You are on page 1of 7

Jurnal Kedokteran Nanggroe Medika

TINJAUAN PUSTAKA e-ISSN: 2615-3874 | p-ISSN: 2615-3882

Penatalaksanaan Resusitasi Cairan pada Pasien


Luka Bakar

Hardiana Shahara

Puskesmas Birem Bayeun, Kabupaten Aceh Timur, Aceh

ABSTRAK
Manajemen cairan yang tepat memainkan peran mendasar dalam hasil penanganan
Kata Kunci: pasien luka bakar. Sampai saat ini masih terdapat kontroversi mengenai jenis
luka bakar, penanganan cairan yang terbaik pada luka bakar besar dalam 24 jam pertama
resusitasi, setelah cedera. Perhitungan laju resusitasi cairan termasuk memperkirakan
terapi cairan %TBSA akibat luka bakar sebagian atau seluruh kulit dengan menggunakan
metode seperti grafik Lund-Browder dan berbagai pilihan pengobatan, terutama
kristaloid atau koloid. Studi sistematis ini bertujuan untuk membahas luka bakar
dan syok akibat luka bakar mulai dari patogenesis, manajemen cairan awal dan
pilihan terapi cairan.

Korespondensi: hardianashahara@gmail.com (Hardiana Shahara)

ABSTRACT
Appropriate fluid management plays a fundamental role in the outcome of burn
Keywords: patien management. Until now there is still controversy about the best type of
burn injury, fluid management in large burns in the first 24 hours after injury. Calculation of
resuscitation, the fluid resuscitation rate includes estimating the %TBSA due to partial or full-
fluid therapy thickness skin burns using methods such as the Lund-Browder chart and various
treatment options, primarily crystalloids or colloids. This systematic study aims
to discuss burns and shock due to burns starting from pathogenesis, initial fluid
management and fluid therapy options.

| J. Ked. N. Med | VOL. 3 | NO. 3 | September 2020 | 47


LATAR BELAKANG permeabilitas transkapiler menghasilkan transfer

M
cepat air, zat terlarut anorganik, dan protein
anajemen cairan yang tepat pada luka
plasma antara ruang intravaskular dan interstisial.
bakar mayor dapat meningkatkan
Selanjutnya, hipovolemia intravaskular dan
tingkat kelangsungan hidup pasien. 1
hemokonsentrasi berkembang dan tingkat maksimum
Hingga kini masih terdapat kontroversi mengenai
dicapai dalam waktu 12 jam setelah cedera.
jenis manajemen cairan terbaik pada luka bakar
Kehilangan cairan intravaskular yang stabil karena
besar dalam 24 jam pertama setelah cedera. 2
rangkaian kejadian ini membutuhkan penggantian
Penatalaksanaan cairan pada luka bakar mayor
volume intravaskular berkelanjutan untuk mencegah
bertujuan untuk mempertahankan perfusi jaringan
endorgan hipoperfusi dan iskemia.4
pada fase awal syok luka bakar yang terjadi karena
Penurunan curah jantung merupakan ciri
hipovolemia sebagai akibat dari ekstravasasi cairan
khas pada fase awal pasca cedera luka bakar.
dari kompartemen intravaskular.3 Pada kajian teoritis
Penurunan curah jantung adalah hasil gabungan dari
ini akan dijelaskan mekanisme syok pada luka bakar
penurunan volume plasma, peningkatan afterload
dan resusitasi untuk penatalaksanaannya.
dan penurunan kontraktilitas jantung, yang diinduksi
oleh mediator sirkulasi. Seperti disebutkan di atas,
PATOFISIOLOGI LUKA BAKAR selama periode awal di mana berbagai perubahan
patofisiologis terjadi, manajemen cairan yang tepat
Syok akibat luka bakar Luka bakar deajat berat
memainkan peran mendasar terhadap outcome
akan menyebabkan timbulnya area nekrotik. Di
pasien luka bakar.2,3,4
bawah area tersebut terdapat zona stasis yang
mengakibatkan pelepasan mediator inflamasi
(misalnya histamin, prostaglandin, tromboksan, RESUSITASI CAIRAN PADA LUKA BAKAR
oksida nitrat) yang meningkatkan permeabilitas
kapiler dan menyebabkan luka bakar lokal dan Perhitungan laju cairan resusitasi termasuk
edema. Hal Ini terjadi dalam beberapa menit memperkirakan %TBSA akibat luka bakar sebagian
hingga beberapa jam setelah cedera dan diikuti oleh atau seluruh ketebalan kulit menggunakan metode
produksi oksigen yang sangat reaktif (ROS) selama seperti grafik Lund-Browder (Gambar 1), aturan 9
reperfusi jaringan iskemik. ROS adalah metabolit detik, dan aturan tangan. Perhitungan persen (%)
sel toksik yang mencakup radikal bebas oksigen luka bakar biasanya tidak efektif dengan aturan 9
dan menyebabkan disfungsi membran seluler detik ketika luka bakar tersebar atau bentuknya
lokal dan menyebarkan respon imun. Selanjutnya, tidak beraturan, dan meningkat saat menggunakan
penurunan potensial transmembran seluler diamati bagan Lund-Browder yang dimodifikasi dan
pada jaringan yang cedera. Disfungsi membran sel ketika perhitungan dilakukan oleh praktisi yang
menyebabkan distribusi aktivitas sodiumATPase.2 berpengalaman.1
Syok luka bakar, yang merupakan kombinasi Terdapat beberapa rumus untuk memprediksi
dari syok distributif, hipovolemik dan kardiogenik, kebutuhan resusitasi cairan. Kuncinya adalah
dimulai pada tingkat sel. Gangguan aktivitas perkiraan dan kecepatan infus harus disesuaikan
natriumATPase mungkin menyebabkan pergeseran setiap jam berdasarkan respons individu. Formula
natrium intraseluler yang berkontribusi terhadap Brooke yang dimodifikasi memprediksi volume
terjadinya hipovolemia dan edema seluler. Cedera konservatif sebanyak 2 mL/kg/%TBSA larutan ringer
panas juga memulai pelepasan mediator inflamasi laktat (LR) selama 24 jam pertama, dengan 50% dari
dan vasoaktif. Mediator ini bertanggung jawab jumlah total yang diprogram untuk diberikan selama
untuk vasokonstriksi lokal, vasodilatasi sistemik, dan 8 jam pertama. Yang paling sering digunakan adalah
peningkatan permeabilitas transkapiler. Peningkatan rumus Parkland dengan formula 4 mL/kg/% TBSA.2

48 | J. Ked. N. Med | VOL. 3 | NO. 3 | September 2020 |


Gambar 1. Diagram lund-browder untuk mengukur besarnya luka bakar dan memperhitungkan %TBSA

| J. Ked. N. Med | VOL. 3 | NO. 3 | September 2020 | 49


American Burn Association (ABA) menerbitkan hemoglobinuria memerlukan target UOP yang lebih
formula “konsensus” 2–4 mL/kg/%TBSA berdasarkan tinggi—biasanya 70-100 mL/jam. Metode pelengkap
formula Brooke dan Parkland yang dimodifikasi. Pada pemantauan status hemodinamik dan perfusi harus
tahun 2019, ABA memasukkan rule of ten untuk dipertimbangkan untuk semua pasien, terutama
resusitasi luka bakar orang dewasa sebagai bagian pasien dengan komorbiditas seperti penyakit ginjal,
dari panduan manajemen trauma. Rule of ten ini hati, atau kardiovaskular dan lansia. Kelebihan basa
digunakan untuk orang dewasa, dikembangkan di dan laktat, serta kecepatan koreksinya, merupakan
US Army Burn Center, memperkirakan laju infus prediktor kematian yang penting. Hemokonsentrasi
awal (dalam mL/jam LR) sebesar 10% TBSA, dengan merupakan respons umum untuk syok luka bakar,
tambahan 100 mL/jam untuk setiap 10 kg berat dan resolusinya dapat digunakan untuk mengevaluasi
badan di atas 80 kg (Gambar 2).3 respons terhadap terapi.3,4.

PILIHAN CIRAN RESUSITASI


Rule of ten (untuk pasien dewasa)
Meskipun resusitasi volume pada syok luka
Kecepatan mL/jam untuk linger laktat = bakar yang utama adalah mencakup larutan cairan
% TBSA (mendekati 10) X 10 kristaloid seperti ringer laktat, cairan lain juga sering
digunakan sebagai tambahan resusitasi, terutama
Tambahkan 100 mL / jam tiap 10 kg berat
badan yang lebih dari 80 kg untuk “menyelamatkan” pasien yang menerima
volume berlebihan. Albumin dan plasma adalah
Kecepatan di titrasi untuk mempertah- yang paling sering digunakan dalam praktik klinis.
ankan perfusi 10-20% per jam Pruitt dkk. melaporkan pada tahun 1971, bahwa
berbagai dosis koloid yang diberikan selama 24 jam
Gambar 2. Formula rule of ten
pertama pasca luka bakar tidak memiliki efek nyata
pada tingkat kehilangan volume plasma. Hal ini
Banyak upaya telah dilakukan untuk mendorong eliminasi albumin dari formula Brooke
memperbaiki persamaan yang ada dengan yang dimodifikasi selama hari pertama pasca luka
memasukkan variabel dan perhitungan tambahan bakar.4 Perhitungan resusitasi dengan cairan koloid
dengan tujuan memprediksi kebutuhan cairan adalah sebagaimana terlihat pada gambar 3.
yang sedang berlangsung secara akurat. rule of ten
dikembangkan sebagai jawaban atas kebutuhan
formula resusitasi luka bakar yang disederhanakan Protokol resusitasi cairan dengan koloid
yang menekankan pentingnya titrasi yang tepat atas Indikasi : 24 jam volume resusitasi ≥ 250 mL/
persamaan kompleks, meminimalkan kesalahan kgbb atau urine output < 0,5 mL/kgBB selama
withdrawal dan perhitungan, dan diterapkan dengan > 3 jam
cepat selama keadaan darurat tanpa menunda
Waktu : 12-24 jam setelah cedera luka bakar
terapi.3
Goals terapi resusitasi antara lain adalah output Komposisi : 5% albumin atau FFP (fresh frozen
urin (UOP), serta variabel lain termasuk denyut plasma)
jantung, tekanan darah, laktat, defisit basa, dan status
Dosis : 0,5-1 mL/kgbb/% TBSA dibagi dalam
mental, harus dipertimbangkan secara bersamaan.
24 jam setelah cairan awal
Urine output 30-50 mL/jam pada orang dewasa
atau 0,5-1 mL/kg/jam. Pengecualian utnuk pasien
dengan pigmentasi kasar yaitu mioglobinuria atau Gambar 3. Formulasi cairan koloid.4

50 | J. Ked. N. Med | VOL. 3 | NO. 3 | September 2020 |


Asam askorbat dosis tinggi juga telah dikaitkan Molekul dengan berat molekul tinggi ini cenderung
dengan pengurangan volume resusitasi total, tetapi tidak bocor ke kompartemen ekstravaskular dan
tanpa menunjukkan manfaat kematian hingga saat ini, akan meningkatkan tekanan onkotik plasma saat
dan beberapa bukti peningkatan risiko cedera ginjal berada di kompartemen intravaskular. 3 Cairan
melalui nefropati oksalat. Saluran gastrointestinal ini secara teoritis meningkatkan ekspansi volume
(GI) telah dievaluasi sebagai rute alternatif untuk intravaskular. Ini merupakan kelebihan utama
pemberian cairan selama syok luka bakar. Secara dibandingkan cairan kristaloid.3 Formula tradisional
historis, resusitasi oral atau enteral telah dilakukan menggambarkan rasio kristaloid: koloid 1: 3 untuk
terutama di layanan kesehatan dengan sumber daya mencapai efek intravaskular yang serupa. Dalam
yang terbatas.5 15 tahun terkahir ini, banyak minat peneliti untuk
memeperbanyak penggunaan koloid didorong
Kristaloid oleh kesadaran morbiditas terkait dengan volume
Kristaloid merupakan larutan yang terdiri dari resusitasi yang tidak tepat dan aliran cairan.2
garam mineral serta dapat ditembus secara bebas Larutan koloid dapat berasal dari bahan alami
melalui membran sel. Ion utama yang menentukan (berasal dari darah, misalnya albumin atau plasma
tonisitasnya adalah natrium dan klorin. Penggunaan beku segar) atau semi-sintetis. Keterbatasan
terapi cairan intravena pertama yang dilaporkan, utama untuk koloid alami karena biayanya yang
dilakukan oleh Thomas Latta pada tahun 1832 di mana mahal. Subkelas utamanya adalah hidroksiletil
ia menggunakan larutan garam untuk menyadarkan pati (HES), gelatin dan dekstrans, dengan larutan
pasien kolera. Sepanjang sejarah protokol resusitasi HES yang paling umum digunakan. 5 Molekul HES
luka bakar, sebagian besar formula resusitasi dimetabolisme perlahan, menghasilkan ekspansi
menganjurkan penggunaan larutan kristaloid yang volume intravaskular yang berkepanjangan, tetapi
seimbang.6 Sayangnya tidak ada uji coba terkontrol dengan potensi terakumulasi dalam jaringan retikulo-
acak yang cukup besar untuk menentukan pilihan endotel seperti kulit, hati dan ginjal. Kelemahan
terbaik untuk cairan resusitasi kristaloid isotonik.1 koloid alamiah ini adalah efek akibat molekul
Keuntungan utama pemberian kristaloid isotonik dengan berat molekul tinggi yang dikaitkan dengan
adalah redistribusi yang cepat ke kompartemen cairan morbiditas dan insiden gagal ginjal akut dibandingkan
ekstravaskular (interstitium), yang membutuhkan dengan cairan lain.6
cairan intravena lebih lanjut untuk mempertahankan
volume di kompartemen intravaskular. Selanjutnya, TERAPI ADJUVANT LUKA BAKAR
penurunan tekanan onkotik plasma, akibat dari
hemodilusi, menyebabkan kebocoran ekstravaskular Vitamin C
dan pembentukan edema. Kekhawatiran tentang Penelitian menunjukkan bahwa stres oksidatif
pergerakan terapi cairan kristaloid ini telah memicu merupakan bagian utama dari patofisiologi luka
kontroversi terkait mana yang lebih baik, pemberian bakar. Setelah hipoperfusi jaringan yang dihasilkan
kristaloid-koloid atau kombinasinya. Berdasarkan pada fase awal syok luka bakar, pemulihan
bukti yang ada, dapat disimpulkan bahwa larutan pengiriman oksigen ke jaringan dapat memperburuk
kristaloid seimbang adalah cairan resusitasi awal produksi radikal bebas yang bersifat seperti hidrogen
yang pragmatis pada sebagian besar pasien yang peroksida dan superoksida. Pada saat yang sama,
sakit akut (dan luka bakar).5,6 mekanisme antioksidan seperti glutathion dan
asam askorbat menurun karena perubahan yang
Koloid diperantarai luka bakar di hepar. Asam askorbat
Cairan koloid mengandung molekul besar dalam memiliki efek diuretik yang jelas (osmotik) yang dapat
larutan pembawa (paling sering kristaloid isotonik). menyebabkan hipovolemia.7 Penurunan kehilangan

| J. Ked. N. Med | VOL. 3 | NO. 3 | September 2020 | 51


cairan insensible juga dapat menyebabkan penurunan lainnya, seperti cedera inhalasi dan luka traumatis.
respon inflamasi dan mobilisasi cairan lebih awal.8 Fase selanjutnya dari manajemen luka bakar
Meskipun tinjauan retrospektif pada tahun 2011 termasuk pemberian volume agresif menggunakan
menemukan kebutuhan cairan yang secara signifikan salah satu dari beberapa formula resusitasi yang
lebih rendah dan keluaran urin yang lebih tinggi tersedia. Pemberian koloid harus dipertimbangkan
pada pasien luka bakar yang diobati dengan asam saat resusitasi cairan masif atau resusitasi yang gagal,
askorbat dosis tinggi, tidak ada perbedaan hasil yang dan vasopresor harus digunakan secara bijaksana
ditemukan. Rekomendasi pemberian asam askorbat untuk mempertahankan tekanan arteri rata-rata.
adalah 66 mL/kg/jam selama 24 jam awal resusitasi Pemilihan analgesia dan sedasi yang adekuat
luka bakar (25 gram asam askorbat dalam 1000 mL diperlukan untuk memfasilitasi perawatan luka.
larutan Plasma-Lyte® ditutup dengan kantong hitam Pemantauan komplikasi resusitasi sangat penting
untuk mencegah cahaya oksidasi otomatis yang terutama komplikasi yang mengancam jiwa seperti
diinduksi.8 sindrom kompartemen.

Plasmaferesis DAFTAR PUSTAKA


Plasmapheresis atau pertukaran plasma
sebelumnya telah digambarkan sebagai terapi 1. Peeters Y, Vandervelden S, Wise R., Malbrain M.
penyelamatan dalam resusitasi luka bakar. Pada syok L. N. G. An overview on fluid resuscitation and
luka bakar, inflamasi sistemik yang dimediasi secara resuscitation endpoints in burns : Past , present
humoral dimulai dan efek menguntungkan dari and future . Part 1 — historical background ,
plasmapheresis dikaitkan dengan eradikasi mekanis resuscitation fluid and adjunctive treatment.
mediator inflamasi ini. Saat menggunakan strategi Anesthesiol Intensive Ther 2015;47:s6-14.
ini, sebagian plasma pasien dikeluarkan dan diganti 2. Guilabert P, Usúa G, Martín N, Abarca L, Barret J.
dengan albumin atau plasma beku segar.4 P, Colomina M. J. Fluid resuscitation management
in patients with burns : update. Br J Anesth
IVIg 2016;117(3):284-96.
Tinjauan dan meta-analisis terbaru
menyimpulkan bahwa pemberian imunoglobulin 3. Lang TC, Zhao R, Kim A, Wijewardena A,
polivalen memiliki efek menguntungkan yang Vandervord J, Xue M, Jakcson CJ. A Critical
signifikan pada mortalitas (rata-rata penurunan Update on the assesment and Acute Management
25%) pada pasien dengan sepsis berat dan syok of Patients with Severe Burn. Adv Wound Care
septik (dibandingkan dengan pasien yang tidak (Rocelle) 2019;8(12):607-633.
mengalami disfungsi organ), mendukung pemberian 4. Vivo C, Galeras R, Caz MDP. Initial Evaluation
IgG atau kombinasi dari IgG, IgA dan IgM.5 Meskipun and Management of the Critical Patient. Med
begitu, pada pasien luka bakar tidak ada efek Intensiva 2016;40(1):49-59.
menguntungkan yang diamati, kecuali dalam
5. Zou KJ, Medina A, Tredget EE. Important
kasus nekrolisis epidermal toksik dan kemudian
Development in Burn Care. Plast Reconstr Surg.
dikombinasikan dengan steroid.9
2017 Jan;139(1):120e-138e.
6. Kao Y, Loh EW, Hsu CC, Lin HJ, Huang CC, Chou
KESIMPULAN
YY, Lien CC, Tam KW. Fluid Resuscitation in
Perawatan untuk pasien luka bakar akut sangat Patients With Severe Burns: A Meta-analysis of
kompleks dan membutuhkan penilaian luka bakar Randomized Controlled Trials. Acad Emerg Med.
yang cepat serta evaluasi untuk cedera penyerta 2018 Mar;25(3):320-329.

52 | J. Ked. N. Med | VOL. 3 | NO. 3 | September 2020 |


7. Yastı A.C., Senel E., Saydam M., Özok G, Coruh A, GIFTASUP. Anaesthesia. 2009;64(3):235-8.
Yorgancı K. Guideline and treatment algorithm
9. Haberal M, Abali A.E, Karakayali H. Fluid
for burn injuries. Ulus Travma Acil Cerrahi Derg.
management in major burn injuries. Indian J Plast
2015;21(2):79-89.
Surg 2010;43(Suppl):S29-36September.2010.
8. Powell-tuck J, Gosling P, Dileep N, Allison S.P,
10. Bittner EA, Shank E, Woodson L, Martyn JA.
Carlson G. L, Lewington, A.J, Pearse R. M, Monty,
Acute and Perioperative Care of the Burn-Injured
G. British Consensus Guidelines on Intravenous
Patient. Anesthesiology. 2015 Feb;122(2):448-
Fluid Therapy for Adult Surgical Patients
64.

| J. Ked. N. Med | VOL. 3 | NO. 3 | September 2020 | 53

You might also like