Professional Documents
Culture Documents
Pengaruh Discharge Planning Terhadap Kesiapan Pulang Pasien Dengan Batu Ginjal Di RSD Dr. H. Soemarno Sosroatmodjo
Pengaruh Discharge Planning Terhadap Kesiapan Pulang Pasien Dengan Batu Ginjal Di RSD Dr. H. Soemarno Sosroatmodjo
Article Information
Article history: ABSTRACT
Received March 3, 2023 Discharge planning or discharge planning aims to maintain continuity of care at
Approved April 28, 2023 home after the patient is discharged. Effective discharge planning can ensure that
patients and families receive safe and realistic care after discharge from the
Keywords: hospital. This study aimed to determine the effect of discharge planning on
readiness to go home with kidney stones at RSD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo.
Discharge Planning, Readiness This study used a pre-experimental design with one group pretest and posttest
To Go Home, Kidney Stone
design. A sample of 16 people with purposive sampling technique. In this study
Patients
only treatment was carried out in one group. The effectiveness of the treatment
was assessed by comparing the post test and pre test. The results of this study
Kata Kunci: obtained p = 0.001 <0.05 with a mean value of post test > pre test, namely 159.70
Discharge Planning, Kesiapan > 129.50 with a difference 30.2, the maximum value of post test > pre test is 176
Pulang, Pasien Batu Ginjal > 149 with a difference 27, and the minimum value of post test > pre test that is
138 > 109 with a difference 29. Discharge planning can increase the readiness
score for patients with kidney stones at RSD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo. So
it is hoped that the implementation of discharge planning will continue providing
optimal, structured and applicable nursing care to provide benefits in maintaining
the continuity of advanced care for patients, especially those with chronic
conditions or those who need palliative care.
ABSTRAK
Discharge planning atau perencanaan pulang bertujuan untuk menjaga
kesinambungan perawatan di rumah setelah pasien dipulangkan. Perencanaan
pemulangan yang efektif dapat memastikan bahwa pasien dan keluarga
menerima perawatan yang aman dan realistis setelah keluar dari rumah sakit.
Tujuan dari penelitian ini ada untuk mengetahui pengaruh discharge planning
terhadap kesiapan pulang dengan batu ginjal di RSD dr. H. Soemarno
Sosroatmodjo. Penelitian ini menggunakan desain pra experiment dengan one
group pretest and posttest design. Sampel sebanyak 30 orang dengan teknik
purposive sampling. Pada penelitian ini hanya dilakukan perlakuan pada satu
kelompok. Efektifitas perlakuan dinilai dengan cara membandingkan post test
dan pre test. Hasil penelitian ini didapatkan p=0,001 < 0,05 dengan nilai mean
post test > pre test yaitu 159,70 > 129,50 dengan selisih 30,2, nilai maksimum
doi.org/10.55681/saintekes.v2i3.122 312
ANDREAS AT AL. - VOLUME 2 NOMOR 3 (2023) 312 - 323
post test > pre test yaitu 176 > 149 dengan selisih 27, dan nilai minimum post
test > pre test yaitu 138 > 109 dengan selisih 29. Discharge planning dapat
meningkatkan skor kesiapan pulang pasien dengan batu ginjal di RSD dr. H.
Soemarno Sosroatmodjo. Sehingga diharapkan pelaksanaan discharge planning
terus berjalan dalam memberikan asuhan keperawatan yang optimal, terstruktur,
dan aplikatif sehingga memberikan manfaat dalam mempertahankan
kontinuitas perawatan lanjutan bagi pasien terutama dengan kondisi kronis
maupun yang membutuhkan perawatan paliatif.
© 2022 SAINTEKES
PENDAHULUAN
Batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan pernah mengalami kondisi ini selama hidup
suatu keadaan terdapatnya batu (kalkuli) di mereka (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
ginjal. Batu ginjal terbentuk di ginjal kemudian Pasien dengan diagnosa medis Batu Ginjal yang
berada di kaliks, infudibukum, pelvis ginjal dan dirawat di ruang perawatan RSD dr. H.
bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks Soemarno Sosroatmodjo pada bulan Juni tahun
ginjal (Mutaqqin & Sari, 2014). Riwayat 2022 sebanyak 18 orang.
penyakit batu ginjal seseorang dapat Proses pembentukan batu ginjal atau
meningkatkan Penyakit Ginjal Kronis (PGK) nefrolitiasis adalah ketika konsentrasi garam
dikemudian hari tentunya cukup tidak larut dalam urine sangat tinggi, yaitu saat
mengkhawatirkan karena telah ditemukan urine yang supersaturasi (kental/pekat) akan
insiden resiko timbulnya (Ariyanto et al., 2018). mulai membentuk kristal-kristal padat, dan
Hal ini PGK sebanyak 200 kasus per satu juta menjadi suatu nucleus. Ketika nucleus sudah
penduduk di banyak negara (Delima et al., terbentuk, maka kristal akan terus bertambah
2017). besar dan berkembang sehingga menyebabkan
Prevalensi batu ginjal di negara Amerika pembentukan batu ginjal (LeMone & Bauldoff,
Serikat banyak terjadi kepada laki-laki sekitar 2016). Laki-laki rentan mengalami kejadian
16% dan wanita sekitar 8% pada usia 70 tahun batu ginjal karena dipengaruhi oleh serum
(Pfau & Knauf, 2016). Prevalensi batu ginjal testosteron yang menghasilkan peningkatan
adalah sebanyak 6 per 1000 penduduk atau produksi oksalat endogen oleh hati, rendahnya
1.499.400 penduduk Indonesia menderita batu serum testosteron pada perempuan dan anak-
ginjal. Sebagian besar kasus penyakit batu ginjal anak, serta gaya hidup yang kurang baik pada
dialami oleh orang-orang yang berusia 30-60 laki-laki (Silalahi, 2020).
tahun. Sebanyak 10% wanita dan 15% pria
doi.org/10.55681/saintekes.v2i3.122 313
ANDREAS AT AL. - VOLUME 2 NOMOR 3 (2023) 312 - 323
doi.org/10.55681/saintekes.v2i3.122 314
ANDREAS AT AL. - VOLUME 2 NOMOR 3 (2023) 312 - 323
diagnosa medis Batu Ginjal yang dirawat di dr. H. Soemarno Sosroatmodjo berdasarkan usia
ruang perawatan RSD dr. H. Soemarno (tahun) dengan nilai rata-rata (mean) 47,00, usia
Sosroatmodjo. Sampel yang digunakan masing- termuda 20 tahun dan usia tertua 71 tahun.
masing sebanyak 30 responden menggunakan 2. Karakteristik Pasien dengan Batu Ginjal di
teknik accidental sampling. RSD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo
Adapun kriteria inklusi yang digunakan Berdasarkan Jenis Kelamin, Pekerjaan,
adalah bersedia menjadi responden, pasien batu Agama, Status Pernikahan, Suku, Pendidikan
ginjal yang tidak memiliki penyakit penyerta Terakhir, dan Penghasilan Keluarga
lainnya, dan pasien bisa membaca dan menulis. Tabel 2. Karakteristik Pasien dengan Batu
Instrumen yang digunakan untuk menilai Ginjal di RSD dr. H. Soemarno
kesiapan pulang pasien adalah kuesioner RHDS Sosroatmodjo Berdasarkan Jenis Kelamin,
yang dilakukan secara closed question. Pekerjaan, Agama, Status Pernikahan,
Kuesioner ini terdiri dari 21 pertanyaan. Suku, Pendidikan Terakhir, dan
Masing-masing pertanyaan memiliki nilai 1-10 Penghasilan Keluarga (n=30)
sehingga total nilai kuesioner RHDS yaitu 1- Frekue Persenta
Variabel
210. nsi (n) se (%)
Jenis Kelamin
Penelitian ini dilakukan pada bulan
Laki-laki 21 70,0
Agustus sampai dengan November tahun 2022 Perempuan 9 30,0
di ruang perawatan RSD dr. H. Soemarno Pekerjaan
Buruh/Nelayan/Petani 6 20,0
Sosroatmojdo Tanjung Selor.
ASN/TNI/Polri 3 10,0
Swasta 12 40,0
HASIL DAN PEMBAHASAN IRT 8 26,7
1. Karakteristik Pasien dengan Batu Ginjal di Pensiunan 1 3,3
Agama
RSD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Islam 22 73,3
Berdasarkan Usia Katolik 1 3,3
Tabel 1. Karakteristik Pasien dengan Batu Kristen 7 23,3
Status Pernikahan
Ginjal di RSD dr. H. Soemarno
Belum Menikah 3 10,0
Sosroatmodjo Berdasarkan Usia (n=30) Menikah 27 90,0
Minimal- 95%CI Suku
Variabel Mean SD Bulungan 4 13,0
Maksimal
Usia 47,00 14,00 20 – 71 41,77 – Bugis 6 20,0
(tahun) 52,23 Dayak 7 23,3
Sumber: Data Primer, 2022 Jawa 9 30,0
Toraja 1 3,3
Berdasarkan tabel 1 didapatkan
Banjar 2 6,7
karakteristik pasien dengan Batu Ginjal di RSD Batak 1 3,3
doi.org/10.55681/saintekes.v2i3.122 315
ANDREAS AT AL. - VOLUME 2 NOMOR 3 (2023) 312 - 323
doi.org/10.55681/saintekes.v2i3.122 316
ANDREAS AT AL. - VOLUME 2 NOMOR 3 (2023) 312 - 323
doi.org/10.55681/saintekes.v2i3.122 317
ANDREAS AT AL. - VOLUME 2 NOMOR 3 (2023) 312 - 323
Sosroatmodjo rata-rata memiliki usia > 30 ginjal di RSD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo
tahun. Hasil penelitian ini sejalan dengan didominasi oleh pegawai swasta. Hal ini sesuai
penelitian yang dilakukan oleh Simanullang dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnomo
(2019) yang menunjukkan mayoritas pasien (2011), dimana penyakit batu ginjal sering
batu ginjal di Rumah Sakit Martha Friska dijumpai pada orang-orang yang banyak duduk
Medan 2015 sampai dengan 2017 mayoritas atau kurang aktifitas (sedentary life). Hal ini
berusia > 30 tahun. Hal ini bisa dipengaruhi oleh bukan berarti bahwa pekerjaan swasta lebih
faktor metabolisme dan gaya hidup. berisiko menderita batu ginjal, namun karena
Pada tabel 2 menunjukkan karakteristik mayoritas pasien batu ginjal yang berobat di
pasien batu ginjal di RSD dr. H. Soemarno RSD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo adalah
Sosroatmodjo berdasarkan jenis kelamin pegawai swasta.
didominasi oleh laki-laki. Hal ini sejalan dengan Hasil pengamatan dari peneliti bahwa
penelitian yang dilakukan oleh Simanullang untuk penderita batu ginjal bukan hanya
(2019) yang menunjukkan mayoritas pasien pekerjaan yang kebanyakan duduk atau kurang
batu ginjal di Rumah Sakit Martha Friska beraktivitas, tetapi yang banyak melakukan
Medan tahun 2015 sampai dengan 2017 aktivitas fisik juga banyak yang menderita batu
mayoritas laki-laki sebanyak 67,40%. Hasil ginjal, hal ini diakibatkan kurangnya
penelitian dari Siahaan (2013) juga menyatakan mengkonsumsi air minum. Hal ini didukung
bahwa 68,38% penderita batu ginjal adalah laki- oleh penelitian yang dilakukan Delima et al.
laki. (2017), yang menunjukkan bahwa konsumsi air
Panjang ureter manusia 20-30 cm, salurah minum ≤ 1000 ml/hari berisiko untuk
kemih laki-laki lebih sempit daripada wanita. mengalami batu ginjal.
Kebanyakan laki-laki lebih aktif beraktivitas Selain itu banyak faktor ekstrinsik lain
daripada wanita. Hormone testosterone yang yang dapat mempengaruhi timbulnya masalah
dimiliki laki-laki dapat meningkatkan produksi batu ginjal pada pasien di RSD dr. H. Seomarno
oksalat endogen di hati, sedangkan pada wanita Sosroatmodjo seperti air yang diminum, diet,
adanya hormone estrogen yang mampu kebiasaan menahan buang air kemih, keadaan
mencegah pertumbuhan garam kalsium, sosial ekonomi masyarakat. Penelitian yang
walaupun tidak 100%. Hal ini merupakan dilakukan oleh Anggraeny et al. (2021), akibat
beberapa faktor yang mempengaruhi laki-laki asupan cairan yang kurang dan tingkat dehidrasi
lebih berisiko daripada wanita. yang lebih tinggi karena melakukan pekerjaan
Karakteristik pasien batu ginjal di RSD dr. yang melelahkan serta memiliki gaya hidup
H. Soemarno Sosroatmodjo berdasarkan yang kurang baik meningkatkan terjadinya batu
pekerjaan menunjukkan bahwa pasien batu ginjal. Hasil penelitian tersebut juga
doi.org/10.55681/saintekes.v2i3.122 318
ANDREAS AT AL. - VOLUME 2 NOMOR 3 (2023) 312 - 323
doi.org/10.55681/saintekes.v2i3.122 319
ANDREAS AT AL. - VOLUME 2 NOMOR 3 (2023) 312 - 323
baik dibandingkan laki-laki. Menurut Robbins pelayanan medis dan tindakan keperawatan
(2006), jenis kelamin seseorang tidak memiliki sesuai kebutuhan pasien.
perbedaan yang signifikan dalam suatu kinerja 3. Pengaruh Discharge Planning terhadap
seseorang. Perbedaan cenderung pada faktor Kesiapan Pulang Pasien Batu Ginjal di RSD
psikologis, perempuan cenderung mematuhi dr. H. Soemarno Sosroatmodjo
otoritas yang diberikan sedangkan laki-laki Hasil uji paired t-test didapatkan nilai p
lebih agresif pada penghargaan sukses. value < 0,05 yang artinya Ha diterima dan H0
Karakteristik perawat di RSD dr. H. ditolak. Sehingga secara statistik ada pengaruh
Soemarno Sosroatmodjo berdasarkan discharge planning terhadap kesiapan pulang
pendidikan terakhir didominasi Diploma III pasien batu ginjal di RSD dr. H. Soemarno
Keperawatan. Program pendidikan DIII Sosroatmodjo.
Keperawatan menghasilkan perawat generalis, Hasil penelitian ini sejalan dengan
sebagai perawat vokasional (Ahli Madya penelitian yang dilakukan oleh Ernita et al.
Keperawatan), dikembangkan dengan landasan (2015), menunjukkan bahwa pemberian
ilmu yang cukup dan profesi yang kukuh. discharge planning pada pasien TB memberikan
Perawat dengan latar belakang vokasional kesiapan yang baik bagi pasien dan keluarga
diharapkan memiliki tingkah laku, kemampuan, dalam menghadapi pemulangan (71,34%).
serta kompetensi dalam melaksanakan asuhan Serawati et al. (2015) juga, menunjukkan bahwa
atau praktik keperawatan secara profesional 94,6% pasien nifas menyatakan siap pulang ke
terutama dalam berkomunikasi. rumah setelah dilakukan discharge planning.
Selain itu, perawat yang memiliki Kesiapan tersebut antara lain dalam
pendidikan terakhir DIII Keperawatan mengkonsumsi obat sesuai dosis dan aturan
diharapkan mampu mengelola praktik pemakaian obat yang dianjurkan, serta
keperawatan yang dilakukan sesuai kebutuhan mengetahui tanda bahaya yang harus
pasien, serta memiliki kemampuan diwaspadai.
meningkatkan mutu asuhan keperawatan Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitri
dengan cara memanfaatkan IPTEK keperawatan et al. (2020), juga menunjukkan bahwa ada
yang maju secara tepat (Nursalam, 2011). perbedaan yang signifikan dalam skor rata-rata
Kemampuan kerja seseorang berkaitan erat kesiapan pulang pre test dan post test setelah
dengan tingkat pendidikan yang telah ditetapkan diberikan intervensi discharge planning model
untuk ditempuh sebagai tenaga perawat. Tenaga LIMA pada pasien diabetes melitus. Melalui
perawat yang memiliki pendidikan memadai discharge planning yang terstruktur dapat
sesuai profesinya diharapkan memiliki meningkatkan transisi perawatan pasien yang
kemampuan yang baik dalam memberikan optimal dari rumah sakit ke rumah. Discharge
doi.org/10.55681/saintekes.v2i3.122 320
ANDREAS AT AL. - VOLUME 2 NOMOR 3 (2023) 312 - 323
planning yang tidak memadai merupakan dan didukung dengan baik transisi ke perawatan
kontributor utama terhadap penurunan kualitas berbasis rumah (Weiss & Piancentine, 2006).
perawatan dan inefisiensi biaya perawatan Discharge planning memfasilitasi proses
kesehatan yang boros. Ketika pasien edukasi yang secara rutin selama pasien dirawat
dipulangkan dari rumah sakit, pasien akan di rumah sakit guna mempersiapkan pasien dan
menerima informasi yang beragam tentang keluarga memiliki pengetahuan dan
bagaimana melakukan perawatan di rumah keterampilan yang cukup memadai untuk dapat
secara mandiri, medikasi yang harus melakukan perawatan di rumah dengan baik.
dikonsumsi, gejala-gejala komplikasi yang Selain itu, discharge planning memberikan
harus diwaspadai, dan siapa petugas kesehatan tugas yang jelas masing-masing interdisiplin
yang dapat dihubungi jika mengalami kendala yang secara terintegrasi memberikan edukasi
dalam perawatan di rumah (Pettigout, 2015). informasi yang dibutuhkan oleh pasien dan
Kesiapan pulang pada penelitian ini keluarga dalam menghadapi pemulangan.
dinilai dengan menggunakan kuesioner Manajemen diri yang tepat saat pasien dirawat
Readiness for Hospital Discharge Scale di rumah sakit harus menjadi tolak ukur yang
(RHDS) yang dikembangkan oleh Weis dan disepakati oleh dokter atau penyedia perawatan
Piancetine (2006). Kuesioner RHDS meliputi 21 primer, perawat, dan pasien. Sangat penting
item pertanyaan yang mengukur persepsi pasien bahwa keterampilan manajemen diri yang benar
terhadap kesiapan pulang dari rumah sakit yang disampaikan agar pasien dengan batu ginjal
terdiri dari empat faktor kesiapan pulang, yaitu: dapat beralih ke rumah dengan ketrampilan yang
status personal, pengetahuan, kemampuan memadai dan diperlukan untuk merawat dirinya.
koping, dan dukungan. Status personal diartikan Implementasi yang baik dari discharge
sebagai pernyataan fisik-emosional pasien planning memungkinkan pasien untuk mandiri
segera sebelum pulang. Pengetahuan diartikan dalam perawatan diri sendiri dan memastikan
sebagai persepsi kecukupan informasi yang bahwa pasien dapat mengambil perawatan
dibutuhkan untuk menanggapi masalah dan tindak lanjut yang aman dan realistis setelah
masalah yang sama pada periode pasca rawat meninggalkan rumah sakit (Potter & Perry,
inap. Kemampuan koping mengacu pada 2006).
kemampuan yang dirasakan pasien untuk
mengatur sendiri kebutuhan perawatan pribadi SIMPULAN
dan kesehatan setelah dipulangkan. Dukungan 1. Karaktersitik pasien dengan batu ginjal di
yang diharapkan didefinisikan sebagai bantuan RSD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo
emosional dan instrumental yang diharapkan memiliki rata-rata usia (tahun) 47,00 dengan
tersedia setelah pasien keluar dari rumah sakit didominasi berjenis kelamin laki-laki,
doi.org/10.55681/saintekes.v2i3.122 321
ANDREAS AT AL. - VOLUME 2 NOMOR 3 (2023) 312 - 323
doi.org/10.55681/saintekes.v2i3.122 322
ANDREAS AT AL. - VOLUME 2 NOMOR 3 (2023) 312 - 323
doi.org/10.55681/saintekes.v2i3.122 323