan di rumah dengan baik.
dikonsumsi, gejala-gejala komplikasi yang Selain itu, discharge planning memberikan
harus diwaspadai, dan siapa petugas kesehatan tugas yang jelas masing-masing interdisiplin
yang dapat dihubungi jika mengalami kendala yang secara terintegrasi memberikan edukasi
dalam perawatan di rumah (Pettigout, 2015). informasi yang dibutuhkan oleh pasien dan
Kesiapan pulang pada penelitian ini keluarga dalam menghadapi pemulangan.
dinilai dengan menggunakan kuesioner Manajemen diri yang tepat saat pasien dirawat
Readiness for Hospital Discharge Scale di rumah sakit harus menjadi tolak ukur yang
(RHDS) yang dikembangkan oleh Weis dan disepakati oleh dokter atau penyedia perawatan
Piancetine (2006). Kuesioner RHDS meliputi 21 primer, perawat, dan pasien. Sangat penting
item pertanyaan yang mengukur persepsi pasien bahwa keterampilan manajemen diri yang benar
terhadap kesiapan pulang dari rumah sakit yang disampaikan agar pasien dengan batu ginjal
terdiri dari empat faktor kesiapan pulang, yaitu: dapat beralih ke rumah dengan ketrampilan yang
status personal, pengetahuan, kemampuan memadai dan diperlukan untuk merawat dirinya.
koping, dan dukungan. Status personal diartikan Implementasi yang baik dari discharge
sebagai pernyataan fisik-emosional pasien planning memungkinkan pasien untuk mandiri
segera sebelum pulang. Pengetahuan diartikan dalam perawatan diri sendiri dan memastikan
sebagai persepsi kecukupan informasi yang bahwa pasien dapat mengambil perawatan
dibutuhkan untuk menanggapi masalah dan tindak lanjut yang aman dan realistis setelah
masalah yang sama pada periode pasca rawat meninggalkan rumah sakit (Potter & Perry,
inap. Kemampuan koping mengacu pada 2006).
kemampuan yang dirasakan pasien untuk
mengatur sendiri kebutuhan perawatan pribadi SIMPULAN
dan kesehatan setelah dipulangkan. Dukungan 1. Karaktersitik pasien dengan batu ginjal di
yang diharapkan didefinisikan sebagai bantuan RSD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo
emosional dan instrumental yang diharapkan memiliki rata-rata usia (tahun) 47,00 dengan
tersedia setelah pasien keluar dari rumah sakit didominasi berjenis kelamin laki-laki,

doi.org/10.55681/saintekes.v2i3.122 321
ANDREAS AT AL. - VOLUME 2 NOMOR 3 (2023) 312 - 323

pekerjaan swasta, beragama Islam, statu DAFTAR PUSTAKA


perkawinan menikah, pendidikan terakhir Bontrager, K. L. (2014). Text Book of
Radiographic Positioning And Related
SMA/Sederajat dan penghasilan keluarga
Anatomy (8th ed.). Mosby Inc.
dalam sebulan Rp. 1.500.000 s/d Rp. Carpenito, L. J. (2009). Nursing Care & Plan
Documentation: Nursing diagnosis and
3.000.000.
Collaborative problems (5th ed.). Wolter
2. Karakteristik perawat di RSD dr. H. Kluwer Health.
Darliana, D. (2012). Discharge Planning in
Soemarno Sosroatmodjo memiliki rata-rata
Nursing; A Literature Review Devi
usia (tahun) 31,23 dan lama bekerja (tahun) Darliana. Idea Nursing Journal, 3(2), 32–
41. https://doi.org/10.52199/inj.v3i2.1579
6,13 dengan didominasi berjenis kelamin
Dharma, K. K. (2011). Metodologi Penelitian
perempuan dan pendidikan terakhir Diploma Keperawatan. Trans Info Media (TIM).
Ernita, D. ’., Rahmalia, S. ’., & Novayelinda, R.
III Keperawatan.
(2015). Pengaruh Perencanaan Pasien
3. Skor kesiapan pulang nilai rata-rata (mean) Pulang (Discharge Planning) yang
Dilakukan oleh Perawat terhadap
sesudah > sebelum, minimal sesudah >
Kesiapan Pasien Tb Paru Menghadapi
sebelum dan maksimal sesudah > sebelum. Pemulangan. Jurnal Online Mahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan
Sehingga dapat disimpulkan ada peningkatan
Universitas Riau, 2(1), 647–653.
skor kesiapan pulang setelah diberikan Fitri, E. Y., Andini, D., & Natosba, J. (2020).
Pengaruh Discharge Planning Model
intervensi discharge planning.
LIMA terhadap Kesiapan Pulang pada
4. Hasil analisis menggunakan uji paired t-test Pasien dengan Diabetes Melitus. Jurnal
Kepemimpinan Dan Manajemen
didapatkan p value < 0,05 yang artinya
Keperawatan, 3(1), 15.
adanya pengaruh secara signifikan discharge https://doi.org/10.32584/jkmk.v3i1.443
Fox, M. T., Persaud, M., Maimets, I., Brooks,
planning terhadap kesiapan pulang pasien
D., O’Brien, K., & Tregunno, D. (2013).
dengan batu ginjal di RSD dr. H. Soemarno Effectiveness of early discharge planning
in acutely ill or injured hospitalized older
Sosroatmodjo.
adults: a systematic review and meta-
5. Diharapkan pelaksanaan discharge planning analysis. BMC Geriatrics, 13, 70.
https://doi.org/10.1186/1471-2318-13-70
terus berjalan dalam memberikan asuhan
Hardvianty, C., Sundari, S., & Supartini, E.
keperawatan yang optimal, terstruktur, dan (2017). Evaluasi Pelaksanaan Discharge
Planning Di Rumah Sakit PKU
aplikatif sehingga memberikan manfaat
Muhammadiyah Gamping Yogyakarta
dalam mempertahankan kontinuitas Cynthia. Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, 59, 5–8.
perawatan lanjutan bagi pasien terutama
Ismail, M., Masran, S., Rahim, M., Faizal, A., &
dengan kondisi kronis maupun yang Marian, M. (2017). Development of
Electrical Discharge Machine Die Sinking
membutuhkan perawatan paliatif.
Application Using Android Platform.
Jurnal Pendidikan Teknologi Dan
Kejuruan, 23(4), 339–345.
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Hasil
Utama Riset Kesehata Dasar

doi.org/10.55681/saintekes.v2i3.122 322
ANDREAS AT AL. - VOLUME 2 NOMOR 3 (2023) 312 - 323

(RISKESDAS). Kementerian Kesehatan Pfau, A., & Knauf, F. (2016). Update on


RI, 44(8), 1–200. Nephrolithiasis: Core Curriculum 2016.
https://doi.org/10.1088/1751- American Journal of Kidney Diseases :
8113/44/8/085201 The Official Journal of the National
LeMone, B., & Bauldoff. (2016). Keperawatan Kidney Foundation, 68(6), 973–985.
Medikal Bedah. Penerbit Buku https://doi.org/10.1053/j.ajkd.2016.05.01
Kedokteran EGC. 6
Long, B. W. (2016). Merrill’s Atlas of Purnomo, B. B. (2016). Dasar-dasar Urologi
Radiographic Position and Radiologic (3rd ed.). CV. Sagung Seto.
Procedures Vol 2 (10th ed.). Mosby. Rasad. (2009). Radiologi Diagnostik. Buku
Mutaqqin, A., & Sari, K. (2014). Asuhan Penerbit FKUI.
Keperawatan Gangguan Sistem Ratna, A. (2017). Optimalisasi Pelaksanaan
Perkemihan. Salemba Medika. Discharge Planning melalui
Nordmark, S., Söderberg, S., & Skär, L. (2015). Pengembangan Model Discharge
Information exchange between registered Planning Terintegrasi Pelayanan
nurses and district nurses during the Keperawatan. Jurnal Keperawatan
discharge planning process: cross- Muhammadiyah, 2(1), 97–107.
sectional analysis of survey data. Serawati, A., Suryani, M., & Astuti, R. (2015).
Informatics for Health & Social Care, Pengaruh Perencanaan Pulang terhadap
40(1), 23–44. Kesiapan Pasien Pulang pada Pasien Ibu
https://doi.org/10.3109/17538157.2013.8 Nifas di RS Panti Wilasa Citarum
72110 Semarang. Karya Ilmiah, 1–9.
Notoatmodjo, S. (2015). Metodologi Penelitian Silalahi, M. K. (2020). Faktor-Faktor yang
Kesehatan. Rineka Cipta. Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit
Notoatmodjo. (2018). Metodologi Penelitian Batu Saluran Kemih Pada di Poli Urologi
Kesehatan. PT Asdi Mahasatya. RSAU dr. Esnawan Antariksa. Jurnal
Nursalam, N. (2020). Manajemen Keperawatan Ilmiah Kesehatan, 12(2), 205–212.
Aplikasi dalam Praktik Keperawatan https://doi.org/10.37012/jik.v12i2.385
Profesional (6th ed.). Salemba Medika. Syaifuddin. (2016). Anatomi Tubuh Manusia.
Pearce, E. C. (2013). Anatomi dan Fisiologi Salemba Medika.
untuk Paramedis. CV. Sagung Seto.

doi.org/10.55681/saintekes.v2i3.122 323

You might also like