You are on page 1of 6

MATERI BIMBINGAN KHOTBAH

Minggu, 8 Oktober 2023

Oleh: Pdt.Norry Titing – Sipahelut

Nas Bacaan : Yohanes 3 : 22-36


Tema Bulanan : Memberitakan Injil Dan Menatalayani Gereja
Tema Mingguan : Bersaksilah Tentang Kristus

PENGANTAR
Upaya menempatkan Yohanes 3 : 22-36 untuk dikhotbahkan pada kebaktian minggu ke dua
Oktober, setelah kebaktian minggu Perjamuan Kudus Oikumene di minggu pertama, bertujuan untuk
menyoal keesaan gereja dalam tugas bersama membritakan Injil. Sesuai fakta, keragaman gereja
secara doktrin dan kelembagaan telah membedakan (cendrung memisahkan) gereja satu dari yang
lainnya.
Doktrin setiap gereja menjadi pedoman dalam melaksanakan pelayanan gerejawi.
Perkembangan doktrin dari setiap gereja membawa perobahan yang sangat signifikan dalam
pelaksanaan berbagai kegiatan gerejawi. Setiap gereja merumuskan doktrin sesuai dengan cara
pandang dan teologinya masing-masing. Juga, memiliki pola penafsiran Alkitab yang berbeda dan
menjadi ciri khasnya. Perbedaan doktrin mengakibatkan tersedianya dan terbuka kesempatan untuk
terjadinya perdebatan yang rumit dan tak kunjung selesai diantara gereja-gereja, berakibat pada
menguatnya perpecahan didalam gereja dan persaingan antar gereja. Perpecahan dan persaingan antar
gereja telah mereduksi tugas gereja yaitu bersaksi tentang Kristus.
Karenanya, eksistensi Gereja1 sebagai persekutuan yang didirikan oleh Allah dan diutus oleh
Allah untuk berkarya mewujudkan shalom atau damaisejahtera Allah bagi dunia, menjadi alasan
mendasar untuk gereja-gereja mengesa (bersekutu/bersatu).
Dalam perspektif itu, dirumuskan tema bulan Oktober “Membritakan Injil Dan
Menatalayani Gereja”. Supaya realitas gereja-gereja menjadi jawaban bagi problematika yang
dialami masyarakat.
Alkitab menjelaskan bahwa penatalayan 2 merupakan pemberian tanggungjawab oleh Allah
kepada manusia. Sejak penciptaan, Allah memanggil manusia untuk bertanggungjawab atas bumi dan
segala isinya. Tanggungjawab ini merupakan anugrah yang diberikan oleh Allah. Manusia harus
melakukan mandat ini dengan rendah hati dan setia serta takluk dihadapan Allah. Karenanya, peranan
manusia bukanlah sebagai pemilik maupun penguasa atas bumi dan segala isinya, tetapi manusia

1
Kata gereja dari kata Yunani kyriake = milik Tuhan, sebagai sebutan bagi persekutuan yang menjadi milik Tuhan yaitu orang-
orang yang percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat. Dalam PB, dipakai kata eklesia = perkumpulan orang-orang
yangdipanggil untuk berkumpul . Dalam bahasa Ibrani dipakai kata qahal = pertemuan orang-orang yang mengadakan
perjanjian di Sinai ( Ulangan 9:10; 10:4). Qahal dihubungkan langsung dengan Allah, sehingga qahal mengalami perkembangan
makna secara religius
2
Dalam PL, penatalayan artinya kepala rumah tangga – ha is hasher al- (Kejadian 43:19) atau kepala – asher al bayith- (Kejadian
44:4), yang artinya orang yang kepadanya dipercayakan tanggungjawab dan tugas untuk mengepalai serta mengurus harta
serta segala kegiatan dalam rumah tangga. Juga istilah sar (1Tawarikh 28:1) yang artinya orang yang melayani dalam kedudukan
sebagai pangeran atau kepala pasukan. Dalam PB, dipakai kata oikonomia (oikos=rumah; nomos=mengurus). Juga dipakai kata
epitropos untuk menggambarkan seseorang yang berfungsi dalam penatalayan atau menjelaskan seorang tuan yang
memberikan kepercayaan dan tanggungjawab kepada seseorang untuk mengurus kepemilikannya (Yohanes 7: 16-18, 6:37-40;
Matius 20:8; Lukas 8:3; Galatia 4:2)
hanyalah sebagai seorang hamba/pekerja yang diberikan tanggungjawab untuk mengatur dan
mengelola pemberian dari tuanNya. Panggilan penatalayan Israel sebagai umat Allah adalah
perwujudan pelaksanaan penatalayan pekerjaan Allah oleh umat Allah sebagai suatu kelompok
(bangsa). Panggilan penatalayan tersebut diberikan Allah kepada Israel, sebagai anugrah kedaulatan
Allah untuk menggenapkan janji penyelamatanNya kepada Abraham (Kejadian 12: 1-3; 15: 13-21).
Yesus sendiri menggambarkan penatalayan sebagai bagian utuh dari tujuan kedatanganNya ke dalam
dunia, dengan berkata “Anak Manusia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dan
untuk memberikan nyawaNya untuk menjadi tebusan bagi banyak orang (Markus 10:5)”. Dalam
pengertian itu, Gereja dan atau gereja-gereja merupakan suatu komunitas penatalayan dalam
tujuan utama Allah di dalam sejarah manusia. Penatalayan gereja-gereja memberi aksentuasi pada
“Bersaksi tentang Kristus” (tema mingguan).

Mendalami Teks Yohanes 3 : 22-36 Dalam Tema Bersaksilah Tentang Kristus


(Teks – Konteks)
Tema Bersaksilah Tentang Kristus merupakan suatu outokritik terhadap gereja-gereja dalam
dunia sesuai dengan eksistensinya; Bahwa tujuan dan inti kesaksian gereja adalah Kristus; gereja
adalah saksi3 Kristus. Teks Yohanes 3 :22-36 menolong kita untuk memahami bagaimana
seharusnya gereja-gereja Bersaksi tentang Kristus, seperti pengalaman Yohanes Pembaptis
Para pembaca Injil Yohanes adalah persekutuan umat purba yang tradisinya berpusat pada
Yesus dan murid-muridNya. Mereka bertikai dengan pengikut Yohanes dan kelompok Yahudi yang
selalu menentang dan menolak Yesus karena pengajaran Yesus dianggap bertentangan bahkan
merombak doktrin dan tradisi yang dianut mereka.
Yohanes pasal 3 meyajikan 2 kisah yakni : (1).Percakapan Yesus dengan Nikodemus (3:1-21),
dan (2). Kesaksian Yohanes tentang Yesus (3: 21-36). Dua kisah tersebut saling terhubung sebagai satu
kesatuan berita yaitu menjelaskan tentang keberadaan Yesus sebagai Mesias, Anak Allah, agar semua
orang menjadi percaya dan diselamatkan. Karena itu, didalam pasal 3 : 22-36, penulis menjelaskan
bagaimana Yohanes menjadikan Kristus sebagai sentra kesaksiannya
ayat 22-24 : Bergerak Bersama Dalam Perbedaan Untuk Bersaksi Tentang Kristus
Injil Matius 4: 12-17, Markus 1:14-15 dan Lukas 4: 14-15 menceritakan bahwa Yesus
melakukan pelayananNya setelah Yohanes pembaptis dipenjara. Berbeda dengan Injil Yohanes yang
menceritakan bahwa Yesus dan Yohanes Pembaptis melakukan pelayanan secara bersamaan pada
tempat yang berbeda tetapi berdekatan. Tujuannya adalah memberi keutamaan pada Yesus atau
menonjolkan Yesus.
Yesus dan Yohanes (sekalipun berbeda dalam beberapa hal), tetapi secara bersama melakukan
tugas membaptis orang-orang yang datang pada mereka: Yesus dan para muridNya membaptis orang
di Yudea, sementara Yohanes dan para muridnya membaptis orang di Ainon dekat Salim, sebab di situ
banyak air. Tidak dijelaskan bagaimana Yesus dan para muridNya membaptis orang-orang,

3
Dalam PB, seorang saksi adalah seorang yang dapat bersaksi tentang perbuatan Yesus dalam pelayananNya, tentang kematian
dan kebangkitanNya (Kis.1:22)
sementara Yohanes membaptis orang-orang dengan menggunakan air. Lokasi Ainon dekat Salim
adalah daerah yang memiliki banyak air sehingga bisa digunakan untuk pembaptisan.
Disepanjang sejarahnya, setiap gereja, sesuai doktrinnya melakukan baptisan sehingga
didalam kenyataannya terdapat beragam pemahaman tentang baptisan. Sekalipun demikian, kita
menemukan hal yang mendasar dari gereja-gereja, yaitu gereja-gereja bergerak bersama bersaksi
tentang Kristus, melakukan pembaptisan kepada setiap orang yang mau menerima Yesus sebagai
Tuhan.
Ayat 25 : Tantangan Bersaksi Tentang Kristus : Perselisihan tentang penyucian
Perselisihan para murid Yohanes dan seorang Yahudi tentang penyucian, sebenarnya dipicu
oleh tindakan baptisan yang dilakukan Yesus dan para muridNya. Murid-murid Yohanes merasa
terganggu, ketika Yesus dan para muridNya juga membaptis banyak orang yang mengikutiNya.
Baptisan yang dilakukan Yohanes adalah baptisan memasukan (Baptizo= membenamkan,
menenggelamkan atau membinasakan) seseorang ke dalam pengalaman tanda pertobatan atau
lambang pertobatan dengan menggunakan air. Murid-murid Yohanes merasa terganggu, ketika Yesus
dan para muridNya juga membaptis banyak orang yang mengikutiNya. Mereka berselisih dengan
seorang Yahudi tentang soal penyucian (baptisan) karena seorang Yahudi itu dibaptis oleh Yesus.
Setelah berselisih, lalu mereka pergi menjumpai Yohanes untuk menyoal baptisan yang dilakukan
Yesus dan para muridNya. Jadi, mereka menyoal kebenaran baptisan yang dilakukan Yesus dan para
muridNya.
Perbedaan doktrin baptisan pada setiap gereja merupakan obyek perdebatan yang belum
berakhir sampai saat ini, karena cara pandang teologi yang berbeda. Akibatnya, praktek baptis ulang
harus dilaksanakan bagi warga gereja yang berpindah ke gereja yang lain karena berbagai alasan 4.
Setiap gereja menganggap bahwa baptisan di gerejanya yang lebih suci, digereja lain tidak suci. Tentu
saja, praktek baptis ulang menimbulkan persoalan teologi. Baptis ulang adalah satu bentuk
penyangkalan terhadap kesetiaan Allah terhadap perjanjian dan mempermainkan perjanjian Allah.
Secara eklesiologi, dengan melakukan baptis ulang tersebut berarti gereja menganggap dirinya sebagai
yang berkuasa menentukan keselamatan. Secara khusus, jika menolak baptisan anak berarti menolak
keselamatan Allah kepada anak-anak, atau membatasi keselamatan hanya kepada orang dewasa 5.
Ayat 26 : Tantangan Bersaksi Tentang Kristus : Merasa Tersaingi

4
Dari hasil workshop oikumene ditemukan beberapa alasan mendasar penyebab warga gereja mengikuti baptisan ulang antara
lain : pernikahan beda aliran, konflik internal keluarga, konflik antar tetangga, konflik dengan pelayan, merasa terabaikan oleh
pelayan ketika mengalami persoalan hidup yang berat, tidak puas dengan pelayanan dalam jemaat, pengaruh luar
5
Akta baptis ulang berawal dari gerakan Anabaptisme di Swiss, dikalangan para pengikut Zwingli dan terdiri atas sejumlah
orang yang ingin menerapkan cita–cita reformasi dengan lebih konsekuen dan radikal dari apa yang dianggap mungkin oleh
Zwingli. Mereka menganggap bahwa jemaat–jemaat yang menerima reformasi harus terdiri atas orang–orang yang
menyerahkan diri secara total kepada Allah dalam iman, memisahkan diri dari dunia sekitar yang penuh kejahatan dan mentaati
perintah–perintah Kristus dengan ketaatan mutlak. Nama “anabaptis” artinya orang yang membaptis kembali, menunjuk pada
pemahaman bahwa hanya orang yang menerima Kristus secara sungguh–sungguh dan mulai hidup secara baru. Jadi, hanya
orang dewasa yang dapat menerima baptisan sebagai tanda kelahiran baru. Karena pada waktu itu semua orang telah dibaptis
sebagai anak, baptisan ini sebagai baptisan ke–2 kalinya supaya jemaat hanya terdiri atas orang–orang yang hidup secara suci
dan bisa berdiri di depan Kristus sebagai jemaat yang kudus dan tak bercela (Efesus 5 : 27). Jadi, kesucian gereja sangat
tergantung dari kesucian anggota gerejanya. Menuntut kesucian berarti menyangkal bahwa gereja terdiri atas orang – orang
berdosa, yang setiap hari membutuhkan pengampunan supaya dapat menghadap Allah. Memisahkan diri dari gereja karena
dianggap tidak suci berarti memisahkan diri dari pengampunan dosa yang dikaruniakan Allah kepada gereja-Nya melalui
pembritaan Injil Kasih Karunia Allah dan melalui sakramen-sakramen, Apa Itu Calvinisme : Dr. Christian De Jonge, Apa Itu
Calvinisme?, Jakarta, BPK Gunung Mulia : 1980, hlm 149 - 151
Para murid Yohanes menyadari satu hal, yaitu ternyata lebih banyak yang mengikut Yesus
dibandingkan Yohanes Pembaptis (bdgkan.Yoh.4:1). Karena itu mereka membahas tentang Yesus
kepada Yohanes Pembaptis di ayat 26. Para murid Yohanes sangat terganggu ketika banyak orang
mengikuti Yesus untuk dibaptis. Perhatikan anak kalimat “…Dia membaptis juga dan semua orang
pergi kepadaNya”. Sepertinya para murid Yohanes Pembaptis mempersalahkan Yohanes Pembaptis
yang telah membaptis Yesus. Mereka merasa, Yohanes Pembaptis adalah seorang guru yang hebat dan
lebih besar dari Yesus, sebab Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis; Mereka ingin mempertahankan
kehebatan Yohanes Pembaptis serta jumlah pengikutnya yang harus bertambah dan tak boleh
berkurang. Guru mereka tak boleh dikalahkan oleh orang lain. Sebagai murid mereka merasa memiliki
kehebatan tersendiri. Para murid Yohanes belum mengerti secara utuh keberadaan Yesus dan
bagaimana hubungan Yesus dan Yohanes Pembaptis.
Kelembagaan, doktrin dan tradisi gereja telah menegasikan gereja satu dari yang lainnya.
Masing-masing gereja cendrung merasa diri lebih hebat dan unggul dari yang lain. Akibat terburuknya
adalah menguatnya persaingan diantara gereja-gereja untuk mendapatkan pengikut yang banyak; Jika
demikian, maka Yesus bulan lagi menjadi fo
Ayat 27-29 : Bersaksi Tentang Yesus Membutuhkan Spiritualitas6 Jujur
Yohanes Pembaptis menjawab pertanyaan para muridnya diayat 26, dengan sangat jujur7. Ia
jujur tentang realitas Allah yang mengutusnya, dan jujur tentang realitas dirinya dalam hubungan
dengan Yesus sebagai yang diutus Allah. Kejujuran Yohanes Pembaptis tentang dua realitas tersebut,
nampak dalam jawaban Yohanes Pembaptis. Menurutnya, apa yang dilakukan Yesus dan para
muridNya adalah karunia Allah.Sebagai karunia Allah maka tak seorangpun dapat mengambilnya.
Jadi, Tidak ada yang salah dari pelayanan Yesus sebagai Anak Allah yang diutus ke dalam dunia.
Sukses dalam pelayanan bersumber dari Allah pemilik seluruh pelayanan tersebut. Justru apa yang
dilakukan Yesus untuk menggenapi pembritaan Yohanes Pembaptis tentang Yesus sebagai Mesias,
Anak Allah. Pelayanan Yesus dan Yohanes Pembaptis merupakan satu mata rantai dalam karya
peneyelamatan Allah bagi manusia dan dunia. Yohanes Pembaptis ingin supaya para muridNya jujur
terhadap seluruh realitas tersebut dan jujur terhadap proses bersama diantara mereka. Yohanes
mengingatkan mereka pada fakta yang terjadi sebelumnya. Karena itu, ia berkata :”kamu sendiri dapat
memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata aku bukan Mesias tetapi aku diutus untuk
mendahuluiNya”.
Gereja-gereja harus jujur terhadap realitas dirinya sebagai yang berasal dari Allah dan diutus
oleh Allah, dan jujur tentang realitas dirinya dalam hubungan dengan gereja yang lain. Kehadiran
Gereja-gereja ditengah dunia merupakan bagian dari mata rantai karya keselamatan Allah di tengah-
tengah dunia. Satu terhadap yang lain saling melengkapi sebagai satu kekayaan karunia dari Allah.
Supaya gereja-gereja mengalami pertumbuhan iman didalam Kristus. Gereja-gereja tidak saling
bersaing untuk mendapatkan pengikut yang banyak. Dalam pengertian itu, Spiritualitas jujur harus
menjadi perilaku dan roh untuk kehidupan bergereja, dan kerjasama antar-gereja dalam tugas
membritakan Injil. Spiritualitas jujur mewajibkan gereja-gereja untuk saling menghargai, dan tidak
cemburu atau irihati diantara satu dengan yang lain. Spiritualitas jujur mempertajam kesadaran gereja-
gereja bahwa mereka sementara mengerjakan pekerjaan Tuhan bukan pekerjaan manusia. Spiritualitas
jujur gereja-gereja berguna mengedukasi dan menuntun masyarakat untuk mengalami cinta kasih
Allah di dalam diri Yesus.
6
Spiritualitas berhubungan erat dengan pengalaman pribadi yang bersifat transcendental dan individual dalam hubungan
individu dengan sesuatu yang dianggapnya bermakna
7
Jujur artinya terbuka, blak-blakan, terus-terang, tulus, benar
Ayat 29-30 : Tujuan Bersaksi Tentang Yesus : Ia Harus Makin Besar, Tetapi aku Harus Makin
Kecil
Yohanes memposisikan dirinya sebagai sahabat Yesus, bukan sebagai mempelai laki-laki.
Yesus adalah mempelai laki-laki, yang berhak atas mempelai perempuan yaitu pengikutNya.Sebagai
sahabat, Yohanes Pembaptis berdiri disamping Yesus untuk mendengarkan Yesus berbicara. Suara
Yesus membawa sukacita tersendiri bagi Yohanes Pembaptis. Suara Yesus nampak dalam
pengajaranNya, pembritaanNya. Semuanya itu menggenapi nubuat Yohanes Pembaptis. Orang banyak
pada masa itu menyaksikan kebenaran nubuatan Yohanes Pembaptis.
Yohanes Pembaptis sadar bahwa ia tidak lebih dari Yesus. Ia hanyalah alat kecil untuk misi
Kerajaan Allah yang dibawa oleh Yesus ke dalam dunia. Yohanes Pembaptis tidak menempatkan
dirinya sebagai tujuan dari seluruh kesaksiannya, tetapi Yesus. Seluruh kesaksian Yohanes Pembaptis
adalah tentang Yesus. Karenanya, Yohanes Pembaptis tidak merasa terganggu jika banyak orang
meninggalkan dirinya dan mengikut Yesus. Atau, popularitas meredup ditengah kerja kerasnya
mengajak banyak orang untuk bertobat Justru, ia sangat bersukacita akan hal itu. Sukacitanya semakin
penuh jika semakin banyak orang yang mengikut Yesus dan percaya padaNya. Itulah tujuan kesaksian
Yohanes Pembaptis. Karena itu, ia berkata kepada para muridnya : “dan sekarang sukacitaku itu
penuh, Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil”.
Semua gereja hanyalah alat kecil ditangan Allah. Tujuan kesaksian gereja bukanlah tentang
dirinya sendiri. Gereja tidak menyelamatkan orang, melainkan Yesus. Gereja-gereja harus bersaksi
tentang Yesus. Bagaimana mereka mendengarkan suara Yesus dan mengalami Yesus dalam kehidupan;
bagaimana kuasa dan kasih Yesus memimpin kehidupan bergereja; bagaimana visi Kerajaan Allah
yang menyata didalam diri Yesus, disampaikan oleh gereja. Supaya, jika orang banyak datang ke
gereja itu bukan karena gedungnya bagus, ruangannya full-ac, ibadahnya singkat, musiknya bagus, dll.
Tetapi, karena orang menemukan dan mengalami sentuhan kasih dan kuasa Yesus didalam pelayanan
atau kesaksian gereja. Jadi, Yesus menjadi alasan untuk orang berlomba beribadah, berlomba berbuat
baik, berlomba bertobat, berlomba menyenangkan hati Tuhan. Inilah yang dimaksudkan dengan “Ia
harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil”. Yesus yang semakin besar dan di puji, bukan gereja
atau yang lain
Itulah sukacita gereja-gereja. Sukacita terhubung dengan soal kebatinan manusia, meliputi
keadaan senang dan tidak senang (1Tesalonika 1:6; Kis.Para Rasul 5:41). Sukacita bukan bawaan
sejak lahir. Sebab sukacita adalah karya Allah, karya kuasa Allah. Didalam sukacita gereja mengalami
pertumbuhan. Gereja harus meninggikan Yesus bukan meninggikan dirinya sendiri. Supaya, Allah
membri pertumbuhan bagi setiap kesaksian gereja-gereja.
Ayat 31-36 : Yohanes Pembaptis Bersaksi Tentang Yesus
Yohanes Pembaptis sebenarnya masih menghadapi kekuatiran para muridnya tentang Yesus
dan kebanggaan mereka terhadap Yohanes Pembaptis. Juga, untuk menjelaskan mengapa “Yesus harus
semakin besar dan Yohanes Pembaptis harus semakin kecil, maka Yohanes Pembaptis menjelaskan
tentang hal yang sangat mendasar dalam diri Yesus yaitu (1). Keberadaan Yesus sebagai yang berasal
dari sorga, yang berbeda dengan dirinya sebagai manusia biasa. Sehingga Yesus lebih tinggi dari
dirinya. (2).Yesus adalah Anak Allah, yang di utus Allah. (3). Yesus penuh dengan Roh Allah untuk
menyampaikan firmanNya (3). Allah telah menyerahkan segala sesuatu kepada Yesus. (4). Siapa yang
percaya kepada Yesus beroleh hidup yang kekal. Sebaliknya, murka Allah dialami oleh setiap orang
yang tidak percaya pada Yesus.
Substansi kesaksian gereja-gereja harus membuktikan bahwa Yesus adalah Anak Allah,
Yesus penuh dengan Roh Allah, segala sesuatu dari Allah ada didalam diri Yesus, hidup kekal hanya
ada didalam Yesus. Kesaksian gereja tentang Yesus bukan sebatas doktrin/dogma yang ajarkan secara
berulang dari zaman ke zaman; juga bukan suatu hal yang mudah semudah perkataan. Perkembangan
ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta perobahan zaman telah menggugat gereja-gereja dalam
kesaksiannnya tentang Yesus. Karenanya, diperlukan kesehatian gereja-gereja untuk menarasikan
Yesus sebagai Mesias Anak Allah dalam aksi bersama…supaya “dalam nama Yesus semua lutut
segala yang ada dilangit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah
mengaku “Yesus Kristus adalah Tuhan..(Filipi 2 : 10-11)” ………selamat berkhotbah

You might also like