You are on page 1of 16

Asisten: Jumawita, S.

Si

Laporan Kelompok Fisiologi Tumbuhan


“Tekanan Osmosis Cairan Sel”

Disusun Oleh:
Nama : Windri Ratna Sari
NIM : 2184205027
Kelompok : 3 (Tiga)
Anggota : Resty 2184205039
Nindy 2184205042
Mahdalena 2184205031
Nuriman 2184205027

LABORATORIUM PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS PENDIDIKAN DAN VOKASI
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
PEKANBARU
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sel merupakan suatu unit dasar terkecil tubuh makhluk hidup. Untuk
mempertahankan posisinya sel ditopang adanya dinding sel dan vakuola.
Vakuola merupakan bagian dalam protoplas yang mengandung larutan dan
berbagai zat. Vakuola dipisahkan dalam sitoplasma oleh membran yang
dinamakan tonoplas. Air yang terdapat didalam vakuola dapat keluar dari
dalam sel dan akan mengakibatkan mengempisnya sel tersebut. Keadaan
dimana air yang terdapat dalam ruang bebas antar sel masuk ke dalam
vakuola disebut osmosis. Akibatnya sel akan menggembung.

Air penting bagi tumbuhan. Air berperan dalam pelaksanaan reaksi


biokimia. Air dapat memberikan tekanan hidrolik pada sel sehingga
menimbulkan turgor pada sel-sel tumbuhan, memberikan sokongan dan
kekuatan pada jaringan- jaringan tumbuhan yang tidak memiliki sokongan
struktur. Struktur tumbuhan yang penting dalam perlalulalangan zat adalah
dinding sel dan membran sel. Pada membran sel terjadi peristiwa osmosis
(Sasmitamihardja, 1996).

Kelangsungan hidup sel tumbuhan bergantung pada kemampuannya


untuk menyeimbangkan pengambilan dan pengeluaran air. Pengambilan atau
pengeluaran netto air olehsuatu sel terjadi melalui osmosis, yaitu traspor
passif airmelewati suatu membran. Dalam hal ini membran sel tumbuhan
(Campbell, 2004).

Air menjadi kebutuhan pokok bagi semua tanaman juga merupakan


bahan penyusun utama dari protoplasma sel. Rhoeo discolor merupakan
tumbuhan yang banyak tumbuh didaerah tropis. Umumnya tanaman ini
tumbuh didaerah dingindan cukup air. Tanaman ini tidak dapat tumbuh
didaerah tanah yang jenuh atau tergenang karena batang dan daunnya akan
cepat membusuk, dan tanaman ini juga tidak dapat tumbuh didaerah yang
kurang air karena daun dan batangnya akan mengerdil (Fahn, 1991).
Tanaman ini juga merupakan tanaman yang mempunyai ciri yaitu
dengan bentuk daunya yang memanjang seperti daun jagung, mempunyai
warna ungu pada permukaan bawah dan warna hijau dipermukaan atas. Pada
permukaan atas licin karena terdapat lapisan lilin. Tanaman ini mempunyai
akar serabut sehingga termasuk tanaman monocotyledoneae (Haryadi, 1996).

Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita berhadapan dengan


peristiwa difusi dan osmosis, baik kita sadari maupun tidak kita sadari.
Contohmya pada saat kita menyeduh teh celup dalam kemasan kantong,
warna dari teh tersebut akan menyebar. Hal ini disebabkan oleh konsentrasi
teh dalam gelas lebih kecil dibandingkan dengan konsentrasi teh yang ada di
dalam kantong teh tersebut. Peristiwa tersebut sering kita sebut sebagai difusi.

Begitu pula pada tumbuhan, yang menyerap air dan zat hara yang
diperlukan dari lingkungan melalui proses difusi, osmosis, maupun imbibisi.
Peristiwa tersebut dapat berlangsung dengan baik jika terdapat perbedaan
tekanan potensial air yang sangat besar antara larutan di luar sel tumbuhan
dengan larutan di dalam sel tumbuhan tersebut.

Tumbuhan mempunyai membran plasma yang jika dimasukkan dalam


larutan dengan konsentrasi tinggi akan mengalami plasmolisis, yaitu
tearlepasnya membran plasma dari dinding sel akibat tekanan osmotik. Pada
praktikum kali ini kita akan mencoba mencari pada konsentrasi berapakah sel
akan mengalami plasmolisis dengan prosentase jumlah sel yang
terplasmolisis mencapai 50%. Selain itu kita juga akan menghitung tekanan
osmotik dari sel tersebut.

Dari gambaran di atas, maka dilakukan suatu percobaan dan menyusun


sebuah laporan dengan Judul “Tekanan Osmosis Caira Sel” dan untuk
mengetahui berapa besar konsentrasi larutan sukrosa yangdapat menyababkan
50% sel terplasmolisis dari seluruh jumlah sel. Dengan dilakukan percobaan
eksperimental pada sel epidermis bawang merah yang diberi perlakuan
perendaman dalam larutan sukrosa pada berbagai konsentrasi dan mengontrol
waktu perendaman.
1.2 Tujuan Praktikum

Mengetahui besarnya tekanan osmosis cairan sel epidermis dari daun Rhoe
discoler.

1.3 Manfaat Praktikum

Mampu mengetahui dan membedakan bagaimana sel yang tidak mengalami


osmosis dengan sel yang mengalami osmosis.
BAB II

LANDASAN TEORI

Menurut Bidwell (1979) molekul air dan zat terlarut yang berada dalam sel
selalu bergerak. Oleh karena itu terjadi perpindahan terus-menerus dari molekul
air, dari satu bagian ke bagian yang lain.

Terdapat dua proses fisika-kimia yang terjadi yaitu difusi dan osmosis.
Dengan adanya proses difusi suatu selaput dinyatakan permeable ataupun
semipermeabel Osmosis merupakan suatu proses difusi melewati suatu selaput
karena adanya beda konsentrasi antara larutan sebelah menyebelah selaput.
Dengan demikian osmosis akan berlangsung sampai adanya keseimbangan antara
kepekatan cairan (Harso, 2010).

Perpindahan molekul-molekul itu dapat ditinjau dari dua sudut. Pertama dari
sudut sumber dan dari sudut tujuan. Dari sudut sumber dikatakan bahwa terdapat
suatu tekanan yang menyebabkan molekul-molekul menyebar ke seluruh jaringan.
Tekanan ini disebut dengan tekanan difusi. Dari sudut tujuan dapat dikatakan
bahwa ada sesuatu kekurangan (deficit akan molekul-molekul. Hal ini
dibandingkan dengan istilah daerah surplus molekul dan minus molekul. Ini
bararti bahwa di sumber itu ada tekanan difusi positif dan ditinjau adanya tekanan
difusi negatif. Istilah tekanan difusi negatif dapat ditukar dengan kekurangan
tekanan difusi atau deficit tekanan difusi yang disingkat dengan DTD
(Dwijoseputro, 1985).

Difusi adalah gerakan partikel dari tempat dengan potensial kimia lebih
tinggi ke tempat dengan potensial kimia lebih rendah karena energi kinetiknya
sendiri sampai terjadi keseimbangan dinamis (Indradewa, 2009). Senada dengan
itu, Agrica (2009) menjelaskan bahwa difusi adalah peristiwa mengalirnya
berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian
yang berkonsentrasi rendah. Contoh yang sederhana adalah pemberian gula pada
cairan teh tawar. Lambat laun cairan menjadi manis. Contoh lain adalah uap air
dari cerek yang berdifusi dalam udara.

Prinsip dasar yang dapat kita pegang mengenai peristiwa difusi ini adalah
difusi terjadi sebagai suatu respon terhadap perbedaan konsentrasi. Suatu
perbedaan terjadi apabila terjadi perubahan konsentrasi dari suatu keadaan ke
keadaan lain. Selain perbedaan konsentrasi, perbedaan dalam sifat dapat juga
menyebabkan difusi. Proses pertukaran gas pada tumbuhan yang terjadi di daun
adalah suatu contoh proses difusi. Dalam proses ini gas CO2 dari atmosfir masuk
ke dalam rongga antar sel pada mesofil daun yang selanjutnya digunakan untuk
proses fotosintesis.

Laju difusi antara lain tergantung pada suhu dan densitas (kepadatan)
medium. Gas berdifusi lebih cepat dibandingkan dengan zat cair, sedangkan zat
padat berdifusi lebih lambat dibandingkan dengan zat cair. Molekul berukuran
besar lebih lambat pergerakannya dibanding dengan molekul yang lebih kecil.
Pertukaran udara melalui stomata merupakan contoh dari proses difusi. Pada siang
hari terjadi proses fotosintesis yang menghasilkan O2 sehingga konsentrasi O₂
meningkat. Peningkatan konsentrasi O₂ ini akan menyebabkan difusi O ₂ dari
daun ke udara luar melalui stomata. Sebaliknya konsentrasi CO ₂ di dalam
jaringan menurun (karena digunakan untuk fotosintesis) sehingga CO₂ dari udara
luar masuk melalui stomata. Penguapan air melalui stomata (transpirasi) juga
merupakan contoh proses difusi. Di alam, angin, dan aliran air menyebarkan
molekul lebih cepat dibanding dengan proses difusi.

Apabila ada dua bejana yang satu berisi air murni dan bejana lain diisi
dengan larutan, apabila kedua bejana ini kita hubungkan, lalu diantara kedua
bejana diletakkan membran semipermeabel. yaitu membran yang mempu
melalukan air (pelarut) dan menghambat lalunya zat-zat terlarut. Pada proses ini
air berdifusi ke bejana yang berisi larutan sedangkan larutan terhalang untuk
berdifusi ke bejana murni. Proses difusi ini disebut dengan osmosis.

Komponen potensial air pada tumbuhan terdiri atas potensial osmosis


(solute) dan potensial turgor (tekanan). Dengan adanya potensial osmosis cairan
sel, air murni cenderung memasuki sel. Sebaliknya potensial turgor di dalam sel
mengakibatkan air meninggalkan sel. Pengaturan potensial osmosis dapat
dilakukan jika potensial turgornya sama dengan nol yangterjadi saat sel
mengalami plasmolisis (Meyer and Anderson, 1952).
Plasmolisis ini terjadi apabila sel berada dalam keadaan tanpa tekanan. Nilai
potensial osmosis sel dapat diketahui dengan menghitung nilai potensial osmosis
larutan sukrosa yang isotonik terhadap cairan sel. Potensial air murni pada
tekanan atmosfer dan suhu yang sama dengan larutan tersebut sama dengan nol,
maka potensial air suatu larutan airpada tekanan atmosfer bernilai negatif
(Salisbury, 1992).

Osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif dari


bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel
harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan
gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu fenomena alami,
tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian
dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih
encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut
melalui membran permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi
yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik merupakan
sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat
terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri (Anonimous, 2009).

Osmosis adalah suatu topik yang penting dalam biologi karena fenomena ini
dapat menjelaskan mengapa air dapat ditransportasikan ke dalam dan ke luar sel
(Fetter, 1998).

Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara


buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat
menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas
yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membran
permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat
sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif,
yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan bukan
pada sifat zat terlarut itu sendiri (Agrica.2009).

Plasmolisis merupakan contoh kasus transportasi sel secara osmosis dimana


terjadi perpindahan larutan dari kepekatan yang rendah ke larutan yang pekat
melalui membran semipermeable Plasmolisis adalah peristiwa lepasnya membran
plasma dari dinding sel karena peristiwa osmosis. Peristiwa lepasnya membran sel
dari dinding sel (plasmolisis) dapat terjadi jika sel tumbuhan diletakkan di larutan
terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan
turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan sel dalam kondisi
seperti ini layu. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya
plasmolisis: tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana protoplasma sel
terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan
membrane (Kimball, 1983).

Tekanan yang diberikan pada air atau larutan, akan meningkatkan


kemampuan osmosis dalam larutan tersebut. Tekanan yang diberikan atau yang
timbul dalam system ini disebut potensial tekanan, yang dalam tumbuhan
potensial ini dapat timbul dalam bentuk tekanan turgor. Nilai potensial tekanan
dapat positif, nol, maupun negatif.

Selain potensial air (PA) dalam potensial tekanan (PT) osmosis juga
dipengaruhi tekanan osmotic (PO). Potensial osmotic dari suatu larutan lebih
menyatakan sebagai status larutan. Status larutan biasa kita nyatakan dalam
bentuk satuan konsentrasi, satuan tekanan, atau satuan energi. Hubungan antara
potensial air (PA) dan potensial tekanan (PT), dan potensial osmotic (PO) dapat
dinyatakan dengan hubungan sebagai berikut:

PA=PO + PT

Dari rumus di atas dapat terlihat bahwa apabila tidak ada tekanan tambahan
(PT), maka nilai PA = PO.

Untuk mengetahui nilai potensial osmotic cairan sel, salah satunya dapat
digunakan metode plasmolisis. Jika potensial air dalam suatu sel lebih tinggi dari
pada potensial air yang ada di sekitar sel atau di luar sel, maka air akan
meninggalkan sel sampai potensial air yang ada dalam sel maupun di luar sel
sama besar. Protoplas yang kehilangan air itu menyusut volumenya dan akhirnya
dapat terlepas dari dinding sel, peristiwa tersebut biasa kita kenal dengan istilah
plasmolisis.

Metode plasmolisis dapat ditempuh dengan cara menentukan pada


konsentrasi sukrosa berapakah yang mengakibatkan jumlah sel yang
terplasmolisis mencapai 50%. Pada kondisi tersebut dianggap konsentrasinya
sama dengan konsentrasi yang dimiliki oleh cairan sel. Jika konsentrasi larutan
yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis diketahui, maka tekanan osmosis sel
dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

−22 , 4 x MxT
Potensial osmosis(Ψs)=
273

Dengan:

Ψ : Potensial osmosis cairan sel,

M : Konsentrasi larutan gula pada saat plasmolisis insipient,

T : Suhu kamar dalam Kelvin (suhu ruang +273),

-22,4 : Potensial osmosis larutan sukrosa 1 M pada suhu ruang.

Sitoplasma biasanya bersifat hipertonis (potensial air tinggi), dan cairan di


luar sel bersifat hipotonis (potensial air rendah), karena itulah air bisa masuk ke
dalam sel sehingga antara kedua cairan bersifat isotonus. Apabila suatu sel
diletakkan dalam suatu larutan yang hipertonus terhadap sitoplasma, maka air di
dalam sel akan berdifusi ke luar sehingga sitoplasma mengkerut dan terlepas dari
dinding sel, hal ini disebut plasmolisis. Bila sel itu kemudian dimasukkan ke
dalam cairan yang hipotonis, maka air akan masuk ke dalam sel dan sitoplasma
akan kembali mengembang hal ini disebut deplasmolisis.
BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan


Praktikum Fisiologi Tumbuhan dengan judul “Tekanan Osmosis
Cairan Sel” dilakukan pada hari Rabu, 05 April 2023, praktikum dilakukan
pada pukul 13.00-14.30 WIB. Bertempat di Laboratorium Biologi, Fakultas
Pendidikan dan Vokasi, Universitas Lancang Kuning.

3.2 Alat Dan Bahan


o Alat-alat:
a) Beaker glass
b) Pipet tetes
c) Pisau silet
d) Mikroskop
e) Kaca objek dan kaca penutup

o Bahan-bahan:
a) Daun Rhoe discoler
b) Larutan sukrose dengan konsentrasi 0.18 M, 0.22 M, 0,24 M, 0,26 M.

3.3 Cara Kerja


 Disiapkan semua alat yang akan digunakan untuk praktikum tekanan
osmosis cairan sel.
 Disiapkan daun Rhoe discoler yang akan disayat.
 Disiapkan larutan sukrosa dengan konsentrasi 0.18 M, 0.22 M, 0,24 M,
0,26 M.
 Disayat epidermis daun Rhoe discoler sebanya 25-30 sel setiap 1 sayatan
epidermisnya, disayat sebanyak 4 sayatan yakni untuk setiap konsentrasi
larutan sukrosa (diamati dan dihitung dibawah mikroskop terlebih dahulu).
 Ditetesi larutan sukrosa jika dirasa sudah sesuai jumlah sel yang
diinginkan, dan ditunggu ±10 menit.
 Diamati dibawah mikroskop berapa sel yang mengalami osmosis/
plasmolisis pada setiap masing-masing konsentrasi larutan sukrosa.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Table 1.1. Pengamatan sel epidermis daun Rhoe discoler yang berplasmolisis
dan yang tidak

Sel dalam keadaan Sel


No. Konsentrasi %
biasa berplasmolisis

1 0.18 28 11 39,29%

2 0.22 30 17 56,67%

3 0.24 30 12 40%

4 0.26 27 8 29,63%

Table 1.2. Pengamatan sel epidermis daun Rhoe discoler pada mikroskop

Sel epidermis (keadaan turgid) Sel epidermis (keadaan osmosis)

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum, sel tumbuhan Rhoe discolor yang


dimasukan kedalam larutan sukrosa dengan konsentrasi yang berbeda
mengalami penurunan jumlah sel (table pengamatan 1.1), hal tersebut
terjadi karena sel mengalami plasmolisis atau sel mengkerut dan menjauh
dari dindingnya. Peristiwa plasmolisis terjadi karena larutan eksternal sel
memiliki potensial air yang lebih kecil (lebih negatif), sehingga air
didalam sel meninggalkan sel dengan cara osmosis. (Campbell, 2003).

Plasmolisis merupakan suatu proses terlepasnnya membran plasma dari


dinding sel. Hal tersebut dapat terjadi bila sel tumbuhan dimasukkan kedalam
cairan hipertonik (larutan yang konsentrasinya lebih tinggi dari pada
konsentrasi isi sel) maka terjadilah eksosmosis yaitu, keluarnya air dari isi sel
keluar membran. Karena volume isi berkurang dan dinding plasma
bersifat permeabel, maka antar membran plasma dan dinding sel terisi oleh
larutan dari luar (Morigan, 2011).

Pada praktikum tekanan osmosis cairan sel, bahan yang digunakan


adalah sel epidermis daun Rhoe discolor yang dikupas bagian lapisan
epidermisnya dengan memakai larutan sukrosa pada konsentrasi yang
berbeda. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, pada konsentrasi
sukrosa 0,18 M, 0,22 M, 0,24 M, 0,26 pada larutan sukrosa 0,22 M diperoleh
nilai presentase mendekati nilai insipien plasmolisis yakni 56,67%. Adapun
insipien plasmolisis yaitu dimana diperoleh persentase 50% dari jumlah sel
epidermis telah terplasmolisis dalam larutan gula (sukrosa).

Menurut Salisbury dan Ross (1992), larutan yang di dalamnya terdapat


sekumpulan sel dimana 50% berplasmolisis dan 50% tidak berplasmolisis
disebut plasmolisis insipien. Plasmolisis ini terjadi apabila sel berada dalam
keadaan tanpa tekanan.

Menurut (Tjitrosomo, 1987), jika sel dimasukan ke dalam larutan gula,


maka arah gerak air neto ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan
dengan nilainya didalam sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan
bergerak dari luar ke dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang
terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu
cukup besar, maka ada kemungkinan bahwa volume sel akan menurun
demikian besarnya sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang
dibentuk oleh dinding sel. Membran dan sitoplasma akan terlepas dari
dinding sel, keadaan ini dinamakan plasmolisis. Sel daun Rhoeo
discolor yang dimasukan ke dalam larutan sukrosa mengalami plasmolisis.
Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami
plasmolisis, begitu juga sebaliknya.

Bahwa semakin tinggi nilai molaritas larutan sukrosa, maka sel akan
semakin cepat terplasmolisis. Hal ini terbukti dengan keberadaan
senyawa antosianin berwarna keunguan yang terkandung dalam daun Rhoeo
discolor semakin turun kadarnya jika dimasukkan secara bertahap kedalam
larutan sukrosa yang berbeda-beda tingkat atau nilai molaritasnya. Akibatnya,
akan semakin banyak sel yang keriput. Setiap kenaikan 0,02 M, maka
persentase plasmolisis sel akan meningkat sebanyak 10 %.

Dari pernyataan bahwa “Semakin tinggi konsentrasi larutan maka


semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis” diatas tidak sesuai dengan
hasil pengamatan yang kelompok 3 lakukan, bisa dilihat pada table 1.1 diatas
yakni konsentrasi 0.18 dengan presentase 39,29%, yakni konsentrasi 0.22
dengan presentase 56,67%, yakni konsentrasi 0.24 dengan presentase 40%,
yakni konsentrasi 0.26 dengan presentase 29,63%, pada hasil pengamatan
yang diperoleh, selisih tertinggi terjadi pada sukrosa dengan konsentrasi 0,22
M yang seharusnya pada konsentrasi 0.24 dan 0.26 seharusnya mengalami
peningkatan presentase atau seharusnya selisih tertinggi terjadi pada sukrosa
dengan konsentrasi 0,26 M. Kemungkinan hal ini dapat terjadi dari berbagai
faktor, salah satu kemungkinannya terjadi kesalahan pada praktikan saat
menghitung jumlah sel sebelum maupun sesudah proses perendaman atau
kurangnya ketelitian praktikan dalam menentukan jumlah konsentrasi pada
larutan sukrosa.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat diperoleh


kesimpulan dari paraktikum tekanan osmosis cairan sel, yaitu sebagai berikut:

a) Difusi adalah peristiwa mengalirnya berpindahnya suatu zat dalam


pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi
rendah. Contoh yang sederhana adalah pemberian gula pada cairan teh
tawar. Lambat laun cairan menjadi manis

b) Osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif dari


bagian yang lebih encer (larutan hipotonis) ke bagian yang lebih pekat
(larutan hipertonis).

c) Plasmolisis merupakan suatu proses terlepasnnya membran plasma dari


dinding sel, hal ini merupakan akibat dari terjadinya osmosis.

d) Pasmolisis insipien, dapat dikenali jika dalam suatu larutan dijumpai


sekumpulan sel yang 50% berplasmolisis dan 50% tidak berplasmolisis.

e) Semakin tinggi nilai molaritas larutan sukrosa, maka semakin cepat sel
terplasmolis.

5.2 Saran

Adapun saran dalam praktikum maupun laporan ini adalah diharapkan


semua praktikan dalam praktikum tekanan osmosis cairan sel ini antara lain:

a) Praktikan menjadi lebih paham terkait praktikum ini melalui arahan


asisten dosen sehingga pada saat praktikum tidak terjadi kesalahan.

b) Diharapkan agar praktikan selalu mematuhi tata tertib laboratorium


selalu menggunakan perlengkapan dan bekerja secara steril karena kita
bekerja di dalam laboratorium bercampur dengan bahan kimia dan juga
mikroorganisme yang tak tampak.
c) Berharap sekali kepada rekan praktikum untuk memahami apa yang telah
kita lakukan di dalam praktikum agar memudahkan kita juga nantinya.

d) Dan juga laporan yang saya buat ini mungkin masih banyak kesalahan
maupun kekeliruan dalam penulisan, saya mohon bantuannya untuk
kritik dan sarannya.

You might also like