You are on page 1of 8

PENGARUH KOMPOSISI KATALIS H-ZEOLIT DAN KECEPATAN PENGADUKAN

PADA SINTESA PLASTISIZER BUTIL OLEAT

Wahyu Okta Rinanda1), Irdoni, HS), Nirwana2)


1)
Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia, 2)Dosen Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Riau
Kampus Binawidya Jl. HR. Soebrantas KM 12,5 Pekanbaru Kode Pos 28293
wahyuoktarinanda@gmail.com /085355545522

ABSTRACT

Oil palm commodity has a strategic role in the national economy. In the development of
the palm oil industry, the necessary diversification of oil palm products needed by using the
esterification reaction. One of the products of the oil palm which on development now is a fatty
acid alkyl esters. Products that include the type of fatty acid alkyl ester is plasticizer. In this
study, the plasticizer is synthesized by esterification of oleic acid and butanol, using activated
natural zeolite catalysts. This research aims to study the influence of H-Zeolite catalyst
composition and stirring speed on synthesis plasticizer butyl oleate, and determining the
characteristics of the plasticizer butyl oleate which generated through analysis of test products.
The process is using the variation of H-Zeolite catalyst composition (12.5%, 15%, 17.5%) based
on oleic acid and stirring speed (175 rpm, 200 rpm, 225 rpm), with a fixed variable, the reaction
temperature of 1100 C, the process time is 6 hours and the reaction molar ratio of 1: 9. From the
analysis of the results showed that the esterification of H-Zeolite catalyst composition and
stirring speed affects the conversion of the resulting products. The best operating conditions
obtained in this study is the H-Zeolite catalyst composition of 17.5% and a stirring speed of 200
rpm which produces a reaction conversion of 74.50%. Characteristics plasticizer generated in
this study is consistent with the characteristics of commercial plasticizers which Viscosity (20 0
C) 8.62 to 9.07 mPa.s and Specific Gravity (200 C) from 0.886 to 0.901.

Keywords: Butyl Oleate, Esterification, H-Zeolite and Plasticizer

1. Pendahuluan pada saat ini, maka perlu pengembangan


Komoditi kelapa sawit merupakan salah untuk produksi produk hilir kelapa sawit.
satu komoditi andalan pertanian Indonesia Penggunaan minyak sawit mentah untuk
yang pertumbuhannya sangat cepat dan industri hilirnya di Indonesia saat ini masih
mempunyai peran strategis dalam relatif rendah yaitu baru sekitar 55% dari
perekonomian nasional. Salah satu hasil total produksi (Hidayat, 2010).
olahan kelapa sawit adalah minyak sawit Pemanfaatan produk hilir dari minyak
mentah (Crude Palm Oil, CPO) dan Crude sawit dapat diolah dengan menggunakan
Palm Kernel Oil, CPKO) (Hidayat, 2010). beberapa proses kimia. Salah satu proses
Hingga saat ini terdapat sekitar 23 jenis kimia yang dapat digunakan adalah
produk hilir kelapa sawit yang telah esterifikasi. Reaksi esterifikasi minyak sawit
diproduksi di Indonesia. Mengingat potensi menggunakan katalis asam telah banyak
minyak sawit Indonesia yang meningkat dilakukan untuk memperoleh fatty acid alky
Jom FTEKNIK Volume 2 No.2 Oktober 2015 1
ester. Fatty acid alkyl ester terdiri dari dua Menurut Nasikin, dkk (2006). Zeolit alam
kategori yaitu pangan dan non-pangan. yang diaktifasi menjadi H-Zeolit merupakan
Produk pangan dapat berupa bahan katalis asam yang mampu mengkatalisis
pengelmusi, sedangkan produk non-pangan asam lemak dengan alkohol melalui reaksi
dapat berupa surfaktan, biodiesel dan esterifikasi.
plastisizer. Dari uraian diatas, dipandang perlu
Plastisizer adalah senyawa aditif yang untuk melakukan reaksi esterifikasi asam
ditambahkan kedalam polimer untuk oleat dan isopropil alkohol dengan
meningkatkan sifat morfologi polimer menggunakan katalis zeolit alam yang
seperti fleksibilitas dan workabilitas diaktivasi menjadi H-zeolit.
(Haryono, 2006). Plastisizer komersil yang
umum digunakan adalah plastisizer turunan 2. Bahan dan Metode
minyak bumi yang bersifat non- 2.1. Bahan dan Alat
biodegradable dan toxic, seperti Dioctyl Bahan kimia yang digunakan pada
Phthalate (DOP) atau Dietilheksil Phthalate penelitian adalah asam oleat (C18H34O2)
(DEHP) dan Diiso Nonyl Pthalate (DINP) (pro analisis dari Merck), Butanol (C4H10O)
(Vieira, dkk., 2011). (pro analisis dari Merck), zeolit alam,
Komponen minyak kelapa sawit terdiri aquades, indikator pp (C20H14O4), asam
dari asam lemak yang berbeda-beda yaitu oksalat (C2H2O4) 0,1 N, kalium hidroksida
asam palmitat 44,3%, asam oleat 38,7%, (KOH) 0,1 N, HF 3%, asam klorida (HCl) 6
asam linoleat 10,5%, asam stearat 4,6%, N, dan ammonium klorida (NH4Cl) 1 N.
asam miristat 1%, dan lainnya 0,9% Sedangkan alat yang digunakan terdiri dari:
(Kementrian Perindustrian Indonesia, 2007). reaktor, stirrer dan rotor, oil batch,
Berdasarkan komposisi asam lemak pada kondensor liebig, termometer, erlenmeyer,
minyak sawit tersebut, dapat disimpulkan corong pisah, gelas ukur, pH meter, oven,
bahwa asam palmitat dan asam oleat furnace, piknometer, buret, viscometer
merupakan asam lemak yang terbesar dalam oswald, pipet tetes, batang pengaduk dan
minyak sawit sehingga dapat dimanfaatkan kertas saring.
menjadi produk hilir. Berikut ini gambar rangkain alat reaktor
Reaksi esterifikasi pada proses sintesa untuk pembuatan plastisizer butil oleat.
plastisizer membutuhkan katalis untuk
mempercepat proses pembentukan produk.
Katalis yang digunakan adalah katalis asam 5

yang dapat berupa katalis homogen atau 4

3
katalis heterogen. Selama ini untuk 6

menghasilkan plasitisizer komersil


digunakan katalis homogen seperti asam 2

sulfat (H2SO4), asam nitrat (HNO3) dan


asam klorida (HCl). Penggunaan katalis 1

heterogen memiliki beberapa keuntungan Gambar 1. Rangkaian Reaktor untuk


yaitu mempermudah proses pemisahannya Pembuatan Butil Oleat
karena produk yang terlarut dalam medium Keterangan :
reaksi dapat dipisahkan dari katalisnya 1. Pemanas dan Oil Batch
dengan menyaring (Leach, 1983). 2. Reaktor
Salah satu katalis heterogen yang 3. Termometer
umum digunakan adalah zeolit alam. 4. Kondenser
Jom FTEKNIK Volume 2 No.2 Oktober 2015 2
5. Pengaduk butanol 1: 9 ( 31,5 ml : 82,5 ml) dimasukkan
6. Statif kedalam reaktor. Kemudian dipanaskan
Variabel Penelitian sampai suhu 110 °C dengan menggunakan
a. Variabel tetap : oil bath. Selanjutnya, tambahkan katalis H-
1. Suhu reaksi 108-112°C untuk Zeolit yang divariasikan (12,5%, 15%,
reaksi pembuatan butil oleat 17,5%), selanjutnya tambahkan butanol
2. Waktu reaksi 6 jam sebanyak 82,5 ml kedalam reaktor tersebut.
3. Rasio molar asam oleat dan Lakukan reaksi esterfikasi pada suhu 110ºC
butanol yang digunakan : 1: 9 selama 6 jam dengan variasi kecepatan
b. Variabel tidak tetap : pengadukan (175 rpm, 200 rpm, 225 rpm).
1. Komposisi katalis H-Zeolit Hasil reaksi dimasukkan kedalam corong
12,5% ; 15% ; 17,5% dari massa pisah dan didiamkan selama 24 jam, maka
asam oleat akan terbentuk dua lapisan (filtrat dan
2. Kecepatan pengadukan 175 rpm ; endapan). Filtrat berupa plastisizer butil
200 rpm ; 225 rpm oleat dan endapan berupa katalis H-Zeolit.
Filtrat dicuci dengan aquades. Hasil
2.2. Persiapan Katalis H-Zeolit Pencucian berupa plastiszer butil oleat
Zeolit alam 500 gram di haluskan kemudian dianalisa
hingga mencapai ukuran 100 mesh. Zeolit
alam yang sudah mengalami perlakuan awal 3. Hasil dan Pembahasan
di rendam dengan larutan HF 3% selama 30 3.1. Pengaruh Komposisi Katalis
menit. Kemudian dicuci dengan aquades Terhadap Reaksi Esterifikasi Butil
sampai pH 7 (netral) dan di keringkan dalam Oleat
oven pada temperatur 120 °C selama 24 Pada proses sintesa butil oleat, jumlah
jam. Selanjutnya zeolit di rendam dan di komposisi katalis memilki peran penting
aduk kedalam larutan HCl 6N selama 30 untuk mempercepat pembentukan produk
menit pada temperatur 50 °C. Kemudian selama proses berlangsung. Jumlah
disaring dan di cuci dengan aquades komposisi katalis akan menentukan konversi
berulang kali sampai pH 7, dikeringkan pada suatu produk yang dihasilkan. Katalis
temperatur 130 °C selama 3 jam dalam berfungsi untuk menurunkan energi aktivasi
oven. Zeolit alam di rendam dalam larutan pada suatu reaksi, jika jumlah katalis
NH4Cl 1N pada temperatur 90 °C selama 1 dinaikkan, energi aktivasi akan menurun,
minggu sambil diaduk didalam water bath. sehingga konstanta laju reaksi akan semakin
Lakukan penyaringan dengan kertas saring besar dan kesetimbangan reaksi akan cepat
dan pompa vakum, cuci zat tersebut dengan tercapai. Konversi reaksi maksimal juga
aquades sampai air aquades mencapai pH 7. akan cepat tercapai.
Setelah disaring, zeolit alam di keringkan Hasil penelitan pengaruh komposisi
pada suhu 105 – 110 °C dengan oven selama katalis H-Zeolit dan kecepatan pengadukan
30 menit dan di kalsinasi dengan furnace pada sintesa plastisizer butil oleat
pada suhu 500 °C selama 5 jam (gunanya menunjukkan adanya pengaruh komposisi
untuk mengaktifasikan zeolit alam menjadi katalis H-Zeolit terhadap konversi reaksi
H-Zeolit) (Trisunaryanti, dkk, 2005). yang dapat dilihat pada Gambar 2.

2.3. Sintesa Butil Oleat


Asam oleat sebanyak 31,5 ml
berdasarkan perbandingan asam oleat dan
Jom FTEKNIK Volume 2 No.2 Oktober 2015 3
partikel dari reaktan akan mudah terbentuk
76,00
Konversi Reaksi (%) 74,50
menjadi produk. Katalis hanya
74,00
72,49
175 rpm mempengaruhi laju pencapaian
72,00
kesetimbangan bukan posisi kesetimbangan,
70,00 69,96 69,51 200 rpm sehingga massa katalis setelah reaksi sama
68,00 68,44 68,09
67,15 67,51 dengan massa katalis sebelum reaksi
66,00
64,55 225 rpm berlangsung (Clark, 2002).
64,00
Katalis yang digunakan pada penelitian
62,00
12,5 15 17,5 ini adalah katalis H-Zeolit yang merupakan
Komposisi Katalis H-Zeolit (%) jenis katalis heterogen. Mekanisme reaksi
katalitis heterogen terdiri dari dua tahap
yaitu perpindahan massa (reaksi adsorpsi
Gambar 2. Grafik pengaruh komposisi pereaksi dan reaksi desorpsi produk
katalis terhadap konversi reaksi (%) kepermukaan katalis) dan reaksi kimia
(Satterfield, 1991). Jumlah katalis yang
Gambar 2 menunjukkan bahwa dengan ditambahkan akan mempengaruhi reaksi
adanya variasi komposisi katalis dapat adsorpsi maupun desorpsi. Selain itu, pada
mempengaruhi nilai konversi reaksi yang katalis H-Zeolit juga berfungsi sebagai
didapat. Konversi tertinggi pada setiap adsorben yang dapat menyerap air, sehingga
kondisi yaitu pada komposisi katalis 12,5% reaksi akan bergeser ke arah pembentukan
dengan kecepatan pengadukan 200 rpm produk.
diperoleh konversi sebesar 69,96%,
kemudian pada komposisi katalis 15% 3.2. Pengaruh Kecepatan Pengadukan
dengan kecepatan pengadukan 200 rpm terhadap Konversi Reaksi
didapat konversi sebesar 72,49 %, Pada proses sintesa butil oleat ini
sedangkan pada komposisi katalis 17,5% menggunakan reaktan yang berbeda fasa
dengan kecepatan pengadukan 200 rpm dengan katalis, oleh karena itu untuk
didapat konversi sebesar 74,50%. mencapai suatu pembentukan produk
Berdasarkan hasil penelitian, diperlukan adanya pengadukan agar terjadi
penambahan komposisi katalis dapat tumbukan antar partikel-partikel reaktan dan
mempercepat reaksi sehingga dapat katalis. Pada saat terjadi tumbukan, maka
memperbesar konversi reaksi yang terjadi perubahan struktur secara kimia pada
ditunjukkan dengan hasil konversi tertinggi reaktan menjadi produk sehingga berpotensi
yaitu 74,50% pada komposisi katalis menghasilkan konversi yang tinggi. Selain
terbesar yaitu 17,5%. Kondisi tersebut itu, pengadukan juga mampu menambah
sesuai dengan teori persamaan Arrhenius frekuensi tumbukan antar molekul zat
yaitu k = Ae(-Ea/RT) dimana penggunaan pereaksi, sehingga dapat mempercepat
katalis dapat menurunkan energi aktivasi tercapainya kesetimbangan.
(Ea) sehingga laju kesetimbangan reaksi (k) Hasil penelitian pengaruh komposisi
akan lebih cepat tercapai. Hal ini juga dapat katalis H-Zeolit dan kecepatan pengadukan
dilihat pada gambar 2.9 di mana terdapat terhadap karakteristik butil oleat
perbedaan antara area energi aktivasi dengan menunjukkan adanya pengaruh kecepatan
adanya katalis dibandingkan tidak adanya pengadukan terhadap konversi reaksi.
katalis, bahwa dengan adanya katalis maka Pengaruh tersebut terlihat pada Gambar 3.
energi aktivasi pada suatu reaksi dapat
mengalami penurunan, sehingga partikel-
Jom FTEKNIK Volume 2 No.2 Oktober 2015 4
Sehingga pada saat nilai kecepatan
76,00
pengadukan dinaikkan lagi, sebahagian
74,50
74,00 reaksi cenderung berbalik kearah reaktan
Konversi Reaksi (%)

12.5 %
72,00
72,49 karena adanya molekul air berupa hasil
70,00 69,96
samping.
69,51 15 %
68,44 Pada asas Le Chatelier yang berbunyi:
68,00 68,09
67,51 67,15 jika terhadap suatu sistem kesetimbangan
17.5 %
66,00 dilakukan suatu aksi (tindakan) maka sistem
64,55
64,00 kesetimbangan tersebut akan melakukan
62,00 reaksi (pergeseran) untuk mengurangi
175 200 225 pengaruh aksi tersebut juga. Lalu
Kecepatan Pengadukan (rpm) diterangkan juga apabila terjadi penambahan
produk dalam suatu proses kesetimbangan,
Gambar 3. Grafik pengaruh kecepatan maka reaksi akan berbalik arah untuk
pengadukan terhadap konversi reaksi menentralkan produk (Prakoso, dkk., 2012).
(%) Oleh karena itu, penurunan konversi dapat
terjadi saat nilai kecepatan pengadukan 225
Berdasarkan Gambar 3 terlihat bahwa rpm untuk keseluruhan variasi komposisi
dengan adanya variasi kecepatan katalis pada sintesa plastisizer butil oleat.
pengadukan berpengaruh terhadap nilai
konversi reaksi yang diperoleh. Konversi 3.3. Analisa GC-MS Produk
tertinggi pada setiap kondisi terlihat pada Analisa dengan GC-MS dilakukan
kecepatan pengadukan 200 rpm. Pada untuk mengetahui komponen yang
komposisi katalis 12,5% diperoleh konversi terkandung di dalam produk. Hasil analisa
sebesar 69,96%, kemudian pada komposisi menggunakan GC-MS untuk sampel dengan
katalis 15% didapat konversi sebesar komposisi katalis 15% dan kecepatan
72,49% dan pada komposisi katalis 17,5% pengadukan 225 rpm dapat dilihat pada
didapat konversi sebesar 74,50%. Gambar 4.
Konversi reaksi tertinggi dari seluruh
kondisi yang divariasikan adalah pada
kecepatan pengadukan 200 rpm sebesar
74,50%. Hal ini menunjukan bahwa
kecepatan pengadukan berpengaruh
terhadap proses pembentukan produk,
karena dengan adanya pengadukan,
frekuensi tumbukan antar reaktan dan katalis
serta kecepatan reaksi semakin meningkat,
yang sesuai dengan teori Arrhenius.
Semakin tinggi nilai konstanta kecepatan Gambar 4. Chromatogram Produk Sintesa
reaksi maka semakin besar nilai konversi Butil Oleat (Hasil Uji Lab.Kimia Organik
reaksi. FMIPA-UGM, 2015)
Konversi menurun pada kondisi Secara kualitatif dan kuantitatif, GC-
kecepatan pengadukan 225 rpm sebesar MS memberikan informasi kandungan
4.99% dari 74,50% menjadi 69,51%, hal ini hidrokarbon sesuai dengan berat
terjadi karena reaksi esterifikasi merupakan molekulnya, lalu dari berbagai jenis
reaksi bolak-balik (Fessenden, dkk., 1982). senyawa hidrokarbon yang terdapat didalam
Jom FTEKNIK Volume 2 No.2 Oktober 2015 5
sampel tersebut dapat diklasifikasikan
menurut panjang rantai hidrokarbon. Dari
hasil analisis dengan GC-MS didapatkan
komponen-komponen yang terdapat didalam
produk tersebut, seperti terlihat pada Tabel Gambar 8. Chromatogram Senyawa Oleic
1, Gambar 5-8. Acid (Hasil Uji Lab.Kimia Organik FMIPA-
Tabel 1. Peak Report GC-MS Senyawa UGM, 2015)
produk, komposisi katalis 15% dan Berdasarkan Gambar 4 dan melihat
kecepatan pengadukan 225 rpm (Hasil Uji Tabel 1 terlihat ada delapan puncak dan
Lab. Kimia Organik FMIPA-UGM, 2015) terdapat satu puncak yang tajam dan tinggi.
Puncak Waktu %Area Senyawa Presentase area terbesar yaitu 27,32% yang
retensi
(menit)
berupa senyawa butil oleat, senyawa
1 22,298 2,81 Butane tersebut merupakan senyawa yang
2 27,444 0,84 Ethanedioic Acid diinginkan dari hasil sintesa asam oleat
3 39,445 2,09 Palmitic Acid
4 43,025 21,22 Linoleic Acid
dengan butanol. Spektogram dari puncak
5 43,184 24,08 Oleic Acid tersebut dapat dilihat pada Gambar 5 dan
6 43,853 3,53 Butyl Stearate Spektogram karakterisitik senyawa pada
7 46,792 18,09 9,12-Octadecanoic
Acid
puncak kedelapan dapat dilihat pada
8 46,949 27,32 Butyl Oleic Gambar 6 yang menyatakan bahwa senyawa
hasil menampilkan butil oleat dengan berat
molekul 338. Kemudian Spektogram dari
puncak kelima pada Gambar 7 dan
Spektogram karakteristik senyawa pada
puncak kelima pada Gambar 8 menunjukkan
Gambar 5. Chromatogram Senyawa Hasil bahwa terdapat senyawa berupa reaktan
Sintesis Puncak Ke-8 (Hasil Uji Lab. Kimia yang digunakan yaitu asam oleat dengan
Organik FMIPA-UGM, 2015) berat molekul 282. Hal ini terjadi karena
reaksi esterifikasi merupakan reaksi bolak-
balik (Fessenden, dkk., 1982). Saat nilai
kecepatan pengadukan dinaikan, sebahagian
reaksi cenderung berbalik kearah reaktan
sehingga mengakibatkan nilai konversi
Gambar 6. Chromatogram Senyawa Butil produk berkurang dan jumlah reaktan
Ester (Hasil Uji Lab.Kimia Organik FMIPA- bertambah.
UGM, 2015)
3.4. Karakteristik Plastisizer
Karakteristik produk yang dihasilkan
kemudian dibandingkan dengan karakterisik
plastisizer komersil dengan jenis asam oleat.
Karakteristik plastisizer secara komersial
Gambar 7. Chromatogram Senyawa Hasil
dapat dilihat pada Tabel 2. Sedangkan
Sintesis Puncak Ke-5 (Hasil Uji Lab. Kimia
karakteristik butil oleat yang dihasilkan dari
Organik FMIPA-UGM, 2015)
penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.

Jom FTEKNIK Volume 2 No.2 Oktober 2015 6


Tabel 2. Karakteristik Plastisizer Ester yang dapat di Komersilkan
Karakteristik Plastisizer Nilai
Berat Molekul (gr/mol) 338,6 – 382,6
Titik beku, °C -35 - -27
Titik didih, °C 395
Titik nyala, °C 185 – 198
Viskositas 20 °C, mPa s 8,2 – 9,4
Specific gravity, 20 °C 0,862-0,928
Sumber : Wypich, 2004

Tabel 3. Karakteristik Produk dengan Plastisizer Komersil


Kecepatan Komposisi Specific Viskositas
Konversi
Pengadukan Katalis Gravity (20°C)
(%)
(20°C)
(rpm) Karakteristik (%) (mPa.s)
Plasitisizer - 0,862-0,928 8,2 – 9,4 -
Komersil
12,5 0,889 8,85 64,55
175 15 0,886 8,73 67,51
17,5 0,886 8,92 68,09
12,5 0,901 8,70 69,96
200 15 0,897 9,07 72,49
17,5 0,893 8,86 74,50
12,5 0,882 8,63 67,15
225 15 0,89 9,03 68,44
17,5 0,891 8,62 69,51
Sumber : Hasil Uji Lab. Kimia organik FT-UR, 2015

Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jenis akan semakin besar dan specific
untuk sembilan sampel yang diuji viskositas gravity akan semakin besar juga, hal ini juga
dan uji specific gravity memiliki nilai yang berlaku pada viskositas. Dimana semakin
sama dengan plasitisizer komersil jenis asam panjang rantai karbon maka produk akan
oleat. Pada penelitian ini dapat semakin kental sehingga nilai viskositas
membuktikan bahwa asam oleat dapat akan semakin besar. needle-like, sedangkan
dijadikan bahan baku pembuatan plastisizer vaterit berbentuk bulat (sphere).
dengan mereaksikannya dengan butanol. Hal
ini disebabkan karena penggunaan alkohol 4. Kesimpulan
dalam penelitian pembuatan plastisizer ini Berdasarkan hasil penelitian ini
sama seperti yang telah digunakan pada didapatkan simpulan yaitu :
plastisizer komersil, yaitu menggunakan 1. Pengaruh komposisi katalis H-
alkohol jenis butil seperti butanol (Wypych, Zeolit pada sintesa plastisizer butil
2004). oleat dapat terlihat dengan adanya
Dapat dikatakan bahwa semakin penambahan jumlah komposisi
panjang rantai karbon, maka nilai massa katalis. Semakin banyak komposisi

Jom FTEKNIK Volume 2 No.2 Oktober 2015 7


katalis yang digunakan, maka nilai Penelitian Informatika LIPI :
konversi yang didapat juga Bandung.
semakin besar. Nilai konversi Hidayat, M.S. 2010, Pengembangan Klaster
reaksi terbesar didapat pada Industri Hilir Kelapa Sawit. Peraturan
komposisi katalis 17,5%, yaitu Menteri Perindustrian Republik
sebesar 74,50 %. Pengaruh Indonesia, Nomor : 13/M-
kecepatan pengadukan pada sintesa IND/PER/1/2010. : Jakarta.
plastisizer butil oleat terlihat pada Kementrian Perindustrian. 2012, Investasi
variasi kecepatan pengadukan 200 Hilir Sawit. Kementrian
rpm dan 225 rpm. Di mana pada Perindustrian : Jakarta.
kecepatan pengadukan 200 rpm Leach, B.E. 1983, Applied Industrial
terjadi proses kesetimbangan Catalysis. Academic Press. Inc : New
sehingga nilai konversi reaksi York.
menurun pada kecepatan Nasikin, M., Wahid, A., Iswara, G. 2006,
pengadukan 225 rpm. Untuk Perengkahan Katalitik Fasa Cair
variasi kecepatan pengadukan 225 Minyak Sawit Menjadi Biogasolin.
rpm dan komposisi katalis 17,5% Prosiding Seminar Nasional Teknik
didapatkan nilai konversi reaksi Kimia Indonesia : Palembang.
sebesar 69,51%. Prakoso, T., Kurniawan, I., Nugroho H.
2. Karakteristik plastisizer butil oleat 2012, Esterifikasi Asam Lemak
yang dihasilkan yakni nilai Bebas dalam Minyak Sawit Mentah
Viskositas (200 C) adalah 8,62 – untuk Produksi Metil Ester.
9,07 mPa.s dan Specific Gravity Bandung: Jurnal Teknik Kimia
(200 C) adalah 0,886 – 0,901. Dan Indonesia, Vol. 6 , No. 3, pp 705-
berdasarkan indikasi dari analisa 709.
GC-MS. Didapatkan senyawa Satterfield, C.N. 1991, Heterogeneous
berupa Butyl Oleic dengan berat Catalysis in Industrial Practice, edisi
molekul 338. kedua, McGraw Hill, Inc.
Trisunaryanti, W., Triwahyuni, E., Sudiono,
Daftar Pustaka S. 2005, Preparasi Modifikasi dan
Clark, J. 2002, The Effect Of Catalysts On Karakteristik Katalis Ni-MO/Zeolit
Reaction Rates. dan MO-Ni/Zeolit Alam. TEKNOIN,
http://www.chemguide.co.uk/physical/ Vol 10, No. 4, pp 269-282.
basicrates/catalyst.html. Diakses pada Vieira, M.G.A., Mariana, A.D.S., Licielen,
24 Maret 2015, Pkl 23.00 WIB. O.D.S., Marisa, M.B. 2011, Natural-
Fessenden, R.J dan J.S. Fessenden. 1982, Based Plasticizer And Biopolymer
Kimia Organik, edisi ketiga. Films: A Review. European Polymer
Erlangga : Jakarta. Journal 47, 254-263.
Haryono, A. 2006, Pengembangan Wypych, G. 2004, Handbook of Plasticizer.
Plastisizer Pengganti DOP dari Chemtech Publishing, Inc : USA.
Turunan Minyak Sawit. Pusat

Jom FTEKNIK Volume 2 No.2 Oktober 2015 8

You might also like