You are on page 1of 2

Sumber hukum internasiona:Hukum kebiasaan internasional (customary international law)

 Pada awal perkembangan hukum internasional khususnya terjadi perang dunia kedua
didominasi dengan hukum kebiasaan internasional dikarenakan praktik perjanjian antar
negara baru ada Sebagian besar setelah berakhiranya perang dunia ke 2. HKI telah
berkembang melalui proses Sejarah dengan praktik negara dan pengakuan terhadap karakter
milik kate dari praktek tertentu dan diakui oleh Masyarakat hukum internasional yang
menjadi suatu ketentuan hukum. Sejarah HKI dapat ditulusuri dari zaman kuno. Setelah
terbentuknya Kerajaan romawi hukum antar bangsa telah terbentuk dengan dasar komitmen
keagamaan dan kepercayaan bukan melalui dari bentuk yang modern sebagaimana dikenal
sebagai kewajiban hukum atau sense of globalization. Kerajaan romawi mengikuti aturan
hukum antar bangsa ius gentium, dalam hubungannya dengan bangsa lain dan pada
perkembangannya merupakan pengakuan terhadap hukum alam yang berlaku bagi
hubungan antar bangsa. Pada abad pertengahan HI dibenua eropa belandaskan pada agama
dan diangga bersfiat mengikat secara universal seiringan dengan perjanjian damai
Westphalia atau piece of west valley 1648 merupakan perjanjian yang mengakhiri 30 tahun
di eropa. Kebiasaan dan praktinya mulai dipandang sebagai sumber hukum utama HI
 Artikel 38 (1) ICJ statute
Semua kebiasaan adalah sumber HI? Statu mahkamah konstitusi bagian (B) kebiasaan umum
yang diterima sebagai hukum kalau diartikan dari pasal 38 ayat 1 maka bisa melihat apabila
hanya memenuhi unsur kebiasaan saja bukan sumber HkI karena harus ada penerimaan
bahwa kebiasaan terebut sebagai pengaturan hukum yang mengikat . bagian kedua ada
suatu kebiasaan yang dilakukan oleh negara-negara tapi kebiasaannya saja tidak cukup untuk
bisa dikatakan sebagai hukum kebiasaan internasional karena harus ada point kedua yaitu
penerimaan bahwa kebiasaan yang dilakukan itu mengikat sebagai suatu aturan hukum.
Sebagaiman disampaikan juga oleh seorang ahli HI yaitu hukum kebiasaan internasional itu
merupakangeneralisasi dari praktik negara-negara dan alasan untuk menjadikan suatu
generalisasi meliputi suatu evolusi apakah praktek tersebut dapat diterima secara umum
sebagai hukum.
 Unsur yang perlu dipenuhi
Unsur material: berlangsung lama, bersifat umum
Unsur psikologis: dirasakan perlu untuk memenuhi kaidah atau kewajiban hukum (opinion
juris sive necessitatis)
Suatu kebiasaan ingin dianggap sebagai HKI maka ada unsur yang harus dipenuhi dan yang
harus diperhatikan dari unsur2 tersebut. Berlangsung lama adalah memiliki pola yang
rangkaiannya serupa . bersifat umum tindakan yang harus dilakukan secara umum. Psikologis
atau sense of obligations bahwa kebiasaan internasional itu dapat diterima sebagai hukum
apabila negara-negara menyatakan itu menjadi suatu aturan hukum yang mengikat dan tidak
ada keberatan terhadap kebiasaan tersebut. Yang perlu diperhatikan kebiasaan intenasional
sebagai sumber hukum tidak dapat berdiri sendiri HKI sebagai sumber hukum itu erat sekali
kaitannya dengan sumber huum pertama yaitu perjanjian internasional dengan hubungan
timbal balik.contoh ddalam kaitannnya dengan hukum perang suatu kebiasaan yang diakui
bahwa serangan menggunakan kekuatan senjata pada objek militer. Pada awalnya itu adalah
kebiasaan yang diakui namun selanjutnya ini dikodifikasian menjadi suatu bentuk perjanjian
yang mengikat dalam konvensi jenewa 1949 yang khusus mengatur sengketa
persenjata.sehingga ada hubungan timbal balik antara HKI dan perjanjian internasional. Dan
terlihat ada perkembangan dari kebiasaan dikodifikasikan ke dalam perjanjian agar semakin
kuat kekuatan mengikatnya.
 General practice : state practice yaitu consistency/uniform, Duration, Generality
As accepted as law : opinion juris (kebiasaan internasional yang terus diulang oleh negara
dan dianggap sebagai suatu kewajiban.
 Proses Pembentukan HKI dapat dilihat dari bagan bahwa dari pasal 38 ayat 1b terlihat ada
dua unsur materiil dan psikologis. Ada unsur nya konsistensi ada generalit ada duration.
Pemrmasalahan yang mungkin muncul dari unsur general practice adalah masalah yang
berkaitan dengan konsistensi duration dan generality. Sebagai gambaran umumnya apabila
berbicara mengenai konsistensi, kasus mercy continental shelf yang melibatkan negara
jerman Denmark dan belanda terkait dengan pembatasan dari landas kontinen ketiga negara
ini landas kontinen saling berdekatan sehingga Ketika mereka meng-klaim Batasan landas
kontinen akan saling beririsan. Praktik yang biasanya dipakai adalah penggunanaan prinsip
samaj arak Ketika menetukan batas landas kontinen tapi ternyata pengunaan prinsip ini
merugikan negara jerman yang berada ditengah-tenagh dan mendapatkan pporsi yang kecil.
Sehingga jerman mengajukan gugatan dan ICJ mengatakan bahwa prinsip Equidistance pada
negara jerman urine negara denmark dan belanda, tidak bisa dikategorikan sebagai hukum
kebiasaan internasional dan tidak ada durasi untuk suatu kebiasaan bisa dikategorikan HKI
dan hasil dari ICJ ini mengatakan ketiga negara harus menggunakan prinsip proporsional
sehinggan tidak menggunakan prinsip sama jarak. Dan prinsip proporsional sudah
dikodifikasikan dalam united nation conventionon the law of the sea tahun 1982 a383 terkait
dengan continental self yang intinya bahwa ada equitable prinsip yang digunakan dalam
memutuskan landasan kontigen yang saling beririsan atau saling berdekatan. Permasalah
mengenai duration dan generality dengan topik kasus paket Habana kasus Colombia vs peru.
pada intinya permasalahan akan berkaitan dengan state practice atau general practice.

You might also like