You are on page 1of 45

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAPAS

DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSUP DR. KARIADI SEMARANG

Disusun untuk memenuhi tugas stase Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis
Pembimbing Akademik : Ns. Reni Sulung Utami, S.Kep., M.Sc
Ns. Dody Setyawan, S.Kep., M.Kep
Pembimbing Klinik :

Disusun Oleh :
Agung Pamuji Nugroho

Marla Peny Jayanti

Susmiyati

Naela Zulfa

Devi Ridha Rossela

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS XXXIV

DEPARTEMEN KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG, 2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Oksigen dibutuhkan untuk mempertahankan kehidupan. Tujuan utama
pengaturan pernafasan ialah mensuplai kebutuhan oksigen yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan tubuh, misalnya kebutuhan saat melakukan latihan fisik,
infeksi, atau masa kehamilan (Potter & Perry, 2006).
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling penting dalam kehidupan
manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan penting sebagai proses metabolisme
sel. Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh,
salah satunya kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu selalu dilakukan untuk
menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik. Dalam
pelaksanaannya, pemenuhan kebutuhan dasar tersebut masuk kedalam bidang
keperawatan. Setiap perawat mampu memenuhi manifestasi tingkat pemenuhan
oksigen pada pasiennya serta mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada manusia ( Mubarak, 2008).
Pemenuhan kebutuhan oksigen akan terganggu apabila fungsi-fungsi dari
sistem pernapasan terganggu. Empiema menjadi salah satu faktor penyebab
terjadinya kondisi abnormal pada paru sehingga terjadi gangguan pada
pemenuhan kebutuhan oksigen. Penumpukan nanah pada rongga pleura
menyebabkan tidak mampunya paru berkembang dengan maksimal. Kondisi
seperti ini menyebabkan terjadinya ketidakefektifan pola napas.
Ketidakefektifan pola napas berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan
oksigen dalam tubuh. Apabila fungsi-fungsi dalam sistem pernapasan terganggu,
maka proses dalam penyediaan kebutuhan oksigen akan terganggu (Asmadi,
2012).
Ketidakefektifan pola napas adalah inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak
memberikan ventilasi yang adekuat. Penegakan dengan diagnosa ini ditandai
dengan adanya sesak napas, peningkatan respiratory rate, dan adanya bunyi
nafas tambahan dalam paru-paru (NANDA, 2018).
Perawat harus mampu memberikan tindakan yang sesuai dengan kondisi
pasien, tindakan yang tepat adalah dengan memenuhi kebutuahan oksigen dan
mengurangi gejala sesak yang dirasakan pasien. Intervensi keperawatan yang
bisa diberikan adalah dengan memberikan posisi semi fowler untuk membantu
pengembangan dada, monitoring cairan dari water shied drainase, dan
memberikan oksigen sesuai dengan saran dokter (Nursing Intervention
Classification).

B. TUJUAN PENULISAN
Tujuan Umum :
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif
dengan masalah ketidakefektifan pola napas.
Tujuan Khusus :
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian primer, sekunder dan
pemeriksaan penunjang.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa keperawatan dan menetapkan
prioritas diagnosa.
3. Mahasiswa mampu menyusun rencana intervensi untuk menyelesaiakan
masalah ketidakefektifan pola napas.
4. Mahasiswa mampu mengimplementasi dan mengevaluasi intervensi
keperawatan yang diberikan dalam menyelesaikan masalah ketidakefektifan
pola napas.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Ketidakefektifan pola nafas merupakan inspirasi dan atau ekspirasi yang
tidak memberikan ventilasi yang cukup (NANDA, 2018). Pola nafas tidak efektif
merupakan suatu kondisi tidak adekuatnya ventilasi yang disebabkan perubahan
pola napas (Somantri, 2007). Keadaan dimana pola inhalasi dan ekshalasi
individu tidak memungkinkan pengembangan atau pengosongan paru yang
adekuat (Allen, 2009). Sehingga dapat disimpulkan pola nafas yang tidak efektif
dapat menyebabkan ventilasi (inspirasi dan atau ekspirasi) tidak adekuat.

B. Batasan Karakteristik
1. Bradipnea
2. Dispnea
3. Fase ekspirasi memanjang
4. Ortopnea
5. Penggunaan otot bantu nafas
6. Penggunaan posisi tiga titik
7. Peningkatan diameter anterior dan posterior
8. Penurunan kapasitas vital
9. Penurunan tekanan ekspirasi
10. Penurunan tekanan inspirasi
11. Penurunan ventilasi semenit
12. Pernafasan bibir
13. Pernafasan cuping hidung
14. Perubahan ekskursi dada
15. Pola nafas tidak abnormal
16. Takipnea
(NANDA, 2018).
C. Faktor-faktor yang Berhubungan (NANDA, 2018).
1. Cidera medula spinalis
Medula spinalis merupakan bagian susunan syaraf pusat yang terletak di
dalam kanalis vertebralis dan menjulur daru foramen magnum ke bagian
atas region lumbalis. Cedera medula spinalis dapat terjadi karena trauma
ekstensi fiksasi singat yang terjadi akibat benturan secara mendadak sampai
menyebabkan transeksi lengkap dari medula spinalis dnegan quadriplegia.
Bentuk cedera dapat berupa fleksi-rotasi, dislokasi maupun dislokasi
fraktur. Cedera ini dapat mengakibatkan iskemia pada medula spinalis
sehingga terjadi ketidakefektifan pola nafas (Batticaca, 2008).
2. Deformitas dinding dada, deformitas tulang
Deformitas merupakan kelainan atau bentuk trauma yang terjadi sehingga
menyebabkan adanya bentuk abnormal dari bagian tubuh itu sendiri.
Adanya deformitas tulang dan deformitas dinding dada memungkinkan
untuk memicu ketidakefektifan pola nafas karena terjadinya abnormalitas
pada sistem pernafasan.
3. Disfungsi neuromuskular, gangguan muskuloskeletal, gangguan neurologis
Disfungsi neuromuskular, gangguan muskuloskeletal maupun gangguan
neurologis yang berhubungan dengan organ-organ yang menjalankan sistem
pernafasan dapat memicu terjadinya pola nafas yang tidak efektif (Batticaca,
2008).
4. Hiperventilasi
Hiperventilasi adalah suatu episoda yang ditandai dengan adanya hyperpnea
berupa pernafasan yang cepat dan biasanya dangkal, yang diikuti dengan
sensasi subyektif berupa rasa takut atau panik, serta adanya bermacam-
macam keluhan fisik. Hiperventilasi merupakan ventilasi ang lebih besar
dari pada jumlah yang dibutuhkan untuk mempertahankan CO2.
Hiperventilasi dapat dilihat dari tekanan parsial CO2 arteri atau PaCO2
yang menunjukkan nilai rendah dari angka normal (40 mmHg) (Indrawanto,
2015).
5. Keletihan otot pernafasan
Keletihan otot pernafasan dapat terjadi karena kelemahan otot, kelumpuhan
otot, berkurangnya fungsi mekanis otot maupun kelainan pada otot.
Penelitian yang dilakukan oleh Monod Scherrer pada otot diafragma yang
mengalami kelelahan menyimpulkan bahwa kelelahan yang terjadi dan
berkembang pada otot bergantung pada jumlah energi yang tersimpan dalam
otot, kecepatan pemasokan energi dan pemakaian otot yang tepat. Jika
kemampuan dinding thoraks atau paru untuk mengembang mengalami
penurunan sedangkan tahanan pada saluran pernafasan meningkat maka
tenaga yang diperlukan oleh otot pernafasa untuk memberikan perubahan
volume serta tenaga yang diperlukan kerja pernafasan juga akan meningkat
(Muttaqin, 2008).
6. Obesitas
Obesitas merupakan salah satu faktor risiko terjadinya obstruktif sleep
apnea, sehingga menyebabkan terjadinya risiko pola nafas yang tidak efektif
(Cahaya, 2014).
7. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
Ekspansi paru merupakan pengembangan paru-paru yang terjadi pada
proses pernafasan. Kesulitan dalam melakukan espansi paru menyebabkan
terganggunya siste pernafasan sehingga pasien tidak dapat bernafas secara
maksimal.
8. Sindrom hipoventilasi
Hipoventilasi merupakan suatu penurunan frekuensi ventilasi yang berkaitan
dengan metabolisme yang sedang berlangsung. Berkebalikan dengan
hiperventilasi, hipoventilasi dapat dilihat dari peningkatan PCO2 yang
melebihi angka normal (Muttaqin, 2008).

D. Manifestasi Klinis
a. Mayor (harus ada)
1. Perubahan pada nadi (frekuensi, irama, kualitas)
2. Perubahan dalam frekuensi atau pola pernapasan (dari nilai normal)

b. Minor (mungkin ada)


1. Pernapasan distritmik
2. Pernapasan sukar/ berhati-hati
3. Ortopnea
4. Takipnea pernapasan yang cepat dan dangkal, Hiperpnea Hiperpnea:
Pernafasan cepat dan dalam, hiperventilasi
(Carpenito & Moyet, 2012)
E. Kerangka Pikir Nursing Fenomena

Intoleransi Aktifitas

Kelemahan

Ketidakefektifan Pola
Napas Penurunan suplay O2

Sesak napas Resiko Infeksi

Penurunan ekspansi paru Aspirasi cairan


pleura melalui jarum

Akumulasi cairan yang Fungsi pleura


berlebihan di rongga pleura (torakosintesis)

Efusi Pleura

Hambatan rearbsobsi, cairan dari rongga

Adanya bendungan cairan dalam rongga pleura

Kardiovaskuler, neoplasma, penyakit abdomen, infeksi, cidera dll


F. Nursing Outcomes Classification
a. Respiratory status: Ventolaion
b. Respiratory status: Airway patency
c. Vital sign monitoring (Moorhead, 2013)
G. Nursing Intervention Classification
a. Airway Management (3140)
1) Monitor respirasi dan status O2
2) Monitor vital sign
3) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
4) Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat bantu nafas
5) Posisikan pasien untuk mengoptimalkan ventilasi
6) Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
7) Lakukan fisioterapi dada
8) Keluarkan secret dengan batuk atau suction
9) Atur intake cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan
b. Oxygen Therapy (3320)
1) Monitor aliran oksigen
2) Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
3) Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi Bersihkan
mulut, hidung dan secret trakea
4) Pertahankan jalan nafas yang paten
5) Atur peralatan oksigen
6) Pertahankan posisi pasien
c. Vital sign monitoring (3350)
1) Monitor tekanan darah, nadi dan RR
2) Monitor jumlah dan irama jantung
3) Monitor bunyi jantung
4) Monitor pola pernapasan abnormal
5) Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit
6) Monitor sianosis perifer
7) Identifkasi penyebab dari perubahan vital sign
8) Catat adanya fluktuasi tekanan darah (Bulecheck, 2013)
H. Evaluasi
1. Tanda-tanda vital normal
2. Dapat mentoleransi aktivitas tanpa adanya keluhan
3. Tidak ada edema paru, perifer dan asites
4. Tidak ada penurunan kesadaran
5. Evaluasi pelaksanaan teknik non farmakologi (batuk efektif)
(Nurarif & Kusuma , 2015)
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

Tanggal Masuk ICU : 16 Desember 2019 Pukul : 10.00 WIB


Tanggal /Jam Pengkajian : 21 Desemberi 2019 Pukul: 09.00 WIB
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 61 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Semarang
Pendidikan : SMP
No.RM : C793XXX
Diagnosa medis : Trauma tumpul abdomen, Post laparotomy
spelenectomy, nefrostomi

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. H
Umur : 43 tahun
Jenis kelamin : Laki laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Semarang
Hubungan : Anak Klien
3. Pengkajian Primer
a. Airway
Pada jalan nafas terpasang ET, tidak ada sekret pada selang ET dan mulut,
serta tidak terdapat sumbatan atau suara tambahan
b. Breathing
RR klien 17x/menit, irama teratur. Terpasang ventilator mode CPAP,
PEEP 5 mmHg, FiO2 35%.
c. Circulation
Akral teraba hangat, CRT <2 detik, nadi : 98 x/menit, iramanya reguler
dan kuat. TD 135/59 mmHg, MAP 77, suhu 37.3ºC. Kelembapan kulitnya
baik dan turgor kulit normal. Tidak terdapat edema pada extremitas.
d. Disability
Kesadaran pasien komposmentis dengan nilai GCS E2 M2 Vett. Pupil kanan
dan kiri isokor (1 1)dan kekuatan otot klien 5555.
e. Exposure
Terdapat luka jahitan bekas laparotomi dengan ukuran 10x2 cm di perut.
tidak terdapat rembesan pada balutan. Suhu tubuh 37,3ºC. Masih terdapat
bledding pada slang WSD sejumlah 95 cc.
f. Folley catheter
Klien terpasang DC 250 cc warna kuning jernih
g. Gastric tube
Klien terpasang NGT tidak terdapat residu
4. Pengkajian Sekunder
a. Tanda-tanda vital

Tanggal TD MAP HR SaO2 RR Suhu


21/12/2019 135/59 77 98x/menit 100% 17 37,3ºC
mmHg x/menit
b. Anamnesis
1) Sign and symptom
Klien post laparatomi splenectomy, nefrostomi ruptur lien grade V,
renal injury AAST grade IV, fraktur costa posterior 9 kiri dan costa
lateral 10 kiri, terpasang ET mode CPAP dengan 17, tidal volume
465, PEEP/PIP 5, FiO2/FLOW 35%, dan SENS/P. Support 2/10,
terpasang NGT, DC, drain, wsd.
2) Allergy
Keluarga pasien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap obat
atau makanan.
3) Medication
Pasien mendapatkan infus RL kecepatan 83cc/jam, injeksi ampicili
subactam 1,5 mg/8 jam, omeprazol 40 mg/12 jam, Ca glukonas 1
gr/12 jam, paracetamol 1g/8jam, injeksi asam traneksamat 500mg/8
jam, injeksi vit K 10mg/12 jam, morfin 1 mg/jam melalui syring
pump,norepinefrin, dobutamin.
4) Past illness
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit apapun.
5) Last meal
Terakhir kali pasien mendapatkan sonde susu 160cc.
6) Event
Klien mengalami kecelakaan motor pada tanggal 15 Desember
2019 dengan trauma tumpul, tidak ada saksi mata ditempat kejadian
sehingga tidak diketahui klien kecelakaan karena tertabrak,
terlindas atau yang lainnya. Kemudian klien dibawa ke RS
Banyumanik, selanjutnya dirujuk ke RSUP Kariadi pada tanggal 16
Desember 2019. Tn A sampai di IGD RSUP Dr. Karyadi pukul
09.00 WIB tanggal 16 Desember 2019. Tn A dijadwalkan operasi
laparatomi cito dengan lama operasi 180 menit, lama anestesi 210
menit dengan perdarahan sebanyak 8000 cc. Dilakukan rehidrasi
cairan menggunakan RL 2500 cc dan NaCl 0,9% 2000 cc,
gelofusine 1000 cc, serta diberikan tranfusi prc sebanyak 630 cc
dan WB 900 cc. Terdapat sedian darah 4 prc, 2 FFP dan 12 WB.
Setelah operasi klien dibawa ke ICU pada pukul 16.00 tanggal 16
Desember 2019 dengan TD 110/98 mmHg, HR 107 kali/menit, RR
28 x/menit dan SpO2 100%.
5. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
I : bentuk mesochepal, kulit kepala bersih, persebaran merata, rambut lurus,
berwarna hitam campur uban, tidak terdapat luka.
P : tidak terdapat nyeri tekan.
b) Mata
I : pupil klien isokor dengan ukuran kanan 1 mm, kiri 1mm, masih
berespon terhadap cahaya. Tidak terdapat edem, konjungtiva tidak anemis.
c) Hidung
I : terdapat lesi, edema, terlihat napas cuping hidung.
d) Telinga
I : tidak terdapat lesi, tidak edema, terpasang NGT
e) Mulut
I : tidak terdapat stomatitis, bibir lembab, tidak terdapat akumulasi sekret
f) Leher
I : tidak terdapat jejas pada sekitar klavikula, tidak terdapat distensi vena
jugularis
P : tidak teraba benjolan diarea leher.
g) Thorak
Paru-paru
I : sisi kanan dan kiri dada simetris, persebaran warna kulit merata, ada
retraksi intercosta saat bernapas, RR klien 17x/menit, ritme pernapasan
klien cepat dalam, klien terpasang ventilator mode CPAP PEEP 5 FiO2
35%, terpasang CVC, WSD, Drain.
P : seluruh lapang paru kiri redup saat diperkusi.
P: tidak ada benjolan, tidak ada massa
A: suara dasar vesikuler.
Jantung
I : tidak nampak ictus cordis pada area jantung
P : ictus cordis teraba di ICS 5 midclavikula sinistra
P : suara jantung pekak
A : bunyi jantung 1 dan 2 normal, tidak terdengar bunyi jantung tambahan.
h) Abdomen
I : persebaran warna kulit abdomen rata, tidak tampak simetris di semua
kuadran abdomen, terdapat bekas luka operasi laparatomi splenektomi,
nefrostomi
A : tidak terkaji
P : suara timpani
P : Mengalami distensi abdomen
i) Genetalia
I : klien terpasang DC, tidak terdapat luka atau kemerahan pada area
genitalia.
j) Ekstremitas
Atas
I : terdapat lesi atau edema, kulit lembab.
P : tidak teraba edema
Bawah
I : terdapat lesi edema pada sebelah kanan ekstremitas bawahnya
P : kulit kembali setelah < 2 detik
k) Integumen
I : kulit klien kering dan turgornya baik kembali dalam 1 detik, klien tidak
mengalami gatal – gatal, tampak lesi di tangan sebelah kiri, dan kaki
sebelah kiri
6. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan LAB (20 Desember 2019)

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Interpretasi


KIMIA KLINIK
BGA kimia

Meassured 370C
pH 7.435 - 7.37-7.46 H
pCO2 33,3 mmHg
PO2 163,8 mmHg 83-105
H
Calculated temp 38,5 C
FiO2 35,0 %
pH(T) 7,413 - 7.37-7.46
PCO2(T) 35,5 mmHg 35-48
PO2(T) 172,6 mmHg 83-108 H
HCO3- 22,6 mmol/L 22-29
TCO2 23,6 mmol/L 23-27
BEecf -1,9 mmol/L
BE(B) -0,6 mmol/L (-2)-(+3)
SO2c 99,4 % 94%-98% H
A-aDO2 34,5 mmHg
RI 0,2 -
Tanggal 20 Desember 2019
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Interpretasi
HEMATOLOGI
Hematologi Paket

Hemoglobin 8,6 g/dl 13.2 – 17.3 L


Hematokrit 27,6 % 32 – 62 L
Eritrosit 3,31 10^6/uL 4.4 – 5.9 L
MCH 26 pg 27 – 32
MCV 83,4 fL 76 – 96
MCHC 31,2 g/dL 29 - 36
Leukosit 11,6 10^3/uL 3.6 – 11 H
Trombosit 325 10^3/uL 150 - 400
RDW 18,8 % 11.6 – 14.8 H
MPV 10,9 fL 4.00 – 11.00

KIMIA KLINIK
Asam laktat 2,09 mmol/L 0,4-2,0 H
Albumin 2,8 g/dL 3,4-5,0 L
Ureum 62 mg/dL 15-39 H
Kreatinin 2,4 mg/dL 0,6-1,3 H
Magnesiun 0,82 mmol/L 0,74-0,99
Calcium 1,8 mmol/L 2,12-2,52 L
Elektrolit
Natrium 145 mmol/L 136-145
Kalium 4,8 mmol/L 3,5-5,0
chlorida 115 mmol/L 95-105 H
b) Pemeriksaan hasil rontgen
Pemeriksaan MSCT Abdomen dengan kontras
Tanggal : 15 Desember 2019
Hasil Pemeriksaan
Klinis : Trauma tumpul abdomen
Kesan :
- Ruptur lien AAST grade V disertai hematoperitonium
- Tidak tampak kontras mengisi sebagian besar ginjal kiri dan tidak
mengisi vena renalis kiri dari hilus ke bagian distal  DD/ renal injury
AAST grade IV (Penurunan fungsi ginjal kiri ec proses kronis)
- Hepatomegaly (ukuran kurang lebih 17,8 cm)
- Irregularitas dan penurunan densitas parenkim pada segmen 2 hepar
disertai hematoperitonium pada periheptik  curiga laserasi
- Infiltrat pada segmen 9/10 paru kanan kiri disertai efusi pleura dupleks
- Fraktur pada costa posterior 9 kiri dan costa lateral 10 kiri
Pemeriksaan X Foto Thorax AP Supine
Tanggal : 16 Desember 2019
Hasil Pemeriksaan
Klinis : post laparatomi nefrektomi
Kesan :
- ET terpasang dengan ujung distal setinggi corpus vertebra
- Cvc terpasang, dari arah subclavia kiri dengan ujung distal pada
paracertebra kiri setinggi corpus vertebra
- Chest tube terpasang dengan ujung distal hemithorax kiri setinggi sic 7
posterior kiri
- Cor sulit dievaluasi
- Pulmo tak tampak infiltrat
- Efusi pleura kiri
Pemeriksaan X Foto Thorax AP Semierect
Tanggal : 19 Desember 2019
Hasil Pemeriksaan
Klinis : post laparatomi
Kesan :
- Bentuk dan letak jantung normal
- Pulmo tak tampak infiltrat
- Efusi pleura kiri berkurang
- Perubahan hilus kanan  DD/limfdenopati, vasikuler
7. Terapi Medis

Jenis Terapi Dosis Rute Indikasi Kontraindikasi Efek Samping


RL 83 cc/jam IV Mengembalikan keseimbangan Hipernatremia, kelainan ginjal, Panas, infeksi pda tempat
elektrolit pada dehidrasi. kerusakan sel hati, laktat penyuntikan, trombosis
asidosis. vena atau flebitis yang
meluas dari tempat
penyuntikan, ekstravasasi.
Asam 500 mg/ 8 jam IV Untuk mengatasi masalah Penderita pendarahan Lemah, sakit kepala berat,
traneksamat pendarahan abnormal paska operasi subarahnoid, riwayat trombo bingung, sakit dada dan
emboli, kelainan pada batuk, terjadi masalah
penglihatan warna, mengalami penglihatan, sulit BAK,
cedera kepala, hematuria, darah nafas cepat, dan kejang
menggumpal di dalam mata,
kejang, dan penyakit ginjal.
Vitamin K 10 mg/ 12 jam IV Untuk pencegahan terjadinya Pasien dengan gangguan Gangguan saluran
perdarahan dan untuk pasien absorbsi vit K, pasien dengan pencernaan (mual, mulas,
kekurangan vitamin K hipotrombinemia karena diare), radang dinding
gangguan hati, dan bayi baru pembuluh darah,
lahir. kemerahan pada wajah,
kolaps kardiovaskuler,
reaksi syok, berkeringat,
penyempitan dada, sesak
napas, kebiruan pada kulit.
Ca glukonas 1 gr/ 12 jam IV Menggobati kekurangan kalsium Hipercalsemia Mual dan muntah-muntah,
yang disebabkan oleh pengeroposan kehilangan nafsu makan,
tulang (osteoporosis), lemah tulang sembelit, tenggorokan
(osteomalacia/rickets), mengurangi kering dan cepat haus,
kinerja kelenjar paratiroid sering buang air kecil
Jenis Terapi Dosis Rute Indikasi Kontraindikasi Efek Samping
(hypoparathyroidism), dan beberapa
masalah otot (latent tetany).
Morphin 1 mg/ jam IV Nyeri akut, nyeri kronis, suplemen Hipersensitif terhadap morfin Depresi pernapasan,
anastesi sebelum operasi, nyeri sulfat atau komponennya, vertigo, ngantuk, lemah,
pada infark miocard, ansietas pada depresi pernapasan parah, asma kejang, mual, muntah,
pasien dipsneu karena kegagalan akut atau berat, diketahui atau konstipasi, aritmia, hiotesi
ventrikel kiri akut dan edema paru dicurigai ileus paralitik. pastural, oliguria,
Cara kerja: bradikardi, takikardi, mulut
Menekan susunan saraf pusat kering, tremor otot, halu,
menyebabkan turunnya aktivitas muka merah, ruam kulit.
neuron, pusing, perubahan perasaan
dan kesadaran berkalut.
Parasetamol 1 gr/ 8 jam IV Obat penurun panas (analgesik) dan Obat parasetamol tidak boleh Efek samping paracetamol
dapat digunakan sebagi obat digunakan pada orang dengan jarang, namun jika itu
penghilang rasa sakit dari segala kondisi sebagai berikut: terjadi maka ditandai
jenis seperti sakit kepala, sakit gigi, - Alergi parasetamol atau dengan:
nyeri pasca operasi, nyeri acetaminophen - Ruam atau
sehubungan dengan pilek, nyeri otot - Gangguan fungsi hati dan pembengkakan ( adanya
pasca-trauma, dll. penyakit hati reaksi alergi)
- Gangguan Fungsi - Hipotensi (tekanan
- Ginjal Serius darah rendah) ketika
- Shock diberikan di rumah sakit
- Overdosis dengan infus.
- Acetaminophen - Kerusakan hati dan
- Gizi Buruk ginjal, ketika diambil
pada dosis lebih tinggi
dari yang
direkomendasikan
(overdosis)
Omeprazole 40 mg/ 12 jam IV Indikasi: Hipersentivitas terhadap Mual, sakit kepala, diare,
Pengobatan jangka pendek pada omeprazole konstipasi, kembung, ruam
Jenis Terapi Dosis Rute Indikasi Kontraindikasi Efek Samping
tukak usus 12 jari, tukak lambung kulit, urtikaria, pruritus
dan refluks esofagitis erosiva. jarang terjadi
Cara Kerja:
Suatu benzimidazol tersubstitusi,
yang menekan sekresi lambung
melalui penghambatan spesifik
terhadap sistem enzim H+/K+
ATPase pada permukaan sekresi sel
parietal lambung.
Penghambat pompa asam langbung
yang menghambat tahap akhir
pembentukan asam lambung.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
 ANALISIS DATA
Nama Klien : Ny. S
No. Rekam Medik : C79XXXXX
Ruang Rawat : RUANG ICU

No Data Problem Etiologi


1. DO : Ketidakefektifan pola Hiperventilasi
- Klien composmentis nafas
- Klien terpasang ventilator mekanik mode CPAP
- RR 17 x/menit, tidal volume 465, PEEP/PIP 5, FiO2/FLOW 35%
- PCO2 35,5 mmHg
- PO2 172,6 mmHg
- FIO2 35%
- p/f ratio = 493
DS : -
2. DO : Risiko penurunan Hipovolemi
- Klien mengalami trauma tumpul di abdomen perfusi jaringan jantung
- Ruptur lien grade V
- Ruptur ginjal
- TD 135/59 mmHg
- MAP 77
- Klien terpasang drain, tidak ada cairan yang keluar
- Klien terpasang WSD, cairan yang keluar berupa darah sebanyak 95 cc
- Distensi abdomen
DS : -

C. TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. S
No. Rekam Medik : C79XXXX
Ruang Rawat : Ruang ICU

Tgl No. Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan TTD

21/12/2019 1 Setelah dilakukan asuhan keperawatan Airway Management (3140)


selama 3 x 24 jam pola nafas klien dapat - Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
membaik dengan kriteria hasil : - Monitor status pernafasan dan saturasi oksigen
klien
1. Frekuensi pernafasan klien dalam
- Auskultasi suara nafas, catat jika ada suara
rentang normal (16-20 x/menit)
tambahan
2. Tidak ada suara nafas tambahan
Management of mechanical ventilation (3300)
3. Menunjukkan kepatenan jalan nafas
- Konsultasikan dengan petugas kesehatan lain
4. Saturasi oksigen dalam rentang
dalam hal pengaturan ventilator
normal
- Monitor setting ventilator, termasuk suhu dan
5. Tidak terlihat retraksi dinding dada
kelembapan dari udara yang dihirup secra ruting
- Cek secara teratur sambungan ventilator
- Monitor gejala-gejala yang mengindikasikan
peningkatan kerja pernafasan
- Lakukan suction jika ada suara nafas abnormal
- Monitor efektivitas ventilasi mekanik terhadap
status fisiologi dan psikologi
- Dokumentasikan semua respon pasien terhadap
ventilator dan perubahan ventilator (gerakan
dada, hasil x-ray, perubahan AGD)

21/12/2019 2 Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Monitor TTV (TD, nadi, suhu, status
selama 3 x 24 jam risiko penurunan perfusi pernapasan) setiap 1 jam sekali
jaringan jantung klien dapat teratasi dengan 2. Monitor tanda dan gejala penurunan perfusi
kriteria hasil : (disritmia, takikardi, takipnea, dan penurunan
curah jantung)
1. Tekanan darah sistolik dan diastolik
3. Berkolaborasi dengan tim dokter dalam
dalam batas normal yaitu 120-80
pemberian obat yaitu norepinefrin, dobutamin,
mmHg
cairan RL, dan NaCl.
2. Nilai MAP klien dalam batas normal
yaitu 100
3. Rekaman EKG : irama sinus reguler
4. Nadi klien dalam batas normal 60-
100x/menit

21/12/2019 3 Setelah dilakukan asuhan keperawatan Infection Control (6540)


selama 3 x 24 jam, klien terhindar dari - Instruksikan kepada pengunjung untuk mencuci
infeksi dengan kriteria hasil : tangan saat berkunjung
- Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
1. Klien bebas dari tanda dan gejala
tindakan
infeksi
- Pertahankan lingkungan aseptik pada klien
2. Suhu tubuh dalam rentang normal
Tube Care (1870)
- Monitor patensi kateter dan sistem drainase
tabung atau sistem
- monitor jumlah, warna dan konsistensi drainase
dari tabung
- periksa area di sekitar tempat dilakukan tidakan
invasif dan cek adanya kemerahan dan
kerusakan kulit

D. IMPLEMENTASI
Nama Klien : Ny. S
No. Rekam Medik : C73XXXX
Ruang Rawat : Ruang ICU

Tanggal Jam No.dx Implementasi Respon TTD


16.00 WIB 1 Memantau ventilator yang S:-
05/02/2019
terapasang O: Mode P SIMV PEEP 10 FiO2 45%
16.05 WIB 1 Memonitor hemodinamik S:
O: GCS E4M6Vett, kesadaran composmentis, EKG
normal sinus rhytme, TD 133/74 mmHg, MAP 97,
HR 97 x/menit, RR: 23x/menit, SaO2 100%, suhu
37,3 0C

16.15 WIB 2 Memberikan nutrisi: susu via S:-


NGT O: Susu masuk 150 cc
16.20 WIB 2 Melakukan oral hygiene S:
O : mukosa bibir klien kering
17.00 WIB 3 Mencatat output: urine S:-
O: Urine sebanyak 200 cc
17.05 WIB 1 Melakukan auskultasi suara S:-
napas O: bunyi napas ronkhi pada paru kiri, irama teratur
17.10 WIB 1 Memonitor hemodinamik S:
O: GCS E4M6Vett, kesadaran composmentis, EKG
normal sinus rhytme, TD 129/78 mmHg, HR 95
x/menit, RR: 24x/menit, SaO2 99 %, suhu 37,4 0C
17.15 WIB 1 Memantau ventilator S:
O : mode ventilator CPAP RR 16 x/menit FiO2 40%
17.20 WIB 1 Memonitor hemodinamik S:
O: GCS E4M6Vett, kesadaran composmentis, EKG
normal sinus rhytme, TD 131/72 mmHg, HR 91
x/menit, RR: 22x/menit, SaO2 100 %, suhu 37,4 0C
17.25 WIB 2 Memberikan nutrisi: susu via S:
NGT O: Susu masuk 150 cc, tidak ada residu
18.30 WIB 1 Mencatat output: urine S:-
O: Urine sebanyak 200 cc

18.35 WIB 1 Memonitor hemodinamik S:


O: GCS E4M6Vett, kesadaran composmentis, EKG
normal sinus rhytme, TD 133/74 mmHg, MAP 97,
HR 97 x/menit, RR: 23x/menit, SaO2 100%, suhu
37,3 0C
18.40 WIB Mencatat intake dan ouput S:-
(balance cairan) O: Balance cairan -128 cc
20.00 WIB 3 Memantau cairan WSD S:-
O: cairan berwarna kemerahan, output 235cc

20.40 WIB 1 Memonitor hemodinamik S:-


O: GCS E4M6Vett, kesadaran composmentis, EKG
sinus takikardi, TD 136/93 mmHg, MAP 104, HR
105 x/menit, RR 20 x/menit, SaO2 100%, suhu
38,50C
07.15 WIB 1 Memonitor bantuan oksigen S:-
06/02/2019
yang diberikan kepada klien O: Klien terpasang NRM, oksigen mengalir ke pasien
5 l/menit
07.30 WIB 3 Memantau WSD S:-
O : cairan WSD berwarna kemerahan, oputput 192 cc
08.00 WIB 1 Memonitor hemodinamik S:
O: GCS E4M6V5, kesadaran composmentis, EKG
normal sinus rhytme, TD 133/74 mmHg, MAP 97,
HR 97 x/menit, RR: 23x/menit, SaO2 100%, suhu
37,3 0C

08.15 WIB 2 Memberikan nutrisi: susu via S:-


NGT O: Susu masuk 150 cc
08.30 WIB 2 Melakukan oral hygiene S:
O : terdapat sariawan di mulut klien, mukosa bibir
terlihat kering
09.00 WIB 3 Mencatat output: urine S:-
O: Urine sebanyak 200 cc, urine berwarna kuning
kecoklatan
09.10 1 Melakukan auskultasi suara S:-
WIB napas O: bunyi napas ronkhi pada paru kiri, irama teratur
10.00 WIB 1 Memonitor hemodinamik S:-
O: GCS E4M6V5, kesadaran composmentis, EKG
sinus takikardi, TD 136/93 mmHg, MAP 104, HR
105 x/menit, RR 20 x/menit, SaO2 100%, suhu
38,50C

10.30 WIB 3 Melepas selang NGT S:-


O : Klien kooperatif dan merasa senang selang NGT
telah dilepas
10.55 WIB 1 Memposisikan klien semifowler S : Klien mengatakan sudah tidak merasakan sesak
O : klien terlihat lebih nyaman
11.00 WIB 1,2 Memonitor hemodinamik S:-
O: GCS E4M6V5, kesadaran composmentis,TD 126/85
mmHg, MAP 98, HR 97 x/menit, RR 23
x/menit,SaO2 100%, suhu 36,50C
12.10 WIB 2 Membantu klien untuk minum S: klien mengatakan tenggorokannya sakit saat
susu menelan
O: Susu masuk 150 cc
12.30 WIB 3 Mencatat output: urine S:-
O: Urine sebanyak 200 cc
13.00 1 Memonitor hemodinamik S:
O: GCS E4M6V5, kesadaran composmentis, EKG
normal sinus rhytme, TD 133/74 mmHg, MAP 97,
HR 97 x/menit, RR: 23x/menit, SaO2 100%, suhu
37,3 0C
13.05 WIB 1 Mengganti NRM dengan nasal S :
kanul O : nasal kanul 3 lpm, klien mampu berkomunikasi
dengan lancar
13.55 WIB 1,2 Memonitor hemodinamik GCS E4M6V5, kesadaran composmentis, EKG normal
sinus rhytme, TD 140/67 mmHg, MAP 91, HR 91
x/menit, RR 19 x/menit, SaO2 100%, suhu 36,70C

14.20 WIB 2 Melakukan personal hygiene S : klien mengatakan sudah sehat dan ingin segera
07/02/2019
pulang
O : klien terlihat sudah membaik dari sebelumnya,
dapat bergerak dan merubah posisi tanpa sesak nafas
14.55 WIB 1 Mengaustultasi suara napas S:-
O: bunyi napas ronkhi pada paru kiri, irama teratur
15.00 WIB 1, 2 Memonitor hemodinamik S:-
O: GCS E4M6V5, kesadaran composmentis, TD
142/72 mmHg, MAP 87, HR 86 x/menit, RR 26
x/menit,SaO2 100%, suhu 36,50C
15.30 WIB 1 Memposisikan klien semifowler S:-
O: klien terlihat lebih nyaman dari sebelumnya
16.05 WIB 2 Membantu klien untuk minum S : -
susu O : susu masuk 150 cc
17.00 1 Memonitor hemodinamik S:-
WIB O: GCS E4M6V5, kesadaran composmentis, TD
136/93 mmHg, MAP 104, HR 98 x/menit, RR 20
x/menit, SaO2 100%, suhu 38,50C

18.00 1 Memonitor hemodinamik S:-


WIB O: GCS E4M6V5, kesadaran composmentis, TD
136/85 mmHg, MAP 96, HR 120 x/menit, RR 26
x/menit,SaO2 100%, suhu 36,50C
19.00 2 Memberikan nutrisi: susu via S:-
WIB NGT O: Susu masuk 150 cc
20.00 1 Memantau suara nafas S:
WIB O:bunyi napas ronkhi pada paru kiri, irama teratur
E. EVALUASI
Nama Klien : Ny. S
No. Rekam Medik : C73XXXX
Ruang Rawat : RUANG ICU

No Tgl Jam Dx Keperawatan Evaluasi TTD


1 18 Pola Napas Tidak Efektif S:-
September b.d Hiperventilasi O:
2018 1. Klien masih sesak napas, meskipun sesak napas
sudah berkurang
2. Retraksi otot-otot intercostal berkurang
3. Tidak terdapat napas cuping hidung
4. Tidak terdapat pernapasan kussmaul
5. RR: 23x/menit
6. SpO2 100%
7. PO2 147, 5 mmHg
8. PCO2 39,5 mmHg
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1.Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2.Auskultasi suara napas, catat adanya suara napas
tambahan
3. Pertahankan pemasangan ventilator
4. Monitor hemodinamik
5. Monitor pola pernapasan
Intoleransi Aktivitas b.d S:-
Ketidakseimbangan antara O:
suplai dan kebutuhan 1.Terdapat efusi pleura kiri
oksigen 2. terpasang WSD
3. terpasang ventilator

A: Masalah belum teratasi


P: Lanjutkan intervensi
1.Monitor hemodinamik
2..personal hygiene
3.Monitor intake dan output atau balance cairan
Resiko infeksi b.d S:
pemasangan WSD O
1. tidak ada jejas ataupun udem
2. suhu 37.5 oC
3. baluan bersih, tidak ada eksudat
A: maslah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1.monitor jumlah warna cairan dalam tabung
2.monitor patensi kateter dan sistem drainase
2 19 06.00 Ketidakefektifan pola nafas S:-
September b.d hiperventilasi O:
2018 1. Klien tampak sesak napas
2. Terdapat retraksi otot-otot intercosta
3. Tidak terdapat napas cuping hidung
4. RR: 29x/menit
5. SpO2 100%
6. PO2 94,6 mmHg
7. PCO2 29,1 mmHg
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1.Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2.Auskultasi suara napas, catat adanya suara napas
tambahan
3. Pertahankan pemasangan ventilator
4. Monitor hemodinamik
5. Monitor pola pernapasan
Intoleransi Aktivitas b.d S:-
Ketidakseimbangan antara O:
suplai dan kebutuhan
oksigen 1. Klien tampak lemas
2. terlihat sering tidur
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1.amankan lingkungan klien
2. personal hygiene
3. pantau intake
4. Monitor pola pernapasan

Resiko infeksi b.d S:


pemasangan WSD O
1. tidak ada jejas ataupun udem
2. suhu 36,5oC
3. baluan bersih, tidak ada eksudat
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1.monitor jumlah warna cairan dalam tabung
2.monitor patensi kateter dan sistem drainase
3 20 06.00 Ketidakefektifan pola nafas S:-
September b.d hiperventilasi O:
2018 1. Klien tampak tidak sesak
2. Tidak terdapat retraksi otot-otot intercosta
3. Tidak terdapat napas cuping hidung
4. RR: 20x/menit
5. SpO2 100%
6. PO2 94,6 mmHg
7. PCO2 29,1 mmHg
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1.Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2.Auskultasi suara napas, catat adanya suara napas
tambahan
3. Pertahankan pemasangan ventilator
4. Monitor hemodinamik
5. Monitor pola pernapasan
Intoleransi Aktivitas b.d S:-
Ketidakseimbangan antara O:
suplai dan kebutuhan 1. Klien terlihat lemas
oksigen
2. aktif
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1.amankan lingkungan klien
2. personal hygiene
3. pantau intake
4. Monitor pola pernapasan

Resiko infeksi b.d S:


pemasangan WSD O
1. tidak ada jejas ataupun udem
2. suhu 36,3oC
3. balutan bersih, tidak ada eksudat
A: masalah teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Monitor jumlah warna cairan dalam tabung
2. Monitor patensi kateter dan sistem drainase
BAB IV
PEMBAHASAN

Ketidakefektifan pola napas ditandai dengan adanya sesak napas atau dispnea,
peningkatan respiratory rate (RR), retraksi dinding dada, suara nafas tambahan, dan tanda-
tanda lain yang menunjang (NANDA, 2018).
Pada pasien dengan permasalahan pada pola napas perlu diberikan beberapa
intervensi yaitu posisi semi-fowler, pemenuhan kebutuhan oksigen yang adekuat, dan
pemantauan status hemodinamik. Posisi semi fowler merupakan posisi yang nyaman
pada pasien dengan permasalahan napas. Posisi tersebut dapat mendorong inspirasi
dengan maksimal, meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi di sisi paru yang tidak
efektif (Doenges, Marry, Alice, 2014). Posisi semi-fowler 30° memiliki efek positif,
hal tersebut didukung oleh penelitian El-Moaty yang menunjukkan efek positif pada
hemodinamik seperti denyut nadi, laju pernapasan, tekanan darah, CVP, tekanan
darah arteri rata-rata (MAP) dan nilai gas darah arteri (SaO2, PaO2 dan PaCo2) (El-
Moaty, Naglaa, Asmaa, 2017). Penelitian lain juga mengungkapkan bahwa posisi
semi Fowler terbuti lebih efektif dalam meningkatkan volume tidal dan oksigenasi
pada pasien ARDS (Shah, Anjan, Nilan, 2012).
Pemberian bantuan oksigen dapat membantu pasien untuk mengurangi beban
pernapasan, mencegah distress pernapasan dan sianosis yang berhubungan dengan
hipoksia (Doenges, Marry, Alice, 2014). Pada pasien kasus keloalaan pasien diberikan
intervensi kolaborasi dengan terapi oksigenasi dengan masker non rebreathing mask.
Non Rebreathing Mask (NRM) merupakan suatu alat yang digunakan untuk terapi
oksigen dengan prinsip kerja aliran udar ekspirasi dan inpirasi dari alat hanya
mengalir satu arah keluar saat ekspirasi. Saat inspirasi udara luar tidak dapat masuk ke
dalam alat sedangkan saat ekspirasi udara CO yang tinggi dapat dibuang. Aliran
oksigen yang dapat diberikan menggunakan alat ini adalah 10-15 L/menit, dengan
konsentrasi FiO yang mampu dicapai sebanyak 80-95%. Hal ini memungkinkan
karena pada NRM terdapat kantong reservoar yang mampu menampung oksigen.
Pada alat ini juga terdapat katup yang menghalangi bercampurnya aliran oksigen
dengan udara lingkungan dan ekspirasi, sehingga memungkinkan untuk pemberian
aliran oksigen yang lebih tinggi (Jhon, 2003).
Pemantauan status hemodinamik dan status respirasi pasien dilakukan sebagai
intervensi. Status hemodinamik dapat sebagai indikator adanya perburukan kondisi
atau keberhasilan intervensi yang telah diberikan(Doenges, Marry, Alice, 2014).
Perubahan tanda-tanda vital dan distress pernapasan dapat menunjukkan adanya syok
karena hipoksia. Penanganan yang cepat pada penurunan kondisi dapat meningkatkan
keberhasilan tindakan kegawatan napas.
Pada masalah intoleransi aktivitas pasien diberikan intervensi berupa terapi
aktivitas dan pendampingan dalam perawatan diri. Tindakan ini diberikan untuk
memenuhi kebutuhan dasar pasien dan membantu meningkatkan kemandirian
(Alliegod & Tomy, 2014). Terapi aktivitas ini merujuk pada teori self care dari
Deothora Orem, dimana efektif diberikan kepada pasien dengan masalah intoleransi
aktivitas (Risca, Felicia, 2017) .
Pada masalah resiko infeksi pasien diberikan intervensi berupa kontrol
terhadap infeksi dan monitoring pada tube yang terpasang pada pasien. Monitor luka
post WSD dan melihat ada atau tidaknya tanda-tanda infeksi. Membersihkan luka
dengan prinsip steril mampu menjaga luka dari infeksi lokal.
Pelaksaan intervensi pada pasien secara keseluruhan sudah sesuai antara teori
dengan praktik di lahan rumah sakit. Hal yang perlu ditingkatkan sebagai intervensi
pada pasien dengan masalah pola napas yang tidak efektif yaitu dengan meningkatkan
kenyamanan pasien saat menerima terapi oksigenasi. Pasien merasa kurang nyaman
akan penggunaan nasal kanul di hidung, sehingga perlu dimonitor pula efek dari
pemasangan nasal kanul agar tidak terjadi iritasi pada mukosa hidung (Kurniawati,
2017).
Pengelolaan pasien dengan ketidakefektifan pola napas mengacu pada aspek
etik dan legal keperawatan, segala intervensi yang diberikan sesuai dengan tanda dan
gejala yang didapat dari pasien. Pengontrolan pasien juga dilakukan 1 x 24 jam oleh
perawat, sehingga meminimalisir terjadinya kondisi yang lebih buruk. Pasien yang
terpasang ventilator mekanik juga dimonitor status respirasinya agar jika sudah terjadi
peningkatan, cepat dilakukan perubahan mode ventilator sesuai dengan kebutuhan
pasien. Hal ini memenuhi aspek dari non-maleficiense.
Prinsip autonomi juga diterapakan baik pada pasien saat terpasang ventilator
(verbal ett) ataupun sudah tidak lagi terpasang ventilator. Semua dilakukan dengan
meminta izin pada pasien. Aspek etik dan legal sudah terpenuhi dengan baik pada
pengelolaan pasien.
BAB V
REFLEKSI DIRI

A. PERSONAL KNOWLEDGE
1. Monitoring cairan dari WSD merupakan hal yang penting untuk melihat
perkembangan kondisi pada pasien dengan efusi pleura.
2. Posisi semi fowler merupakan intervensi keperawatan yang efektif dalam
mengurangi sesak napas dan memberikan kenyamanan pada pasien dengan
gangguan pada paru-paru.
B. ESTETIKA
Nilai estetika yang diberikan kepada pasien adalah dengan memberikan sensitifitas
yang tinggi kepada pasien. Yaitu bertanya tentang kenyamanan setelah intervensi
diberikan, apabila masih belum dirasakan, mahasiswa berpikir kritis dan kreatif dalam
memodifikasi intervensi sesuai dengan kebutuhan pasien. Seperti pada kasus, pada
awalnya pasien terpasang masker NRM, setelah kondisi membaik, pasien dipasang
nasal kanul. Pasien merasa kurang nyaman, lalu perawat membantu memasangkan
nasal kanul hingga pasien merasa nyaman serta menjelaskan pemberian O2 melalui
nasal kanul. Setelah itu pasien nyaman dan merasa puas.
C. ETIKA
1. Tetap meminta persetujuan pasien sebelum melakukan intervensi keperawatan.
2. Tidak memberikan intervensi yang bisa membahayakan pasien.
3. Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai tujuan dari intervensi yang
diberikan.
4. Memberikan intervensi yang memiliki manfaat paling baik untuk pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Allen, C. V., (2009). Memahami Proses Keperawatan dengan Pendekatan Latihan.


Jakarta: EGC.
Alligood, M.A., & Tomey, A. M. (2014). Nursing Theory, and Their Work. 8'th Ed.
USA: Mosby Elsevier
Anggraeni. (2014). Diakses pada Senin, 24 September 2018, Dari
repository.ump.ac.id/2293/3/DIAN%20ANGGRAENI%20BAB%20II.pdf
Asmadi. (2012). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Baughman, D. C., & Hackley, J. C. (2000). Keperawatan Medikal-Bedah. (M. Ester,
Ed.). Jakarta: EGC.
Batticaca, F. B=B. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika
Bulecheck, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Intervention Classification (NIC) (Sixth Edit). America: United States of America,
Elsevier.
Cahaya, G. (2014). Hubungan Obesitas dengan Risiko Obstructive Sleep Apnea.
Universitas Negeri Lampung.
Carpenito, L., & Moyet. (2012). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.
Corwin E.J.(2009). Patofisiologi: Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Dewanto, G., Suwono, W., Riyanto, B & Turana, Y. (2009). Panduan Praktid Diagnosis
& Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC.
Dhwanit S Shah., Anjan R Desai., Nilam Gohil. (2012) A Comparision Of Effect Of
Semi Fowler’s Vs Side Lying Position OnTidal Volume & Pulse Oxymetry In Icu
Patients. Innovative Journal of Medical and Health Science; 2(5):81 – 85.
Doenges E, Marilynn, dkk. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Doenges, M.E., Marry F.M., Alice C.M. 2014.Nursing care plans : guidelines for
individualizing client care across the life span Edition 9. Philadelphia : F. A.
Davis Company.
El-Moaty A.M. A., Naglaa M.E., Asmaa H.A.(2017). Effect of Semi Fowler’s Positions
onOxygenation and Hemodynamic Status among Critically Ill Patients with
Traumatic BrainInjury. International Journal of Novel Research in Healthcare
and Nursing; 4(2): 227-236.
Herdman, T. H. (2015). Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan : Definisi &
Klasifikasi 2015 - 2017 (10th ed.). Jakarta: EGC.
Indrawanto, I. S. (2015). Sindroma Hiperventilasi. FK Universitas Muhammadiyah
Malang.
John w. Earl rrt, bs. Delivery Of High Fio2. (2003). The Science Journal Of
TheAmerican Association For Respiratory Care. Open Forum
Abstracts.Download dari:http://www.rcjournal.com/abstracts/2003/?id=OF-03-
257
Kurniawati. (2017). Pencegahan iritasi mukosa hidung. Diakses pada 24 September
2018, dari https://e-journal.unair.ac.id/JNERS/article/download/3976/2692
Mubarak, W.I & Chayatin, N. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan
Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC.
Muttaqin, A., (2008). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Penerbit Salemba.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Jogja.
Nursalam. (2008).Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC) (Fifth Edit). America: United States of America, Elsevier.
Potter, P.A. & Perry,A.G. (2006). Buku Ajar fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan praktik. Edisi 4. Alih Bahasa Renata Komalasari, S.Kp, dkk. Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta: EGC.
Risca, Felicia. (2017). Penerapan teori self care untuk mengatasi intoleransi aktivitas.
Diakses pada 24 September 2018, dari
ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/jikk/article/download/598/596
Somantri, I., (2007). Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Smeltzer et al, 2008. Buku Ajar Keperwata Medikal Bedah. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC

You might also like