You are on page 1of 10

Lontar: Journal of Community Health

March 2022 Vol. 4 (No. 1): p 1 - 10 1

Factors Affecting Acute Pesticide Poisoning Farmers in Nenu Village


Manggarai Regency
Kristina M. Bey1*, Luh Putu Ruliati2, Dominirsep O. Dodo3
1, 2, 3
Public Health Faculty, University of Nusa Cendana
ABSTRACT

Farmers often use pesticides to prevent pests and diseases that damage crops and disrupt agricultural
yields. Improper use of pesticides can cause poisoning to farmers. This study aimed to determine what
factors affect farmers' acute pesticide poisoning. This research was analytical survey research with a
cross-sectional design. The research location was in Nenu Village, Cibal District, Manggarai Regency,
with the research period from January to November 2020. The population in this study amounted to 106
people, with a total sample of 51 farmers, obtained by simple random technique. The dependent variable
was acute pesticide poisoning, while the independent variables consisted of knowledge, application
method, spraying frequency, and farmer's behavior. Data were analyzed using the chi-square test. The
results showed that knowledge (p-value=0.038), pesticide application methods (p-value=0.017), and
farmer behavior (p-value=0.019) related to acute pesticide poisoning. In contrast, spraying frequency
does not relate to pesticide poisoning (p-value=0.574). Agricultural extension workers need to assist
farmers in using pesticides according to the provisions. Through the public health center, the health
service needs to conduct periodic blood checks on farmers to determine the level of pesticide poisoning.
Keywords: farmers, knowledge, behavior, pesticide, poisoning.

PENDAHULUAN
Penggunaan pestisida di negara jumlah kejadian keracunan pestisida di
berkembang adalah ¼ dari penggunaan Indonesia pada 2014-2016 mengalami
pestisida di seluruh dunia. Namun, dalam hal peningkatan. Jumlah kasus keracunan pada
kematian akibat penggunaan pestisida, tahun 2014 sebanyak 519. Jumlah kasus
sebanyak 99% dialami oleh penduduk negara keracunan pada tahun 2015 sebanyak 693.
berkembang.(1) Menurut World Health Jumlah kasus keracunan pada tahun 2016
Organization (WHO), hal ini disebabkan sebanyak 771 kasus.(3) Jumlah kasus
rendahnya tingkat pendidikan dan keracunan pada tahun 2017 mengalami
pengetahuan petani sehingga cara penurunan yakni sebanyak 124 kasus.(5)
penggunaannya dan pola penyemprotan Meskipun pada tahun 2017 mengalami
pestisida pada tanaman yang rentan hama penurunan kasus, dijumpai dua kasus
sangat tidak aman dan cenderung berlebih.(2) kematian kematian akibat pestisida. Hal ini
Berdasarkan data dari WHO dan United menjadi masalah yang sangat serius karena
Nation Environment Program (UNEP) pada tahun-tahun sebelumnya tidak
diperkirakan ada 1,5 juta kasus keracunan ditemukan kasus kematian akibat keracunan
pada pekerja di sektor pertanian dan sebagian pestisida.
besar terjadi di negara berkembang. 20.000 Dampak penggunaan pestisida di sektor
kasus dari jumlah tersebut berakibat fatal.(3) pertanian selalu berdampingan dengan
Ketergantungan petani di Indonesia masalah pencemaran lingkungan dan
akan pestisida dapat dilihat dari peningkatan kesehatan manusia. Ketika bahan-bahan
penggunaan pestisida. Jumlah pestisida yang kimia dalam pestisida tersebut dipergunakan
digunakan pada tahun 1998 sebanyak maka sebagiannya memang efektif
11.587,2 ton. Jumlahnya meningkat pada membunuh hama. Sebagiannya akan jatuh ke
tahun 2000 menjadi 17.977,2 ton.(4) Selain itu, tanah dan diuraikan oleh mikroorganisme.
*Corresponding author: Sebagiannya lagi akan menguap dan
melanibei01@gmail.com menyebar di atmosfer. Sebagian lagi
berpindah dari lahan pertanian menuju aliran

e-ISSN 2685-2438 Bey et al.


https://doi.org/10.35508/ljch
Lontar: Journal of Community Health
March 2022 Vol. 4 (No. 1): p 1 - 10 2

sungai dan mencemari air dan mengganggu Hasil studi pendahuluan yang dilakukan
keseimbangan ekosistem. Masyarakat di di Desa Nenu pada bulan Februari 2020
sekitar lokasi pertanian menjadi sangat dengan metode wawancara terhadap tujuh
berisiko terkontaminasi pestisida melalui orang petani, diketahui bahwa semuanya
udara, tanah dan air yang ikut tercemar pernah mengalami beberapa gejala keracunan
termasuk melalui produk pertanian yang pestisida akut seperti batuk, pusing, mual
dikonsumsi.(6) Di kalangan petani, salah satu hingga muntah, sesak napas, keringat
penyebab terjadinya keracunan akibat berlebih, dan jantung berdebar pada saat
pestisida yaitu petani kurang mematuhi melakukan penyemprotan. Meskipun
penggunaan APD dalam pengaplikasian mengalami keracunan, para petani tidak
pestisida.(7) Pestisida berpotensi diserap memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk
masuk ke dalam tubuh melalui kulit (dermal), menangani masalah keracunan. Hal ini
mulut (oral), dan pernafasan (inhalasi). dibuktikan dari tidak adanya data dan laporan
Kondisi dapat membahayakan kesehatan kasus keracunan yang ditangani puskesmas
konsumen yakni pengguna, pekerja sektor setempat dan Dinas Kesehatan Manggarai.
pertanian dan juga orang-orang yang hidup Ketika para petani mengalami keracunan,
berdekatan dengan pabrik pembuatan para petani umumnya tidak melakukan
pestisida. pemeriksaan ke fasilitas kesehatan. Petani
Beberapa kasus keracunan pestisida cenderung melakukan pengobatan sendiri di
yang terjadi di Indonesia adalah sebagai rumah.
berikut. Kabupaten Kulon Progo melaporkan Berdasarkan hasil wawancara, sebagian
210 kasus keracunan dengan pemeriksaan besar petani di Desa Nenu menggunakan
fisik dan klinis. SDI Kabupaten Sleman pestisida untuk mengurangi hama atau
melaporkan dari 14 dari 30 orang (46,66%) pengganggu pada tanaman. Petani biasanya
petugas pemberantas hama mengalami gejala menggunakan dua atau lebih pestisida dalam
keracunan. Berdasarkan data pemeriksaan satu kali periode panen dengan cara
laboratorium, prevalensi petani yang mencampur pestisida tersebut dalam satu
mengalami keracunan pestisida di Provinsi wadah. Metode pencampuran seperti ini tidak
Bali pada tahun 2013 sebesar 41%.(8) dianjurkan karena jika mencampur satu
Kabupaten Manggarai merupakan salah satu pestisida dengan pestisida yang lain,
pusat wilayah yang berperan sebagai sentra toksisitas pestisida akan meningkat. Apalagi
produksi padi di wilayah Provinsi Nusa jika petani tidak memperhatikan dosis dan
Tenggara Timur (NTT). Kabupaten cara pencampuran yang tepat. Petani
Manggarai memiliki daerah persawahan yang memanfaatkan alat-alat yang ada di sekitar,
cukup luas, dan tersebar hampir di seluruh misalnya ranting kayu untuk melakukan
wilayah. pencampuran. Jika tidak ditemukan ranting
Kabupaten Manggarai terdiri dari 12 kayu, maka pencampuran bisa dilakukan
Kecamatan, 26 Kelurahan dan 125 Desa. menggunakan tangan. Petani mengaku bahwa
Salah satu Kecamatan yang memiliki mereka sudah terbiasa menggunakan cara ini.
persawahan yang cukup luas adalah Biasanya setelah melakukan kegiatan
Kecamatan Cibal. Desa Nenu merupakan penyemprotan, jenis keluhan yang sering
salah satu dari 17 desa yang berada di wilayah muncul adalah ruam pada tangan, sesak
Kecamatan Cibal. Sebagian besar napas, dan pusing. Jenis keluhan-keluhan ini
penduduknya bermata pencarian sebagai merupakan bagian dari keracunan pestisida
petani. Desa Nenu terdiri dari empat dusun, akut. Namun karena sudah terbiasa, para
yaitu Dusun Teruk, Dusun Sesa, Dusun petani menganggap hal tersebut adalah
Bealeba, Dusun Kuwu. Desa ini memiliki luas sesuatu yang wajar ketika menggunakan
lahan sebesar 70 Ha, dan merupakan lahan pestisida.
sawah paling luas di Kecamatan Cibal setelah Beberapa studi yang telah dilakukan
Desa Welu.(9) sebelumnya menyatakan bahwa keracunan
e-ISSN 2685-2438 Bey et al.
https://doi.org/10.35508/ljch
Lontar: Journal of Community Health
March 2022 Vol. 4 (No. 1): p 1 - 10 3

pestisida yang tidak segera ditangani dengan 106 orang, dan berdasarkan perhitungan besar
baik, akan menyisakan residu pestida dalam sampel diperoleh 51 orang sebagai responden
tubuh.(10) Residu pestisida ini dalam waktu penelitian. Teknik pengambilan sampel yang
yang panjang dapat mengakibatkan gangguan digunakan adalah simple random sampling.
kesehatan pada petani, seperti gangguan Pengumpulan data dilakukan dengan
hormone, gangguan saraf, kanker, dan wawancara terstruktur menggunakan
sebagainya.(11) Penelitian ini bertujuan untuk kuesioner dan observasi. Analisis data
menemukan faktor-faktor yang dilakukan secara univariabel dan bivariabel.
mempengaruhi keracunan pestisida akut pada Analisis univariabel menggunakan distribusi
petani di Desa Nenu Kabupaten Manggarai. frekuensi dan perhitungan proporsi setiap
Adapun faktor-faktor yang diteliti antara lain variabel dan kategori. Analisis bivariabel
pengetahuan, metode aplikasi yang menggunakan tabel silang disertai
digunakan, frekuensi penyemprotan, dan perhitungan distribusi frekuensi dan proporsi.
perilaku petani. Pengujian hipotesis menggunakan uji chi
square dengan tingkat kepercayaan 95% dan
METODE α=0,05. Penelitian ini telah mendapat
Penelitian ini merupakan penelitian kelayakan etik (ethical clearance) dari
Komisi Etik Penelitian Kesehatan, Fakultas
kuantitatif dengan metode survei analitik.
Desain penelitian yang digunakan adalah Kesehatan Masyarakat dengan nomor:
2020162-KEPK.
cross-sectional. Penelitian ini dilakukan pada
petani di Desa Nenu, Kecamatan Cibal, HASIL
Kabupaten Manggarai dengan waktu
pelaksanaan penelitian dilakukan dari bulan Analisis Univariabel
Januari sampai dengan bulan November
2020. Populasi pada penelitian ini adalah Distribusi responden berdasarkan
petani yang terdaftar dalam empat kelompok pengetahuan, metode aplikasi, frekuensi
tani di Desa Nenu dan yang melakukan penyemprot, perilaku petani dan keracunan
penyemprotan pestisida. Jumlahnya sebanyak pestisida dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Analisis Univariabel

Variabel n %
Pengetahuan
Baik 33 64,70
Buruk 18 35,30
Metode Aplikasi
< 2 jenis Pestisida 17 33,33
≥ 2 jenis pestisida 34 66,67
Frekuensi Penyemproan
< 2 kali seminggu 40 78,43
≥ 2 kali seminggu 11 21,57
Perilaku Menyemprot
Berisiko 21 41,17
Tidak Berisiko 30 58,82
Keracunan
Ya 27 52,94
Tidak 24 47,05

e-ISSN 2685-2438 Bey et al.


https://doi.org/10.35508/ljch
Lontar: Journal of Community Health
March 2022 Vol. 4 (No. 1): p 1 - 10 4

Tabel 1 menunjukkan bahwa dari segi seperti mencuci tangan setelah menggunakan
tingkat pengetahuan, sebagian besar petani di pestisida, menggunakaan masker pada saat
Desa Nenu memiliki pengetahuan yang baik mencampur dan menyemprot pestisida
tentang pestisida yakni 64,70%. Ditinjau dari dengan proporsi sebesar 58,82%. Namun
sisi metode aplikasi sebagian besar petani demikian, masih banyak petani di Desa Nenu
menggunakan dua atau lebih jenis pestisida yang mengalami keracunan pestisida akut
dalam satu kali penyemprotan yakni sebanyak dengan proporsi sebesar 52,94%.
66,67%. Sebagian besar petani melakukan
penyemprotan kurang dari dua kali dalam Analisis Bivariabel
seminggu dalam satu kali periode tanam
Hasil analisis bivariabel terkait
yakni 78,43%. Kegiatan penyemprotan tiga hubungan variabel independen (pengetahuan,
sampai empat kali dalam satu periode tanam
metode aplikasi, frekuensi penyemprotan, dan
hanya dilakukan jika terjadi peningkatan
perilaku petani) dengan variabel dependen
serangan hama. Pada saat bekerja dengan
(keracunan pestisida akut) dapat dilihat pada
pestisida, petani di Desa Nenu lebih banyak
tabel 2.
melakukan perilaku yang tidak berisiko

Tabel 2. Analisis Bivariabel

Variabel Keracunan Pestisida Akut P


Jumlah %
Ya % Tidak % value
Buruk 6 33,33 12 66,67 18 100
Pengetahuan 0,038
Baik 21 63,63 12 36,37 33 100
≥ 2 Jenis
14 41,18 20 58,82 34 100
Pestisida
Metode Aplikasi 0,017
< 2 Jenis
13 76,48 4 23,52 17 100
Pestisida
Frekuensi Sering 5 45,45 6 54,55 11 100
0,574
Penyemprotan Jarang 22 55 18 45 40 100
Berisiko 7 33,33 14 66,67 21 100
Perilaku Tidak 0,019
20 66,67 10 33,33 30 100
Berisiko

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui sedangkan pada kelompok dengan frekuesni


bahwa pada kelompok responden dengan penyemprotan yang jarang, sebagian besar
pengetahuan yang buruk, sebagian besar tidak mengalami keracunan pestisida akut (55%).
mengalami keracunan pestisida akut Sebagian besar responden dengan perilaku
(66,67%), sedangkan pada kelompok berisiko dalam penggunaan pestisida tidak
responden dengan pengetahuan baik, mengalami keracunan pestisida akut (6,67%),
sebagian besar mengalami keracunan sedangkan kelompok dengan perilaku tidak
pestisida akut (63,63%). Sebagian besar berisiko dalam penggunaan pestisida,
responden dengan metode aplikasi berisiko (≥ sebagian besarnya mengalami keracunan
2 jenis pestisida) tidak mengalami keracunan pestisida akut (66,67%). Hasil uji chi-square
pestisida akut (58,82%), sedangkan pada menunjukkan adanya hubungan yang
kelompok dengan metode tidak berisiko (< 2 signifikan antara pengetahuan, metode
jenis pestisida) sebagian besar mengalami aplikasi, dan perilaku petani dengan
keracunan pestisida akut (76,47%). Sebagian keracunan pestisida, sedangkan variabel
besar responden dengan frekuensi frekuensi penyemprotan tidak menunjukkan
penyemprotan yang sering, tidak mengalami hubungan yang signifikan dengan keracunan
keracunan pestisida akut (54,55%), pestisida akut.
e-ISSN 2685-2438 Bey et al.
https://doi.org/10.35508/ljch
Lontar: Journal of Community Health
March 2022 Vol. 4 (No. 1): p 1 - 10 5

PEMBAHASAN Kecenderungan pola hubungan yang


berbeda pada kelompok petani yang memiliki
Petani merupakan kelompok yang pengetahuan baik, namun lebih banyak
sangat rentan terhadap kejadian keracunan mengalami keracunan pestisida akut ini,
akut akibat penggunaan pestisida. Sebagian kemungkinan besar dipengaruhi oleh ketidak-
besar petani di Desa Nenu menggunakan konsistenan antara pengetahuan, sikap dan
pestisida untuk membunuh atau membasmi perilaku dari petani. Secara teoritis, terjadinya
hama pada tanaman pertanian. Umumnya keracunan pestisida akut tidak dideterminasi
penggunaan ini terjadi setelah masa tanam oleh variabel tunggal. Tingkat pengetahuan
selesai dalam rangka mencegah hama yang tidak secara langsung berkorelasi secara
merusak tanaman pertanian. Jenis pestisida positif dengan tindakan seseorang. Terdapat
yang digunakan petani sangat beragam antara kemungkinan seseorang dengan tingkat
lain Furadan, Arivo, Sidamethrin, Sidabas, pengetahuan yang baik memiliki perilaku
Brantas, dan lain-lain. Petani menggunakan yang buruk. Hal ini dibuktikan dari data
pestisida dengan cara mencampur pestisida bahwa sebagian besar petani memiliki
dua atau lebih dalam satu wadah tangki perilaku yang berisiko.
penyemprotan (Knapsack Manual Sprayer). Meskipun sebagian besar petani
Cara ini dianggap aman dan paling efektif memiliki pengetahuan yang baik, namun
oleh petani karena dapat menghemat waktu kesadaran petani untuk bertindak sesuai
dan tenaga. Kegiatan petani mencampur dua dengan pengetahuan tersebut masih kurang.
atau lebih jenis pestisida dilakukan tanpa Dari hasil wawancara diketahui bahwa
memperhatikan dosis dari setiap pestisida. sebagian besar petani beranggapan bahwa
Kebiasaan ini dilakukan karena petani merasa mereka sudah terbiasa menggunakan
sudah terbiasa menggunakan pestisida jenis pestisida. Oleh karena itu petani merasa
serupa. Petani juga sebagian besar tidak dirinya kebal terhadap racun atau keracunan
menggunakan APD pada saat mencampur akut akibat penggunaan pestisida. Jika
atau menyemprot pestisida karena dianggap mengalami keracunan, maka kejadian
mengganggu petani, bahkan terdapat tersebut dianggap sebagai peristiwa tidak
beberapa petani yang masih merokok pada terlalu berbahaya bagi tubuh. Fenomena ini
saat mencampur pestisida. diperkuat dengan tidak ada data kejadian
keracunan pestisida akut yang ditangani di
1. Hubungan antara Pengetahuan dengan
sarana kesehatan. Dengan kata lain, petani
Keracunan Pestisida Akut
yang mengalami keracunan cenderung
Hasil penelitian menunjukkan ada melakukan penanganan sendiri dan tidak
hubungan yang siginifikan antara tingkat meminta pelayanan kesehatan di fasilitas
pengetahuan petani dengan keracunan kesehatan yakni puskesmas.
pestisida akut. Namun, dari sebaran data Temuan penelitian ini secara statistik
terlihat bahwa proporsi yang mengalami tidak mendukung temuan penelitian
keracunan pestisida akut lebih banyak terjadi sebelumnya yang menyatakan bahwa tidak
pada kelompok petani yang memiliki tingkat ada hubungan antara pengetahuan dengan
pengetahuan yang baik. Sementara pada keracunan pestisida pada petani.(12,13) Namun,
kelompok petani yang memiliki tingkat dari sisi kecenderungan sebaran data, temuan
pengetahuan buruk, proporsi kejadian penelitian ini memiliki pola yang sedikit
keracunan akut lebih kecil. Meskipun variabel berbeda. Penelitian sebelumnya menemukan
tingkat pengetahuan bermakna secara statistik bahwa keracunan pestisida sama-sama terjadi
akan tetapi kecenderungan terjadinya pada responden yang memiliki pengetahuan
keracunan pestisida akut berdasarkan tingkat baik maupun buruk. Pengetahuan yang
pengetahuan menunjukan suatu pola dimiliki petani hanya sebatas informasi dan
hubungan yang berbeda. tidak cukup untuk meningkatkan kesadaran
akan pentingnya menjaga kesehatan.
e-ISSN 2685-2438 Bey et al.
https://doi.org/10.35508/ljch
Lontar: Journal of Community Health
March 2022 Vol. 4 (No. 1): p 1 - 10 6

Petani juga kurang disiplin dalam pemakaian.(15) Metode aplikasi yang


penggunaan APD saat bekerja dengan mencampur dua jenis pestisida dapat juga
pestisida. Sementara dalam penelitian ini dilakukan dengan syarat memperhatikan
keracunan pestisida juga sama-sama terjadi dosis dan jenis pestisida yang digunakan. Dari
terjadi pada kelompok petani yang memiliki hasil wawancara diketahui bahwa sebagian
tingkat pengetahuan baik dan buruk. Hanya besar petani menggunakan dua atau lebih
saja, proporsi pertani pada kelompok yang pestisida dalam satu kali penyemprotan.
memiliki pengetahuan baik justru lebih Metode yang mencampur dua atau lebih jenis
banyak yang mengalami kejadian keracunan pestisida ini dilakukan dengan maksud untuk
pestisida akut. Di sisi lain, proporsi petani menghemat waktu dan tenaga dari petani
pada kelompok yang berpengetahuan buruk ketika melakukan penyemprotan. Sementara
justru lebih banyak yang tidak mengalami untuk takaran/dosis pestisida, sebagian besar
keracunan pestisida akut. Temuan penelitian petani tidak menggunakan ukuran yang sesuai
ini juga tidak mendukung temuan penelitian petunjuk penggunaan. Petani umumnya
sebelumnya yang menyatakan bahwa ada memanfaatkan tutup botol sebagai alat takar.
hubungan antara yang bermakna antara Bahkan ada sebagian yang langsung
pengetahuan dengan keracunan pestisida pada menuangkan dari botol kemasan dengan
petani.(14) perkiraan subyektif sesuai kebiasaan
Belum konsistennya temuan hasil-hasil sebelumnya. Petani melakukan hal tersebut
penelitian terkait hubungan antara tingkat karena sudah terbiasa dengan penggunaan
pengetahuan dan kejadian keracunan pestisida dan jika dosisnya lebih, maka hal itu
pestisida akut pada petani, menjadi salah satu dianggap baik karena dapat mempercepat
kesenjangan riset. Kesenjangan riset ini perlu proses pembasmian hama.
dikaji lebih lanjut oleh peneliti di masa Pestisida terdiri dari beberapa macam
mendatang dengan metode yang berbeda dan antara lain insektisida, fungisida, akarisida,
kerangka teoritik yang lebih komprehensif. algasida, alvisida, bakterisida, herbisida, dan
Secara konseptual diharapkan tingkat molluskisida.(16) Jika dilihat dari
pengetahuan yang baik seharusnya kecenderungan distribusi data, diketahui
berkorelasi secara positif dengan perilaku bahwa proporsi yang mengalami keracunan
petani dan berkorelasi secara negatif dengan pestisida akut lebih banyak terjadi pada
kejadian keracunan pestisida. Artinya, kelompok petani yang menggunakan metode
semakin baik tingkat pengetahuan petani aplikasi < 2 jenis pestisida. Sementara pada
tentang pestisida, maka semakin baik pula kelompok petani yang memiliki metode
tindakan petani dalam penggunaan pestisida. aplikasi ≥ 2 jenis pestisida, proporsi kejadian
Selanjutnya, semakin tinggi tingkat keracunan pestisida akut lebih sedikit.
pengetahuan petani tentang penggunaan Adanya kecenderungan pola hubungan yang
pestisida, maka semakin rendah pula kejadian berbeda ini kemungkinan besar dipengaruhi
keracunan pestisida di kalangan petani. beberapa faktor lain di antaranya jenis dan
dosis pestisida yang digunakan oleh petani,
2. Hubungan antara Metode Aplikasi cara penyemprotan, dan kondisi lingkungan
Pestisida dengan Keracunan Pestisida (arah angin dan suhu) saat penyemprotan.
Akut Temuan penelitian sebelumnya menyatakan
bahwa semakin banyak jumlah campuran
Hasil penelitian menunjukkan ada
yang digunakan para petani maka semakin
hubungan yang signifikan antara metode
mudah petani mengalami keracunan. Apalagi
aplikasi pestisida dengan keracunan pestisida
jika dosis yang digunakan tinggi dan
akut pada petani. Secara umum, ketentuan
campuran pestisida yang digunakan lebih dari
penggunaan pestisida yang tepat yaitu hanya
dua pestisida.(10,17)
menggunakan satu jenis pestisida untuk satu
Ada kemungkinan petani di desa Nenu
kali penyemprotan sesuai petunjuk
meskipun menggunakan metode aplikasi < 2
e-ISSN 2685-2438 Bey et al.
https://doi.org/10.35508/ljch
Lontar: Journal of Community Health
March 2022 Vol. 4 (No. 1): p 1 - 10 7

jenis pestisida tetapi dosisnya melebihi dari yang relatif besar baik pada petani dengan
yang petunjuk penggunaan sehingga frekuensi sering maupun jarang.
meningkatkan peluang terjadinya keracunan. Ada kemungkinan faktor lain yang
Peluang terjadinya ini akan semakin mempengaruhi hubungan frekuensi
meningkat bila penyemprotan dilakukan penyemprotan dengan kejadian keracunan
dengan melawan arah angin sehingga paparan pestisida akut yakni teknik penyemprotan.
zat aktif terhadap tubuh petani menjadi lebih Kejadian keracunan dapat meningkat pada
tinggi.(11) Sementara pada petani yang petani yang jarang melakukan penyemprotan
menggunakan metode aplikasi ≥ 2 jenis jika teknik penyemprotan tidak dilakukan
pestisida, kemungkinan besar dosis yang dengan hati-hati. Misalnya petani melakukan
dipakai lebih sedikit dan pada saat aktivitas penyemprotan yang berlawanan
penyemprotan sudah didukung dengan teknik dengan arah angin atau tidak menggunakan
penyemprotan yang baik, yakni tidak alat pelindung diri dengan benar.(11)
melawan arah angin sehingga mengurangi Akibatnya keterpaparan zat aktif dari
peluang tubuh dari keterpaparan zat aktif pestisida akan semakin lama. Sebaliknya
yang lama. Namun, riset ini tidak dapat kejadian keracunan juga dapat meningkat
memberikan kesimpulan yang kuat terhadap pada petani yang sering melakukan
dugaan-dugaan di atas. Bahkan temuan penyemprotan. Penyemprotan yang sering
penelitian ini secara statistik tidak dilakukan akan berisiko terpapar zat aktif
mendukung temuan penelitian lain pestisida secara terus menerus. Akumulasi
sebelumnya yang menyatakan bahwa tidak paparan dalam periode yang lama akan
ada hubungan antara metode aplikasi meningkatkan peluang terjadinya keracunan
pestisida dengan keracunan pestisida.(8,18) pestisida.(10)
Oleh karena temuan riset terkait hubungan Petani di Desa Nenu dalam kurun waktu
antara variabel ini masih tidak konsisten, lima tahun terakhir dihadapkan dengan
maka diperlukan kajian lebih lanjut yang masalah hama (penggerek batang dan walang
komprehensif termasuk kajian determinasi sangit) yang semakin meningkat dan curah
jenis dan dosis pestisida serta teknik hujan yang tidak menentu serta gagal panen.
penyemprotan untuk memastikan pola Masalah-masalah ini mempengaruhi
hubungan yang tepat antara metode aplikasi frekuensi penyemprotan pestisida pada
dengan kejadian keracunan pestisida akut tanaman. Frekuensi penyemprotan menjadi
pada petani. tidak menentu. Dari hasil wawancara
diketahui bahwa petani umumnya
3. Hubungan antara Frekuensi menggunakan pestisida minimal tiga sampai
Penyemprotan dengan Keracunan empat kali dalam kurun waktu satu kali
Pestisida Akut musim tanam. Penggunaan pestisida ini akan
cenderung meningkat jika terjadi peningkatan
Secara konseptual, semakin sering
serangan hama terhadap tanaman pertanian.
melakukan penyemprotan maka semakin
Bila meningkat, maka petani akan melakukan
tinggi peluang terjadinya keracunan pestisida.
4-5 kali penyemprotan dengan
Sebaliknya semakin jarang melakukan
memperhatikan luas persebaran hama dan
penyemprotan, semakin kecil peluang
seberapa banyak hama menyerang.
terjadinya keracunan. Hasil penelitian
Temuan penelitian ini mendukung
menunjukkan tidak ada hubungan yang
temuan penelitian sebelumnya yang
signifikan antara frekuensi penyemprotan
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara
dengan keracunan pestisida pada petani.
frekuensi penyemprotan dengan keluhan yang
Temuan penelitian ini tidak mendukung
dirasakan petani.(10) Namun, tidak
konsep di atas. Kejadian keracunan pestisida
mendukung temuan penelitian lain
akut sama-sama ditemukan dengan proporsi
sebelumnya yang menyatakan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara frekuensi
e-ISSN 2685-2438 Bey et al.
https://doi.org/10.35508/ljch
Lontar: Journal of Community Health
March 2022 Vol. 4 (No. 1): p 1 - 10 8

penyemprotan dengan keracunan pestisida dengan penurunan kadar enzim


pada petani.(19) Secara teoritis, frekuensi cholinesterase dalam darah. Petani yang
penyemprotan pestisida dengan unsur merokok pada saat penyemprotan, akan
organofosfat dengan karbamat yang terlalu mempunyai risiko 12.369 kali penurunan
seringakan menurunnya akivitas enzim kadar colinesterase dibandingkan petani yang
colinesterase. Jika enzim cholinesterase tidak tidak merokok saat menyemprot.(20) Namun,
dapat secara maksimal menghidrolisis temuan penelitian ini tidak mendukung
acetylcholine dalam tubuh maka akan dapat temuan penelitian lain sebelumnya yang
menghambat laju penyampaian rangsangan menyatakan tidak ada hubungan antara
pada saraf. Semakin sering petani melakukan perilaku petani dengan keracunan pestisida,
penyemprotan menggunakan pestisida, maka dalam hal ini adalah perilaku merokok.(8) Dari
akan semakin besar pula kemungkinan untuk hasil observasi, petani di Desa Nenu sering
terjadinya keracunan.(11) merokok pada saat sebelum dan sesudah
Oleh karena temuan riset terkait hal ini melakukan penyemprotan.
masih tidak konsisten, maka diperlukan Secara statistik, hubungan antara
kajian lebih lanjut yang komprehensif perilaku dengan kejadian keracunan pestisida
termasuk kajian determinasi teknik akut dalam penelitian ini bermakna. Akan
penyemprotan untuk memastikan pola tetapi kecenderungan data menunjukkan pola
hubungan yang tepat antara frekuensi hubungan yang berbeda. Pada petani yang
penyemprotan dengan kejadian keracunan memiliki perilaku tidak berisiko lebih banyak
pestisida akut pada petani. terjadi keracunan pestisida akut sedangkan
pada petani yang memiliki perilaku berisiko,
4. Hubungan antara Perilaku Petani lebih banyak yang tidak mengalami
dengan Keracunan Pestisida Akut keracunan pestisida akut. Meningkatnya
Hasil penelitian menunjukkan ada proporsi kejadian keracunan pada petani
dengan perilaku yang tidak berisiko
hubungan yang signifikan antara perilaku
petani dengan keracunan pestisida akut pada kemungkinan dipengaruhi oleh lamanya
keterpaparan sebagai akibat dari lama bekerja
petani. Berdasarkan hasil wawancara ternyata
sebagai petani. Seseorang yang sudah lama
masih banyak petani yang tidak
bekerja sebagai petani penyemprot memiliki
menggunakan APD pada saat mencampur
risiko yang tinggi terjadi keracunan.
pestisida atau pada saat melakukan
Penelitian sebelumnya menemukan bahwa
penyemprotan masih ditemukan juga petani
lama kerja lebih dari 15 tahun pada petani
yang merokok, mengunyah makanan pada
memiliki kemungkinan keracunan sangat
saat mencampur pestisida, dan masih banyak
tinggi karena keseringan terjadi kontak
petani yang melakukan pekerjaan lain setelah
dengan pestisida dibandingkan dengan petani
menyemprot misalnya mengurus ternak. Para
yang memiliki lama kerja di bawah lima
petani beranggapan bahwa tidak ada masalah
tahun.(10) Sebaliknya pada kelompok petani
karena sudah terbiasa. Setelah menggunakan
dengan perilaku berisiko namun tidak
pestisida, masih banyak petani yang tidak
mengalami keracunan, kemungkinan besar
membersikan diri (mandi), tetapi melanjutkan
belum lama bekerja sebagai petani
kegiatan lain dengan menggunakan pakaian
penyemprot dan masih memiliki daya tahan
kerja pada saat menyemprot. Ada juga petani
tubuh yang baik sehingga secara fisik,
yang masih melakukan kegiatan lain pada saat
tubuhnya masih mampu mengendalikan
melakukan penyemprotan yaitu merokok,
reaksi dari paparan zat aktif dari pestisida
mengunyah makanan, dan kegiatan lain yang
yang digunakan. Akibat dari paparan zat aktif
berdampak pada keracunan pestisida yang
pestisida umumnya dapat bersifat kumulatif
lebih besar terhadap petani.
dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, untuk
Penelitian sebelumnya menemukan
mengatasi hal ini disarankan agar Dinas
bahwa ada hubungan antara perilaku petani
Kesehatan perlu memberi perhatian kepada
e-ISSN 2685-2438 Bey et al.
https://doi.org/10.35508/ljch
Lontar: Journal of Community Health
March 2022 Vol. 4 (No. 1): p 1 - 10 9

petani penyemprot pestisida dengan cara UCAPAN TERIMA KASIH


melakukan pemeriksaan untuk melihat
tingkat keracunan pestisida dalam darah. Ucapan terima kasih diberikan kepada
Secara umum penelitian ini memiliki Kelompok Tani di Desa Nenu, Kecamatan
kelemahan. Dalam penelitian, kejadian Cibal, Kabupaten Manggarai yang telah
keracunan pestisida akut tidak ditentukan bersedia menjadi responden dalam penelitian
secara akurat melalui pemeriksaan ini dan semua pihak yang telah membantu dan
laboratorium melainkan hanya berdasarkan memberi dukungan terhadap seluruh
pengakuan petani tentang gejala klinis yang rangkaian kegiatan penelitian.
dialami. Selain itu, masih banyak variabel lain
REFERENSI
tidak diteliti dan tidak diikusertakan dalam
analisis, namun diduga mendeterminasi 1. Soedarto. Lingkungan dan Kesehatan.
hubungan variabel independen dengan Jakarta: Sagung Seto; 2003.
variabel dependen. Diharapkan ada penelitian 2. Suparti S, Anies, Setiani O. Beberapa
lanjutan yang lebih lengkap dengan Faktor Risiko yang Berpengaruh
mengikutsertakan variabel-variabel lain, terhadap Kejadian Keracunan Pestisida
seperti sikap petani terhadap penggunaan pada Petani. Pena Med [Internet].
pestisida, dosis pesitisida, jenis pestisida yang 2016;6(2):125–38. Available from:
dicampur, teknik penyemprotan dan lama https://jurnal.unika.ac.id/index.php/medi
bekerja sebagai petani penyemprot. ka/article/download/397/355
Diharapkan dengan adanya informasi yang 3. Badan Pengawasan Obat dan Makanan.
lengkap mengenai variabel-variabel tersebut, Sentra Informasi Keracunan [Internet].
dapat dipastikan secara akurat berbagai BPOM. 2016 [cited 2020 Sep 9].
determinan kejadian keracunan pestisida akut Available from:
pada petani. http://ik.pom.go.id/v2016/
4. Rusdita AQW. Hubungan Hygiene
KESIMPULAN Perorangan dan cara Penyemprotan
Pengetahuan petani, metode aplikasi Pestisida dengan Tingkat keracunan
pestisida, dan perilaku petani memiliki Pestisida pada Petani di Desa Kembang
hubungan yang signifikan dengan keracunan Kuning Kecamatan Cepogo [Internet].
pestisida akut, sedangkan frekuensi Universitas Muhammadiyah Surakarta;
penyemprotan tidak berhubungan secara 2016. Available from:
signifikan dengan keracunan pestisida akut. http://eprints.ums.ac.id/45060/
Diperlukan adanya pendampingan kepada 5. Oktaviani R, Pawenang ET. Risiko
petani dari petugas PPL (Penyuluh Pertanian Gejala Keracunan Pestisida pada Petani
Lapangan) agar petani selalu diingatkan Greenhouse. Higea J Public Heal Res
tentang bahaya penggunaan pestisida untuk Dev [Internet]. 2020;4(2):178–88.
mengurangi kejadian keracunan pestisida Available from:
akut. Dinas Kesehatan dan puskesmas perlu https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/
melakukan pemeriksaan darah berkala higeia/article/download/33544/15895
terhadap petani penyemprot untuk 6. Kementerian Pertanian RI. Penggunaan
mengetahui tingkat keracunan pestisida yang Pestisida dalam Perspektif Produksi dan
dialami petani. Keamanan Pangan [Internet]. Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan. 2020 [cited
KONFLIK KEPENTINGAN 2021 Jun 27]. Available from:
http://tanamanpangan.pertanian.go.id/in
Penelitian ini benar-benar tidak dex.php/iptek/16
memiliki konflik kepentingan, kolaboratif, 7. Hamidun MN. Kepatuhan Petani dalam
atau kepentingan lainnya dengan pihak Pemakaian Alat Pelindung Diri dengan
manapun. Model Healh Action Process Approach
e-ISSN 2685-2438 Bey et al.
https://doi.org/10.35508/ljch
Lontar: Journal of Community Health
March 2022 Vol. 4 (No. 1): p 1 - 10 10

(Kasus Penyemprotan Hama pada Mempengaruhi Kejadian Keracunan


Tanaman Padi) di Kecamatan Pestisida Akut pada Petani Pengguna
Bantimurung Kabupaten Maros Provinsi Pestisida di Desa Mata Air Kecamatan
Selawesi Selatan [Internet]. Universitas Kupang Tengah Kabupaten Kupang.
Hasanuddin; 2017. Available from: Universitas Nusa Cendana; 2016.
http://digilib.unhas.ac.id 15. Kementerian pertanian. Teknik
8. Samosir K, Setiani O, Nurjazuli. Penyemprotan pestisida [Internet]. Badan
Hubungan Pajanan Pestisida dengan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Gangguan Keseimbangan Tubuh Petani Indonesia; Available from:
Hortikultura di Kecamatan Ngablak https://hortikultura.litbang.pertanian.go.i
Kabupaten Magelang. Kesehat Lingkung d
Indones [Internet]. 2017;16(2):63–9. 16. Kumparan. Mari Mengenal Lebih
Available from: Banyak tentang Jenis Pestisida. Corteva
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jkl Agriscience. 2019.
i/article/view/15699 17. Isnawan RM. Faktor-faktor yang
9. Badan Pusat Statistik Kabupaten Berhubungan dengan Kejadian
Manggarai. Kecamatan Cibal dalam Keracunan Pestisida pada Petani Bawang
Angka 2018. Ruteng: Badan Pusat Merah di Desa Kedunguter, Kecamatan
Statistik Kabupaten Manggarai; 2018. Brebes, Kabupaten Brebes. J Kesehat
10. Mahyuni EL. Faktor Risiko dalam Masy [Internet]. 2013;2(1). Available
Penggunaan Pestisida terhadap Keluhan from:
Kesehatan pada Petani di Kecamatan http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/j
Berastagi Kabupaten Karo 2014. Kesehat km
Masy [Internet]. 2015;9. Available from: 18. Erwin, Denny HM, Setyaningsih Y.
http://journal.uad.ac.id/index.php/KesM Edukasi Petani tentang Penggunaan
as/article/view/1554 Pestisida Secara Aman dan Sehat di
11. Marisa, Pratuna ND. Analisa Kadar Bima, Indonesia. J Sains Terap [Internet].
Cholinesterase dalam Darah dan Keluhan 2019;5(2):92–100. Available from:
Kesehatan pada Petani Kentang https://jurnal.poltekba.ac.id/index.php/js
Kilometer XI Kota Sungai Penuh. J t/article/download/690/493
Kesehat Perintis (Perintis’s Heal 19. Lucki F, Hanandi Y, Yunita NA.
Journal). 2018;05(01):146–52. Hubungan Masa Kerja, Lama kerja,
12. Ridwan M. Hubungan Pengetahuan, Lama Penyemprotan dan Frekuensi
Sikap, dan Tindakan dengan Gejala Penyemprotan terhadap Kadar
Penyemprotan pada Penyemprotan kolinesterase dalam Darah pada Petani di
Pestisida di Desa Pematang Cermai Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak,
Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017 Kabupaten Magelang. J Kesehat Masy
[Internet]. Universita Sumoatera Barat; [Internet]. 2018;6(6):128–34. Available
2017. Available from: from:
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456 https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/j
789/1491 km/article/view/22167
13. Kurniawan R. Hubungan antara 20. Susilowati DA, Widjanarko B, Adi MS.
Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Perilaku Petani Penyemprot yang
Penggunaan Pestisida dengan Keluhan Berhubungan dengan Kadar Serum
Keracunan Pestisida pada Pekerja Pest Cholinesterse. J MKMI [Internet].
Control di Jawa Tengah dan Yogyakarta 2017;13. Available from:
[Internet]. Universitas Muhammadiyah https://journal.unhas.ac.id/index.php/mk
Surakarta; 2019. Available from: mi/article/view/3152
https://eprints.ums.ac.id/73448/
14. Lali RS. Faktor-faktor yang
e-ISSN 2685-2438 Bey et al.
https://doi.org/10.35508/ljch

You might also like