Professional Documents
Culture Documents
Makalah Beriman Kepada Rasul
Makalah Beriman Kepada Rasul
Dosen pengampu :
FAKULTAS USHULUDDIN
(UIN SUSKA,RIAU)
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan
karunia yang dilimpahkan-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Adapun yang menjadi judul makalah adalah “Beriman Kepada Rasul”. Tujuan penulis
membuat makalah ini yang utama untuk memenuhi tugas dari dosen pembimbing
Dr.Nurliana,MA dalam mata kuliah Akidah Akhlak.
Jika dalam penulisan makalah terdapat berbagai kesalahan dan kekurangan dalam penulisan,
maka kepada para pembaca, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang penulis miliki sangat kurang.
Oleh karena itu, penulis harapkan kepada pembaca untuk memberikan saran-saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Terimah kasih,
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………..…………...…………..........ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..…iii
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 KESIMPULAN…………………………………………………………………......10
3.2 SARAN……………………………………………………………………………...11
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………...
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Iman kepada Rasul-Rasul Allah merupakan suatu kewajiban, karena iman kepada Rasul-
Rasul Allah merupakan rukun iman,yaitu rukun iman ke 4. Iman kepada Rasul artinya
mempercayai dengan sepenuh hati atas kedatangan Rasul-Rasul Allah SWT keatas muka bumi
ini.
Ajaran yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul sejak Nabi Adam as hingga Nabi Muhammad
SAW. Merupakan suatu rangkaian yang memiliki satu tujuan yaitu mengesakan Allah SWT.
Berupa syariat atau hukum tertentu yang kemudian disampaikan atau diajarkan kepada Umatnya.
Oleh karena itu,kita sebagai seorang Muslim,wajib beriman atau mempercayai kepada para Nabi
dan Rasul utusan Allah sehingga dengan hal itu kita akan mengamalkan semua ajaran yang
dibawa oleh Rasul utusan Allah tersebut. Dengan berpegang hidup pada Allah dan sunnah Rasul
maka kita akan hidup bahagia didunia dan diakhirat.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian atau hakikat beriman kepada para Nabi dan Rasul?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian atau hakikat tentang beriman kepada para Nabi dan Rasul
PEMBAHASAN
Menurut bahasa iman berasal dari bahasa Arab aminayu’minu-imanan yang berarti percaya
terkait dengan aqidah, iman mengandung makna Al-Tashdiq yakni pembenaran terhadap suatu
hal, yang tidak dapat dipaksakan oleh siapapun karena iman terletak dalam hati yang hanya dapat
dikenali secara pribadi. Menurut syara’, iman diartikan sebagai pembenaran terhadap ajaran Nabi
Muhammad SAW, yakni beriman kepada Allah SWT, para malaikat, para nabi dan rasul, hari
kiamat, qadha’ dan qadar.
Sebagaimana hadits Rasul SAW. Yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a mengenai
pertanyaan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad tentang Iman : Artinya: “Beritahukan aku
tentang Iman”. Lalu beliau bersabda:”Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-
Nya,rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang
buruk”. Dengan demikian iman menurut istilah berarti keyakinan yang tertanam dalam hati,
diikrarkan dengan lisan dan diwujudkan dengan amal perbuatan.
Sedangkan, Mengenai pengertian Nabi dan Rasul terdapat beberapa pandangan, namun
intinya sama, misalnya dalam Ensiklopedia Islam Indonesia, dijelaskan bahwa Nabi (jamaknya
anbiya’ atau nabiyyun) menurut bahasa Arab berarti orang yang memberitakan atau
menyampaikan berita. Kata al-Anbiya’ adalah bentuk jamak dari kata an-Nabiy, diambil dari
kata kerja nabaa. Didalam sejarah kamus dijelaskan bahwa an-Nabiy berarti orang yang
menyampaikan berita dari Allah Ta’ala. Allah memberi khabar kepada Nabi tentang keesaan-
Nya, menjelaskan masalah-masalah yang ghaib, dan memberitahukan bahwa dirinya adalah
seorang nabi. Seseorang dikatakan sebagai Nabi karena ketinggian derajatnya dihadapan
manusia lainnya.
1. Rasul (jamaknya rusul) yang berarti “utusan”,”duta”. Al-Qur’an sering menyebut al-
mursalun (orang-orang yang dikirim) sebagai seorang utusan Tuhan yang mengajarkan
agama atau wahyu yang baru.
2. Nabi adalah seorang utusan Tuhan yang membawakan ajaran agama yang telah
dibawakan oleh Rasul sebelumnya. Seorang Nabi juga disebut sebagai basyir (orang yang
menyampaikan peringatan) sesuai dengan ajaran yang disampaikannya.
Berdasarkan pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan antara
pengertian nabi dan rasul, perbedaan itu adalah: nabi tidak diperingatkan untuk menyampaikan
wahyu kepada umatnya, sedang rasul disamping untuk dirinya sendiri juga mempunyai beban
risalah, maksudnya, disamping menerima wahyu kenabian untuk dirinya sendiri,
juga mempunyai tugas untuk menyampaikan wahyu itu kepada kaumnya. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa setiap rasul adalah nabi dan sebaliknya setiap nabi belum tentu Rasul.
Dengan demikian, maka beriman kepada Rasul berarti meyakini dengan sepenuh hati bahwa
Allah SWT telas mengutus manusia laki-laki terpilih yang diberi wahyu oleh Allah SWT dan
wahyu tersebut harus disampaikan kepada umatnya sebagai pedoman dan petunjuk hidup, agar
hidupnya selamat dunia dan akhirat.
Adapun dalil tentang beriman kepada rasul adalah : Allah SWT berfirman dalam AL-Qur’an
surat Al-Hadid:25, terjemahannya: “Sesungguhnya kami telah mengutus Rasul-rasul kami
dengan membawa bukti yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan
neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan dan kami ciptakan besi yang
padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka
mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan
rasul-rasul Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah maha kuat lagi maha
perkasa.
Dalam ajaran islam kita wajib mengetahui dan mengenal 25 nabi dan rasul yang terdapat
dalam Al-Qur’an mulai dari Nabi Adam AS sampai dengan Nabi Muhammad SAW, adapun
nama-namanya yaitu ;
B. Tanda-Tanda Kerasulan
Mengenai tanda-tanda kerasulan, adalah adanya syari’at yang dibawa oleh para Rasul untuk
dirinya sendiri dan untuk disampaikan kepada umatnya. Mengenai tanda-tanda kerasulan Nabi
Muhammad SAW adalah dengan membawa dan mengalami hal sebagai berikut :
-Al-Quran
Sebuah kitab yang di dalamnya terdapat berita hingga kisah orang-orang sebelum Nabi lahir
bahkan satelah Nabi wafat. Kitab ini juga menjadi hukum yang hingga sekarang masih menjadi
pedoman bagi umat manusia.
Perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha kemudian menuju langit yang tinggi dan
akhirnya ke sidratul muntaha dan kembali ke tempat tidurnya tanpa merasakan kedinginan.
-Terbelahnya bulan
Al-Walid bin Mughirah dan orang kafir lainnya menantang Nabi Muhammad untuk
memberikan tanda tentang kenabiannya. Akhirnya dengan izin Allah, bulan terbelah menjadi dua
seperti yang difirmankan Allah dalam Surat Al-Qamar: 1-3.
Pada perang khaibar, mata Ali bin Abi thalib mengalami peradangan hebat, Rasulullah pun
meniupnya dan seketika matanya sembuh seakan-akan belum pernah sakit mata sebelumnya.
Serta disamping tanda-tanda tersebut, ada juga sebuah kisah mengenai tanda kerasulan Nabi
Muhammad SAW. Sebagai berikut : Ketika pendeta Bahira bertemu Nabi Muhammad, dia
menanyakan beberapa hal kepada Nabi Muhammad untuk mengetahui apakah beliau seorang
Rasul yang disebut dalam kitab atau tidak. Alhasil, seluruh jawaban Nabi Muhammad sesuai
dengan apa yang disebut dalam kitabnya. Untuk memperkuat keyakinannya, Bahira minta izin
untuk melihat punggung Nabi Muhammad, Nabi memberi izin dan Bahira melihat ada tanda
kenabian di punggung Nabi Muhammad. Bahira semakin yakin dan menyarankan kepada Abu
Thalib untuk membawa dan melindungi Nabi Muhammad karena kelak dia akan menjadi besar.
Para ulama sepakat bahwa di punggung Nabi Muhammad ada tanda kenabian. Tapi mereka
beda pendapat apakah tanda itu sudah ada sejak Nabi Muhammad lahir atau tidak. Dalam
beberapa riwayat hadis tidak dijelaskan secara spesifik bentuknya seperti apa, karena sahabat
menjelaskan tanda kenabian itu sesuai dengan apa yang dilihatnya. Misalnya, Saib bin Yazid
mengatakan:
Ulama beda pendapat terkait makna “zirril hajalah” dalam hadis ini, ada yang memahami
sebesar bercak putih yang biasanya ada di kening kuda, ada yang mengatakan bentuknya seperti
kubah, dan ada yang mengatakan sebesar telur burung dara. Dalam hadis yang lain, Jabir bin
Samurah menjelaskan:
رأيت الخاتم بين كتفي رسول هللا صلى هللا عليه وسلم غدة حمراء مثل بيضة الحمامة
“Saya melihat tanda kenabian di punggung Rasulullah bentuknya seperti kelenjar (gumpalan
daging) yang bewarna merah seperti telur burung dara”
Sementara dalam hadis riwayat Ahmad, Sahabat Abu Zaid ‘Amar bin Akhtab al-Anshari
mengatakan:
وما الخاتم؟ قال شعرات مجتمعات: قلت،فمسحت ظهره فوقعت أصابعي على الخاتم
“Saya menyentuh punggung Rasulullah, dan jari tanganku menyentuh tanda kenabian.
Bentuknya seperti gumpalan rambut-rambut” (HR: Ahmad)
Masing-masing hadis ini tidak perlu dipertentangkan, karena bisa jadi sahabat hanya melihat
sesuai dengan yang dilihat ataupun dirasakan, kalau dilihat dari beberapa hadis, gambaran dari
bentuk tanda kenabian itu adalah seperti daging atau kelenjar yang tumbuh di punggung
rasulullah, ukurannya kira-kira sebesar telur burung dara, dan ada rambut atau bulu di sekitarnya.
C. Fungsi Rasul
Pada dasarnya tidak semua manusia mampu mempertahankan dan mengikuti fitrah agama.
Ketika lahir ke dunia, manusia akan bertemu dengan hal-hal duniawi dan melalaikan janjinya
kepada Allah semasa dalam kandungan. Ketika keinginannya tidak terpenuhi, manusia bisa saja
mengalami keguncangan jiwa dan mengalami gangguan secara fisik seperti stres, berbuat hal
yang jahat, dan lainnya. Karena itulah, Allah mengutus rasul-Nya sebagai tauladan umat
manusia. Rasul bertugas untuk menjelaskan cara hidup yang benar di bumi sesuai dengan fitrah.
Aturan ini disampaikan oleh rasul melalui dakwah.
Dengan kata lain, Allah SWT mengutus nabi serta rasul untuk menyampaikan wahyu kepada
umat Muslim. ada beberapa fungsi nabi dan rasul menurut Al-Qur’an, di antaranya:
-Menjadi Saksi
Allah SWT mengutus nabi serta rasul untuk menjadi saksi atas hidup orang-orang beriman
dan amalan yang mereka lakukan. Selain itu, nabi dan rasul juga menjadi saksi atas keingkaran
orang-orang yang tidak beriman. Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya Kami telah mengutus
seorang Rasul (Muhammad) kepada kamu, yang menjadi saksi terhadapmu, Sebagaimana Kami
telah mengutus seorang rasul kepada Fir'aun."
-Menyampaikan Risalah
Seluruh nabi dan juga rasul bertugas untuk memberitakan kabar baik kepada manusia terkait
wahyu yang telah diberikan oleh Allah. Selain itu, Allah juga menjamin keselamatan nabi dari
gangguan orang kafir dalam menjalani tugas mulia ini.
-Menyerukan Kebenaran
Tugas nabi serta rasul berikutnya, yakni mengajak manusia untuk bertaubat dari segala dosa.
Nabi dan rasul juga berupaya membimbing dan membantu umat manusia untuk kembali ke jalan
yang benar.
-Membacakan Ayat Suci
Semua nabi serta rasul bertugas untuk membacakan ayat-ayat suci yang telah diwahyukan
Allah. Sebagai contoh, Nabi Daud membacakan kitab Zabur, Nabi Isa membacakan kitab Injil
pada Bani Israil, dan Nabi Musa membacakan kitab Taurat pada Bani Israil, serta Nabi
Muhammad menyampaikan Al-Qur’an.
-Mengajarkan ketauhidan
Rasul membimbing kaumnya untuk meyakini dan mengesakan (menauhidkan) Allah Swt.
Cara menauhidkan Allah meliputi tiga aspek, yaitu; tauhid zat, sifat dan af’al (perbuatan).
Tauhid zat adalah meyakini bahwa zat Allah SWT. tidak tersusun atas bagian-bagian, baik
internal maupun eksternal, dan tidak ada yang menyamai atau menyerupai zat-Nya. Tauhid sifat
adalah menyakini bahwa Allah SWT memiliki sifat-sifat sebagaimana yang disebutkan dalam
Al-Qur’an dan Hadis. Sifat-sifat Allah tidak sama dan tidak serupa (Tasybih) dengan sifat
makhluk, sifat-sifat Allah juga tidak baru (Muhdas). Sementara tauhid af’al (perbuatan) adalah
meyakini bahwa Allah SWT adalah zat yang menciptakan semesta alam dan seluruh perbuatan
hamba-Nya.
-Menyampaikan kepada umatnya tentang berita-berita gaib sesuai dengan ketentuan Allah SWT.
-Memberikan kabar gembira bagi umat yang taat dan patuh kepada Allah SWT dan memberikan
kabar berita bagi yang melanggar perintah Allah SWT.
-Memberikan contoh-contoh perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari atau keteladanan
yang menjadi panutan dalam perbuatan. Allah berfirman dalam AlQur’an:
"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat
Allah". (QS. Al-Ahzab: 21).
Allah SWT mengutus para rasul sebagai suri teladan, artinya teladan dalam kesabaran dan
menanggung penderitaan dalam memperjuangkan Islam, teladan dalam ketabahan memegang
prinsip, teladan dalam saling mencintai dan persaudaraan muslim, dan teladan dalam setiap
akhlak mulia.
D. Seputar Wahyu
Wahyu (dalam bahasa Arab: wahy) secara bahasa berarti al-isyarah as-sari’ah (isyarat yang
cepat), al-kitabab (tulisan), al-maktub (tertulis), ar-risalah (pesan), al-ilham (ilham), al-ilham al-
khafi (pemberitahuan yang bersifat tertutup dan tidak diketahui puhak lain), al-kalam al-kahfi as-
sari’ (pembicaraan yang bersifat tertutup dan tidak diketahui pihak lain dan cepat).
Tegasnya menurut Rasyid Ridha, wahyu adalah pemberitahuan yang bersifat tertutup, tidak
diketahui oleh pihak lain, cepat dan khusus hanya pada yang dituju. Kemudian dari segi
kebahasaan ini, para ulama membangun defenisi kata wahyu menjadi “pemberitahuan Allah
kepada seorang nabi tentang berita-berita ghaib, syariat dan hukum tertentu.” Dari defenisi ini,
tampak bahwa konsep wahyu mesti mengandung dua unsur yaitu pemberi berita (Allah SWT)
dan penerima berita (Rasul).
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
-Menurut syara’, iman diartikan sebagai pembenaran terhadap ajaran Nabi Muhammad
SAW, yakni beriman kepada Allah SWT, para malaikat, para nabi dan rasul, hari kiamat, qadha’
dan qadar.
- maka beriman kepada Rasul berarti meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telas
mengutus manusia laki-laki terpilih yang diberi wahyu oleh Allah SWT dan wahyu tersebut
harus disampaikan kepada umatnya sebagai pedoman dan petunjuk hidup, agar hidupnya selamat
dunia dan akhirat.
- Salah-satu tanda kerasulan adalah adanya syariat baru untuk dirinya dan disampaikan atau
didakwahkan kepada umatnya.
- menurut Rasyid Ridha, wahyu adalah pemberitahuan yang bersifat tertutup, tidak diketahui
oleh pihak lain, cepat dan khusus hanya pada yang dituju. Kemudian dari segi kebahasaan ini,
para ulama membangun defenisi kata wahyu menjadi “pemberitahuan Allah kepada seorang nabi
tentang berita-berita ghaib, syariat dan hukum tertentu.” Dari defenisi ini, tampak bahwa konsep
wahyu mesti mengandung dua unsur yaitu pemberi berita (Allah SWT) dan penerima berita
(Rasul).
2. Saran
Kami mengharapkan kepada seluruh ummat ini untuk lebih mempelajari dan memahami
ajaran islam lebih mendalam terutama hal-hal dalam penguatan akidah kita terhadap Islam. Yang
mana ini disokong oleh para pemimpin-pemimpin yang berkarakter islami sebagai tauladan bagi
umat, serta kita semua yang selalu senantiasa saling mendakwahkan akan pentingnya akidah
islam.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang positif agar kami dapat memperbaikinya di tugas
berikutnya, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan kami sebagai penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Ainun, Afidiah dkk, 2018, Mengenal Aqidah Akhlak Islami, Bunyamin dkk, 2011, Akidah untuk
perguruan tinggi, Ensiklopedia islam Indonesia,jakarta:djambatan,1992, Yogyakarta: LPPI
Universitas Muhammadiyah,2006, Jakarta: Balai Pustaka, 1995, Jakarta: Pustaka firdaus, 1994,
Jurnal Ashadi Cahyadi, 2013, https://tirto.id/tugas-rasul-rasul-allah-swt-sebagai-penyampai-
wahyu-kepada-manusia ,Jakarta:Paramadina,2002.