You are on page 1of 17

GAMBARAN FAAL PARU PADA PASIEN ASMA YANG MELAKUKAN

SENAM ASMA DENGAN YANG TIDAK MELAKUKAN SENAM ASMA

Uci Tama Azilla


Sri Melati Munir
Eka Bebasari
utamaazilla@yahoo.com

ABSTRACT
Asthma is chronic inflammation disorder of respiratory tract that cause trial
episode of symptoms like wheezing, breathlessness, feel heavy in chest, cough
especially in the night or early morning that reversible with or without therapy.
Spirometry is used in clinical examination to diagnose and evaluation patient with
asthma. Asthma gymnastic is one of recommendation exercise therapy to help the
process of rehabilitation in asthma patient. This study was cross sectional descriptive
that used total sampling method which explained overview lung function of asthma
patient that followed asthma gymnastic and not followed asthma gymnastic. In this
study, total sampling was 62 patient which 31 asthma patient that followed asthma
gymnastic and 31 not followed asthma gymnastic.
The result showed asthma patient that followed asthma gymnastic were in the
age group 41-50 years old consist of 12 patient (38,7%), most commonly happened in
female consist of 24 patient (77,4%), most common not had comorbidities consist of
18 patient (58%), most common patient had family history of asthma consist of 19
patient (61,3%), the lung function was obstructive consist of 17 patient (54.9%), the
level of asthma was intermittent consist of 12 patient (38.7%), assessment of asthma
control was controlled consist of 14 patient (45.1%) the length of time following the
most gymnastic was asthma ≥3 month 19 patient (61,3%). In asthma patient that was
not followed asthma gymnastic were in the age group 41-50 years old consist of 13
patient (42%), most commonly happened in female consist of 27 patient (81,7%),
most common had comorbidities consist of 18 patient (58%), most common patient
not had family history of asthma consist of 16 patient (51,6%), the lung function was
restrictive consist of 20 patient (64.5%), the level of asthma was severe persistent
consist of 12 patient (38.7%) and assessment of asthma control was controlled
consist of 18 patient (58.1%).

Keywords: Asthma, asthma gymnastic, spirometry, lung function.

PENDAHULUAN
Asma merupakan gangguan dada terasa berat dan batuk-batuk
inflamasi kronik saluran napas yang terutama malam dan atau dini hari.
melibatkan banyak sel dan elemennya. Episodik tersebut berhubungan dengan
Inflamasi kronik menyebabkan obstruksi jalan napas yang luas,
peningkatan hiperesponsif jalan napas bervariasi dan sering kali bersifat
yang menimbulkan gejala episodik reversibel dengan atau tanpa
1
berulang berupa mengi, sesak napas, pengobatan.

Jom FK Volume 3 No. 1 Februari 2016 1


Prevalensi penyakit asma terus meningkatkan kemampuan
mengalami peningkatan, baik di pernapasan, meningkatkan efisiensi
negara maju maupun negara kerja otot-otot pernapasan, menambah
2
berkembang. Saat ini jumlah pasien aliran darah ke paru sehingga aliran
asma diperkirakan mencapai 300 juta darah yang teroksigenasi lebih banyak,
orang dan jumlah pasien meninggal menyebabkan pernafasan lebih lambat
karena serangan asma mencapai dan efisien serta mengurangi laju
255.000 orang.3 Hasil penelitian Riset penurunan faal paru.5
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Selanjutnya, hasil penelitian
Nasional tahun 2007, prevalensi asma yang dilakukan oleh Darmayasa
di Indonesia 3,5% dari 987.205 (2013), pemberian frekuensi senam
Anggota Rumah Tangga (ART), asma tiga kali seminggu dapat
sedangkan prevalensi asma di Riau meningkatkan KVP dan VEP1 pada
sebanyak 3,3% dari 29.966 ART.4 pasien asma persisten sedang
Pada pasien asma perlu dibandingkan frekuensi senam asma
dilakukan pemeriksaan faal paru untuk seminggu sekali.6
diagnosis, menilai berat asma dan Untuk itu, peneliti ingin
untuk memonitor keadaan asma dan melakukan penelitian mengenai
respons pengobatan. Pemeriksaan faal gambaran faal paru pada pasien asma
paru merupakan parameter objektif yang melakukan senam asma dengan
yang dilakukan secara berkala dan yang tidak melakukan senam asma.
teratur pada pasien asma. Salah satu
parameter yang dapat digunakan METODE PENELITIAN
adalah spirometri.1 Spirometri adalah Penelitian ini menggunakan
mesin yang dapat mengukur kapasitas metode deskriptif dengan pendekatan
vital paksa (KVP) dan volume cross sectional yang bertujuan untuk
ekspirasi paksa detik pertama (VEP1).2 menggambarkan faal paru pada pasien
Tujuan penatalaksanaan asma asma yang melakukan senam asma dan
adalah meningkatkan dan tidak senam asma.
mempertahankan kualitas hidup agar
pasien asma dapat hidup normal tanpa Tempat dan waktu penelitian
hambatan dalam melakukan aktivitas Penelitian ini dilaksanakan di
sehari-hari.2 Latihan yang dapat Rumah Sakit Pendidikan Universitas
digunakan untuk meningkatkan Riau, Rumah Sakit Ibnu Sina dan Poli
kebugaran fisis dan meningkatkan Penyakit Paru Rumah Sakit Umum
ketahanan tubuh pada pasien asma Daerah Provinsi Riau pada bulan
adalah dengan melakukan senam Februari 2015 sampai Juni 2015.
asma. Senam asma sangat dianjurkan
karena melatih dan menguatkan otot- Populasi dan sampel penelitian
otot pernapasan.1 Populasi pada penelitian ini
Berdasarkan penelitian yang adalah seluruh pasien asma yang
dilakukan oleh Handari (2004), senam mengikuti senam asma di Rumah Sakit
asma dapat meningkatkan kapasitas Pendidikan dan Puskesmas Rumbai
penyandang asma dalam melakukan Pesisir Pekanbaru, serta pasien asma
aktifitas sehari-hari, yaitu

Jom FK Volume 3 No. 1 Februari 2016 2


yang berobat di Poli Penyakit Paru 3. Dilakukan pemeriksaan
Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi spirometri pada pasien.
Riau.
Sampel penelitian adalah Pengolahan dan penyajian data
seluruh pasien asma yang mengikuti Penelitian ini menggambarkan
senam asma di Rumah Sakit karakteristi, faal paru, derajat asma,
Pendidikan dan Puskesmas Rumbai derajat kontrol asma pada pasien asma
Pesisir Pekanbaru sebanyak 31 orang, yang melakukan senam asma dan tidak
serta pasien asma yang berobat di Poli senam asma. Analisis data dilakukan
Penyakit Paru Rumah Sakit Umum secara manual dan dalam bentuk tabel
Daerah Provinsi Riau sebanyak 31 distribusi frekuensi.
orang. Teknik pengambilan sampel
dilakukan secara total sampling.
Kriteria inklusi pada penelitian ini Etika Penelitian
yaitu semua pasien asma tanpa Penelitian ini telah dinyatakan
serangan, bersedia mengikuti lolos kaji etik oleh Unit Etika
penelitian, tidak menggunakan Penelitian Kedokteran dan Kesehatan
bronkodilator minimal 1 jam sebelum Fakultas Kedokteran Universitas Riau
senam asma. Kriteria eklusi pada dengan Nomor:
penelitian ini yaitu pasien asma yang 26/UN19.1.28/UEPKK/2015
memiliki penyakit sistem pernapasan
lain yang berhubungan dengan paru, HASIL PENELITIAN
pasien asma yang memiliki kontra Penelitian ini dilakukan pada
indikasi terhadap pemeriksaan bulan Februari 2015 sampai dengan
spirometri, jika telah dilakukan bulan Juni 2015 di Pekanbaru. Subjek
manuver pemeriksaan spirometri >3 dalam penelitian ini berjumlah 62
kali dan hasil pemeriksaan tidak orang, terdiri dari 31 orang pasien
didapatkan 2 nilai terbesar KVP dan asma yang melakukan senam asma dan
VEP1 yang perbedaannya kurang dari 31 orang pasien asma yang tidak
5% atau 100 ml. melakukan senam asma.
Prosedur pengumpulan data
Karakteristik subjek penelitian
1. Dilakukan informed consent berdasarkan umur
2. Pasien diwawancara dengan Gambaran karakteristik pasien
menggunakan kuisioner asma yang melakukan senam asma dan
penetuan derajat asma dan yang tidak melakukan senam asma
kuisioner asthma control test berdasarkan umur dapat dilihat pada
(ACT) tabel 4.1

Jom FK Volume 3 No. 1 Februari 2016 3


Tabel 4.1 Karakteristik subjek penelitian berdasarkan umur
Umur (tahun) Senam asma Tidak senam asma
N % N %
11-20 1 3,2
21-30 1 3,2 1 3,2
31-40 3 9,7 1 3,2
41-50 12 38,7 13 42
51-60 9 29 9 29
61-70 5 16,1 7 22,6
Total 31 100 31 100
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dan yang sedikit adalah kelompok
dilihat bahwa kelompok umur yang umur 21-30 tahun dan 31-40 tahun
terbanyak pada pasien asma yang yang masing-masing berjumlah 1
melakukan senam asma adalah orang (3,2%).
kelompok umur 41-50 tahun yang
berjumlah 12 orang (38,7%) dan yang Karakteristik subjek penelitian
paling sedikit adalah kelompok umur berdasarkan jenis kelamin
11-20 tahun dan 21-30 tahun yang Gambaran karakteristik pasien
masing-masing berjumlah 1 orang asma yang melakukan senam asma dan
(3,2%). Sedangkan pada pasien asma yang tidak melakukan senam asma
yang tidak melakukan senam asma berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat
kelompok umur yang terbanyak juga pada tabel 4.2
terdapat pada kelompok umur 41-50
tahun yang berjumlah 13 orang (42%)

Tabel 4.2 Karakteristik subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin


Jenis kelamin Senam asma Tidak senam asma
N % N %
Laki-laki 7 22,6 4 12,9
Perempuan 24 77,4 27 87,1
Total 31 100 31 100

Berdasarkan tabel 4.2 dapat orang 987,1%) sedangkan laki-laki


dilihat bahwa jumlah pasien asma berjumlah 4 orang (12,9%).
yang melakukan senam asma lebih
banyak perempuan dibandingkan laki- Karakteristik subjek penelitian
laki yaitu jumlah perempuan sebanyak berdasarkan ada atau tidaknya
24 orang (77,4%) dan laki-laki penyakit penyerta
berjumlah 7 orang (22,6%). Pada Gambaran karakteristik pasien
pasien asma yang tidak melakukan asma yang melakukan senam asma dan
senam asma juga terdapat lebih banyak yang tidak melakukan senam asma
pasien asma perempuan dari pada laki- berdasarkan ada atau tidaknya
laki dimana perempuan berjumlah 27 penyakit penyerta dapat dilihat pada
tabel 4.3

Jom FK Volume 3 No. 1 Februari 2016 4


Tabel 4.3 Karakteristik subjek penelitian berdasarkan ada atau tidaknya
penyakit penyerta
Variabel Senam asma Tidak senam asma
N % N %
Ada 13 42 18 58
Tidak ada 18 58 13 42
Total 31 100 31 100

Berdasarkan tabel 4.3 dapat memilki penyakit penyerta yaitu 13


dilihat bahwa pasien asma yang orang (42%).
melakukan senam asma lebih banyak
tidak memiliki penyakit penyerta yaitu Karakteristik subjek penelitian
18 orang (58%) dibandingkan yang berdasarkan riwayat asma pada
memiliki penyakit penyerta yaitu 13 keluarga
orang (42%). Sedangkan pada pasien Gambaran karakteristik pasien
asma yang tidak melakukan senam asma yang melakukan senam asma dan
asma lebih banyak yang memiliki yang tidak melakukan senam asma
penyakit penyerta yang berjumlah 18 berdasarkan riwayat asma pada
orang (58%) dibandingkan yang tidak keluarga dapat dilihat pada tabel 4.4

Tabel 4.4 Karakteristik subjek penelitian berdasarkan riwayat asma pada


keluarga
Variabel Senam asma Tidak senam asma
N % N %
Ada 19 61,3 15 48,4
Tidak ada 12 38,7 16 51,6
Total 31 100 31 100

Berdasarkan tabel 4.4 dapat keluarga yang berjumlah 16 orang


dilihat bahwa pada pasien asma yang (51,6) sisanya 15 orang(48,4) yang
melakukan senam asma didapatkan memiliki riwayat asma pada keluarga.
lebih banyak pasien asma yang
memilki riwayat penyakit asma pada Hasil penilaian derajat asma dengan
keluarga yang berjumlah 19 orang menggunakan kuesioner penentuan
(61,3%) dibandingkan yang tidak derajat asma
memiliki riwayat asma pada keluarga Gambaran hasil penilaian
yang berjumlah 12 orang (38,7%). derajat asma dengan menggunakan
Sedangkan pada pasien asma yang kuesioner penentuan derajat asma pada
tidak melakukan senam asma yang pasien asma yang melakukan senam
terbanyak adalah pasien asma yang asma dapat dilihat pada tabel 4.5
tidak memiliki riwayat asma pada

Jom FK Volume 3 No. 1 Februari 2016 5


Tabel 4.5 Hasil penilaian derajat asma dengan menggunakan kuesioner
penentuan derajat asma
Variabel Senam asma Tidak senam asma
N % N %
Intermitten 12 38,7 5 16,1
Persisten ringan 8 25,8 4 12,9
Persisten sedang 10 32,3 10 32,3
Persisten berat 1 3,2 12 38,7
Total 31 100 31 100

Berdasarkan tabel 4.5 dapat (38,7%) dan yang paling sedikit adalah
dilihat bahwa hasil penilaian derajat intermitten sebanyak5 orang (16,1%).
asma pada pasien asma yang
mengikuti senam asma adalah Hasil penilaian derajat kontrol asma
intermitten sebanyak 12 orang (38,7%) dengan menggunakan kuesioner
dan yang paling sedikit adalah asma Asthma Control Test (ACT)
persisten berat dengan jumlah 1 orang Gambaran hasil penilaian
(3,2%). Hasil penilaian derajat asma derajat kontrol asma dengan
pada pasien asma yang tidak menggunakan kuesioner Asthma
mengikuti senam asma adalah asma Control Test (ACT) pada pasien asma
persisten berat sebnayak 12 orang yang melakukan senam asma dapat
dilihat pada tabel 4.6

Tabel 4.6 Hasil penilaian derajat kontrol asma dengan menggunakan kuesioner
Asthma Control Test (ACT)
Variabel Senam asma Tidak senam asma
N % N %
Terkontrol penuh 4 12,9 3 9,6
Terkontrol sebagian 14 45,1 10 32,3
Tidak terkontrol 3 42 18 58,1
Total

Berdasarkan tabel 4.6 dapat (58,1%) dan yang paling sedikit adalah
dilihat bahwa hasil penilaian derajat asma terkontrol penuht dengan jumlah
kontrol asma pada pasien asma yang 3 orang (9,6%).
mengikuti senam asma yang terbanyak
adalah terkontrol sebagian sebanyak Hasil penelitian berdasarkan lama
14 orang (45,1%) dan yang paling mengikuti senam asma pada pasien
sedikit adalah asma terkontrol penuht asma yang melakukan senam asma
dengan jumlah 4 orang (12,9%). Hasil Gambaran hasil penelitian
penilaian derajat kontrol asma pada berdasarkan lama senam asma pada
pasien asma yang tidak mengikuti pasien asma yang melakukan senam
senam asma yang terbanyak adalah asma dapat dilihat pada tabel 4.7
tidak terkontrol sebanyak 18 orang

Jom FK Volume 3 No. 1 Februari 2016 6


Tabel 4.7 Hasil penelitian lama senam asma
Variabel N %
< 3 bulan 12 38,7
≥3 bulan 19 61,3
Total 31 100

Berdasarkan tabel 4.7 dapat Hasil pengukuran faal paru


dilihat bahwa pada penelitian ini lama Gambaran hasil pengukuran
waktu mengikuti senam asma faal paru pada pasien asma yang
terbanyak adalah ≥3 bulan yang melakukan senam asma dan yang tidak
berjumah 19 orang (61,3%) sedangkan melakukan senam asma dapat dilihat
untuk waktu <3 bulan berjumlah 12 pada tabel 4.8
orang (38,7%).

Tabel 4.8 Hasil pengukuran faal paru


Variabel Senam asma Tidak senam asma
N % N %
Normal 8 25,8 3 9,7
Obstruktif 17 54,1 7 22,6
Restriktif 5 16,1 18 58
Campuran 1 3,2 3 9,7
Total 31 100 31 100

Berdasarkan tabel 4.8 dapat Karakteristik pasien asma yang


dilihat bahwa jumlah kelainan faal melakukan senam asma berdasarkan
paru terbanyak pada pasien asma yang umur didapatkan kelompok umur
mengikuti senam asma adalah terbanyak adalah 41-50 tahun yang
obstruktif dengan jumlah 17 orang berjumlah 12 orang (38,7%), diikuti
(54,9%) dan yang paling sedikit adalah kelompok umur 51-60 tahun yang
campuran dengan jumlah 1 orang berjumlah 9 orang (29%), kelompok
(3,2%) sedangkan jumlah kelainan faal umur 61-70 tahun yang berjumlah 5
paru terbanyak pada pasien asma yang orang (16,1%), lalu kelompok umur
tidak mengikuti senam asma adalah 31-40 tahun yang berjumlah 3 orang
restriktif dengan jumlah 18 orang (9,7%) dan yang paling sedikit
(58%) dan yang paling sedikit adalah kelompok 11-20 tahun dan kelompok
campuran dan normal dengan jumlah 3 umur 21-30 tahun yang masing-masing
orang (9,7%). berjumlah 1 orang (3,2%). Hasil
penelitian ini berbeda dengan yang
dilakukan Reviona, didapatkan
PEMBAHASAN kelompok umur terbanyak adalah 21-
Karakteristik subjek penelitian 30 tahun yang berjumlah 13 orang
berdasarkan umur (41,94%).26 Pada penelitian yang

Jom FK Volume 3 No. 1 Februari 2016 7


dilakukan oleh Zega, Yunus dan kortisol. Akibat dari penurunan
Wiyono, didapatkan kelompok umur kortisol dapat menimbulkan
pasien asma yang megikuti senam penyempitan bronkus yang pada
asma terbanyak adalah umur 36-40 akhirnya menimbulkan serangan asma
tahun yang berjumlah 5 orang bronkial. Hormon estrogen
(31,25%).27 meningkatkan adhesi terhadap sel-sel
Karakteristik pasien asma yang endotel di pembuluh darah serta
tidak melakukan senam asma kombinasi antara hormon estrogen dan
berdasarkan umur didapatkan progesteron dapat meningkatkan
kelompok umur terbanyak adalah 41- degranulasi eosinofil sehingga
50 tahun yang berjumlah 13 orang memudahkan terjadinya serangan
(42%), diikuti kelompok umur 51-60 asma bronkial.31
tahun yang berjumlah 9 orang (29%),
kemudian kelompok umur 61-70 tahun Karakteristik subjek penelitian
yang berjumlah 7 orang (22,6%) dan berdasarkan jenis kelamin
yang paling sedikit kelompok umur Hasil penelitian menunjukkan
21-30 tahun dan kelompok umur 31-40 bahwa jumlah pasien asma yang
tahun yang masing-masing berjumlah melakukan senam asma lebih banyak
1 orang (3,2%). Penelitian ini berbeda perempuan dibandingkan laki-laki
dengan yang dilakukan oleh yaitu jumlah perempuan sebanyak 24
Desmawati, didapatkan kelompok orang (77,4%) dan laki-laki berjumlah
umur terbanyak adalah kelompok 7 orang (22,6%). Hasil penelitian ini
umur >65 tahun (35,5%).28 sesuai dengan yang dilakukan Zega,
Meningkatnya jumlah Yunus dan Wiyono dimana didapatkan
penduduk yang menderita asma bahwa perempuan lebih banyak dari
berbanding lurus dengan peningkatan pada laki-laki yaitu perempuan
usia.29 Penelitian yang dilakukan oleh berjumlah 10 orang (62,5%) dan laki-
Marice dkk mendapatkan bahwa laki berjumlah 6 orang (37,5%).27 Pada
adanya hubungan peningkatan usia penelitian yang dilakukan Reviona,
dengan tingginya angka kejadian didapatkan bahwa jumlah perempuan
asma. Pasien asma usia >60 tahun lebih banyak dari laki-laki yaitu
berisiko 4,5 kali dari pada pasien asma perempuan berjumlah 22 orang
usia 10-19 tahun.30 Adanya perubahan (70,97%) dan laki-laki berjumlah 9
hormonal yang terjadi pada masa orang (29,03%).26
dewasa memberikan kontribusi Hasil penelitian pada pasien
terhadap perkembangan asma bronkial. asma yang tidak melakukan senam
Hormon estrogen dapat meningkatkan asma juga terdapat lebih banyak pasien
produksi kortikosteroid yang berikatan asma perempuan dari pada laki-laki
dengan globulin, sedangkan hormon dimana perempuan berjumlah 27 orang
progesteron berkompetisi dengan (987,1%) sedangkan laki-laki
hormon kortisol untuk berikatan pada berjumlah 4 orang (12,9%). Penelitian
sisi globulin tersebut. Hormon ini sesuai dengan yang dilakukan oleh
estrogen maupun progesteron dapat Desmawati yang mendapatkan hasil
mempengaruhi level bebas kortisol perempuan lebih banyak dari pada
yang menyebabkan penurunan jumlah laki-laki yaitu perempuan berjumlah

Jom FK Volume 3 No. 1 Februari 2016 8


20 orang (64,5%) dan laki-laki Sedangkan pada pasien asma
berjumlah 11 orang (35,5%).28 Pada yang tidak melakukan senam asma
penelitian yang dilakukan oleh Satria lebih banyak yang memiliki penyakit
dkk di bagian Departemen penyerta yang berjumlah 18 orang
Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran (58%) dibandingkan yang tidak
Respirasi Fakultas Kedokteran memiliki penyakit penyerta yaitu 13
Universitas Indonesia yang orang (42%). Dari hasil wawancara
mendapatkan hasil pasien asma dan pengisian kuesioner penelitian
perempuan lebih banyak dari pada pada pasien asma yang tidak
laki-laki yaitu perempuan sebanyak melakukan senam asma dari 18 orang
64% dan laki-laki sebanyak 36%.32 yang memiliki penyakit penyerta
Hasil penelitian ini sesuai didapatkan berbagai macam penyakit
dengan penelitian yang menunjukkan penyerta yaitu gastritis, rhinitis,
bahwa perempuan memiliki faktor sinusitis, diabetes melitus, penyakit
resiko yang mempengaruhinya yaitu jantung, hipertensi, artritis gout dan
adanya peranan hormon progesteron kanker ovarium.
preovulasi. Hormon progesteron Penelitian imunologi menunjukkan
menyebabkan bronkokontriksi serta bahwa asma dan rhinitis sering
peningkatan kepekaan reseptor terdapat bersama-sama.34 Penelitian
bronkus sehingga memicu terjadinya yang dilakukan oleh Guerra dan
serangan asma.33 kawan-kawan terhadap orang dewasa
mendapatkan pasien rhinitis dengan
Karakteristik subjek penelitian atopi dan tanpa atopi mempunyai
berdasarkan penyakit penyerta risiko untuk menderita asma tiga kali
Hasil penelitian menunjukkan dan risiko asma lima kali lebih pada
bahwa pasien asma yang melakukan pasien rhinitis dengan kadar IgE yang
senam asma lebih banyak tidak tinggi.35 Pada penelitian yang
memiliki penyakit penyerta yaitu 18 dilakukan oleh Mullarkey dkk
orang (58%) dibandingkan yang terhadap 142 pasien rhinitis didapatkan
memiliki penyakit penyerta yaitu 13 bahwa 58% pasien rinitis alergi
orang (42%). Dari hasil wawancara musiman disertai asma.36 Sinusitis
dan pengisian kuesioner penelitian merupakan komplikasi infeksi saluran
pada pasien asma yang melakukan napas atas, rinitis alergi, polip hidung
senam asma dari 13 orang yang dan kelainan lain yang menimbulkan
memiliki penyakit penyerta didapatkan sumbatan hidung. Sinusitis akut atau
penyakit penyerta yaitu rhinitis, kronis dapat memicu terjadinya asma.1
gastritis, dermatitis dan sinusitis. Hasil Dermatitis atopi dan artritis reumatoid
penelitian ini berbeda dengan yang merupakan faktor resiko asma.37,38
dilakukan oleh Reviona dimana pasien PRGE (Penyakit Reflux
asma yang melakukan senam asma Gastroesofagus) berhubungan erat
memiliki penyakit penyerta lebih dengan berbagai gejala dan kelainan
banyak yaitu berjumlah 18 orang saluran napas termasuk batuk kronik
(58,7%) dibandingkan yang tidak serta asma bronkial. Timbulnya refluks
memiliki penyakit penyerta yaitu gastroesofagus pada pasien asma
berjumlah 13 orang (41,93%).26

Jom FK Volume 3 No. 1 Februari 2016 9


bronkial dipengaruhi beberapa faktor Pasien asma yang tidak
yaitu:31 melakukan senam asma didapatkan
1. Disregulasi otonom pada nervus lebih banyak pasien asma yang tidak
vagus. memiliki riwayat asma pada keluarga
2. Peningkatan perbedaan tekanan yang berjumlah 16 orang (51,6)
antara rongga toraks dan abdomen sisanya 15 orang (48,4) yang memiliki
oleh karena obstruksi saluran riwayat asma pada keluarga. Hasil
napas. penelitian ini berbeda dengan yang
3. Adanya hernia hiatal yang dilakukan Ilyas, Yunus dan Wiyono
mengganggu mekanisme bersihan yang mendapatkan hasil dari 100
asam esofagus, sebagai orang responden pasien asma
penampung asam dan didapatkan 74 orang (74%) pasien
mengganggu aksi diafragma asma memiliki riwayat asma pada
krural sebagai sfingter. keluarga dan sisanya 26 orang (26%)
4. Pendataran diafragma krural yang pasien asma tidak memiliki riwayat
mengganggu fungsi LES sebagai asma pada keluarga.39
barier antirefluks. Lasina melalui penelitiannya
5. Penggunaan obat-obat asma yang menyebutkan bahwa terdapat
dapat menurunkan tekanan LES. hubungan yang bermakna antara
riwayat asma pada orang tua dengan
Karakteristik subjek penelitian angka kejadian asma pada anak.
berdasarkan riwayat penyakit Menurut penelitian yang dilakukan
keluarga oleh Hall dan Litonjua seperti yang
Hasil penelitian menunjukkan dikutip oleh Laisina,”selama berabad-
bahwa pada pasien asma yang abad diketahui bahwa asma merupakan
melakukan senam asma didapatkan penyakit keturunan dalam keluarga.
lebih banyak pasien asma yang Telah dibuktikan dalam berbagai
memilki riwayat penyakit asma pada penelitian bahwa orang tua yang
keluarga yang berjumlah 19 orang menderita asma merupakan prediktor
(61,3%) dibandingkan yang tidak yang kuat terhadap kejadian asma pada
memiliki riwayat asma pada keluarga anak.” Dalam penelitiannya, Laisina
yang berjumlah 12 orang (38,7%). mendapatkan bahwa jumlah penderita
Hasil penelitian ini sama dengan yang asma yang memiliki riwayat asma
dilakukan oleh Reviona, didapatkan pada orang tuanya adalah 72% dan
lebih banyak pasien asma yang berkesimpulan bahwa terdapat
memiliki riwayat asma pada keluarga hubungan antara riwayat asma pada
dibandingkan yang tidak memiliki orang tua dengan kejadian asma pada
riwayat asma pada keluarga yaitu anak.37
pasien asma berjumlah yang memiliki Asma adalah penyakit yang
riwayat asma pada keluarga berjumlah diturunkan. Banyak gen yang terlibat
23 orang (74,20%) dan sisanya 8 orang dalam patogenesis asma, dan beberapa
(25,80%) pasien asma yang tidak kromosom telah diidentifikasi
memiliki riwayat asma pada berpotensi menimbulkan asma, antara
26
keluarga. lain: CD28, IGPB5, CCR4, CD22,
IL9R, NOS1, reseptor agonis beta2,

Jom FK Volume 3 No. 1 Februari 2016 10


GSTP1. Serta gen-gen yang terlibat berbeda dengan yang dilakukan oleh
dalam menimbulkan asma dan atopi Pratama dkk di Poli Asma RSUP
yaitu : IRF2, IL-3, IL-4, IL-5, IL-13, Persahabatan pada bulan Juli-
IL-9, CSF2 GRL1, ADRB2, CD14, Desember 2006 yang mendapatkan
HLAD, TNFA, TCRG, IL-6, TCRB, hasil terbanyak adalah asma persisten
TMOD dan sebagainya.1 sedang yang berjumlah 272 orang
(45%), diikuti asma persisten ringan
Hasil penilaian derajat asma dengan yang berjumlah 187 orang(31%),
menggunakan kuesioner penentuan kemudian intermitten yang berjumlah
derajat asma 143 orang (23,7%) dan yang paling
Hasil penelitian menunjukkan sedikit asma persisten berat yang
penilaian derajat asma dengan berjumlah 2 orang (0,3%).40
menggunakan kuesioner penentuan Derajat asma tidak hanya
derajat asma pada pasien asma yang berkaitan dengan keparahan penyakit
mengikuti senam asma terbanyak tetapi juga dengan terapi. Derajat
adalah pasien asma dengan derajat beratnya asma juga bukan gambaran
asma intermitten berjumlah 12 orang statis, melainkan dapat berubah dalam
(38,7%) diikuti asma persisten sedang waktu beberapa bulan atau tahun.41
yang berjumlah 10 orang (32,3%),
kemudian pasien asma persisten ringan Hasil penilaian derajat kontrol asma
yang berjumlah 8 orang (25,8%) dan dengan menggunakan kuesioner
yang paling sedikit adalah derajat Asthma Control Test (ACT)
asma persisten berat yang berjumlah 1 Hasil penelitian menunjukkan
orang (3,2%). Hasil penelitian ini penilaian derajat kontrol asma dengan
berbeda dengan penelitian yang menggunakan kuesioner ACT pada
dilakukan oleh Reviona yang mana pasien asma yang melakukan senam
didapatkan derajat asma terbanyak asma terbanyak adalah pasien asma
adalah derajat asma persisten berat dengan asma yang terkontrol sebagian
yang berjumlah 17 orang (54,84%) dan dengan jumlah 14 orang (45,1%),
yang paling sedikit adalah derajat diikuti dengan pasien asma dengan
asma persisten ringan yang berjumlah asma tidak terkontrol dengan jumlah
3 orang (9,68%).26 13 orang (42%), kemudian pasien
Hasil penelitian yang asma terkontrol penuh dengan jumlah
menunjukkan penilaian derajat asma 4 orang (12,9%). Hasil penelitian ini
pada pasien asma yang tidak sama dengan penelitian yang
mengikuti senam asma terbanyak dilakukan oleh Ilyas, Yunus dan
adalah derajat asma persisten berat Wiyono pada pasien asma yang
yang berjumlah 12 orang (38,7%) didapatkan yang terbanyak adalah
diikuti asma persisten sedang yang pasien asma terkontrol sebagian
berjumlah 10 orang (32,3%), dengan jumlah 61 orang (61%), pasien
kemudian pasien asma intermitten asma tidak terkontol dengan jumah 32
yang berjumlah 5 orang (16,1%) dan orang (32%) dan pasien asma
yang paling sedikit adalah derajat terkontrol penuh dengan jumlah 7
asma persisten ringan yang berjumlah orang (7%).39
4 orang (12,9%). Hasil penelitian ini

Jom FK Volume 3 No. 1 Februari 2016 11


Hasil penelitian menunjukkan pengontrolan pasien asma bronkial
penilaian derajat kontrol asma dengan tergolong rendah dikaitkan dengan
menggunakan kuesioner ACT pada rendahnya pengetahuan pasien
31
pasien asma yang tidak melakukan mengenai penyakit asmanya.
senam asma terbanyak adalah pasien
asma dengan asma yang tidak Lama mengikuti senam asma pada
terkontrol dengan jumlah 18 orang pasien asma yang melakukan senam
(58,1%), diikuti dengan pasien asma asma
dengan asma terkontrol sebagian Hasil penelitian menunjukkan
dengan jumlah 10 orang (32,3%), bahwa pada penelitian ini lama waktu
kemudian pasien asma terkontrol mengikuti senam asma terbanyak
penuh dengan jumlah 3 orang (9,6%). adalah ≥3 bulan yang berjumah 19
Penelitian ini sama dengan penelitian orang (61,3%) sedangkan untuk waktu
yang dilakukan oleh Atmoko dkk di <3 bulan berjumlah 12 orang (38,7%).
poliklinik asma rumah sakit Hasil penelitian ini berbeda dengan
persahabatan jakarta, dari hasil yang dilakukan Reviona yang
penelitian didapatkan prevalensi asma medapatkan waktu senam asma
tidak terkontrol cukup tinggi.42 terbanyak pada pasien asma adalah <3
Pada penelitian yang dilakukan bulan yang berjumlah 19 orang
oleh Priyanto dkk didapatkan (61,30%) sedangkan untuk waktu ≥ 3
hubungan antara kontrolnya asma bulan berjumlah 12 orang (38,70%).
dengan berbagai faktor. Adapun Berdasarkan penelitian yang
faktor-faktor yang mempengaruhi dilakukan oleh Handari (2004), senam
antara lain ketepatan jenis dan dosis asma dapat meningkatkan kapasitas
obat, teknik inhalasi serta terdapatnya penderita asma dalam melakukan
perokok aktif disekitar pasien memiliki kegiatan sehari-hari, yaitu
hubungan yang sangat signifikan meningkatkan kemampuan
terhadap level kontrol asma.43 pernapasan, meningkatkan efisiensi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan kerja otot-otot pernapasan, menambah
oleh Rahayu didapatkan bahwa ada aliran darah ke paru sehingga aliran
hubungan antara tingkat kontrol asma udara yang teroksigenasi lebih banyak,
dan kualitas hidup penderita asma. menyebabkan pernapasan lebih lambat
Penderita asma yang memiliki asma dan efisien, mengurangi laju
terkontrol kualitas hidupnya lebih baik penurunan faal paru dan
dibandingkan penderita asma yang memperpendek waktu yang diperlukan
memiliki asma terkontrol.44 Status untuk pemulihan.5
kontrol asma seseorang dinilai Berdasarkan penelitian yang
berdasarkan pada pengendalian dilakukan Zega et al, didapatkan
terhadap manifestasi atau gejala klinis kesimpulan bahwa melakukan senam
dari penyakit tersebut. Pada penelitian asma secara teratur selama 3 bulan
Wibowo yang dikutip oleh Darmila, selain tidak terjadi Exercise-induced
menunjukkan terdapat hubungan yang Asthma (EIA) juga didapatkan
bermakna secara statistik antara manfaat lain yaitu mengurangi gejala
tingkat pengetahuan dengan tingkat klinis, pemakaian bronkodilator hisap,
pengontrolan asma bronkial. Tingkat meningkatkan fungsi paru ,

Jom FK Volume 3 No. 1 Februari 2016 12


menurunkan Hb, Ht dan eosinofil dengan jumlah 17 orang (54,9%),
darah.27 diikuti normal dengan jumlah 8 orang
Berdasarkan penelitian yang (25,8%), kemudian restriktif dengan
dilakukan oleh Darmayasa, pemberian jumlah 5 orang (16,1%) dan campuran
frekuensi senam asma tiga kali dengan jumlah 1 orang (3,2%). Hasil
seminggu dapat meningkatkan KVP penelitian pengukuran nilai faal paru
dan VEP1 pada pasien asma persisten pada pasien asma yang tidak
sedang dibandingkan frekuensi senam melakukan senam asma yang
asma seminggu sekali.6 Yunus dkk terbanyak adalah restriktif dengan
dalam penelitiannya mendapatkan jumlah 20 orang (64,5%), diikuti
peningkatan KVP, VEP1 dan APE obstruktif dengan jumlah 5 orang
yang bermakna pada penyandang asma (16,2%), kemudian normal dan
yang mengikuti Senam Asma campuran dengan masing-masing
Indonesia 4 kali seminggu.45 Pada berjumlah 3 orang (9,7%).
penelitian yang dilakukan Halstrand Pada asma, hasil pemeriksaan
dkk tidak mendapatkan perubahan faal paru menunjukkan adanya
bermakna nilai VEP1 pada kelompok gangguan ventilasi tipe obstruktif
penyandang asma yang mengikuti (hambatan aliran udara) yang bersifat
latihan aerobik.46 Pada pasien asma reversibel dengan atau tanpa
1,47
yang melakukan senam asma terjadi pengobatan. Berat ringannya
perbaikan kemampuan otot ekspirasi, obstruksi yang terdapat pada pasien
berkurangnya obstruksi saluran napas asma berkaitan dengan Airway
dan inflamasi. Dengan berkurangnya Remodelling.1
obstruksi menyebabkan menurunnya Airway remodelling merupakan
hiperinflasi paru dan gerakan proses inflamasi kronik pada asma
diafragma menjadi lebih baik sehingga yang menimbulkan kerusakan jaringan
volume inspirasi menjadi lebih besar. secara fisiologis akan diikuti oleh
Perbaikan faal paru terjadi karena proses penyembuhan (healing process)
gerakan senam akan meningkatkan yang menghasilkan perbaikan dan
kemampuan otot-otot pernapasan. pergantian sel-sel mati atau rusak
Peningkatan kemampuan otot dengan sel-sel yang baru. Proses
disebabkan oleh terjadinya perubahan penyembuhan tersebut melibatkan
berupa hipertrofi, meningkatnya regenerasi atau perbaikan jaringan
jumlah mitokondria, enzim oksidatif yang rusak dengan jenis sel parenkim
dan mioglobin. Faal paru yang yang sama dan mengganti jaringan
meningkat selain karena gerakan juga yang rusak dengan jaringan
disebabkan karena penderita penyambung yang menghasilkan
sebelumnya tidak pernah senam.47 jaringan skar.1
Pada asma terdapat saling
Hasil pengukuran nilai faal paru ketergantungan antara proses inflamasi
Hasil penelitian menunjukkan dengan airway remodelling. Infiltrasi
pengukuran nilai faal paru pada pasien sel-sel inflamasi terlibat dalam proses
asma yang melakukan senam asma remodelling, juga komponen lainnya
yang terbanyak adalah obstruktif seperti matriks ekstraseluler, membran
retikular basal, matriks intersisial,

Jom FK Volume 3 No. 1 Februari 2016 13


fibrogenic growth factor, protease dan Bapak dr. Indra Yovi, Sp.P dan Bapak
inhibitornya, pembuluh darah, otot dr. Miftah Azrin, Sp.KO selaku dosen
polos, kelenjar mukus yang penguji. Ibu dr. Wiwid Ade Fidiawati,
menyebabkan terjadinya perubahan M.Biomed, Sp.PA selaku supervisi
struktur saluran napas. Adapun yang telah memberikan waktu,
perubahan struktur saluran napas yang bimbingan, ilmu, nasehat dan motivasi
terjadi adalah hipertropi dan selama penyusunan skripsi sehingga
hiperplasia otot polos saluran napas, skripsi ini dapat diselesaikan
kelenjar mukus, penebalan reticular
basal, meningkatnya pembuluh darah,
fungsi matrik ekstraseluler meningkat, DAFTAR PUSTAKA
perubahan strktur parenkim dan 1. Perhimpunan Dokter Paru
peningkatan fibrogenic growth factor Indonesia. Pedoman dan
menjadi fibrosis. Adapun konsekuensi penatalaksanaan asma di
klinis dari mekanisme airway indonesia. Jakarta: Balai
remodelling adalah peningkatan gejala Penerbitan FK UI; 2004.
asma seperti hiperresponsif saluran 2. Direktorat Bina Farmasi
napas, masalah distensibilitas atau Komunitas dan Klinik.
regangan saluran napas dan obstruksi Pharmaceutical care untuk
saluran napas.1 penyakit asma. Jakarta:
Pada pemeriksaan faal paru Departemen Kesehatan RI; 2007
pasien asma yang didapatkan restriksi, 3. World Health Organisation
hal ini dapat terjadi pada pasien yang (WHO), 2010. Asthma. New
mungkin saat itu tidak melakukan York: World Health Organisation.
manuver pemeriksaan spirometri Available from:
secara optimal, selain itu adanya faktor http://www.who.int/mediacentre/f
obesitas yang menyebabkan gangguan actsheets/fs307/en/index.html
ventilasi tipe restriksi.48 Penurunan [Accessed at 14 November 2014]
sistem komplians paru pada orang 4. Badan Penelitian dan
yang obesitas dapat disebabkan oleh Pengembangan Kesehatan.
penekanan dan infiltrasi jaringan Laporan nasional Riset Kesehatan
lemak di dinding dada, serta Dasar (RISKESDAS) 2007.
peningkatan volume darah pada paru. Litbang [serial on the internet].
Pada pasien yang obesitas, aliran udara 2008 [dikutip 29 Oktober
di saluran napas terbatas, ditandai 2014];114-8. Diakses pada:
dengan menurunnya nilai VEP1 dan http://www.litbang.depkes.go.id/L
KVP.49 aporan/RKD/Indonesia/laporanNa
sional.pdf
UCAPAN TERIMAKASIH 5. Handari M. Hubungan antara
Penulis mengucapkan sebelum dan setelah mengikuti
terimakasih yang sebesar-besarnya senam asma dengan frekuensi
kepada pihak Fakultas Kedokteran kekambuhan penyakit asma. Jurnal
Universitas Riau, Ibu dr. Sri Melati kesehatan surya medika.
Munir, Sp.P dan Ibu dr. Eka Bebasari, Yogyakarta [serial on the internet].
M.Sc selaku dosen pembimbing. 2004 [dikutip 4 desember 2014].

Jom FK Volume 3 No. 1 Februari 2016 14


Diakses pada: 16. Ward JPT, Ward J, leach RM,
http://www.skripsistikes.files.word Wiener CM. At a glance sistem
press.com/2009/08/19.pdf respirasi. Edisi 2. Jakarta:
6. Darmayasa IK. Senam asma tiga Erlangga; 2008
kali seminggu lebih meningkatkan 17. Djojodibroto RD. Respirologi
kapasitas vital paksa (KVP) dan (Respiratory medicine). Jakarta:
volume ekspirasi detik 1 (VEP 1) EGC; 2009
dari pada senam asma satu kali 18. Global Initiative For Asthma
seminggu pada penderita asma (GINA). Global strategy for
persisten sedang. Unit Rehabilitasi asthma management and
Medik Rumah Sakit Umum Pusat prevention. Ginasthma [serial on
Sanglah. Denpasar.2013 the internet]. 2012 [cited 2014
7. Price SA, Wilson LM. November 12]. Available from:
Patofisiologi konsep klinis proses- http://www.ginasthma.org/docume
proses penyakit. Bagian 2 edisi 6. nts/4.
Jakarta: EGC; 2005. P.736-852 19. Sundaru H, Sukamto. Asma
8. Tabrani RH. Prinsip Gawat Paru. bronkial ilmu penyakit dalam. ed
Jakarta: EGC; 1996 4. Jakarta: Departemen Ilmu
9. Sherwood L. Fisiologi manusia Penyakit Dalam Fakultas
dari sel ke sistem. Edisi 2. Jakarta: Kedokteran Indonesia; 2006. h.
EGC; 2001. P.410-57 245-250.
10. Guyton AC. Text Book of 20. Rengganis I. Diagnosis dan
Medical Physiologi,4th ed, tatalaksana asma bronkial. Maj
W.B.Sauders Company. Kedokt Indon [serial on the
Tarantolo: 1995 internet]. 2008 Nopember [dikutip
11. Alsagaff H, Mukty A. Dasar-dasar 14 November 2014];58(11): 444-
ilmu penyakit paru. Surabaya: 451. Diakses pada:
Airlangga University Press; 2009 http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jur
12. Amin M. Penyakit paru obstruksi nal/581108444453.pdf
kronik. Laboratorium-SMF 21. Direktorat Jenderal Pengendalain
penyakit paru. Fakultas Penyakit dan Penyehatan
Kedokteran Universitas Lingkungan. Pedoman
Airlangga-RSUD DR. Sutomo; pengendalian penyakit asma.
2000 Jakarta: Departemen Kesehatan
13. Sembulingam K, Sembulingam P. RI; 2009.
Buku ajar fisiologi kedokteran. 22. Kresno SB. Imunologi: diagnosis
Tangerang Selatan: Binarupa dan prosedur laboratorium. edisi
Aksara; 2013 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
14. Ward J, Clarke R, Linden R. At a 2007. h. 138-145.
glance fisiologi. Jakarta: Erlangga; 23. Lie TMS. Peran sel mast dalam
2009 reaksi hipersensitivitas tipe 1. J
15. Ayres J. Seri Kesehatan Kedokter Trisakti [serial on the
Bimbingan Dokter pada Asma. internet]. September-Desember
Jakarta: Dian Rakyat; 2003 1999 [dikutip 12 November
2014];18(3). Diakses pada:

Jom FK Volume 3 No. 1 Februari 2016 15


http://www.univmed.org/wp- 31. Darmila AR. Hubungan
content/uploads/2011/02/Vol.18_n karakteristik pasien asma bronkial
o.3_5.pdf dengan gejalan penyakit refluks
24. Abidin MACMN, Ekarini E. gastroesofagus (PRGE) [skripsi].
Mengenal, mencegah dan Universitas Tanjungpura; 2012
mengatasi asma pada anak plus 32. Pratama S, Erna J, Dedi Z,Vinda
panduan senam asma. Jakarta: R, dan Faisal Y. Profil pasien
Puspa Swara; 2002. rawat jalan poli asma RSUP
25. Sahat C. Pengaruh senam asma Persahabatan Juli – Desember
terhadap peningkatan kekuatan 2006. Departemen Pulmonologi
otot pernapasan dan fungsi paru dan Ilmu Kedokteran Respirasi
pasien asma di perkumpulan senam FKUI-SMF Paru RSUP
asma RSU Tangerang. [tesis]. Persahabatan. Jakarta; 2006.
Tangerang: Fakultas Ilmu 33. Irawan B, Wiwien HW, Faisal Y,
Keperawatan Universitas Anwar J dan Suryato H. Perbedaan
Indonesia; 2008 kadar magnesium intrasel eritrosit
26. Reviona D. Penilaian derajat asma antara asma eksaserbasi akut, asma
dengan menggunakan asthma stabil, asma intermitten dan
control test (ACT) pada pasien normal. Jurnal Respirasi Indonesia.
asma yang mengikuti senam asma 2006;26(1):19-2.
di Pekanbaru. [skripsi]. Pekanbaru: 34. Corren J, Rachelefsky. Upper
Fakultas Kedokteran Universitas airways disease and asthma.
Riau; 2014. Dalam: Naspitz CK, Szeler SJ,
27. Zega CTA, Yunus F, Wiyono WH. Tinkelman D Warner JO,
Perbandingan manfaat klinis penyunting. Textbook of pediatric
senam merpati putih dengan senam asthma. London: Martin Dunitz;
asma indonesia pada penyandang 2001. h. 223-35.
asma. Jurnal respirologi indonesia. 35. Guerra S, Sherrill DL, Martinez
2011;31(2):72-80. FD, Barbee RA. Rhinitis as an
28. Desmawati. Gambaran hasil independent risk factor for adult
pemeriksaan spirometri pada onset asthma. J Allergy Clin
pasien asma bronkial di Poliklinik Immunol; 2002
Paru RSUD Arifi Achmad 36. Lack G. Pediatric allergic rhinitis
Pekanbaru [skripsi]. Universitas and comorbid disorders. J Allergy
Riau; 2012 Clin Immunol; 2001.
29. Oemiati R.faktor-faktor yang 37. Laisina AH, Sondakh DT,
berhubungan dengan penyakit Wantainia JM. Faktor resiko
asma di Indonesia. Media litbang kejadian asma pada anak sekolah
kesehatan. 2010 :20(1): 41-49. dasar di kecamatan Wenang kota
30. Sihombing M, Qomariah A, dan Manado. Seri pediatri. 2007;8(4)
Olwin N. Faktor-faktor yang 38. Shen TC, Lin CL, Wei CC, Tu CY,
berhubungan dengan penyakit Li YF. The risk of asthma in
asma pada usia ≥ 10 tahun di rheumatoid arthritis: a population-
Indonesia. Jurnal Respirologi based cohort study. 2014.
Indonesia. 2010 April.Vol: 30(2) Available from

Jom FK Volume 3 No. 1 Februari 2016 16


www.ncbi.mlm.nih.gov/pubmed/2
4448376
39. Ilyas M, Yunus F, Wiyono WH. 45. Yunus F, Anwar J, Fachrurodji H,
Correlation between asthma Wiyono WH, Jusuf A. Pengaruh
control test and spirometry as tool senam asma Indonesia terhadap
of assessing of controled asthma. penyandang asma. J Respir Indo
Jurnal Respirologi Indonesia. 2002; 22:118-24.
2010;30(4) 46. Hallstrand TS, Bates PW, Schoene
40. Pratama S, Erna J, Dedi Z, Vinda RB. Aerobic conditioning in mild
R, Faisal Y. Profil pasien rawat asthma decreases the hyperpnea of
jalan Poli Asma RSUP exercise and improves exercise and
Persahabatan Juli- Desember 2006. ventilatory capacity. Chest 2000;
Departemen Pulmonologi dan Ilmu 118:1460-9.
Kedokteran Respirasi FKUI-SMF 47. Madal D, Singal P, Kaur H.
Paru RSUP Persahabatan. Jakarta. Spirometric evaluation of
2006. pulmonary function tests in
41. Zaini J.Editorial asthma control bronchial asthma patients.journal
test : cara simpel dan efektif untuk of Exercise Science and
menilai derajat dan respon. Jurnal Physiotherapy. 2010;
Respirologi Indonesia. 2011;31(2) Vol.6;No.2:106-111
42. Atmoko W, Hana KP, Evans TB, 48. Navarro B, Arturo BE. And Juan
Masbimoro W. Faisal Y. JL. Relationship among obesity,
Prevalensi asma tidak terkontrol asthma and pulmonary function.
dan faktor-faktor yang Bol Med Hosp Infant Mex
berhubungan dengan tingkat 2011;68(3):157-168
kontrol asma di poliklinik asma 49. Delgado J, Baracco P, Quirce S.
Rumah Sakit Persahabatan Jakarta. Obesity and asthma. J Investig
2011 April. Jurnal Respirasi Allergol Clin Immunol. 2008;
Indonesia. Vol;31;No;2 18(6): 420-25
43. Priyanto H, Faisal Y. Wiwien HW.
Studi perilaku kontrol asma pada
pasien yang tidak teratur di Rumah
Sakit Persahabatan. 2011 Juli.
Jurnal Respirasi Indonesia.
Vol;31;(3)
44. Rahayu. Hubungan tingkat kontrol
asma dan kualitas hidup penderita
asma yang berobat di RSUD
Dokter Soedarso Pontianak pada
bulan Maret sampai dengan Mei
tahun 2012 [skripsi]. Universitas
Tanjungpura; 2012

Jom FK Volume 3 No. 1 Februari 2016 17

You might also like