Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan tentang pengertian kesehatan kerja dan keselamatan kerja
2. Menjelaskan tentang prinsip dasar kesehatan kerja
3. Menjelaskan tentang Factor resiko di tempat kerja
4. Menjelaskan tentang ruang lingkup kesehatan kerja
5. Menjelaskan tentang tujuan keselamatan kerja
6. Menjelaskan tentang dasar hokum kesehatan dan keselamatan kerja
7. Menjelaskan tentang kecelakaan kerja
8. Menjelaskan tentang penyakit akibat kerja
9. Menjelaskan tentang ergonomi
10. Menjelaskan tentang alat pelindung kerja (PEE)
11. Menjelaskan tentang tujuan penerapan keperawatan kesehatan kerja
12. Menjelaskan tentang fungsi dan tugas perawat dalam keselamatan dan kesehatan kerja
13. Menjelaskan tentang diagnosis spesifik penyakit akibat kerja
14. Menjelaskan tentang penerapan konsep lima tingkatan pencegahan penyakit pada penyakit
akibat kerja
15. Menjelaskan tentang promosi kesehatan dalam kesehatan dan keselamatan kerja
16. Menjelaskan tentang asuhan keperawatan komunitas pada kesehatan kerja di komunitas pekerja
Meubel Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Abepura
1.4 Manfaat
1. Untuk Mengetahui tentang pengertian kesehatan kerja dan keselamatan kerja
2. Untuk Mengetahui tentang prinsip dasar kesehatan kerja
3. Untuk Mengetahui tentang Factor resiko di tempat kerja
4. Untuk Mengetahui tentang ruang lingkup kesehatan kerja
5. Untuk Mengetahui tentang tujuan keselamatan kerja
6. Untuk Mengetahui tentang dasar hokum kesehatan dan keselamatan kerja
7. Untuk Mengetahui tentang kecelakaan kerja
8. Untuk Mengetahui tentang penyakit akibat kerja
9. Untuk Mengetahui tentang ergonomi
10. Untuk Mengetahui tentang alat pelindung kerja (PEE)
11. Untuk Mengetahui tentang tujuan penerapan keperawatan kesehatan kerja
12. Untuk Mengetahui tentang fungsi dan tugas perawat dalam keselamatan dan kesehatan kerja
13. Untuk Mengetahui tentang diagnosis spesifik penyakit akibat kerja
14. Untuk Mengetahui tentang penerapan konsep lima tingkatan pencegahan penyakit pada penyakit
akibat kerja
15. Untuk Mengetahui tentang promosi kesehatan dalam kesehatan dan keselamatan kerja di
komunitas pekerja Meubel Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Abepura.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja,
bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan (Sumakmur, 1993). Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi
distribusi baik barang maupun jasa (dermawan, deden. 2012: 189).
Keselamatan kerja memiliki sifat sebagai berikut :
1. Sasarannya adalah lingkungan kerja
2. Bersifat teknik.
2.2 Prinsip Dasar Kesehatan Kerja
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyesuaian antara kapasitas, beban, dan lingkungan
kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun
masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal (UU kesehatan tahun
1992).
Konsep dasar dari upaya kesehatan kerja ini adalah mengidentifikasi permasalahan,
mengevaluasi, dan dilanjutkan dengan tindakan pengendalian. Sasaran kesehatan kerja adalah
manusia dan meliputi aspek kesehatan dari pekerjaitu sendiri (effendi, ferry. 2009: 233).
Ditempat kerja, kesehatan dan kinerja seseorang pekerja sangat dipengaruhi oleh (effendi, Ferry.
2009: 233):
1. Beban Kerja berupa beban fisik, mental dan sosial sehingga upaya penempatan pekerja yang
sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan. Beban kerja yang terlalu berat atau
kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan
atau penyakit akibat kerja.
2. Kapasitas Kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan, kesegaran jasmani,
ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya. Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan
kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seorang pekerja
dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja sebagai
modal awal seseorang untuk melakukan pekerjaan harus pula mendapat perhatian. Kondisi awal
seseorang untuk bekerja dapat dipengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja, dll.
3. Lingkungan Kerja sebagai beban tambahan, baik berupa faktor fisik, kimia, biologik, ergonomik,
maupun aspek psikososial. Kondisi lingkungan kerja (misalnya, panas, bising, berdebu, zat-zat
kimia, dll) dapat menjadi beban tambahan terhadap pekerja. Beban-beban tambahan tersebut
secara sendiri atau bersama-sama dapat menimbulkan gangguan atau penyakit akibat kerja.
Kapasitas, beban, dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama dalam kesehatan kerja,
dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga komponen tersebut akan menghasilkan kerja yang
baik dan optimal (effendi, Ferry. 2009: 233).
Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor yang berhubungan dengan
pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
status kesehatan masyarakat pekerja dipengaruhi tidak hanya oleh bahaya kesehatan di tempat kerja dan
lingkungan kerja tetapi juga oleh faktor-faktor pelayanan kesehata kerja, perilaku kerja, serta faktor
lainnya (effendi, Ferry. 2009: 233).
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja disemua lapangan
kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun kesejahteraan sosialnya.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh
keadaan atau kondisi lingkungannya.
3. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaannya dari kemungkinan
bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
2.5 Tujuan keselamatan kerja
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakuakn pekerjaan atau kesejahteraan
hidup dan meningkatkan produktivitas nasional.
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
2.6 Dasar Hukum
Dasar hukum tentang kesehatan dan keselamatan kerja adalah Undang-undang RI No.13 tahun
2003 tentang ketenagakerjaan Pasal 86 (dermawan, deden. 2012: 190):
1. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :
a. Keselamatan dan kesehatan kerja
b. Moral kesusilaan
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.
2. Untuk melindungi keselamatan kerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal
diselenggarakan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kerugian-kerugian tersebut dapat diukur dengan besarnya biaya yang dikeluarkan bagi
terjadinya kecelakaan. Biaya tersebut dibagi menjadi biaya langsung & biaya tersembunyi.
Biaya langsung adalah biaya pemberian pertolongan pertama kecelakaan, pengobatan,
perawatan, biaya rumah sakit, biaya angkutan, upah selama tak mampu bekerja, kompensasi
cacat & biaya perbaikan alat-alat mesin serta biaya atas kerusakan bahan-bahan. Sedangkan
biaya tersembunyi meliputi segala sesuatu yang tidak terlihat pada waktu atau beberapa waktu
setelah kecelakaan terjadi.
Dalam peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi Nomor: PER-01/MEN/1981 dicantumkan
30 jenis penyakit, sedangkan pada keputusan Presiden RI Nomor 22/1993 tentang penyakit yang timbul
karena hubungan kerja memuat jenis penyakit yang sama dengan tambahan penyakit yang disebabkan
bahan kimia lainnya termasuk bahan obat. Jenis-jenis penyakit akibat kerja tersebut adalah sebagai
berikut:
Pneumokoniosis disebabkan oleh debu mineral pembentukan jaringan parut (silikosis,
antrakosiliksis, asbestosis) dan silikotuberkulosisyang silikosisnya merupakan faktor utama
penyebab cacat atau kematian.
Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan oleh debu logam keras.
Penykit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) atau byssinosis yang disebabkan oleh
debu kapas, vlas, hnep (serat yang diperoleh dari batang tanaman cnnabis sativa), dan sisal (serat
yang diperoleh dari tumbuhan agave sisalana, biasanya dibuat tali).
Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat perangsang yang dikenal
yang berada dalam proses pekerjaan.
Alveolitis alergica yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat penghirupan debu
organik.
Penyakit yang disebabkan oleh berilium (Be) atau persenyawaannya yang beracun.
Penyakit yang disebabkan oleh kadmium (Cd) atau persenyawaannya yang beracun.
Penyakit yang disebabkan oleh fosforus (P) atau persenyawaannya yang beracun.
Penyakit yang disebabkan oleh kromium (Cr) atau persenyawaannya yang beracun.
Penyakit yang disebabkan oleh mangan (Mn) atau persenyawaannya yang beracun.
Penyakit yang disebabkan oleh arsenik (As) atau persenyawaannya yang beracun.
Penyakit yang disebabkan oleh merkurium/ raksa (Hg) atau persenyawaannya yang beracun.
Penyakit yang disebabkan oleh timbel (Pb) atau persenyawaannya yang beracun.
Penyakit yang disebabkan flourin (F) atau persenyawaannya yang beracun.
Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.
Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon alifatik atau
aromatik yang bercun.
Penyakit yang disebabkan oleh benzema atau homolognya yang beracun.
Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau homolognya yang
beracun.
Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.
Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol, atau keton.
Penyakit yang disebabkan olehgas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan seperti CO,
hidrogen sianida, hidrogen sulfida atau derivatnya yang beracun, amoniak, seng, braso, dan nikel.
Kelainan pendengarayang disebabkan oleh kebisingan.
Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat, tulang persendian
dan pembuluh darah tepi atau saraf tepi).
Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan tinggi.
Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang mengIon.
Penyakit kulit atau dermatosis yang disebabkan oleh fisik, kimiawi atau biologis.
Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh Ter, Pic, bitumen, minyak mineral,
antrasena, atau persenyawaan, produk dan residu dari zat-zat tersebut.
Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang didapat dalam suatu
pekerjaan resiko kontaminsai khusus.
Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah, panas radiasi, atau kelembapan udara
yang tinggi.
Penyakit yang disebabkan oleh bahan lainnya termasuk bahan obat.
Menurut (dermawan, deden. 2012: 197-199) penyakit akibat kerja/penyakit akibat hubungan
kerja:
1. Penyakit Saluran Pernapasan
Penyakit akibat kerja pada saluran pernafasan dapat bersifat akut maupun kronis.
a. Akut misalnya :
Asma akibat kerja sering didiagnosis sebagai tracheobronchitis akut atau karena virus.
b. Kronis, misalnya :
Asbestosis
Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD)
Edema paru akut : dapat disebabkan oleh bahan kimia seperti nitrogen oksida.
2. Penyakit Kulit
a. Pada umumnya tidak spesifik, menyusahkan, tidak mengancam kehidupan, kadang sembuh
sendiri.
b. Dermatitis kontak yang dilaporkan, 90% merupakan penyakit kulit yang berhubungan
dengan pekerjaan.
c. Penting riwayat pekerjaan dalam mengidentifikasi iritan yang merupakan penyeba, membuat
peka atau karena faktor lain.
3. Kerusakan Pendengaran
a. Banyak kasus gangguan pendengaran menunjukkan akibat pajanan kebisingan yang lama,
ada beberapa kasus bukan karena pekerjaan.
b. Riwayat pekerjaan secara detail sebaiknya didapatkan dari setiap orang dengan gangguan
pendengaran.
c. Dibuat rekomendasi tentang pencegahan terjadinya hilangnya pendengaran.
4. Gejala pada Punggung dan Sendi
a. Tidak ada tes atau prosedur yang dapat membedakan panyakit pada punggung yang
berhubungan dengan pekerjaan daripada yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
b. Penentuan kemungkinan bergantung pada riwayat pekerjaan.
c. Atritis dan tenosynovitis disebabkan oleh gerakan berulang tidak wajar.
5. Kanker
a. Adanya presentase yag signifikan menunjukkan kasus kanker yang disebabkan oleh pajanan
di tempat kerja.
b. Bukti bahwa bahan di tempat kerja, karsinogen sering kali didapat dari laporan klinis
individu dari pada studi epidemiologi.
c. Pada kanker pajanan untuk terjadinya karsinogen mulai > 20 tahun sebelum diagnosis.
6. Coronary Artery Disease
Oleh karena stres atau karbon monoksida da bahan kimia lain di tempat kerja.
7. Penyakit Liver
a. Sering di diagnosis sebagai penyakit liver oleh karena hepatitis virus atau sirosis karena
alkohol.
b. Penting riwayat tentang pekerjaan, serta bahan toksik yang ada.
8. Masalah Neuropsikitarik
a. Masalah neuropsikiatrik yang berhubungan dengan tempat kerja sering diabaikan.
b. Neuro pati perifer, sering dikaitkan dengan diabet, pemakaian alkohol atau tidak diketahui
penyebabnya, depresi SSP oleh karena penyalahgunaan zat-zat atau masalah psikiatri.
c. Kelakuan yang tidak baik mungkin merupakan gejala awal dari stres yang berhubungan
dengan pekerjaan.
d. Lebih dari 100 bahan kimia (a.l solven) dapat menyebabkan depresi Susunan Syaraf Pusat.
e. Beberapa neurotoksin (termasuk arsen, timah, merkuri, methyl, butyl ketone) dapat
menyebabkan neuropati perifer.
f. Carbon disulfide dapat menyebabkan gejala seperti psikosis.
9. Penyakit yang Tidak Diketahui Sebabnya
a. Alergi
b. Gangguan kecemasan mungkin berhubungan dengan bahan kimia atau lingkungan
c. Sick building syndrome
d. Multiple Chemical Sensitivities (MCS), misal : parfum derivate petroleum, rokok.
2.8.2 Faktor penyebab penyakit akibat kerja
Faktor penyebab penyakit akibat kerja sangat banyak, tergantung pada bahan yang
digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara kerja, sehingga tidak mungkin
disebutkan satu persatu.
Keseluruhan tubuh
1. Agar tenaga kerja dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan sehat dan
selamat
2. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya hambatan.
2.12 Fungsi dan tugas perawat dalam keselamatan dan kesehatan kerja
Fungsi dan tugas perawat dalam usaha keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di industri adalah
sebagai berikut (Effendy, Nasrul. 1998):
1. Fungsi perawat
a. Mengkaji masalah kesehatan
b. Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja
c. Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan terhadap pekerja
d. Melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan yang dilakukan
2. Tugas perawat
a. Mengawasi lingkungan pekerja
b. Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan
c. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja
d. Membantu melakukan penilaian terhadap keadaan kesehatan pekerja
e. Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan perawatan di rumah kepada pekerja
dan keluarga yang mempunyai masalah kesehatan
f. Ikut berperan dalam penyelenggaraan pendidikan K3 terhadap pekerja
g. Ikut berperan dalam usaha keselamatan kerja
h. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai KB terhadap pekerja dan keluarganya
i. Membantu usaha penyelidikan kesehatan pekerja
j. Mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan K3.
2.13 Diagnosis spesifik penyakit akibat kerja
Secara teknis penegakan diagnosis dilakukan dengan cara berikut ini (B, sugeng. 2003):
1. Anamnesis (wawancara) meliputi, identitas, riwayat kesehatan, riwayat penyakit, dan keluhan
yang dialami saat ini.
2. Riwayat pekerjaan
a. Sejak pertama kali bekerja (kapan mulai bekerja di tempat tersebut)
b. Kapan, bilamana, apa yang dikerjakan, bahan yang digunakan, jenis bahaya yang ada,
kejadian sama pada pekerja lain, pemakaian alat pelindun diri, cara melakukan pekerjaan,
pekerjaan lain yang dilakukan, kegemaran (hobi), dan kebiasaan lain (merokok, alkohol)
c. Sesuai tingkat penegtahuan, pemahaman pekerjaan.
3. Membandingkan gejala penyakit sewaktu bekerja dan dalam keadaan tidak bekerja
a. Pada saat bekerja maka gejala timbul atau menjadi lebih berat, tetapi pada saat tidak bekerja
atau istirahat maka gejala berkurang atau hilang.
b. Perhatikan juga kemungkinan pemajanan di luar tempat kerja.
c. informasi tentang ini dapat ditanyakan dalam anamnesa atau dari data penyakit di
perusahaan.
4. Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan catatan
a. Tanda dan gejala yang muncul mungkin tidak spesifik.
b. Pemeriksaan laboratorium membantu diagnostik klinis.
c. Dugaan adanya penyakit akibat bekerja dilakukan juga melalui pemeriksaan laboratorium
khusus atau pemeriksaan biomedis.
5. Pemeriksaan laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedis
a. Seperti pemeriksaan spirometri dan rontgen paru (pneumokoniosis-pembacaan standart ILO).
b. Pemeriksaan audiometri.
c. Pemeriksaan hasil metabolit dalam darah dan urine.
6. Pemeriksaan atau pengujian lingkungan kerja atau data hygine perusahaan yang memerlukan:
a. Kerjasama dengan tenaga ahli hygine perusahaan.
b. Kemampuan mengevaluasi faktor fisik dan kimia berdasarkan data yang ada.
c. Pengenalan secara lengsung sistem kerja dan lama pemakaian.
7. Konsultasi keahlian medis dan keahlian lain
a. Seringkali penyakit akibat kerja ditentukan setelah ada diagnosis klinis, kemudian dicari
faktor penyebabnya di tempat kerja, atau melalui pengamatan (penelitian) yang relatif lebih
lama.
b. Dokter spesialis lainnya, ahli toksikologi, dan dokter penasehat (kaitannya dengan
kompensasi).
Menurut (dermawan, deden. 2012: 194-197) Untuk dapat mendiagnosis penyakit akibat kerja
pada individu perlu dilakukan suatu pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang diperlukan
dan menginterpretasinya secara tepat. Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah yang dapat
digunakan sebagai pedoman :
Promosi kesehatan digunakan untuk menunjukkan sebuah proses pembelajaran para pekerja
mengenai bagaimana cara meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup mereka dengan mengembangkan
gaya hidup yang baru. Proses promosi kesehatan di lahan kerja biasanya dimulai dari pekerja yang
mendapat pengetahuan mengenai perilaku, risiko kesehatan atau proses penyakit (anderson. 2007: 451).
Perawat kesehatan kerja sering kali bertanggung jawab terhadap program promosi kesehatan di
lahan kerja dan berada pada posisi yang tepat untuk menciptakan kemitraan dengan komunitas. Apabila
suatu organisasi tidak memiliki perawat kesehatan kerja, program kesehatan menjadi tanggung jawab
staf keamanan kerja atau staf departemen sumber daya manusia atau staf departemen keuangan. Proses
keperawatan untuk meningkatkan kesehatan di lahan kerja berfokus pada keseluruhan populasi
perusahaan dan mungkin meluas kepada individu yang menjadi tanggungan pekerja (pasangan dan anak)
(anderson. 2007: 451).
Aktivitas promosi kesehatan seluruh pekerja, termasuk manajemen. Langkah berikutnya adalah
menciptakan kesadaran terhadap isu-isu kesehatan melalui pendidikan internal perusahaan, skrining, dan
intervensi yang berfokus pada gaya hidup.
Sebelum memutuskan untuk memilih jenis program promosi kesehatan yang ditawarkan,
penting untuk menentukan konsistensi program dengan misi dan tujuan perusahaan. Perhatikan
juga biaya dan manfaat aktivitas, baik bagi pengusaha maupun para pekerja. Apabila menyadari
potensi manfaat finansial yang akan di dapat dari aktivitas ini, seperti penurunan angka ketidak
hadiran atau meningkatkan hasil kerja, kebanyakan pekerja ikut berpartisipasi dalam program
promosi kesehatan karena alasan pribadi (seperti menurunkan berat badan, meningkatkan
kebugaran fisik). Para pekerja memiliki keinginan untuk merasa atau terlihat lebih baik atau
mengalami peningkatan kualitas hidup. Apabila kedua kebutuhan, baik kebutuhan organisasi dan
para pekerja terpenuhi, program kesehatan ini akan mendapat dukungan luas dan partisipasi yang
tinggi dari pekerja dan mencapai kesuksesan besar.
a. Poster. Harus tampak profesional. Judul dan kata-kata yang menarik adalah unsur penting
(contoh, “Weigh To Go” untuk penurunan program berat badan). Ganti poster secara teratur
untuk tetap menarik perhatian.
b. Surat elektronik/ e-mail. Hitungan mundur kegiatan; memberikan pertanyaan kuis berkaitan
dengan kesehatan dan memberikan jawaban serta rasionalnya pada hari berikutnya.
c. Surat kabar kesehatan. Detail mengenai cerita keberhasilan, seperti cerita mengenai deteksi
dini melanoma maligna, program penurunan berat badan dengan program jalan kaki,
individu yang menderita tekanan darah tinggi sampai ia berpartisipasi dalam skrining
kesehatan, dan bagaimana perubahan sederhana dari gaya hidup dapat membantu individu
mengontrol penyakit (tanpa pengobatan).
d. Surat dari pimpinan perusahaan atau manajer keuangan. Memberikan kesempatan kepada
perusahaan untuk melaksanakan skrining kesehatan, mengumumkan bahwa perusahaan akan
membayar sebagian atau seluruh biaya dari program penghentian kebiasaan merokok/tes
skrining kesehatan, atau mengizinkan atan jual-beli kebutuhan kesehatan selama 2 jam
dengan kehadiran program kesejahteraan.
e. Memberikan hadiah insentif kepada pekerja yang ikut berpartisipasi, seperti kaus oblong,
topi, sampel tabir surya, kudapan buah-buahan, botol minuman.
2. Evaluasi program promosi kesehatan
Proses evaluasi memberikan kesempatan untuk menentukan hasil yang dicapai dari
program promosi kesehatan dan mengarahkan peningkatan pelayanan kesehatan kepada para
pekerja. Evaluasi struktur, program, proses pelaksanaan program dan hasil program adalah tiga
pendekatan yang umum dilakukan dalam meninjau ulang jaminan mutu.
a. Termasuk dalam evaluasi struktur adalah (1) meninjau ulang mekanisme pelaporan yang
diberikan kepada manajemen beserta dukungan terhadap program promosi kesehatan; (2)
menentukan keadekuatan fasilitas fisik untuk menunjang program; (3) mengidentifikasi
peralatan dan persediaan yang digunakan; (4) mengidentifikasi kebutuhan kepegawaian dan
kualifikasinya; (5) menganalisis demografik pekerja dan kebutuhan status kesehatan; (6)
menentukan apakah misi, tujuan, dan objektif program diformulasikan untuk memenuhi
kebutuhan kesehatan para pekerja dan kebutuhan bisnis pengusaha.
b. Evaluasi proses mencakup (1) apakah aktivitas promosi kesehatan sesuai dengan kondisi; (2)
apakah program promosi kesehatan di bentuk untuk memenuhi kebutuhan di lahan kerja
(saatnya anda melakukan perbandingan terhadap pengkajian awal kebutuhan), dan (3)
apakah terdapat pendokumentasian dan pencatatan.
c. Evaluasi hasil berfokus pada (1) apakah tujuan dan objektif yang diharapkan dapat dicapai;
(2) apakah program membawa hasil yang positif; (3) apakah hasil kesehatan menunjukkan
pencegahan penyakit/ pengetahuan pekerja tentang perawatan diri, mengembalikan fungsi
atau menurunkan ketidaknyamanan; (4) bagaimana perbandingan keuntungan yang dicapai
program dengan biaya program; dan (5) kepuasan (dari pekerja, pengusaha, dan orang-orang
yang bergantung pada pekerja) terhadap kualitas pelayanan promosi kesehatan yang
diterima.Metode yang lazim digunakan untuk evaluasi adalah skala rating pascaprogram,
observasi, dan wawancara dengan para pekerja tentang pendapat,sikap, dan kepuasan mereka
terhadap program. Tinjauan ulang bagan dan catatan dapat dilakukan untuk menentukan
perbedaan singkat morbiditas dan mortalitas.
BAB III
Pengkajian
Data Perusahaan
Data karyawan
Gizi seimbang
1. Para pekerja mendapat makan 3X sehari ( Nasi, lauk dan sayur)
2. Setiap pagi sebelum melakukan kegiatan di meubel para pekerja melakukan olahraga, tapi
tidak dilakukan setiah hari. Olahraga di lakukan 2X seminggu.
HAZARD
Uap cat , thinner, debu kayu
mengakibatkan: Peradangan pada saluran pernafasan, dengan gejala batuk, pilek, sesak nafas,
demam, Iritasi pada mata dengan gejala mata pedih, kemerahan, berair.
Lingkungan
Bising, Kegiatan penggergajian, pemotongan, pelubangan, akan menimbulkan kebisingan
yang dapat menyebabkan gangguan aktivitas, konsentrasi dan pendengaran.
Fisik
Penggunaan peralata mebel banyak yang menggunakan listrik, dapat menyebabkan
tersengat listrik. Tidak focus tangan/jari dapat terkena peralatan mebel.
Psikologis
1. Komunikasi yang buruk,
2. Waktu kerja tidak ada batasan
3. Banyaknya pesanan tidak didukung ketersediaan barang baku.
4. Komunikasi yang buruk,
5. Waktu kerja tidak ada batasan
6. Banyaknya pesanan tidak didukung ketersediaan barang baku.
7. Posisi menyerut, posisi tubuhdan leher membugkuk ke depan menimbulkan kontraksi otot
yang besar,terjadi gerakan repetitive, posisi tangan normal dibawah bahu.
8. Beban yang diangkut, pada saat mengakat beban lebih dari5kg sebaiknya posis pekerja dalam
keadaan berdiri tegak, sebaiknya mengunakan alat bantu kerja seperti trolly, bisa juga dengan
cara estafet dalam mengangkut kayu, sehingga tidak banyak mengeluarkan tenaga dan tidak
terlalu banyak mengangkut beban
Analisa Data
Keterangan Pembobotan :
1. Sangat rendah
2. Rendah
3. Cukup
4. Tinggi
5. Sangat tinggi
A. INTERVENSI KEPERAWATAN
2807 program
komunitas
2808
Dx Sasaran Tujuan Strategi Rencana Kegiatan Sumber Tempat Waktu Kriteria Standar evaluasi
1 karyawan di Setelah dilakukan Penyuluhan ₋ Pemaparan materi Mahasiwa Area kerja Rabu , Karyawan 1. karyawan
maubel kayu intervensi kesehatan Ners maubel 23/10- menunjukan mengerti tentang
tentang pengenalan
lapas Abepura Uncen kayu 2021 adanya
keperawatan tentang APD alat yang jam perubahan status pentingnya
dalam 1 hari kepada digunakan untuk 13.00 kesehatan yang menggunakan
baik.
diharapkan mulai Karyawan melindungi APD
adanya kesadaran karyawan 2. karyawan
Karyawan dalam penggunaan APD memahami
menggunakan dan mengenai dampak yang
APD lengkap resiko kecelakaan ditimbulkan oleh
akibat tidak APD
menggunakan APD 3. Karyawan
₋ Menyebarkan mengetahui Jenis-
leaflet tentang APD jenis APD yang
baik untuk
karyawan maubel
kayu.
2 karyawan di Setelah Pengukuhan ₋ Pemaparan materi Mahasiwa Area kerja Rabu Pemilik dan 1. Mengetahui
maubel kayu Ners pekerja 23/10- pekerja pabrik
dilakukan kesehatan tentang manfaat istirahat yang
lapas Abepura Uncen pabrik 2021 tahu
intervensi tentang istirahat yang tahu jam menunjukan cukup
keperawatan aktifitas cukup dan 13.15 adanya 2. Mengetahui
perubahan
dalam 1 hari istirahat mengenai dampak penyakit dan
status
diharapkan dan penyakit kesehatan yang dampak akibat
resiko penyakit akibat kurang baik. kurang istirahat
dapat teratasi istirahat
₋ Membagikan
leaflet tentang
manfaat dan
dampak istirahat
yang cukup.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di maubel kayu lapas abepura diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Latar belakang kurangnya praktek penerapan keselamatan dan kesehatan pekerja di maubel lapas
abepura karena tidak dilakukannya sosialisasi K3, tidak ada peraturan yang mewajibkan
penggunaan Alat Perlindungan diri, serta pengawasan dan tindakan yang kurang tegas dari
pimpinan dan dinas terkait.
2. Karyawan secara umum mengetahui pentingnya keselamatan dan kesehatan pekerja
terhadap potensi kecelakaan kerja yang terjadi, serta pentingnya penggunaan Alat
Perlindungan Diri.
3. Dalam prakteknya penggunaan Alat Perlindungan Diri karyawan maubel kayu di lapas
Abepura belum dilaksanakan dengan maksimal, karena ada pekerja yang belum
mengenakan secara lengkap.
Saran
1. Melakukan latihan dan dan memberikan pengetahuan kepada para karyawan di maubel kayu
lapas Abepura akan pentingnya bertindak dan berperilaku sesuai standar keamanan, agar
terciptanya keselamatan dan kesehatan pekerja
2. Memberlakukan peraturan tentang kewajiban menggunakan APD selama waktu bekerja dan
memberikan konsekuensi bagi pelanggar agar terciptanya kedisiplinan.
3. Melakukan evaluasi berkala terhadap seluruh aspek pabrik seperti alat proses, kondisi tempat
serta kedisiplinan pekerja agar memenuhi aspek keselamatan dan kesehatan pekerja.
Daftra Pustaka
Amri, Syarifuddin, dan As’adi. 2016. Usulan Fasilitas Kerja yang Ergonomis Pada Stasiun Perebusan
Tahu di UD. Geubrina. Jurnal Teknik Industri. 5 (2): 17-
Busyairi, M., Tosungku, L. O. A. S., dan Oktaviani, A. 2014. Pengaruh Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan. Jurnal Ilmiah Teknik Industri. 13 (2): 112–
124.
Faishol, M., Hastuti, S., dan Ulya, M. 2013. Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Produksi Pabrik
Tahu Srikandi Junok Bangkalan. Jurnal Agrointek. 7 (2): 64.
Faridah, R., Fatoni, R., dan Wicaksono, I., S. 2017. Analisis Aspek K3 serta Perancangan Ulang
Tata Letak Industri Tahu di Kabupaten Pacitan. The 5 th Urecol Proceeding. 18 Februari 2017,
Yogyakarta, Indonesia. Hal 524-526
Hakim, L., dan Subekti, P. 2015. Rancang Bangun Ketel Uap Mini Dengan Pendekatan Standar
Sni Berbahan Bakar Cangkang Sawit Untuk Kebutuhan Pabrik Tahu Kapasitas 200 kg Kedelai/hari.
Jurnal Aptek. 7 (1): 1–8.
Juniani, A., I., Handoko, L., dan Firmansyah, C., A. 2007. Implementasi Metode HAZOP (Hazard and
Operability Study) Dalam Proses Identifikasi Bahaya dan Analisa Resiko pada Feedwater System di Unit
Pembangkitan Paiton, PT. PJB. Skripsi. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya
Kotek, L., dan Tabas, M. 2012. HAZOP study with qualitative risk analysis for prioritization of
corrective and preventive actions. Procedia Engineering. 25- 29 Augustus 2012, Prague, Czech Republic.
Hal 808-815.
Li, W., Sun, Y., dan Cao, Q. 2019. A Proactive Process Risk Assesment Approach Based On Job Hazard
Analysis and Resilient Engineering. Journal of Loss Prevention In Procces Industries. 59 (1): 54-62.
Maharani, P., M., dan Wahyuningsih, A., S. 2017. Pengetahuan, Sikap, Kebijakan K3 dengan
Penggunaan Alat Pelindung Diri di Bagian Ring Spinning Unit 1. Journal of Health Education. 2 (1): 11-
19.
Malakahmad, A., Downe, A., G., dan Fadzil, S., D., M. 2012. Application of Occupational Health
and Safety Management System at Sewage Treatment Plants. Skripsi. Fakultas Teknik Universitas
Teknologi, Malaysia