You are on page 1of 4

PENANGANAN ATONIA UTERI

No.Dokumen :445/SOP/PKM-Tp/ /
/20
SOP No. Revisi :
Tanggal terbit :
Halaman: 1/4

Puskesmas Lian Laminullah, S.ST, M.Kes


Tapa Nip.19760415 200312 2 011

Atonia uteri adalah kondisi ketika rahim tidak bisa berkontraksi kembali setelah
1. Pengertian melahirkan. Kondisi ini dapat mengakibatkan perdarahan pascapersalinan yang
dapat membahayakan nyawa ibu

Sebagai acuan dalam penanganan kasus perdarahan yang disebabkan oleh atonia
2. Tujuan uteri sesuai standar guna mencegah terjadinya kematian ibu di lingkungan kerja
Puskesmas Tapa

3. Kebijakan Permenkes Nomor 21 Tahun 2021

4. Referensi Penatalaksanaan Atonia Uteri (JNKP-KR, 2014)

5. Prosedur I. Penerimaan pasien dan persetujuan tindakan medis


1. Menyapa pasien, keluarga dan perkenalkan. bahwa anda yang akan
memeriksa dan melakukan tindakan medis
2. Memberikan informed consent pada ibu dan keluarga
3. Mencuci tangan dengan alkohol rub sebelum menyentuh pasien
II. Tindakan penatalaksanaan perdarahan pasca salin karena atonia uteri
1. Teriak minta tolong (petugas/bidan penanggung jawab pasien)
2. Nilai sirkulasi, jalan napas dan pernapasan pasien, bila ibu tidak
bernapas segera lakukan resusitasi
3. Orang kedua dalam tim respon awal emergensi ke tempat kejadian
emergensi
4. Bidan/penanggung jawab pasien menyampaikan kepada orang
pertama/dokter jaga tentang kondisi ibu saat ini dan kondisi lain yang
dapat mempengaruhi
 Usia ibu,

 Kehamilan keberapa

 Usia kehamilan

 proses persalinan yang baru saja dialami, termasuk: riwayat


induksi, kelahiran menggunakan alat, persalinan lama atau
terlalu cepat, riwayat ketuban pecah, kelahiran plasenta, jumlah
perdarahan yang terjadi
 Berat lahir bayi
 Tanda-tanda vital selama ini

 Kadar Hb saat hamil

 Riwayat HPP/atoni pada kehamilan sebelumnya jika ada


5. Berikan oksigen 4-6 l/menit melalui sungkup atau kanula
6. (Orang kedua dibantu orang ketiga-secara simultan) melakukan
pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan fisik:
 Pemeriksaan keadaan umum dan kesadaran

 Hitung frekuensi nadi

 Hitung frekuensi napas

 Pemeriksaaan tekanan darah menggunakan manset yang sesuai


7. Bila menemukan tanda tanda syok, orang pertama segera mengambil
alih situasi dan melakukan tata laksana syok sesuai daftar tilik syok.
Sementara itu orang kedua dan ketiga secara simultan melakukan:
a. Secara simultan lakukan pemijatan uterus (maksimal 5 detik)
b. Pastikan kandung kemih kosong dan plasenta telah lahir lengkap
c. Nilai kontraksi, bila kontraksi uterus tidak baik maka diagnosisnya
atonia uteri, segera lakukan KBI
d. Berikan infus oksitosin 10-20 IU dalam 500ml cairan kristaloid.
Lanjutkan infus oksitosin 10 unit dalam 500ml NaCl 0,9% atau
ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan
berhenti
e. Bila oksitosin tidak tersedia atau bila perdarahan tidak berhenti,
berikan ergometrin 0,2 mg IM atau IV lambat, dapat diikuti
pemberian 0,2 mg IM setelah 15 menit, dan pemberian 0,2 mg
IM/IV (lambat) setiap 4 jam bila diperlukan. Jangan berikan lebih
dari 5 dosis (1mg)
f. Berikan misoprostol 800 - 1000 ug per rektal/ sublingual
g. Jika perdarahan berlanjut, berikan 1000 mg asam traneksamat IV
(bolus selama 1 menit).
h. Rujuk ke fasilitas pelayan kesehatan yang memadai
8. Melakukan pencatatan hasil pemeriksaan awal terarah (quickcheck)
dengan baik dan lengkap
9. Pada saat memasang infus, lakukan juga pengambilan sampel darah
untuk pemeriksaan kadar Hb dan golongan darah
III. Melakukan Kompresi Bimanual
Dapat dilakukan oleh orang pertama /dokter atau orang kedua/bidan
Bila perdarahanmasih berlangsung, uterus tidak berkontraksi,
lakukan KOMPRESI BIMANUAL INTERNA
1. Ganti dengan sarung tangan panjang steril hingga menutup siku
2. Pastikan kandung kemih kosong
3. Dengan ibu jari dan telunjuk tangan non dominan menyisihkan kedua
labia minora ke lateral dan tangan dominan secara obstetrik
dimasukkan melalui introitus vagina
4. Kepalkan tangan dominan dan letakkan dataran punggung jari telunjuk
hingga kelingking pada forniks anterior, dorong corpus depan uteri ke
arah kranio anterior
5. Tapak tangan non dominan menekan bagian belakang korpus uteri
6. Lakukan kompresi dengan jalan mendekatkan telapak tangan kiri
dengan kepalan tangan kanan pada forniks anterior
7. Lakukan kompresi bimanual interna selama 5 menit. Perhatikan
perdarahan yang terjadi, bila perdarahan berhenti, pertahankan
kompresi hingga kontaksi uterus membaik selama 2 menit kemudian
keluarkan tangan
8. Bersihkan sarung tangan dan rendam dalam klorin 0,5%
9. Cuci tangan dan lengan, keringkan dengan handuk
10. Jika uterus tetap tidak berkontraksi setelah kompresi bimanual interna
selama 5 menit, lanjutkan kompresi bimanual interna/ eksterna oleh
orang lain sambil menyiapkan rujukan.
11. Orang pertama segera menyiapkan rujukan
IV. Perawatan pasca tindakan jika atonia teratasi
1. Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal (lakukan skintest terlebih
dahulu):
 Ampisilin 2 g dan Metronidazol 500 mg IV
2. Lakukan pengawasan dan pencatatan (orang kedua dan orang ketiga)
tanda vital dengan mengukur tekanan darah, nadi serta kontraksi uterus
dan perkiraan jumlah perdarahan
 setiap 15 menit sekali pada 1 jam pertama

 setiap 30 menit pada 1 jam kedua

 setiap jam untuk waktu seterusnya hingga pasien benar - benar


dalam keadaan stabil
3. Pasang kateter menetap untuk mengawasi jumlah urin yang keluar, ukur
volume urin tiap 3-4 jam
4. Periksa kadar Hb pasca tindakan
5. Buat laporan tindakan dan catat kondisi pasien pada catatan medis
6. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal hal penting yang
memerlukan pemantauan ketat
7. Beritahu pada pasien dan keluarga bahwa tindakan telah selesai dan
pasien masih memerlukan perawatan.
V. Persiapan dan Proses Rujukan
1. Surat rujukan
2. Transportasi
3. Pertahankan cairan infus sesuai dengan kondisi pasien dan lanjutkan
resusitasi cairan jika diperlukan
4. Lanjutkan pemberikan uterotonika selama perjalanan
5. Menghubungi faskes rujukan melalui telepon/SMS
6. Petugas kesehatan mendampingi rujukan
VI. Dekontaminasi dan Pencegahan Infeksi Pasca Tindakan
1. Letakkan semua peralatan yang diguakan dalam tindakan kedalam bak
berisi klorin 0,5% untuk dekontaminasi
2. Buang semua benda tajam kedalam kontainer yang tidak tembus,
khusus untuk pembuangan benda tajam
3. Cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, keringkan tangan
menggunakan handuk kering sekali pakai

1. Bagan alir -

a. Bidan Koordinator
2. Unit Terkait
b. Penanggung Jawab Ruangan Kebidanan

8.Rekam Historis

No Yang Di Ubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan

1.
2.

You might also like