You are on page 1of 9

p ISSN: 1410-9344, e ISSN: 2549-5631

PENINGKATAN KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN


SEKS ANAK

Eny Purwandari 1, Abdul Kadir2, ChlaraSinta Duri Kartika3,


Firda Shafira4, Ndaru Putri Yudhiarti5,Septina Nur Istiqamah6
1,2,3,4,5,6
Magister Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
email: ep271@ums.ac.id; syamkar781@gmail.com

ABSTRACT
.
The fulfillment of children sexual education is still ignore,the sex education for
children is watched as something negative and still dificult to be educated to children.
The parents has an important role for the children sexual education because the
parents is the first teacher for the children. So that is the reason, there should have
an effort to give an explaination to the children about the function of their sexual
organs. Community service activities are divided into 5 stages which are attended
by 80 parents (father and mother). The five stages are assessment, FGD, material I,
material II, and closing. Parents take part in the activity enthusiastically. From this
dedication activity the author is informed that self-position in social relations, parents
are still reluctant to answer children’s questions related to sexuality, a place to ask
children about large percentage sexuality asking mothers because they feel closer,
and sexual explanations are limited to physical differences between boy and girl. This
form of community service is a much-needed parenting activity, because there is no
school to be a parent, so it becomes an opportunity to be applied in the community

Keyword: Parent’s role, Education, Children sexuality

PENDAHULUAN Penelitian Lestari (2011)


Terkait dengan peran orang tua dalam mengungkapkan bahwa teman sebaya
komunikasi seksualitas dengan anak, menjadi sumber informasi yang paling
penelitian (Lestari, 2007) mengungkapkan banyak dipilih oleh remaja laki-laki maupun
bahwa sikap ibu dalam komunikasi seksualitas remaja perempuan. Bila dicermati lebih lanjut
dengan anak dapat dikategorikan menjadi: (1) terdapat perbedaan antara remaja lakilaki dan
memberikan penjelasan, (2) bingung dalam perempuan dalam memilih sumber informasi
menjawab pertanyaan anak, (3) melarang tentang seks. Remaja perempuan memilih
anak untuk bertanya, (4) menunda jawaban teman (41,6%) sebagai sumber pertama,
dan menganggap anak akan tahu sendiri, dan berikutnya adalah orangtua (14,2%), buku
(5) mengalihkan topik pembicaraan. Bila (6,9%), internet (6,5%), guru dan media
dilihat dari proporsinya masih lebih banyak (3,4%), kakak (2,7%), dan ahli (2,3%).
ibu yang tidak memberikan penjelasan Pada remaja laki-laki pilihan untuk urutan
terhadap pertanyaan tentang seksualitas pertama sumber informasi tentang seks
yang diajukan oleh anak daripada yang juga teman, namun urutan berikutnya yang
bersedia memberikan penjelasan. Kondisi menonjol adalah internet. Urutan berikutnya
tersebut dapat menjadi pendorong bagi anak adalah guru (8,6%), media dan buku
untukmencari tahu sendiri dari sumber- (masing-masing 3,3%), orangtua (1,9%),
sumberlain yang memungkinkan untuk ahli (1,5%) dan kakak (0.7%). Pemilihan
mengaksesnya (Lestari, 2013) orangtua sebagai sumber informasi seks

WARTA LPM, Vol. 21, No. 2, September 2018: 143-151 143


p ISSN: 1410-9344, e ISSN: 2549-5631

pada remaja perempuan relatif kecil, namun dan keluarga. Namun beberapa keluarga
bila dibandingkan dengan pemilihan remaja mengakui bahwa sejauh ini beberapa topic
laki-laki, remaja perempuan masih memiliki terkait pendidikan seksual hanya bisa
motivasi yang lebih besar daripada remaja diberikan dirumah.
laki-laki untuk mencari informasi tentang Jennife, (2017) Komunikasi keluarga
seks dari orangtua. tentang seks bisa melindungi remaja dari
Peneltian yang dilakukan Kim (2007) perilaku berisiko, seperti seks dini dan
Selain dari sisi anak, hambatan dalam seks tanpa pengaman. sementara tidak ada
komunikasi seksualitas juga dapat berasal perbedaan kelompok yang ditemukan untuk
dari sisi orang tua Seperti terungkap dalam tanggapan terhadap orang tua sudut pandang
penelitian orangtua dari keluarga Asia Temuan studi menyoroti pentingnya seks
Amerika memilih mengomunikasikan nilai- program pendidikan yang mendukung
nilai seksualitas pada anak secara implisit seksualitas remaja komunikasi, terutama
dan nonverbal. bagi siswa sekolah menengah.
Sedangkan hasil penelitian Lestari Kesimpulannya, ada sejumlah aspek dan
(2013) Komunikasi seksualitas orang faktor (misalnya, sosio-ekonomi, genetik,
tuaanak berperan penting dalam memberikan psikologis, pendidikan, perkembangan,
bekal informasi seksualitas pada anak intra-individu, antar individu) yang dapat
dan membentuk perilaku seksual yang mempengaruhi keefektifan / keberhasilan
bertanggungjawab pada anak. Komunikasi program pendidikan seksual apare ntal
seksualitas tersebut sebaiknya menekankan sehubungan dengan Kesehatan seksual
pentingnya nilai-nilai moral terkait optimal anak-anak mereka. Banyak faktor
seksualitas sebagaimana yang telah diajarkan ini serta hubungan di antara mereka
dalam agama. Kelebihan komunikasi masih memerlukan penyelidikan ilmiah
seksualitas orang tua-anak dibandingkan yang cukup besar. Karena Pendidikan
sumber informasi seksualitas lainnya adalah Seksualitas nampaknya merupakan
terjaminnya kesinambungan komunikasi konsep multi dimensi, kami menganggap
yang terjadi antara orang tuaanak. Mengingat bahwa pendekatan multidimensional dan
pentingnya peran orang tua sebagai pemberi interdisipliner serupa harus dilakukan saat
informasi seksualitas bagi anak, sebaiknya merancang, menerapkan dan menafsirkan
orang tua menjalankan peran tersebut dengan hasil dari program pendidikan seksual orang
baik agar anak tidak memenuhi rasa ingin tua (Meda, 2015)
tahunya tentang seksualitas ke sumber-sumber Hasil penelitian menunjukkan bahwa
lain yang tidak dapat dipertanggungjawabkan ada korelasi positif yang signifikan secara
kebenarannya. Terungkap bahwa komunikasi statistik antara tingkat perfeksionisme
seksualitas yang terjalin antara orang tua dan perfeksionisme seksual secara global.
dengan anak masih rendah. Bahkan masih Hasil ini penting karena ada penelitian
ditemukan orang tua yang merasa tidak yang mengaitkan dimensi tertentu atau
perlu membekali anak dengan pengetahuan bentuk perfeksionisme maladaptif dengan
seksualitas karena memandang anak akan faktor kerentanan psikopatologi. Mereka
tahu sendiri bila sudah besar (Lestari S., dapat membantu dalam menetapkan arah
2010). dan tingkat intervensi untuk mengelola
Sedangkan hasil penelitian Kerry (2017) kerentanan ini, mencegah atau mengurangi
menyatakan mayoritas orang tua beanggapan tekanan psikologis dan disfungsionalitas atau
bahwa pendidikan seksualitas pada anak hanya mengembangkan potensi seseorang
sekolah dasar itu relevan dan penting. (Meda,2015).
Pendidikan seksualitas seharusnya diberikan Orangtua melaporkan peningkatan
secara kolaboratif antara pihak sekolah pemahaman tentang kurikulum pendidikan

144 WARTA LPM ... Eny Purwandari, dkk


p ISSN: 1410-9344, e ISSN: 2549-5631

seksual dan kesadaran akan buku anak- Muhammadiyah Sragen ini adalah untuk:
anak yang relevan, meningkatkan interaksi (1) Meningkatkan pengetahuan dalam
dengan anak-anak mereka mengenai topik memberikan edukasi mengenai seks pada
pendidkan seksual dan beberapa efek anak yang sesuai, efektif dan efisien (2)
positif pada pasangan dan sikap terhadap memberi pemahaman bahwa pendidikan seks
sekolah. Ada peningkatan kepercayaan diri bukanlah hal yang tabu tetapi sebagai bentuk
dalam menangani masalah dalam kurikulum pembelajaran yang bersifat preventif agar
pendidikan seksual untuk orang tua yang anak bisa secara mandiri melindungi bagian
berusia 8 sampai 10 tahun. personalnya.
Hasil penelitian menunjukkan, Adapun manfaat yang didapatkan
dari sisi pendidikan dan pekerjaan, peserta dari mengikuti kegiatan ini antara
orangtua cukup berpotensi untuk banyak lain: (1) Mempermudah orang tua dalam
terlibat dalam pengasuhan anak. Keterlibatan memberikan penjelasan yang berkualitas dan
orangtua baik di TK maupun di rumah benar kepada anak tentang pendidikan seks;
sudah cukup baik, namun perlu ditingkatkan (2) ikut memanfaatkan dengan tepat hadirnya
khususnya dalam melatih kemandirian teknologi canggih seperti gadget dan fasilitas
keseharian anak di rumah dan kesediaan internet yang mendukung sebagai media
menjadi relawan di TK. Oleh karena itu perlu pembelajaran untuk mencari referensi terkait;
dipikirkan strategi yang sesuai agar orangtua (3) bisa berperan sebagai fasilitator anak
lebih terlibat dalam pendidikan anaknya dengan memberikan rasa aman, nyaman dan
Ada sejumlah besar anak sekolah menyenangkan ketika anak bertanya tentang
yang melaporkan peningkatan pengetahuan pendidikan seks.
kesehatan seksual di sekolah eksperimental.
Hal ini menunjukkan bahwa fasilitator METODE PELAKSANAAN KEGIATAN
kesehatan memimpin program pendidikan Mitra atau sasaran kegiatan pengabdian
seks lebih efektif dalam meningkatkan ini ialah orang tua atau wali murid SD Birrul
pengetahuan kesehatan seksual anak-anak Walidain Muhammdiyah Sragen. Jumlah
sekolah (Amini, 2015). orang tua yang terlibat sebanyak 80 orang
tua. Tahapan kegiatan pengabdian ini mulai
TUJUAN DAN MANFAAT dari persiapan hingga kesimpulan dan sasaran
Tujuan kegiatan pengabdiaan yang yang selanjutnya mengikuti alur proses kerja
diikuti oleh 80 orang tua atau selaku wali sebagaimana digambarkan pada gambar
murid siswa kelas 5 SD Birrul Walidain dibawah ini

Gambar 1. Alur kerja kegiatan pengabdian masyarakat

Kegiatan pengabdian ini diawali dengan diangkat. Rangkaian pengabdian masyarakat


pembentukan tim pelaksana yang terdiri dari yang dilakukan adalah Asesment Seluk
dosen dan mahasiswa mahasiswi Sekolah Beluk Pendidikan Seksual, Forum Group
Pascasarjana Program Magister Psikologi Discussion (FGD), Materi I, Materi II,
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kesimpulan dan Penutup.
Setelah tim pelaksana terbentuk, maka Tahap pertama, assessment dilakukan
persiapan selanjutnya menentukan materi dengan pengisian form tentang seluk
yang akan dibawakan sesuai tema yang beluk seks dan pendidikan seks orang tua

WARTA LPM, Vol. 21, No. 2, September 2018: 143-151 145


p ISSN: 1410-9344, e ISSN: 2549-5631

kepada anaknya. Pertanyaan yang di ajukan Bagaimana cara anda menjelaskan perbedaan
kepada responden tentang hal tersebut seksualitas antara anak laki-laki dengan
adalah (1) Apa yang anda ketahui tentang anak perempuan? (4) Bagaimana cara anda
pendidikan seks untuk anak? (2) Ketika anak menjelaskan perbedaan seksualitas antara
menanyakan hal berkaitan dengan seks, anak anak laki-laki dengan anak perempuan?
lebih sering bertanya pada ayah atau ibu? (3)

Gambar 2. Suasana saat pengisian form asesment

Tahap II dibuat kelompok-kelompok diberikan orang tua kepada anak. Orang tua
kecil yang berisikan 10-12 didampingi diminta untuk menjawab pertanyaan tersebut.
oleh satu fasilitator akan melakukan Diskusi kelompok antar orang tua akan
diskusi. Fasilitator membuka forum FGD dipandu oleh fasilitator. Setelah sesi diskusi
dan membagikan angket yang berisikan selesai fasilitator akan menarik kesimpulan
pertanyaan yang gunanya untuk mengambil besar dari hasil diskusi yang sudah dibahas
data tentang pendidikan seksual yang per kelompok.

(a) (b)
Gambar 3. Pelaksanaan FGD

Pelaksanaan FGD berlanjut dengan yang hadir, sehingga menjadi bukti otentik
penyajian materi. Materi pertama tentang relasi komunikasi tentang seksualitas orang
pendidikan seks dengan durasi 20 menit tua-anak. Kegiatan ini diadakan pada tanggal
disampaikan oleh Sdri. Yuli Budiarti. Materi 27 Januari 2018 bertempat di Gedung PMI
kedua disajikan oleh Dr. Eny Purwandari Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.
mengenai data-data tentang seksualitas dan
respon orang tua. Data-data yang disajikan
merupakan data dari putra putri orangtua

146 WARTA LPM ... Eny Purwandari, dkk


p ISSN: 1410-9344, e ISSN: 2549-5631

(a) (b)
Gambar. 4 Presentasi materi I dan materi II

Setelah kegiatan inti selesai, di akhir


sesi pengisi acara mengajukan beberapa
pertanyaan rebutan yang ditujukan kepada
semua peserta, hal ini dilakukan dengan
tujuan seberapa besar antusias para peserta
mengikuti kegiatan peserta yang bisa
menjawab pertanyaan dengan tepat, lugas dan
benar akan mendapat predikat peserta terbaik
dan hadiah. Selain itu Kaprodi Magister
Psikologi Universitas Muhammadiyah
Surakarta juga menyerahkan kenang-
kenangan kepada pihak SD Birrul Walidain
Gambar 5. Penyerahan kenang-kenangan
Muhammadiyah Sragen sebagai tanda terima
kasih atas kerjasama pelaksanaan kegiatan
pengabdian masyarakat.
Pada saat FGD terbangun suasana
diskusi yang menarik mengenai hasil asesmen
yang sudah diisi sebelumnya. Oleh karena itu
kegiatan pengabdian ini menggunakan angket
dengan pertanyaan terbuka. Model petanyaan
terbuka dipilih agar dapat memahami
pandangan responden tentang seksualitas
anak. Salah satu bagian dari angket bertujuan
mengungkap keterlibatan orang tua dalam
mendidik seksualitas pada anak.
Gambar 6. Peserta terbaik berfoto bersama
Hasil asesmen menjadi umpan balik
Kaprodi
dalam pelaksanaan FGD. Persepsi yang
sudah dimiliki oleh setiap peserta dan hasil
diskusi menjadi lengkap dengan sajian materi HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN
I dan materi II. Secara etimologi, Istilah seksualitas
belum ada padanan katanya dalam bahasa
Indonesia, seksualitas berasal dari kata seks,
yang berarti cirri-ciri anatomi biologi yang
membedakan antara lelaki dan perempuan.

WARTA LPM, Vol. 21, No. 2, September 2018: 143-151 147


p ISSN: 1410-9344, e ISSN: 2549-5631

Namun demikian, terma seksualitas dengan niologis, psikologis, sosial, ekonomi, politik,
maknanya yang kompleks secara historis baru budaya, etika, hukum, sejarah, agama,
muncul pada awal abad ke-18. Seksualitas dan spiritual. Begitu banyak aspek yang
dimaknai sebagai konstruksi sosial tentang mempengaruhi seksualitas namun tidak
pengetahuan, norma, dan perilaku serta banyak yang mengungkap hal ini.
subjektivitas yang berkaitan dengan seks Sementara pengetahuan orang tua
dan terkait erat dengan sistem kekuasaan mengenai pendidikan seks untuk anak cukup
pengetahuan. Seksualitas mencakup nilai mengetahuinya sebagai mana tabel 1.
atau norma, aturan-aturan, yang memberikan
status dan peran, yang membatasi dan Tabel 1 : Pengetahuan tentang pendidikan seks
mengatur perilaku atau tindakam yang untuk anak
berkaitan dengan seks. Makna seksualitas Kategori Frekuensi %
adalah bagaimana suatu masyarakat
• Batasan Pergaulan 19 23.75
memberikan arti terhadap pengalaman
• Pemahaman Menjaga Diri 17 21.25
seksual yang secara nyata ada di masyarakat.
• Perbedaan Karakteristik 16 20
Pemaknaan subjektif tidak dapat terlepas Fisik Lk dan Pr
dari sistem kekuasaan yang memperkuat atau
• Pendidikan Ilmiah dan 6 7.5
bahkan melegitimasi konstruksi pengetahuan, Agama
norma, dan perilaku seksualitas. Kebudayaan • Hubungan Lawan Jenis 4 5
juga memiliki peran dalam penentuan
• Hal Yang Tabu 4 5
makna seksualitas, yaitu kapan seseorang
• Batasan Aurat 3 3.75
dapat memulai aktivitas seksual dan kapan
• Pendidikan Akil Baliqh 3 3.75
menghentikannya, termasuk bagaimana
• Belum Tahu 3 3.75
mengekspresikannya. Seksualitas memiliki
• Tidak Menjawab 3 3.75
makna lebih luas dan mencakup tidak hanya
• Pentingnya Pendidikan 2 2.5
seks, tapi juga gender dan persoalan relasi
Seks
kuasa. Perbedaan paling penting antara
seksualitas dengan seks dan gender terletak Jumlah 80 100
pada objek materialnya. Jika seks berkaitan
dengan aspek fisik anatomic biologis, gender Berdasarkan tabel 1 dapat dicermati
berhubungan dengan konstruksi sosial, dan bahwa orang tua cenderung menjelaskan
seksualitas kompleksitas dari keduanya. Seks kepada anak yang berkaitan dengan posisi
mendefinisikan jenis kelamin fisik hanya diri dalam relasi social. Hal ini menjadi salah
pada jenis laki-laki dan perempuan dengan satu bukti bahwa Indonesia adalah sebagai
pendekatan anatomis, sedangkan seksualitas negara kolektivistik (Berry & Portinga,
merupakan konstruksi sosial terhadap 1999). Anak-anak lebih disiapkan secara
entitas seks yang mengatur bodily functions social, namun belum cukup membawa bekal
(Rohmaniyah, 2017). yang berupa pengetahun yang berkaitan
Olson & Defrain (2011) menyatakan dengan seksualitas.
bahwa seksualitas merupakan aspek penting
dalam kehidupan manusia, kesehatan, dan Tabel 2 : Penjelasan seks pada anak
kebahagiaan. Seksualitas meliputi jenis Kategori Frekuensi %
kelamin, identitas dan peran gender, orientasi • Pernah 46 57.5
seksual, erotisme, kesenangan, keintiman, • Belum 26 32.5
dan reproduksi. Seksualitas dialami dan • Tidak Menjawab 8 10
diekspresikan dalam pikiran, fantasi, Jumlah 80 100
keinginan, kepercayaan, sikap, nila-nilai,
perilaku, prakttek, peran, dan hubungan. Membicarakan seks pada anak sampai
Seksualitas dipengaruhi oleh interaksi saat ini masih dianggap tabu oleh orang

148 WARTA LPM ... Eny Purwandari, dkk


p ISSN: 1410-9344, e ISSN: 2549-5631

tua. Sehingga masih cukup besar prosentase Tabel 4 : Tempat bertanya seks anak pada orang
orang tua yang belum menjelaskan tentang tua
seks pada anak. Kondisi ini peran budaya Kategori Frekuensi %
sangat besar. Dimana pembahasan tentang • Ibu 57 71.25
seksual hanya milik orang dewasa, anak- • Tidak jawab 11 13.75
anak belum dianggap cukup umur. Selain • Keduanya 7 8.75
itu, pengetahuan tentang seksual yang • Ayah 5 6.25
dimiliki orang tua masih terbatas pada Jumlah 80 100
norma social, sehingga yang muncul dengan
penjelasan yang memakai perumpamaan Pada table 4 menunjukkan bahwa
yang mengaburkan konsep tentang sesual ibu menjadi tempat bertanya anak tentang
anak. Misalnya alat kelamin laki-laki disebut seksual dibandingkan bertanya pada bapak.
“burung” dan lain-lainnya. Pada kondisi ini menunjukkan bahwa
salah satu objek kelekatan anak adalah
Tabel 3. Cara orang tua memberi pendidikan ibu (Cavendisk, Nielsen, & Montague
seks pada anak (2012). Jika anak tidak terbentuk kelekatan
Kategori Frekuensi % pada objek lekat yang baik dan tepat akan
• Dengan cara 21 26.25 menjadikan anak mengalami gangguan
menjelaskan 12 15 perilaku. Jadi apabila anak menanyakan seks
• Cara diskusi 9 11.25 pada orang tua menjadi hal yang tepat. Tapi
• Belum waktunya 8 10 apabila 13.75% anak tidak menjawab berarti
• Belum mengetahui 7 8.75 anak masih mengalami kebingungan dan
• Penjelasan melaui media 7 8.75 mencari informasi tentang seks di tempat
• Tidak menjawab 5 6.25 yang lain dan kurang percaya pada orang tua.
• Belum pernah 4 5 Dari kegiatan pengabdian ini juga dikuatkan
• Cara mendongeng 4 5 di table 5.
• Cara bercerita 3 3.75
• Anak tidak bertanya 3 3.75 Tabel 5 : Alasan tempat bertanya anak pada
• Tidak paham dengan 1 1.25 orang tua
bahasa anak Kategori Frekuensi %
Jumlah 80 100 • Kedekatan dengan ayah/ 60 75
ibu
Orang tua yang hadir pada acara • Tidak menjawab 15 18.75
pengabdian ini adalah orang tua dari anak usia • Persamaan gender ayah/ 3 3.75
kelas 5 Sekolah Dasar dengan rentang usia ibu
10 – 11 tahun. Pada usia ini, menurut Piaget • Perbedaan karakteristik 1 1.25
(Santrok, 20011) anak masih berada pada fisik
usia transisi antara operasional konkrit ke • Anak tidak bertanya 1 1.25
operasional formal. Pada fase ini penjelasan Jumlah 80 100
sangat diperlukan untuk membangun konsep.
Namun konsep yang benar yang mudah Orang tua menjadi tempat yang baik dan
diterima logika anak yang masih dominan tepat untuk bertanya tentang seksual, selain
melibatkan panca indera yang konkrit. Jadi kepada guru. Sumber informasi tentang
orang tua harus hati-hati, cerdas dan pintar. seksual pada anak harus benar karena akan
Oleh karena itu komunikasi tentang seksual membentuk konsep tentang seksual sehingga
menjadi skill yang sangat dibutuhkan oleh tidak mengalami gangguan yang berkiatan
orang tua. Orang tua yang mempunyai dengan identitas dan peran jenis kelamin
skill terlebih dahulu harus mempunyai (Santrok, 2012).
pengetahuan tentang seks dengan baik.

WARTA LPM, Vol. 21, No. 2, September 2018: 143-151 149


p ISSN: 1410-9344, e ISSN: 2549-5631

Tabel 6 : Cara orang tua menjelaskan perbedaan pascasarjana Magister Psikologi Universitas
laki-laki dan perempuan Muhammadiyah Surakarta bekerjasama
Kategori Frequensi % dengan SD Birrul Walidain Muhammadiyah
• Menjelaskan ciri fisik 20 23.75 Sragen berjalan lancar sesuai rencana yang
• Tidak menjawab 16 20 diharapkan . Latar belakang pekerjaan
• Melalui media 12 15 serta usia dan pendidikan menjadikan
• Fungsi organ reproduksi 10 12.5 adanya beragam respon yang menjadi
• Belum menjelaskan 5 6.25 bahan diskusi yang menarik. Animo yang
• Menjelaskan perbedaan 5 6.25 besar kedatangan orang tua dalam kegiatan
perilaku pengabdian masyarakat tersebut menjadi
• Menjelaskan dengan 4 5 cerminan bahwasanya orang tua memiliki
pendekatan agama rasa curiousity tentang tema yang diusung
• Dijelaskan di sekolah 3 3.75
dikarenakan hal tersebut berhubungan
• Menjelaskan perbedaan 2 2.5
sifat laki-laki dan
langsung dengan anak-anak yang notabene
perempuan masih berada di usia belia. Para orang tua
• Menjelaskan batasan 1 1.25 juga mengharapkan kegiatan-kegiatan sejenis
pergaulan dapat diadakan lagi dengan tema yang terkini
• Menjelaskan cara 1 1.25 sebagai sarana pembelajaran.
berpakaian Diharapkan setelah selesai kegiatan
• Menjelaskan dampak 1 1.25 ini para orang tua bisa menyampaikan,
perilaku meluruskan dan mengaplikasikan langsung
Jumlah 80 100 dalam kehidupan sehari-hari terkait dengan
pendidikan seks yang selama ini masih
Pada table 5 menunjukkan bahwa orang banyak kesalahpahaman atau menganggap
tua sudah menjelaskan seksual pada anak itu sesuatu yang “memalukan”, sesuatu yang
dengan tahapan perkembangan kognitif “tabu” disampaikan kepada anak. Selain
yang sudah cukup sesuai, yaitu tahapan itu, diharapkan orang tua tidak bosan untuk
perkembangan operasional konkrit. Pada mencari referensi yang disertai dengan
usia ini orang tua dituntut untuk mampu penjelasan ilmiah bukan sekedar pendapat
menjeaskan tentang seksualitas yang bisa sendiri atau asumsi yang bisa menyebabkan
ditangkap oleh panca indra anak, misalnya salah kaprah. Buatlah diskusi yang
dengan gambar, tentunya yang sesuai dengan menyenangkan bersama anak melalui media
usianya, menjelaskan dengan bahasa ilmiah bacaan baik cetak maupun elektronik agar
Keterlibatan orang tua anak dalam anak bisa mencerna dengan mudah.
pendidikan seks menjadi hal yang penting
diketahui oleh orang tua. Pengetahuan PERSANTUNAN
orang tua tentang cara berkomunikasi
tentang seksualitas pada anak, ketrampilan Kami ucapkan terimakasih kepada
menyampaikan informasi yang benar tentang Pimpinan Universitas Muhammadiyah
seksualitas, menghadapi keingintahuan anak Surakarta yang telah memberikan pendanaan
yang berkaitan dengan identitas dan peran dalam kegiatan ini. Kami juga mengucapakan
jenis kelamin, menjadi kebutuhan orang tua. terimakasih kepada pihak pengelola SD
Oleh karena itu parenting yang membahas Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen
tentang pendidikan seksualitas sejak dini yang telah berkenan menjadi mitra dalam
menjadi urgent. pelaksanaan pengabdiaan ini serta mahasiswa
Magister Sains Psikologi 2016 yang
KESIMPULAN DAN SARAN berkenan membantu terlaksananya kegiatan
ini. Semoga kegiatan ini dapat memberikan
Secara keseluruhan kegiatan pengabdian kemanfaatkan yang berkelanjutan.
masyarakat yang diadakan oleh sekolah

150 WARTA LPM ... Eny Purwandari, dkk


p ISSN: 1410-9344, e ISSN: 2549-5631

DAFTAR PUSTAKA

Berry, J.W; Pootinga, Y.H; Segall, M.H dan Dasen, P.R. 1999. Psikologi Lintas Budaya : Riset
dan Aplikasi. Terjemahan oleh PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
BIBLIOGRAPHY Alimmuha, M. (2013, April ). Melindungi Anak dari Konten Negatif
Internet. Studi terhadap peramban Web Khusus Anak, SAWWA, p. Vol. 8 no 2 .
Amini, M. (2015 ). PROFIL KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK
USIA TK. journal international, Vol. 10 no 1.
Cavendisk, W., Nielsen, A.L., & Montague. M. (2012). Parent attachment, school commitment,
and problem behavior trajectories of diverse adolescents. Journal of Adolescence, 35(6),
1629–1639. doi: 10.1016/j.adolescence. 2012.08.001
Jennifer, G. (2017). “We Talked About Sex.”“No, We Didn’t”: Exploring Parent Agreement
About Sexuality Communication. International Journal , Vol. 0,1-15.
Kerry, R. (2017). Responsibilities, tensions and ways forward: parents’ perspectives on
children’s sexuality education. International Journal Sex Eduacation, Vol. 12-27.
Kim, J. L. (2007). Silence speaks volumes: Parental sexual communication among. Journal of
Adolescent Research, Vol. 22, 3-31. DOI: 10.1177/0743558406294916.
Lestari, S. &. (2007). Sikap ibu terhadap pertanyaan anak tentang seksualitas. Psikologika, Vol.
12, 147-155.
Lestari, S. (2010). Youth courtship sexual behavior, exposure to pornography, and parental
sexual communication. Anima, Vol. 25 (4),257-264.
Lestari, S. (2013). KOMUNIKASI SEKSUALITAS ORANG TUA-ANAK BERBASIS NILAI.
Prosiding Seminar Nasional Parenting. Solo .
Lestari, S. S. (2011). Identifikasi kebutuhan informasi seksualitas pada remaja . Jurnal Ilmiah
Psikologi, Vol. 5 (2), 180-188.
Meda V. Popa, A. S. (2015). Satisfaction and Communication in Couples of Parents and Potential
Parents – Psychological Predictors and Implications for Sexuality. Interational Journal
ScienceDirect, Vol 402-410.
Meda V. Popa, A. S. (2015). The Role of Parents in Shaping and Improving the Sexual Health of
Children - Lines of Developing Parental Sexuality Education Programmes. International
Journal , Vol. 395-401.
Olson, D.H., DeFrain, J., & Skogrand, L. (2011). Marriages Familes: Intimacy, Diversity, and
Strengths. Seventh edition. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Santrok, J.W. (2011). Perkembangan Anak Jilid 2 Edisi 7. Terjemahan Sarah Genis B. Jakarta
: Erlangga.

WARTA LPM, Vol. 21, No. 2, September 2018: 143-151 151

You might also like