Professional Documents
Culture Documents
https://journal.literasisains.id/index.php/SEHATMAS
e-ISSN 2809-9702 | p-ISSN 2810-0492
Vol. 1 No. 3 (Juli 2022) 266-278
DOI: 10.55123/sehatmas.v1i3.460
Submitted: 13-06-2022 | Accepted: 06-07-2022 | Published: 29-07-2022
Abstract
Hypertension is a condition when blood pressure is high. High blood pressure is the
force exerted by circulating blood to the arterial walls of the body, the main vessels in
the body. The research objective was to see the relationship between hypertensive
patients and taking medication at the Meral Public Health Center, Karimun Regency.
The method used is research in the form of an analytical survey, which is research that
finds out how health phenomena occur by analyzing the dynamics of the phenomenon or
between risk factors and effect factors. The results of the study, namely the chi square
statistical test obtained p value = 1,000, which means that the p value is greater than
0.05 (1,000> 0.05), this indicates that there is a relationship between the age group of
the respondents and taking anti-hypertensive drugs. The results of the chi square
statistical test obtained p value = 0.015, which means that the p value is smaller than
0.05 (0.000 <0.05), this indicates that there is a relationship between the respondent's
education level and taking anti-hypertensive drugs. The conclusion from this research
on the relationship between nation and taking medicine is the age and education level of
the respondents.
Abstrak
Hipertensi adalah keadaan ketika tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi adalah
kekuatan yang diberikan oleh sirkulasi darah ke dinding arteri tubuh, pembuluh utama
dalam tubuh. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan karakteristik pasien
hipertensi dengan kepatuhan minum obat di UPT Puskesmas Meral Kabupaten
Karimun. Metode yang digunakan adalah penelitian dalam bentuk survei analitik, yaitu
penelitian yang menggali bagaimana fenomena kesehatan terjadi dengan melakukan
analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antara faktor risiko dengan faktor efek.
Hasil penelitian yaitu dari uji statistik chi square diperoleh p value= 1,000 yang berarti
nilai p value lebih besar dari 0,05 (1,000>0,05) hal ini menunjukkan bahwa ada
hubungan kelompok umur responden dengan kepatuhan minum obat anti hipertensi.
Hasil uji statistik chi square diperoleh p value= 0,015 yang berarti nilai p value lebih
kecil dari 0,05 (0,000<0,05) hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat
pendidikan responden dengan kepatuhan minum obat anti hipertensi. Kesimpulan dari
penelitian adanya hubungan karakteristik dan kepatuhan minum obat yaitu umur dan
tingkat pendidikan responden.
PENDAHULUAN
METODE
HASIL
Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah karakteristik pasien hipertensi
yang mempengaruhi kepatuhan minum obat hipertensi di Kecamatan Meral Kabupaten
Karimun Tahun 2020. Data variabel yang diteliti diperoleh dari penyebaran angket
menggunakan kuesioner dan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Di UPT Puskesmas Meral Kabupaten Karimun
Tahun 2020
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 22 32,8
Perempuan 45 67,2
Jumlah 67 100
Tabel 2
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur
Di UPT Puskesmas Meral Kabupaten Karimun
Tahun 2020
Kelompok Umur Frekuensi Persentase (%)
Tabel 3
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Di UPT Puskesmas Meral Kabupaten Karimun
Tahun 2020
Tabel 4
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Di UPT Puskesmas Meral Kabupaten Karimun
Tahun 2020
Tabel 5
Distribusi Kepatuhan Responden dalam Mengkonsumsi Obat
Di UPT Puskesmas Meral Kabupaten Karimun
Tahun 2020
Tabel 6
Hubungan Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan Kepatuhan
Minum Obat di UPT Puskesmas Meral
Tahun 2020
Tabel 7
Tabel 8
Hubungan Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan dengan Kepatuhan
Minum Obat di UPT Puskesmas Meral
Tahun 2020
Tabel 9
Hubungan Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan dengan Kepatuhan Minum
Obat di UPT Puskesmas Meral
Tahun 2020
n % N % n %
Tidak 36 53,7 13 19,4 49 100
Bekerja
0,527
Bekerja 15 22,4 3 4,5 18 100
Total 51 76,1 16 23,9 67 100
PEMBAHASAN
diketahui bahwa dari 67 responden yang diteliti, sebagian besar yaitu sebanyak 47
responden (70,1%) merupakan kelompok usia > 45 tahun dan hanya 20 responden
(29,9%) yang merupakan kelompok usia < 45 tahun.
Hal ini sejalan dengan penelitian Ivonsiani, dkk (2015) dimana diperoleh hasil
bahwa dari 30 responden yang diteliti, sebanyak 18 responden (60,0%) merupakan
kelompok usia > 45 tahun dan 12 responden (40,0%) merupakan kelompok usia < 45
tahun. Hal ini disebabkan pada usia lanjut, pembuluh darah cenderung menjadi kaku
dan elastisitasnya berkurang sehingga tahanan perifer meningkat. Tekanan darah
dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer, sehingga semua faktor yang
mempengaruhi curah jantung dan tahanan perifer akan mempengaruhi tekanan darah
(Vasan et al,2001; Nafrialdi, 2012; Roy et al., 2013).
Dari hasil penelitian Amaliah, dkk (2014) dengan judul Faktor Resiko
Hipertensi pada orang Umur 45-74 Tahun di Pulau Sulawesi tahun 2014, menunjukkan
rata-rata umur responden yang menderita hipertensi berbeda. Responden yang
menderita hipertensi cenderung memiliki rata-rata umur lebih tua dibandingkan dengan
responden yang tidak menderita hipertensi.
Hasil penelitian ini menolak hipotesis sejalan dengan penelitian yahg dilakukan
oleh Nandang (2009) dengan sampel yang diteliti berjumlah 92 orang yang
menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kepatuhan
minum obat anti hipertensi dengan nilai p value = 0,515.
Kepatuhan pasien dalam pengobatan atau minum obat bukan hanya dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan saja tetapi faktor pendukung lain juga turut mempengaruhi.
Dengan tingginya tingkat pendidikan akan meningkatkan pengetahuan seseorang secara
akademik dan akan menambah ilmu serta kesadaran untuk mematuhi aturan pengobatan
sesuai dari anjuran tenaga kesehatan.
Berdasarkan hasil analisis bivariat, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
antara jenis kelamin responden dengan kepatuhan minum obat anti hipertensi, ada
hubungan antara kelompok umur responden dengan kepatuhan minum obat anti
hipertensi, ada hubungan antara tingkat pendidikan responden dengan kepatuhan minum
obat anti hipertensi, tidak ada hubungan antara pekerjaan responden dengan kepatuhan
minum obat anti hipertensi di UPT Puskesmas Meral tahun 2020.
DAFTAR PUSTAKA
Adikusuma, W., Qiyaam, N., Yuliana, F. (2015). Kepatuhan Penggunaan Obat Antihipertensi
di Pukesmas Pagesangan Mataram. Jurnal Pharmascienc, 2(2), 56-62. eISSN:
2460-9560.
Arikunto (2009). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Bumi Aksara.
Azhar Isroul (2017). Gambaran Karakteristik Pasien Hipertensi di Puskesmas Gamping
I Sleman tahun 2017. Yogyakarta
Azwar, A & Prihartono, J (2003). Metodologi Penelitian Kedokteran Dan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta : Binarupa Aksara.
Darmawan (2013). Kepatuhan Pasien Penderita Penyakit Menular. Media Ausculapius
: Jakarta.
Hazwan & Pinatih (2017). Gambaran Karakteristik Penderita Hipertensi dan Tingkat
Kepatuhan Minum Obat di Wilayah Kerja Puskesmas Kintamani I
Bangli. Bali.
Kemenkes (2019). Data dan Informasi Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2019. Jakarta.
Kemenkes (2019). Juknis Penguatan Manajemen Puskesmas. Jakarta.
Lutfiati, H., Yuliastiti, F., Khotimah, A. (2017). Pola Pengobatan Hipertensi pada Pasien
Lansia di Puskesmas Windusari Kabupaten Magelang, Kabupaten Magelang.
Jurnal Farmasi Sains dan Praktis, 3(2), 14-18
Mutiqurnia (2017). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu Hamil dalam
Mengkonsumsi Tablet Fe di Kecamatan Meral Barat Kabupaten
Karimun Tahun 2017. Karimun.
Nafrialdi. (2012). Farmakologi dan Terapi Edisi 5: Antihipertensi. Jakarta; Departemen
Farmakologi dan Teraupetik Fakultas Kedokteran - Universitas
Indonesia.
Nurhidayati, I., Aniswari, A.Y., Sulistyowati, A.D., Sutaryono, S. (2018). Penderita Hipertensi
Dewasa Lebih Patuh daripada Lansia dalam Minum Obat Penurun Tekanan
Darah. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, 13(2), 1-5. eISSN : 2613-9219.
Notoatmodjo, S (2003). Ilmu Perilaku. Jakarta : Rhineka Cipta.
Notoatmodjo, S (2010). Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta : Rhineka Cipta.
UPT Puskesmas Meral (2020). Profil UPT Puskesmas Meral Tahun 2019. Meral
Karimun.
Riyanti dkk (2018). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Pasien
Hipertensi dalam Melakukan Terapi di Puskesmas Pandanaran Kota
Semarang. Jawa Tengah.
Roy, L., White-Guay, B., Dorais, M., Dragomir, A., et al. (2013). Adherence to
Antihypertensive Agents Improves Risk Reduction of End-Stage Renal Disease.
Clinical Investigation; International Society of Nephrology. Kidney
International, 84, 570-577. doi:10.1038/ki.2013.10.
Suparyanto (2012). Dasar Kesehatan Keluarga. Jakarta : Sunda Kelapa Pustaka.
Sutikno Ekawati. Hubungan antara Fungsi Keluarga dan Kualitas Hidup Lansia. Jurnal
Kedokteran Indonesia. 2011;2(1):75.
Vasan, R.S., et al. (2001). Impact of High Normal Blood Pressure on the Risk of
Cardiovascular Disease. NEJM, 345, 1291-1297
WHO Media Centre (2019). Hypertension. (http://www.who.int.com. Diakses tanggal
14 Maret 2020).
World Health Organization. 2018. Noncommunicable Diseases Country Profiles 2018. Jenewa:
World Health Organization. https://www/who.int/nmh/publicat ions/ncd-
profiles-2018/en/ diakses pada 6 Februari 2020.
Abstract
An Individual Food Consumption Survey 2014 showed that average of fruit and vegetable
consumption of children aged 5-12 years in Central Java Province was still low. On the
other hand, fruit and vegetable consumption is important to prevent overweight and
obesity. One of the factors influencing low fruit and vegetable consumption in children
was the lack of nutritional knowledge. Therefore it was necessary to increase knowledge
by engaging attractive health education such as through quarted card games. This study
was aimed to assess the effect of quartet card game on primary school students knowledge
regarding fruit and vegetable. This quasy experimental study used One-Group with
Pretest-Posttest Design, conducted at SDN 02 Bejen, Karanganyar, Central Java in
August 2019. The respondent were 55 students grade V. The health education was
delivered using the quartet card game. Knowledge at pre and post-test was measured
using same questionnaire then analyzed using Wilcoxon test. Median of knowledge for
pretest was 70 (53-86) while for posttest 73 (46-90). This increase was statistically
significant (p=0,006). It can concluded that health education using quartet card game
can increase knowledge of primary school student regarding fruit and vegetable.
Abstrak
Survei Konsumsi Makanan Individu 2014 menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi sayur
dan buah anak usia 5-12 tahun di Provinsi Jawa Tengah masih rendah padahal sayur dan
buah penting untuk mencegah overweight dan obesitas. Salah satu faktor yang
mempengaruhi rendahnya konsumsi sayur dan buah adalah rendahnya pengetahuan
tentang gizi. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk meningkatkan pengetahuan dengan
edukasi kesehatan yang menarik misalnya permainan kartu kuartet. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh permainan kartu kuartet terhadap pengetahuan
tentang sayur dan buah. Penelitian quasi eksperimental ini dilakukan dengan rancangan
One-Group with Pretest-Posttest Design. Penelitian dilakukan di SDN 02 Bejen,
Karanganyar, Jawa Tengah pada bulan Agustus 2019 dengan besar sampel 55 siswa kelas
V. Intervensi yang diberikan yaitu permainan kartu kuartet. Pengetahuan pre dan post-
test diukur dengan kuesioner yang terdiri atas 30 soal kemudian dianalisis perbedaannya
dengan uji Wilcoxon. Nilai median pengetahuan untuk pretest adalah 70 (53-86)
sedangkan post testnya adalah 73 (46-90). Peningkatan ini signifikan secara statistik
PENDAHULUAN
Data Riskesdas (2018) menunjukkan bahwa di Jawa Tengah, 92% penduduk umur
≥5 tahun kurang mengonsumsi sayur dan buah. Survey Konsumsi Makan Individu
(SKMI) Jawa Tengah (2014) juga mengungkapkan rata-rata konsumsi sayur anak usia 5-
12 tahun hanya sebesar 35,4 gram/hari dan konsumsi buah 26,7 gram/hari (Santoso dkk,
2014). Angka ini jauh jika dibandingkan dengan rekomendasi Pedoman Gizi Seimbang
yaitu sayur setara dengan 250 gram dan buah setara dengan 150 gram (Permenkes, 2014).
Konsumsi buah dan sayur yang cukup diperlukan untuk menjaga tekanan darah &
gula darah tetap normal, mencegah sembelit serta kegemukan (Kemenkes RI, 2013).
Sebuah systematic review menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi sayur dan buah
berkaitan dengan penurunan risiko overweight dan obesitas (Nour dkk, 2018). Hal ini
penting, mengingat prevalensi overweight dan obesitas pada anak-anak semakin
meningkat. Oleh karena itu, perlu diperhatikan konsumsi sayur dan buah sedari dini, yaitu
pada masa anak-anak.
Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya konsumsi sayur dan buah pada
anak-anak adalah rendahnya pengetahuan tentang gizi. Pengetahuan gizi yang baik
diharapkan berdampak pada pola konsumsi makanan yang baik pula (Sediaoetama,
2008). Beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan, antara lain: faktor
ekonomi, informasi, kebudayaan/lingkungan sedangkan faktor internalnya antara lain
pendidikan, umur, minat, dan perilaku (Wawan & Dewi, 2010).
Pemberian informasi melalui kegiatan penyuluhan gizi dapat meningkatkan
pengetahuan (Notoatmodjo, 2015). Kartu kuartet adalah permainan yang terdiri atas
beberapa kartu bergambar yang bertuliskan keterangan tentang gambar tersebut. Suatu
penelitian menunjukkan bahwa permainan kartu kuartet efektif untuk kegiatan belajar
mengajar (Wahyuni & Hidayah, 2016). Selain itu, penggunaan media kartu bergambar
juga mampu meningkatkan jumlah subyek yang melakukan sarapan dari 83,3% menjadi
86,7% (Briawan dkk, 2013). Di sisi lain, masa anak-anak merupakan masa yang penting
untuk mendapatkan edukasi tentang pola makan yang sehat agar dapat menjaga pola
makan yang sehat di kemudian hari (Lee, 2009). Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian menggunakan media kartu kuartet untuk meningkatkan pengetahuan siswa SD
tentang sayur dan buah.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu atau Quasi Experimental
dengan rancangan One-Group with Pretest-Posttest Design. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Agustus 2019 di SDN 02 Bejen, Karanganyar, Jawa Tengah. Sampel
penelitian ini yaitu semua siswa kelas V di SDN 02 Bejen, Karanganyar, Jawa Tengah
yang berjumlah 55 orang. Kriteria inklusi penelitian adalah siswa yang diizinkan
mengikuti penelitian oleh orang tuanya dan hadir saat penelitian dilakukan.
Intervensi yang diberikan berupa edukasi kesehatan dengan media kartu kuartet.
Kartu kuartet dibuat oleh peneliti dan berisi tentang informasi terkait buah dan sayur. Satu
bendel kartu terdiri dari 24 kartu yang setiap kartunya berukuran panjang 8 cm dan lebar
5,5 cm. Dalam setiap kategori mempunyai 4 objek yang sama, dan pada setiap objek
memiliki pasangan serta penjelasannya masing-masing. Jadi dalam 1 paket kartu kuartet
ada 6 kategori. Adapun kategori dalam kartu kuartet adalah 1) buah dan sayur (pengertian
buah, pengertian sayur, porsi buah, porsi sayur), 2) macam-macam buah dan sayur (sayur
daun, sayur batang, buah musiman dan buah sepanjang tahun), 3) kandungan gizi pada
buah dan sayur (serat, vitamin, mineral dan antioksidan), 4) manfaat buah (mencegah
kegemukan, mencegah sariawan, menurunkan tekanan darah dan meningkatkan daya
tahan tubuh), 5) manfaat sayur (menjaga kesehatan mata, menurunkan kolesterol,
meningkatkan daya ingat dan menurunkan resiko penyakit degenerative dan 6) akibat
tidak mengonsumsi buah dan sayur (gangguan saluran cerna, mudah sakit, kemampuan
penglihatan menurun dan kulit kering).
Permainan kartu kuartet dilakukan dalam kelompok kecil dan berlangsung selama
± 1 jam, dengan diawasi oleh peneliti dan enumerator lapangan. Berikut ini cara
memainkan kartu kuartet :
1. Permainan kartu kuartet dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil berjumlah 4
siswa/kelompok. Siswa duduk melingkar.
2. Kartu dibagikan dengan setiap siswa masing-masing mendapat 4 kartu, sedangkan sisa
kartu ditempatkan di tengah.
3. Setelah masing-masing mendapat kartu, pemain melakukan hompimpa untuk
menentukan pemain pertama.
4. Pemain pertama menyebutkan kategori yang diinginkan, apabila semua pemain tidak
memiliki kartu maka pemain pertama harus mengambil 1 kartu yang ada di tengah.
5. Selanjutnya, pemain kedua menyebutkan kategori yang diinginkan. Jika pemain lain
mempunyai kategori kartu yang diinginkan, maka pemain tersebut harus memberikan
kartunya. Jika pemain lain tidak ada yang memiliki kartu yang disebutkan maka
pemain tersebut harus mengambil kartu ditengah.
6. Apabila pemain sudah mengumpulkan semua objek yang ada di kategori, maka pemain
tersebut harus membacakan penjelasan kartu. Apabila belum mengumpulkan semua
objek yang ada dikategori, maka permainan dilanjutkan ke pemain selanjutnya.
7. Langkah di atas dilakukan berulang sampai semua kartu habis dan mendapatkan
kategorinya.
dosen di Program Studi Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta.
Berdasarkan hasil penilaian, diperoleh nilai rata-rata 85 sehingga dapat disimpulkan
kuesioner dan kartu kuartet dinyatakan layak untuk digunakan (≥ 75). Skoring pada
kuesioner adalah jawaban benar akan dinilai 1 sedangkan jawaban salah dinilai 0. Nilai
total diperoleh dari (jumlah jawaban benar/30) x 100, kemudian dibulatkan. Berikut ini
kisi-kisi kuesioner:
HASIL
Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 34 (61,8%)
dan berusia 10 tahun (70,9%). Median skor pengetahuan sebelum pre test adalah 70,
kemudian meningkat 3 poin pada post test menjadi 73. Karena distribusi data tidak
normal, digunakan uji Wilcoxon untuk mengetahui perbedaan pre dan post test secara
statistik.
Dari hasil pre-test pengetahuan diketahui bahwa soal yang paling banyak salah
yaitu soal no. 18 tentang manfaat buah (19 siswa) dan no. 30 tentang akibat tidak
mengonsumsi buah dan sayur (19 siswa). Soal yang paling banyak dijawab benar adalah
soal no. 11 tentang kandungan gizi dalam buah dan sayur (54 siswa), no. 17 tentang
manfaat buah (53 siswa), dan no. 20 tentang manfaat buah (54 siswa).
Pretest 70 53 86
3 0,006
Posttest 73 46 90
* Signifikan jika (p<0,05)
Dari hasil post-test, soal yang paling banyak dijawab salah adalah soal no. 5 tentang
buah dan sayur (18 siswa) dan no. 30 tentang akibat tidak mengonsumsi buah dan sayur
(16 siswa). Sementara itu, soal yang paling banyak dijawab benar adalah soal no. 9
tentang macam-macam buah dan sayur (54 siswa), no. 17 tentang manfaat buah (53
siswa), dan no. 20 tentang manfaat buah (51 siswa).
PEMBAHASAN
Peningkatan pengetahuan bukan hanya dipengaruhi oleh sumber informasi yang
didapat seperti penyuluhan tetapi juga dipengaruhi oleh umur responden yang menerima
penyuluhan. Menurut Wawan (2010) beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi
pengetahuan, antara lain: faktor ekonomi, informasi, dan kebudayaan/lingkungan. Faktor
internal yang mempengaruhi pengetahuan, antara lain : pendidikan, umur, minat, dan
perilaku.
Dalam proses belajar terdapat beberapa factor yang mempengaruhi
keberhasilannya. Diantaranya adalah factor psikis seperti perhatian, minat dan kesiapan
(Salsabila & Puspitasari, 2020). Penelitian Mahmudah & Yuliati (2021) menunjukkan
bahwa pemberian edukasi kesehatan dengan media power point dapat meningkatkan skor
pengetahuan dari 56,8 sebelum intervensi menjadi 64,8 setelah intervensi, walaupun tidak
signifikan secara statistik. Penelitian Tuzzahroh (2015) mengungkapkan adanya
peningkatan rata-rata skor pengetahuan gizi setelah diberikan edukasi dengan media
video, poster dan kuartet. Peningkatan pengetahuan berkaitan dengan efektifitas dan daya
terima terhadap intervensi yang dilakukan kepada responden. Selain itu, diduga juga
berkaitan dengan berbagai faktor seperti daya konsentrasi siswa saat mengisi kuesioner,
pengetahuan gizi, waktu, tempat, metode penyampaian, media yang digunakan dan lain-
lain.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kamil dkk (2012) tentang penggunaan
media kartu kuartet dalam upaya peningkatan pemahaman materi pada anak sekolah
dasar. Diketahui bahwa kartu kuartet dapat meningkatkan rata-rata skor pengetahuan.
Hasil penelitian lain oleh Setiyorini & Abdullah (2013) juga menunjukkan bahwa kartu
kuartet dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan mengefektifkan aktivitas guru
dalam pembelajaran IPS dengan materi mengenal perkembangan teknologi produksi,
komunikasi, dan transportasi. Sejalan dengan peningkatan hasil belajar siswa, terjadi pula
peningkatan pada aspek afektif dan psikomotor siswa.
Pengetahuan yang baik tentang buah dan sayur diharapkan dapat mendukung
perilaku konsumsi buah dan sayur. Menurut Bordheauduij dkk (2008) dan Fibrihirzani
(2012), pengetahuan gizi anak usia sekolah berhubungan signifikan dengan konsumsi
buah dan sayur. Muna & Mardiana (2019) juga mengatakan pengetahuan berhubungan
signifikan dengan konsumsi buah dan sayur karena pengetahuan mengenai buah dan
sayur dapat meningkatkan kesadaran dalam mempersiapkan buah dan sayur untuk
dikonsumsi. Semakin baik pengetahuan gizi maka semakin baik perilaku konsumsi buah
dan sayur subjek (Mohammad & Madanijah, 2015). Selain itu, faktor ketersediaan buah
dan sayur juga berpengaruh terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur seseorang
(Rachman dkk, 2017; Berhenti dkk, 2021).
Keterbatasan penelitian ini adalah desain yang digunakan tidak memiliki kelompok
kontrol. Keterbatasan yang lainnya adalah saat pengambilan data posttest berdekatan
dengan jam pulang sekolah sehingga siswa kurang focus saat permainan karena ingin
segera pulang.
DAFTAR PUSTAKA
Berhenti, N.V.D, Rattu, J.A.M, & Korompis, G.E.C. (2021). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Konsumsi Buah Dan Sayur Pada Siswa Smp Kristen Sonder
Kabupaten Minahasa. Jurnal KESMAS, Vol. 10, No. 6
Bourdeaudhuij ID, Velde St, Brug J, Due P, Wind M, Sandvik C, Maes L, Wolf A,
Rodrigo CP, Yngve A, dkk. (2008). Personal, Social, and Environmental Predictors
Of Daily Fruit And Vegetable Intake In 11-Year-Old Children In Nine European
Countries. Eur J Clin Nutr. 62: 834-841.
Briawan, D, Ikeu E, & Ratu D.K. (2013). Pengaruh Media Kampanye Sarapan Sehat
Terhadap Perubahan Pengetahuan, Sikap, dan Kebiasaan Sarapan Anak Sekolah
Dasar di Kabupaten Bogor. Bogor : Skripsi Institut Pertanian Bogor
Fibrihirzani H. 2012. Hubungan Antara Karakteristik Individu, Orang Tua, dan
Lingkungan dengan Konsumsi Buah dan Sayur pada Siswa. Skripsi FKM UI
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, (2018). Riset Kesehatan Dasar Indonesia
Tahun 2018. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan RI.
Kamil, R.I, Suharno & Karsono. (2013). Penggunaan Media Permainan Kartu Kuartet
dalam Upaya Peningkatan Pemahaman Materi Wayang Kulit Purwa. Surakarta:
Skripsi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Lee, A. (2009). Health-promoting schools: evidence for a holistic approach to promoting
health and improving health literacy. Appl Health Econ Health Policy, 7(1):11-7.
Mahmudah, U. & Yuliati, E. (2021). Edukasi Konsumsi Buah dan Sayur Sebagai Strategi
dalam Pencegahan Penyakit Tidak Menular pada Anak Sekolah Dasar. Jurnal Warta
LPM Vol. 24, No. 1.
Abstract
The Covid-19 vaccine in pregnant women provides protection to the fetus from serious
diseases during the early period of life. Pregnant women refused the Covid-19
vaccination due to lack of knowledge, negative attitude towards vaccines, inexperience
in vaccination, and worried about the side effects and safety of the vaccine. This study
aims to determine the interest of pregnant women in the Covid-19 vaccine. A cross
sectional study design with a sample of 46 pregnant women was used for this study. The
sampling technique was accidental sampling and the research instrument was a
questionnaire. There is a relationship between vaccine history and interest in Covid-19
vaccines in pregnant women with a p-value of 0.026. There is a relationship between
vaccine information and interest in the Covid-19 vaccine with a p-value of 0.000. The
importance of information on the safety and benefits of the Covid-19 vaccine needs to be
clearly communicated to pregnant women so as to increase the interest of pregnant
women to vaccinate against Covid-19.
Abstrak
Vaksin Covid-19 pada ibu hamil memberikan perlindungan pada janin dari penyakit
serius selama periode awal kehidupan. Ibu hamil menolak vaksinasi Covid-19 karena
kurangnya pengetahuan, sikap negatif terhadap vaksin, tidak berpengalaman dalam
vaksinasi, dan khawatir efek samping serta keamanan vaksin tersebut. Penelitian ini
bertujuan mengetahui minat ibu hamil terhadap vaksin Covid-19. Design penelitian cross
sectional dengan jumlah sampel 46 ibu hamil digunakan untuk penelitian ini. Tehnik
pengambilan sampel dengan accidental sampling dan instrumen penelitian menggunakan
kuesioner. Ada hubungan antara riwayat vaksin dengan minat vaksin Covid-19 pada ibu
hamil dengan p-value 0,026. Terdapat hubungan informasi vaksin dengan minat vaksin
Covid-19 dengan p-value 0,000. Pentingnya informasi keamanan dan manfaat vaksin
Covid‑19 perlu dikomunikasikan dengan jelas kepada ibu hamil sehingga meningkatkan
minat ibu hamil untuk melakukan vaksinasi Covid-19.
PENDAHULUAN
Penyakit Coronavirus 2019 (Covid-19) adalah penyakit menular pernapasan akut
baru yang telah menjadi masalah kesehatan global. Laporan global terkini WHO
pertanggal 1 Januari 2022 menyebutkan 20.151.659 kasus terkonfirmasi Covid-19
dengan jumlah 75.640 kematian yang dilaporkan sejak awal pandemi Covid-19 (WHO,
2022). Para ilmuwan melakukan pencegahan yang efektif terhadap COVID-19. Untuk
melindungi orang yang rentan, vaksinasi adalah cara yang paling efektif untuk mencegah
penyakit menular, dan melalui vaksinasi dapat menghasilkan kekebalan kelompok yang
efektif (Anderson et al., 2020).
Lansia, Ibu hamil dan anak-anak merupakan kelompok rentan yang berisiko tinggi
terpapar Covid-19. Ibu hamil tergolong kelompok rentan beresiko terpapar Covid-19
karena terjadinya perubahan fisiologis pada masa kehamilan yang mengakibatkan
kekebalan menurun dan berdampak serius apabila terpapar sehingga memerlukan
perlakuan yang berbeda (Liang & Acharya, 2020). Imunisasi pada ibu hamil memberikan
perlindungan pada janin dari penyakit serius selama periode awal kehidupan. Meskipun
ibu hamil diprioritaskan untuk mendapatkan vaksinasi, ibu hamil sering tidak ingin
menerima vaksinasi karena kurangnya pengetahuan, sikap negatif terhadap vaksin, tidak
memiliki pengalaman vaksinasi pada kehamilan sebelumnya, dan khawatir tentang
terjadinya efek samping serta keamanan vaksin yang tidak pasti (Offeddu et al., 2019).
Sejalan dengan hasil penelitian (Tao et al., 2021) menunjukkan ibu hamil yang
memiliki keraguan vaksin beralasan menolak vaksinasi apapun selama kehamilan karena
khawatir tentang efek samping, khawatir tentang keamanan dan khawatir tentang
kemanjuran vaksin Covid-19 pada ibu hamil dan bayi yang belum lahir. Hasil penelitian
lainnya (Levy et al., 2021) menunjukkan di antara ibu hamil yang menolak vaksinasi,
kekhawatiran utama yang paling umum adalah risiko pada janin atau neonatus (45,8%),
diikuti oleh efek samping vaksin itu sendiri (17,7%).
Ketakutan akan keamanan vaksin baik fakta atau dibuat-buat akan mengurangi
kepercayaan dan cakupan vaksinasi yang tujuannya adalah herd immunity. Efek vaksinasi
pada plasenta dan janin serta perubahan fisiologis pada kehamilan membuat ibu hamil
memiliki respon yang berbeda dibandingkan populasi yang lain terhadap vaksin Covid-
19. Pengalaman vaksinasi yang didapat sebelumnya pada masa kehamilan seperti vaksin
TT yang diterima ibu selama kehamilan memiliki suatu kepercayaan bahwa vaksin untuk
ibu hamil aman, pemahaman dan informasi vaksin Covid-19 yang baik dan benar itu serta
berperilaku yang baik untuk pencegahan dan penularan Covid-19. Tentu saja tanggapan
ibu hamil yang melakukan vaksinasi ingin melindungi diri sendiri, melindungi orang lain
dan melindungi bayi sesuai dengan temuan Egloff (2022)(Egloff et al., 2022). Adapun
tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui minat vaksin Covid-19 pada ibu hamil melalui
riwayat vaksin sebelumnya pada kehamilan, perilaku pencegahan dan penularan Covid-
19 yang dilakukan ibu hamil, serta informasi vaksin Covid-19 yang dimiliki ibu hamil.
METODE
Metode penelitian menggunakan pendekatan Cross sectional. Populasi dari
penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Banjarmasin Indah.
Teknik pengambilan sampel menggunakan Accidental sample dimana ibu hamil yang
HASIL
Variabel f %
Riwayat Vaksin
- Baik 34 73,9
- Cukup 5 10,9
- kurang 7 15,2
Perilaku pencegahan dan penularan Covid-19
- Baik 4 8,7
- Cukup 32 69,6
- Kurang 10 21,7
Informasi vakssin Covid-19
- Baik 11 23,9
- Cukup 35 76,1
Vaksin Covid-19 Ibu Hamil
- Sudah vaksin 32 69,6
- Belum vaksin 14 30,4
(Sumber : Data Primer, 2021)
Tabel 3 menunjukkan bahwa ada hubungan antara varibel riwayat vaksin dan
informasi vaksin Covid-19 dengan penerimaan Vaksin Covid-19 saat ini dengan p-value
0,026 dan p-value 0,000.
PEMBAHASAN
Hampir dua pertiga dalam populasi ini sudah melakukan vaksinasi Covid-19.
Informasi yang akurat dari pemerintah dan tenaga kesehatan membantu meningkatkan
untuk menerima vaksin Covid-19 di masyarakat. Cakupan meningkat dari gencarnya
fasilitas kesehatan menyedian layanan vaksinasi Covid-19 gratis diberbagai daerah.
Persyaratan vaksin untuk ibu hamil sesuai Surat Edaran Kemenkes RI
banyak belum atau tidak mau vaksin. Selain mematuhi protokol kesehatan juga dengan
melakukan vaksinasi, diharapkan ibu hamil memiliki kekebalan tubuh terhadap virus
Covid-19 dan sebagai pencegahan memburuknya kondisi ibu hamil jika terinfeksi virus
Covid-19. Hasil penelitian (Goyal et al., 2020), dari UK Obstetric Surveillance System
(UKOSS) menunjukkan bahwa ibu hamil memerlukan rawat inap di rumah sakit karena
gejala Covid-19 yang parah atau karena alasan lain (persalinan atau kelahiran) tetapi
gejalanya lebih sedikit. Sehingga melalui vaksinasi Covid-19 bagi ibu hamil dapat
mengurangi resiko terjadinya mortalitas dan morbiditas.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, R. M., Vegvari, C., Truscott, J., & Collyer, B. S. (2020). Challenges in creating
herd immunity to SARS-CoV-2 infection by mass vaccination. The Lancet,
396(10263), 1614–1616. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(20)32318-7
Blakeway, H., Prasad, S., Kalafat, E., Heath, P. T., Ladhani, S. N., Le Doare, K., Magee,
L. A., O’Brien, P., Rezvani, A., von Dadelszen, P., & Khalil, A. (2022). COVID-19
vaccination during pregnancy: coverage and safety. American Journal of Obstetrics
& Gynecology, 226(2), 236.e1-236.e14.
https://doi.org/10.1016/J.AJOG.2021.08.007
Citu, I. M., Citu, C., Gorun, F., Motoc, A., Gorun, O. M., Burlea, B., Bratosin, F.,
Tudorache, E., Margan, M. M., Hosin, S., & Malita, D. (2022). Determinants of
COVID-19 Vaccination Hesitancy among Romanian Pregnant Women. Vaccines,
10(2). https://doi.org/10.3390/VACCINES10020275
Docherty, A. B., Harrison, E. M., Green, C. A., Hardwick, H. E., Pius, R., Norman, L.,
Holden, K. A., Read, J. M., Dondelinger, F., Carson, G., Merson, L., Lee, J., Plotkin,
D., Sigfrid, L., Halpin, S., Jackson, C., Gamble, C., Horby, P. W., Nguyen-Van-
Tam, J. S., … Semple, M. G. (2020). Features of 20 133 UK patients in hospital with
covid-19 using the ISARIC WHO Clinical Characterisation Protocol: prospective
observational cohort study. The BMJ, 369. https://doi.org/10.1136/BMJ.M1985
Egloff, C., Couffignal, C., Cordier, A. G., Deruelle, P., Sibiude, J., Anselem, O., Benachi,
A., Luton, D., Mandelbro (Goyal, 2020)tid, L., Vauloup-Fellous, C., Vivantiid, A.
J., & Piconeid, O. (2022). Pregnant women’s perceptions of the COVID-19 vaccine:
A French survey. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0263512
Goyal, M., Singh, P., & Melana, N. (2020). Review of care and management of pregnant
women during COVID-19 pandemic. Taiwanese Journal of Obstetrics &
Gynecology, 59(6), 791–794. https://doi.org/10.1016/J.TJOG.2020.09.001
Karafillakis, E., Francis, M. R., Paterson, P., & Larson, H. J. (2021). Trust, emotions and
risks: Pregnant women’s perceptions, confidence and decision-making practices
around maternal vaccination in France. Vaccine, 39(30), 4117–4125.
https://doi.org/10.1016/J.VACCINE.2021.05.096
Kiefer, M. K., Cohen, J., Summerfield, T. L., Landon, M. B., Rood, K. M., Venkatesh,
K. K., & Kartik Venkatesh, C. K. (2022). Characteristics and perceptions associated
with COVID-19 vaccination hesitancy among pregnant and postpartum individuals:
A cross-sectional study. https://doi.org/10.1111/1471-0528.17110
Levy, A. T., Singh, S., Riley, L. E., & Prabhu, M. (2021). Acceptance of COVID-19
vaccination in pregnancy: a survey study. American Journal of Obstetrics &
Gynecology Mfm, 3(5), 100399. https://doi.org/10.1016/J.AJOGMF.2021.100399
Liang, H., & Acharya, G. (2020). Novel corona virus disease (COVID-19) in pregnancy:
What clinical recommendations to follow? Acta Obstetricia et Gynecologica
Scandinavica, 99(4), 439–442. https://doi.org/10.1111/AOGS.13836
Offeddu, V., Tam, C. C., Yong, T. T., Tan, L. K., Thoon, K. C., Lee, N., Tan, T. C., Yeo,
G. S. H., & Yung, C. F. (2019). Coverage and determinants of influenza vaccine
among pregnant women: a cross-sectional study. BMC Public Health, 19(1).
https://doi.org/10.1186/S12889-019-7172-8
Tao, L., Wang, R., Han, N., Liu, J., Yuan, C., Deng, L., Han, C., Sun, F., Liu, M., & Liu,
J. (2021). Acceptance of a COVID-19 vaccine and associated factors among
pregnant women in China: a multi-center cross-sectional study based on health belief
model. Human Vaccines & Immunotherapeutics, 17(8), 2378–2388.
https://doi.org/10.1080/21645515.2021.1892432
Abstract
Abstrak
kepatuhan dalam pemeriksaan antenatal care didapatkan nilai p-value = 0,002 dan nilai
p-value kurang dari 0,05 atau 0,002 < 0,05, maka disimpulkan terdapat hubungan
pengetahuan ibu hamil tentang tanda kegawatdaruratan kehamilan dengan kepatuhan
dalam pemeriksaan antenatal care. Dengan demikian ibu hamil yang patuh melakukan
pemeriksaan kehamilan memiliki pengetahuan yang baik tentang tanda
kegawatdaruratan kehamilan.
PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator yang dapat diukur
untuk mengetahui keberhasilan pembangunan kesehatan ibu. Angka Kematian Ibu
(AKI) merupakan jumlah kematian ibu yang terjadi pada masa kehamilan, persalinan,
nifas yang disebabkan oleh komplikasi kegawatdaruratan baik yang terjadi secara
langsung maupun yang tidak langsung. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2017 jumlah angka kematian ibu (AKI) sebesar 305 per 100.000
kelahiran hidup dengan kasus sebesar 14.623 kasus. Penyebab langsung kematian ibu
(AKI) yaitu disebabkan preeklamsia dan perdarahan. Faktor utama penyebab kematian ibu
yaitu perdarahan 30,13%,hipertensi saat hamil, atau pre eklampsia 27,1% dan infeksi 7,3%.
Anemia dan Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibuhamil menjadi penyebab utama
terjadiny aperdarahan dan infeksi yang merupakan factor kematian utama ibu (Kemenkes RI,
2016). Angka Kematian Ibu ini dapat menjadi indikator penilaian program kesehatan
ibu, dan mengukur kualitas kesehatan Masyarakat. Angka Kematian Ibu ditargetkan
turun Ibu menjadi 183 per 100.000 kelahiran hidup (RPJMN 2020 –2024)(Budijanto
2020).
Kegawatdaruratan dalam kehamilan perlu dilakukan deteksi dini untuk
menemukan bahwa wanita hamil yang mungkin mengalami komplikasi dalam
kehamilannya sehingga dapat dilakukan penanganan segera. Deteksi dini
kegawatdaruratan dan pemberian penanganan yang sesuai dapat mencegah komplikasi
dan dapat mengakibatkan kematian ibu. Penatalaksanaan deteksi dini dapat
dilaksanakan pemeriksaan kehamilan Antenatal Care (anc) secara rutin pada tenaga
kesehatan. Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) bertujuan untuk memantau dan
menjaga kesehatan dan keselamatan ibu dan janin,
mendeteksi semua komplikasi kehamilan dan mengambil tindakan yang
diperlukan, menanggapi keluhan, mempersiapkan kelahiran, dan mempromosikan gaya
hidup sehat. Kunjungan ANC sangat penting untuk mendeteksi dan mencegah kejadian
yang tidak diinginkan yang muncul selama kehamilan (Hijazi, et al., 2018). Ketidak
teraturan dalam pemeriksaan kehamilan dapat menyebabkan tidak diketahuinya
berbagai komplikasi ibu yang dapat mempengaruhi kehamilan sehingga tidak segera
dapat diatasi. Dan kemungkinan faktor yang mempengaruhi dari ketidak teraturan
dalam pemeriksaan kehamilan tersebut salah satunya adalah kurangnya pengetahuan ibu
terhadap kehamilanya. Pemeriksaan ANC terbaru sesuai dengan strandart pelayanan
yaitu minimal 6 kali pemeriksaan selama kehamilan dan minimal 2 kali pemeriksaan
oleh dokter pada trimester I dan III. Pemeriksaan dilakukan 2 kali pada trimester
pertama, 1 kali pada trimester kedua, dan 3 kali pada trimester ketiga dengan standar
asuhan yang memenuhi kriteria 10T (Buku KIA Revisi tahun 2020).
Tingkat pengetahuan ibu hamil yang baik tentang kehamilan, persalinan, dan
nifas memberikan pengaruh terhadap keberhasilan dalam pencegahan dan penurunan
Angka Kematian Ibu. Apabila seorang ibu hamil memiliki pengetahuan yang baik
tentang tanda kegawatdaruratan maka memungkinkan ibu hamil berpikir, bersikap, dan
berperilaku mencegah, munculnya kegawatdaruratan, atau jika muncul tanda
kegawatdaruratan dapat segera mengetahui dan melakukan pemeriksaan.
Pengetahuan tentang kehamilan, persalinan dan nifas didapat oleh ibu hamil dari
berbagai sumber terutama ketika melakukan kunjungan pemeriksaan Antenatal Care
(ANC). Secara nasional angka cakupan pelayanan antenatal care saat ini sudah tinggi
yaitu K1 mencapai 95,71% dan K4 86,77% (Depkes R1, 2019).
Kegawatdaruratan kehamilan seperti perdarahan pervaginam, ketuban pecah
dini (KPD), hiperemesis, tanda preeklampsi, eklampsi, nyeri abdomen
Gerakan janin berkurang atau janin tidak bergerak seperti biasanya, nyeri abdomen
penting untuk dlakukan deteksi dini. Pengetahuan tentang tanda kegawatan dalam
kehamilan merupakan hal yang penting untuk diketahui oleh ibu hamil khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Jika diketahui sejak dini maka akan dapat dilakukan
penanganan yang cepat, tepat dan lebih baik (Napitupulu, dkk., 2018).
Berdasarkan permasalahan diatas, penulis tertarik mengajukan judul penelitian
“Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tanda Kegawatdaruratan Kehamilan Dengan
Kepatuhan Dalam Pemeriksaan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas Glagah”
METODE
mental dan berpikir. Berdasarkan distribusi umur ibu hamil yang menjadi responden,
sebagian besar responden berada pada umur produktif, sehingga kemampuan responden
dalam memahami adanya kegawatdaruratan kehamilan yang mungkin terjadi pada
dirinya lebih baik. Hal ini menjadikan ibu hamil untuk memahami dan memiliki
kesadaran akan pentingnya fungsi antenatal care untuk perawatan kehamilannya yang
diwujudkan dalam bentuk kepatuhan dalam kunjungan antenatal care.
selamat. Pemeriksaan Antenatal care juga memberi akses pada ibu untuk melakukan
skrining dan deteksi awal adanya tanda kegawatdaruratan pada kehamilan dapat
mengancam jiwa ibu dan juga bayi, persiapan persalinan dan memberikan pendidikan
kesehatan untuk perawatan mandiri dirumah. Ibu hamil yang tidak patuh melakukan
pemeriksaan antenatal care secara rutin akan memberikan dampak negatif seperti
kurangnya informasi kesehatan dan seputar kehamilan, cara perawatan kehamilan, cara
mengatasi ketidaknyamanan selama kehamilan, info seputar persalinan dan
persiapannya, tidak terdeteksinya masalah dan tanda kegawatdaruratan kehamilan
secara dini, tidak terdeteksinya tanda penyulit persalinan secara dini seperti kelainan
bentuk dan ukuran panggul, tidak terdeteksinya penyakit penyerta yang dapat
membahayakan ibu dan janin (Depkes RI, 2019). Setiap ibu hamil beresiko mengalami
komplikasi dan kegawatdaruratan yang dapat mengancam jiwa ibu dan janin, sehingga
diharapkan setiap ibu hamil untuk melakukan kunjungan antenatal care sekurang-
kurangnya enam kali selama masa kehamilan (Buku KIA Revisi 2020).
Kepatuhan Antenatal Care bertujuan untuk mengetahui data kesehatan ibu hami
dan perkembangan bayi serta dapat mengetahui berbagai penyakit, risiko dan
komplikasi kehamilan sehingga kesehatan yang optimal dapat tercapai. Dalam
pemeliharaan kesehatan selama kehamilan, peran ibu hamil tentang pemahaman atau
pengetahuan terhadap ANC sangat penting karena akan memengaruhi sikap serta
kepatuhan dalam melakukan kunjungan ANC (Mamuroh, dkk., 2020).
Kesimpulan
Pengetahuan ibu hamil tentang kegawatdaruratan kehamilan adalah sesuatu yang
penting, dengan ibu hamil mengetahui tanda kegawatdaruratan kehamilan dapat
merubah perilaku ibu hamil untuk patuh melakukan pemeriksaan antenatal care sebagai
upaya untuk deteksi dini, pencegahan dan penanganan cepat jika muntul
kegawatdaruratan. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa pengetahuan ibu
hamil di eilayah kerja Puskkesmas Glagah yang menjadi responden didapatkan hasil
bahwa pengetahuan ibu hamil tentang kegawatdaruratan kehamilan rata-rata baik.
Kepatuhan ibu hamil dalam melakukan pemeriksaan antenatal care sebagian besar
adalah patuh. Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang tanfa
kegawatdaruratan kehamilan dengan kepatuhan ibu hamil untuk melakukan
pemeriksaan antenatal care.
Saran
Ibu hamil hendaknya selalu berupaya meningkatkan pengetahuannya tentang
kesehatan ibu hamil, tentang tanda-tanda jika terjadi masalah pada kehamilannya, rutin
melakukan pemeriksaan dan tatap muka temu wicara dengan petugas kesehatan sebagai
salah satu upaya untuk mendapatkan informasi seputar kehamilan sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan ibu hamil.
DAFTAR PUSTAKA
Ekasari, T., & Natalia, M. S. (2019). Deteksi dini preeklamsi dengan antenatal
care. Takalar: Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia.
Elfiyunai, N. N., Tahir, M. M., & Farlina, F. (2020). Factors Associated with the
Occurrence of Anemia in Pregnant Women at the Anutapura Hospital in
Palu. JNKI (Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia)(Indonesian Journal of
Nursing and Midwifery), 7(3), 146-152.
Hijazi, H. H., Alyahya, M. S., Sindiani, A. M., Saqan, R. S., & Okour, A. M. (2018).
Determinants of antenatal care attendance among women residing in highly
disadvantaged communities in northern Jordan: a cross-sectional
study. Reproductive health, 15(1), 1-18.
Mamuroh, L., Sukmawati, S., & Nurhakim, F. (2020). The Relationship Between
Knowledge, Attitude, And Prenatal Visits In Pregnant Women. Journal of
Maternity Care and Reproductive Healtsh, 3(2).
Napitupulu, T. F., Rahmiati, L., Handayani, D. S., Setiawati, E. P., & Susanti, A. I.
(2018). Gambaran pemanfaatan buku KIA dan pengetahuan ibu hamil mengenai
tanda bahaya kehamilan. Jurnal Kesehatan Vokasional, 3(1), 17-22.
Pakpahan, M., Siregar, D., Susilawaty, A., Tasnim, T., Ramdany, R., Manurung, E. I.,&
Maisyarah, M. (2021). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Yayasan
Kita Menulis.
Retnaningtyas, E., Siwi, R. P. Y., Wulandari, A., Qoriah, H., Rizka, D., Qori, R., ... &
Malo, S. (2022). Upaya Peningkatan Pengetahuan Ibu Hamil Melalui Edukasi
Mengenai Tanda Bahaya Kehamilan Lanjut di Posyandu Sampar. ADI
Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(2), 25-30.
Isra Miharti
Farmasi, STIKes Merangin, Bangko, Indonesia
Email: izramiharti@gmail.com
Abstract
Tuberculosis is still a public health problem that is a challenge global. Tuberculosis
remains the top 10 cause of death in the world and Tuberculosis deaths globally are
estimated at 1.3 million patients. Tuberculosis (TB) is still a health problem in the
world, although control efforts with the Directly Observed Treatment Shortcourse
(DOTS) strategy have been implemented in many countries since 1995. Tuberculosis is
an infectious disease caused by Mycobacterium Tuberculosis, Tuberculosis is a chronic
infectious disease with a long treatment time and more than one type of drug causing
patients not to seek treatment regularly so they are often threatened with dropping out
of treatment during the treatment period for various reasons. Based on the description
above, the researchers are interested in conducting research on the factors associated
with the incidence of pulmonary TB. This type of research is a quantitative study with a
cross sectional approach, this research was conducted in the work area of the
Pamenang Health Center in 2021. The population in this study was 35 people who were
registered in the pulmonary TB registration book, and as a control of all neighbors with
pulmonary TB as many as 35 people. The sample was set between cases and controls,
namely 1: 1 with a sample size of 70 people consisting of 35 case samples and 35
control samples. The results of this study indicate that it is known from 70 houses that
were observed to have good knowledge 47 (67.2%) sufficient knowledge 15 (21.4%) less
8 (11.4%), which have low economic status 64 (91.4%), high economic status 6 (8.6%)
of the 70 houses were observed, 26 (37.1%) houses had inappropriate humidity and 44
(62.9%) houses had suitable humidity. There is no relationship between knowledge,
economic status with the incidence of pulmonary TB and there is a relationship between
humidity and the incidence of pulmonary TB in the work area of the Pamenang Health
Center in 2021. It is recommended that the Pamenang Health Center provide
counseling to the community regarding the relationship between humidity and the
incidence of pulmonary TB.
Abstrak
Tuberkulosis masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menjadi tantangan
global. Tuberkulosis tetap menjadi 10 penyebab kematian tertinggi di dunia dan
kematian Tuberkulosis secara global di perkirakan 1,3 juta pasien. Tuberkulosis (TB)
sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia walaupun upaya
PENDAHULUAN
Tuberkulosis masih merupakan masalah Kesehatan Masyarakat yang menjadi
tantangan Global. Tuberkulosis tetap menjadi 10 penyebab kematian tertinggi di Dunia
dan kematian Tuberkulosis secara Global di perkirakan 1,3 juta pasien (WHO Global
Tuberkulosis Report 2018). Indonesia merupakan salah satu Negara yang mempunyai
beban Tuberkulosis yang terbesar di antara 8 negara yaitu India (27%) China (9%)
Indonesia (8%) Philipina (6%) Pakistan (5%) Nigeria (4%) Bangladesh (4%) dan Afrika
selatan (3%)
Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman Mycobacterium tuberkulosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ lain. Sumber penularan adalah penderita TB paru yang
dapat menular kepada orang di sekelilingnya terutama yang melakukan kontak lama
lebih dari 5 menit bahkan serumah dengan penderita TB. Setiap satu penderita akan
menularkan pada 10-15 orang pertahun (Depkes RI, 2015).
Masih tingginya angka penyakit TB paru di Indonesia di pengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu rendahnya penghasilan, tingkat kepadatan penduduk, tingkat
pendidikan, rendahnya pengetahuan kesehatan pada masyarakat, serta sanitasi
lingkungan rumah. Sanitasi lingkungan rumah sangat mempengaruhi keberadaan bakteri
Mycobacterium tuberculosis, dimana bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat hidup
selama 1–2 jam bahkan sampai beberapa hari hingga berminggu-minggu tergantung ada
tidaknya sinar matahari, ventilasi, kelembaban, suhu, dan kepadatan penghuni rumah
(Muaz, 2014).
Di provinsi Jambi, Kabupaten Merangin menempati urutan ketiga dengan
jumlah terduga tuberculosis yang mendapat pelayanan sesuai standar sebanyak 4488
orang, dibawah kota Jambi sebanyak 5586 orang dan Kabupaten Sarolangun sebanyak
5581 orang (Dinkes Provinsi Jambi, 2018)
Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan oleh penulis pada tahun
2019, Puskesmas Rantau Panjang Kabupaten Merangin menempati urutan pertama
sebanyak 82 kasus. Wilayah kerja Puskesmas Pamenang menempati urutan kedua
dengan jumlah TB paru 42 penderita. Puskesmas Pematang Kandis sejumlah 40 kasus,
berturut turut selanjutnya Puskesmas Meranti 36 kasus dan Puskesmas Bangko 34
kasus.
Wilayah Kerja Puskesmas Pamenang pada tahun 2018 ditemukan jumlah kasus
TB Paru berjumlah 54 orang dengan jumlah laki-laki 31 orang dan perempuan 23
orang, pada tahun 2019 berjumlah 42 orang dengan jumlah laki-laki 21 orang dan
perempuan 21 orang, pada tahun 2020 berjumlah 35 orang dengan jumlah laki-laki 19
orang dan perempuan 16 orang. Dari data diatas penderita Tb paru banyak dialami oleh
laki-laki dan walaupun terjadi penurunan kasus, tetap masalah Tb paru merupakan
masalah yang harus diselesaikan karena merupakan penyakit menular kedua setelah
HIV AIDS. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian TB Paru di
Wilayah Kerja Puskesmas Pamenang
METODE
Jenis dan rancangan penelitian yang dilakukan adalah jenis Analitik kuantitatif
dan cara pengambilan sampel Case Control. Survey Case Control adalah suatu
penelitian (survei) yang menyangkut bagaimana faktor resiko dipelajari dengan
menggunakan pendekatan retrospective (Notoatmodjo S, 2012). Penelitian dilaksanakan
di wilayah kerja Puskesmas Pamenang Tahun 2021. Populasi kasus adalah seluruh
penderita BTA+ sebanyak 35 orang yang terdaftar dalam buku registrasi TB Paru di
wilayah kerja puskesmas Pamenang. Populasi kontrol adalah seluruh tetangga penderita
TB Paru BTA + sebanyak 35 orang di wilayah kerja puskesmas Pamenang. Sampel
ditetapkan antara kasus dengan control yakni 1: 1 dengan besar sampel penelitian ini
berjumlah 70 orang yang terdiri dari sampel kasus 35 orang dan sampel control 35
orang
Analisis univariat ini bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian pada umum nya analisis ini hanya menghasilkan
distribusi Frekuensi dan persentase dari setiap variabel (Notoatmodjo, 2012). Analisis
univariat menggunakan skala ukur ordinal. Analisis bivariat yaitu analisis yang
dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi
(Notoatmodjo, 2012) dengan menggunakan uji statistic chi square (tabel silang) dimana
tingkat kepercayaan 95% dengan menggunakan bantuan software analisis data statistic
dengan derajat kemaknaan yang digunakan adalah a (0,5).
HASIL
ANALISIS UNIVARIAT
Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Gambaran Pengetahuan
No Pengetahuan Jumlah Persentase
1 Kurang 8 11,4%
2 Cukup 15 21,4%
Baik
3 47 67,2%
Jumlah 70 100%
Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Status Ekonomi
1 Rendah 64 91.4
2 Tinggi 6 8.6
Jumlah 70 100
Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Kelembaban
Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Fisik Rumah (Kelembaban)
ANALISIS BIVARIAT
Tabel 4.4
Pengetahuan Terhadap Kejadian TB Paru Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pamenang Tahun 2021
TB Paru
Jumlah
Kasus Kontrol chi-
Pengetahuan
square
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Kurang 5 62,5 3 37,5 8 11,4 0,566
Cukup 30 48,4 32 51,6 62 88,6
Total 35 100 35 100 70 100%
Tabel 4.5
Distribusi Responden berdasarkan ekonomi
Status Pasien TB
Status Jumlah Chi-
Kasus Kontrol
Ekonomi square
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Rendah 7 63,7 4 36,3 11 15,7
0,98
Tinggi 28 47,4 31 52,6 59 84,3
Total 35 100 35 100 70 100
Berdasarkan tabel 4.5 di atas di ketahui bahwa dari rumah yang memiliki status
ekonomi tinggi 59 (84,3%). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square
didapatkan X² hitung < X² tabel yaitu 0,98 < 3,841, yang berarti Ho diterima. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara status ekonomi dengan
Tb parudi wilayah kerja puskesmas Pamenang tahun 2021.
Tabel 4.6
Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Fisik Rumah (Kelembaban)
Pasien TB Paru
Jumlah chi-
Kelembaban Kasus Kontrol
square
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Berdasarkan tabel 4.6 di atas di ketahui bahwa dari 70 rumah yang diobservasi
yang memiliki kelembaban rumah yang sesuai 44(62,9%). Hasil uji statistik dengan
menggunakan uji chi-square didapatkan X² hitung > X² tabel yaitu 5,54 < 3,841, yang
berarti Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
kelembaban dengan kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Pamenang tahun
2021.
PEMBAHASAN
Menurut asumsi peneliti bahwa Pengetahuan masyarakat tentang TB Paru
sebagian cukup. Hal ini dipengaruhi oleh penerimaan dan respon masyarakat yang baik
atas informasi yang didapatkan dari puskesmas dan poster-poster yang telah tersebar di
wilayah kerja puskesmas Pamenang. Informasi akan memberikan pengaruh pada
pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah, tetapi
jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media, misal TV, radio, atau
surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Aprianto (2016) yang menunjukan
nilai p (0.502) > 0.05 yang berarti tidak ada hubungan pengetahuan dengan TB Paru.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Rosdiana Syakur dkk (2019)
menunjukkan nilai X2 hitung (0,000) < X2 tabel (3,841) dan nilai p (1,00) > 0,05, berarti
pengetahuan tidak ada hubungan dengan kejadian tuberkulosis paru. Pengetahuan
adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu
objek tertentu (Notoatmojo, 2011)
Menurut asumsi peneliti, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa status ekonomi
tidak berhubungan dengan TB paru, faktor yang mempengaruhi kejadian TB paru
adalah kelembaban rumah dan perilaku hidup yang tidak sehat seperti keadaan rumah
yang tidak sesuai dengan kriteria rumah sehat. Status ekonomi adalah gambaran kondisi
seseorang atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi ekonomi. Kondisi status
ekonomi mencakup pekerjaan, pendidikan dan pendapatan masyarakat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Ristyo Sari dkk. Nilai pValue :
0,001 < 0,05 yang berarti ada hubungan yang negatif dan signifikan antara penghasilan
dengan angka kejadian TB Paru BTA positif. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
hasil penelitian M. Jangchung Prasetya (2018) menyatakan bahwa ada hubungan antara
status ekonomi dengan kejadian TB Paru dengan p_Value = 0,005 (p_Value ≤ 0,05). Status
ekonomi adalah gambaran kondisi seseorang atau suatu masyarakat yang ditinjau dari
segi ekonomi. Kondisi status ekonomi mencakup pekerjaan, pendidikan dan pendapatan
masyarakat. Penyakit TBC paru sering diidentikan dengan status ekonomi yang rendah
dan kurang nya kemampuan dalam meningkatkan status kesehatan resiko pendapatan
ekonomi yang rendah berpengaruh pada kemampuan penderita dalam memenuhi
kebutuhan kesehatan (Muttaqin 2018)
Menurut asumsi peneliti dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa
kelembaban berhubungan dengan penyakit infeksi seperti TBC Paru di karenakan
Kelembaban adalah sarang Penyakit. kelembaban adalah tempat berkembang biak
paling cepat bakteri tersebut kodisi rumah yang pencahayaan kurang akan mengakibat
kodisi ruangan memiliki kelembaban.
Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)
306
Isra Miharti
SEHATMAS (Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat) Vol. 1 No. 3 (2022) 301 – 308
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Beni Sandria
Putra (2017). Hasil analisis statistik menunjukan bahwa nilai pvalue =0,015 (pvalue<0,05)
menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kondisi fisik rumah
(Kelembaban) terhadap kejadian TBC Paru.
Kelembaban udara dalam ruangan untuk memperoleh kenyamanan dimana
kelembaban yang optimum berkisar 60% dengan tempratur kamar 22-30 derajat celcius
(Suryo,2010). Menurut peraturan Mentri Kesehatan (PMK) RI No.1077 tahun 2011
ketentuan kelembaban berkisar 40%-60%. Hasil penelitian (Rosiana, 2013) di Semarang
menyebutkan bahwa responden yang kelembabannya tidak memenuhi syarat sehingga
membuat cahaya matahari tidak masuk kedalam rumah yang kemudian dapat
meningkatkan kelembaban didalam rumah. Peraturan menteri kesehatan (PMK) RI
no.1007 tahun 2011 menyebutkan dinding rumah yang tidak kedap air dapat
meningkatlan kelembaban dan menyebabkan suburnya mikroorganisme
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Z., A Bahar. 2009. Tuberkulosis Paru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi
Kelima Jilid III. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.
Burhanudin, Arif. 2014. Faktor Risiko Tuberkulosis Paru Anak dan Sebaran Spasial di
Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah. Semarang. Skripsi.
Depkes RI. 2015. Laporan Hasil Survei Hasil Implementasi Program Nasional
Penanggulangan TB di Daerah ICDC.
Depkes RI . 2016. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis dan Standar
Internasional Untuk Pelayanan Tuberkulosis.
Dinkes Provinsi Jambi. 2019.Profil Kesehatan 2018. Jambi.
Hutari, S. 2014. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan, Pengetahuan, dan Status Gizi
dengan Pengobatan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Tuminting. Volume 2
Nomor 1.
Irnawati, Ni Made, Iyone ET Siagian, Ronald I Ottay. 2016. Pengaruh Dukungan
Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat pada Penderita Tuberkulosis di
Puskesmas Motoboi Kecil Kota Kotamobagu. Volume 4. Nomor 1.
Kemenkes RI. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2018. InfoDATin Tuberculosis. Jakarta.
Kusuma, Saffira. 2014. Hubungan Kualitas Lingkungan Fisik Rumah dan Kejadian TB
Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Gondanglegi. Malang. Skripsi.
Muaz, Faris. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi kejadian Tuberkulosis Paru
Basil tahan Asam Positif di Puskesmas Wilayah Kecamatan Serang Kota
Serang. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarief Hidayatullah. Jakarta. Skripsi.
Natalya, Wiwik, Khairil Anwar. 2016. Perbedaan Kepatuhan Berobat pada Penderita
TB Paru yang Didampingi PMO dan Tidak Didampingi PM di Wilayah
Puskesmas Kabupaten Boyolali. Jurnal.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka
Cipta.
Soedarto. 2009. Penyakit Menular di Indonesia. Jakarta: Sagung Seto.
Sudoyo, W Aru, S.Bambang. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna
Publishing.
Abstract
This research is motivated by the occurrence of missfiles in terms of searching for medical
record files where officers who borrow medical record documents do not write in the
expedition book which causes obstacles in carrying out patient actions. The officer is not
careful in preparing the medical record file where the document will be used but it is not
on the proper shelf The study was to determine the flow of medical record file retrieval,
to find out the flow of medical record file storage and the causes of missfiles in the medical
record file filling room at St Elisabeth Hospital Batam City. This study uses a qualitative
method. The data collection of this research was carried out by the researcher by means
of interviews and observations. The population of this study consisted of four medical
record officers and 1 nurse. Result: when the service is seen from the Man and Method
factors, including the man factor, namely the level of education and work experience of
officers. The method factor is that 100% of SOPs have not been implemented on returning
and borrowing medical record files because there are still officers who do not know the
correct application of SOPs. This is what causes the missfile in the filling room.
Conclusion: The officers did not focus when filling out the medical record files due to the
fatigue of the officers, the lack of thoroughness of the officers and the rush of the officers
when they wanted to fill in the medical record files which could cause missfiles and where
the return and loan SOPs did not work.
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi adanya kejadian missfile dari segi pencarian berkas rekam
medis dimana petugas yang meminjam dokumen rekam medis tidak menulis di buku
ekspedisi yang menyebabkan penghambatan dalam melakukan tindakan pasien. Petugas
kurang teliti dalam penyusunan berkas rekam medis dimana dokumen tersebut akan
digunakan tetapi tidak ada di rak semestinya Penelitian untuk mengetahui alur
pengambilan berkas rekam medis, mengetahui alur penyimpanan berkas rekam medis dan
penyebab terjadinya missfile di ruangan filling berkas rekam medis di RS St Elisabeth
Batam Kota. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data penelitian
ini dilakukan oleh peneliti dengan cara wawancara dan observasi. Populasi penelitian ini
terdiri dari empat petugas rekam medis dan 1 orang perawat. Hasil : saat pelayanan dilihat
dari faktor Man dan Method, diantaranya faktor man yaitu tingkat pendidikan dan
pengalaman kerja petugas. Faktor method yaitu belum terlaksana 100% SOP pada
pengembalian dan peminjaman berkas rekam medis dikarenakan masih ada petugas yang
tidak mengetahui penerapan SOP yang benar. Hal tersebut yang membuat terjadinya
missfile di ruang filling. Kesimpulan : Tidak fokusnya petugas saat melakukan filling
berkas rekam medis yang disebabkan karena kecapekan petugas, kurang telitinya petugas
dan terburu-buru nya petugas saat hendak melakukan filling berkas rekam medis yang
bisa menimbulkan missfile dan dimana SOP pengembalian dan peminjaman tidak
berjalan
Kata Kunci: Missfile, Filling, Penyimpanan Rekam Medis, Pengembalian Rekam Medis
PENDAHULUAN
Rumah sakit sebagai organisasi penyedia kesehatan yang memberikan semua
penawaran kesehatan kepada pria atau wanita dan menyajikan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan darurat. Ketentuan ini dapat menghasilkan catatan dan fakta dengan
kecepatan dan ketepatan yang sesuai. Untuk memberikan pelayanan fasilitas kesehatan
yang sesuai, diperlukan fasilitas kesehatan yang menyelenggarakan rekam medis (Ingwi,
2013).
Rekam medis sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 55 Tahun 2013
adalah dokumen yang memuat fakta dan berkas mengenai identitas orang yang dirawat,
pemeriksaan, pengobatan, pergerakan, dan berbagai pelayanan kepada penderita di
fasilitas pelayanan kesehatan. Rekam medis mengintegrasikan fakta-fakta tertulis tentang
perawatan kesehatan manusia yang ditangani yang dapat digunakan dalam pemrosesan,
pembuatan rencana fasilitas, penawaran kesehatan, dan secara luas digunakan untuk
penelitian media dalam kegiatan perawatan kesehatan. Penyimpanan rekam medis yang
tidak akurat (missfile) dapat menghambat layanan kesehatan. Berikut ini adalah upaya
untuk memutuskan penyebab kesalahan file rekam medis. Penelitian tentang missfiles
dan duplikasi data kesehatan dapat memberikan manfaat bagi yang bersangkutan dalam
memperbaiki sistem di dalam unit dokumen medis dengan tujuan untuk menuai tertib
manajemen dan kelangsungan statistik rekam medis (Santoso, 2017).
Rekam medis merupakan kesulitan penting dalam kegiatan fasilitas kesehatan.
Ciri-ciri rekam medis adalah bahwa mereka menawarkan informasi nyata dan lengkap
tentang strategi pelayanan medis dan kesehatan di rumah sakit, masing-masing, dan
diharapkan muncul di masa depan (Muninjaya, 2016).
Dari berbagai jurnal diketahui bahwa selama ini metode pencarian berkas rekam
medis (BRM), setidaknya 3 kasus belum ada rekam medis bagi penderita yang mencari
pengobatan. Hal ini penting untuk mengendalikan terjadinyakesalahan penyisipan berkas
dokumen medis agar dapat mengurangi terjadinya kesalahan penyisipan berkas dokumen
medis. Pengendalian adalah aktivitas yang diselesaikan untuk memastikan bahwa setiap
aktivitas yang diselesaikan sesuai dengan rencana dan jika terjadi kesalahan dapat
diperbaiki agar apa yang diramalkan dapat tercapai (Shinta Yuliana Anastasya, 2018).
Penyimpanan rekam medis yang tidak akurat (missfile) dapat menghambat layanan
kesehatan. Berikut ini adalah upaya untuk memutuskan penyebab kesalahan file rekam
medis. Penelitian tentang missfiles dan duplikasi data kesehatan dapat memberikan
manfaat bagi yang bersangkutan dalam memperbaiki sistem di dalam unit dokumen
medis dengan tujuan untuk menuai tertib manajemen dan kelangsungan statistik rekam
medis (Santoso, 2018).
Hasil penelitian (Anggraeni, 2018) menguji penyebab missfiles dari faktor 5M,
khususnya man, money, method, material, dan machine. Uang, terutama investasi yang
paling mudah menerima barang dan permintaan barang tidak terpenuhi karena dana yang
terbatas. Bahannya adalah dokumen berkas medis penggunaan 4 kertas, rak pengajuan
penggunaan rak wadah kayu di dalam bentuk laci berjumlah 90 kotak. Pendekatannya
adalah perangkat penyimpanan penggunaan pengiriman numerik segera dan nomor
rekam medis tetap diduplikasi. Mesin yang tidak selalu tetapi penggunaan pelacak.
Kesamaan antara penelitian yang dilakukan melalui sarana Ria Anggraeni dan peneliti
adalah mereka masing-masing perlu menyadari unsur-unsur penyebab missfile.
Sementara variasinya ada di lokasi, waktu lihat dan item di bawah ini lihat. Penelitian
yang dilakukan melalui melalui Ria Anggraeni menguji item penyebab kesalahan file
faktor 5M, sedangkan peneliti menemukan dan menelusuri file hilang masing- masing
rekam medis yang akan digunakan hari itu dan faktor 5M.
Menurut hasil penelitian dari (Putri, 2020) Kegiatan pelaksanaan penyimpanan
berkas rekam saat ini masih ditemukan terjadinya missfile baik berkas menyebabkan
pelayanan menjadi terganggu. Salah satu upaya dalam menjaga mutu pelayanan
kesehatan adalah dengan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat dalam pengambilan
berkas rekam medis. Pelaksanaan pelayanan kesehatan tidak lepas dari berkas rekam
medis pasien. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor penyebab missfile berkas
rekam medis. Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif dengan cara
mengobservasi kegiatan penyimpanan berkas rekam medis. Artikel ini merupakan review
aper dari beberapa jurnal. Setelah data terkumpul dan dianalisis maka diperoleh hasil
penelitian yaitu sebesar 70% faktor penyebab missfile adalah karakteristik petugas rekam
medis (pendidikan, usia dan lama bekerja). Namun beberapa faktor yang lain adalah SOP
dan tracer. Oleh sebab itu perlu mengadakan pelatihan serta meningkatkan tingkat
pendidikan petugas rekam medis,melakukan kesesuaian SOP dengan proses kerja dan
juga menyediakan tracer berkas rekam medis.
Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan di RS ST Elisabeth Batam
Kota ditemukan terjadi missfile dalam pencarian berkas rekam medis dikarenakan
petugas yang meminjam dokumen rekam medis tidak menulis di buku ekspedisi yang
menyebabkan penghambatan dalam melakukan tindakan pasien. Petugas kurang teliti
dalam penyusunan berkas rekam medis dimana dokumen tersebut akan digunakan tetapi
tidak ada di rak semestinya
METODE
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah prosedur mengumpulkan data dan situasi nyata dalam gaya
hidup suatu objek. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh petugas yang berhubungan
dengan unit rekam medis di rumah sakit tersebut khususnya 4 orang petugas rekam medis
dan 1 orang perawat. Dalam penelitian ini populasi yang akan menjadi informan
penelitian adalah 5 orang dengan pembagian 1 orang petugas koding dan pelaporan, 1
orang petugas filling, 2 orang petugas assembling, dan 1 orang perawat. Alat
pengumpulan data adalah wawancara, observasi, alat perekam, dokumentasi
HASIL
Secara teori buku ekspedisi berfungsi sebagai bukti serah terima dokumen rekam
medis, untuk mengetahui unit mana yang meminjam dokumen rekam medis dan
mengetahui kapan dokumen rekam medis itu dikembalikan, serta untuk mengetahui dan
memonitor rekam medis yang sedang dipinjam maupun yang sudah dikembalikan. Jika
buku ekspedisi tidak digunakan secara maksimal, maka akan sulit melacak keberadaan
dokumen rekam medis saat terjadinya missile (Astuti & Anunggra,2013).
Tingkat kejadian missfile dokumen rekam medis disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain yaitu “Man” (Manusia), “Money” (uang), “Methods” (Metode), “Material”
(bahan baku), yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Man (Manusia)
Untuk melihat penyebab missfile berkas rekam medis terkait man, dilakukan
wawancara kepada Informan 1, 2, 3, 4 dan 5 agar diketahui penyebab missfile berkas
rekam medis yaitu dari petugas.
Dari wawancara yang dilakukan oleh Informan 1,2,3,4 dan 5. Bahwa semua
informan memiliki jawaban yang sama yaitu dapatkan pernyataan bahwa, faktor
penyebab missfile dari aspek man dikarenakan adanya kurang ketelitian dalam
penyimpanan berkas rekam medis dan pengambilan berkas rekam medis. Namun ada
perbedaan pendapat antara Informan 2, 3, 4, 5 dengan Informan 1 yang menyebutkan
bahwa tidak ada petugas penanggung jawab missfile
2. Money (Uang)
Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan di RS ST Elisabeth Batam
Kota, dalam pengalokasian dana atau anggaran ada prosedur sendiri. Terkait money,
dilakukan wawancara kepada informan penelitian dan mendapatkan hasil sebagai
berikut:
Namun terjadi perbedaan pendapat antara Informan 2, 3, 5 dan Informan 1.
Menurut Informan 1 tidak ada hambatan dalam proses pengalokasian dana seperti
yang disampaikan.
3. Methode (metode)
Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan di RS ST Elisabeth Batam
Kota, sudah memiliki SOP terkait peminjaman dan pengembalian berkas rekam
medis. Untuk melihat penyebab misfile berkas rekam medis terkait metode,
dilakukan wawancara kepada informan penelitian dan mendapatkan hasil sebagai
berikut:
Dari wawancara yang dilakukan ke 5 responden, 3 menyatakan bahwa
peminjaman dan pengembalian sudah sesuai SOP namun 2 informan menyatakan
perbedaan pendapat dimana sebagian petugas pada saat peminjaman dan
pengambilan belum sesuai SOP RS ST Elisabeth Batam Kota sudah memiliki SOP
terkait peminjaman dan pengembalian berkas rekam medis. Namun belum
dilaksanakan secara maksimal sesuai SOP yang ditentukan. dikarenakan masih ada
petugas yang tidak mengetahui penerapan SOP yang benar sehingga bisa
menimbulkan missfile berkas rekam medis. SOP yang dimaksud adalah dimana
ketika petugas meminjam berkas rekam medis harus dicatatat di buku ekspedisi
peminjaman namun petugas terkadang tidak menuliskannya dibuku ekspedisi
peminjaman yang telah ditetapkan oleh pihak rumah sakit.
4. Material (Bahan)
Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan di RS Santa Elisabeth
Batam Kota, bahan cover map rekam medis berbahan karton licin. Hal ini dilakukan
wawancara kepada informan penelitian dan mendapatkan hasil sebagai berikut:
Untuk ruangan penympanan rekam medis di RS Santa Elisabeth Batam Kota
sudah sangat memadai hal ini disampaikan langsung oleh informan saat di
wawancarai langsung.dimana dari fakta material tidak terdapat masalah karena untuk
sampul rekam medis sudah menggunakan bahan karton tebal licin sehingga tidak
membuat berkas rekam medis terjatuh. Sedangkan untuk ruang penyimpanan sudah
sangat memadai dan mampu menampung berkas rekam medis.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan terhadap subjek
penelitian yaitu petugas rekam medis. Diketahui penyebab missfile berkas rekam medis
dapat dilihat dari aspek Man, Money, Methode dan Material. Adapun aspek yang tidak
menjadi faktor penyebab misfile di RS Santa Elisabeth Batam Kota yaitu :
1. Faktor penyebab missfile berkas rekam medis dari segi Man (Manusia)
Dari wawancara yang dilakukan oleh Informan didapatkan pernyataan bahwa,
faktor penyebab misfile dari aspek Man kurang disiplinnya petugas rekam medis
yakni karena tidak fokusnya petugas saat melakukan filling berkas rekam medis yang
disebabkan karena kecapekan petugas, kurang telitinya petugas dan terburu-buru nya
petugas saat hendak melakukan filling berkas rekam medis yang bisa menimbulkan
missfile.
Pranata (2014) menyatakan bahwa disiplin kerja adalah sikap ketaatan dan
kesetiaan petugas terhadap peraturan tertulis/ tidak tertulis yang tercermin dalam
bentuk tingkah laku dan perbuatan pada instansi untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
Man yang dimaksud dalam penelitian ini merujuk pada sumber daya manusia
yaitu terlibat atau berperan secara langsung dalam kegiatan sistem penyimpanan atau
filling, dimana sumber daya manusia yang berpengaruh terhadap penyimpanan
berkas rekam medis adalah petugas rekam medis. Faktor penyebab berkas rekam
medis yakni disiplin kerja (Okta, 2018).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Ganjari, 2019) yang
menyatakan bahwa apabila petugas belum pernah mengikuti pelatihan tentang rekam
medis maka wawasan mereka tidak berkembang tentang rekam medis, sehingga
petugas tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang rekam medis. Pelatihan
rekam medis penting untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan petugas
dalam penyelenggaraan pelayanan rekam medis sesuai dengan Undang-Undang
No.13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Tahun 2003 Pelatihan kerja
diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan dan
mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas
dan kesejahteraan.
Dari hasil penelitian (Wati, 2019) Faktor Man dalam penelitian ini yaitu
mengidentifikasi berdasarkan pengetahuan petugas, disiplin kerja dan pelatihan
petugas. Faktor pengetahuan petugas dapatkan bahwa bahwa kurangnya pengetahuan
petugas tentang sistem pengendalian disebabkan karena tingkat pendidikan petugas
yang bukan lulusan rekam medis.
Hal tersebut sesuai dengan penelitian (Kurniawati, 2015) yang menyatakan
bahwa semakin tinggi pendidikan petugas maka makin rendah angka kejadian
missfile, namun apabila pendidikan petugas rendah maka angka kejadian missfile
akan semakin tinggi. Petugas tidak pernah mengikuti pelatihan terkait kegiatan
pengelolaan rekam medis, selama ini kegiatan pelatihan yang dilakukan hanya
kepada dokter dan perawat sedangkan untuk pelatihan rekam medis belum pernah
dilakukan.
Pendapat peneliti dari segi man yaitu displin kerja petugas harus ditingkatkan
karena sikap yang tercermin dalam bentuk tingkah laku dan perbuatan pada instansi
untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Selain itu harus ada monitoring oleh kepala
ruangan terhadap petugas rekam medis agar bisa meningkatkan disiplin kerja yang
baik seperti petugas harus fokus dan teliti dalam melakukan penyimpanan berkas
rekam medis.
2. Faktor penyebab missfile berkas rekam medis dari segi Money (Uang)
Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan di RS Santa Elisabeth
Batam Kota, dalam pengalokasian dana atau anggaran ada prosedur sendiri. Tidak
ada hambatan yang serius dalam pengalokasian dana karena untuk pengalokasian
dana sudah memiliki prosedur yang baik.
Menurut (Syah. 2018) Money atau uang merupakan salah satu unsur yang tidak
dapat diabaikan, uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar kecilnya
hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh
karena itu, uang merupakan alat yang penting untuk mencapai tujuan karena segala
sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan
jumlah uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang
dibutuhkan dan harus dibeli, serta hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian (Wati & Nuraini, 2019) Penyediaan
dana atau anggaran di Puskesmas Bangsalsari tersedia akan tetapi pelaksanaannya
belum sepenuhnya didanai seperti pengadaan rak penyimpanan berkas rekam medis
sehingga belum optimalnya kegiatan rekam medis serta diperlukan penggunan dan
dalam hal kegiatan rekam medis lebih optimal agar kegiatan rekam medis dapat
berjalan dengan baik dan sarana prasarana yang mendukung kegiatan tersebut dapat
berjalan lebih baik lagi. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Oktavia (2017) yang
menyatakan apabila dana tidak memenuhi dalam pengadaan peralatan pendukung
dampak yang ditimbulkan adalah tingkat kejadian missfile semakin tinggi.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Nova Oktavia, 2017). Penyebab
terjadinya missfile dokumen rekam medis rawat jalan di ruang penyimpanan (filling)
RSUD Kota Bengkulu berdasarkan faktor Money” adalah tidak adanya dana untuk
pengajuan penambahan rak penyimpanan berkas rekam medis serta dimana ruang
penyimpanan yang kecil sehinga tidak dapat ditambahkanya raka penyimpanan.
Menurut peneliti penerapan anggaran harus mempunyai prosedur sehingga
pengalokasian dana dapat merata dan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan
didalam ruangan rekam medis.
3. Methode (Metode)
Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan di RS Santa Elisabeth
Batam Kota, terdapat perbedaan antara SOP peminjaman dan pengembalian berkas
rekam medis dengan pelaksanaan peminjaman dan pengembalian berkas rekam
medis. Sedangkan secara teori Standar Prosedur Operasional (SPO) adalah sistem
yang disusun untuk memudahkan, merapihkan dan menertibkan pekerjaan. Sistem
ini berisi urutan proses melakukan pekerjaan dari awal sampai akhir. RS Santa
Elisabeth Batam Kota sudah memiliki SOP terkait peminjaman dan pengembalian
berkas rekam medis. Namun belum dilaksanakan secara maksimal. SOP yang
mengatur peminjaman dan pengembalian berkas rekam medis, namun dalam
menjalankan peminjaman dan pengembalian berkas rekam medis belum sesuai
dengan SOP yang ditentukan. Seharusnya petugas saat melakukan peminjaman
berkas rekam medis harus dicatatat di buku ekspedisi peminjaman namun petugas
masih sering tidak mencacatat nya kedalam buku ekspedisi peminjaman. Hal ini yang
menyebabkan SOP tidak berjalan secara maksimal.
Menurut (Gabriele, 2018) menjelaskan bahwa standar prosedur operasional (SPO)
adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas dan pekerjaaan sesuai dengan
fungsi dari pekerjaan tersebut, dengan adanya SPO semua kegiatan di suatu
perusahaan dapat terancang dengan baik dan dapat berjalan sesuai kemauan
menjadi map kertas lobang berwarna biru dari bahan kertas yang kurang tebal
sehingga mudah robek.
Hasil penelitian (Kurniawati, 2019) Dokumen rekam medis di Unit Rekam Medis
RSUD Dr. M. Ashari Pemalang, terbuat dari kertas manila tanpa menggunakan
folder, menyebabkan dokumen rekam medis yang sudah tebal terkadang ada bagian
yang tercecer atau terjatuh. Rak yang digunakan untuk menyimpan dokumen
berbentuk lemari laci sudah tidak dapat berfungsi lagi yang menyebabkan banyak
dokumen rekam medis yang di pindahkan tempat penyimpanannya di dalam kardus
serta menjadi kurang tertata rapi dan memungkinkan kesalahan letak serta
menyebabkan kesulitan dalam pencarian dokumen rekam medis.
Menurut asusmsi peneliti bahwa map rekam medis harus dibuat dengan bahan
yang tebal dan tidak mudah robek jika terkena air atau terlipat hal ini dapat
meminimalisir terjatuhnya formulir-formulir yang ada di dalam map rekam medis
tersebut. Untuk ruangan penyimpanan harus di perhitungkan berapa jumlah rekam
medis 5 tahun yang akan mendatang untuk menampung berkas rekam medis.
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang berjudul “Analisis Penyebab
Terjadinya Missfile Berkas Rekam Medis Di Ruangan Filling RS St Elisabeth Batam
Kota“ yang telah disajikan, maka dapat disimpulkan bahwa penyebab terjadinya misfile
di RS ST Elisabeth Batam Kota di sebabkan oleh 4 faktor yaitu Man, Money, Method,
Marerial. faktor yang pertama Man yakni kurang disiplinnya petugas rekam medis yakni
karena tidak fokusnya petugas saat melakukan filling berkas rekam medis yang
disebabkan karena kecapekan petugas, kurang telitinya petugas dan terburu-buru nya
petugas saat hendak melakukan filling berkas rekam medis yang bisa menimbulkan
missfile. Faktor yang kedua yaitu Money dikarenakan tidak terdapat masalah karena
pengalokasian dana sudah ada tahap nya. Jika permintaan tidak disetujui maka kepala
ruangan rekam medis mengirimkan surat dan akan segera di proses sesuai dengan
kebutuhan yang diperlukan.
Faktor yang ketiga yaitu pada aspek method atau metode yakni sudah memiliki SOP
terkait peminjaman dan pengembalian berkas rekam medis. Namun belum dilaksanakan
secara maksimal sesuai SOP yang ditentukan. dikarenakan masih ada petugas yang tidak
mengetahui penerapan SOP yang benar sehingga bisa menimbulkan misfile berkas rekam
medis. Dan faktor yang terakhir yaitu disebabkan oleh faktor Material yaitu tidak terdapat
masalah karena untuk sampul rekam medis sudah menggunakan bahan karton tebal licin
sehingga tidak membuat berkas rekam medis terjatuh. Sedangkan untuk ruang
penyimpanan sudah sangat memadai dan mampu menampung berkas rekam medis.
Saran :
Untuk mengatasi kejadian missfile di Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Kota penulis
menyarankan sebagai berikut :
Diharapkan kepada kepala ruangan dapat melakukan monitoring 3 bulan sekali
terhadap disiplin petugas rekam medis serta memberikan punishment terhadap displin
kerja petugas. Sebaiknya petugas rekam medis meningkatkan kedispilinan terhadap
pengisian buku ekspedisi peminjaman dan pengembalian berkas rekam medis sesuai
dengan SOP yang ada untuk menghindari terjadinya missfile. Peneliti meyarankan
kepada kepala ruangan untuk melakukan sosialisasi 3 bulan sekali yaitu dengan cara
menyampaikan isi SOP terkait pemeliharaan berkas rekam medis terhadap petugas yang
mempunyai wewenang terhadap berkas rekam medis untuk meghindari adanya missfile
berkas rekam medis. Diharapkan kepada pihak RS ST Elisabeth Batam Kota untuk dapat
memberikan pelatihan terkait sistem penyimpanan berkas rekam medis kepada petugas
rekam medis yang berlatarbelakang pendidikan nya dari jenjang SMA/SMK.
DAFTAR PUSTAKA
Aep Nurul, 2017: 76. Sistem Penyimpanan Rekam Medis (Filling System) by Aep Nurul
Hidayah. September 2015. penyimpanan- rekam-medis-filling-system-by-aep-
nurul-hidayah
Agusalim, 2018. Analisis Sistem Pelepasan Informasi Rekam Medis Dalam Menjamin
Aspek Hukum Kerahasiaan Rekam Medis Di Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia
Medan Tahun 2018. Jurnal Ilmiah Perekam Dan Informasi Kesehatan Imelda
(JIPIKI), 3(1 SE-Articles), 394–403.
Anuggra Dian Ingwi, 2013. Analisis Mekanisme Penganggaran Sebagai Alat
Pengendalian Keuangan Studi Kasus Rumah Sakit Umum Anutapura Palu Tahun
2018. Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanudin :
Makassar. Jurnal AKK, 2(1), pp. 8–17.
Cahyo, 2015. Analisis Kejadian Missfile Berkas Rekam Medis Rawat Jalan Di
Puskesmas Bangsalsari. Rekam Medis Dan Informasi Kesehatan, 1(1), pp. 23–30.
Trisakti, 2018., Dasar-Dasar Manajemen, (2018). Faktor Penyebab Missfile Pada Berkas
Rekam Medis di Rumah Sakit. Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia,
7(2), 140.
Dharma, 2015. Kejadian Misfile dan Duplikasi Berkas Rekam Medis Sebagai Pemicu
Ketidaksinambungan Data Rekam Medis.
Gabriele,2018.Implementasi_metta_sutta_terhadap_metode_pembelajaran
Ganjari, 2019. Pengaruh Sarana Prasarana dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan
Pasien (Studi Pada Pasien Rawat Jalan Unit Poliklinik IPDN Jatinegoro). Jurnal
Coopetition, 8(2), 155–166.
George R. Terry, (2019). Analisis Penerapan Standar Operasional Prosedur (SPO) di
Departemen Marketing dan HRD PT Cahaya Indo Persada.
Santoso, 2017. Faktor-Faktor penyebab Terjadinya Missfile di Bagian Filing Rumah
Sakit Umum Daerah Banyumas Tahun 2013. Penelitian Ilmiah. Juni, 1–15.
Abstract
Statistics is one of the subjects that must be taught in almost every study program. Many
students consider the course to be a pretty scary subject because the material is more
calculating. The purpose of this study was to describe the level of ability and the location
of students' understanding errors in the statistics of the Health Information Management
Study Program at the Santa Elisabeth College of Health, Medan. This research uses
research with survey method. In this study, students were asked to solve statistical
problems related to the statistical material that had been studied previously. The place of
this research is the Santa Elisabeth College of Health, Medan in the Health Information
Management Study Program, Medan City, North Sumatra Province. The research time
to obtain data and information was implemented in June 2022. The population in this
study were students of level I and II who programmed statistics courses for the academic
year 2021/2022, totaling 30 students. The results of this study indicate that: (1) The level
of students' understanding ability in the statistics course of the Health Information
Management Study Program, Santa Elisabeth College of Health, Medan is in the high
category, namely 62%; (2) Of the entire sample, 62% answered the questions correctly,
and 38% answered incorrectly. From these results, it can be seen that the percentage of
students who answered correctly was greater than those who answered incorrectly. (3)
The results showed that the errors in answering statistical questions occurred because
students had problems at the stage of reading the questions, understanding, transforming,
processing skills and in choosing the right answer.
Keywords: Analysis, Comprehension Ability, Student, Statistics
Abstrak
Mata kuliah statistika merupakan salah satu mata kuliah yang wajib diajarkan hampir di
setiap program studi. Banyak mahasiswa yang menganggap mata kuliah statistika sebagai
mata kuliah yang cukup menakutkan karena materinya lebih banyak yang bersifat
menghitung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tingkat kemampuan dan
letak kesalahan pemahaman mahasiswa pada mata kuliah statistika Program Studi
Manajemen Informasi Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth Medan.
Penelitian ini menggunakan penelitian dengan metode survei. Dalam penelitian ini,
mahasiswa diminta menyelesaikan soal-soal statistika yang berkaitan dengan materi
statistika yang sudah dipelajari sebelumnya. Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth Medan pada Program Studi Manajemen
Informasi Kesehatan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Waktu penelitian untuk
memperoleh data dan informasi dilaksanakan pada bulan Juni 2022. Populasi pada
penelitian ini adalah mahasiswa tingkat I dan II yang memrogramkan mata kuliah
statistika tahun ajaran 2021/2022 yang berjumlah 30 orang mahasiswa. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa: (1) Tingkat kemampuan pemahaman mahasiswa pada mata
kuliah statistika Program Studi Manajemen Informasi Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Santa Elisabeth Medan berada pada kategori tinggi yaitu 62%; (2) Dari seluruh
sampel, yang menjawab soal dengan benar adalah sebesar 62%, yang menjawab salah
sebesar 38%. Dari hasil tersebut, dapat diketahui bahwa presentase mahasiswa yang
menjawab benar lebih besar daripada yang menjawab salah. (3) Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kesalahan menjawab soal-soal statistika terjadi karena mahasiswa
mempunyai masalah pada tahap pembacaan soal, pemahaman, transformasi,
keterampilan proses dan pada pemilihan jawaban yang tepat.
METODE
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian dengan metode survei karena peneliti
menginginkan informasi yang banyak dan beraneka ragam untuk mendeskripsikan
kemampuan pemahaman mahasiswa pada mata kuliah statistika. Dalam penelitian ini,
mahasiswa diminta menjawab soal-soal tentang statistika.
HASIL
Deskripsi Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini, data yang diperoleh peneliti terdiri atas dua jenis yaitu data
kuantitatif dan data kualitatif. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan melihat dan
memeriksa jawaban mahasiswa dilanjutkan dengan menghitung banyaknya soal yang
diselesaikan mahasiswa untuk mengukur kemampuan pemahaman mahasiswa tersebut.
Pada analisis data kualitatif atau pendeskripsian data difokuskan pada tingkat
kemampuan pemahaman dan letak kesalahan pemahaman mahasiswa pada mata kuliah
statistika Program Studi Manajemen Informasi Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Santa Elisabeth Medan.
Tingkat Kemampuan Pemahaman Mahasiswa
Setelah mahasiswa siap menjawab soal-soal statistik, selanjutnya peneliti
memeriksa hasil jawaban mahasiswa tersebut untuk melihat banyaknya mahasiswa yang
menjawab benar dan menjawab salah untuk setiap nomor soal. Secara keseluruhan hasil
jawaban mahasiswa dari semua responden atau peserta tes penelitian dapat dilihat pada
tabel berikut.
Berdasarkan tabel diatas, terdapat 10 nomor soal yang diberikan pada 30 responden
penelitian sehingga total soal yang dikerjakan ada 300 nomor soal. Respons mahasiswa
yang menjawab benar ada 186 nomor soal atau sebesar 62%, dan respons mahasiswa yang
menjawab salah ada 114 nomor soal atau sebesar 38%. Hasil tes prestasi mahasiswa dari
30 responden, ditujukan pada tabel dan diagram berikut.
Nilai
120
100 100
100
80
62
60
40 30
20 22,49
20
0
Banyak Nilai Ideal Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata Standar
Responden Deviasi
1 2 3 4 5 6
(%) (10) (53,3) (23,3) (56,7) (50) (26,7) (43,3) (73,3) (20) (23,3)
Jumlah 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
(%) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100)
PEMBAHASAN
Tingkat Kemampuan Pemahaman Mahasiswa
Dari penelitian yang menggunakan sampel sebanyak 30 mahasiswa, hasil jawaban
mahasiswa pada mata kuliah statistik menunjukkan tingkat kemampuan pemahaman
mahasiswa bisa saja berubah kalau para mahasiswa belajar dengan tekun dan sungguh-
sungguh. Dari seluruh sampel yang menjawab soal dengan benar sebesar 62%, yang
menjawab salah sebesar 38%. Dari hasil tesebut, dapat diketahui bahwa presentase
mahasiswa yang menjawab benar lebih besar daripada yang menjawab salah.
Hasil analisis jawaban dari 10 nomor soal tes pemahaman dasar statistika pada
mahasiswa yang diujikan, diperoleh hasil bahwa tingkat kemampuan dasar statistika
mahasiswa pada mata kuliah statistika Program Studi Manajemen Informasi Kesehatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth Medan berada pada kategori tinggi. Hal
ini berdasarkan Tabel 4 yang menunjukkan bahwa rata-rata hasil jawaban mahasiswa dari
10 nomor soal yang diselesaikan sebesar 62%. Dimana dari 10 nomor soal yang diberikan
pada 30 responden penelitian, total soal yang dikerjakan ada 300 nomor soal sehingga
respons mahasiswa yang menjawab benar ada 186 nomor soal atau sebesar 62%.
mengerjakan soal. Artinya, pada soal nomor 5 ini ada 15 mahasiswa (setengah dari jumlah
responden) yang kurang memahami dan mengerti rumus dan cara menghitung nilai rata-
rata dari sebuah soal kasus.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa masih ada mahasiswa yang cenderung
menjawab soal-soal statistika dengan tidak benar. Hal ini mengimplikasikan bahwa
mahasiswa mempunyai masalah pada tahap pembacaan soal, pemahaman, transformasi,
keterampilan proses dan pemilihan jawaban yang tepat.
1. Kesalahan membaca
Kesalahan membaca terjadi ketika mahasiswa membaca soal dengan sangat cepat
dan tanpa memahami betul soalnya sehingga mahasiswa tidak mengerti maksud dari
soal tersebut, akibatnya soal-soal statistik yang diberikan peneliti tidak bisa dijawab
dengan benar.
2. Kesalahan pemahaman
Kesalahan pemahaman terjadi ketika mahasiswa mampu membaca pertanyaan
tetapi gagal memahami pertanyaan tersebut, sehingga menyebabkan kekeliruan atau
kegagalan dalam menjawab soal-soal yang ada.
3. Kesalahan transformasi
Kesalahan transformasi terjadi ketika mahasiswa telah benar memahami
pertanyaan tetapi gagal untuk mengidentifikasi rumus statistika yang tepat dalam
menyelesaikan soal-soal tersebut. Kesalahan ini terjadi karena mahasiswa salah
konsep atau tidak tahu konsep yang digunakan dalam menyelesaikan soal-soal
tersebut.
4. Kesalahan keterampilan proses
Kesalahan keterampilan proses terjadi ketika mahasiswa mampu mengidentifikasi
rumus dan konsep statistika dengan benar, namun mahasiswa gagal melaksanakan
prosedur dengan benar. Meskipun mahasiswa mampu membaca dan memahami
pertanyaan serta dengan benar mengidentifikasi rumus dan konsep statistika, namun
ternyata membuat kesalahan prosedur dalam perhitungannya. Kesalahan yang terjadi
adalah kesalahan dalam menerapkan prosedur, kesalahan dalam melakukan
perhitungan dan tidak berhati-hati dalam melakukan perhitungan.
5. Kesalahan pemilihan jawaban
Kesalahan pemilihan jawaban terjadi ketika mahasiswa mampu menyelesaikan
soal dengan tepat dan benar, namun mahasiswa gagal dalam memilih jawaban yang
tepatnya. Beberapa penyebab mahasiswa melakukan kesalahan, antara lain
kecerobohan dalam melakukan perhitungan, malas membaca dan memahami
pertanyaan sehingga jawaban yang dipilih salah. Kesalahan yang terjadi adalah
kesalahan dalam membuat kesimpulan, tidak melakukan pemeriksaan terhadap hasil
perhitungan, konsep dan jawaban yang diberikan sehingga salah dalam memilih
jawaban hasil akhir, dan tidak mengecek kembali apa yang ditanyakan, sehingga salah
dalam memilih jawaban hasil akhir.
Faktor-faktor yang menyebabkan ketidakmampuan dan ketidakpahaman
mahasiswa dalam menjawab soal-soal statistika yang diberikan oleh peneliti terdiri dari
2 faktor utama yaitu faktor internal, seperti kondisi tubuh mahasiswa yang kurang sehat,
malu bertanya, tidak membahas kembali materi-materi yang sudah di pelajari
sebelumnya, kurang memiliki bakat dalam menghitung, kurangnya pemahaman awal
materi tentang statistika, kurangnya minat dan motivasi dalam mengikuti proses
pembelajaran, kebiasaan belajar kurang baik yakni lebih banyak menghafal daripada
memahami materi, kurang memahami lambang-lambang dan rumus-rumus statistika,
rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi mahasiswa dan kurangnya mahasiswa
Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)
325
Robin Bastian Waruwu, Nayanda Privanezsa Hao, Prilia Handayani Hia
SEHATMAS (Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat) Vol. 1 No. 3 (2022) 318 – 327
memahami serta mengingat kembali materi statistika yang sudah dipelajari sebelumnya.
Sedangkan faktor eksternalnya, seperti kurangnya perhatian orang tua terhadap
pendidikan anak, lingkungan yang kurang baik, keseringan nonton Tik Tok, main game
dan nonton TV sehingga lupa belajar, serta terpengaruh oleh teman bergaul yang nakal
dan malas belajar.
Saran
Saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah mahasiswa khususnya mahasiswa
Program Studi Manajemen Informasi Kesehatan tingkat I dan II, agar lebih rajin lagi
belajar statistika dan lebih aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran dan tidak hanya
terpusat pada konsep yang diajarkan dosen.. Materi statistika yang dianggap sulit jangan
dibiarkan sulit, dalam artian cari tahulah bagaimana agar materi statistika yang sulit
tersebut dapat mudah untuk dikerjakan agar hasil belajarnya bisa optimal. Agar materi
statistik yang sulit menjadi mudah, maka yang harus dilakukan adalah membiasakan diri
belajar setiap hari, membahas kembali materi-materi yang barusan di pelajari dan
menanyakan kepada dosen pengampu mata kuliah tersebut jika ada yang tidak di
mengerti.
DAFTAR PUSTAKA
Afifiah, S. N., & Wicaksana, E. J. (2014). Persepsi Mahasiswa tentang Mata Kuliah
Statistik serta Pengaruhnya terhadap Prestasi Belajar Statistik Mahasiswa IKIP
PGRI Madiun. Jurnal CARE, 2(1), 1–8.
Jais, E., & Amiati, W. (2020). Jurnal akademik pendidikan matematika. Akademik
Pendidikan Matematika, 6(November), 62–66.
Rahayu, S., Harjono, A., Sutrio, S., Gunada, I. W., & Hikmawati, H. (2014).
Pengembangan Modul Pengantar Statistik Deskriptif Pada Mata Kuliah Statistik
Dasar Untuk Mahasiswa Pendidikanfisika Universitas Mataram. Lensa: Jurnal
Kependidikan Fisika, 2(1), 168. https://doi.org/10.33394/j-lkf.v2i1.309
Sangila, M. S., & Jufri, L. (2018). Deskripsi kemampuan mahasiswa fakultas tarbiyah
dan ilmu keguruan kendari dalam menganalisis data statistika. Jurnal Al-Ta’dib,
11(1), 109–126.
Suryana, A. (2015). Analisis Kemampuan Membaca Bukti Matematis Pada Mata Kuliah
Statistika Matematika. Infinity Journal, 4(1), 84.
https://doi.org/10.22460/infinity.v4i1.74
Abstract
Background: Based on data from the Public Health Office of Yogyakarta Special
Province in 2014, the cause of Maternal Mortality Rate (MMR) in Yogyakarta was 40
cases. There were 12 cases of maternal death, especially in Sleman, and the causes of
maternal death were due to hemorrhage. In Regional Public Hospital of Prambanan,
the data presented that during January 2015- December 2017 the cases of
hemorrhage were 71 patients. Methodes. The objective of this study was to determine
the correlation between parity and the incidence of pasca bersalin hemorrhage in
Regional Public Hospital of Prambanan. This study applied a case control analytic
survey method with a retrospective time approach. The samples of the case group were
44 respondents, and the control group were 44 respondents in January 2015 -
December 2017 with total sampling technique for the case group and purposive
sampling for the control group. The instruments used were the observation sheets and
the data analysis used Chi square Result: of Chi square test in the case group of
maternal parity at risk of experiencing hemorrhage was as much as 32%, and in the
control group of maternal parity who were not at risk of experiencing pasca bersalin
hemorrhage was as much as 20%. The p value was 0.001, and the Odds Ratio value
(OR) was 4.173. Conclusion : There was a correlation between parity and the
incidence of hemorrhage. The high risk maternal parity is 4 times more at risk of
experiencing the incidence of pasca bersalin hemorrhage than the maternal parity
which is not at risk. It is expected that midwives can improve
Abstrak
Latar Belakang: Berdasarkan data Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
tahun 2014, penyebab Angka Kematian Ibu (AKI) di Yogyakarta sebanyak 40 kasus.
Kasus kematian ibu khususnya Sleman terdapat 12 kasus, dan penyebab kematian ibu di
karenakan perdarahan. Di RSUD Prambanan didapatkan data bahwa selama bulan
Januari 2015 – Desember 2017 kasus perdarahan pasca bersalin sebanyak 71 pasien.
Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya hubungan paritas dengan kejadian perdarahan
pasca bersalin di RSUD Prambanan. Metode: Penelitian ini menggunakan metode
survey analitik case control dengan pendekatan waktu restropective. Sampel penelitian
kelompok kasus berjumlah 44 responden dan kelompok kontrol sebanyak 44 responden
pada bulan Januari 2015-Desember 2017 dengan teknik total sampling untuk kelompok
kasus dan purposive sampling untuk kelompok kontrol. Instrumen yang digunakan
lembar observasi dan analisis data menggunakan chi square. Hasil: Hasil uji Chi square
pada kelompok kasus ibu paritas beresiko yang mengalami perdarahan pasca bersalin
sebanyak 32 % pada kelompok kontrol ibu paritas beresiko yang tidak mengalami
perdarahan pasca bersalin sebanyak 20%. Nilai p value 0,001 dan nilai Odds Ratio (OR)
sebesar 4,173.. Simpulan : Ada hubungan paritas dengan kejadian perdarahan pasca
bersalin. Paritas beresiko 4 kali lebih beresiko mengalami kejadian perdarahan pasca
bersalin daripada ibu paritas tidak beresiko. Diharapkan bidan mampu meningkatkan
pelayanan pada pasien yang mengalami perdarahan pasca bersalin, terutama pada ibu
yang memiliki resiko tinggi.
PENDAHULUAN
Tahun 2019 World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa Angka Kematian
Ibu (AKI) di dunia sebanyak 303.000 jiwa dan di Indonesia sendiri sebanyak 305 per 100.000
kelahiran hidup (Kemenkes, 2019). Menurut profil Kesehatan Indonesia tahun 2020
Berdasarkan penyebab, sebagian besar kematian ibu pada tahun 2020 disebabkan oleh
perdarahan sebanyak 1.330 kasus, hipertensi dalam kehamilan sebanyak 1.110 kasus, dan
gangguan sistem peredaran darah sebanyak 230 kasus (Kemenkes RI, 2020).
Menurut data Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kematian ibu di
Yogyakarta pada tahun 2020 adalah 40 kasus. Kasus kematian ibu tertinggi masih terjadi di
Bantul yaitu 20 kasus. Sedangkan kasus kematian ibu yang paling kecil selama 2020 ada di
Kota Yogyakarta yaitu 2 kasus. Penyebab kematian ibu yang paling banyak ditemukan di DIY
adalah karena Penyakin lain-lain (20), perdarahan (6), hipertensi dalam kehamilan (3), infeksi
(5), dan gangguan sistem peredaran darah (6). (Dinkes DIY, 2020).
METODE
Desain penelitian ini adalah observasional analitik. Jenis pendekatan case control, yaitu
yaitu penelitian yang mempelajari hubungan antara kasus dengan paparan tertentu
(Sastroasmoro, 2011). Dalam penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi pasien dengan efek
(pasien dengan perdarahan pasca bersalin) dan kelompok tanpa efek (pasien tanpa perdarahan
pasca bersalin) kemudian secara retrospektif ditelusuri faktor resikonya (paritas).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin di RSUD Prambanan baik yang
mengalami perdarahan pasca bersalin maupun yang tidak mengalami perdarahan pasca bersalin
selama kurun waktu bulan Januari 2015 - Desember 2017 sebanyak 1595 ibu melahirkan.
Berdasarkan populasi pada kelompok kasus terdiagnosa 71 ibu bersalin dengan perdarahan
pasca bersalin. Teknik pengambilan sampel untuk kelompok kasus dalam penelitian ini
menggunakan total sampling yang berdasarkan pada kriteria inklusi dan ekslusi adalah
sebanyak 44 resonden, sedangkan untuk kelompok kontrol pengambilan sampel menggunakan
purposive sampling dengan pengambilan sampel sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan
sebanyak 44 responden. Pada penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak 88 responden,
dengan perbandingan kasus kontrol yaitu 1:1 atau 44 kasus : 44 kontrol. Metode pengumpulan
data dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi. Analisa data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisa univariat dan analisa bivariat. Analisa bivariat menggunakan uji chi
square dan untuk memngetahui besarnya faktor risiko menggunakan analisa odds ratio.
HASIL
1. Karakteristik Responden
Tabel 1. Karakteristik Pendidikan
Responden di RSUD Prambanan.
Karakteristik Kasus Kontrol
% %
Pendidikan Dasar 32 34
Menengah 59 61
Tinggi 9 5
Jumlah 100 100
Hasil Analisis
1. Paritas Ibu Melahirkan
Tabel 3. Distribusi FrekuensiParitas Ibu Melahirkan
2.
jumlah 50 50 100
Ya Tidak
% % %
Beresiko 32 15 0,00 47 4,17
Tidak Beresiko 18 35 1 53 3
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa paling banyak responden yang paritas
Total
50 50 100
beresiko mengalami perdarahan pasca bersalin berjumlah 32%. Pengujian hipotesis
dilakukan dengan menggunakan analisis Chi Square. Analisis ini dimaksudkan untuk
melihat korelasi atau hubungan antara variabel yang satu dengan pariabel yang lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh koefisien hubungan paritas dengan kejadian
perdarahan pasca bersalin nilai p-value sebesar 0,001<0,05. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan paritas dengan kejadian perdarahanpasca bersalin.
PEMBAHASAN
Menurut Prawirohardjo (2008), paritas merupakan salah satu faktor penting yang
dapat menyebabkan perdarahan pasca bersalin. Hal ini juga didukung oleh penelitian
yang dilakukan Lestari (2013) didapatkan nilai signifikan p (0,027) < α (0,05) ada
hubungan antara paritas dengan kejadian perdarahan.
Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan Sari (2015) didapatkan bahwa p-
value 0,027 maka terdapat hubungan siginifikan antara paritas dengan kejadian
perdarahan pasca bersalin. Sebagaimana dalam penelitian ini di sebutkan bahwa ibu
dengan paritas beresiko (1 dan >3) memiliki resiko 3,040 kali lebih besar terjadinya
perdarahan pasca bersalin dibandingkan ibu dengan paritas tidak berisiko (2 dan 3).
Paritas mempunyai hubungan terhadap terjadinya perdarahan pasca bersalin.
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman untuk hamil dan bersalin. Paritas 1 dan
paritas tinggi (paritas >3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi, semakin
tinggi paritas maka angka kematian seakin meningkat (Winkjosastro, 2009).
menunjukkan bahwa pada kelompok kasus, terdapat 50% responden yang terjadi
perdarahan pasca bersalin dan kelompok kontrol terdapat 50% responden yang tidak
terjadi perdarahan pasca bersalin. Perdarahan pasca bersalin adalah perdarahan yang
terjadi setelah bayi lahir sampai hari ke 15 pasca bersalin (Sofyan, 2011).
Menurut Winkjosastro (2009), Paritas ibu yang bersangkutan mempengaruhi
morbiditas dan mortalitas ibu dan anak. Risiko terhadap ibu dan anak pada kelahiran
bayi pertama cukup tinggi, akan tetapi resiko ini tidak dapat dihindari. Kemudian resiko
ini menurun pada paritas kedua dan ketiga serta meningkat lagi pada paritas keempat
dan seterusnya.
Menurut Priwirohardjo (2010), berdasarkan saat terjadinya perdarahan pasca
bersalin dibagi menjadi perdarahan primer, yakni terjadi dalam 24 jam pertama dan
biasanya disebabkan oleh atonia uteri, berbagai robekan jalan lahir, dan sisa sebagian
plasenta. Dalam kasus jarang bisa dikarenakan inversion uteri. Perdarahan pasca
bersalin sekunder yang terjadi setelah 24 jam persalinan, biasanya oleh karena sisa
plasenta. Adapun faktor predisposisi terjadinya perdarahan pasca bersalin salah satunya
adalah paritas ibu.
Paritas merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya perdarahan
pasca bersalin. Menurut Prawirohardjo (2008), paritas merupakan salah satu faktor
penting yang dapat menyebabkan perdarahan pasca bersalin. Berkaitan dengan
kemampuan otot-otot rahim, jika terlalu sering melahirkan dan jarak kelahiran terlalu
dekat maka serabut otot myometrium mengalami penurunan fungsi dalam berkontraksi
sehingga menyebabkan terjadinya perdarahan. Hal ini juga didukung oleh penelitian
yang dilakukan Siagian (2017) didaptkan bahwa p-value 0,001<0,05 yang berarti ada
hubungan antara paritas dengan kejadian perdarahan pasca bersalin.
Hasil penelitian pada nilai odds ratio (OR) yang didapatkan sebesar 4,173 yang
artinya paritas beresiko 4 kali lipat untuk terjadi perdarahan daripada paritas yang tidak
beresiko. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Elmeida (2014)
menunjukkan resiko paritas 4 kali lebih besar akan mengalami perdarahan pasca
bersalin. Dan penelitian sari (2015) menunjukkan ibu dengan paritas beresiko (1 dan
>3) memiliki resiko 3 kali lebih besar dibandingkan ibu dengan paritas tidak beresiko (2
dan 3).
Mochtar menyebutkan bahwa salah satu faktor predisposisi perdarahan pasca
bersalin yang disebabkan oleh atonia uteri adalah paritas : sering di jumpai pada
multipara. Wanita dengan paritas tinggi menghadapi resiko perdarahan akibat atonia
uteri yang semakin meningkat. Menurut Babinszki (1990, dalam Cunningham, 2013),
melaporkan kejadian perdarahan pasca bersalin sebesar 0,3 % pada wanita dengan
paritas rendah, tetapi pada wanita dengan paritas 4 atau lebih, angka kejadiannya
sebesar 1,9%.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1. Paritas ibu bersalin di RSUD Prambanan menunjukkan bahwa kelompok kasus
sebagian besar ibu paritas beresiko yang mengalami perdarahan pasca bersalin
sebanyak 32%. Sedangkan pada kelompok kontrol yaitu ibu yang paritas
beresiko yang tidak mengalami perdarahan pasca bersalin sebanyak
15%.
2. Jumlah perdarahan pasca bersalin di RSUD Prambanan menunjukkan bahwa
kelompok kasus sebanyak 50% dan kelompok kontrol yang tidak mengalami
perdarahan sebanyak 50%.
Terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian perdarahan pasca bersalin di
RSUD Prambanan dengan nilai p value 0,001 dan nilai Odds Ratio (OR) sebesar 4,173
yang artinya paritas ibu 4 kali lebih beresiko mengalami kejadian perdarahan
perdarahan pasca bersalin
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, E. 2017. Hubungan Tingkat Pendidikan, Pekerjaan, Status Ekonomi Dengan
Paritas Di Puskesmas Bahu Manado. Laporan Penelitian Universitas Sam
Ratulangi Manado. Online. http://repo.unsert.ac.id/253/. Diakses tanggal 3 april
2018 Cunningham, FG, Leveno, KJ, Bloom,
Dinas Kesehatan DIY (2020). Profil Kesehatan Provinsi Yogyakarta .
https://www.dinkes.jogjaprov.go.id/download/download/113
Kementerian Kesehatan RI, 2020, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2020.
https://www.kemkes.go.id/downloads/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-Tahun-2020.pdf
Lestari, ERP. 2014. Hubungan Paritas Dengan Kejadian Perdarahan Postpartum Pada
Ibu Bersalin. http://ejournal.rajekwesi.ac.id/index.php/jurnal-penelitian-
kesehatan/article/view/57. Oktober 2017.
Notoatmodjo, S. 2011. Kesehatan Mayarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Nugroho, T. 2012. Obstetri dan Ginekologi. Yogyakarta : Nuha Medika.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : P.T. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Sastroasmoro, S dan Sofyan I. 2011. Dasar-dasar Metodelogi
Penelitian Klinis. Jakarta : sagung Seto.
Siagian, R. 2017. Hubungan Tingkat Paritas dan Tingkat AnemiaTerhadap Kejadian
Perdarahan Postpartum di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
Online. http://juke.kedokteran.unila.ac.id
SL, Haut, JC, Rouse, DJ, & Spong, CY. 2013. Obstetri Williams. Jakarta : EGC.
Sofian, Amru. 2011. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.
Sujiyatini; Purwaningsih, D; Dewi, Nilda S.; dan Kurniati, A. 2011. Asuhan Kebidanan
II (Persalinan). Yogyakarta : Rohima Press.
Wiknjosastro, Hanifa. 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBPSP.
Abstract
Obstructed labor significantly occur in developing countries including Indonesia,
contributing to maternal and neonatal health. The burden of obstructed labor and
adverse fetomaternal outcomes appears to remain high and is a common challenge.
One of them is caused by delays in making decisions regarding referral approval due to
lack of information about complications that occur in maternal and neonatal.
Therefore, identification of the outcomes of obstructed labor that occurs in maternal
and neonatal is very important with the aim of knowing the maternal and neonatal
complications resulting from obstructed labor. The method used is a literature study
using an online database, namely Pubmed and Google Scholar based on inclusion
criteria. The results of this study obtained 13 articles showing maternal complications
due to obstructed labor, namely uterine rupture, postpartum hemorrhage, anemia,
shock, sepsis, blood transfusion, hysterectomy, bladder rupture and injury, fistula,
perineal and cervical lacerations, pelvic floor sequelae, musculoskeletal disorders,
genitourinary, postpartum depression and death while fetal complications were sepsis,
asphyxia, respiratory distress, meconium aspiration syndrome, seizures, jaundice,
stillbirth, perinatal and neonatal death. Prevention of obstructed labor is carried out
through a multidisciplinary approach aimed in the short term to identify high-risk cases
since pregnancy. In the long term, improving education and better health from health
workers for mothers and families related to maternal and neonatal complications due to
evidence-based obstructed labor so as not to hesitate in making decisions regarding
approval of referral actions so that cases of obstructed labor can be handled on time
and do not cause dangerous complications. for mother and baby.
Abstrak
Persalinan macet secara signifikan terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia
berkontribusi terhadap kesehatan maternal dan neonatal. Beban persalinan macet serta
hasil fetomaternal yang merugikan tampaknya tetap tinggi dan menjadi tantangan
umum. Salah satunya disebabkan oleh keterlambatan dalam pengambilan keputusan
pemberian persetujuan rujukan akibat kurangnya informasi tentang komplikasi yang
terjadi pada maternal dan neonatal. Oleh karena itu, identifikasi hasil dari persalinan
macet yang terjadi pada maternal dan neonatal sangat penting dengan tujuan untuk
mengetahui komplikasi maternal dan neonatal akibat dari persalinan macet. Metode
yang digunakan adalah studi literatur menggunakan data base online yaitu Pubmed dan
Google Scholar berdasarkan kriteria inklusi. Hasil studi ini didapatkan 13 artikel yang
menunjukkan komplikasi maternal akibat persalinan macet yaitu ruptur uteri,
perdarahan postpartum, anemia, syok, sepsis, transfusi darah, histerektomi, ruptur dan
cedera kandung kemih, fistula, laserasi perinium dan serviks, gejala sisa dasar panggul,
muskuloskeletal, genitouri, depresi postpartum dan kematian sedangkan komplikasi
pada janin yaitu sepsis, asfiksia, gangguan pernapasan, sindrom aspirasi mekoneum,
kejang, ikterus, janin mati dalam kandungan, kematian perinatal dan neonatal.
Pencegahan persalinan macet dilakukan melalui pendekatan multidisiplin yang
ditujukan dalam jangka pendek untuk mengidentifikasi kasus berisiko tinggi sejak
kehamilan. Dalam jangka panjang peningkatan pendidikan dan kesehatan yang lebih
baik dari tenaga kesehatan untuk ibu dan keluarga terkait komplikasi maternal dan
neonatal akibat persalinan macet berbasis bukti agar tidak ragu dalam mengambil
keputusan persetujuan tindakan rujukan sehingga kasus persalinan macet dapat diatasi
tepat waktu dan tidak menimbulkan komplikasi yang membahayakan untuk ibu dan
bayi.
PENDAHULUAN
Persalinan macet didefinisikan sebagai kegagalan bagian terendah janin untuk
turun di jalan lahir karena alasan mekanis meskipun memiliki kontraksi uterus yang
memadai (Dile et al., 2020). Didiagnosis jika didapatkan adanya tanda gejala seperti
durasi persalinan memanjang, kelelahan ibu bersalin, tanda-tanda vital yang abnormal,
distensi kandung kemih, terbentuk cincin bandle di segmen bawah rahim, gawat atau
kematian janin, edema vulva, terbentuk caput, cairan ketuban berbau busuk, kental dan
mekonium (Plummer et al., 2022).
Persalinan macet merupakan masalah kesehatan maternal dan neonatal yang
signifikan di negara berkembang seperti di wilayah Afrika sub-Sahara dan Asia
Tenggara, persalinan macet terjadi sekitar 5% pada proses intrapartum dan
menyumbang sekitar 8% dari kematian ibu (Jamison et al., 2016; Musaba et al., 2020).
Di negara berkembang, angka kematian ibu sebesar 462 per 100.000 kelahiran hidup
sedangkan di negara Indonesia pada tahun 2020 jumlah kematian ibu mengalami
peningkatan sebesar 4627 kematian dibanding tahun 2019. Lebih dari 75% dari semua
kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, infeksi, preeklampsia-eklampsia, aborsi tidak
aman dan persalinan macet (Kemenkes RI, 2021; WHO, 2019). Selain itu ≥ 20 kematian
neonatus terjadi per 1000 kelahiran hidup. Proporsi kematian neonatal tersebut
disebabkan oleh malpresentasi yang diidentifikasi berisiko 4 kali lipat untuk
menghasilkan bayi lahir mati. Selain itu BBLR, asfiksia, komplikasi persalinan
prematur, sepsis dan kelainan kongenital (Anggondowati et al., 2017; Perin et al., 2022).
Persalinan macet bertanggung jawab atas 22% komplikasi obstetrik sehingga
merupakan salah satu penyebab paling umum terjadinya morbiditas dan mortalitas
maternal dan neonatal pada masa intrapartum (Bailey et al., 2017). Persalinan macet
hanya dapat diatasi dengan cara persalinan operatif baik seksio sesaria atau persalinan
instrumental lainnya (forceps, ekstraksi vakum atau simfisiotomi) yang berisiko
terjadinya ruptur uteri, komplikasi persalinan sesar, perdarahan postpartum, komplikasi
anestesi, sepsis, asfiksia dan kerusakan otak. Dampak jangka panjang paling parah dan
menyusahkan setelah persalinan macet yaitu menyebabkan masalah sosial serius seperti
perpisahan dari keluarga dan fistula obstetrik yang berakibat perceraian sehingga
memperburuk kondisi kemiskinan dan kekurangan gizi (Roa et al., 2020). Selain itu,
Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)
335
Fitri Yuniarti, Dintya Ivantarina
SEHATMAS (Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat) Vol. 1 No. 3 (2022) 334 – 348
persalinan macet yang terabaikan menyebabkan janin meninggal lebih dulu diikuti oleh
kematian ibu (Ayenew, 2021).
Banyak morbiditas dan mortalitas akibat persalinan macet dapat dicegah melalui
perbaikan status gizi, cakupan kesehatan yang luas, sistem transportasi dan komunikasi
yang memadai, ketersediaan tenaga kesehatan terlatih, perawatan antenatal dan
intrapartum yang optimal (Adisasmita et al., 2015). Namun, hasil penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa beban persalinan macet serta hasil maternal dan neonatal yang
merugikan tampaknya tetap tinggi dan menjadi tantangan umum di wilayah negara
berkembang termasuk Indonesia. Hal ini disebabkan oleh faktor jarak dan sarana
transportasi yang buruk, keterlambatan dalam menerima layanan kesehatan yang
memadai dan keterampilan petugas kesehatan dalam menangani komplikasi. Selain itu
keterlambatan dalam pengambilan keputusan pemberian persetujuan rujukan karena
stigma, hierarki keluarga dan keyakinan budaya. Ibu dan khususnya anggota keluarga
sering kali keberatan dengan rujukan ke fasilitas yang lebih jauh, adanya biaya tidak
langsung yang tidak ditanggung oleh jaminan kesehatan nasional (JKN), komunikasi
yang buruk antara ibu dan keluarga dalam hal pemanfaatan fasilitas kesehatan yang
lebih lengkap karena informasi yang terbatas mengenai komplikasi yang terjadi pada
ibu dan bayi jika mengalami kondisi kegawatdaruratan pada saat persalinan seperti
halnya persalinan macet dapat menjadi faktor penyebab lainnya yang membuat bidan
terlambat dalam melakukan rujukan (Diba et al., 2019).
Oleh karena itu, identifikasi hasil dari persalinan macet yang terjadi pada maternal
dan neonatal sangat penting untuk membantu mengurangi morbiditas dan mortalitas
yang berhubungan dengan persalinan macet melalui pemberian informasi medis dan
kesehatan masyarakat berupa dampak persalinan macet terhadap kesehatan maternal
dan neonatal berbasis bukti sehingga petugas kesehatan maupun masyarakat dapat
segera mengambil tindakan rujukan dan memberikan keputusan tindakan rujukan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan penelitian ini untuk mengetahui komplikasi
maternal dan neonatal yang terjadi akibat persalinan macet.
METODE
Metode yang digunakan adalah studi literatur untuk mengetahui komplikasi
maternal dan neonatal yang terjadi akibat persalinan macet. Pencarian literatur
menggunakan data base online yaitu Pubmed dan Google Scholar untuk semua studi
yang tersedia mulai tahun 2015-2022 menggunakan kata kunci “obstructed labor”,
“prolonged labor”, “maternal neonatal outcomes”, “partus macet” dan “komplikasi
maternal neonatal” dengan menggunakan operator Boolean "AND" dan "OR". Semua
studi observasional dengan metode case study, cross sectional study, clinical study,
prospective study dan retrospective study yang melaporkan komplikasi maternal dan
neonatal akibat persalinan macet dalam bentuk bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
dimasukkan dalam kriteria inklusi. Sedangkan artikel dalam bentuk systematic review-
meta analysis, scooping review, case report, studi kualitatif, laporan anonim, tanpa teks
lengkap, abstrak dan duplikasi artikel serta metode dan hasil yang tidak jelas
dikeluarkan dari kriteria penelitian. Setelah mengumpulkan temuan dari semua data
base, artikel diekspor ke spreadsheet Microsoft Excel untuk dilakukan identifikasi,
skrining dan kelayakan artikel. Kemudian artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi
dianalisis secara naratif deskriptif.
HASIL
Gambar 1 menunjukkan diagram alir yang menggambarkan proses pemilihan
artikel dalam studi literatur ini. Strategi pencarian diawali dari mengidentifikasi artikel
melalui pencarian data base online didapatlan 390 artikel dengan rincian 180 artikel
dari Pubmed dan 210 artikel dari Google Scholar. Diantaranya dikeluarkan karena
duplikasi sebanyak 20 artikel, tidak full paper (terdiri abstrak saja) sebanyak 5 artikel
dan artikel yang tidak bisa dibuka atau diunduh sebanyak 6 artikel sehingga tersisa 359
artikel yang masuk tahapan skrining. Kemudian dikeluarkan lagi sebanyak 319 artikel
karena tidak sesuai dengan topik penelitian. Menyisakan 40 artikel full text yang siap
dinilai untuk kelayakan. Dari hasil penilaian kelayakan dan kriteria inklusi didapatkan
27 artikel yang dikeluarkan dengan pertimbangan waktu publikasi tahun < 2012
sebanyak 3 artikel, metode tidak sesuai (systematic review-meta analysis, case report
dan kualitatif) sebanyak 22 artikel dan hasil penelitian tidak jelas sebanyak 2 artikel.
Hasil akhir didapatkan 13 artikel yang siap dilakukan review.
Gambar 1. Diagram Alir Proses Studi Literatur Komplikasi Maternal dan Neonatal
Akibat Persalinan Macet
Terdapat 13 artikel yang akan dianalisis dengan karakteristik artikel dapat dilihat
pada Tabel 1 berdasarkan tahun publikasi dan desain penelitian. Berdasarkan hasil studi
yang telah dilakukan bahwa sebagian besar artikel yang didapat berasal dari tahun
publikasi 2015 sebesar 30,7% (4 artikel) dan memiliki desain penelitian cross sectional
study sebesar 38,5% (5 artikel).
Hasil studi literatur komplikasi maternal dan neonatal akibat partus macet dapat
dilihat pada Tabel 2. Adapun rinciannya yaitu terdapat 2 artikel yang hanya meneliti
komplikasi maternal saja akibat partus macet sehingga data komplikasi neonatal tidak
ada dan 11 artikel yang meneliti komplikasi maternal dan neonatal dari partus macet.
Desain Penelitian
Cross sectional study 5 38,5
Retrospective study 4 30,7
Prospective study 2 15,4
Case study 1 7,7
Clinical study 1 7,7
Total 13 100
Tabel 2. Hasil Studi Literatur Komplikasi Maternal dan Neonatal Akibat Partus Macet
Judul, Peneliti Jumlah Wilayah Desain Komplikasi Komplikas
dan Tahun Sampe Studi Penelitian Maternal i Neonatal
l
Associations 27.843 USA Retrospectiv Perdarahan Asfiksia,
Between e study postpartum, sepsis,
Prolonged retensio kematian
Second Stage plasenta, sepsis perinatal
of Labor and dan laserasi dan
Maternal and jalan lahir neonatal
Neonatal derajat 3-4
Outcomes in
Freestanding
Birth Centers:
A
Retrospective
Analysis
(Niemczyk,
Ren, &
Stapleton,
2022)
(Bako, Barka,
& Kullima,
2018)
Countries
(Harrison et
al., 2015)
PEMBAHASAN
Persalinan macet adalah komplikasi obstetrik yang mengancam jiwa berhubungan
dengan mortalitas dan morbiditas ibu maupun janin yang signifikan serta prevalensinya
masih tinggi di negara berkembang (Jamison et al., 2016). Penyebab paling umum dari
persalinan macet adalah cepalo pelvic disproportion (CPD). Hal ini dapat timbul
sebagai akibat dari pengurangan dimensi panggul yang terjadi pada ibu bersalin dengan
kondisi malnutrisi pada masa kanak-kanak, infeksi, poliomielitis, deformitas, penyakit
sel sabit atau hamil pada usia remaja. Selain itu adanya malposisi dan malpresentasi
seperti presentasi dahi, majemuk, oksipito-posterior dan mento-posterior dalam
presentasi wajah serta malformasi kongenital (hidrosefalus, asites janin dan kehamilan
ganda). Penyebab lain termasuk tumor fibroid atau ovarium yang menyebabkan
presentasi janin terimpaksi di panggul, stenosis serviks dan vagina serta posisi terkunci
pada kehamilan kembar (Henok & Asefa, 2015).
Hasil penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa kasus persalinan macet terjadi
akibat rendahnya ibu dalam mengakses layanan kesehatan selama kehamilan untuk
melakukan pemeriksaan rutin selama antenatal care (ANC). Dampaknya kurangnya
pengetahuan ibu tentang kondisi kehamilannya seperti kehamilan ganda, bayi besar,
kelainan janin dan faktor risiko lainya dari persalinan macet. Selain itu, ibu yang tidak
melakukan pemeriksaan kehamilan rentan terhadap persalinan di rumah, kesadaran yang
rendah tentang kesiapsiagaan persalinan, rencana kesiapsiagaan komplikasi dan tanda-
tanda bahaya kehamilan yang pada gilirannya meningkatkan risiko persalinan macet
(Dile et al., 2020).
Hal tersebut terjadi pada perempuan miskin, tingkat pendidikan rendah, tinggal di
daerah pedesaan dengan akses terbatas atau tidak ada tenaga kesehatan terlatih. Selain
itu, persalinan macet yang terabaikan diakibatkan oleh biaya perawatan ibu yang tinggi
di rumah sakit, ketidaktahuan pendidikan kesehatan mengenai kegawatan obstetrik dan
tindakan kegawatan obstetrik yang membutuhkan fasilitas kesehatan lebih memadai,
kepercayaan sosial budaya untuk melakukan persalinan pervaginam dengan segala cara,
rujukan yang terlambat dan keengganan untuk melahirkan sesar dan persalinan di rumah
sakit terutama sebelumnya memiliki riwayat persalinan operasi caesar (Ayenew, 2021).
Akibatnya, sebagian besar komplikasi yang timbul akibat kasus persalinan macet terjadi
karena keterlambatan datang ke rumah sakit setelah onset persalinan dan tiba di rumah
sakit dengan durasi persalinan lebih dari 12 jam setelah onset persalinan. Hal ini terlihat
bahwa sebagian besar ibu yang terlambat mencapai rumah sakit ditandai dengan fitur
persalinan macet yang rumit (Bako et al., 2018).
Durasi persalinan yang terlalu lama lebih dari 18 jam lima kali berisiko
mengalami ruptur uteri. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Getachew et al (2021) bahwa ibu yang melahirkan selama > 24 jam memiliki
kemungkinan lebih besar untuk menghasilkan kondisi ibu yang tidak menguntungkan
seperti ruptur uteri. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya obstruksi dan kelelahan
dinding rahim sehingga menyebabkan kedua dinding miometrium dan peritoneum
pecah yang dapat menyebabkan janin dikeluarkan ke dalam rongga peritoneum.
Akibatnya, komplikasi serius seperti perdarahan postpartum dapat terjadi hingga
berakibat terjadinya anemia berat, syok hemoragik, kebutuhan transfusi darah serta
menyebabkan kekurangan oksigen untuk janin berakhir asfiksia, cedera otak permanen
akibat hipoksia maupun kejang neonatorum dan bahkan kematian maternal dan neonatal
(Rohan, 2019; Tesema, Tilahun, & Kejela, 2022).
Histerektomi pada akhirnya menjadi pilihan dalam penanganan ruptur uteri dan
menjadi bagian dari komplikasi maternal akibat partus macet (Mengesha et al., 2020).
Selain itu kelelahan dinding rahim menyebabkan kontraksi uterus tidak adekuat
sehingga kala dua memanjang yang berisiko 5 kali lebih tinggi mengakibatkan
perdarahan postpartum karena retensio plasenta di kala tiga dan atonia uteri di kala
empat persalinan (Nigussie, Girma, Molla, Tamir, & Tilahun, 2022). Selaras dengan
hasil studi ini yang juga menunjukkan bahwa komplikasi yang terjadi pada ibu akibat
partus macet yaitu retensio plasenta (Niemczyk et al., 2022), ruptur uteri, perdarahan
postpartum, anemia, syok (Desta et al., 2022) dan kematian maternal (Ukke et al., 2017)
sedangkan pada bayi yaitu asfiksia, gangguan pernapasan, sindrom aspirasi mekoneum
(Rohan, 2019), kematian perinatal dan neonatal (Niemczyk et al., 2022).
Partus macet dan kala dua memanjang berisiko menyebabkan terjadinya infeksi
pada ibu sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa partus macet
menyebabkan terjadinya korioamnionitis di antara ibu primipara dan multipara (Bako et
al., 2018; Rohan, 2019). Selain itu akibat partus macet yang dapat terjadi pada ibu yaitu
sepsis maternal (Getachew et al., 2021), infeksi postpartum (Roa et al., 2020) seperti
endometritis dan peritonitis (Rizvi & Gandotra, 2015). Pada janin yaitu infeksi
(Harrison et al., 2015), septikemia (Rizvi & Gandotra, 2015) dan sepsis neonatal (Bako
et al., 2018). Beberapa bakteri patogen seperti grup B Streptococcus (Streptococcus
agalactiae), Enterococcus spp dan Escherichia coli diketahui berhubungan dengan hasil
ibu dan bayi baru lahir yang buruk pada ibu dengan persalinan macet dibanding dengan
yang tidak terpapar dengan jenis bakteri patogen tersebut. E. coli di vagina selama
persalinan macet sekitar 49%. Lebih tinggi 13-23% dibanding kolonisasi yang terdapat
pada ibu yang tidak mengalami persalinan macet. Tingkat kolonisasi E. coli yang lebih
tinggi mencerminkan adanya peningkatan jumlah pemeriksaan vagina selama persalinan
atau peningkatan kontaminasi vagina oleh bakteri anorektal sebagai akibat dari
persalinan lama atau macet. Kolonisasi bakteri vagina ibu dengan E. coli dikaitkan
dengan infeksi, septikemia, sepsis neonatal onset dini dan infeksi postpartum seperti
endometritis, peritonitis, infeksi saluran kemih, korioamnionitis hingga sepsis maternal
(Ngonzi et al., 2018).
Persalinan macet dan lama berpengaruh terhadap komplikasi pada ibu yaitu
retensi urin pasca persalinan. Hal ini kemungkinan karena peningkatan volume sisa
kandung kemih pasca berkemih yang disebabkan seringnya kateterisasi kandung kemih,
pemeriksaan vagina, persalinan instrumental dan penggunaan analgesia epidural
(Stephansson et al., 2015). Persalinan macet juga mengembangkan hasil prevalensi
tinggi masalah di saluran kemih seperti cedera kandung kemih, ruptur kandung kemih,
fistula (Desta et al., 2022), stres inkontinensia urin, prolaps, gejala sisa musculoskeletal
seperti diastasis pubis dan nyeri pelvis kronik (Roa et al., 2020) serta distensi abdomen
(Rizvi & Gandotra, 2015). Penyebabnya ketika bagian presentasi janin menekan terus-
menerus jaringan jalan lahir, dasar kandung kemih, uretra atau kadang-kadang rektum
sehingga menyebabkan iskemia dan nekrosis jaringan (Swain, Parida, Jena, Das, & Das,
2020). Kondisi ini meninggalkan celah abnormal yang menghubungkan antara vagina
dan kandung kemih atau rektum sehingga memungkinkan urin atau feses terus menerus
melewati vagina (Jamison et al., 2016). Dampak jangka panjang yaitu infertilitas,
penyakit ginjal sekunder dan masalah psikologis berupa kekerasan seksual atau
kekerasan dalam rumah tangga hingga perceraian yang berakibat terjadinya depresi
postpartum (Getachew et al., 2021; Roa et al., 2020; Swain et al., 2020).
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, A., Smith, C. V, El-Mohandes, A. A. E., Deviany, P. E., Ryon, J. J., Keily,
M., … Gipson, R. F. (2015). Maternal Characteristics and Clinical Diagnoses
Influence Obstetrical Outcomes in Indonesia. Matern Child Health J, 19, 1624–
1633. https://doi.org/10.1007/s10995-015-1673-6
Anggondowati, T., El-Mohandes, A. A. E., Qomariyah, S. N., Kiely, M., Ryon, J. J.,
Gipson, R. F., … Wright, L. L. (2017). Maternal Characteristics and Obstetrical
Complications Impact Neonatal Outcomes in Indonesia: A Prospective Study.
BMC Pregnancy and Childbirth, 17(100), 1–12. https://doi.org/10.1186/s12884-
017-1280-1
Ayenew, A. A. (2021). Incidence, Causes, and Maternofetal Outcomes of Obstructed
Labor in Ethiopia: Systematic Review and Meta-Analysis. Reproductive Health,
18(61), 1–14. https://doi.org/10.1186/s12978-021-01103-0
Bailey, P. E., Andualem, W., Brun, M., Freedman, L., Gbangbade, S., Kante, M., …
Singh, K. (2017). Institutional Maternal and Perinatal Deaths: A Review of 40 Low
and Middle Income Countries. BMC Pregnancy and Childbirth, 17(295), 1–14.
https://doi.org/10.1186/s12884-017-1479-1
Bako, B., Barka, E., & Kullima, A. (2018). Prevalence, Risk Factors, and Outcomes of
Obstructed Labor at the University of Maiduguri Teaching Hospital, Maiduguri,
Nigeria. Sahel Medical Journal, 21, 117–121. https://doi.org/10.4103/1118-
8561.242748
Desta, M., Mekonen, Z., Alemu, A. A., Demelash, M., Getaneh, T., Bazezew, Y., …
Wakgari, N. (2022). Determinants of Obstructed Labour and Its Adverse Outcomes
Among Women who Gave Birth in Hawassa University Referral Hospital: A Case-
Control Study. PloS One, 17(6), 1–14.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0268938
Diba, F., Ichsan, I., Muhsin, M., Marthoenis, M., Sofyan, H., Andalas, M., … Vollmer,
S. (2019). Healthcare Providers’ Perception of the Referral System in Maternal
Care Facilities in Aceh, Indonesia: A Cross-Sectional Study. BMJ Open, 9, 1–8.
https://doi.org/10.1136/bmjopen-2019-031484
Dile, M., Demelash, H., Meseret, L., Abebe, F., Adefris, M., Goshu, Y. A., … Liyeh, T.
M. (2020). Determinants of Obstructed Labor Among Women Attending
Intrapartum Care in Amhara Region, Northwest Ethiopia: A Hospital-Based
Unmatched Case-Control Study. Women’s Health, 16, 1–11.
https://doi.org/10.1177/1745506520949727
Getachew, A., Wakgari, N., & Gishille, T. (2021). Feto-Maternal Outcomes of
Obstructed Labor and Associated Factors among Mothers Who Gave Birth in
Public Hospitals of West Shoa Zone, Central Ethiopia: Cross-Sectional Study.
Ethiopian Journal of Health Sciences, 31(3), 467–474.
https://doi.org/10.4314/ejhs.v31i3.3
Harrison, M. S., Ali, S., Pasha, O., Saleem, S., Althabe, F., Berrueta, M., …
Goldenberg, R. L. (2015). A Prospective Population-Based Study of Maternal,
Fetal, and Neonatal Outcomes in the Setting of Prolonged Labor, Obstructed Labor
Abstract
Self-confidence is a personality of confidence in one's own abilities in lectures so that it
is not easily influenced by others. Self-confidence is one of the aspects that must be
possessed by students in the lecture process.The purpose of this study is to explore
information related to how the level of confidence of STIKes Santa Elisabeth Medan
Health Information Management students in biostatistics owned by students.In this study,
there are two aspects of self-confidence that are measured ,namely confidence in
completing tasks, and confidence in learning.This research uses a quantitative approach
using correlation analysis. The population used is all students of the Level 1 Health
Information Management Study Program,STIKes Santa Elisabeth Medan with a total of
18 people.The sampling technique used is stratified random sampling.Student self-
confidence data is collected through student self-confidence questionnaires.The results
of the study on the level of student confidence in completing assignments obtained there
were 6 people (33.3%) who had high self-confidence , there were 8 people (44.4%) who
had a sense of enough confidence and there are 4 people (22.22%) who have less self-
confidence. Students of the Health Information Management Study Program level 1 have
a lack of confidence because there are some students who lack the intention to study and
assumes that the material of the biostatistics course is very difficult to understand. It is
recommended to students to be serious in learning and increase self-confidence to ask
about things that are still not understood because the more questions there will be more
and more questions the more knowledge we get.
Abstrak
percaya diri dalam menyelesaikan tugas, dan Percaya diri dalam belajar. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan analisis korelasi. Populasi
yang dugunakan adalah seluruh mahasiswa Prodi Manajemen Informasi Kesehatan
Tingkat 1,STIKes Santa Elisabeth Medan dengan jumlah 18 orang.Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah stratified random sampling. Data rasa percaya diri
mahasiswa dikumpulkan melalui angket rasa percaya diri mahasiswa. Hasil penelitian
tingkat percaya diri mahasiswa dalam menyelesaikan tugas diperoleh ada 6 orang (33,3%)
yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi ada 8 orang (44,4 %) yang memiliki rasa
percaya diri yang cukup dan ada 4 orang (22,22%) yang memiliki rasa percaya diri yang
kurang. Mahasiswa Prodi Manajemen informasi Kesehatan tingkat 1 memiliki tingkat
percaya diri yang kurang disebabkan ada beberapa mahasiswa yang kurang niat untuk
belajar serta beranggapan bahwa materi mata Kuliah biostatistik sangat sulit dipahami.
Disarankan kepada mahasiswa untuk bersungguh-sungguh dalam belajar dan
meningkatkan rasa percaya diri untuk bertanya tentang hal yang masih belum di mengerti
berhubung semakin banyak bertanya akan semakin bertambah ilmu yang kita dapatkan.
PENDAHULUAN
STIKes Santa Elisabeth Medan adalah salah satu STIKes di Kota Medan yang di
dalamnya terdapat Program Sarjana Terapan Manajemen Informasi Kesehatan (MIK)
Dalam kurikulum Prodi Sarjana Terapan MIK salah satu mata kuliah yang harus
dipelajari oleh mahasiswa adalah Biostatistik. Mata kuliah ini mempelajari tentang
analisis data penelitian yang dapat digunakan dalam membantu mahasiswa dalam
menyelesaikan tugas akhir (skripsi). Secara keilmuan, mata kuliah Biostatistik lebih
sangat erat hubungannya dengan ilmu matematika.
Dalam menempuh Pendidikan, salah satu yang harus dimiliki mahasiswa adalah
kepercayaan diri yang baik. Rasa percaya diri secara sederhana ialah merupakan
kemampuan atau kesanggupan diri untuk mencapai prestasi tertentu (Nicholson, Putwain,
Connors, & Hornby-Atkinson, 2013). Chaouali, Souiden, and Ladhari (2017)
menjelaskan bahwa kepercayaan diri merupakan faktor penting yang menimbulkan
perbedaan besar antara sukses dan gagal. Seseorang perlu menunjukan perasaan bisa
melakukan segala sesuatu hal dengan tidak menganggap enteng dan mampu beradaptasi
dengan situasi dan kondisi yang terjdai agar mereka bisa mengatasi kesulitan, kegagalan.
Hadwin dan Webster menjelaskan bahwa untuk mencapai tujuan yang diinginkan
seseorang harus memiliki rasa percaya diri (Hadwin & Webster, 2013).
Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Feltz (2007) menjelaskan bahwa, orang yang tidak percaya diri
memiliki konsep diri negatif kurang percaya pada kemampuannya, karena itu sering
menutup diri. Maka percaya diri juga dapat diartikan suatu kepercayaan akan kemampuan
sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki dapat dimanfaatkan
secara tepat. Percaya diri merupakan hal yang sangat penting yang seharusnya dimiliki
oleh semua orang. Adanya rasa percaya diri seseorang akan mampu meraih segala
keinginan dalam hidupnya (Lengkana, Tangkudung, & Asmawi, 2018). Jadi dapat
dikatakan bahwa penilaian tentang diri sendiri adalah berupa penilaian yang positif.
Penilaian positif inilah yang nanti akan menimbulkan sebuah motivasi dalam diri individu
untuk lebih mau menghargai dirinya. Perkembangan kepribadian dalam kehidupan sangat
dipengaruhi oleh faktor psikologis (Trevelyan, 2008).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan cara
menganalisis hasil penelitian dari hasil tes pada materi Biostatistik. Dalam hal ini peneliti
menggunakan penelitian deskriptif yang dikemukan oleh Sugiyono (2005) bahwa metode
deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis
suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.
Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi
Manajemen Informasi Kesehatan STIKes Santa Elisabeth Medan yang mengikuti
perkuliahan Biostatistik pada semester genap tahun akademik 2021/2022. Sedangkan
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes yang berbentuk uraian,
Adapun hipotesis penelitiannya adalah rata-rata hasil belajar Biostatistik mahasiswa
Program Studi Manajemen Informasi Kesehatan STIKes Santa Elisabeth Medan.
Kepercayaan diri menurut Neil (2005) adalah sejauh mana individu punya
keyakinan terhadap penilaiannya atas kemampuan dirinya dan sejauh mana individu bisa
merasakan adanya kepantasan untuk berhasil. Rasa percaya diri juga disebut sebagai
harga diri atau gambaran diri (Santrock, 1999). Menurut (Kumara, 1988) “dalam”
(Ramadhani dan Flora, 2014: 30) orang yang memiliki kepercayaan diri akan
bertanggung jawab atas keputusan yang telah dibuatnya, dan mampu mengoreksi
kesalahan, namun sebaliknya jika kepercayaan diri pada seseorang itu rendah, maka akan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden memiliki tingkat rasa percaya diri
yang cukup yaitu memiliki kemampuan yang baik, bisa mengerjakan tugas namun tingkat
percaya diri untuk bertanya dan mengerjakan tugas didepan kelas masih belum berani.
1 Baik 5 27,77%
2 Cukup 6 33,33%
3 Kurang 7 38,88%
Total 12 100%
Pengetahuan adalah reaksi atau respon yang masih tetutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau objek tertentu (Nisak, 2020). Pengetahuan merupakan suatu domain
yang sangat penting untuk terbentuknya suatu tindakan seseorang. Perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan mampu bertahan lama dari pada yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Pengetahuan yang baik sangat dibutuhkan oleh mahasiswa dalam belajar
Biostatistik yaitu untuk memberikan pemahaman yang luas tentang biostatistik yang
nantinya dapat dijadikan sebagai bekal untuk penyusunan tugas akhir mahasiswa
(Garmelia , 2018).
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa tingkat percaya diri mahasiswa Prodi
Manajemen Informasi Kesehatan tingkat 1 tentang pengetahuan Biostatistik yaitu masih
kurang yaitu 7 orang (38,88%) sedangkan pengetahuan yang baik hanya 5 orang (27,77).
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 18 orang responden ada 5 orang (27,77),
memiliki tingkat pengetahuan yang baik kelas 6 orang (33,33%) yang memiliki
pengetahuan cukup dan 7 orang (38,88%) yang memiliki pengetahuan yang kurang.
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
c. sebagai mahasiswa harus bisa berani untuk mengerjakan tugas-tugas dan percaya
akan jawaban yang telah dikerjakan
Daftar Pustaka
Stakjovic AD, Luthans F. (1998). Self-efficacy and work-related performance: a meta-
analysis. Psychological Bulletin. 1998; 124(2): 240-261. http://dx.doi.org/10.1037/0033-
2909.124.2.240. (Diakses 20 Maret 2020)
Donna E. McCabe, Mattia J. Gilmartin, Lloyd A. Goldsamt. (2016). Student self-
confidence with clinical nursing competencies in a high-dose simulation clinical teaching
model. Journal of Nursing Education and Practice, Vol. 6, No. 8
Roland Bénabou, Jean Tirole. (2002). Self-Confidence and Personal Motivation. The
Quarterly Journal of Economics, Volume 117, Issue 3, August 2002, Pages871–915,
https://doi.org/10.1162/003355302760193913. (Diakses 20 Maret 2020).
Mulya, G., & Agustryani, R. (2020). Hubungan Antara Tingkat Kepercayaan Diri Dengan
Prestasi Belajar Pendidikan Jasmani. Gladi: Jurnal Ilmu Keolahragaan, 11(01), 60-67.
Lailiana, N. A., & Handayani, A. (2017). Motivasi Berprestasi Ditinjau dari Komitmen
Terhadap Tugas Pada Mahasiswa. Paper presented at the Proceedings Education and
Language International Conference.
Abstract
The Covid-19 pandemic brings new challenges to the country. In particular, how countries are
responding and working to contain and prevent the further spread of the virus. The Covid-19
vaccination is one solution in an effort to break the chain of the spread of Covid-19. The
implementation of the Covid-19 vaccination that occurred in the elderly caused anxiety which
certainly hampered the vaccination process. The purpose of this study was to find out the
description of the elderly's anxiety about Covid-19 vaccination in the UPTD Tajuncu Health
Center working area. This research is a descriptive study with a qualitative approach. The
method of collecting this case study is interviews, observations, and questionnaires. This case
study was conducted on June 2022 in the UPTD Tajuncu Health Center, Soppeng Regency.
Based on the results of the case studies that have been carried out, 86 clientis experiencing
moderate anxiety when he is going to carry out the Covid-19 vaccine, it is hoped that in the
future the community will not feel anxious anymore to carry out the Covid-19 vaccine so that it
can overcome the pandemic. It is hoped that the community will continue to apply health
protocols, wash hands, wear masks, keep a distance, stay away from crowds and reduce
mobility for the prevention of Covid-19.
PENDAHULUAN
Pandemi Covid-19 membawa tantangan baru bagi negara. Secara khusus,
bagaimana negara-negara merespon dan bekerja untuk menahan dan mencegah
penyebaran virus lebih lanjut. Banyak negara menerapkan kebijakan yang ditetapkan
berikut ini ke wilayah mereka: lock down atau kebijakan jarak sosial atau social
distance dari publik. Beberapa negara telah menunjukkan keberhasilan, sementara yang
lain menunjukkan kegagalan dalam kebijakan ini. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan
langkah-langkah efektif lainnya untuk memutus rantai penularan, termasuk langkah-
langkah vaksinasi. Upaya tersebut telah dipimpin oleh berbagai negara, termasuk
Indonesia (Valerisa, 2020).
Coronavirus Disease 2019 atau covid-19 adalah virus baru yang ditemukan pada
tahun 2019 (sekarang 2019) di Wuhan, Provinsi Hubei, China. Coronavirus adalah salah
satu patogen terpenting yang menyerang saluran pernapasan manusia. Virus penyebab
COVID-19 disebut Sars-CoV-2 (Abamovitz I., A. palmon, 2020). Tidak seperti MERS-
CoV dan SARS-CoV, Covid-19 adalah anggota ketujuh dari virus corona yang
menginfeksi manusia (Zhu N, 2020).
Menurut WHO (2021), jumlah vaksinasi covid-19 yang telah dilakukan di berbagai
negara dari 220 negara per 9 Oktober 2021 adalah 6,48 M dosis injeksi, 2,75 M (
35,3%) setelah vaksinasi lengkap. Ada 5 negara yang sudah sepenuhnya menerapkan
vaksinasi COVID-19, yaitu China daratan 1,05 juta, India 264 juta, Amerika Serikat 187
juta, Brasil 98,7 juta, dan Jepang 70 juta.
Angka yang dirilis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (tahun 2021)
menunjukkan bahwa total target vaksinasi COVID-19 di Indonesia mencapai
208.265.720 per 10 Oktober 2021, jumlah total vaksinasi dengan dosis pertama Covid-
19 yang divaksinasi adalah 100.189.038 (48,11%), jumlah vaksinasi, dosis 2 Covid-19
yang diberikan adalah 57.522.234 (27,62%) dan total dosis vaksin covid-19 yang telah
diberikan yang divaksinasi adalah 1.015.773.444.
Berdasarkan data yang diterima Andi Sudirman, capaian vaksinasi Covid-19 di
Sulawesi Selatan telah mencapai 70 persen Rinciannya, capaian vaksinasi Covid-19 di
Makassar mencapai 84 persen, Palopo 83,24 persen, Parepare 78,86 persen, Soppeng
78,58 persen, Luwu 77,21 persen, Luwu Timur 75,46 persen, Takalar 73,02 persen,
Wajo 72,54, Sidrap 71,78 persen, dan Pinrang 70,7 persen (Terkini.id, 2021).
Dinas kesehatan kabupaten soppeng melakukan pencepatan vaksin untuk mencapai
target 70 persen pada desember 2021, dari data yang diperoleh capaian vaksin
kabupaten soppeng untuk tahap pertama telah mencapai 68,30 persen atau sekitar
130.567 orang, untuk vaksin tahap kedua mencapai 31,18 persen atau 71,078 orang,
utuk vaksin tahap ketiga 0,90 persen atau 1806 orang total dari sasaran 191,150
(Terkini.id, 2021).
Berdasarkan latar belakang diatas , penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “Gambaran Kecemasan Pada Lansia Tentang Vaksinasi Covid-19 Di Wilayah
Kerja UPTD Puskesmas Tajuncu Kabupaten Soppeng” tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui Gambaran Kecemasan Masyarakat Akan Vaksinasi Covid-19 Di
Wilyah Kerja UPTD Puskesmas Tajuncu
METODE
metode penelitian adalah cara kerja untuk mengumpulkan data dan kemudian
mengolah data sehingga menghasilkan data yang dapat memecahkan permasalahan
penelitian, berdasarkan pada permasalahan yang diteliti, metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. penelitian deskriftif
merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatua gejalah peristiwa dan
kejadian yang terjadi pada saat sekarang dimana peneliti berusaha memotret peristiwa
dan kejadian yang menjadi pusat perhatian untuk kemudian di gambarkan sebagai mana
adanya. adapun tempat yang digunakan untuk penelitian ini bertempat Wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Tajuncupada bulan juni 2022, jumlah populasi sebanyak 12,917 jiwa
dengan rumus penarikan sampel menggunakan rumus slovin dan didapatkan sampel
sebanyak 86 jiwa. teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental
sampling karena peneliti menyebarkan angket atau kuesioner kepada masyarakat di
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Tajuncu , accidental sampling adalah teknik
penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja masyarakat yang secara
kebetulan bertemu dengan peneliti dapat di gunakan sebagai sampel, bila di pandang
orang kebetulan itu ditemui itu cocok sebagai sumber data, dengan kriteria sebagai
berikut:
1. Kriteria inklusi yaitu:
a. Lansia
b. Bersedia menjadi subjek penelitia
2. Kriteria eksklusi:
a. Yang bukan termasuk lansia
b. Tidak bersedia menjadi subjek penelitian
Analisis data dilakukan dengan tujan menemukan informasi yang dapat dijadikan dasar
pengambilan keputusan dan penyajian datanya berupa naratif dan table kursioner
kemudian diberikn skor: Kurang dari 14 = tidak ada kecemasan, 14 – 20 = kecemasan
ringan , 21 – 27 = kecemasan sedang , 28 – 41 = kecemasan berat , 42 – 56 = kecemasan
berat sekali
HASIL
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Gambaran Kecemasan Masyarakat Akan
Vaksinasi Covid-19 melalui alat ukur Kuisioner dari Hasil pengumpulan data lansia Di
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Tajuncu sebanyak 86 jiwa yang besedia mnejadi
responden, kemuian data tersebut inalisis dan dibuat dalam bentuk tabel.
Tabel 4.1
Distribusi Responden Bedasarkan Usia, Jenis Kelamin,
Pendidikan Dan Pekerjaan Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Tajuncu
Variabel F %
Kategori usia
Usia pertengahan 45-59 43 50,2
Lanjut usia 60-74 13 15,1
Lanjut usia tua 75-90 19 22
Usia sangat tua >90 11 12,7
Jenis Kelamin Graduate
Laki-laki 36 41,9
Perempuan 50 58,1
Pendidikan
Tidak Sekolah 7 8,1
SD 42 48,8
SMP 15 17,4
SMA 13 15,1
Perguruan Tinggi 9 10,5
Pekerjaan
Tidak Bekerja 11 12,8
IRT 29 33,7
Pegawai Negeri 3 3.5
Wiraswasta 11 12,8
Petani 17 19,1
Pedagang 12 14,0
Security 3 3.5
Total 86 100%
Berdasarkan tabel di atas kelompok usia yang menjadi responden paling banyak
yaitu usia 45-59 sebanyak 43 orang responden atau sejumlah 50,2%, sedangkan usia
responden yang paling terendah yaitu usia >90 sebanyak 11 orang responden atau
sejumlah 12,7%. kelompok jenis kelamin yang menjadi responden terbanyak adalah
yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 50 orang responden atau sejumlah 58,1%
sedangkan responden yang berjenis kelamin laki-laki adalah sebanyak 36 orang
responden atau sejumlah 41,9%. pendidikan responden yang paling banyak pada tingkat
pendidikan SD sebanyak 42 orang responden atau sebanyak 48,8%, sedangkan yang
tidak sekolah sebanyak 7 orang responden atau sejumlah 8,1%. jenis pekerjaan yang
paling banyak adalah pekerjaan IRT sebanyak 29 atau sebanyak 33,7% dan jenis
pekerjaan paling seikt yaitu security sebanyak 3 orang atau sebanyak 3,5%
Tabel 4.2
Distribusi responden berdasarkan tingkat
dan kesediaan melakukan Vaksin
Kecemasan F %
Tingkat kecemasan
Tidak ada kecemasan 13 15,1
Ringan 43 50,2
Sedang 19 22
Berat 11 12,7
Berat sekali 0 0
Kesediaan untuk divaksin
Bersedia 63 73,3
Tidak bersedia 23 26,7
Total 86 100%
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat di ketahui responden yang memiliki tingkat
kecemasan ringan sebanyak 43 orang reponden atau sebanyak 50,2% sedangkan
responden yang memiliki tingkat kecemasan berat sebanyak 11 orang responden atau
sebanyak 12,7%. Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa responden yang
bersedia untuk divaksin sebanyak 63 orang atau sebanyak 73,3 sedangkan yang tidak
besedia sebanyak 23 orang atau sebanyak 26,7%.
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini jenis pekerjaan yang paling banyak adalah pekerjaan IRT
sebanyak 29 atau sebanyak 33,7% Menurut teori perilaku, rasa frustasi dan trauma yang
terus-menerus dialami dan tidak terkendali akan memunculkan kecemasan dalam diri
pekerja (Prawirohusodo dalam Anita, 2013)
Dalam penelitian juga menunjukkan kesediaan untuk dilakukan vaksinasi
sebesar 73.3% dan yang tidak mau untuk divaksin hanya 26,%. Informasi akurat yang
diterima oleh masyarakat dari sumber yang terpercaya seperti informasi diberikan dari
pemerintah akan meningkatkan kesedian untuk dilakukan vaksin oleh masyarakat. Hasil
survei yang dilakukan pada 19 negara terdapat 71.5% responden menyatakan bersedia
untuk divaksin. Responden juga menyatakan tingkat kepercayaan terhadap vaksin
menjadi lebih tinggi setelah memperoleh informasi dari pemerintah (Lazarus, et al.
2021). Selain itu ternyata, mahasiswa dan profesional kesehatan lebih bersedia untuk
dilakukan vaksinasi dibandingkan dengan responden yang tidak bekerja (Akarsu, et al.
2021).
Kecemasan yang menjadi salah satu masalah yang terjadi pada masa pandemi
covid 19, ternyata menjadi masalah juga saat telah tersedianya vaksin covid 19. Pada
data ditemukan 22% mengalami kecemasan sedang dan 12,7% mengalami kecemasan
berat dengan menyatakan diri cemas/khawatir. Menurut Zulva (2020) penyebab cemas
ini adalahinformasi hoax yang membuat masyarakat menjadi cemas dan akhirnya terjadi
respon negati dan dapat berdampak pada psikosomatis. Selain itu, ada hasil penelitian
yang menyebutkan bahwa adanya paparan informasi terkait Covid 19 secara berbeda
Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)
360
Nurhardianti, Anggeraeni, Wirasni
SEHATMAS (Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat) Vol. 1 No. 3 (2022) 356 – 362
Asumsi penelitian dalam studi kasus ini adalah terjadinya kecemasan saat
melakukan vaksin Covid-19 walaupun vaksin Covid-19 dipercaya aman, efektif dan
mampu mengendalikan pandemi.
DAFTAR PUSTAKA
Anggeraeni, & Nurafriani. (2022). keperawatan gerontik (Y. Sumarni (ed.). cvt cahaya
bintang cemerlang.
Ns. Sutejo, M.Kep., SP, K. J. (2019). keperawatan jiwa. pustaka baru press.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Kemenkes. (2021). 4 Manfaat Vaksin Covid-19 yang Wajib Diketahui. Kemenkes.
https://upk.kemkes.go.id/new/4-manfaat-vaksin-covid-19-yang-wajib-
diketahui#:~:text=Mengurangi Risiko Penularan,virus dan mengurang risiko
terpapar
Kemenkes. (2022). Jenis vaksin booster apa yang akan diberikan. Kemenkes.
https://faq.kemkes.go.id/faq/jenis-vaksin-booster-apa-yang-akan-diberikan
Kemenkes. (20222). jenis Vaksin untuk Dosis Booster, Resmi Ditambahkan. Kemenkes.
https://upk.kemkes.go.id/new/jenis-vaksin-untuk-dosis-booster-resmi-ditambahkan
Leniwita Hasian.2019.Modul Dokumentasi Keperawatan.Bahan Ajar Universitas
Kristen Indonesia.
Mellani. (2021). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Kecemasan 1.
Definisi Kecemasan Pada dasarnya kecemasan adalah kondisi psikologis seseor.
NLPK Mellani, 12–34. http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/7453/
Terkini.id, M. (2021). vaksinasi covid-19 dikabupaten soppeng telah mencapai 68
persen. 1. https://makassar.terkini.id/vaksinasi-covid-19-di-kabupaten-soppeng-
telah-mencapai-68-persen/
Zhu N, Zhang D, Wang W, Li X, Yang B, Song J, et al. A Novel Coronavirus from
Patients with Pneumonia in China, 2019. N Engl J Med.2020;382:727– 33
Abstract
Menstrual pain is one of the most common gynecological problems, affecting more than
50% of women and causing the inability to perform daily activities for 1 to 3 days each
month in about 10% of these women. Giving a warm compress is an independent action.
The warm effect of the compress can cause vasodilation in the blood vessels which will
increase blood flow to the tissue, the distribution of acids and nutrients to the cells is
enlarged and removed from the repaired substances which can reduce the primary
menstrual pain caused by the blood supply to the endometrium. less (Natali, 2013). This
warm compress is very effective in reducing menstrual pain. Based on an initial survey
conducted by researchers at the SMK N. Padang Bulan Medan at school that there are
still many students who experience dysmenorrhea during menstruation, and the
researchers also conducted interviews with 10 students who felt dysmenorrhea during
menstruation, the researcher asked if they had ever applied warm compresses, there were
5 people who had experienced it. do a warm compress. This study uses an analytical
survey method with a Cross Sectional approach, the study was conducted at SMK N.
Padang Bulan Medan, when this research will be conducted from February to July 2021,
the population in this study is all female students of SMK N. Padang Bulan Medan class
XI, the type of data used is primary data. , secondary and tertiary. While the data analysis
used univariate and bivariate. The results showed that the majority of warm compresses
did not apply warm compresses, namely 22 people (61.1%) in SMK N. Padang Bulan
Medan students, Based on Dismonero the majority of SMK N. Padang Bulan Medan
students experienced (Yes) as many as 20 people (55.6%), There is a relationship between
compresses warm with Dismonero on students ofPuteri SMK N.8 Padang Bulan Tahun
2022 in 2021 with pvalue = 0.000.
Keywords: Warm Compressed, Dismenorrhea, Girl Adolescent
Abstrak
Dismenorea atau sering disebut dengan nyeri haid merupakan salah satu masalah
ginekologi yang paling sering terjadi pada wanita yang sudah menstruasi atau haid ,
terutama pada remaja. Dismenorea adalah rasa sakit atau nyeri perut bagian bawah yang
dialami oleh wanita sebelum, selama atau sesudah menstruasi. Kejadian dialami lebih
dari 50% wanita yang bisa menyebabkan ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas
harian selama 1 sampai 3 hari setiap bulannyaa pada sekitar 10% dari wanita yang
mengalami dismenorea Salah satu tindakan yang dilakukan oleh wanita untuk
mengurangi dismenorea adalah dengan cara pemberian kompres hangat, karena efek
hangat dari kompres dapat menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah yang
nantinya akan meningkatkan aliran darah ke jaringan penyaluran zat asam dan makanan
ke sel-sel di perbesar dan di pembuangan dari zat-zat diperbaiki yang dapat mengurangi
rasa nyeri haid primer yang disebabkan suplai darah ke endometrium kurang
(Nurhavivah, 2017) Kompres air hangat ini sangat efektif dalam menurunkan nyeri
menstruasi. Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti di sekolah SMK N. 8
Padang Bulan Medan, bahwa masih banyak ditemui mahasiswa yang mengalami
dismenorea pada saat menstruasi, dan peneliti juga melakukan wawancara terhadap 10
orang siswa yang merasakan dismenore pada saat menstruasi peneliti bertanya apakah
pernah melakukan kompres hangat terdapat 5 orang yang pernah melakukan kompres
hangat.Oleh karena itu peneliti tertarik “Tindakan apa yang bisa dilakukan sebagai
therapy untuk mengurakan mengurangi dismenorea pada saat menstruasi?. Penelitian ini
menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional, penelitian
dilakukan di SMK N. Padang Bulan Medan, Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan
Februari sampai dengan juli 2022, Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
putri SMK N. Padang Bulan Medan kelas XI dengan jumlah sebanyak 36 orang.
Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan sebagai sampel
dengan tg responden. Sedangkan analisa data yang digunakan univariat, dan bivariat
dengan menggunakan uji analisis Chi-Square Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mayoritas Tidak melakukan kompres hangat mengalami dismenorea yaitu 22 orang
(61,1%). Yang melakukan kompres hangat tidak mengalami dismenorea yaitu sebanyak
14 orang ( 38,2%) dengan nilai pvalue 0,001 < 0,05 yang artinya ada hubungan kompres
hangat dengan dismenore.
Kata Kunci : Kompres Hangat, Dismenore, Remaja Putri
LATAR BELAKANG
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan Cross
Sectional, penelitian dilakukan di SMK N. Padang Bulan Medan, Waktu penelitian ini
dilakukan pada bulan Februari sampai dengan juli 2022, Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa putri SMK N. Padang Bulan Medan kelas XI dengan jumlah
sebanyak 36 orang. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi
dijadikan sebagai sampel dengan tg responden. Sedangkan analisa data yang digunakan
univariat, dan bivariat dengan menggunakan uji analisis Chi-Square .
HASIL
Tabel 4.1.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kompres Hangat Saat Menstruasi Pada Siswa Putri
SMK N.8 Padang Bulan
No Kompres Hangat Frekuensi Persentase (%)
1 Tidak 22 61,1
2 Ya 14 38,9
Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)
366
Mastaida Tambun, Martaulina Sinaga
SEHATMAS (Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat) Vol. 1 No. 3 (2022) 363 – 372
Jumlah 36 100
Sangat panas Di atas 46˚ C Kantong air panas untuk orang dewasa
menstruasi, sehingga kompres hangat tersebut disrankan kepada siswa untuk dilakukan
dengan cara yang baik dan benarwanita usia subur (WUS) di Desa Tanjung Medan
WiLayah Kerja Puskesmas Tanjung Medan Tahun 2021 dengan nilai signifikansi yaitu
0,000 < 0,05
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :
menunjukkan bahwa siswa putri SMK N.8 Padang Bulan mayoritas Tidak melakukan
kompres hangat mengalami dismenorea yaitu 22 orang (61,1%), sedangkan yang
melakukan kompres hangat tidak mengalami dismenorea yaitu sebanyak 14 orang (
38,2%) dengan nilai pvalue 0,001 < 0,05 yang artinya ada hubungan kompres hangat
dengan dismenore
Ada hubungan kompres hangat dengan Dismonero pada siswa Putri SMK N.Padang
Bulan Medan Tahun 2022 dengan pvalue= 0,000
SARAN
1. Bagi Tempat Penelitian
Diharapakan institusi hendaknya melakukan kerja sama dengan instansi terkait atau
tenaga kesehatan untuk memberikan informasi mengenai nyeri haid (dismenorea)
serta pemberian informasi sebaiknya diberikan sejak dini agar menambah
pengetahuan remaja putri SMK.N 8Padang Bulan dalam mengatasi nyeri menstruasi
(dismenorea) pada saat menstruasi secara nonfarmakologis.
2. Bagi Siswa Putri SMK.N 8 Padang Bulan
Diharapkan kepada siswa siswa putri SMK N.8 Padang Bulan agar melakukan
kompres hangat pada saat merasakan nyeri (dismonero) pada saat menstruasi, karena
dapat mengurangi rasa nyeri.
3. Peneliti Selanjutnya
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian lanjutan tentang
keterkaitan kompres hangat dengan Dismonero baik ditempat yang sama maupun
berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Cicilia, Fitri, intan. 2013. Hubungan Dismenore dengan Aktivitas Belajar Remaja Putri
di SMA 1 Tomohon. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Manado. Jurnal Keperawatan.
Dahro, A. 2012. Buku Psikologi Kebidanan : Analisis Perilaku Wanita Untuk Kesehatan
. Jakarta: Salemba Medika.
Dini. K. 2005. Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta: Puspa Swara.
Efendi. 2009. Keperawatan Keserhatan Komunitas: Teori dan Praktek dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Gabriel, J.F. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta: EGC
Gravetter & Wallnau. 2007. Tendensi Central Statistic. Bandung: Refika Aditama.
Gui-zhou, H. 2010. Prevalence of Dysmenorrhoea in Female Student in a Chinese
University: A Prospective Study.http://www.jurnal.unpad.ac.id.
Hartaningsih, S dan Turlina, H. 2012. Perbedaan Tingkatan Nyeri Dismenore dengan
Perlakuan Kompres Hangat Pada Siswi di SMPN 1 Pare Kediri. http://www.Jurnal
unpad .ac.id. Diakses tanggal 22 maret 2017 jam 15.45 WIB.
Hendrawan. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Hidayat, A. A. 2006. Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan ilmiah. Jakarta: Salemba
Media.
Kozier B dan Gleniora Erb. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Jakarta:EGC.
Muhammad I. Pemanfaatan SPSS Dalam Bidang Penelitian Kesehatan dan Umum,
Bandung : Cita Pustaka Media Perintis;2014
Martinez dkk (2018). “Lifestyle and prevalence of dysmenorrhea among Spanish female
university students. PLoS ONE. 13(8): 1-11.
Najafi dkk (2018). “Major dietary patterns in relation to menstrual pain: a nested case
control study”. BMC Women's Health. 18(69): 1-7.
Nuzula dan Oktaviana. (2019). “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian
Dismenore Primer Pada Mahasiswi Akademi Kesehatan Rustida Banyuwangi”.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Rustida. 5(2): 593-605.
Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta;
2010.
Price dan Wilson, 2016, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
(Edisi 6, vol 2), Jakarta: EGC.
Syarifah dan Nurhavivah. (2017). “Analisis Faktor yang Menyebabkan Dismenorhe
Primer Mahasiswi Stikes Pemkab Jombang”. Jurnal Keperawatan. 10(2): 69-76.
Uliyah, M dan Hidayat, A 2010. Praktikum klinik: Keterampilan Dasar Praktek Klinik
Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Abstract
Abstrak
Kelompok usia remaja sebagai populasi yang berisiko mengalami masalah kesehatan
reproduksi memerlukan dukungan dan perhatian dari keluarga. Dukungan informasi dan
dukungan emosional bagi remaja menjadi fokus utama keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatan reproduksi remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan dukungan informasional dan emosional keluarga terhadap perilaku
pemanfaatan layanan kesehatan reproduksi oleh remaja. Penelitian ini menggunakan
desain penelitian deskriftif korelasional dengan pendekatan cross sectional dengan
jumlah sampel 370 dengan metode random sampling. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan informasional dan
emosional dari keluarga dengan perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan reproduksi
(p value 0,000). Peningkatan perilaku dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan perlu
ditingkatkan dengan dukungan pengetahuan dan perhatian dari orang tua remaja, serta
peran aktif tenaga kesehatan dalam upaya mengenalkan layanan kesehatan reproduksi
remaja.
PENDAHULUAN
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampel
yang digunakan sebanyak 370 remaja yang berada di wilayah kerja puskesmas
Martapura, Kabupaten Banjar pada tahun 2019. Pengambilan sampel menggunakan
teknik random sampling. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah dukungan
informasional dan emosional. Instrumen untuk mengumpulkan data dalam hal ini
penelitian terdiri dari karakteristik responden, kuesioner dukungan informasional dan
emosional keluarga serta perilaku pemanfaatan layanan kesehatan reproduksi remaja.
Uji validitas dan reliabilitas kuesioner telah diuji. Data hasil pengujian
menunjukkan bahwa angket yang digunakan valid dan dapat digunakan. Data yang
didapatkan kemudian diolah dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16.0,
analisis yang disajikan pada penelitian ini adalah analisis univariat, bivariat
dengan menggunakan uji Chi Square, dan juga multivariat dengan menggunakan
uji regresi linier
HASIL
PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
Arifah, I., & Sharfina, M. F. (2019). Hambatan Akses Informasi Kesehatan Reproduksi
Pada Mahasiswa Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jurnal
Kesehatan, 11(2). https://doi.org/10.23917/jk.v11i2.7532
Daly, M., Bray, R., Bruckauf, Z., Byrne, J., Margaria, A., Pecnik, N., & Samms-
Abstract
Education is guidance or assistance provided with the aim that students are responsible
for carrying out tasks. Efforts to maximize these activities can be started by minimizing
learning barriers. Learning barriers are obstacles that slow down the focus of effort in
receiving knowledge. So that the teacher will be right to decide on the learning strategy,
thus students are expected to be able to catch up because of these obstacles. This research
is classified as a qualitative descriptive study that seeks to describe the analysis of student
learning barriers. The subjects in this study were second semester students in the 2021-
2025 Health Information Management Study Program, Elisabeth STIKes Medan, who
took the Biostatistics course. This study seeks to understand the obstacles experienced by
students and uncover things that are considered as factors that hinder student learning
in the Biostatistics course. In this study, researchers collected information through
diagnostic tests and interviews with students. The results of the analysis show that the
obstacles for students in studying Biostatistics generally lie in their basic abilities, namely
weak concepts. The results of research conducted by researchers are errors in process
skills, errors in understanding questions, and errors in using notation. As an alternative
to overcome these obstacles, it is necessary for Biostatistics eye teachers to be able to
develop learning strategies so that students can further hone their thinking skills and
teachers to be able to provide varied practice questions to students continuously.
Abstrak
Pendidikan merupakan bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan tujuan agar
mahasiswa bertanggung jawab melaksanakan tugas. Usaha memaksimalkan kegiatan
tersebut dapat dimulai dengan meminimalkan hambatan belajar. Hambatan belajar
merupakan halangan yang memperlambat fokus usaha dalam menerima pengetahuan.
Sehingga pengajar akan tepat untuk memutuskan strategi pembelajaran, dengan demikian
diharapkan mahasiswa dapat mengejar ketertinggalan karena hambatan tersebut.
Penelitian ini tergolong dalam penelitian deskriptif kualitatif yang berupaya untuk
mendeskripsikan analisis hambatan belajar mahasiswa. Subyek dalam penelitian ini
adalah mahasiswa semester 2 tahun 2021/2022 Program Studi Manajemen Informasi
Kesehatan STIKes Elisabeth Medan yang menempuh mata kuliah Biostatistik. Penelitian
ini berusaha memahami hambatan yang dialami mahasiswa dan mengungkap hal-hal
yang dianggap sebagai faktor hambatan belajar mahasiswa pada mata kuliah Biostatistik.
Pada penelitian ini peneliti mengumpulkan informasi melalui tes diagnostik dan
kuesioner pada mahasiswa. Hasil analisis menunjukkan bahwa hambatan mahasiswa
dalam mempelajari Biostatistik pada umunya terletak pada kemampuan mendasar yakni
lemah konsep. Hasil dari penelitian yang dilakukan adalah adanya kesalahan dalam
keterampilan proses, kesalahan memahami soal, dan kesalahan dalam menggunakan
rumus. Alternatif mengatasi hambatan-hambatan tersebut, perlu bagi pengajar mata
Biostatistik untuk dapat mengembangkan strategi pembelajarannya agar mahasiswa dapat
lebih terasah kemampuan berfikirnya dan pengajar agar dapat memberikan latihan-latihan
soal yang bervariasi kepada mahasiswa secara kontinu.
PENDAHULUAN
Janna (2020) Kegiatan belajar tidak sekadar usaha mengingat, jauh lebih dari itu ia memliki
makna yang lebih luas dan mendalam, yakni mengalami. Tujuan hasil belajar tidak sekadar hanya
menjadi suatu penguasaan pada hasil dari latihan, lebih dari itu diharapkan dapat memberikan
perubahan perilaku yang bersifat progresif serta bertanggung jawab. Para ahli menyatakan
pengertian lain tentang belajar, yang menyatakan seperti: belajar adalah memperoleh pengetahuan
dan belajar adalah proses latihan-latihan pembentukan kebiasaan menuju otomatisasi
respon.Sejalan dengan perumusan tersebut, (Hamalik,2007) menyatakan bahwa belajar
adalah suatu proeses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan
lingkungan. Hamalik (2007) Pendapatnya tentang proses belajar lebih kepada usaha
individu dalam beradaptasi terhadap lingkungan. Adaptasi dalam bahasan ini merupakan
kegiatan yang bersifat kerjasama sosial guna menyelesaikan permasalahan yang timbul.
Senada dengan itu Menurut(Yuwanita et al., 2020), Metode pembelajaran ialah cara yang
dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
pengajaran. Yang dimaksud disini bahwa metode merupakan sebuah cara yang digunakan
guru mata pelajaran dalam menyampaikan materi ajar kepada siswanya. Metode
pembelajaran tersebuat harus disesuaikan dengan kebutuhan dan pokok bahasan yang
diajarkan. (Model & Sebuku, n.d.)Mengemukakan definisi belajar dari ahli, yaitu :
Witherington berpendapat bahwa, belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian
yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru, pada ranah reaksi kecakapan, sikap,
kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian Purwanto (2010) Belajar merupakan
kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenjang
pendidikan. Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dan penting dalam
keseluruhan proses Pendidikan. Kegiatan belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja,
tergantung pada kemampuan individu dalam menangkap pesan yang terjadi
dilingkungannya. Belajar merupakan tindakan dan perilaku individu yang kompleks.
Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh individu sendiri dan akan menjadi
penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Slameto (2003) menyatakan
belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalaminteraksi dengan lingkungannya”. Lebih lanjut Abdillah (2002)
menyimpulkan bahwa “belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu
dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut
aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu”.
Dengan demikian dapat disimpulkan belajar adalah perubahan tingkah laku pada
individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan
ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian,
harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jadi, dapat dikatakan bahwa belajar itu sebagai
rangkaian kegiatan jiwa raga yang menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya.
Pembelajaran mengandung makna adanya kegiatan mengajar dan belajar, di mana pihak
yang mengajar adalah dosen dan yang belajar adalah mahasiswa yang berorientasi pada
kegiatan mengajarkan materi yang berorientasi pada pengembangan pengetahuan, sikap,
dan keterampilan mahasiswa sebagai sasaran pembelajaran. Pada proses pembelajaran
akan mencakup berbagai komponen lainnya, seperti media, kurikulum, dan fasilitas
pembelajaran. Arikunto (1993) mengemukakan “pembelajaran adalah suatu kegiatan
yang mengandung terjadinya proses penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap
oleh subjek yang sedang belajar”. Lebih lanjut Arikunto (1993) mengemukakan bahwa
“pembelajaran adalah bantuan pendidikan kepada peserta didik agar mencapai
kedewasaan di bidang pengetahuan, keterampilan dan sikap”. Berdasarkan berbagai
pendapat pengertian pembelajaran tersebut, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang memungkinkan dosen dapat
mengajar dan mahasiswa dapat menerima materi pelajaran Muhammad Arie Firmansyah
(2017) yang diajarkan oleh dosen secara sistematik dan saling mempengaruhi dalam
kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan pada suatu lingkungan
belajar. Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi, yaitu proses penyampaian
pesan dari sumber pesan melalui saluran/ media tertentu ke penerima pesan. Pesan,
sumber pesan, saluran/ media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses
komunikasi. Proses yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran ataupun didikan yang
ada dalam kurikulum, sumber dapat bersumber dari dosen, mahasiswa, orang lain ataupun
penulis buku dan media. Individu-individu tersebut tentunya haruslah
berilmu/berkompeten terhadap materi yang disajikannya. Demikian pula kunci pokok
pembelajaran ada pada dosen (pengajar), tetapi bukan berarti dalam proses pembelajaran
hanya dosen yang aktif sedang mahasiswa pasif. Pembelajaran menuntut keaktifan kedua
belah pihak yang sama-sama menjadi subjek pembelajaran. Jadi, jika pembelajaran
ditandai oleh keaktifan dosen sedangkan mahasiswa hanya pasif, maka pada hakikatnya
kegiatan itu hanya disebut mengajar. Demikian pula bila pembelajaran di mana
mahasiswa yang aktif tanpa melibatkan keaktifan dosen untuk mengelolanya secara baik
dan terarah, maka hanya disebut belajar. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran
menuntut keaktifan dosen dan mahasiswa. Pendidikan memiliki peran sebagai penentu
bagi perkembangan kualitas berpikir mahasiswa, terutama bagi pembangunan bangsa dan
negara. S. Brojonegoro. Ekosusilo (1990) menyatakan bahwa, pendidikan merupakan
suatu proses pembentukan mental dan keterampilan berpikir manusia kearah kedewasaan
guna menyiapkannya sebagai manusia yang memiliki daya guna bagi dirinya sendiri dan
dalam masyarakat. Sehingga Pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kemampuan adaptasi
terhadap lingkungan yang dimiliki seseorang diperoleh melalui proses belajar dapat
membimbing mereka untuk memecahkan masalah dalam dunia nyata. Tujuan pendidikan
pada umumnya adalah menyediakan lingkungan yang dapat memfasilitasi mahasiswa
guna mengembangkan kemampuannya secara optimal yang berfungsi sepenuhnya, sesuai
dengan kebutuhan pribadi dan kebutuhan masyarakat. Penetapan tujuan dan sasaran
pendidikan memiliki fungsi sebagai instrumen yang dipandang efektif guna membuat
kemajuan degan memastikan bahwa mahasiswa memliki kesadaran yang jelas tentang
apa yang harus dilakukan untuk mencapai sasaran (Kuswana 2011). Tujuan dari
pendidikan matematika adalah untuk mensukseskan semua peserta didik (Tall &Razali,
1993:
1). Tujuan utamanya adalah terbentuknya sikap dan keterampilan yang dapat
diandalkan oleh diri sendiri dan masyarakat. Komitmen mahasiswa sangat dibutuhkan
1) Membuat estimasi rata-rata dan nilai variabel tergantung dengan didasari pada nilai
variabel bebas,
3) Guna meramalkan nilai rata-rata variabel bebas dengan didasarkan pada nilai
variabel bebas di luar jangkauan sampel. Mahasiswa memiliki kemampuan belajar
statistika yang bervariasi, baik dalam intelegensi kemampuan awal matematis (hard
skill). Sikap atau aspek psikologis dalam menanggapi proses pembelajaran satistika
II sangat beranekaragam. Aspek tersebut yang menyangkut mahasiswa itu juga
berkembang bersama lingkungan belajarnya. Strategi pembelajaran dan segala aspek
pembelajaran yang dibangun oleh dosen, bahan ajar, sumber belajara, media, dan
situasi kelas juga secara inheren membentuk kecenderungan kearah perbaikan
maupun memberikan mahasiswa hambatan dalam belajar. (Khiat, 2010)
mengungkapkan bahwa sebagian peserta didik memandang matematika sebagai hal
yang menarik dan ada sebagian lagi yang memandang membosankan. Lebih lanjut
lagi, (Khiat, 2010) memiliki pandangan bahwa, matematika merupakan subjek yang
menyebabkan ketakutan, kecemasan, dan kemarahan selama pelajaran pada sebagian
mahasiswa. Berdasarkan pengalaman pribadi peneliti dan observasi, mata kuliah
statistika pada program studi Manajemen Informasi Kesehatan, mahasiswa memiliki
kecenderungan sikap negatif pada mata kuliah tersebut. Brousseau (Suratno, 2009)
mengungkapkan bahwa mahasiswa secara alamiah mengalami situasi yang
dinamakan hambatan belajar (learning obstacle) dengan faktor penyebab: hambatan
ontogeni (kesiapan mental belajar), didaktik (akibat pengajaran dosen), dan
epistimologi (pengetahuan mahasiswa yang memiliki konteks aplikasi yang terbatas).
Sehingga dengan dilakukannya analisis hambatan belajar ini dapat dijadikan acuan
untuk menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, lembar kerja
mahasiswa, serta prediksi respon dan antisipasi didaktik. Suryadi (2011) berpendapat
bahwa pada proses berpikir dosen dalam konteks pembelajaran mengalami tiga fase,
yaitu sebelum pembelajaran, pada saat pembelajaran berlangsung, dan setelah
pembelajaran. Pada proses berpikir sebelum pembelajaran dimulai dosen memiliki
kecenderungan orientasi pada penjabaran tujuan. Penjabaran pada tujuan akan
berdampak pada proses penyiapan bahan ajar serta minimnya antisipasi yang bersifat
didaktif. Sehingga bahan ajar yang disiapkan oleh dosen sebaiknya harus
mempertimbangkan keragaman respon mahasiswa atas situasi didaktis yang
diperkirakan akan muncul. Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari istilah
bahasa inggris learning disability. Kesulitan belajar merupakan suatu konsep
multidisipliner yang digunakan di lapangan ilmu pendidikan, psikologi, maupun ilmu
kedokteran. Berikut ini definisi kesulitan belajar menurut para ahli : Rumini dkk
(Irham& Wiyani, 2013) mengemukakan bahwa kesulitan belajar merupakan kondisi
saat peserta didik mengalami hambatan-hambatan tertentu untuk mengikuti proses
pembelajaran dan mencapai hasil belajar secara optimal. Kesulitan belajar adalah hal-
hal atau gangguan yang mengakibatkan kegagalan atau setidaknya menjadi gangguan
yang dapat menghambat kemajuan belajar. (Hamalik, 1983). Sejalan dengan pendapat
tersebut menurut Irham & Wiyani (2013), kesulitan belajar yang dialami siswa
menunjukkan adanya kesenjangan atau jarak antara prestasi akademik yang
diharapkan dengan prestasi akademik yang dicapai oleh peserta didik pada
kenyataannya (prestasi aktual). Kesulitan belajar adalah suatu ketidakmampuan nyata
pada orang-orang yang mempunyai intelegensi rata-rata hingga superior tetap
belajarnya kurang baik, kurang memuaskan (Abdurrahman, 2003). Kesulitan belajar
(learning difficulty) tidak hanya menimpa mahasiswa berkemampuan rendah saja,
tetapi juga dialami oleh mahasiswa yang berkemampuan tinggi. Selain itu, kesulitan
belajar juga dapat dialami oleh siswa yang berkemampuan rata-rata (normal)
disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang menghambat tercapainya kinerja
akademik yang sesuai dengan harapan. Berdasarkan pemaparan diatas dapat
disimpulkan bahwa kesulitan belajar merupakan hambatan yang dialami oleh
mahasiswa dalam proses belajar yang menyebabkan mahasiswa mendapatkan hasil
yang kurang optimal dalam proses belajarnya. Menurut Abdurrahman (2003) Secara
garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok, yaitu :
(Firmansyah, 2017)
1. Faktor intern (faktor dari dalam diri manusia itu sendiri) yang meliputi:
2) Pola hubungan pendidik dengan peserta didik yang kurang baik, seperti suka
marah, tidak pernah senyum, sombong, tidak pandai menerangkan, pelit, dsb.
3) kebijakan penilaian
1) Menunjukkan prestasi belajar yang rendah, di bawah rata-rata nilai yang dicapai
oleh kelompok kelas.
2) Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Ia
berusaha keras tetapi nilainya selalu rendah.
adalah prosedur Weener & Senf (1982) sebagaimana yang dikutip Wardani (1991)
sebagai berikut:
3) Mewawancarai orangtua atau wali peserta didik untuk mengetahui hal ihwal
keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar.
5) Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga
mengalami kesulitan belajar. Banyak alternatif yang dapat diambil pendidik dalam
mengatasi kesulitan belajar peserta didiknya. Akan tetapi, sebelum pilihan tertentu
diambil, pendidik sangat diharapkan untuk terlebih dahulu melakukan beberapa
langkah penting sebagai berikut:
METODE
Penelitian dilakukan di Stikes Santa Elisabet Medan, semester 2 tahun 2021/2022. Subjek
penelitian adalah mahasiswa Program Studi Manajemen Informasi Kesehatan sebanyak
5 mahasiswa. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif
dengan menggunakan model Miles dan Hubberman (Sugiyono, 2014), yang
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif
dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga data mengalami jenuh.
Ukuran kejenuhan data ditandai dengan tidak diperolehnya lagi informasi baru. Analisis
data kualitatif pada penelitian ini, yaitu:
1) data reduction merupakan tahap merangkum dan memfokuskan data hasil analisis
penelitian serta menghilangkan data yang tidak terpola, kemudian data-data dikumpulkan
dan dipilih sesuai dengan tujuan penelitian;
2) data display, data yang telah direduksi disajikan dalam bentuk uraian singkat sehingga
mudah untuk dibaca dan dipahami, baik secara keseluruhan maupun bagian-bagiannya;
dan
3) conclusion drawing/ verification, kesimpulan diambil berdasarkan hasil analisis dari
semua data yang telah diperoleh. Metode penelitian kualitatif digunakan untuk
mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Maka penelitian
kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi (sugiyono, 2014). Tujuan
penelitian kualitatif pada umumnya mencakup informasi tentang fenomena utama yang
dieksplorasi dalam penelitian, partisipan penelitian, dan lokasi penelitian (Creswell,
2014). Penelitian kualitatif digunakan untuk mendapatkan analisis data yang mendalam
dan bermakna. Dengan maksud mendeskripsikan fenomena, dimana peneliti
mengungkapkan hambatan belajar mahasiswa dalam mata kuliah Statistika II pada materi
analisis regresi. Sesuai tujuan penelitian yang akan dilakukan, maka penelitian ini
tergolong dalampenelitian deskriptif kualitatif yang berupaya untuk mendeskripsikan
analisis hambatan belajar mahasiswa tersebut. Data mengenai hambatan belajar diperoleh
melalui soal tes diagnose yang diberikan kepada mahasiswa. Adapun teknik
pengumpulan data yang dilakukan, yaitu: metode dokumentasi, metode tes, dan metode
wawancara. Instrumen pengumpulan data yang dipakai adalah instrument tes. Tahapan
Penelitian
1. Peneliti mengadakan tes kemampuan awal.
2. Peneliti (dosen) mengadakan perkuliahan.
3. Peneliti (dosen) mengadakan kuis dan penugasan.
4. Peneliti (dosen) mengadakan UTS.
(2)
HASIL PENELITIAN
Tabel 2.1 Distribusi frekuensi berdasarkan hambatan mahasiswa dalam mata kuliah
biostatistik
Total 8 100%
PEMBAHASAN
2. Pada saat menghitung variabel data. Kesalahan yang dilakukan mahasiswa dalam
menentukan nilai 𝑥̅ dan s2, diantarana karena:
a) lupa rumus
b) kesalahan perhitungan atau kurang cermat dalam berhitung.
3. Pada saat melakukan uji wilcoxon. Kesalahan yang dilakukan mahasiswa dalam
menguji diantaranya karena tidak memahami simbol dan ketentuannya.
4. Pada saat pengujian hipotesisi, kesalahan yang dilakukan mahasiswa dalam
menentukan nilai t-hitung dan menyimpulkan diantarana karena:
a) tidak hafal rumus,
b) kesalahan perhitungan,
c) kecenderungan keliru dalam mendefinisikan H0 dan Ha.
5. Pada saat membaca t-tabel. kesalahan yang dilakukan mahasiswa dalam menentukan
nilai t-tabel diantarana karena:
a) kecerobohan,
b) lupa akan kaidah/ tata cara menentukan t-tabel. Analisis dokumen hasil transkrip
wawancara dengan mahasiswa:
1. Menurut mahasiswa pada saat menguji normalitas data, mahasiswa mengalami
kesulitan dan tidak paham, serta mahasiswa kurang menguasai teknik berhitung.
2. Menurut mahasiswa pada saat membentuk persamaan regresi mengalami kesalahan
prosedur penghitungan, dikarenakan lupa dan atau lemah dalam ketelitian tentang konsep
3. Menurut mahasiswa pada saat menentuka nilai t-hitung mengalami kesalahan
pengerjaan soal, dikarenakan lupa dan atau kurang menguasai teknik berhitung.
4. Menurut mahasiswa, mereka mengalami mesulitan dalam memahami bahasa,
menafsirkan kata-kata dan simbol yang digunakan dalam metematika
Analisis hambatan adalah suatu proses yang berdasarkan langkah-langkah berbeda, yakni
untuk identifikasi, klarifikasi penjelasan, koreksi, penilaian, terapi, dan pencegahan
timbulnya kesalahan. Terjadinya kesalahan pada mahasiswa diantaranya dikarenakan
oleh lemahnya kemampuan awal matematis dan miskonsepsi. Jadi terdapat beberapa tipe
kesalahan yang cenderung dilakukan oleh mahasiswa, yaitu:
kesalahan karena kecerobohan atau kurang cermat, kesalahan dalam keterampilan proses,
kesalahan dalam memahami soal, kesalahan dalam transformasi, dan kesalahan dalam
menggunakan notasi. Analisis hambatan mahasisiwa yang dapat diungkapkan pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pada hambatan ontogeni terletak pada tahap uji normalitas dikarenakan adanya
pembatasan konsep pada mahasiswa
2. Pada hambatan didaktis terletak pada materi persamaan regresi dan saat
mahasiswa menguji besar variasi variabel dependen dapat diterangkan oleh
variasi independen dikarenakan konsep salah atau pengajaran yang tidak sesuai
dengan kesiapan mahasiswa
3. Pada hambatan Uji wilcoxon terletak pada materi menguji signifikansi estimasi
parameter dan materi menginterpretasikan kecocokan tanda magnitude dengan
teori dari estimasi parameter. dikarenakan mahasiswa mengalami
miskonsepsi,kesulitan dalam pengerjaan, dan teknik berhitung Berdasarkan
kesimpulan tersebut, maka saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:
4. Bagi peneliti selanjutnya kiranya dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai
pedoman atau acuan dalam melakukan Analisis Hambatan Belajar Mahasiswa
penelitian mengenai analisis hambatan mahasiswa pada matakuliah statistika
II materi analisis regresi untuk dapat mengembangkan kualitas kemampuan
matematis mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Model, S. M. A., & Sebuku, A. P. (n.d.). (Dosen Tetap STKIP Paris Barantai
Kotabaru) Jl. Veteran Km.2 Komp. Perikanan 15B Kotabaru Kal-Sel Telp. 0518-
23241. 3.
Yuwanita, I., Dewi, H. I., & Wicaksono, D. (2020). Pengaruh Metode Pembelajaran
Dan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Ipa. Instruksional, 1(2), 152.
https://doi.org/10.24853/instruksional.1.2.152-158
Abstract
The accuracy level of filling in the diagnosis code in the medical record document is
very important because if the diagnosis code is not correct / not in accordance with
ICD-10, it can cause a decrease in the quality of services in hospitals and affect data,
report information, and the accuracy of the current INA-CBG's rates. used as a
payment method for patient care. The purpose of this study was to analyze the accuracy
of the disease diagnosis code at Elisabeth Hospital Medan. This type of research uses
qualitative descriptive. Obtaining data from this study through interviews and
observations. The results obtained from observations of medical recorders in hospitals.
Based on the results of the study, it is known that from a total sample of 10 medical
record documents at Elisabeth Hospital Medan, the accuracy of the disease diagnosis
code has not reached 100%. The accuracy of the diagnosis code can be said to be very
low because it only reaches 40% with the inaccuracy of the code reaching 60%. It is
recommended for hospitals to increase their human resources by providing training to
improve their competence and improve good communication with other medical
personnel.
Abstrak
Tingkat ketepatan pengisian kode diagnosis pada dokumen rekam medis sangat penting
karena apabila kode diagnosis tidak tepat / tidak sesuai dengan ICD-10 maka dapat
menyebabkan turunnya mutu pelayanan di rumah sakit serta mempengaruhi data,
informasi laporan, dan ketepatan tarif INA-CBG’s yang pada saat ini digunakan sebagai
metode pembayaran untuk pelayanan pasien. Penentu ketepatan kode diagnosis utama
penyakit juga dipengaruhi oleh spesifikasi penulisan diagnosis utama, masing-masing
pernyataan diagnosis harus bersifat informatif atau mudah dipahami agar dapat
menggolongkan kondisi-kondisi yang ada kedalam kategori ICD-10 yang paling
spesifik. Kualitas hasil pengodean bergantung pada kelengkapan diagnosis, keterbacaan
tulisan dokter, serta profesionalisme dokter dan petugas coding. Rumah Sakit Elisabeth
Medan, merupakan rumah sakit yang telah melakukan standar pengodean dengan
menggunakan buku ICD 10. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis tingkat ketepatan
kode diagnosis penyakit di Rumah Sakit Elisabeth Medan. Jenis penelitian ini
menggunakan deskriptif secara kuantitatif. Perolehan data dari penelitian ini melalui
wawancara dan observasi. Hasil yang didapatkan dari observasi para perekam medis di
rumah sakit. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari total sampel 10
dokumen rekam medis di Rumah Sakit Elisabeth Medan tingkat ketepatan kode
diagnosis penyakit belum mencapai angka 100%. Tingkat ketepatan kode diagnosis bisa
dikatakan sangat rendah karena hanya mencapai angka 40% dengan ketidaktepatan kode
mencapai angka 60%. Disarankan kepada Rumah sakit agar meningkatkan SDM
dengan meberikan pelatihan untuk meningkatkan kompetensinya dan meningkatkan
komunikasi yang baik terhadap tenaga medis yang lain.
PENDAHULUAN
METODE
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan khususnya pada
unit rekam medis. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
secara kuantiitatif yaitu suatu metode penelitian dengan tujuan untuk membuat
gambaran atau diskriptif tentang suatu keadaan secara obyektif. Penelitian ini meneliti
ketepatan dan ketidaktepatan kode diagnosis oleh petugas rekam medis.
Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi (pengamatan
langsung) hasil koding dokumen rekam medis pasien yang dihasilkan koder, kemudian
dibandingkan dengan ICD-10. Penelitian ini menggunakan teknik non probability
sampling dengan jenis pengambilan sampel secara kuota sampling. Dalam penelitian ini
peneliti menginginkan sebanyak 10 dokumen rekam medis pasien. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah chek list, ICD 10, pedoman wawancara. Cara
pengumpulan data dengan observasi, wawancara. Dalam penelitian ini menggunakan
analisis Univariat dengan melihat presentase tiap variabel penelitian.
HASIL
Tata cara pengkodingan di Rumah Sakit Elisabeth Medan dengan menggunakan
Buku ICD 10 elektronik dengan format PDF document dengan langkah-langkah seperti
berikut:
a. Menentukan bagian dari istilah diagnosis yang dijadikan kata kunci (Lead Term)
untuk digunakan sebagai panduan dan menelusurinya di Alphabetical Index.
b. Memilih Alphabetical Index to Diseases and Nature of Injury.
c. Kemudian tentukan huruf awal dari lead term yang akan dicari dari diagnosis
pasien.
d. Menentukan pilihan nomor kode istilah diagnosis pasien.
e. Mencocokkan kode yang diperoleh di volume 3 ICD-10 dengan yang ada di
volume 1 ICD-10 dengan memperhatikan semua perintah, keterangan, includes,
excludes, use additional code dan lain-lain yang menyertainya.
f. Menentukan nomor kode terpilih.
PEMBAHASAN
Petugas pengodean (coding) sebagai pemberi kode bertanggung jawab atas
ketepatan kode diagnosis utama yang sudah ditetapkan oleh dokter. Menurut hasil
analisa peneliti dan hasil wawancara ketidaktepatan terjadi karena kurang telitinya
petugas rekam medis bagian pengodean dalam membaca dan memahami diagnosis yang
ditulis oleh dokter.
Apabila dalam berkas rekam medis jumlah kode diagnosis yang tidak tepat lebih
tinggi jumlahnya dibandingkan dengan jumlah kode yang tepat tentunya akan
berpengaruh terhadap kegunaan pengkodean sistem ICD-10. Selain itu, dokumentasi
oleh tenaga kesehatan sangat penting untuk pengkodean ICD10. Komunikasi antar
tenaga kesehatan juga diperlukan untuk mendapatkan data yang akurat agar perawatan
pasien tepat seperti peningkatkan hubungan antara berbagai profesi kesehatan dan
interpretasi informasi klinis dari profesi lain dapat mengurangi frekuensi kesalahan
komunikasi, sehingga dapat meningkatkan perawatan pasien.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui tingkat ketepatan kode diagnosis rendah 40%
karena ketepatan pengkodean dari suatu diagnosis bergantung pada pelaksana yang
menangani rekam medis seperti dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya.
Kecepatan dan ketepatan pengkodean dari suatu diagnosis sangat tergantung kepada
pelaksana yang menangani rekam medis, yaitu:
a. Tenaga medis dalam menetapkan diagnosis
b. Tenaga rekam medis yang memberikan kode diagnosis
c. Tenaga kesehatan lainnya yang terkait dalam melengkapi pengisian rekam
medis.
Ketidaktepatan kode diagnosis penyakit sebesar 60%. Hal ini menujukan bahwa
masih banyak kesalahan dalam menentukan kode diagnosis. Faktor-faktor yang dapat
menyebabkan kesalahan dalam menetapkan kode berdasarkan hasil penelitian Institute
of Medicine adalah:
a. Kesalahan dalam membaca diagnosis yang terdapat dalam berkas rekam medis,
dikarenakan rekam medis tidak lengkap
b. Kesalahan dalam menentukan diagnosis utama yang dilakukan oleh dokter
c. Kesalahan dalam menentukan kode diagnosis ataupun kode tindakan
d. Kode diagnosis atau tindakan tidak valid atau tidak sesuai dengan isi dalam
berkas rekam medis
e. Kesalahan dalam menuliskan kembali atau memasukkan kode dalam komputer.
Dari hasil penelitian diatas dapat dilihat bahwa masalah yang menyebabkan kode
diagnosis pasien tidak tepat adalah kesalahan dalam membaca diagnosis pada berkas
rekam medis. Kode diagnosis tersebut ditulis oleh dokter, sehingga apabila tulisan
dokter tidak rapi dan sulit dipahami maka akan menyebabkan kesalahan dalam
menentukan kode. Untuk ketepatan penulisan diagnosis penyakit yang ditentukan oleh
tenaga medis harus tepat dan lengkap beserta tanda tangan dokter penanggung jawab
pasien. Ketepatan diagnosis sangat ditentukan oleh tenaga medis, dalam hal ini sangat
bergantung pada dokter sebagai penentu diagnosis karena hanya profesi dokter yang
mempunyai hak dan tanggung jawab untuk menentukan diagnosis pasien. Coder sebagai
pemberi kode bertanggung jawab atas ketepatan kode diagnosis yang sudah ditetapkan
oleh petugas medis. Oleh karena itu, untuk hal yang kurang jelas atau tidak tepat dan
tidak lengkap sebelum menetapkan kode diagnosis, dikomunikasikan terlebih dahulu
kepada dokter yang membuat diagnosis tersebut untuk lebih meningkatkan informasi
dalam rekam medis, petugas coding harus membuat kode sesuai dengan aturan yang ada
pada ICD-10.
Seluruh petugas rekam medis perlu mengikuti pelatihan terkait pengkodean
diagnosis dan pengelolaan rekam medis. Oleh karena itu penetapkan kode diagnosis
penyakit pasien harus menerapkan teknik pengkodean yang benar. Dokter dan perawat
perlu saling bekerja sama dan saling mengoreksi dalam pengisian dokumen rekam
medis. Dokter juga wajib mengikuti sosialisasi terkait pengkodean diagnosis dan
pengelolaan rekam medis serta perlu adanya peningkatan dalam ketepatan kode
diagnosis penyakit sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Saran
1. Untuk rumah sakit perlu meningkatkan SDM dengan memberikan pelatihan
untuk meningkatkan kompetensinya.
2. Untuk koder atau perekam medis perlu meningkatkan komunikasi yang baik
terhadap tenaga medis yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Hernawan, H., Ningsih, K. P., & Winarsih, W. (2017). Ketepatan Kode Diagnosis
Sistem Sirkulasi di Klinik Jantung RSUD Wates. Jurnal Kesehatan Vokasional,
2(1), 148. https://doi.org/10.22146/jkesvo.30328
Multisari, S., Sugiarsi, S., & Awaliah, N. M. (2012). Analisis Keakuratan Kode
Diagnosis Utama Typhoid Fever Berdasarkan ICD-10 Pada Pasien Rawat Inap Di
RSUD Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011. Rekam Medis, 6(2), 37–44.
https://ejurnal.stikesmhk.ac.id/index.php/rm/article/download/266/240
Karimah, R. N., Setiawan, D., & Nurmalia, P. S. (1970). Diagnosis Code Accuracy
Analysis Of Acute Gastroenteritis Disease Based on Medical Record Document in
Balung Hospital Jember. Journal of Agromedicine and Medical Sciences, 2(2), 12.
https://doi.org/10.19184/ams.v2i2.2775
Ningtyas, N. K., Sugiarsi, S., & Wariyanti, A. S. (2019). Analisis Ketepatan Kode
Diagnosis Utama Kasus Persalinan Sebelum dan Sesudah Verifikasi pada Pasien
BPJS di Rsup Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Jurnal Kesehatan Vokasional, 4(1),
1. https://doi.org/10.22146/jkesvo.38794
Rusliyanti, D. (2016). 10 Dengan Penerapan Karakter Ke-5 Pada Pasien Fraktur Rawat
Jalan Semester Ii Di Rsu Mitra Paramedika Yogyakarta. Jurnal Permata
Indonesia, 7(1), 26–34. http://www.permataindonesia.ac.id/wp-
content/uploads/2016/08/03.-Jurnal-PI_Lusi-Anas-Harinto.pdf
Windari, A., & Kristijono, A. (2016). Analisis Ketepatan Koding yang dihasilkan Koder
di RSUD Ungaran. Jurnal Riset Kesehatan, 5(1), 35–39.