You are on page 1of 31

I.

TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari Proses Pulping dari bahan pembuat Pulp
menggunakan natrium hidroksida.
2. Menguji bilangan kappa sampel Pulp.

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian Pulp dan kertas
Pulp merupakan hasil dari proses peleburan kayu atau bahan
berserat lainnya baik secara mekanis, kimia, maupun semikimia
sebagai bahan dasar pembuatan kertas dan turunan selolusa lainnya
seperti sutera rayon dan selofan. Pulp terdiri dari serat-serat, seperti
selulosa dan hemiselulosa yang merupakan bahan baku pembuatan
kertas (Amelia dkk, 2021).
Pulping adalah usaha untuk mendapatkan serat-serat dengan
cara melarutkan lignin semaksimal mungkin. Tujuan utama dari
proses Pulping adalah mendapatkan serat sebanyak mungkin yang
diindikasikan dengan nilai rendemen yang tinggi dengan kandungan
lignin seminimal mungkin, yang diuraikan oleh nilai bilangan
kappa. Delignifikasi adalah peristiwa yang terjadi saat proses
pulping dimana lignin terdegradasi menjadi molekul yang lebih
kecil dan dapat larut pada lindi hitam (Arista et al, 2022).
Kertas pada umumnya terbuat dari bahan baku kayu. Kayu-
kayu yang dipergunakan adalah kayu yang memiliki kandungan
serat yang banyak dan sebagian memiliki sedikit kandungan air. Di
sisi lain bahan baku kertas makin lama makin terbatas, penggunaan
kayu hutan seperti pinus sebagai bahan baku pulp dan kertas
menimbulkan banyak masalah seperti isu pemanasan global,
penggundulan hutan dan kecepatan tumbuh yang jauh lebih lamban
serta semakin menipisnya cadangan kayu dan luas hutan di
Indonesia (Tulak dkk,2022).

1
2

B. Proses Pulp
Proses pembuatan pulp kraft merupakan proses yang umum
digunakan industri pulp di Indonesia dengan kelebihan lainnya yaitu
menghasilkan pulp dengan kekuatan tinggi, efisien pada banyak
jenis kayu, toleran terhadap kulit kayu, serta efisien dalam siklus
pemulihan bahan kimia (Kardiansyah dan susi ,2020).
Pembuatan pulp diklasifikasikan menjadi tiga jenis proses
yaitu proses mekanis, semi-kimia, dan kimia. Pemilihan jenis proses
tersebut tergantung spesies kayu yang tersedia dan penggunaan
akhir dari pulp yang diproduksi. Proses pembuatan pulp dengan
kimia paling banyak dilakukan hampir di seluruh dunia. Proses ini
melarutkan lebih banyak lignin dibandingkan dengan proses yang
lain. Selama proses pembuatan pulp, serpihan kayu dipisahkan
menjadi serat selulosa individu untuk menghilangkan lignin dari
kayu. Pembuatan pulp secara kimia yaitu kraft, soda, dan sulfit
menggunakan larutan kimia berair, suhu tinggi, dan tekanan untuk
mengisolasi serat pulp. Proses pembuatan kraft menggunakan
pemasak alkali yag terdiri dari sodium hidroksida (NaOH) dan
sodium sulfida (Na2S) untuk melarutkan lignin kayu, sementara
proses soda hanya menggunakan sodium hidroksida (NaOH)
(Paminto et al, 2020).

C. Delignifikasi
Delignifikasi atau pengurangan lignin dapat dilakukan secara
kimia, yaitu menggunakan asam atau basa. Delignifikasi bertujuan
untuk mengubah atau merusak struktur dari komponen penyusun
pada biomassa sehingga memudahkan enzim untuk menghidrolisis
menjadi monomer-monomer gula. Metode delignifikasi mengacu
pada proses pelarutan dan pemisahan satu atau lebih komponen-
komponen dari bahan (biomassa) sehingga pada ikatan komponen
3

bahan tersebut menjadi longgar dan memudahkan bahan kimia


ataupun biologi masuk kemudian menguraikannya (Susmiati, 2018).
Delignifikasi secara basa biasanya menggunakan basa seperti
natrium, kalium, kalsium, dan amonia pada temperatur dan tekanan
tertentu dengan tujuan untuk mendegradasi ester dan ikatan samping
glikosida pada material sehingga menyebabkan kerusakan struktur
lignin, pembengkakan selulosa, dan dekristalisasi. (Hargono
dkk,2021)
Proses delignifikasi adalah untuk mengurangi kadar lignin pada
bahan berlignoselulose. Proses delignifikasi dilakukan dengan
melarutkan kandungan lignin di dalam bahan sehingga
mempermudah proses pemisahan lignin dari serat. Pada proses ini
akan terjadi konversi 2 lignoselulosa menjadi senyawa gula. Jika
dibandingkan dengan larutan asam, larutan basa mempunyai hasil
yang lebih baik untuk proses delignifikasi (Sriana et al., 2021)

D. Faktor-Faktor Pulp
faktor–faktor yang mempengaruhi pembuatan pulp antara lain
sebagai berikut: (harahap.2021)
1. Konsentrasi Pelarut Semakin tinggi konsentrasi larutan
pemasak maka semakin banyak selulosa yang larut dalam
pelarut sehingga dapat berpengaruh dalam pemisahan dan
penguraian selulosa.
2. Perbandingan Cairan Pemasak terhadap Bahan Baku
Perbandingan cairan pemasak terhadap bahan baku haruslah
memadai agar pecahan – pecahan lignin sempurna dalam
proses degradasi dan dapat larut sempurna dalam cairan
pemasak. Perbandingan yang terlalu kecil dapat menyebabkan
terjadinya redeposisi lignin sehingga dapat meningkatkan
bilangan kappa (kualitas pulp rendah).
4

3. Temperatur Pemasakan Temperatur pemasakan berhubungan


dengan laju reaksi. Temperatur yang tinggi dapat
menyebabkan terjadinya pemecahan makromolekul yang
semakin 13 banyak, sehingga produk yang larut dalam larutan
pemasak pun akan semakin banyak.
4. Waktu Pemasakan Semakin lama waktu pemasakan, maka
kandungan lignin dalam pulp tinggi. Hal ini dikarenakan lignin
yang sudah terpisah dari bahan baku pulp dengan bantuan
larutan pemasak akan kembali larut dan menyatu dengan
bahan baku pulp sehingga sulit untuk dipisahkan kembali.
Waktu pemasakan yang lama dapat menyebabkan terjadinya
degradasi selulosa semakin besar sehingga rendemennya
rendah.
5. Ukuran Bahan Baku Ukuran bahan baku yang berbeda
menyebabkan luas kontak antar bahan baku dengan larutan
pemasak berbeda. Semakin kecil ukuran bahan baku akan
menyebabkan luas kontak antar bahan baku dengan larutan
pemasak semakin luas sehingga reaksi yang terjadi akan lebih
baik.

E. Hemiselulosa
Hemiselulosa merupakan polimer dari polisakarida heterogen
yang dibentuk melalui biosintesis yang berbeda dari selulosa.
Adapun beberapa sifat kimia penting dari hemiselulosa terkait
dengan pengolahan biomassa antara lain adalah sedikit larut dalam
air, larut dalam alkali, larut dan terhidrolisis oleh asam, serta dapat
larut dengan larutan basa dingin (Ezsanita, 2021).
Hemiselulosa merupakan senyawa yang berbentuk melalui
proses biosisntesis yang sedikit berbeda dengan proses
pembentukan selulosa sehingga membuat pengelompokan antara
selulosa dan hemiselulosa juga berbeda . Hemi selulosa dapat
5

dikelompokkan kedalam heteropolisakarida sedangkan selulosa


dapat dikelompokkan kedalam homopolisakarida. (Barmi dkk,2018)

F. Lignin
Lignin dapat diklasifikasikan sebagai lignin asli dan teknis.
Lignin asli adalah lignin asli struktur dalam lignoselulosa tanpa
modifikasi apapun. Sedangkan technical lignin dikenal dengan
istilah modified lignin, diekstraksi dari biomassa atau diisolasi dari
produk sampingan industri. Teknis yang khas Lignin dapat
dikategorikan sebagai lignin kraft, lignin hidrolisis, lignin
organosolv, dan lignin pirolitik. Ini dapat langsung digunakan
sebagai bahan baku untuk produksi produk akhir karena situs aktif
saat ini dari gugus hidroksil alifatik dan aromatik. (Nurfajrin
dkk,2021)
Lignin merupakan polimer alami yang memiliki fungsi utama
sebagai perekat pada lapisan tumbuhan. Lignin memiliki memiliki
gugus hidroksi, karbonil, dan metoksi serta memiliki kelarutan yang
rendah terhadap air sehingga berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai
perekat, plastik biodegradable dan surfaktan pada sistem Enhanced
Oil Recovery (EOR). Berdasarkan kandungan kimia, lignin
merupakan potensi utama yang terdapat pada TKKS. Lignin
merupakan komponen makromolekul kayu ketiga yang berikatan
secara kovalen dengan selulosa dan hemiselulosa. Lignin ada di
dalam dinding sel maupun di daerah antar sel (lamela tengah) dan
menyebabkan kayu menjadi keras dan kaku sehingga mampu
menahan tekanan mekanis yang besar. Lignin dapat diisolasi dari
bahannya sebagai lignin preparatip atau turunan lignin
(pseudolignin), tetapi sifat protolignin yang asli sulit didapat.
(Pramana dkk,2020)
6

G. Pektin
Pektin tersusun atas protopektin, asam pektinat dan asam pektat.
Protopektin adalah senyawa pektin pada tanaman yang masih muda
atau pada buah–buahan yang belum matang. Protopektin tidak larut
dalam air. Namun apabila dipanaskan dalam air yang terdapat asam,
maka protopektin dapat diubah menjadi pektin dan terdispersi dalam
air. Protopektin akan menjadi pektin yang larut karena adanya
hidrolisis asam, secara enzimatis dan secara fisis oleh pemanasan.
Hasil dari hidrolisis adalah asam pektinat (Nurhadiansyah, 2020).
H. Bilangan Kappa
Bilangan kappa adalah suatu indeks praktis yang digunakan
dalam pabrik atau laboratorium yang menyatakan derajat
delignifikasi. Bilangan kappa tinggi berarti kadar lignin tinggi pula.
(Teuku,2022)
Uji bilangan kappa dapat dihitung menggunakan persamaan
sebagai berikut (Budi dkk,2022) :
𝑉𝑏−𝑉𝑝
K= xd
𝑤
𝑉𝑏−𝑉𝑝
(0,00093 𝑥 )
d=10 0,3−0,5

Keterangan :
K = nilai bilangan kappa
Vb = volume blanko (mL)
Vp = volume titrasi dengan Na2S2O3 (mL)
w = berat sampel pulp (g)
I. Soda Pulping
Proses soda atau soda pulping adalah metode pembuatan pulp
kimia dengan menggunakan natrium hidroksida sebagai bahan
kimia Larutan NaOH juga dipercaya dapat memutuskan ikatan antar
serat sehingga dapat mempercepat proses pembuatan pulp. Selain
itu, limbah hasil pembuatan pulp menggunakan proses soda tidak
7

berbahaya karena tidak menimbulkan pencemaran lingkungan


(Holm dan Niklasson, 2018).
Soda pulping adalah proses ekstraksi lignin dari kayu dan
berbagai tumbuhan tahunan, termasuk ampas tebu, spesies jerami
yang berbeda,biji rami, rami, dan bambu pada skala industri . Lignin
alami juga secara hidrolitik dipecah menjadi partikel kecil yang larut
dalam bahan kimia memasak yang sangat basa. Soda pulping telah
digunakan untuk membuat berbagai pulp alami non-kayu secara
efektif, termasuk bambu Gigantochloa Apus dan bambu Nigeria
(Nurina dkk,2022).
Soda pulping adalah proses kimia menggunakan
natriumhidroksida sebagai bahan kimia aktif untuk menghasilkan
pulp dari bahan lignoselulosa. Soda pulping hanya merupakan
bagian kecil teknik pulping yang digunakan secara komersial untuk
pulping kayu tetapi merupakan proses yang disukai untuk
pembuatan pulp tanaman tahunan.Soda pembuatan pulp
menggunakan natrium hidroksida (NaOH) sebagai bahan kimia aktif
di bawah tekanan tinggi dan suhu jauh di atas titik didih titik cairan
pemasak, biasanya antara 150–170 °C.Ini mencapai pembengkakan
serat untuk meningkatkan aksesibilitas dari bahan kimia memasak
dan untuk penetrasi yang lebih baik ke dalam mentah bahan
(Lemma et al., 2023).
J. Jerami

Jerami adalah bagian tanaman padi yang tersisa di lahan


berupa batang dan daun. Jumlah jerami setiap tahunnya dari
kegiatan panen di Indonesia diperkirakan rata-rata sebesar 20 juta
ton per tahun ( Istiqomah dkk, 2022).

Jerami bukan benda yang asing di lingkungan persawahan,


apalagi setelah panen, tetapi pemanfaatannya kurang maksimal.
Limbah alam seperti jerami sungguh memiliki potensi yang baik jika
8

digunakan atau diolah secara maksimal karena selain untuk


menambah nilai guna, juga berpotensi meningkatkan ekonomi
masyarakat setempat. Kertas menjadi solusi yang dipilih sebagai
bentuk implementasi pengolahan limbah jerami. Jerami padi
mengandung serat berligno selulosik, artinya suatu bahan yang
mengandung serat dan lignin. Jerami merupakan bahan yang sangat
potensial untuk diolah manusia. Jerami menjadi salah satu bahan
yang dirasa tepat untuk menjadi pengganti kayu yang merupakan
bahan dasar pembuat kertas, dengan sifat-sifatnya yang memenuhi
untuk dapat dijadikan produk kertas dengan nilai jual yang lebih
tinggi. Peranan dimensi serat (panjang serat, diameter serat, dan
tebal dinding serat) pada bahan baku kertas mempunyai hubungan
satu dengan lainnya, yang kompleks dan mempunyai pengaruh
terhadap sifat-sifat fisik kertas, seperti kepadatan, kekuatan,
fleksibilitas, kelicinan, dan. Pembuatan kertas berbahan limbah
jerami sangat potensial untuk dipraktikkan dan dikembangkan
karena jerami juga memiliki kadar selulosa yang cukup untuk
membuat kertas ( Kartikasari dkk, 2022).
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Berikut merupakan alat yang digunakan pada praktikum teknologi
bahan alam pulp dan kertas.
Tabel 1. Alat pada praktikum teknologi bahan alam pulp dan kertas
No. Nama Alat Volume (mL) Jumlah
1. Buret 50 1
2. Botol Kaca - 5
3. Corong - 1
4. Erlenmeyer 50 1
5. Gelas Beker 250 ; 600 3;2
6. Gelas Ukur 250 1
7. Hot Plate - 1
8. Kaca Arloji - 1
9. Karet Hisap - 1
10. Kertas Saring - 10
11. Labu Ukur 50 1
12. Oven - 1
13. Panci - 1
14. Pengaduk Kaca - 2
15. Pipet tetes - 1
16. Pipet Volume 25 1
17. Stirrer - 1
18. Termometer - 1
19. Timbangan Digital - 1

9
10

B. Bahan
Berikut merupakan bahan yang digunakan pada praktikum teknologi
bahan alam pulp dan kertas.
Tabel 2. Bahan pada praktikum teknologi bahan alam pulp dan kertas.
No. Nama Massa Volume Kadar Densitas Produsen
Bahan (g) (mL) (%) (g/mL)

1. Aquades - Secukupnya - - Ajax


2. H2SO4 2,77 2,5 - 1,8 Merck
3. Jerami 2,5 - - Petani
Padi
4. KMnO4 0,0079 25 - 2,703 Merck
5. Na2S2O3 12,4 500 - 1,67 Merck
6. KI 0,996 6 - 3,12 Merck
7. NaOH 3 50 6 2,13 Merck
11

C. Gambar Alat
a. Pembuatan Pulp Kertas
Berikut ini merupakan gambar alat pembuatan pulp dan kertas
pada praktikum teknologi bahan alam pulp dan kertas.

Gambar 2. Rangkaian alat pemanasan yang digunakan untuk


percobaan pembuatan pulp dari Jerami.

Keterangan :
1. Botol kaca
2. Hot plate
3. Panci
4. Termometer
12

b. Titrasi
Berikut ini merupakan gambar alat titrasi pada praktikum
teknologi bahan alam pulp dan kertas.

Gambar 3. Rangkaian alat titrasi pada praktikum pulp dan kertas

Keterangan:
1. Buret
2. Gelas beker
3. Klem
4. Kran
5. Statif
IV. CARA KERJA
Berikut merupakan cara kerja pada praktikum teknologi bahan alam pulp
dan kertas.
1. Persiapan Alat dan Bahan
Jerami pelepasan pektin dipotong-potong kemudian di cuci, setelah itu
dikeringkan.
2. Pembuatan Blanko Gelas beker berukuran 600 mL tambahkan aquades
sebanyak 210 mL, kemudian ditambahkan 25 mL larutan KMnO4 dan
25 mL larutan H2SO4 setelah itu diaduk selama 10 menit dengan
menggunakan stirrer. Setelah 10 menit, larutan ditambahkan dengan
larutan KI sebanyak 6 mL. Setelah itu, larutan dititrasi dengan larutan
Na2S2O3 yang telah dimasukkan ke dalam buret hingga terjadi
perubahan warna dari warna ungu menjadi bening lalu dicatat
volumenya.
3. Proses Pulping Jerami ditimbang menggunakan timbangan digital
sebanyak 2,5 gram lalu dimasukkan ke dalam gelas beker ukuran 250
mL dan ditambahkan dengan larutan NaOH variasi 6% atau 3 gram
kemudian diaduk selama 5 menit hingga merata. Setelah itu
dipindahkan ke dalam botol kaca untuk mulai melakukan proses
pulping. Panci yang telah ditambahkan minyak goreng secukupnya
dipanaskan dengan menggunakan hot plate hingga suhu mencapai
100°C dengan termometer, setelah suhu mencapai 100°C, botol kaca
yang berisikan larutan NaOH dan jerami dimasak dengan variasi waktu
30, 60, 90, 120, dan 150 menit. Setelah mencapai variasi waktu yang
telah ditentukan, jerami yang telah dipanaskan dikeluarkan dan
didinginkan hingga mencapai suhu ruang. Setelah itu residu dan filtrat
disaring menggunakan kertas saring dan dicuci dengan aquades.
Kemudian pulp diletakkan pada loyang lalu dioven pada suhu 60°C
selama 30 menit.
4. Penentuan Bilangan Kappa Sampel pulp kering jerami diletakkan ke
dalam gelas beker ukuran 600 mL kemudian ditambahkan dengan 230

13
14

mL aquades, 25 mL. larutan KMnO4 dan 25 mL larutan H2SO4.


Kemudian larutan diaduk selama 10 menit dengan menggunakan
stirrer. Setelah 10 menit, larutan ditambahkan dengan 6 mL larutan KI
kemudian dititrasi dengan larutan Na2S2O3 yang telah dimasukkan ke
dalam buret hingga terjadi perubahan warna dari warna ungu menjadi
bening. Ulangi percobaan pada setiap variasi waktu yang telah
ditentukan yaitu 30, 60, 90, 120, dan 150 menit. Kemudian dicatat
volumenya.
V. DIAGRAM ALIR
Berikut merupakan diagram alir praktikum teknologi bahan alam pulp
dan kertas.
1. Persiapan Bahan Dengan Pelepasan Pektin
Jerami Padi Dipotong Dicuci Dikeringkan
i
Di ekstraksi dengan HCL selama 4 jam Dikeringkan
Gambar 3. Diagram alir persiapan bahan.

2. Pembuatan Blanko

Aquades 210 mL

KMnO4 25 mL Gelas Beker 600 mL H2SO4 25 mL

Stirrer Selama 10 Menit

KI 6 mL

Gelas Beker Larutan Na2S2O3 Buret

Dititrasi

Hingga terjadi perubahan warna dari warna ungu menjadi bening

Catat Volume

Gambar 4. Diagram alir pembuatan blanko

15
16

3. Proses pulping

Sampel Jerami
Gelas Beker 250 NaOH 50 mL
2,5 gram mL

Diaduk selama 5 menit

Botol Kaca

Dipanaskan selama
Hot Plate 30,60,90,120, dan 150
menit pada suhu 120◦C

Disaring menggunakan kertas


saring dan dicuci dengan aquades

Loyang

Dipanaskan selama
Oven 30 menit dengan
suhu 60◦C

Gambar 5. Diagram alir proses pulping


17

4. Penentuan Bilangan Kappa

KMnO4 25 mL
+ Sampel
Gelas beker 600
H2SO4 25 Ml Kering pulp
mL
jerami
+
Aquades 210 mL
Stirrer Selama 10 Menit

KI 6 mL

Gelas Beker Larutan Na2SO2O3 Buret

Dititrasi

Hingga terjadi perubahan warna dari warna ungu menjadi bening

Catat Volume

Gambar 6. Diagram alir penentuan bilangan kappa


VI. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

A. Data Percobaan
Berikut ini merupakan data hasil praktikum teknologi bahan alam
pulp dan kertas yang telah dilakukan dengan variasi NaOH 6%.

Tabel 3. Hasil Percobaan Praktikum Pulp dan Kertas dengan NaOH.


Massa Massa
Titrasi Titrasi Selisih Titrasi
Waktu Pulp Pulp Faktor Bilangan Kadar
No Blanko Sampel Blanko dan
(menit) Kering Basah Koreksi Kappa Lignin
(ml) (ml) Sampel (ml)
(gram) (gram)
1 30 2,5 2,922 29 20 9 0,99961 3,59860 0,53979
2 60 2,5 2,643 29 20,5 8,5 0,99963 3,39876 0,50981
3 90 2,5 2,344 29 23 6 0,99974 2,39938 0,35991
4 120 2,5 2,005 29 24 5 0,99978 1,99957 0,29994
5 150 2,5 1,701 29 26,5 2,5 0,99989 0,99989 0,14998

B. Pembahasan
Pada praktikum yang telah dilakukan mengunakan bahan berupa
jerami dengan NaOH 2,5%. Proses dilakukan secara chemical pulping
dengan metode soda menggunakan natrium hidroksida. NaOH berperan
sebagai larutan pemasak yang berfungsi mendegradasi lignin untuk
mempermudah pemisahan terhadap selulosa.

Berikut persamaan bilangan kappa:


(Vb−Vp)×d
Bilangan Kappa=
𝑚

Dimana :
Vb = Volume titrasi blanko
Vp = Volume titrasi sampel
d = Faktor koreksi
m = Massa pulp kering

18
19

Berikut merupakan persamaan kandungan lignin:


Kandungan lignin = 0,15 × Bilangan kappa ....... (2)

Berikut merupakan grafik hasil percobaan praktikum pulp dan


kertas dari jerami:

Gambar 7. Grafik hubungan pengaruh waktu pemasakan terhadap bilangan


kappa.

Dari praktikum yang telah dilakukan dengan berbagai variasi


waktu diperoleh hasil yaitu pada variasi 30 menit diperoleh bilangan kappa
sebesar 3,59860 dan kadar lignin sebesar 0,53979%. Pada variasi waktu
60 menit diperoleh bilangan kappa sebesar 3,39876 dan kadar lignin
sebesar 0,50981%. Pada variasi waktu 90 menit diperoleh bilangan kappa
sebesar 2,39938 dan kadar lignin sebesar 0,35991%. Pada variasi waktu
120 menit diperoleh bilangan kappa sebesar 1,99957 dan kadar lignin
sebesar 0,29994%. Pada variasi waktu 150 menit diperoleh bilangan kappa
sebesar 0,99989 dan kadar lignin sebesar 0,14998%.
Dari gambar 7 grafik dapat diketahui bahwa hubungan antara
waktu pemasakan dengan bilangan kappa berbanding terbalik. Semakin
lama waktu pemasakan maka bilangan kappa akan semakin kecil.
Bilangan kappa yang semakin kecil menunjukkan bahwa lignin yang
20

terlepas semakin besar begitu juga sebaliknya. Semakin tinggi tekanan


yang diberikan, maka kandungan lignin akan semakin meningkat. Dan
juga semakin tinggi konsentrasi dari NaOH maka, kandungan selulosa
akan semakin meningkat. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
penambahan basa alkali berupa NaOH yang mempermudah pemutusan
ikatan senyawa lignin. Matsushita et al (2004), menyatakan bahwa
adanya peningkatan kadar lignin terjadi karena struktur lignin lisis yang
mengakibatkan molekulnya sebagian terkondensasi dan mengendap.
Adanya molekul lignin yang terendapkan akan berpengaruh pada
akumulasi bobot molekul rata-rata dan menyebabkan naiknya bobot
molekul lignin. Kadar lignin dipengaruhi juga oleh NaOH, penambahan
NaOH akan menyebabkan penurunan kadar lignin.

Ada faktor-faktor yang mempengaruhi pada saat pembuatan pulp


antara lain konsentrasi larutan pemasak, dengan konsentrasi pemasak yang
besar maka larutan pemasak yang bereaksi dengan lignin juga semakin
banyak. Namun konsentrasi larutan pemasak yang terlalu tinggi akan
menyebabkan terjadinya degradasi pada selulosa. Suhu, semakin tinggi
suhu pemasakan maka kadar lignin akan semaki menurun hal ini
dikarenakan suhu pemasakan yang tinggi dapat mempercepat pemutusan
ikatan lignin dari lignoselulosa dan pada praktikum percobaan digunakan
suhu 120℃ dimana suhu tersebut sudah cukup tinggi. Waktu pemasakan,
semakin lama waktu pemasakan maka derajat delignifikasi akan
meningkat namun pada suhu dan konsentrasi yang tinggi dengan waktu
pemasakan yang lama akan menurunkan derajat delignifikasi. Ukuran
bahan, bahan dengan ukuran yang kecil tetapi memiliki pori yang besar
akan mempunyai luas kontak yang yang besar pula sehingga perpindahan
massa berlangsung lebih cepat. Kecepatan pengadukan, semakin cepat
pengadukan maka tumbukan antar zat-zat yang bereaksi akan semakin
besar sehingga reaksi berjalan dengan cepat dan lebih baik.
21

Pada praktikum percobaan yang telah dilakukan terdapat


perbedaan hasil dengan kelompok 4A. Kelompok 3C pada menit ke 30
menit bilangan kappa sebesar 3,59860 dengan kadar lignin sebesar
0,53979. Sedangkan pada kelompok 4A pada menit ke 30 menit bilangan
kappa sebesar 6,1160 dengan kadar lignin sebesar 0,91740. Kelompok 3E
pada menit ke 60 menit bilangan kappa sebesar 3,39876 dengan kadar
lignin sebesar 0,50981. Sedangkan pada kelompok 4A pada menit ke 60
menit bilangan kappa sebesar 5,9162 dengan kadar lignin sebesar 0,88743.
Kelompok 3E pada menit ke 90 menit bilangan kappa sebesar 2,39938
dengan kadar lignin sebesar 0,35991. Sedangkan pada kelompok 4A pada
menit ke 90 menit bilangan kappa sebesar 5,1971 dengan kadar lignin
sebesar 0,77956. Kelompok 3E pada menit ke 120 menit bilangan kappa
sebesar 1,99957 dengan kadar lignin sebesar 0,29994. Sedangkan pada
kelompok 4A pada menit ke 120 menit bilangan kappa sebesar 5,1971
dengan kadar lignin sebesar 0,77956. Kelompok 3E pada menit ke 150
menit bilangan kappa sebesar 0,99989 dengan kadar lignin sebesar
0,14998. Sedangkan pada kelompok 4A pada menit ke 150 menit bilangan
kappa sebesar 3,8384 dengan kadar lignin sebesar 0,57576. Tanpa
pelepasan pektin Kandungan lignin yang dihasilkan masih cukup tinggi,
untuk menghasilkan kandungan lignin yang rendah dengan perolehan pulp
yang optimum dilakukan pelepasan pektin (Nugroho et al, 2020).
VII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut
1. Semakin lama waktu pemasakan maka bilangan kappa akan semakin kecil.
Lamanya waktu pemasakan menyebabkan lignin yang terkandung dalam pulp
terhidrolisis sempurna.
2. Semakin lama waktu pemasakan maka kadar lignin akan semakin menurun
sehingga pulp yang dihasilkan akan semakin putih dan memiliki kualitas yang
lebih baik.
3. Konsentrasi NaOH membantu pelepasan lignin, NaOH akan bereaksi dengan
lignin sehingga kadar lignin di dalam pulp semaki menurun.

22
DAFTAR PUSTAKA

Amelia R, S., Yerizam, M., dan Dewi, E. (2021). “Analisis Karakteristik Pulp
Campuran Tandan Kosong Kelapa Sawit dan Pelepah Pisang dengan Pelarut
NaOH”. Jurnal Pendidikan Dan Teknologi Indonesia, 1(10), 389–393.

Arista, I., Ayu Amaliah, S., & Nibras Hamas. (2022). Pemanfaatan Daun Jati Kering
Di Kabupaten Gunungkidul Menjadi Kertas Seni Dan Produk Kerajinan
(Utilization of Dried Teak Leaves from Gunungkidul Regency into Art
Paper and Craft Product). SNIKB, 2715(7814), 1–10.

Barrimi,M.,Aalouane, R.,Aarab, C., Hafidi,H.,Baybay H.,Soughi,


M.,Tachfouti,N.,Nejjari,C.(2018). ‘‘Telmisartan menghambat peningkatan
kadar TGF aorta tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi NaCl
8%’’.53(1),59-65.

Budi,Prasetyo.,Nurvita,S,. dan M,Fuadi. (2022). Pemanfaatan Batang Tanaman


Talas (Colocasia Esculenta L.)Sebagai Bahan Pembuatan Pulp Dengan
Proses Soda. Jurnal Teknologi Kimia Unimal.11(1), 45-55.

Ezsanita, S. (2021). Variasi Massa Pulp dari Campuran Tongkol Jagung dan Kulit
Singkong dengan Penambahan Binder Kulit Singkong untuk Pembuatan
Kertas Komposit. Skripsi. Makassar:Universitas Islam Negeri Alauddin.

F. A. Harahap, "Pembuatan dan Karakterisasi Pulp Daun Singkut. Universitas


Sumatera Utara," Jurnal Pembangunan Wilayah & Kota, vol. 1, no. 3, pp.
82–91, 2021

Hargono,H., Ika Nuurcahaya., dan Permana, D.(2021).’’Pengaruh Proses


Delignifikasi Basa Dan Hidrolisis Asam Dengan Penambahan FeSO4 Pada
Produksi Glukosa Dari Spirodela Polyrhiza’’. Jurnal Inovasi Teknik Kimia
,6(2),55-59.
Holm, A., & Niklasson, R. (2018). The effect on wood components during soda
pulping. 49.

Kardiyansyah,Teddy,. Dan Susi,Sugesty. (2020). Pengaruh Alkali Aktif terhadap


Karakteristik Pulp Kraft Putih Acacia mangium dan Eucalyptus pellita.
Jurnal Selulosa, 10(1), 9-20.

Lemma, H. B., Freund, C., Yimam, A., Steffen, F., & Saake, B. (2023).
Prehydrolysis soda pulping of Enset fiber for production of dissolving grade
pulp and biogas. RSC Advances, 13(7), 4314–4323.

Nurina,Fatin,.dan Rizal,Shaiful. (2022) . The Characteristics of Pulp and Paper


Made from Top Section of Betong (Dendrocalamus Asper) Bamboo by Soda
Pulping Method. Jurnal Universiti Tun Hussein Onn Malaysia , 3(1), 849-
857.

Nurfajrin,N.S., Fahri Puspita S,. dan faizatul,dkk . (2021). ‘‘Lignin as an Active


Biomaterial: A Review’’. Jurnal Sylva Lestari, 9(1),1-22.

Nurhadiansyah, P. (2020). Review Artikel: Karakteristik Ekstrak Pektin Kulit Buah


Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus). Prosiding Farmasi, 6(2), 1135.

Paminto, A. K., Surya Sitorus, R., Firmansyah, R., & Sahari Laili, N. (2020). Kajian
Efisiensi Energi di Industri Pulp dan Kertas. Jurnal Energi Dan Manufaktur,
13(1), 1.

Pramana,.A ,Nur ,.m, Heni Adhianata,dkk.( 2020). Karakteristik Fisik Lignin pada
Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit PT. Tunggal Perkasa Plantation Provinsi
Riau Menggunakan Metode Organosolv. Jurnal Pengendalian Pencemaran
Lingkungan (JPPL),2(1).

Sriana, T., Dianpalupidewi, T., Ukhrawi, S. M. P., & Nata, I. F. (2021). Pengaruh
Konsentrasi Sodium Hydroxide (NaOH) pada Proses Delignifikasi
Kandungan Lignoselulosa Serat (Fiber) Siwalan (borassus flabellifer)
sebagai Bahan Dasar Pembuatan Bioethanol. Buletin Profesi Insinyur, 4(2),
49–52.
Susmiati, Y. (2018). The Prospect of Bioethanol Production from Agricultural
Waste and Organic Waste. Industria: Jurnal Teknologi Dan Manajemen
Agroindustri, 7(2), pp. 67–80.

Tulak,R.,Lyse Bulo.,dan Tjodi, H. (2022). ‘‘Pengaruh Waktu Pemanasan dan


Konsentrasi Larutan Pemasak Terhadap Kualitas Pulp dari Eceng Gondok
(Eichhornia Crassipes)’’. Chemical Engineering Journal, 1(1),1-8.
Teuku,.M. (2020). Analisa Perbandingan Nilai Mutu Lembaran Pulp Kertas Antara
Bahan Baku Sabut Kelapa Dengan Tandan Kosong Kelapa Sawit Pada
Pemasakan Pulp Melalui Proses Soda. Jurnal Sains dan Aplikasi,8(2).
Kartikasari, N., Bahari, N., Amboro, L., Wahyuningsih, N. 2022.” Pelatihan
Pengolahan Limbah Jerami Menjadi Kertas Seni di Desa Sidowayah,
Klaten.” Jurnal UNS. 1(7).41-55.

Istiqomah., Kusumawati, E., Serdani, D., Choliq, A. 2022.” Pemanfaatan Limbah


Jerami, Sekam, Dan Urine Sapi Sebagai Pupuk Organik Untuk
Memingkatkan Pertumbuhan Dan Produksi Padi” Jurnal Viabel Pertanian.
16(2). 101-113.
Surakarta, 26 Juni 2023

Asisten Pembimbing Praktikan

1. Nayandra Dias
(D500200117)
2. Kh.Pratiwi Ayuningtyas
(Aisah Cory Prasono) (D500200121)

Mengetahui,
Dosen Pembimbing

(Dr. Ir. Ahmad M. Fuadi, M.T.)


VIII. LAMPIRAN
A. Data Percobaan
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh data hasil percobaan
sebagai berikut :

Tabel 4. Hasil percobaan praktikum pulp dan kertas dengan NaOH 6%


variasi suhu 120℃
Massa Massa
Titrasi Titrasi Selisih Titrasi
Waktu Pulp Pulp Faktor Bilangan Kadar
No Blanko Sampel Blanko dan
(menit) Kering Basah Koreksi Kappa Lignin
(ml) (ml) Sampel (ml)
(gram) (gram)
1 30 2,5 2,922 29 20 9 0,99961 3,59860 0,53979
2 60 2,5 2,643 29 20,5 8,5 0,99963 3,39876 0,50981
3 90 2,5 2,344 29 23 6 0,99974 2,39938 0,35991
4 120 2,5 2,005 29 24 5 0,99978 1,99957 0,29994
5 150 2,5 1,701 29 26,5 2,5 0,99989 0,99989 0,14998

B. Perhitungan
Berikut merupakan perhitungan dari hasil percobaan yang telah
dilakukan :
1. Menghitung Bilangan Kappa Pada Variasi Waktu 30 Menit
a. Menghitung nilai d
Selisih Blanko dan sampel = Tiitrasi Blanko – Titrasi Sampel
= 29-20
=9
(𝑉𝑏 − 𝑉𝑝 )
𝑑 = 100,00093 𝑋
0,3 − 50
(9)
𝑑 = 100,00093 𝑋
0,3 − 50
𝑑 = 0,99961

28
29

b. Menghitung Bilangan Kappa


𝑑
Kappa =(𝑉𝑏 − 𝑉𝑝 )𝑋 𝑚
0,99961
Kappa =(9)𝑋 2,5

Kappa = 3,59860

c. Menghitung Kadar Lignin


Lignin =0,15% 𝑥 𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑝𝑝𝑎
=0,15% 𝑥 3,59860
=0,53979%
2. Menghitung Bilangan Kappa Pada Variasi Waktu 60 Menit
a. Menghitung nilai d
Selisih Blanko dan sampel = Tiitrasi Blanko – Titrasi Sampel
= 29-20,5
= 8,5
(𝑉𝑏 − 𝑉𝑝 )
𝑑 = 100,00093 𝑋
0,3 − 50
(8,5)
𝑑 = 100,00093 𝑋
0,3 − 50
𝑑 = 0,99963

b. Menghitung Bilangan Kappa


𝑑
Kappa =(𝑉𝑏 − 𝑉𝑝 )𝑋 𝑚
0,99963
Kappa =(8,5)𝑋 2,5

Kappa = 3,39876

c. Menghitung Kadar Lignin


Lignin =0,15% 𝑥 𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑝𝑝𝑎
=0,15% 𝑥 3,39876
=0,50981%
30

3. Menghitung Bilangan Kappa Pada Variasi Waktu 90 Menit


a. Menghitung nilai d
Selisih Blanko dan sampel = Tiitrasi Blanko – Titrasi Sampel
= 29-23
=6
(𝑉𝑏 − 𝑉𝑝 )
𝑑 = 100,00093 𝑋
0,3 − 50
(6)
𝑑 = 100,00093 𝑋
0,3 − 50
𝑑 = 0,99974

b. Menghitung Bilangan Kappa


𝑑
Kappa =(𝑉𝑏 − 𝑉𝑝 )𝑋 𝑚
0,99974
Kappa =(6)𝑋 2,5

Kappa = 2,39938

c. Menghitung Kadar Lignin


Lignin =0,15% 𝑥 𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑝𝑝𝑎
=0,15% 𝑥 2,39938
=0,535991%

4. Menghitung Bilangan Kappa Pada Variasi Waktu 120 Menit


a. Menghitung nilai d
Selisih Blanko dan sampel = Tiitrasi Blanko – Titrasi Sampel
= 29-24
=5
(𝑉𝑏 − 𝑉𝑝 )
𝑑 = 100,00093 𝑋
0,3 − 50
(5)
𝑑 = 100,00093 𝑋
0,3 − 50
𝑑 = 0,99978
31

b. Menghitung Bilangan Kappa


𝑑
Kappa =(𝑉𝑏 − 𝑉𝑝 )𝑋 𝑚
0,99978
Kappa =(5)𝑋 2,5

Kappa = 1,99957

c. Menghitung Kadar Lignin


Lignin =0,15% 𝑥 𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑝𝑝𝑎
=0,15% 𝑥 1,99957
=0,29994%
5. Menghitung Bilangan Kappa Pada Variasi Waktu 150 Menit
a. Menghitung nilai d
Selisih Blanko dan sampel = Tiitrasi Blanko – Titrasi Sampel
= 29-26,5
= 2,5
(𝑉𝑏 − 𝑉𝑝 )
𝑑 = 100,00093 𝑋
0,3 − 50
(2,5)
𝑑 = 100,00093 𝑋
0,3 − 50
𝑑 = 0,99989

b. Menghitung Bilangan Kappa


𝑑
Kappa =(𝑉𝑏 − 𝑉𝑝 )𝑋 𝑚
0,99989
Kappa =(2,5)𝑋
2,5

Kappa = 0,99989
c. Menghitung Kadar Lignin
Lignin =0,15% 𝑥 𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑝𝑝𝑎
=0,15% 𝑥 0,99989
=0,14998%

You might also like