You are on page 1of 8

Beauty and the Beast

In a land far, far away, lived a merchant who had a beautiful daughter named Belle. One day, the
merchant got lost in the woods. After a long walk, he found an empty castle. As the day was
getting dark, he decided to spend the night there.

The next morning, when the merchant was leaving, he saw beautiful roses in the garden. He
thought that his daughter might like it, and then he plucked one. Suddenly, a horrible beast came
behind and screamed at him for stealing from his garden. The merchant was scared stiff at him,
but he slowly tried to explain that it was for his beautiful daughter Belle. The beast said that he
would let him go if he promised to send his daughter to stay in the castle. The merchant fearfully
nodded his head.

At home, the merchant sadly told Belle about it. Belle bravely went to the castle alone to keep
his father promise. At first, she was scared of the beast but in a few days later, she realized that
the beast was actually gentle and kind.

One day, the beast gave a magic mirror to Belle as a gift. She looked in the mirror and saw that
her father was ill. The beast was deeply moved by seeing her sadness so that he let her went
home. She was glad to be home again. Under Belle’s care, her father was quickly recovered.

The next few days, Belle thought of the beast and saw into her magic mirror. She saw that the
beast was also badly ill. She went to the castle to meet him. She saw the beast was groaning in
pain and dying. The beast was very glad to see her came. Belle held him and told him that she
loved him. Then she kissed him softly. At the very instant, the beast changed into a handsome
prince. Belle was very surprised. The prince explained that Belle’s true love had broken the spell
that was cast on him by an evil witch. They soon got married and lived happily ever after.

Si Cantik dan si Buruk Rupa

Di sebuah negeri yang jauh, hiduplah seorang saudagar yang memiliki putri cantik bernama
Belle. Suatu hari, saudagar tersesat di sebuah hutan. Setelah berjalan cukup lama, dia
menemukan sebuah kastil kosong. Ketika hari mulai gelap, dia memutuskan untuk bermalam di
sana.

Pagi berikutnya, ketika si saudagar akan pergi, dia melihat bunga-bunga mawar di taman. Dia
berpikir kalau putri perempuannya mungkin menyukainya, dan dia memetik satu. Tiba-tiba,
sesosok yang buruk rupa datang dari belakang dan berteriak kepadanya karena mencuri dari
kebunnya. Si saudagar kaku ketakutan padanya, tapi dia coba menjelaskan bahwa bunga tersebut
untuk putri cantiknya Belle. Si buruk rupa berkata kalau dia akan melepaskannya jika dia
berjanji untuk mengirim putrinya tingga di istana. Si saudagar mengangguk ketakutan.

Di rumah, saudagar dengan sedih menceritakan pada Belle tentang hal tersebut. Belle dengan
berani pergi ke kastil sendirian untuk menepati janji ayahnya. Pertamanya, dia ketakutan pada di
buruk rupa tapi dalam beberapa hari kemudian, dia menyadari kalau si buruk rupa sebenarnya
lembut dan baik hati.

Suatu hari, si buruk rupa memberikan sebuah cermin ajaib pada Belle sebagai sebuah hadiah. Dia
menatap ke cermin dan melihat ayahnya sakit. Si buruk rupa begitu tersentuh melihat
kesedihannya sehingga dia membiarkannya untuk pulang. Dia senang bisa kembali pulang. Di
bawah perawatan Belle, ayahnya dengan cepat sembuh.

Beberapa hari kemudian, Belle kepikiran si buruk rupa dan melihat cermin ajaibnya. Dia melihat
kalau si buruk rupa juga sakit parah. Dia pergi ke kastil untuk menemuinya. Dia melihat si buruk
rupa melenguh dalam kesakitan dan sekarat. Si buruk rupa sangat senang melihat dia datang.
Belle memegangnya dan mengungkapkan kalau dia mencintainya. Lalu dia menciumnya dengan
lembut. Seketika itu juga, si buruk rupa berubah menjadi seorang pangeran tampan. Belle sangat
terkejut. Sang pangeran menjelaskan bahwa cinta sejati Belle telah mematahkan kutukan yang
diberikan oleh seorang penyihir jahat. Tak lama mereka menikah dan hidup bahagia selamanya.
The Legend of Malin kundang

Long time ago, in a small village near the beach in West Sumatera, lived a woman and her son,
Malin Kundang. Malin Kundang’s father had passed away when he was a baby, and he had to
live hard with his mother. Malin Kundang was a healthy, dilligent, and strong child. He usually
went to the sea to catch fish, and brought it to his mother, or sold it in the town.

One day, when Malin Kundang was sailing as usual, he saw a merchant’s ship which was being
raided by a small band of pirates. With his brave and power, Malin Kundang defeated the pirates.
The merchant was so happy and asked Malin Kundang to sail with him. Malin Kundang agreed.

Many years later, Malin Kundang became a wealthty merchant, with a huge ship, loads of
trading goods, many ship crews, and a beautiful wife. In his journey, his ship landed on a beach.
The villagers reconigzed him, and the news ran fast in the town: Malin Kundang became a rich
man and now he is here. His mother, in deepful sadnees after years of loneliness, ran to the beach
to meet her beloved son again.

When the mother came, Malin Kundang, in front of his well dressed wife, his crews and his own
gloriness, denied to meet that old, poor and dirty woman. For three times she begged Malin
Kundang and for three times yelled at him. At last Malin Kundang said to her “Enough, old
woman! I have never had a mother like you, a dirty and ugly peasant!” Then he ordered his
crews to set sail.

Enraged, she cursed Malin Kundang that he would turn into a stone if he didn’t apologize. Malin
Kundang just laughed and set sail.

In the quiet sea, suddenly a thunderstorm came. His huge ship was wrecked and it was too late
for Malin Kundang to apologized. He was thrown by the wave out of his ship, fell on a small
island, and suddenly turned into stone

.Legenda Malin Kundang

Dahulu kala, di sebuah desa kecil dekat pantai di Sumatera Barat, hiduplah seorang wanita dan
putranya, Malin Kundang. Ayah Malin Kundang telah meninggal dunia ketika ia masih bayi, dan
ia harus hidup susah bersama ibunya. Malin Kundang adalah anak yang sehat, rajin, dan kuat.
Dia biasanya pergi ke laut untuk menangkap ikan, dan membawanya ke ibunya, atau menjualnya
di kota.
Suatu hari, ketika Malin Kundang sedang berlayar seperti biasa, ia melihat sebuah kapal dagang
yang sedang digerebek oleh sekelompok kecil bajak laut. Dengan keberanian dan
keperkasaannya, Malin Kundang berhasil mengalahkan para bajak laut tersebut. Saudagar itu
sangat senang dan meminta Malin Kundang untuk berlayar bersamanya. Malin Kundang
menyetujuinya.

Bertahun-tahun kemudian, Malin Kundang menjadi saudagar kaya raya, dengan kapal besar,
banyak barang dagangan, awak kapal banyak, dan istri cantik. Dalam perjalanannya, kapalnya
mendarat di sebuah pantai. Penduduk desa mengenalinya, dan berita menyebar dengan cepat di
kota: Malin Kundang menjadi orang kaya dan sekarang dia ada di sini. Ibunya, dalam kesedihan
yang mendalam setelah bertahun-tahun kesepian, berlari ke pantai untuk bertemu kembali
dengan putra kesayangannya.

Ketika ibu datang, Malin Kundang, di hadapan istrinya yang berpakaian bagus, krunya dan
keagungannya sendiri, menolak untuk bertemu dengan wanita tua, miskin dan kotor itu. Tiga kali
dia memohon pada Malin Kundang dan tiga kali membentaknya. Akhirnya Malin Kundang
berkata kepadanya, “Cukup, wanita tua! Aku belum pernah mempunyai ibu sepertimu, seorang
petani yang kotor dan jelek!” Kemudian dia memerintahkan anak buahnya untuk berlayar.

Marah, dia mengutuk Malin Kundang bahwa ia akan berubah menjadi batu jika ia tidak meminta
maaf. Malin Kundang hanya tertawa dan berlayar.
Di laut yang tenang, tiba-tiba datang badai petir. Kapal besarnya karam dan sudah terlambat bagi
Malin Kundang untuk meminta maaf. Ia terlempar keluar dari kapalnya oleh ombak, jatuh di
sebuah pulau kecil, dan tiba-tiba berubah menjadi batu.
The Ants and the Grasshoppers
The Ants and the Grasshoppers lived together in the great field. The Ants were busy all the time
gathering a store of grain to lay by for winter use. They gave themselves so little pleasure that
their merry neighbors, the Grasshoppers, began at last to take scarcely any notice of them.
When the frost came, it put an end to the work of the Ants and the chirping and merrymaking of
the Grasshoppers. But one fine winter’s day, when the Ants were employed in spreading their
grain in the sun to dry, a Grasshopper, who was nearly perishing with hunger, chanced to pass
by.
“Good day to you, kind neighbor,” said she; “will you not lend me a little food? I will certainly
pay you before this time next year.”
“How does it happen that you have no food of your own?” asked an old Ant. “There was an
abundance in the field where we lived side by side all summer, and your people seemed to be
active enough. What were you doing, pray?”
“Oh,” said the Grasshopper, forgetting his hunger, “I sang all the day long, and all the night,
too.”
“Well, then,” interrupted the Ant, “I must not deprive my own family for you. If Grasshoppers
find it so gay to sing away the summer, they must starve in winter,” and she went on with her
work, all the while singing the old song, “We ants never borrow; we ants never lend.”\

Semut dan Belalang


Semut dan Belalang hidup bersama di padang luas. Semut sepanjang waktu sibuk
mengumpulkan simpanan biji-bijian untuk disimpan di musim dingin. Mereka hanya memberi
sedikit kesenangan pada diri mereka sendiri sehingga tetangga mereka yang ceria, para Belalang,
akhirnya mulai tidak lagi memperhatikan mereka.
Ketika embun beku datang, pekerjaan Semut dan kicau serta keriangan Belalang terhenti. Namun
pada suatu hari di musim dingin yang cerah, ketika para Semut sedang sibuk menjemur biji-
bijian mereka di bawah sinar matahari, seekor Belalang, yang hampir mati kelaparan, kebetulan
lewat.
“Selamat siang, tetangga yang baik hati,” katanya; “Maukah kamu meminjamkanku sedikit
makanan? Saya pasti akan membayar Anda sebelum waktu ini tahun depan.”
“Bagaimana bisa kamu tidak punya makanan sendiri?” tanya seekor Semut tua. “Ada
kelimpahan di ladang tempat kami tinggal berdampingan sepanjang musim panas, dan orang-
orang Anda tampaknya cukup aktif. Apa yang sedang kamu lakukan, doakan?”
“Oh,” kata Belalang, melupakan rasa laparnya, “Aku bernyanyi sepanjang hari, dan juga
sepanjang malam.”
“Kalau begitu,” sela si Semut, “aku tidak boleh merampas keluargaku sendiri demi kamu. Jika
Belalang merasa sangat senang bernyanyi di musim panas, mereka pasti kelaparan di musim
dingin,” dan dia melanjutkan pekerjaannya, sambil menyanyikan lagu lama, “Kami semut tidak
pernah meminjam; kami semut tidak pernah meminjamkan.”
Legend of the Timun Mas

In a village far away, there was a lady named Mbok Rondo. She was all alone since her husband
passed away. She really wanted a child to keep her company and play with.

One day, while she was praying for a child, a big green giant named Buto Ijo heard her prayers.
He came to her and asked, “Do you really want a child?” Mbok Rondo was scared but she said
yes.

The giant told her he could give her a child, but there was a condition. He said, “You have to
take care of the child and feed him well. When he is 6 years old, I will come back for him.”
Mbok Rondo was worried but she agreed.

The giant gave her some cucumber seeds to plant. Mbok Rondo did as she was told and planted
the seeds.

Once Mbok Rondo planted the cucumber seeds, they grew very fast and soon had big cucumbers
ready to pick. But when Mbok Rondo picked one, she found a baby girl inside! She was so
surprised. The baby was named Timun Mas because she was born from a golden cucumber.

But soon, the giant came back to take Timun Mas away because she was 6 years old now. Mbok
Rondo was very sad and didn’t want the giant to eat her daughter. So she told the giant that
Timun Mas was too small and skinny to eat yet and asked him to come back in 2 years.

The giant believed her and left. Mbok Rondo was worried about Timun Mas and prayed for a
way to save her. One night, God answered her prayers and told her in a dream about a hermit on
a mountain who could help.

So Timun Mas went to find the hermit. After climbing the mountain for many days, she finally
met him. He was an old man with white hair and a white robe. He told her that if the giant came
back, she should run away as fast as she can.

“The giant’s steps are too big, I’ll be caught easily,” Timun Mas said, feeling worried.

“Don’t worry,” the hermit told her. “Take these four small packets and throw one at a time when
you’re running away.”

Two years passed and the giant came back to take Timun Mas. Mbok Rondo pleaded with him
not to eat her, but the giant reminded her of the promise she made.

Timun Mas opened the first package and threw the cucumber seeds at the giant.

Suddenly, a cucumber field grew around him and he had trouble moving because of all the
cucumbers.

The giant broke free and got even angrier. Timun Mas opened the second package and threw the
needles. They turned into tall bamboo trees, making it even harder for the giant to catch Timun
Mas.

Timun Mas opened the third package and threw the salt at the giant. Suddenly, a big ocean
appeared and the giant was able to swim across it and still chase after Timun Mas. Timun Mas
was getting scared, but she remembered the last package the hermit gave her.

Timun Mas opened the fourth package and it was filled with shrimp paste. She threw it at the
giant and it turned into a boiling hot mud sea. The giant couldn’t stop and fell into the mud and
he couldn’t get out and drowned.
Timun Mas was relieved and walked back home. Mbok Rondo was very happy to see her
daughter and they hugged and thanked God for His help. From then on, they lived happily
together.
Legenda Timun Mas

Di sebuah desa, ada seorang wanita bernama Mbok Rondo. Dia sendirian sejak suaminya
meninggal. Dia ingin seorang anak yang bisa menemani dan bermain dengannya.

Suatu hari, dia sedang berdoa ingin seorang anak. Raksasa hijau besar yang bernama Buto Ijo
mendengar doanya. Buto Ijo mendatanginya dan bertanya, “Apakah kamu benar-benar ingin
seorang anak?” Mbok Rondo takut tetapi dia mengiyakan.

Raksasa itu memberitahunya bahwa dia bisa memberinya seorang anak, tetapi ada syaratnya. Dia
berkata, “Kamu harus merawat anak itu dan memberinya makan dengan baik. Ketika dia
berumur 6 tahun, saya akan kembali untuk mengambilnya.” Mbok Rondo khawatir tapi dia
setuju.

Raksasa itu memberinya beberapa biji mentimun untuk ditanam. Mbok Rondo melakukan apa
yang diperintahkan dan menanam benih mentimun tersebut.

Setelah itu Mbok Rondo menanam bibit mentimun tersebut. Biji tersebut tumbuh sangat cepat
dan tak lama kemudian buah mentimun besar siap dipetik. Ketika Mbok Rondo akan mengambil
satu buah, dia menemukan bayi perempuan di dalamnya. Dia sangat terkejut. Akhirnya bayi
tersebut diambil dan diberi nama Timun Mas karena lahir dari pohon mentimun yang berwarna
emas.

Namun tak lama kemudian, raksasa itu datang kembali. Dia ingin membawa pergi Timun Mas
karena usianya kini sudah 6 tahun. Mbok Rondo sangat sedih dan tidak ingin Buto Ijo memakan
putrinya. Jadi dia memberi tahu raksasa itu bahwa Timun Mas terlalu kecil dan kurus untuk
dimakan dan memintanya untuk kembali dalam dua tahun lagi.

Buto Ijo mempercayainya dan pergi. Mbok Rondo khawatir tentang Timun Mas dan berdoa
untuk keselamatannya. Suatu malam, Tuhan menjawab doanya dan memberitahunya dalam
mimpi untuk bertemu seorang pertapa di gunung yang bisa membantunya.

Kemudian Timun Mas pergi mencari pertapa itu. Setelah mendaki gunung selama berhari-hari,
dia akhirnya bertemu dengannya. Dia adalah seorang lelaki tua dengan rambut putih dan jubah
putih. Dia mengatakan kepadanya bahwa jika raksasa itu kembali, Timun Mas harus lari secepat
mungkin.

“Langkah raksasa itu terlalu besar, aku akan tertangkap dengan mudah,” kata Timun Mas,
merasa khawatir.

“Jangan khawatir,” pertapa itu menimpalinya. “Ambil empat bungkusan ini dan lempar satu per
satu saat kamu melarikan diri.”

Dua tahun berlalu dan Buto Ijo kembali untuk mengambil Timun Mas. Mbok Rondo memohon
padanya untuk tidak memakannya, tetapi raksasa itu mengingatkan akan janji yang dibuatnya.

Timun Mas membuka bungkusan pertama dan melemparkan biji mentimun ke arah Buto Ijo.

Tiba-tiba, ladang mentimun tumbuh di sekelilingnya dan raksasa itu kesulitan bergerak karena
banyak mentimun di sekitarnya.

Raksasa itu akhirnya bisa melepaskan diri. Dan dia semakin marah.

Timun Mas membuka bungkusan kedua. Isinya jarum. Kemudian dia melemparkan jarum
tersebut ke arah Buto Ijo. Jarum itu berubah menjadi pohon bambu yang tinggi, yang
menghalangi jalan si raksasa. Semakin sulit bagi Buto Ijo untuk menangkap Timun Mas.

Timun Mas membuka bungkusan ketiga yang berisi garam. Ia melemparkan garam tersebut ke
arah Buto Ijo. Tiba-tiba, lautan besar muncul. Namun raksasa itu bisa berenang melintasinya.
Buto Ijo tetap bisa mengejar Timun Mas. Timun Mas semakin ketakutan, tapi dia ingat
bungkusan terakhir yang diberikan pertapa itu.
Timun Mas membuka bungkusan keempat dan isinya terasi. Dia melemparkannya ke raksasa dan
itu berubah menjadi lautan lumpur yang mendidih dan panas. Raksasa itu kepleset dan jatuh ke
lumpur, dan dia tidak bisa keluar; kemudian tenggelam.
Timun Mas merasa lega dan berjalan pulang. Mbok Rondo sangat senang melihat putrinya.
Mereka berpelukan dan berterima kasih kepada Tuhan atas pertolongan-Nya. Sejak saat itu,
mereka hidup bahagia bersama.
The Legend of Prambanan Temple

Prambanan Temple, with its stunning grandeur, is one of the most beautiful temples in the world.
Behind its mesmerizing beauty lies a legend that narrates a tale of love, sacrifice, and magical
power. Let’s step into the magical world of the Legend of Prambanan Temple. In this legend,
there are two main characters who play pivotal roles: Roro Jonggrang, a beautiful princess
renowned for her beauty, and Bandung Bondowoso, a brave prince possessing extraordinary
magical powers.

This story unfolds in the kingdom of Kediri, East Java, in ancient times. Roro Jonggrang is the
beautiful daughter of the King of Kediri, known for her exceptional beauty. Meanwhile,
Bandung Bondowoso is a prince from a neighboring kingdom, endowed with incredible magical
abilities.

The primary conflict in this story arises when Bandung Bondowoso falls in love with Roro
Jonggrang. However, Roro Jonggrang does not share the same feelings and vehemently rejects
him. Bandung Bondowoso is deeply hurt by this rejection and decides to use his magical powers
to construct the Prambanan Temple overnight to win Roro Jonggrang’s heart.

The climax occurs when Bandung Bondowoso employs his magical abilities to build the
Prambanan Temple overnight. However, when Roro Jonggrang realizes that Bandung
Bondowoso is close to completing the temple, she panics and worries about her true feelings for
him.

In her desperation, Roro Jonggrang devises a trick to stop Bandung Bondowoso. When night
falls, Roro Jonggrang orders her people to set fire to straw and bang on kitchen utensils to chase
Bandung Bondowoso away. They also display bright lights to make him believe that the sun has
risen. Startled and exhausted, Bandung Bondowoso eventually surrenders and cannot complete
the temple.

After his failure to construct the Prambanan Temple, Bandung Bondowoso reveals his true
identity to Roro Jonggrang. Despite her efforts to thwart him, Bandung Bondowoso shows
compassion towards her and decides to leave Kediri without harboring any ill will. Witnessing
Bandung Bondowoso’s strength and loyalty, Roro Jonggrang eventually falls in love with him.
The Legend of Prambanan Temple teaches us the importance of respecting others’ feelings and
avoiding cunning actions to achieve our goals. The magnificent Prambanan Temple remains a
testament to the true love between Roro Jonggrang and Bandung Bondowoso, a story that will be
remembered by generations to come.
Legenda candi Prambanan

Candi Prambanan dengan kemegahannya yang mempesona merupakan salah satu candi terindah
di dunia. Dibalik keindahannya yang mempesona terdapat sebuah legenda yang menceritakan
kisah cinta, pengorbanan, dan kekuatan magis. Mari masuk ke dunia magis Legenda Candi
Prambanan. Dalam legenda ini, ada dua tokoh utama yang berperan penting: Roro Jonggrang,
seorang putri cantik yang terkenal karena kecantikannya, dan Bandung Bondowoso, seorang
pangeran pemberani yang memiliki kesaktian luar biasa.

Kisah ini terjadi di kerajaan Kediri, Jawa Timur, pada zaman dahulu kala. Roro Jonggrang
merupakan putri cantik Raja Kediri yang terkenal dengan kecantikannya yang luar biasa.
Sedangkan Bandung Bondowoso adalah seorang pangeran dari kerajaan tetangga yang memiliki
kemampuan magis yang luar biasa.

Konflik utama dalam cerita ini muncul ketika Bandung Bondowoso jatuh cinta pada Roro
Jonggrang. Namun, Roro Jonggrang tidak mempunyai perasaan yang sama dan dengan keras
menolaknya. Bandung Bondowoso sangat terluka dengan penolakan ini dan memutuskan untuk
menggunakan kekuatan magisnya untuk membangun Candi Prambanan dalam semalam untuk
memenangkan hati Roro Jonggrang.

Puncaknya terjadi ketika Bandung Bondowoso menggunakan kemampuan magisnya untuk


membangun Candi Prambanan dalam semalam. Namun, ketika Roro Jonggrang menyadari
bahwa Bandung Bondowoso hampir menyelesaikan pembangunan candi, dia panik dan khawatir
akan perasaannya yang sebenarnya terhadapnya.

Dalam keputusasaannya, Roro Jonggrang merancang siasat untuk menghentikan Bandung


Bondowoso. Saat malam tiba, Roro Jonggrang memerintahkan rakyatnya untuk membakar
jerami dan menggedor peralatan dapur untuk mengusir Bandung Bondowoso. Mereka juga
menampilkan cahaya terang untuk membuatnya percaya bahwa matahari telah terbit. Karena
terkejut dan kelelahan, Bandung Bondowoso akhirnya menyerah dan tidak dapat menyelesaikan
candi tersebut.

Setelah kegagalannya membangun Candi Prambanan, Bandung Bondowoso mengungkapkan jati


dirinya kepada Roro Jonggrang. Meskipun ada upaya untuk menggagalkannya, Bandung
Bondowoso menunjukkan rasa kasihan padanya dan memutuskan untuk meninggalkan Kediri
tanpa menyembunyikan niat buruk. Menyaksikan kekuatan dan kesetiaan Bandung Bondowoso,
Roro Jonggrang akhirnya jatuh cinta padanya.
Legenda Candi Prambanan mengajarkan kita pentingnya menghargai perasaan orang lain dan
menghindari tindakan licik untuk mencapai tujuan. Candi Prambanan yang megah tetap menjadi
bukti cinta sejati antara Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso, kisah yang akan dikenang
oleh generasi mendatang.

You might also like