You are on page 1of 8

Pola Patron-Klien Pedagang Pasar Tradisional.............

(Fatwa Nurul

7
POLA PATRON-KLIEN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL
DALAM PENINGKATAN KESEJAHTERAAN

PATRON-CLIENT PATTERN ON WELFARE ENHANCEMENT


OF TRADITIONAL VENDORS

Fatwa Nurul Hakim


Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS) Kementerian Sosial
RI Jl. Kesejahteraan Sosial No.1 Sonosewu Yogyakarta Indonesia HP 082134205810
Email hakim.fatwa@yahoo.com
Naskah diterima 6 Februari 2016, direvisi 5 Maret 2016, disetujui 3 April 2016

ABSTRACT

Traditional market as micro economy activity vehicle in community also meant as public space where
social activity set in the market. Social activity mentioned is between buyers and vendors bargaining to get
dealed price, social interaction that involving employer and employee. Communication pattern set in the
traditional market is interesting to be studied, one of those is patron-client in traditional market. Patron-client
relation set a joint venture among vendors that is useful on business continuity in traditional market. The
research on patron-client relation model of traditional vendors to enhance welfare was done at Windujenar
Market, Surakarta. Informants consist vendors and managers as many six people. Research method used was
qualitative-descriptive. Data were gathered through indepth interview with interview guide. The research found that
patron-client relation at traditional market manifested through men power recruitment, wage payment, job distribution,
relation with work partners, and between employer and worker also there is reciprocal relation, such as mutual
cooperation in every family feast. It recommended for the directorate of city poverty, the Ministre of Social
Affairs, to be developed as a model social welfare service so that can minimalize social gap between patron
(capital owner) and worker (labor).

Keywords: Role, Patron-Client, Traditional Market

ABSTRAK

Keberadaan pasar tradisional sebagai wahana aktivitas ekonomi mikro di masyarakat juga sebagai ruang publik
dimana aktivitas sosial terbentuk di pasar. Aktivitas sosial yang dimaksud adalah pembeli dan pedagang tawar menawar
untuk mendapatkan kesepakatan harga, interaksi sosial yang melibatkan antara juragan dengan pekerja. Pola hubungan yang
dibangun di pasar tradisional inilah yang menarik untuk dikaji, salah satunya hubungan patron-klien di pasar tradisional.
Hubungan patron-klien terbentuk kerjasama antar pedagang yang sangat berguna bagi kelangsungan usaha di pasar tradisional.
Penelitian pola patron-klien pedagang pasar tradisional dalam peningkatan kesejahteraan ini dilakukan di Pasar Windujenar
Surakarta. Informan terdiri atas pedagang, pengelola enam orang. Metode penelitian menggunakan deskriptif kualitatif, data
diperoleh melalui wawancara mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara. Hasil dari penelitian ini adalah pola
patron klien di pasar tradisional tercermin dari rekruitmen tenaga kerja, pembayaran upah, pembagian kerja, hubungan
dengan mitra kerja, dan antara juragan dengan pekerja juga ada hubungan timbal balik berupa gotong royong apabila ada
keperluan keluarga atau hajatan. Disarankan pada Direktorat Jenderal Penanganan Fakir Miskin Perkotaan Kementerian
Sosial RI pola patron-klien selalu terjadi di setiap usaha, apabila pola patron klien ini di kembangkan di model pelayanan
kesejahteraan sosial, maka dapat meminimalkan kesenjangan sosial antara juragan (pemilik modal) dengan pekerja (buruh).

Kata Kunci: Peran, Patron-Klien, Pasar Tradisional

1
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 40, No. 1, April 2016, 71-78

A. PENDAHULUAN Disini yang menjadi satu ketertarikan


Pasar tradisional merupakan institusi sosial tersendiri bagi peneliti adalah mengenai pola
yang memiliki peran strategis di dalam proses hubungan kerja yang terbentuk antar pedagang di
pembangunan berbangsa dan bernegara. Pasar pasar tradisional. Pola hubungan kerja mejadi suatu
tradisional yang merupakan pusat kebudayaan kian hal yang menarik, karena bagi peneliti pola
tergerus keberadaannya di era globalisasi ini. hubungan kerja tersebut memiliki kaitan yang erat
Perkembangan wilayah di Indonesia baik desa dengan kemajuan dan perkembangan usaha. Dimana
maupun kota tidak terlepas dari peran dan hubungan yang terjalin tersebut akan
keberadaan pasar tradisional, dalam arti bahwa mempengaruhi proses pelaksanaan kelangsungan
pasar tradisional merupakan cermin kehidupan usaha di pasar tradisional. Tanpa adanya hubungan
sosial pada wilayah tertentu. kerja yang baik, maka aktivitas jual beli tersebut
Keberadaan pasar tradisional sebagai pusat tidak akan berjalan dan tidak akan berkembang.
kebudayaan, dimana segala macam ekspresi Penelitian ini melihat mengenai pola hubungan kerja
perilaku dan nilai yang melekat dalam masyarakat patron-klien yang terbentuk antar pedagang yaitu
terekspresikan dan diproduksi serta dipasarkan antara juragan (pemilik kios) dengan pekerja
didalamnya. Ciri aktivitas di pasar tradisional (penunggu kios). Menurut James C. Scott,
bahwa kesepakatan dibangun dengan tawar- hubungan patron- klien merupakan hubungan
menawar yang merupakan bangunan dasar pertukaran antara dua orang yang melibatkan
demokrasi dalam arti membangun kesepakatan persahabatan instrumental dimana seorang individu
untuk mufakat. Namun demikian pasar tradisional dengan status sosio-ekonomi yang lebih tinggi
sedikit demi sedikit mengalami kemunduran dan (patron) menggunakan pengaruh dan sumberdaya
termarjinalisasikan, karena akibat dari kebijakan dan yang dimilikinya untuk menyediakan perlindungan
sistem ekonomi yang tidak lagi berpihak atau atau keuntungan bagi seseorang yang lebih rendah
berpijak pada kepentingan masyarakat banyak, statusnya (klien). Pada gilirannya, klien
akhirnya pasar tradisional dikorbankan. Telah membalasnya dengan menawarkan dukungan
menjadi kesadaran kolektif, bahwa keberadaan umum dan bantuan kepada patron (James C. Scott,
pasar tradisional merupakan identitas suatu daerah 1993).
tertentu dan sekaligus menjadi perekat hubungan
Hasil penelitian oleh Ely Kristanti tahun
sosial diantara warga masyarakat. Dengan
2011 menunjukkan bahwa dalam hubungan kerja
mengamati pasar, kita dapat mengetahui berbagai
patron klien juru parkir di Taman Pancasila
macam menu makanan yang tersaji berasal dari
Kabupaten Karanganyar merupakan sebuah
hasil bumi, apa yang dihasilkan di “hinterland” itu,
hubungan patron-klien berlapis yaitu yang terjadi
cara orang bertegur sapa, cara berpakaian orang-
antara koordinator lapangan dengan juru parkir
orang dari berbagai kelas, sekaligus standar artistik
resmi, dan antara juru parkir resmi dengan juru
penataan, tingkat- tingkat bahasa dan dialek yang
parkir tidak resmi. Hubungan kerja disebabkan oleh
dipergunakan menunjukkan ciri daerah tertentu.
motif ekonomi, dimana kedua belah pihak berharap
Pada dasarnya keberadaan pasar tradisional sama-sama memperoleh keuntungan. Bagi klien
di Indonesia memberikan andil yang cukup besar upah/rewad yang diterima akan mereka gunakan
terhadap produk nasional, sebagai sumber untuk pemenuhan hidup sehari- hari. Sedangkan dagi
pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja. Oleh patron keuntunganya adalah untuk meningkatkan
karena itu, keberadaan pasar tradisional di taraf hidup melalui pengembangan usaha yang
Indonesia perlu mendapatkan perhatian, pembinaan dimiliki. Temuan yang menarik dalam penelitian
dan pengarahan baik dari segi permodalan maupun hubungan kerja patron-klien juru parkir yang
penataan kios. Sehingga dalam hal ini peranan terjadi di Taman Pancasila Kabupaten Karanganyar
pemerintah sangat diperlukan guna kelangsungan adalah merupakan hasil adopsi dari sebuah norma
usaha. hubungan yang mereka jalani pada saat

2
Pola Patron-Klien Pedagang Pasar Tradisional.............(Fatwa Nurul

mereka tinggal di daerah pedesaan. Karena kios, pedagang los dan pedagang “oprokan”
sebagian besar dari mereka adalah pendatang dari sehingga sangat memungkinkan mereka melakukan
berbagai wilayah di sekitar Kabupaten hubungan kerja sama dalam kegiatan jual beli
Karanganyar. Dengan kata lain bahwa pola barang.
hubungan patron-klien juru parkir yang ada di
Data primer diperoleh dari wawancara
Taman Pancasila Karanganyar telah mengalami
dengan pedagang dan pengelola pasar Kota
generalisasi yang terbawa oleh pola kehidupan
Surakarta sejumlah enam orang, data sekunder
masyarakat urban.
diperoleh dari arsip tentang pasar tradisional dan data
Pola hubungan patron-klien di pasar dari Dinas Pengelola Pasar. Pengumpulan data
tradisional ini sangat menarik bagi peneliti, karena menggunakan teknik wawancara mendalam dengan
dalam hubungan patron-klien terbentuk kerjasama menggunakan panduan wawancara dan teknik
antar pedagang yang sangat berguna bagi pengambilan sample menggunakan purposive
kelangsungan usaha di pasar tradisional itu sendiri. sampling (sampel bertujuan) di mana pengambilan
Untuk itu, peneliti ingin mengetahui bagaimana sampel tidak ditekankan pada jumlah dan ukuran,
pola hubungan patron-klien yang terbentuk antar melainkan lebih ditekankan pada kelengkapan dan
pedagang di pasar tradisional Windujenar Kota kedalaman informasi terhadap masalah yang
Surakarta. Manfaat dari penelitian ini untuk diteliti. Validitas data menggunakan triangulasi
memberikan sumbangan pemikiran bahwa data dimana untuk mendapatkan data tidak hanya
perekonomian dan peningkatan kesejahteraan sosial diambil dari satu sumber data saja melainkan dari
di mulai dari sektor- sektor informal yang ada di beberapa sumber. Analisis data dengan reduksi data,
pasar tradisional dan sebagai referensi empirik bagi sajian data dan menarik simpulan dan verifikasi.
Direktorat Jenderal Penanganan Fakir Miskin
perkotaan untuk mengembangkan pasar C. HASIL DAN PEMBAHASAN
tradisional. Hubungan Patron-Klien. Hubungan
patron klien adalah pertukaran hubungan antara
B. METODE PENELITIAN
kedua peran yang dapat dinyatakan sebagai kasus
Penelitian ini merupakan jenis penelitian
khusus dari ikatan yang melibatkan persahabatan
dengan bentuk deskriptif kualitatif yang mengkaji
instrumental dimana seorang individu dengan
tentang pola patron klien antar pedagang pasar
status sosio-ekonominya yang lebih tinggi (patron)
tradisional di Pasar Windujenar Surakarta. Alasan
menggunakan pengaruh dan sumber dayanya untuk
untuk menggunakan jenis penelitian ini, karena
menyediakan perlindungan, serta keuntungan-
sesuai dengan masalah yang diajukan dalam
keuntungan bagi seseorang dengan status yang
penelitian ini yang menekankan pada
dianggapnyanya lebih rendah (klien). Klien
pendeskripsian pola hubungan kerja antar
kemudian membalasnya dengan menawarkan
pedagang di pasar tradisional. Di samping itu
dukungan umum dan bantuan termasuk jasa pribadi
penelitian ini lebih banyak terbuka terhadap
kepada patronnya. Sebagai pola pertukaran yang
keseluruhan data yang diperoleh di lapangan. Data
tersebar, seperti jasa dan barang yang
deskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau
dipertukarkan oleh patron dan klien mencerminkan
lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
kebutuhan yang timbul dan sumber daya yang
Maka agar penelitian ini mampu menangkap
dimiliki oleh masing-masing pihak (Scott, 1993).
informasi kualitatif, sangat relevan apabila peneliti
Hubungan patron-klien juga merupakan hubungan
menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.
timbal-balik antara dua orang yang dijalin secara
Penelitian ini dilakukan di Pasar Windujenar khusus (pribadi) atas dasar saling menguntungkan,
Kota Surakarta Pengambilan daerah penelitian serta saling memberi dan menerima (bersifat
didasarkan atas pertimbangan di Pasar Windujenar dyadic- bersifat rangkap). Ikatan ini merupakan
terdapat banyak pedagang yang terbagi atas tiga salah
golongan yaitu pedagang

7
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 40, No. 1, April 2016, 71-78

satu strategi nafkah yang diterapkan melalui tradisional juga menunjukkan suatu tempat yang
pemanfaatan modal sosial untuk bertahan hidup atau diperuntukkan bagi kegiatan yang bersifat
memperbaiki standar hidupnya. Dalam hubungan indigenous market trade dan telah dipraktekkan
timbal balik tersebut, tercermin dalam hubungan sejak lama.
kerja antar relasi keduanya, serta hubungan sosial
Tawar menawar yang tak habis-habisnya ini
yang dilakukan antara keduanya di luar hubungan
sering terjadi karena tidak adanya pembukuan yang
kerja.
kompleks dan perhitungan biaya jangka panjang,
Pasar Tradisional. Secara formal dalam sehingga tidak ada harga standar. Penetapan harga
Peraturan Daerah No. 5 Tahun 1983 tentang Pasar, hanya merupakan perkiraan dan kesepakatan saja.
pasar didefinisikan sebagai tempat untuk berjual beli Kepandaian beroperasi secara efektif didalam celah-
umum dan tempat berkumpulnya pedagang celah ketidaktahuan antara harga yang jelas
mendasarkan dan menjual dagangannya baik terlampau tinggi dan harga yang terlampau rendah
dengan atau tidak dengan melakukan usaha adalah sifat yang menandakan seorang pedagang
kerajinan dan pertukangan kecil. Definisi formal pasar yang baik: ketrampilan dalam tawar-
ini berkembang secara sosiologis, pasar menunjuk menawar.
pada suatu tempat yang diperuntukkan bagi
Sistem harga luncur itu cenderung untuk
kegiatan yang bersifat indigenous market trade
menciptakan suatu situasi dimana tekanan
sebagaimana telah dipraktekkan sejak lama
persaingan bukanlah pertama-tama antara penjual
(mentradisi) serta bercirikan bazaar economic
dan pembeli seperti lazimnya dalam ekonomi
type. Pasar merupakan pranata ekonomi dan
firma, melainkan antara pembeli dan penjual. Jadi
sekaligus cara hidup, maka perdagangan bagi
mereka mengadu pengetahuan masing-masing akan
seorang pedagang merupakan life word, cara hidup
keadaan pasar. Tujuannya satu yakni meraih
sekaligus gaya hidup.
keuntungan yang sebesar- besarnya baik dari sisi
Pasar yang selama ini kita kenal sebagai pembeli maupun sisi penjual.
suatu tempat bertransaksi telah mengalami
a. Unsur-unsur pasar Tradisional
perubahan karakter yang begitu mendasar.
Pasar merupakan institusi ekonomi yang
Awalnya, aktivitas didalamnya sangat sederhana,
sangat penting. Sebagai institusi yang
hanya melibatkan tiga unsur, yaitu: pembeli,
menggerakkan kehidupan ekonomi tidak terlepas dari
penjual dan kebutuhan. Kegiatan pasar awalnya
aktivitas yang dilakukan oleh pembeli dan
adalah jual beli barang dan jasa diantara petani yang
pedagang. Damsar (1996) meletakkan unsur- unsur
membawa hasil bumi, para produsen/pedagang
pasar dengan melihat pembagian kerja yang
eceran barang-barang kebutuhan sehari-hari dan
membedakan pedagang berdasarkan penggunaan
penduduk lingkungan setempat. Kegiatan pertukaran
dan pengelolaan pendapatan yang dihasilkan dari
barang dan jasa, dengan tutur sapa yang akrab,
perdagangan dan hubungannya dengan ekonomi
tawar menawar, pemilihan tempat dan suasananya
keluarga.
yang telah terjadi, telah menjadi suatu tradisi
Pembeli di pasar dapat dibedakan ke dalam
tersendiri sehingga pasar seperti ini disebut pasar
beberapa type, a. Pengunjung yaitu yang datang ke
tradisional. Clifford Geertz (1989) menjelaskan,
pasar tanpa mempunyai tujuan untuk melakukan
ekonomi pasar adalah tradisional dalam arti bahwa
pembelian terhadap suatu barang atau jasa, b.
berfungsinya diatur oleh adat kebiasaan dagang
Pembeli yaitu mereka yang datang ke pasar dengan
yang dianggap keramat karena terus menerus
maksud untuk membeli suatu barang dan jasa tetapi
dipergunakan berabad-abad, tetapi tidak dalam
tidak memliki tujuan ke mana akan membeli, c.
pengertian bahwa ekonomi pasar ini menggambarkan
Pelanggan yaitu mereka yang datang ke lokasi
suatu sistem dimana tingkah laku ekonomi tidak
pasar dengan maksud membeli suatu barang atau
dibedakan secukupnya dari macam-macam tingkah
jasa dan punya arah tujuan yang pasti dan dimana
laku sosial lain. Pasar
akan membeli sebagaimana unsur pasar tradisional

7
Pola Patron-Klien Pedagang Pasar Tradisional.............(Fatwa Nurul

menurut Jennifer Alexander dalam aspek sistem berharga di pihak yang lain. Dalam hal ini, akan
pemasaran adalah tipe para pedagang dan terjadi pertukaran yang saling menguntungkan
hubungan yang mempertalikan pedagang ke dalam antara keduanya. Dimana juragan akan
jaringan-jaringan perdagangan yang rumit (Hefner, memberikan pekerjaan kepada buruhnya,
2000). sedangkan pedagang dengan keahlian atau skill yang
Pola hubungan patron-klien antara dimiliki akan membantu pekerjaaan yang diberikan
pemilik kios (juragan) dengan pekerja. Pola oleh juragan. Sehingga dari adanya hubungan
hubungan kerja terdapat pola hubungan patron- klien pertukaran antara patron-klien akan mengarah
yang terjadi antara juragan dan buruh. Hubungan pada aktivitas hubungan kerja dan hubungan sosial.
patron-klien merupakan hubungan pertukaran Dalam hubungan kerja terdapat unsur-unsur di
antara dua orang yang melibatkan persahabatan antaranya rekruitmen tenaga kerja, pembayaran
instrumental dimana seorang individu dengan status upah, pembagian kerja dan pengaturan jam kerja.
sosio-ekonomi yang lebih tinggi (patron) Sedangkan dalam hubungan sosial terdapat
menggunakan pengaruh dan sumberdaya yang aktivitas sosial seperti nampak dalam sifat gotong-
dimilikinya untuk menyediakan perlindungan atau royong yang terjalin antara patron-klien apabila
keuntungan bagi seseorang yang lebih rendah ada hajatan, kematian, pindahan rumah.
statusnya (klien).
Hubungan Timbal Balik dalam
Berdasarkan pola hubungan patron-klien Hubungan Kerja, a) Rekruitmen Tenaga Kerja.
yakni antara majikan dan buruh merupakan Pada rekruitmen ini, status sebagai juragan
interaksi timbal balik yang terbina sebagai bentuk mempunyai peran yang cukup penting. Karena
pertukaran dan relasi kerja yang berpengaruh juragan mempunyai peranan dalam menentukan cara-
terhadap hubungan sosial yang telah ada. cara rekruitmen bagi buruh atau pekerja yang akan
Kerjasama yang dilakukan oleh para pedagang bekerja pada usahanya Dalam usaha perdagangan di
mengarah pada aktivitas sehari-hari baik yang pasar tradisional, untuk memilih pekerja atau
bersifat sosial maupun ekonomi. Masing- masing merekrut pekerja tidak ada kriteria- kriteria khusus,
memiliki ruang yang saling menopang antara yang terpenting adalah kemauan bekerja dan
kebutuhan pedagang dan buruh. Untuk kepercayaan. Untuk memilih orang yang menjadi
mempertahankan hubungan kerja itu pedagang pekerjanya juga tidak sulit, sehingga untuk
dengan buruh juga menjaga solidaritas antara merekrutnya pun sangat mudah. Buruh atau tenaga
mereka, dan juga diperlukan tendensi kepercayaan kerja yang direkrut biasanya hanya tetangga dan
yang kuat dalam bekerjasama secara sehat. teman-teman dekat di sekitar tempat tinggalnya.
Peranan perjanjian sosial dalam hubungan Usaha yang dilakukan oleh juragan untuk
kerja merupakan persetujuan yang dilakukan antara menjadikan mereka buruh, yaitu hanya dengan cara
majikan dan buruh baik secara lisan maupun tidak. mengajak. Untuk memilih pekerja tersebut juga
Persetujuan ini merupakan penawaran yang tidak harus mempunyai kemampuan khusus, cukup
diberikan dalam setiap situasi pertukaran dengan dengan kriteria orang yang mudah bergaul dan
asumsi bahwa mereka mempunyai satu alasan yang cepat akrab dengan siapa saja karena di pasar
tepat dalam bertingkah laku sesuai dengan tradisional hubungan sosial lebih menonjol.
persetujuan yang telah disepakati, sesuai dengan
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan
harapan yang selama ini diinginkan.
bahwa dengan sumber daya yang dimiliki, patron
Pola hubungan patron-klien yang terjadi memberikan pengaruhnya kepada klien agar bisa
antara juragan dan buruh, menempatkan posisi memberikan bantuan secara umum bagi
juragan sebagai patron dan buruh sebagai klien. kepentingan patron. Dalam hal ini usaha yang
Dalam hubungan tersebut terjadi hubungan timbal dimiliki oleh juragan menjadi wahana untuk mencari
balik antara keduanya dan apa yang diberikan oleh nafkah bagi pekerja, sehingga mereka akan
salah satu pihak akan terlihat memperoleh keuntungan berupa upah dan

7
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 40, No. 1, April 2016, 71-78

juragan akan memperoleh keuntungan berupa laba c. Pembagian Kerja.


dan kepuasan kerja yang telah dilakukan. Dari sini Suatu perusahaan selalu didukung oleh
dapat dilihat bahwa prinsip transaksi ekonomi tenaga kerja untuk menjalankan perusahaannya agar
elementer juga terjadi di dalamnya, dimana dapat mencapai tujuan. Peran tenaga kerja ini
seseorang akan menyediakan barang atau jasa yang ditentukan oleh pembagian kerja atau spesialisasi
dimilikinya, sebagai imbalannya mereka akan pekerjaan pada unit usaha, sehingga masing-
memperoleh barang atau jasa yang diinginkan. masing tenaga kerja tersebut mampu melaksanakan
Selain memberikan pekerjaan tetap kepada tugas dan tanggung jawab masing-masing.
buruh, juragan juga bekerja sama dengan pedagang Dalam perusahaan perdagangan, terdapat
diluar pasarnya. Hubungan ini dilakukan apabila pembagian atau spesialisasi kerja secara resmi dan
permintaan akan barang yang di jual belikan khusus. Untuk mengerjakan proses jual beli perlu
meningkat sehingga stok barang perlu ditambah tenaga kerja yang mengetahui barang yang dijual
dari pedagang lainnya meskipun nantinya akan ada belikan, selain itu keunggulan dan kelemahan
bagi hasil dari laba penjualan, (Ratna Devi, 2008). barang tersebut juga harus diketahui oleh pekerja
b. Pembayaran Upah. tersebut, sehingga bila pekerja di pasar tradisional
Upah merupakan wujud dari adanya bisa menawarkan barang dengan baik maka
transaksi ekonomi. Homans 2011 menyatakan konsumen juga akan membeli barang tersebut.
bahwa dalam transaksi ekonomi terjadi pertukaran
d. Pengaturan Jam Kerja.
hal nyata dan tidak nyata. Upah merupakan wujud
Pengaturan jam kerja di pasar tradisional
dari ganjaran nyata yang harus diterima oleh buruh
merupakan suatu pedoman yang digunakan untuk
selama bekerja. Sistem pengupahan yang dilakukan
menentukan lamanya pekerja itu bekerja. Hal ini
oleh juragan kepada buruhnya lebih bersifat resmi
dibuat dengan tujuan agar pekerja dapat bekerja
dan sudah dikelola oleh bagian administrasi dan
dengan tertib dan teratur. Pengaturan jam kerja
mungkin juga dilakukan oleh juragan itu sendiri.
yang digunakan dalam usaha dagang di pasar
Hal ini seperti yang terjadi pada pedagang pasar
tradisional adalah rata-rata 8 jam sehari, dimulai dari
tradisional. Dalam usaha tersebut juragan
jam 08.00-16.00 WIB. Dalam usaha yang dimiliki
memberikan upah harian atau upah mingguan.
oleh juragan, pengaturan jam kerja lebih bersifat
Selama pekerja bekerja di pasar, juragan juga
tertulis dan itu sudah menjadi kewajiban bagi
memberikan jaminan-jaminan yang sudah menjadi
karyawan atau buruhnya untuk menepati peraturan
hak bagi pekerjanya. Adapun jaminan- jaminan
yang sudah ada. Hal ini dilakukan untuk menjaga
sosial tersebut, yaitu (1) Jaminan kesehatan; (2)
ketertiban bekerja di perusahaan. Seperti halnya
THR (Tunjangan Hari Raya), biasanya diberikan
pengaturan jam di pasar Windujenar Surakarta.
pada saat Hari Raya Idul Fitri. (3) Pemberian
Pengaturan jam kerja dimulai dari jam 08.00-16.00
penghargaan bagi karyawan atau buruh yang
WIB. Selama waktu bekerja, karyawan juga
berprestasi.
Jaminan sosial yang diberikan oleh juragan diberikan hak untuk istirahat selama 1 jam dari
ini bersifat tidak tertulis, namun sudah menjadi jam 12.00-
kewajiban dari juragan untuk memberikan jaminan 13.00 WIB. Pengaturan jam kerja yang ada di Pasar
tersebut kepada semua pekerjanya. Upah yang Windujenar ini sudah disepakati oleh semua
diterima oleh pekerja di Pasar Tradisional sesuai karyawan atau buruh, karena sebelum mereka
dengan usaha dagang di pasar tradisional, usaha bekerja, mereka harus menandatangani perjanjian
perdagangan juga menerapkan sistem pengupahan kerja yang berisi semua peraturan- peraturan selama
yang sama kepada pekerjanya, upah yang diberikan mereka bekerja di perusahaan, dan salah satu
yaitu harian sebesar Rp. 25.000,00. peraturan tersebut adalah mengenai jam kerja.
Dari uraian mengenai unsur-unsur hubungan
kerja di atas yang terjadi pada

7
Pola Patron-Klien Pedagang Pasar Tradisional.............(Fatwa Nurul

hubungan patron-klien antara juragan dan buruh, yang diberikan patron kepada kliennya yaitu
dapat dilihat bahwa hubungan tersebut lebih berupa jaminan pendidikan, jaminan kesehatan,
bersifat resmi dengan adanya perjanjian kerja dan kebutuhan rekreasi keluarga.
aturan-aturan yang mengatur selama mereka
bekerja. Sehingga dengan adanya perjanjian kerja, D. SIMPULAN
sangat jelas bahwa kewajiban dari juragan (patron) Pola hubungan kerja di Pasar Windujenar
adalah memimpin perusahaan, memberi perintah adalah pola hubungan patron-klien. Dimana pola
atau komando kepada buruh dengan membagi hubungan kerja tersebut tidak melibatkan keluarga
pekerjaan sesuai dengan aturan, memberikan upah di dalam pekerjaannya. Ada 3 jenis hubungan
dan jaminan sosial. Hak yang harus diterima oleh patron-klien yang ada, yaitu antara pemilik kios
juragan (patron) adalah adanya keuntungan atau dengan pekerjanya. Selain itu, ada 2 jenis bentuk
laba dan kepuasan kerja. Sedangkan kewajiban dari hubungan kerja yaitu secara formal dan non formal.
buruh (klien) adalah menaati peraturan yang sudah Dalam hubungan patron-klien terjadi hubungan
ada dan mengerjakan pekerjaan yang timbal balik antara keduanya dan apa yang
diperintahkan. Hak yang harus diterima adalah diberikan oleh salah satu pihak akan terlihat
mendapatkan upah. berharga di pihak yang lain. Hubungan ini terjadi
Hubungan Timbal Balik dalam karena adanya kepentingan yang sama antara dua
Hubungan Sosial. Hubungan sosial merupakan individu, dimana juragan membutuhkan pekerja
bentuk solidaritas juragan kepada buruh. Selain untuk menjual barangnya, sedangkan pekerja juga
memberikan jaminan sosial kepada buruh, juragan memerlukan pekerjaan untuk menghidupi
juga ikut membantu apabila ada keperluan keluarga keluarganya. Dari adanya hubungan kerja ini, pada
seperti hajatan. Jika ada juragan (patron) yang akhirnya hubungan tersebut akan mengarah pada
sedang mempunyai hajatan (pernikahan, sunatan, hubungan sosial antar keduanya. Dalam hubungan
kelahiran anaknya) maka buruh akan datang sosial terdapat aktivitas sosial seperti nampak
menyediakan tenaganya untuk keperluan juragan dalam sifat gotong-royong yang terjalin antara
(patron). Begitu juga apabila buruh (klien) sedang majikan dan buruh apabila ada hajatan, kematian,
ada hajatan, maka juragan (patron) juga akan pindahan rumah. Saran untuk Direktorat Jenderal
menyediakan tenaga atau sumbangan berupa uang Penanganan Fakir Miskin Perkotaan Kementerian
kepada buruh (klien). Hal ini sebagai wujud Sosial RI pola patron-klien selalu terjadi di setiap
adanya hubungan interaksi sosial antar patron- usaha, apabila pola patron klien ini di kembangkan
klien di luar hubungan kerja. Dari uraian mengenai di model pelayanan kesejahteraan sosial, maka dapat
hubungan timbal balik dalam hubungan sosial meminimalkan kesenjangan sosial antara juragan
dapat disimpulkan bahwa dalam hubungan sosial (pemilik modal) dengan pekerja (buruh).
antara juragan dan buruh ada hubungan yang luwes Diucapkan terima kasih kepada semua pihak
dan akrab. Hal ini dapat diwujudkan dengan adanya yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian,
sifat gotong royong antar juragan dan buruh, apabila hingga tersusun naskah ini.
ada keperluan keluarga atau hajatan, sumbangan
untuk musibah bagi buruh, dan pinjaman modal bagi
buruh. Dengan adanya hubungan sosial ini PUSTAKA ACUAN
menunjukkan bahwa hubungan patron-klien antara
juragan dan buruh tidak mengarah pada eksploitasi Achmad Mustafa, Ali. 2008. Transformasi Sosial
Masyarakat Marginal. Malang: In-Trans.
semata, bahkan dalam hubungan patron-klien ini
Clifford Geertz. 1989. Penjaja Dan Raja. Jakarta:
bukan sekedar pada hubungan pertemanan saja
Yayasan Obor Indonesia.
melainkan juga mengarah pada hubungan
Ely Kristanti. 2011. Hubungan Kerja Patron Klien Juru
kekeluargaan. Hal ini dapat dilihat dari adanya
Parkir. Surakarta: Skripsi FISIP.
jaminan-jaminan sosial

7
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 40, No. 1, April 2016, 71-78

Ema Radhika Agustina. 2005. Pola Hubungan Kerja


Koentjaraningrat. 1993. Metode-Metode Penelitian
Keluarga Dalam Industri Kerajinan Rumah
Masyarakat. Jakarta: Gramedia.
Tangga Makanan Ringan Di Desa Ngijo,
Magaret M Poloma, 1987. Sosiologi Kontemporer.
Kecamatan Tasik Madu, Kabupaten
Jakarta: Rajawali
Karanganyar Surakarta: Skripsi Sarjana
Miles Mathew B, dan A. Michael Huberman. 2000.
Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan
Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI-Press.
Ilmu Politik UNS.
Nana Rukmana, Van der Hoff, Robert. Steinberg.
Halili Toha dan Hari Pramono. 1991. Hubungan Kerja
Florina. 1993. Manajemen Pembangunan
Antara Majikan dan Buruh. Jakarta: Rineka
Prasarana Perkotaan. Jakarta: LP3ES.
Cipta.
Ratna Devi. 2008. Ikatan Solidaritas, Pemberdayaan
HB. Sutopo. 2002. Metode Penelitian Kualitatif.
dan Ketahanan Usaha Kelompok Etnis
Surakarta: UNS Press.
Pedagang Pedagang Tekstil Pasar
Hendropuspito. 1989. Sosiologi Sistemik. Yogyakarta:
Klewer. Surakarta: Lindu Pustaka.
Kanisius.
Sunyoto Usman. 2005. Ruang Malioboro. Yogyakarta:
James C Scott. 1993. Perlawanan Kaum Tani. Jakarta:
UGM.
Yayasan Obor Indonesia.

You might also like