You are on page 1of 7

Jurnal PENA Vol.33 No.

1 Edisi Maret 2019

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
PADA KONDISI ASMA BRONCHIALE
DENGAN MODALITAS INFRA MERAH, CHEST FISIOTERAPI
DAN LATIHAN PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION
DI BBKPM SURAKARTA

Rizza Mustafa, Ade Irma Nahdliyyah


Program Studi Fisioterapi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pekalongan
Email: rizzamustafa@gmail.com, nahdliyyah.ft@gmail.com

ABSTRACK

Bronchial asthma is a disorder characterized by continuous broncus hypersecretion and empysema, in


which loss of lung supporting tissue causes severe respiratory tract narrowing that is especially noticeable
when breathing out. In asthma, there are 3 (three) types of concurrent processes, namely inflammation
(inflammation) in the respiratory tract, narrowing of the airway (bronkokonstriksi), excessive exposure of
mucus / mucus fluid resulting from the three processes in the asthma, the asthma patients may experience
difficulty breathing or tightness accompanied by coughing and wheezing.
Management of physiotherapy in the condition of Bronchial asthma can be administered by using the
modality Infrared, Chest Physiotherapy and Exercise Progressive Muscle Relaxation (PMR). The research
method used by the writer is using case study. after physiotherapy action five times, the result of decreased
shortness of breath was measured by borg scale from T1 = 4 to T5 = 0, the decrease of respiratory muscle
spasm was measured by palpation from T1 = 1 to T5 = 0, presence sputum production decline is measured by
auscultation and the number of sputum that comes out from the results T1 = wheezing (++) Crackles (++) Vout
= 30 ml to T1 = wheezing (-) Crackles (+) Vout = 0 ml, the increasing expansion of the thoracic cage metline
from results measured using T1 = 1 cm difference in axillary axis, ICS 4-5 and P. xyphoideus into T5 = 1.5 cm
difference in axillary axis, ICS 4-5 and P. xyphoideus and an increase in functional activity was measured
using the 6MWT From the result of T1 = 357.8 meters to T5 = 440 meters.
From the results already obtained, it can be concluded with physiotherapy treatment on the condition of
Bronchial asthma by using Infrared, Chest Physiotherapy and Exercise Progressive Muscle Relaxation (PMR)
can help reduce problems arising on the condition of Bronchial asthma.

Keywords: Bronchial asthma, Infrared, Chest Physiotherapy, Exercise Progressive Muscle Relaxation (PMR)

PENDAHULUAN rendah dan menengah, termasuk


Asma Bronchiale yaitu kelainan Indonesia. Penyakit saluran pernapasan
yang ditandai oleh hipersekresi broncus yang menyebabkan kematian terbesar
secara terus menerus dan empisema, adalah Tuberculosis (7,5%) dan Lower
dimana hilangnya jaringan penunjang Tract Respiratory Disease (5,1%).
paru-paru menyebabkan penyempitan Berdasarkan data Sistem Informasi
berat saluran pernafasan yang terutama Rumah Sakit (SIRS) di Indonesia
dirasakan menyolok ketika mengeluarkan didapatkan bahwa angka kematian akibat
nafas (Soemarno, 2005). penyakit asma adalah sebanyak 63.584
Berdasarkan WHO fact sheet 2011 orang (Depkes, 2014). Dari data
menyebutkan bahwa terdapat 235 juta Riskesdas 2013, penderita asma di
orang menderita asma di dunia, 80% Indonesia paling banyak di derita oleh
berada di negara dengan pendapatan golongan menengah kebawah dan

22
Jurnal PENA Vol.33 No.1 Edisi Maret 2019

terbawah (tidak mampu), persentase untuk Pemberian latihan progressif muscle


menengah kebawah sebanyak 4,7% dan relaxation (PMR) telah dilakukan sebagai
terbawah 5,8%. salah satu cara untuk membantu
Di Indonesia, prevalensi asma mengurangi permasalahan Asma
belum diketahui secara pasti. Kemenkes Bronchiale, keefektifan dari tindakan
RI (2011) mengatakan di Indonesia tersebut dapat dilihat dari adanya
penyakit asma masuk dalam sepuluh besar peningkatan aliran puncak ekspirasi
penyebab kesakitan dan kematian. disebabkan adanya latihan pernapasan
Berdasarkan data yang diperoleh dari yang digunakan dalam latihan PMR yang
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, menyebabkan terjadinya peningkatan
prevalensi kasus asma di Jawa Tengah tekanan pada rongga mulut kemudian
pada tahun 2012 sebesar 0,42% dengan tekanan ini akan diteruskan melalui
prevalensi tertinggi di Kota Surakarta cabang-cabang Bronkus sehingga
sebesar 2,46%. meningkatkan tekanan intrabronkial
Pada asma, terjadi 3 (tiga) jenis (Nickel, 2005).
proses yang bersamaan, yaitu peradangan
(inflamasi) pada saluran nafas, METODOLOGI PENELITIAN
penyempitan saluran nafas Pendekatan dalam penelitian ini
(bronkokonstriksi), pengeluaran cairan penulis menggunakan metode deskriptif
mukus/lendir pekat secara berlebihan analitik untuk mengetahui assesmen dan
akibat dari tiga proses pada asma tersebut, perubahan yang dapat diketahui.
maka pasien asma dapat mengalami Rancangan penelitian yang digunakan
kesukaran bernafas atau sesak yang adalah rancangan studi kasus.
disertai batuk dan mengi. Bentuk serangan Desain penelitian ini dilakukan
akut asma mulai dari batuk yang terus- dengan cara melakukan interview dan
menerus, kesulitan menarik nafas atau observasional pada seorang pasien secara
mengeluarkan nafas sehingga perasaan langsung yang dilakukan di poli
dada seperti tertekan, serta nafas yang Fisioterapi BBKPM Surakarta.
berbunyi (Judarwanto, 2011). Gambaran desain penelitian sebagai
Fisioterapi berperan sangat penting berikut :
pada Asma Bronchiale, dalam upaya
mengeluarkan secret dan memperbaiki X Y
ventilasi pada pasien dengan fungsi paru
yang terganggu. Fisioterapi membantu
penderita asma untuk dapat tetap aktif dan
Z
mendapatkan kebugaran tubuh yang
optimal. Tindakan fisioterapi untuk Keterangan :
membersihkan jalan napas diantaranya X : Keadaan pasien sebelum diberikan
yaitu : fisioterapi dengan menggunakan program fisioterapi
infra merah dan Chest Fisioterapi yang Y : Keadaan pasien setelah diberikan
bertujuan untuk mengembalikan dan program fisioterapi
memelihara fungsi otot-otot bantu Z : Program fisioterapi
pernafasan dan membersihkan sputum
dari bronchus dan untuk mencegah Problematika yang muncul pada
penumpukan sputum serta mengurangi kasus ini meliputi adanya sesak nafas,
sesak napas karena penumpukan Sputum. spasme otot bantu pernafasan, sputum,

23
Jurnal PENA Vol.33 No.1 Edisi Maret 2019

penurunan ekspansi sangkar thorak dan bertujuan untuk mengetahui selisih antara
aktivitas fungsional. sebelumnya pasien fase inspirasi dan ekspirasi dengan
dilakukan pemeriksaan fisioterapi berupa pengukuran menggunakan midline.
pemeriksaan sesak nafas dengan skala
Borg, Spasme dengan palpasi, sputum Aktivitas Fungsional dengan The Six
dengan auskultasi, ekspansi sangkar thora Minutes Walk Test
dengan Midline, dan aktivitas fungsional Untuk mengetahui adanya
dengan Indeks Barthel dan The Six permasalahan pada aktivitas fungsional
Minutes Walk Test. dapat dilakukan pemeriksaan dengan The
Six Minutes Walk Test.
Instrumen Penelitian
Sesak Nafas dengan skala Borg Prosedur Pengambilan Data
Dengan skala penilaian yaitu : 0= Data Primer
Tidak ada sesak napas, 0,5= Sesak napas Pemeriksaan Fisik
sangat ringan sekali, 1= Sesak napas Bertujuan untuk mengetahui
sangat ringan, 2= Sesak napas ringan, 3= keadaan fisik pasien, keadaan fisik terdiri
Sesak napas sedang, 4= Sesak napas dari vital sign, inspeksi, palpasi, perkusi
kadang berat, 5/6= Sesak napas berat, dan auskultasi.
7/8= Sesak napas sangat berat, 9= Sesak
napas sangat-sangat berat, 10 = Sesak Interview
napas sangat berat mengganggu. Metode ini digunakan untuk
Spasme Otot dengan Palpasi mengumpulkan data dengan cara tanya
Mengukur Spasme otot pernafasan jawab antara terapis dengan sumber data/
dapat dilakukan dengan cara palpasi yaitu pasien, yaitu dengan auto anamnesis.
: dengan jalan menekan dan memegang
bagian tubuh pasien untuk mengetahui Observasi
kelenturan otot, misal terasa kaku, tegang Dilakukan untuk mengamati
atau lunak. Kreteria peniliannya : Nilai 0 perkembangan pasien sebelum terapi,
adalah tidak ada spasme, nilai 1 adalah selama terapi dan sesudah diberikan terapi
ada spasme.
Data Sekunder
Sputum dengan Auskultasi Studi Dokumentasi
Auskultasi paru dilaksanakan secara Dalam studi dokumentasi penulis
indirect yaitu dengan memakai stetoskop mengamati dan mempelajari data-data
yang bertujuan untuk mengetahui letak medis dan fisioterapi dari awal sampai
dari sputum dan banyak tidaknya sputum akhir.
yang ada. Studi Pustaka
Dalam penelitian ini diambil dari
Ekspansi Sangkar Thoraks dengan sumber-sumber diambil dari buku, jurnal/
Midline internet, yang berkaitan dengan kondisi
Pemeriksaan mobilisasi sangkar penyakit Asma Bronchiale.
thorak pada kondisi kasus respirasi
bertujuan untuk mengetahui seberapa ASMA BRONCHIALE
besar kemampuan paru-paru dapat Asma Bronchiale yaitu kelainan
mengembang pada fase inspirasi dan yang ditandai oleh hipersekresi broncus
ekspirasi, dimana pemeriksaan ini secara terus menerus dan empisema,

24
Jurnal PENA Vol.33 No.1 Edisi Maret 2019

dimana hilangnya jaringan penunjang Disability


paru-paru menyebabkan penyempitan Pasien terganggu dan merasa sesak jika
berat saluran pernafasan yang terutama terpapar asap atau bau-bauan tajam
dirasakan menyolok ketika mengeluarkan seperti bau dari cat semprot.
nafas (Soemarno, 2005).
Serangan asma terjadi karena Fungsional Limitation
adanya gangguan pada aliran udara akibat Pasien tidak mampu bekerja membuat
penyempitan pada saluran napas atau cap batik kembali akibat adanya sesak
Bronkiolus. Penyempitan tersebut sebagai napas dari paparan asap pada proses
akibat adanya arteriosklerosis atau pembuatan cap batik.
penebalan dinding Bronkiolus, disertai
dengan peningkatan ekskresi mukus atau HASIL DAN PEMBAHASAN
lumen kental yang mengisi Bronkiolus, Evaluasi Sesak Nafas dengan skala
akibatnya udara yang masuk akan tertahan Borg
di paru-paru sehingga pada saat ekspirasi
udara dari paru-paru sulit dikeluarkan, Evaluasi sesak nafas dengan
sehingga otot polos akan berkontraksi dan skala borg
terjadi peningkatan tekanan saat bernapas.
5
Karena tekanan pada saluran napas tinggi Evaluasi sesak
khususnya pada saat ekspirasi, maka nafas dengan
0 skala borg
dinding Bronkiolus tertarik ke dalam T1 T2 T3
(mengerut) sehingga diameter Bronkiolus T4 T5

semakin kecil atau sempit (Cunningham,


2006). Pertemuan terapi 1 didapatkan hasil
skala sesak dengan nilai 4, pada terapi ke
2 didapatkan penurunan nilai skala sesak
PROBLEMATIKA ASMA yaitu 3, lalu pada terapi ke 4 didapatkan
BRONCHIALE kembali penurunan nilai skala sesak yaitu
Penderita yang terkena Asma 2, selanjutnya pada terapi ke 5 didapatkan
Bronchiale akan mengalami beberapa penurunan lagi pada nilai skala sesak
problematika yang disebabkan dari yaitu 0.
adanya infeksi atau inflamasi pada saluran
pernapasannya. Problematika tersebut Derajat sesak napas pada penderita
meliputi : Asma Bronchiale dapat menurun
Impairment disebabkan karena latihan pernapasan
Adanya sesak nafas yang digunakan dalam progressive muscle
Adanya spasme pada otot bantu relaxation dan latihan pursed lip
pernafasan Breathing Exercise yang menyebabkan
Adanya sputum terjadinya peningkatan tekanan pada
Adanya penurunan ekspansi sangkar rongga mulut yang diteruskan melalui
thoraks cabang-cabang bronkus sehingga
Adanya penurunan aktivitas fungsional meningkatkan tekanan intrabronkial
seimbang atau sama dengan tekanan
intraalveolar, memperlama fase ekspirasi,
mempermudah pengosongan udara dari
rongga toraks, dan mempermudah

25
Jurnal PENA Vol.33 No.1 Edisi Maret 2019

pengeluaran karbondioksida sehingga 2.5


dapat mencegah air trapping dan kolaps 2
bronkiolus pada waktu ekspirasi (Novarin, 1.5 Whezzin
et.al, 2015). 1 g
0.5
0 Cracles
Evaluasi Spasme Otot dengan Palpasi

Terapi 1
Terapi 2
Terapi 3
Terapi 4
Terapi 5
Pemeriksaan spasme dilakukan
dengan penilaian 0 = tidak ada spasme
dan 1 = ada spasme. Dari terapi ke-1
sampai dengan terapi ke-5 pemeriksaan Pada terapi 1 hasil yang diperoleh
spasme didapatkan hasil adanya yaitu suara Whezzing (++) dan Cracles
penurunan spasme pada otot m. upper (++) sama-sama jelas terdengar, pada
trapezius dextra pada terapi ke-3 dan pada terapi ke 2 sudah ada perubahan suara
m. upper trapezius sinistra pada terapi ke- Whezzing menjadi (+) menurun,
4. sedangkan cracles baru ada penurunan
1 11 1 1 menjadi (+) setelah terapi ke-4.
1
0 Chest fisioterapi membantu
0 0
0 0 0 membersihkan jalan napas dari
T1 T2 mucus/sputum yang berlebihan, terdiri
T3 T4 T5 dari postural drainage, tappotement/
Clapping, Vibrasi dan batuk efektif.
M. Upper Trapezius Dextra
Dengan tekanan intra thorakal dan intra
M. Upper Trapezius Sinistra abdominal yang tinggi, udara dibatukkan
keluar dengan akselerasi yang cepat
Dengan pemberian infrared dan membawa sputum yang tertimbun tadi
Latihan PMR dapat menurunkan tingkat untuk keluar.
spasme karena efek termal yang
ditimbulkan akan membantu proses Perubahan Nilai Ekspansi Sangkar
rileksasi otot dan menimbulkan Thoraks
vasodilatasi pada jaringan sehingga Pemeriksaan sangkar thoraks adalah
oksigen dan nutrisi berjalan dengan baik, untuk mengetahui kemampuan inspirasi
proses relaksasi pada Latihan PMR yang dan ekspirasi maksimal pasien saat
diikuti ekspirasi maksimal akan bernafas. Dengan pengukuran
memudahkan perolehan pelemasan otot menggunakan midline.
yang diperoleh melalui pelepasan adhesi 94
93 Inspirasi
yang optimal pada jaringan ikat otot
92 Upper
(fascia dan tendo) dan mengakibatkan
91
spasme dapat berkurang (Silbernagl, Ekspirasi
90
2009). Upper
89
Inspirasi
Evaluasi Sputum maupun Pengeluaran Middle
Sputum
Evaluasi pemeriksaan sputum
menggunakan auskultasi dari mulai terapi Terapi infrared yang dipadukan
ke satu sampai ke lima. dengan chest fisioterapi pada pasien dapat
meningkatkan ukuran thoraks pada proses

26
Jurnal PENA Vol.33 No.1 Edisi Maret 2019

inspirasi dan ekspirasi yang disebabkan KESIMPULAN


oleh hambatan pada saluran napas yang Tindakan Penatalaksanaan
mengalami penurunan akibat dari fisioterapi dengan modalitas Infra merah,
meningkatnya sirkulasi mikro pada Chest Fisioterapi dan Progressive Muscle
pasien. Pemberian Latihan Progressive Relaxation pada penderita Asma
Muscle Relaxation (PMR) mempercepat Bronchiale yang dilakukan sebanyak lima
proses relaksasi, Kontraksi isometrik yang kali, memberikan hasil sesuai rumusan
dilakukan pada latihan PMR mampu masalah dan objek yang dibahas berupa :
memperoleh relaksasi maksimal karena 1. Latihan Progressive Muscle Relaxation
mekanisme reverse innervations. Proses dapat membantu merileksasi otot serta
relaksasi yang diikuti ekspirasi maksimal mengurangi sesak napas.
akan memudahkan perolehan pelemasan 2. Pemberian infra merah dan latihan
otot (Silbernagl, 2009). Progressive Muscle Relaxation dapat
membantu merileksasikan otot bantu
Evaluasi Aktivitas Fungsional dengan pernapasan serta mengurangi Spasme.
The Six Minutes Walk Test 3. Pemberian chest fisioterapi dapat
Sebagai hasil evaluasi terapi membantu mengurangi Sputum.
terhadap aktifitas fungsional pasien, 4. Pemberian chest fisioterapi dan latihan
penulis menggunakan pemeriksaan Progressive Muscle Relaxation dapat
dengan The Six Minutes Walk Test. Dari membantu meningkatkan mobilitas
tindakan intervensi dan pemeriksaan sangkar thoraks.
aktivitas fungsional yang di lakukan
sebanyak 5 kali pertemuan di dapatkan DAFTAR PUSTAKA
hasil peningkatan jarak tempuh pada Cunningham, F. G. (2006). Obstetri
aktivitas berjalan selama 6 menit seperti Williams. Jakarta: EGC.
pada grafik berikut ini :
Depkes, 2014, “Respiratory us.id”,
Jarak Tempuh (Meter)
Tujuan Pembanggunan Kesehatan.
500 Jakarta.
400
300
200 Jarak Jurdawanto, S.2011. Hindari serangan
100 Tempuh asma, kenali gejalanya.Diakses 28
0 (Meter) juli Oktober 2011 dari
Terapi 3
Terapi 1
Terapi 2

Terapi 4
Terapi 5

http://www.asma.co.id.Diponegoro.
eprints.undip.ac.id/10476/1/artikel.p
df, 21 September 2014.
Dari hasil pengukuran The Six Minutes Kementerian Kesehatan RI, 2011. Profil
Walk Test tersebut terlihat adanya Kesehatan Indonesia 2010.
penambahan jumlah jarak tempuh uji http://www.depkes.go.id.diakses
berjalan pasien seiring dengan pada tanggal 15 Januari 2017.
berkurangnya sesak napas yang diderita
oleh pasien, ini menunjukkan bahwa Nickel C, Kettler C, Muehlbacher M,
toleransi aktivitas pasien sudah bertambah Lahmann C, Tritt K, Fartacek R, et
dari aktivitas sebelumnya. al. 2005. Effect of progressive
muscle relaxation inadolescent

27
Jurnal PENA Vol.33 No.1 Edisi Maret 2019

female bronchial asthma patients.


http://www.researchgate.net/
publication/7458966 Effect of
progressive_muscle_relaxation_in_a
dolescent_female _bronchial_astma
patients_a_randomized_doubleblind
_controlled _study. Diakses pada
tanggal 28 Februari 2014.

Novarin, Christina., Murtaqib., Nur


Widayati. 2015. Pengaruh
Progressive muscle relaxation
terhadap Aliran Puncak Ekspirasi
Klien dengan Asma Bronkial di Poli
Spesialis Paru B Rumah Sakit Paru
Kabupaten Jember. E-jurnal pustaka
kesehatan, vol. 3 (no. 2), Mei 2015.

Soemarno, Slamet dan Dwi Astuti. 2005.


Pengaruh Penambahan MWD pada
terapi Inhalasi, Chest Fisioterapi
Dalam meningkatkan Volume
Pengeluaran Sputum pada Penderita
Asma Bronchial dalam Jurnal
Indonusa, Vol. 5, No. 1. Jakarta :
Universitas Indonusa ESA.

Silbernagl, Stefan dan Agamemnon


Despopoulos. 2009. Color Atlas
Physiology 6th Edition. Germany:
Offizin Anderson Nexo.

WHO. 2013. Asthma. dari


http://www.who.int/ mediacentre/
factsheets/fs307/en/.diakses pada
tanggal 15 Januari 2017.

28

You might also like