You are on page 1of 9

Hubungan Stres dengan Frekuensi Serangan pada Pasien Asma

di RSUD Dr. Moewardi

The Association Between Stress and Asthma Frequency in Patients with


Asthma at RSUD Dr. Moewardi
Elsa Adila Ramadhian, Yusup Subagio Sutanto, Bhisma Murti
Faculty of Medicine, Sebelas Maret University
Background: Asthma is a respiratory inflamation disease with symptoms such as
cough, wheeze, uplifted chest, shortness of breath. Previews studies assumsed that
asthma has psychosomatic component that is predominated by psychoanalysis. Stress
and psychologic factors had been assosiated with asthma symptoms, broncoconstriction and reduction in average pulmonary flow in patients with asthma. This
study aimed to determine the assosiation between stress and asthma frequency in
patients with asthma.
Methods: This analytic study was observational using cross-sectional approach. A
sample of 50 study subjects was selected by exhaustive sampling from outpatients
who visited Pulmonary Clinics, RSUD Dr. Moewardi Surakarta. The data was
collected by interview using a set of questionnaire. The data was annalyzed using
multiple logistic regression model on SPSS 20 for windows.
Results: Asthmatic patients with high level of stress had 13,39 times as many risk of
having asthma attacks then those with low level of stress. This estimate had
controlled for the effects of confounding variables such as exposure to cigarette
smoke, use of controller, age, and gender.
Conclusion: There is a statisticaly significant assosiation between stress and
frequency of asthma attack in patient with asthma. This conclusion is drawn after
controlling for the effects of confounding variables such as exposure to cigarrete
smoke, use of controller, age, and gender.
Keywords: stress, asthma
1

Student, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta.


Department of Pulmonology, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University,
Moewardi Hospital, Surakarta.
3
Department of Public Health, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University,
Surakarta
4
Department of Biology Laboratorium, Faculty of Medicine, Sebelas Maret
Universty, Surakarta
2

Meskipun sudah hampir satu abad

PENDAHULUAN

penelitian tentang stres, para peneliti

Asma adalah penyakit inflamasi


jalan pernapasan kronik dimana banyak

masih

sel berperan, di antaranya sel mast dan

konsensus definisi yang memuaskan

eosinofil

2004).

(Segerstrom, 2004). Definisi psikologi

obstruksi

tentang stres yang paling umum dipakai

(Gershwin

Inflamasi

et

al.,

menyebabkan

kesulitan

untuk

mencapai

dan

mengatakan bahwa stres muncul ketika

disertai gejala berupa batuk, mengi, dada

tuntutan atau ajakan dari lingkungan

terasa

melebihi

saluran

pernapasan
terangkat,

reversibel

dan

sesak

napas

adaptasi

individu

atau

(Davey, 2002). Walaupun Indonesia

kemampuan untuk melawan (Wrigh,

dinyatakan

1998; Klinnert, 2003; Chen, 2007).

sebagai

negara

dengan

prevalensi rendah (<5%) untuk asma,

Penelitian untuk hubungan antara

kenyataan sulit dibantahkan bahwa asma

faktor psikologis dan asma dimulai pada

terdapat di mana-mana. Pada anak-anak,

abad ke-20 dan mendapatkan hasil yang

penderita asma anak laki-laki lebih

berbeda-beda. Penelitian awal menduga

banyak

bahwa asma mempunyai komponen

dibandingkan

perempuan.

Sebaliknya, pada usia dewasa angka

psikosomatis

yang

secara

kuat

kejadian asma pada perempuan lebih

didominasi oleh psikoanalisis. Teori

tinggi dibandingkan laki-laki (Wahyudi,

emosi spesifik yang dikembangkan oleh

2008).

Alexander dkk (1930) dari Chicago


Pada penyakit ini, dalam suatu

Institute of Psychoanalysis, menyatakan

periode waktu dapat tanpa serangan dan

bahwa emosi berperan penting dalam

pada periode lain timbul serangan asma.

asma. Stres dan faktor psikologis telah

Biasanya

dihubungkan

serangan

asma

didahului

dengan

gejala

asma,

pencetus yang jenisnya berbagai macam

bronkokonstriksi dan penurunan rata-rata

dan untuk penderita yang satu dengan

arus pulmoner pada anak yang menderita

yang lainnya berbeda. Asma dapat

asma.

dipengaruhi

kecemasan,

dengan tekanan-tekanan, seperti melihat

kesedihan, seperti halnya pengaruh zat-

film emosional, mendengarkan interaksi

zat iritan atau alergen, olahraga dan

penuh tekanan dan mengerjakan tugas

infeksi (Lahrer, 2002).

yang rumit, 15-30% subyek penderita

oleh

stres,

asma

Stres adalah salah satu aspek


modern

(Young,

subyek

mengalami

diperlakukan

peningkatan

bronkokonstriksi (Wrigh, 1998).

psikologis yang sangat dikenal dalam


kehidupan

Ketika

2005).
2

Berdasarkan

uraian

di

atas,

asma oleh dokter ahli paru, (c) bersedia

perumusan masalah pada penelitian ini

mengisi surat persetujuan (informed

adalah: adakah hubungan antara stres

consent)

dengan frekuensi serangan pada pasien

penelitian. Teknik pengambilan sampel

asma di RSUD Dr. Moewardi Surakarta?

berupa exhaustive sampling, dimana

Tujuan dari penelitian ini untuk

semua pasien asma yang bekunjung ke

menganalisis adanya hubungan antara

poli paru RSUD Dr. Moewardi Surakarta

stres dengan frekuensi serangan pada

dapat dijadikan subjek penelitian dan

pasien asma di RSUD Dr. Moewardi.

hanya yang memenuhi kriteria inklusi

Manfaat dari penelitian ini adalah

untuk

menjadi

subjek

yang dijadikan sampel penelitian.

memberikan informasi dan sumbangan

Besar subjek penelitian yang

data tentang adanya hubungan antara

didapat sebanyak 64 sampel, dimana 50

stres dengan frekuensi serangan asma.

subjek menjadi sampel penelitian sesuai

Selain itu, dengan diperoleh informasi

dengan kriteria inklusi dan 14 subjek

mengenai adanya hubungan stres dengan

masuk dalam kriteria eksklusi.

frekuensi serangan asma diharapkan


dapat

meningkatkan

kesejahteraan
meningkatkan

pasien

Variabel bebas dalam penelitian

kesehatan

dan

asma

serta

menggunakan

bagi

Holmes dan Rahe. Stres merupakan

pengetahuan

ini adalah stres, yang diukur dengan

keluarga pasien asma.

kuesioner

skala

stres

suatu tekanan yang muncul karena

Hipotesis pada penelitian ini,

tingginya tuntutan lingkungan kepada

yaitu terdapat hubungan antara stres

seseorang sehingga orang tersebut perlu

dengan frekuensi serangan asma. Stres

beradaptasi atau menyesuaikan diri.

meningkatkan frekuensi serangan asma.

Stres rendah dengan skor <150 dan stres


tinggi dengan skor 150. Variabel terikat

SUBJEK DAN METODE

adalah serangan asma yang dialami oleh

Penelitian

merupakan

pasien, diambil dari kuesioner dan rekam

penelitian observasional analitik dengan

medis pasien. Pasien dengan asma

pendekatan cross-sectional. Penelitian

derajat intermiten dan persisten ringan

dilakukan di Poli Paru di RSUD. Dr.

dikelompokan menjadi kelompok jarang,

Moewardi. Sampel yang diambil dengan

sedangkan derajat persisten sedang dan

kriteria sebagai berikut: (a) Warga

berat dikelompokkan menjadi kelompok

Negara Indonesia yang berumur 20-60

sering.

ini

tahun (b) pernah didiagnosis menderita


3

Variabel
paparan

perancu

asap

rokok,

terdiri

dari

Dalam

penelitian

ini,

data

penggunaan

dianalisis menggunakan uji-t independen

kontroler, umur dan jenis kelamin.

dan uji korelasi Pearson, serta diolah

Dikatakan terpapar asap rokok jika

dengan Statistical Product and Service

pasien terkena paparan asap rokok secara

Solution (SPSS) 20.00 for Windows.

aktif maupun pasif selama minimal 1530 menit/hari.

Penggunaan kontroler

HASIL

dibagi menjadi 2 kategori, yaitu rutin

Pasien

asma

yang

dijadikan

atau tidak pasien dalam menggunakan

sampel dalam penelitian sebanyak 50

kontroler setiap hari.

pasien. Dari segi umur, rata-rata pasien

Besar sampel pada penelitian ini

berumur sekitar 47 tahun dengan umur

seharusnya sebanyak 75-100 sampel,

tertinggi adalah 60 tahun dan umur

tetapi karena keterbatas waktu hanya

terendah adalah 23 tahun. Pasien terdiri

diambil sebanyak 50 sampel. Pertama-

dari 18 pasien laki-laki dan 32 pasien

tama tama pasien asma yang datang

perempuan. Skor stres yang didapatkan,

berkunjung ke poli paru diberikan

rata-rata 281 dengan nilai teritinggi 642

informed consent sebagai tanda kesedian

dan terendah 44.

pasien untuk dijadikan sampel dalam


penelitian.

Pasien

kemudian

Setelah

diberi

dilakukan

kuesioner yaitu tentang tingkat stres dan


Peneliti

mengambil

analisis

dikumpulkan,
bivariat

untuk

mengetahui hubungan antara variabel

frekuensi serangan asma yag dialami


pasien.

data

bebas (tingkat stres) dengan variabel

data

terikat (frekuensi serangan asma) serta

diagnosis asma dari rekam medis pasien.

arah

Setelah mendapat kuesioner yang telah

hubungannya.

Analisis

juga

dilakukan terhadap faktor perancu yaitu

diisi dilakukan perhitungan skor dan

paparan asap rokok dan pengguanaan

analisis data.

kontroler dengan frekuensi serangan


asma.

Tabel 1 Analisis bivariat tentang hubungan stres dengan


frekuensi serangan asma
Frekuensi
Serangan Asma
Jarang
Sering
Total
OR
p
n(%)
n(%)
n(%)

Variabel
Skor Stres:
Rendah
Tinggi

12 (80)
7 (20)

3 (20)
28 (80)

Dari Tabel 1 analisis bivariat

15 (100)
35 (100)

16

<0,001

serangan asma dengan frekuensi sering

terhadap hubungan antara tingkat stres 16 kali lebih besar daripada tingkat stres
dengan

frekuensi

serangan

asma rendah (OR=4,3 ; Cl 95% 3,527 s.d.

menunjukan hubungan yang signifikan 72,583),

tetapi

(p<0,001). Pasien dengan tingkat stres mengontrol


tinggi memiliki risiko untuk mengalami

hasil

pengaruh

ini

belum

dari

variabel

perancu.

Tabel 2 Analisis bivariat tentang hubungan paparan asap rokok


dengan frekuensi serangan asma
Frekuensi
Serangan Asma
Variabel

Jarang
n(%)

Paparan Asap Rokok:


Tidak
Ya

Sering
n(%)

17 (39,5) 26 (60,5)
2 (28,6) 5 (71,4)

Dari Tabel 2 analisis bivariat

Total
n(%)
43 (100)
7 (100)

OR

1,64

0,579

untuk mengalami serangan asma dengan

terhadap hubungan antara paparan asap frekuensi sering 1,6 kali lebih besar
rokok dengan frekuensi serangan asma daripada tidak terpapar asap rokok
menunjukan
signifikan

hubungan
(p=0,579).

yang
Pasien

tidak (OR=1,635 ; Cl 95% 0,284 s.d. 9,407),


yang tetapi

hasil

ini

belum

mengontrol

terpapar asap rokok memiliki risiko pengaruh dari variabel perancu.


Tabel 3 Analisis bivariat tentang hubungan penggunaan kontroler
dengan frekuensi serangan asma
Frekuensi
Serangan Asma
Variabel
Jarang Sering
Total
OR
n(%) n(%)
n(%)
Penggunaan Kontroler:
Tidak Rutin
8 (61,5) 5 (38,5)
13 (100)
5

Rutin

11 (29,7) 26 (70,3)

Dari Tabel 3 analisis bivariat

37 (100)

mengontrol

terhadap hubungan antara penggunaan


menunjukan

hubungan

pengaruh

0,042
dari

variabel

perancu.

kontroler dengan frekuensi serangan


asma

3,78

Analisis regresi logistik ganda

yang

dilakukan

dengan

memperhitungkan

signifikan (p=0,042). Pasien yang rutin

variabel tingkat stres, paparan asap

menggunakan kontroler memiliki risiko

rokok, penggunaan kontroler, umur dan

untuk mengalami serangan asma dengan

jenis kelamin sehingga didapatkan hasil

frekuensi sering 3,8 kali lebih besar

yang lebih sahih karena telah mengontrol

daripada

menggunakan

variabel-variabel perancu yang dapat

kontroler (OR=3,78 ; Cl 95% 1,009 s.d.

mempengaruhi hubungan tingkat stres

14,173),

dengan frekuensi serangan asma.

tidak
tetapi

rutin
hasil

ini

belum

Tabel 4 Hasil analisis regresi logistik ganda tentang hubungan tingkat stres dan
frekuensi serangan asma dengan mengontrol paparan asap rokok,
penggunaan kontroler, jenis kelamin dan umur pasien.
CI 95%
Variabel
Independen
Tingkat Stres
Rendah
Tinggi
Paparan Asap Rokok
Tidak
Ya
Penggunaan Kontroler
Tidak Rutin
Rutin
Umur
<47 tahun
47 tahun
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
N observasi
-2 log likelihood
Nagelkerke R

OR

Nilai p
Batas
Bawah

Batas
Atas

1,0
13,39

2,61

68,77

0,002

1,0
1,02

0,12

8,29

0,99

1,0
1,51

0,28

8,28

0.64

1,0
1,06

0.24

4,37

0.97

1,0
0,85
50
49,7
38,6%

0,18

4,03

0,84

dan penurunan rata-rata arus pulmoner


Tabel 4 menunjukkan terdapat

pada anak yang menderita asma. Ketika

hubungan yang secara statistik signifikan

subjek diperlakukan dengan tekanan-

antara tingkat tingkat stres dan frekuensi

tekanan, seperti melihat film emosional,

serangan pada paasien asma. Pasien

mendengarkan interaksi penuh tekanan

asma dengan tingkat stres tinggi berisiko

dan mengerjakan tugas yang rumit, 15-

untuk sering mendapat serangan asma 13

30% subyek penderita asma mengalami

kali lebih besar daripada pasien dengan

peningkatan bronkokonstriksi (Wrigh,

tingkat stres rendah (Or=13,39 CI 95%

1998).

2,61sd 68,77 ; p=0,002). Kesimpulan ini

Tabel 2 menunjukkan hubungan

diperoleh setelah mengontrol variabel

yang tidak signifikan antara paparan

perancu yaitu paparan asap rokok,

asap rokok dengan frekuensi serangan

penggunaan kontroler, umur dan jenis

asma (OR=1,64; p= 0,578). Beberapa

kelamin.

teori menyebutkan bahwa asap rokok


seperti amonia, nitrogen oksida menjadi
PEMBAHASAN

partikel dan iritan dan pemicu terjadinya

Penelitian ini bertujuan untuk


mengetahui

hungan

stres

reaksi serangan asma (Sundaru dan

dengan

Sukamto,

2007).

Hasil

yang

tidak

frekuensi serangan pada pasien asma.

signifikan mungkin disebabkan karena

Pada Tabel 1 menunjukkan hubungan

ada beberapa dari pasien asma yang

yang signifikan antara tingkat stres

tidak sensitif terhadap paparan asap

dengan

asma

rokok sehingga walaupun terpapar asap

(p=0.001) dengan Odd Ratio=16.00. Hal

rokok tidak terjadi serangan. Selain itu

ini sesuai dengan penelitian Alexander

bisa disebabkan karena walaupun pasien

(1930).

tidak

frekuensi

Penelitian

serangan

hubungan

antara

terpapar

asap

rokok,

pasien

pencetus

asma

faktor psikologis dan asma yang pernah

mendapatkan

dilakukan sebelumnya,

mendapatkan

lainnya seperti udara yang dingin atau

hasil yang berbeda-beda. Penelitian awal

pun panas sehingga serangan asma tetap

Sigmund Freud (awal abad 20) menduga

sering terjadi.

bahwa asma mempunyai komponen


psikosomatis

yang

secara

faktor

Tabel 3 menunjukkan hubungan

kuat

yang signifikan antara

didominasi oleh psikoanalisis. Stres dan

penggunaan

kontroler dengan frekuensi serangan

faktor psikologis telah dihubungkan

asma

dengan gejala asma, bronkokonstriksi


7

(OR=3,78;

p=0,042).

Tetapi

signifikan terhadap pasien yang rutin

Dengan

mempertimbangkan

menggunakan kontroler dengan serangan

keterbatasan waktu dan kemampuan

asma

dengan

peneliti, maka penelitian ini hanya

penggunaan kontroler yang rutin, pasien

mengendalikan sejumlah variabel yang

diharapkan

dipilih sedemikian rupa sehingga hasil

sering.

Seharusnya,

lebih

jarang

mendapat

serangan asma. Signifikannya hubungan

penelitian

dapat

mempresentasikan

tersebut dapat disebabkan karena pasien

keadaan yang sesungguhnya.

yang memeriksakan diri ke Poli Paru


SIMPULAN
Dari hasil penelitian hubungan

RSUD Dr. Moewardi, lebih banyak


pasien

dengan

serangannya

derajat

sering

asma

seperti

yang

stres dengan frekuensi serangan pada

pesisten

pasien asma , dapat diambil kesimpulan

sedang dan berat.

sebagai berikut:

Dari hasil penelitian hubungan

Terdapat hubungan yang secara

stres dengan frekuensi serangan pada

statistik signifikan antara stres dengan

pasien asma, diapatkan hasil analisis


regresi

frekuensi serangan pada pasien asma.

yang menunjukkan hubungan

Pasien asma dengan tingkat stres yang

signifikan antara tingkat stres dengan


frekuensi

serangan

asma

tinggi memiliki kemungkinan untuk

(p=0.002)

mengalami serangan asma 13,39 kali

dengan Odd Ratio=13,39. Hasil yang

lebih besar daripada pasien yang tingkat

diperoleh ini akan menjadi lebih sahih


karena

dalam

variabel

penelitian

perancu

stresnya rendah (OR=13,39; CI 95%

variabel-

yang

2,61 sd 68,77; p=0,002). Kesimpulan ini

dapat

diperoleh setelah mengontrol variabel

mempengaruhi variabel terikat telah

perancu yaitu paparan asap rokok,

dikontrol terlebih dahulu.

penggunaan kontroler, umur dan jenis

Pada penelitian ini masih terdapat

kelamin.

beberapa kelemahan yaitu : (1) jumlah


sampel yang terlalu kecil, hal ini

SARAN

disebabkan karena keterbatasan waktu


dalam
variabel

penelitian,
perancu

(2)

Pasien-pasien

tidak

semua

keluarga

dianalisis

dalam

pemahaman

penderita
bahwa

asma
asma
stres

maupun
diberikan
dapat

penelitian ini, sehingga tidak diketahui

meningkatkan resiko terjadinya asma,

pengaruhnya

sehingga

terhadap

frekuensi

serangan asma

dapat

dilakukan

langkah-

langkah yang tepat untuk mencegah


8

terjadinya stres pada pasien. Dapat


lebih

Chen E, Miller G.E. 2007. Stress and

dilakukan

penelitian

lanjut

inflamation in exacerbation of

mengenai

hubungan

stres

dengan

asthma.

frekuensi

serangan

asma

dengan

Immunology ; 21 (8): 993-9.

memperhitungan faktor-faktor pencetus

Gershwin M.E., Albertson T.E. (eds).


2004. Bronchial asthma: a guide
for practical understanding and
treatment. Honolulu: Humana
Press

hasilnya bisa lebih akurat.


UCAPAN TERIMA KASIH
Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr.,

Klinnert M D. Evaluating the effect of


stress on asthma; A paradoxical
challenge. European Respirology
Journal 2003; 22: 574.

Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan

2.

Kedokteran

Utama

memberikan
3.

Universitas

Sebelas Maret Surakarta.


Ana Rima Setijadi, dr., Sp.P selaku
Penguji

yang

Lahrer P, Song H S, Feldman J, Giardino


N, Schmaling K. Psychological
aspect of asthma. Journal of
consulting and clinical psychology
2002; 70: 691-711.

telah

banyak kritik dan

saran dalam penyusunan skripsi ini.


Slamet Riyadi, dr., M.Kes selaku

Wahyudi A. 2008. Asap rokok pemicu


tertinggi
asma.
http://edusehat.com/asaprokok
pemicu. Diakses 05 Mei 2009

Penguji Pendamping yang telah


memberikan banyak kritik dan saran
4.

dalam penyusunan skripsi ini.


Tim
Skripsi FK UNS,
kepercayaan,

bimbingan,

atas

Wrigh RJ, Rodriquez M, Cohen S. 1998.


Review of psychosocial stress and
asthma:
An
integrated
biopsychocial approach. Thorax;
53: 1066-74.

koreksi

dan perhatian yang sangat besar


5.

sehingga terselesainya skripsi ini.


Serta semua pihak yang membantu
penulis

dalam

Behavior

Jakarta: Erlangga

polusi udara dan lain-lain sehingga

Fakultas

and

Davey P. 2002. At a Glance Medicine.

asma lainnya, seperti pekerjaan, alergen,

1.

Brain

menyelesaikan

Young CR, Welsh CJ. 2005. Stress,


health and disease. Cell Science
Review; 2: 1742-8130.

penelitian ini yang tidak dapat


disebut satu persatu.

DAFTAR PUSTAKA

You might also like