You are on page 1of 8

E-ISSN 2656-7350

KOMUNIKASI PERAWAT DENGAN MOTIVASI PASIEN MENJALANI


PERAWATAN STROKE RSU HERNA MEDAN

Oleh:
Ester Mei Frida 1),
Pretty L.Tampubolon 2),
Megawati Hasibuan 3)
Universitas Darma Agung 1,2,3)
E-mail:
estergirsang11051975@gmail.com

ABSTRACT

The non-communicable disease that causes disability and death in the world is stroke.
One of the causes of reduced motivation to recover a patient is caused by the length of
treatment which causes boredom for the patient. With the existence of a good
therapeutic communication, it can motivate patients in undergoing stroke treatment.
This study aims to examine the relationship between nurse communication and patient
motivation to get stroke care at Herna General Hospital Medan. The design of this
study is an analysis of the relationship between nurse therapeutic communication and
patient motivation. The research subject is an inpatient with a stroke diagnosis and a
sample of 30 people, the sampling method is accidental sampling. Data were analyzed
using chi square test with < 0.05. The results of the study showed that the nurse's
therapeutic communication was sufficient and the patient's motivation in undergoing
stroke treatment was moderate. The relationship between therapeutic communication
and patient motivation in undergoing stroke treatment shows p value = 0.003, meaning
that sufficient therapeutic communication is only able to motivate patients to undergo
stroke treatment in the moderate category. It is hoped that the head of the nursing field
at Herna General Hospital will evaluate the implementation of nurse therapeutic
communication and provide regular training for nurses, and for patients to have high
enthusiasm for routine care.

Keywords: Therapeutic A Communication, Motivation, Nurse, Stroke.

ABSTRAK

Penyakit tidak menular yang menyebabkan kecacatan dan kematian di dunia adalah
Stroke. Salah satu penyebab motivasi untuk sembuh seorang pasien berkurang
diakibatkan oleh lamanya perawatan yang menyebabkan kebosanan bagi pasien.
Dengan adanya suatu komunikasi terapeutik yang baik, dapat memotivasi pasien dalam
menjalani perawatan stroke. penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan
komunikasi perawat dengan motivasi pasien untuk mendapatkan perawatan stroke di
Rumah Sakit Umum Herna Medan. Rancangan penelitian ini adalah analisis hubungan
komunikasi terapeutik perawat dengan motivasi pasien dengan subjek penelitian
adalah pasien rawat inap dengan diagnosa stroke dan sampel sebanyak 30 orang, cara
pengambilan sampel adalah accidental sampling. Data dianalisis menggunakan uji chi-

JURNAL DARMA AGUNG HUSADA, Volume 8, Nomor 2, Oktober 2021 :104-111 104
E-ISSN 2656-7350

square dengan α < 0,05. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa komunikasi
terapeutik perawat cukup dan motivasi pasien dalam menjalani perawatan stroke
sedang. Hubungan komunikasi terapeutik dengan motivasi pasien dalam menjalani
perawatan stroke, menunjukkan p value = 0,003, artinya komunikasi terapeutik yang
cukup hanya mampu memotivasi pasien menjalani perawatan stroke dalam kategori
sedang. Diharapkan kepada kepala bidang perawat Rumah Sakit Umum Herna untuk
mengevaluasi penerapan pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat dan memberikan
pelatihan secara rutin bagi perawat, dan kepada pasien agar memiliki semangat yang
tinggi untuk menjalani perawatan secara rutin.

Kata Kunci: Komunikasi Terapeutik, Motivasi, Perawatan, Stroke.

PENDAHULUAN penyakit vaskuler. Penderita stroke


dengan kadar Glukosa darah yang
Penyakit penyebab kecacatan tinggi dapat memperberat kemungkinan
nomor satu dan penyebab kematian meluasnya area infark sehingga
ketiga di dunia adalah penyakit Stroke. terbentuknya asam laktat akibat
Selain itu juga menjadi penyebab metabolisme glukosa secara anaerobik
kecacatan nomor satu di dunia. Insiden yang mempengaruhi jaringan otak.
kejadian stroke akan mengalami Prevalensi kejadian penyakit stroke
peningkatan seiring dengan tambahnya berdasarkan jenis kelamin hampir sama.
usia seseorang (Stroke Association, Kasus stroke tertinggi di Indonesia
2013). Indonesia menempati urutan ke- terdapat di Provinsi Sulawesi Utara
4 terbanyak di dunia dalam jumlah (10,8 %) dan terendah di Propinsi Papua
penderita Stroke (Depkes, 2010). (2,3%).
Angka kematian yang pasien Hasil penelitian Yuliastuti, (2014)
stroke, 51% faktor pemicunya adalah menunjukkan ada hubungan antara
tekanan darah tinggi, pemicu lain keduanya dengan nilai p value = 0,027
adalah peningkatan tingginya kadar (p < 0,05). Hasil menunjukkan
glukosa darah sebanyak 16% (WHO, ditemukan perbedaan motivasi untuk
2012). sembuh pada pasien stroke yang
Terjadinya peningkatan diberikan komunikasi terapeutik
konsentrasi glikoprotein secara dengan yang hanya dilakuakan
patologis disebabkan akibat tingginya komunikasi standar ruangan.
kadar gula darah, merupakan pemicu Penelitian Sobirin, dkk (2014) di
terhadap munculnya komplikasi Rumah Sakit Stroke Nasional

105 KOMUNIKASI PERAWAT DENGAN MOTIVASI PASIEN MENJALANI PERAWATAN STROKE


RSU HERNA MEDAN
Ester Mei Frida 1), Pretty L.Tampubolon 2), Megawati Hasibuan 3)
E-ISSN 2656-7350

Buktitinggi menunjukkan bahwa melakukan penelitian mengenai


proporsi responden dengan peran “Hubungan Komunikasi Terapeutik
keluarga kurang mendukung, mayoritas dengan Motivasi Pasien Dalam
tidak patuh melakukan rehabilitasi yaitu Menjalani Perawatan Stroke di Rumah
sebanyak 23 orang (79,2%), Sakit Umum Herna Medan”.
dibandingkan dengan yang patuh
melakukan rehabilitasi yaitu sebanyak 6 METODE PENELITIAN
orang (20,7%). Berdasarkan hasil Penelitian ini menggunakan
penelitian tersebut menunjukkan bahwa rancangan analisis hubungan yang akan
motivasi yang diberikan oleh keluarga menguji Hubungan Komunikasi
terhadap pasien kurang baik. Tingkat Terapeutik dengan Motivasi selama
kepatuhan pasien ditunjukkan dengan menjalani Perawatan Stroke.
tidak patuhnya pasien melakukan (Notoadmodjo, 2012).
rehabilitasi. Subjek penelitian adalah seluruh
Hasil survei awal, dari hasil pasien dengan yang tercatat pada rekam
laporan Rekam Medis Rumah Sakit medis diagnose stroke, besar sampel
Umum Herna Medan, bahwa tahun sebanyak 30 orang, dan sampel diambil
2018 terdapat 182 kasus, dan tahun berdasarkan teknik accidental sampling
2019 sebanyak 195 kasus. Hasil (Arikunto, 2016). Instrumen penelitian
wawancara yang dilakukan terhadap 6 adalah kuesioner. Skala pengukuran
orang pasien yang rawat inap, 3 orang menggunakan skala Likert. Uji Statistik
mengatakan mengikuti semua anjuran yang digunakan untuk anlisis hubungan
dalam perawatan di Rumah Sakit. dengan Chi-Square, nilai p-value (p <
Pasien bersemangat karena merasa 0,05).
mendapat dukungan dari perawat dan
keluarga. Sedangkan pada 3 orang HASIL DAN PEMBAHASAN
pasien lainnya mengatakan merasa Tabel 1.
bosan, sehingga ada kalanya mereka Karakteristik Pasien Stroke

tidak mau mengikuti jadwal fisioterapi


No. Karakteristik Frekuensi Presentase
dan menolak minum obat. (f) (%)
1 Umur
Berdasarkan latar belakang di 30-45 tahun 3 10.0
atas, maka peneliti tertarik untuk 46-61 tahun 18 60.0
62-77 tahun 9 30.0

JURNAL DARMA AGUNG HUSADA, Volume 8, Nomor 2, Oktober 2021 :104-111 106
E-ISSN 2656-7350

Jumlah 30 100.0 1 Baik 9 30.0


2 Cukup 17 56,7
2 Jenis
3 Kurang 4 13.3
Kelamin
Laki-laki 16 53.3 Jumlah 30 100.0
Perempuan 14 46,7
Jumlah 30 100.0
Berdasarkan data pada Tabel 2.
3 Pendidikan
SMP 2 6.7 diatas menunjukkan bahwa komunikasi
SMA/SLTA 16 53.3
Perguruan 12 40.0
terapeutik perawat pada pasien
Tinggi mayoritas cukup yaitu sebanyak 17
Jumlah 30 100.0 orang (56,7%).
4 Pekerjaan Tabel 3
PNS 6 20.0 Motivasi Pasien Menjalani
Wiraswasta 15 50.0
Perawatan Stroke
Buruh 9 30.0

Jumlah 30 100.0
N Motivas Frekuens Presentas
o i i e
Berdasarkan data pada Tabel 1. F %
Diatas umur terbanyak 46-61 tahun 1 Tinggi 9 30,0
2 Sedang 15 50,0
yaitu sebanyak 18 orang (60,0%), 3 Rendah 6 20,0
mayoritas laki-laki, pendidikan Jumlah 30 100,0

mayoritas SMA yaitu sebanyak 16


orang (53,3%) mayoritas bekerja Berdasarkan data Tabel 3
sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 15 diatas dapat dilihat bahwa kategori
orang (50,0%). tingkat motivasi pada pasien yang
Tabel 2. menjalani perawatan Stroke mayoritas
Komunikasi Terapeutik Perawat
bermotivasi sedang yaitu sebanyak 15
No Komunikasi Frekuensi Presentase orang (50,0%)
(f) (%)

Analisa Bivariat
Tabel 4.
Komunikasi Terapeutik Dengan Motivasi Pasien Dalam Menjalani Perawatan
Stroke

Motivasi Pasien Jumlah P


No. Komunikasi value
Tinggi Sedang Rendah

107 KOMUNIKASI PERAWAT DENGAN MOTIVASI PASIEN MENJALANI PERAWATAN STROKE


RSU HERNA MEDAN
Ester Mei Frida 1), Pretty L.Tampubolon 2), Megawati Hasibuan 3)
E-ISSN 2656-7350

f % f % f % f %

1. Baik 6 20.0 2 6.7 1 3.3 9 30.0


0.003
2. Cukup 3 10.0 12 40.0 2 6.7 17 56.7
3. Kurang 0 0 1 3.3 3 10.0 4 13.3
Jumlah 9 30.0 15 50.0 6 20.0 30 100.0

Berdasarkan data Tabel 4 di atas kesembuhan pasien. Saat melakukan


dapat dilihat bahwa komunikasi komunikasi terapeutik perawat
terapeutik perawat baik, motivasi menyampaikan informasi sehubungan
pasien tinggi. Perawat dengan dengan masalah kesehatan pasien,
komunikasi terapeutik yang cukup sehingga pasien memahami tentang
mayoritas motivasi sedang, sedangkan kondisinya dan dengan demikian
pada komunikasi terapeutik yang diharapkan pasien mau bekerjasama
kurang dalam upaya proses penyembuhannya
Hubungan komunikasi terapeutik (Suryani,2017).
perawat dengan motivasi pasien dengan Tindakan komunikasi terapeutik
menggunakan uji chi-Square diperoleh ini menyebabkan pasien merasa
nilai p value = 0,003 (p < 0,05 ) berarti dihargai dan diperlakukan dengan baik
terdapat hubungan antara tindakan sehingga hubungan pasien dengan
komunikasi terapeutik dengan motivasi perawat menjadi lebih dekat. Interaksi
pada pasien dalam menjalani perawatan perawat dengan pasien akan
Stroke. Ternyata bahwa tindakan menyebabkan adanya keterbukaan dan
hubungan interpersonal seorang perawat mau bekerjasama dalam proses
akan mempengarui motivasi pasien penyembuhannya. Namun kita sering
pada saat menjalani masa perawatan menemukan perawat yang hanya fokus
stroke. pada penyakit yang diderita oleh pasien.
Sementara, aspek psikologis pasien
PEMBAHASAN kurang mendapatkan perhatian
Komunikasi Terapeutik Perawat (Prabowo,T.,2017).
Penyampaian pesan dari perawat Hubungan interpersonal yang
kepada pasien merupakan aktifitas terjadi dalam rangka memperbaiki
perawat secara sadar dan direncanakan pengalaman emosional pasien, perawat
yang bertujuan untuk memperoleh menggunakan pendekatan yang telah

JURNAL DARMA AGUNG HUSADA, Volume 8, Nomor 2, Oktober 2021 :104-111 108
E-ISSN 2656-7350

direncanakan, hal ini disebut perawat, pasien malas untuk bertanya


komunikasi teraupeutik (Potter & Perry, kepada perawat. Pasien merasa karena
2015). mereka menggunakan BPJS, dan tidak
Berbagai upaya dapat dirawat di ruang VIP, sehinggha
dilaksanakan untuk dapat meningkatkan perawat kurang memperhatikan mereka.
kemampuan perawat dalam Motivasi dipengaruhi oleh dua
melaksanakan komunikasi teraupetik ini factor yaitu dari dalam (internal)
diantaranya seminar, pelatihan dan terdapat tiga aspek yaitu sifat
evaluasi yang dilaksanakan secara kepribadian. intelegensi dan sikap, dan
berkesinambungan. kedua adalah faktor dari luar (eksternal)
(Sumidjo, 2016). Keinginan untuk
Motivasi Pasien sembuh yang datang dari dalam diri
Motivasi berperan sendiri dan juga dukungan dari luar
membangkitkan atau menggerakkan keluarga menjadi factor terkuat bagi
seseorang ataupun diri sendiri untuk pasien untuk sembuh dari penyakit..
mencapai suatu tujuan dengan
melakukan suatu tindakan. Hasil Komunikasi Terapeutik Dengan
Motivasi Pasien
penelitian mayoritas motivasi sedang.
Pasien yang menjalani perawatan Penelitian Motivasi pasien dalam
stroke kurang termotivasi, hal ini menjalani perawatan stroke dengan
ditunjukkan dengan adanya penolakan komunikasi terapeutik dengan
pasien mengikuti jadwal fisioterapi, menggunakan uji chi-Square diperoleh
menolak pemasangan infus dan nilai p value = 0,003 (p < 0,05 ).
menolak minum obat yang diberikan Artinya komunikasi terapeutik
perawat. Hal ini sejalan dengan kategori cukup hanya mampu
penelitian Hardhiyani (2013) di Ruang memotivasi pasien menjalani perawatan
Melati RSUD Kalisari Batang, dimana stroke dalam kategori sedang. Hal ini
hasil yang didapatkan bahwa mayoritas disebabkan rendahnya keikhlasan dan
motivasi pasien untuk sembuh pada rasa empati perawat. Sedangnya
kategori kurang. Hal ini ditunjukkan kurangnya motivasi pasien dalam
dengan pasien mengatakan kurang menjalani perawatan stroke ditunjukkan
diperhatikan, tidak merasa dekat dengan dengan adanya penolakan pasien

109 KOMUNIKASI PERAWAT DENGAN MOTIVASI PASIEN MENJALANI PERAWATAN STROKE


RSU HERNA MEDAN
Ester Mei Frida 1), Pretty L.Tampubolon 2), Megawati Hasibuan 3)
E-ISSN 2656-7350

mengikuti jadwal fisioterapi, menolak kesembuhan pasien juga dipengaruhi


pemasangan infus dan menolak minum oleh lingkungan fisik dan psikologis
obat yang diberikan perawat. yang nyaman. Rasa percaya terhadap
Komunikasi terapeutik perawat perawat dan role model yang
terdiri dari empat fase yaitu fase ditunjukkan perawat akan memotivasi
prainteraksi, fase orientasi, fase kerja pasien untuk taat menjalankan terapi
dan fase terminasi (Zen, 2013). Setiap sehingga pasien memperoleh
fase harus dilakukan secara berurutan, kesembuhan .
semakin baik setiap fase maka akan
semakin baik pula komunikasi SIMPULAN
terapeutik yang terjalin. Komunikasi Komunikasi Terapeutik
dapat dilakukan secara verbal maupun berhubungan dengan Motivasi Pasien
non verbal. Faktor yang dapat yang Menjalani Perawatan Stroke
memotivasi pasien pada saat menjalani dengan nilai p value = 0,003 ( p <
program perawatan salah satunya adalah 0,05). Komunikasi terapeutik perawat
komunikasi yang dilakukan oleh yang baik, maka motivasi sembuh
perawat. Jika motivasi seseorang untuk pasien akan semakin tinggi.
menjalani perawatan besar maka besar
pula kemungkinan dirinya untuk cepat DAFTAR PUSTAKA
sembuh. Arikunto, 2016. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik.
Komunikasi merupakan alat untuk
Jakarta: Rineka Cipta
membina hubungan yang terapeutik
Arwani, 2008. Komunikasi Dalam
melalui penyampaian informasi, Keperawatan. Jakarta: Penerbit
pertukaran perasaan dan pikiran yang Buku Kedokteran EGC

bertuujuan untuk mempengaruhi Hardhiyani, R. 2013. Hubungan


Komunikasi Therapeutic
perilaku orang lain (Perry & Potter,
Perawat Dengan Motivasi
2015). Komunikasi terapeutik dapat Sembuh Pada Pasien Rawat
Inap, di Ruang Melati di RSUD
mempengaruhi perilaku sehingga
Kali Sari Batang.
dapat meningkatkan kesehatan serta http://journal.unnes.ac.id/sju/ind
ex.php/dcp
mempercepat penyembuhan sehingga
pemulihan kondisi pasien lebih optimal. Notoadmodjo, S. 2012. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Selain pemberian obat-obatan,
Rineka Cipta

JURNAL DARMA AGUNG HUSADA, Volume 8, Nomor 2, Oktober 2021 :104-111 110
E-ISSN 2656-7350

___________. 2016. Ilmu Perilaku


Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Potter & Perry, 2010. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan.
Edisi 7. Jakarta: Salemba
Medika.
Prabowo, T. 2017. Komunikasi Dalam
Keperawatan. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press

Sobirin, dkk 2014. Hubungan Peran


Keluarga Dalam Memotivasi
Pasien Pasca Stroke Dengan
Kepatuhan Penderita
Mengikuti Rehabilitasi Di Unit
Rehabilitasi Medik Rumah
Sakit Stroke Nasional
Buktitinggi Tahun 2014,
http://www.internasionaljurnal

Sumidjo., 2010. Kepemimpinan dan


Motivasi, Jakarta: Ghalia
Indonesia

Suryani, 2017. Komunikasi Terapeutik


Teori dan Praktek. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC
Yuliastuti, C. 2014. Peningkatan
Motivasi Untuk Sembuh Pasien
Stroke Yang Dilakukan
Komunikasi Terapeutik Di
Ruang Saraf Rumkital Dr.
Ramelan
Surabaya(http//skripsi.ac.id)

Pribadi Zen, 2013. Panduan


komunikasi Efektif Untuk
Bekal Keperawatan
Profesional, Yogjakart:, D-
Medika

111 KOMUNIKASI PERAWAT DENGAN MOTIVASI PASIEN MENJALANI PERAWATAN STROKE


RSU HERNA MEDAN
Ester Mei Frida 1), Pretty L.Tampubolon 2), Megawati Hasibuan 3)

You might also like