Professional Documents
Culture Documents
Si
Disusun Oleh:
Nama : Windri Ratna Sari
NIM : 2184205027
Kelompok : 3 (Tiga)
Anggota : Resty 2184205039
Nindy 2184205042
Mahdalena 2184205031
Nuriman 2184205027
PENDAHULUAN
Sel merupakan suatu unit dasar terkecil tubuh makhluk hidup. Untuk
mempertahankan posisinya sel ditopang adanya dinding sel dan vakuola.
Vakuola merupakan bagian dalam protoplas yang mengandung larutan dan
berbagai zat. Vakuola dipisahkan dalam sitoplasma oleh membran yang
dinamakan tonoplas. Air yang terdapat didalam vakuola dapat keluar dari
dalam sel dan akan mengakibatkan mengempisnya sel tersebut. Keadaan
dimana air yang terdapat dalam ruang bebas antar sel masuk ke dalam
vakuola disebut osmosis. Akibatnya sel akan menggembung.
Begitu pula pada tumbuhan, yang menyerap air dan zat hara yang
diperlukan dari lingkungan melalui proses difusi, osmosis, maupun imbibisi.
Peristiwa tersebut dapat berlangsung dengan baik jika terdapat perbedaan
tekanan potensial air yang sangat besar antara larutan di luar sel tumbuhan
dengan larutan di dalam sel tumbuhan tersebut.
Mengetahui besarnya tekanan osmosis cairan sel epidermis dari daun Rhoe
discoler.
LANDASAN TEORI
Menurut Bidwell (1979) molekul air dan zat terlarut yang berada dalam sel
selalu bergerak. Oleh karena itu terjadi perpindahan terus-menerus dari molekul
air, dari satu bagian ke bagian yang lain.
Terdapat dua proses fisika-kimia yang terjadi yaitu difusi dan osmosis.
Dengan adanya proses difusi suatu selaput dinyatakan permeable ataupun
semipermeabel Osmosis merupakan suatu proses difusi melewati suatu selaput
karena adanya beda konsentrasi antara larutan sebelah menyebelah selaput.
Dengan demikian osmosis akan berlangsung sampai adanya keseimbangan antara
kepekatan cairan (Harso, 2010).
Perpindahan molekul-molekul itu dapat ditinjau dari dua sudut. Pertama dari
sudut sumber dan dari sudut tujuan. Dari sudut sumber dikatakan bahwa terdapat
suatu tekanan yang menyebabkan molekul-molekul menyebar ke seluruh jaringan.
Tekanan ini disebut dengan tekanan difusi. Dari sudut tujuan dapat dikatakan
bahwa ada sesuatu kekurangan (deficit akan molekul-molekul. Hal ini
dibandingkan dengan istilah daerah surplus molekul dan minus molekul. Ini
bararti bahwa di sumber itu ada tekanan difusi positif dan ditinjau adanya tekanan
difusi negatif. Istilah tekanan difusi negatif dapat ditukar dengan kekurangan
tekanan difusi atau deficit tekanan difusi yang disingkat dengan DTD
(Dwijoseputro, 1985).
Difusi adalah gerakan partikel dari tempat dengan potensial kimia lebih
tinggi ke tempat dengan potensial kimia lebih rendah karena energi kinetiknya
sendiri sampai terjadi keseimbangan dinamis (Indradewa, 2009). Senada dengan
itu, Agrica (2009) menjelaskan bahwa difusi adalah peristiwa mengalirnya
berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian
yang berkonsentrasi rendah. Contoh yang sederhana adalah pemberian gula pada
cairan teh tawar. Lambat laun cairan menjadi manis. Contoh lain adalah uap air
dari cerek yang berdifusi dalam udara.
Prinsip dasar yang dapat kita pegang mengenai peristiwa difusi ini adalah
difusi terjadi sebagai suatu respon terhadap perbedaan konsentrasi. Suatu
perbedaan terjadi apabila terjadi perubahan konsentrasi dari suatu keadaan ke
keadaan lain. Selain perbedaan konsentrasi, perbedaan dalam sifat dapat juga
menyebabkan difusi. Proses pertukaran gas pada tumbuhan yang terjadi di daun
adalah suatu contoh proses difusi. Dalam proses ini gas CO2 dari atmosfir masuk
ke dalam rongga antar sel pada mesofil daun yang selanjutnya digunakan untuk
proses fotosintesis.
Laju difusi antara lain tergantung pada suhu dan densitas (kepadatan)
medium. Gas berdifusi lebih cepat dibandingkan dengan zat cair, sedangkan zat
padat berdifusi lebih lambat dibandingkan dengan zat cair. Molekul berukuran
besar lebih lambat pergerakannya dibanding dengan molekul yang lebih kecil.
Pertukaran udara melalui stomata merupakan contoh dari proses difusi. Pada siang
hari terjadi proses fotosintesis yang menghasilkan O2 sehingga konsentrasi O₂
meningkat. Peningkatan konsentrasi O₂ ini akan menyebabkan difusi O ₂ dari
daun ke udara luar melalui stomata. Sebaliknya konsentrasi CO ₂ di dalam
jaringan menurun (karena digunakan untuk fotosintesis) sehingga CO₂ dari udara
luar masuk melalui stomata. Penguapan air melalui stomata (transpirasi) juga
merupakan contoh proses difusi. Di alam, angin, dan aliran air menyebarkan
molekul lebih cepat dibanding dengan proses difusi.
Apabila ada dua bejana yang satu berisi air murni dan bejana lain diisi
dengan larutan, apabila kedua bejana ini kita hubungkan, lalu diantara kedua
bejana diletakkan membran semipermeabel. yaitu membran yang mempu
melalukan air (pelarut) dan menghambat lalunya zat-zat terlarut. Pada proses ini
air berdifusi ke bejana yang berisi larutan sedangkan larutan terhalang untuk
berdifusi ke bejana murni. Proses difusi ini disebut dengan osmosis.
Osmosis adalah suatu topik yang penting dalam biologi karena fenomena ini
dapat menjelaskan mengapa air dapat ditransportasikan ke dalam dan ke luar sel
(Fetter, 1998).
Selain potensial air (PA) dalam potensial tekanan (PT) osmosis juga
dipengaruhi tekanan osmotic (PO). Potensial osmotic dari suatu larutan lebih
menyatakan sebagai status larutan. Status larutan biasa kita nyatakan dalam
bentuk satuan konsentrasi, satuan tekanan, atau satuan energi. Hubungan antara
potensial air (PA) dan potensial tekanan (PT), dan potensial osmotic (PO) dapat
dinyatakan dengan hubungan sebagai berikut:
PA=PO + PT
Dari rumus di atas dapat terlihat bahwa apabila tidak ada tekanan tambahan
(PT), maka nilai PA = PO.
Untuk mengetahui nilai potensial osmotic cairan sel, salah satunya dapat
digunakan metode plasmolisis. Jika potensial air dalam suatu sel lebih tinggi dari
pada potensial air yang ada di sekitar sel atau di luar sel, maka air akan
meninggalkan sel sampai potensial air yang ada dalam sel maupun di luar sel
sama besar. Protoplas yang kehilangan air itu menyusut volumenya dan akhirnya
dapat terlepas dari dinding sel, peristiwa tersebut biasa kita kenal dengan istilah
plasmolisis.
−22 , 4 x MxT
Potensial osmosis(Ψs)=
273
Dengan:
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
o Bahan-bahan:
a) Daun Rhoe discoler
b) Larutan sukrose dengan konsentrasi 0.18 M, 0.22 M, 0,24 M, 0,26 M.
4.1 Hasil
Table 1.1. Pengamatan sel epidermis daun Rhoe discoler yang berplasmolisis
dan yang tidak
1 0.18 28 11 39,29%
2 0.22 30 17 56,67%
3 0.24 30 12 40%
4 0.26 27 8 29,63%
Table 1.2. Pengamatan sel epidermis daun Rhoe discoler pada mikroskop
4.2 Pembahasan
Bahwa semakin tinggi nilai molaritas larutan sukrosa, maka sel akan
semakin cepat terplasmolisis. Hal ini terbukti dengan keberadaan
senyawa antosianin berwarna keunguan yang terkandung dalam daun Rhoeo
discolor semakin turun kadarnya jika dimasukkan secara bertahap kedalam
larutan sukrosa yang berbeda-beda tingkat atau nilai molaritasnya. Akibatnya,
akan semakin banyak sel yang keriput. Setiap kenaikan 0,02 M, maka
persentase plasmolisis sel akan meningkat sebanyak 10 %.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
e) Semakin tinggi nilai molaritas larutan sukrosa, maka semakin cepat sel
terplasmolis.
5.2 Saran
d) Dan juga laporan yang saya buat ini mungkin masih banyak kesalahan
maupun kekeliruan dalam penulisan, saya mohon bantuannya untuk
kritik dan sarannya.