You are on page 1of 6

TUGAS 3

MATA KULIAH SENSOR

Karakteristik kapasitif sensor temperatur dengan elemen perasa kapasitor


dan termokopel

Oleh :

Walizaqhi Ridhoallbis (2110951029)

Mata Kuliah : Sensor

Dosen Pengampu :

Zaini, Ph.D

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ANDALAS
2023
PENDAHULUAN

Gambar 1.Thermocouple Thermometer

Gambar 1 di atas merupakan sebuah alat Thermokopel , dimana Termokopel adalah jenis
sensor suhu yang digunakan untuk mengukur suhu berdasarkan perubahan tegangan listrik
yang dihasilkan ketika dua logam yang berbeda bersentuhan pada satu ujung dan terbuka
pada ujung lainnya. Untuk spesifikasinya sebagai berikut

Gambar 2.Spesifikasi Thermocouple

Gambar 2 di atas ialah perbedaan Tipe pada termokopel berikut penjelasannya

-Type J (Nikel-Kromel):
-Terbuat dari nikel (Ni) dan kromel (Cr-Al).
-Rentang suhu kerja sekitar -210°C hingga 1,200°C.
-Umumnya digunakan dalam aplikasi yang melibatkan suhu tinggi, seperti pemanasan dan
pemantauan proses industri.
-Memiliki sensitivitas yang tinggi dan akurasi yang baik dalam suhu tinggi. Rentang suhu
operasi yang luas membuatnya populer di berbagai industri.

Type K (Nikel-Alumel):
Terbuat dari nikel (Ni) dan alumel (Ni-Al).
-Rentang suhu kerja sekitar -270°C hingga 1,370°C. Merupakan salah satu jenis termokopel
yang paling umum digunakan.
Cocok untuk berbagai aplikasi, termasuk aplikasi laboratorium, industri, dan otomotif.
Rentang suhu yang luas membuatnya fleksibel digunakan dalam berbagai situasi.

Type T (Temperatur atau Tembaga-Konstantan):


-Terbuat dari tembaga (Cu) dan konstantan (Cu-Ni).
-Rentang suhu kerja sekitar -270°C hingga 400°C.
-Biasanya digunakan dalam aplikasi yang memerlukan suhu rendah hingga sedang.
-Baik untuk pengukuran suhu yang presisi dalam rentang suhu yang lebih rendah.
-Umumnya digunakan dalam aplikasi laboratorium, industri makanan, dan lingkungan yang
memerlukan ketelitian tinggi dalam suhu rendah.

Perbedaan utama antara ketiga jenis termokopel ini adalah jenis logam yang digunakan dalam
konstruksi mereka dan rentang suhu operasi yang mereka dukung. Pemilihan jenis termokopel
yang tepat harus mempertimbangkan rentang suhu aplikasi dan akurasi yang diperlukan.

Gambar 3.Spesifikasi Termokopel

Resolution 0.1°/1° auto-ranging: Ini mengindikasikan bahwa alat tersebut memiliki dua tingkat
resolusi yang berbeda yang dapat beralih secara otomatis tergantung pada suhu yang diukur.
Dalam rentang suhu tertentu, resolusi adalah 0.1 derajat Celsius (°C) atau Fahrenheit (°F), yang
berarti alat ini dapat mengukur perubahan suhu sebanyak 0.1°C atau 0.1°F. Namun, di luar
rentang suhu ini, resolusi berubah menjadi 1°C atau 1°F, yang berarti alat ini hanya mampu
mengukur perubahan suhu dalam kelipatan 1°C atau 1°F. 0.1°C/F from -199.9 to 999.9°: Dalam
rentang suhu dari -199.9°C hingga 999.9°C (atau dalam Fahrenheit yang setara), alat ini
memiliki resolusi sebesar 0.1 derajat Celsius (atau 0.1 derajat Fahrenheit). Ini berarti alat ini
dapat mendeteksi perubahan suhu sekecil 0.1°C atau 0.1°F dalam rentang ini. 1°C/F outside this
range: Di luar rentang suhu dari -199.9 hingga 999.9°C (atau Fahrenheit yang setara), resolusi
alat ini berkurang menjadi 1°C atau 1°F. Ini berarti alat ini hanya mampu mengukur perubahan
suhu dalam kelipatan 1°C atau 1°F di luar rentang tersebut. Jadi, resolusi adalah ukuran seberapa
akurat alat tersebut dalam mengukur perubahan suhu. Semakin kecil resolusinya, semakin presisi
alat tersebut dalam mengukur suhu dalam perubahan yang lebih kecil.

AKURASI
Untuk akurasi dari termokopel ini sendiri ada dua kondisi yaitu Ketika di bawah -150°C
akurasinya rendah yaitu sebesar ±0.25% akurasi pengukurannya, Sedangkan Ketika di atas suhu
-150°C akurasi alat ini meningkat menjadi ±0.1%.

Sensitivitas Sensor DHT 22 ( Sensing Polymer Capasitive )


Persamaan untuk model teoritis sensitivitas sensor suhu

dimana 0 ε adalah konstanta dielektrik vakum, l adalah panjang total kapasitor interdigital, a ε
mewakili konstanta dielektrik relatif udara pada suhu tertentu, α adalah ekspansivitas termal
fluida PDMS, dan K adalah faktor koreksi yang disebabkan oleh efek Marangoni [10], s ε
mewakili konstanta dielektrik relatif cairan PDMS di suhu tertentu, dan konstanta dielektrik
sebagai suatu fungsi suhu cairan PDMS telah diukur dan diberikan oleh 2,753 0,00279 detik ε
dan T adalah temperature
Gambar 4.Pengukuran sensitivitas sensor suhu (Desain A)

Sensitivitas sensor (S) didefinisikan sebagai kemiringan paling kecil garis kapasitansi linier
persegi versus suhu ciri. Gambar 4 memberikan kapasitansi penginderaan sebagai suatu fungsi
suhu. Suhu ruang lingkungan dinaikkan dari -30℃ menjadi 118℃ dengan langkah 10 ℃. Dari
Gambar 4, kita dapat melihat perubahan kapasitansi penginderaan terbaik linier dalam rentang 0-
80℃ dengan sensitivitas 40,73fF/℃. Dalam kisaran -30-0 ℃ , sensitivitasnya 11,37fF/ ℃ , dan
sensitivitas menjadi sensitivitas yang sangat buruk pada tingkat tinggi suhu di atas 80℃.

Gambar 5.Sensitivitas yang dihitung dibandingkan dengan hasil yang diukur.


Setelah membandingkan hasil aktual dengan teoritis hasil model yang diberikan oleh persamaan
(1). Gambar 5 menunjukkan kapasitansi sebagai fungsi suhu. Kemiringan tes kurva, dinyatakan
dalam pergeseran kapasitansi per suhu perbedaannya, sebanding dengan yang ditentukan secara
teoritis lereng.

Jadi Kesimpulannya Sensor suhu kapasitif telah dirancang dan dibuat berdasarkan
teknologi pengikatan. Suhu sensor menggunakan cairan PDMS sebagai dielektrik penginderaan.
sensor kapasitif memberikan sensitivitas 4.073pf/℃ pada 0- kisaran 80℃.

You might also like