You are on page 1of 7

JU RN AL IN D UST R I AL G AL UH

Yusup Kurnia, S.T., M.T.

PENJADWALAN PRODUKSI KERAJINAN TAS BAMBU


DENGAN MENGGUNAKAN METODE SORTEST
PROCESSING TIME (SPT) PADA UKM KREASI BAMBU
DI LEUWISARI TASIKMALAYA

Yusup Kurnia1, Deni Ramdani2


1,2 Teknik Industri Universitas Galuh
Jl. R.E. Martadinata No. 150 Ciamis, Jawa Barat
1yusupkurnia979@gmail.com

2deniramdani@gmail.com

Abstract— UKM Kreasi Bamboo is a company engaged in bamboo handicrafts that produces various
crafts, especially bamboo bags. In this case, companies often have difficulty meeting consumer
demands in a timely manner. Based on this, the purpose of this research is to optimize the production
process by using the sortest processing time (SPT) method. This method compares the results of
the calculation of the average time of order completion and the total time of delay. The result of this
research is that the SPT method is the optimal method with a value of 254.53 minutes of completion
time, a total delay of 0 minutes and has a utility of 55% in the first week. Efforts that can be made by
Creative Bamboo SMEs to make optimal production scheduling can use such methods because
apart from being proven to have a better value than the previous method, this method is also very
suitable for Bamboo Creation SMEs which apply make to order where the adjustment of customer
orders is in accordance with existing lead times.
Keywords— Production Scheduling, SPT, Optimizati.

Abstrak— UKM Kreasi Bambu adalah Perusahaan yang bergerak di bidang kerajinan bambu yang
memproduksi aneka kerajinan terutama tas bambu sistem penjadwalan di UKM saat ini masih
belum ada penjadwalan. Dalam hal ini perusahaan sering mengalami kesulitan untuk memenuhi
permintaan konsumen secara tepat waktu.. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan penelitian ini
untuk mengoptimalkan proses produksi dengan menggunakan metode sortest prosesing time (SPT).
metode ini membandingkan hasil perhitungan rata-rata waktu penyelsaian pesanan dan total waktu
keterlambatan. Hasil dari penelitian ini ternyata metode SPT merupakan metode yang optimal
dengan nilai waktu penyelsaian 254,53 menit total keterlambatan 0 menit dan mempunyai utilits 55%
di minggu pertama. upaya yang dapat dilakukan oleh UKM Kreasi Bambu untuk membuat
penjadwalan produksi yang optimal dapat menggunakan metode spt karna selain terbukti
mempunyai nilai yang lebih baik dari metode sebelumnya, metode ini juga sangat sesuai dengan
UKM Kreasi Bambu yang menerapkan make to order dimana penyesuain pesanan pelanggan sesuai
dengan lead time yang ada.
Kata kunci— Penjadwalan Produksi, SPT, Optimasi

untuk memenuhi kebutuhan pasar akan


I. PENDAHULUAN barang atau jasa. Salah satu faktor sukses
Produksi merupakan kegiatan inti dari dari suatu industri yaitu ketepatan dalam
suatu prusahaan dalam sistem produksi proses prosuksi.
terjadi suatu proses transformasi nilai tambah
yang mengubah input bahan mentah menjadi Pabrik kerajinan Kreasi bambu seringkali
output sebuah produk yang dapat di jual di mendapat pesanan yang meningkat
pasar. Tujuan dilaksanakannya produksi yaitu terkadang mengalami kelebihan permintaan

44
JIG | Vol. 4 (2) 2022 |
JU RN AL IN D UST R I AL G AL UH
Yusup Kurnia, S.T., M.T.

sedangkan persediaan tidak mencukupi, oleh mengembangkan rencana terpadu dimana


karna itu membutuhkan penjadwalan produksi bagian operasional adalah rencana produksi.
yang tepat agar bisa mengekfektifkan waktu
produksi. Penjadwalan produksi memiliki tiga tujuan
UKM Kreasi Bambu merupakan industri utama, yang pertama melibatkan tanggal
kecil menengah pengrajin kerajinan bambu jatuh tempo dan menghindari keterlambatan
yang ada di tasikmalaya, jawa barat. Jenis penyelesaian pekerjaan. Tujuan kedua
produk yang di produksi pada UKM ini salah melibatkan throughput; perusahaan ingin
satunya adalah tas bambu. Jenis produk dan meminimalkan pekerjaan menghabiskan
kegiatan produksi di dijalankan setiap hari waktu di sistem, dari pembukaan perintah
untuk memenuhi pesanan dan target di UKM toko sampai ditutup atau selesai. Tujuan
ini. ketiga menyangkut pemanfaatan pusat-pusat
Perumusan masalah dalam penelitian ini kerja.
adalah: Bagaimana perencanaan
penjadwalan produksi pada UKM Kreasi Ada dua pendekatan umum untuk
Bambu di Leuwisari Tasikmalaya, dan penjadwalan : Penjadwalan maju (Forward
Bagaimana perencanaan penjadwalan Scheduling) dan Penjadwalan mundur
produksi pengrajin bambu dengan (Backward Scheduling). Perusahaan
menggunakan metode sortest processing menggunakan penjadwalan maju mundur dan
time (SPT) di UKM Kreasi Bambu di Leuwisari mengalokasikan sumber daya pabrik dan
Tasikmalaya. mesin, rencana sumber daya manusia, proses
Tujuan penelitian ini adalah: mengetahui produksi dan bahan rencana pembelian.
penjadwalan produksi pengrajin bambu pada Selama konsep yang diterapkan dengan
UKM Kreasi Bambu di Leuwisari Tasikmalaya, benar, pilihan metode tidak signifikan. Dengan
dan mengetahui perencanaan penjadwalan penjadwalan maju scheduler dimulai dengan
produksi pengrajin bambu dengan tanggal penerimaan yang direncanakan atau
menggunakan metode sortest processing tanggal jatuh tempo dan bergerak mundur
time (SPT) di UKM Kreasi Bambu di Leuwisari pada waktu, sesuai dengan waktu
Tasikmalaya. pengolahan yang dibutuhkan, sampai
mencapai titik order release.

II. LANDASAN TEORI 2.2 Tujuan Penjadwalan


Tujuan penjadwalan adalah untuk
2.1 Penjadwalan Produksi mengurangi waktu keterlambatan dari batas
Penjadwalan merupakan alat penting untuk waktu yang ditentukan agar dapat memenuhi
manufaktur dan rekayasa, dimana dapat batas waktu yang telah disetujui dengan
berdampak besar terhadap produktivitas konsumen, penjadwalan juga dapat
proses. Dalam manufaktur, tujuan meningkatkan produktifitas mesin dan
penjadwalan adalah untuk meminimalkan mengurangi waktu menganggur. Produktifitas
waktu dan biaya produksi, dengan mesin meningkat maka waktu menganggur
mengatakan fasilitas produksi apa untuk berkurang, secara tidak langsung perusahaan
membuat, kapan, yang staf, dan yang dapat mengurangi biaya produksi. Semakin
peralatan. Produksi penjadwalan bertujuan baik suatu penjadwalan semakin
untuk memaksimalkan efisiensi operasi dan menguntungkan juga bagi perusahaan dan
mengurangi biaya. bisa menjadi acuan untuk meningkatkan
keuntungan dan strategi bagi perusahaan
Perencanaan produksi merupakan fungsi dari dalam pemuasan pelanggan. Beberapa
pembentukan keseluruhan tingkat output, tujuan yang ingin dicapai dengan
disebut rencana produksi. Proses ini juga dilaksanakannya penjadwalan adalah
mencakup kegiatan lain yang di perlukan sebagai berikut (Baker & Trietsch, 2009).
untuk memenuhi tingkat penjualan yang di 1. Meningkatkan produktifitas mesin, yaitu
rencanakan saat ini, sementara rapat umum dengan mengurangi waktu mesin
tujuan perusahaan tentang keuntungan , menganggur.
produktivitas, lead, dan kepuasan pelanggan, 2. Mengurangi persediaan barang setengah
sebagaimana dinyatakan dalam rencana jadi dengan mengurangi jumlah rata-rata
bisnis secara keseluruhan. Tujuan manajerial pekerjaan yang menunggu antrian suatu
perencanaan produksi adalah untuk mesin karena mesin tersebut sibuk.

45
JIG | Vol. 4 (2) 2022 |
JU RN AL IN D UST R I AL G AL UH
Yusup Kurnia, S.T., M.T.

3. Menggurangi keterlambatan karena telah Menurut Tanuwijaya dan Bambang (2012:


melampaui batas waktu dengan cara. 89), Shortest Processing Time (SPT)
a. Mengurangi maksimum keterlambatan, merupakan metode yang memprioritaskan
b. Mengurangi jumlah pekerjaan yang penyelesaian proses produksi berdasarkan
terlambat. waktu proses terpendek. Aturan ini
4. Meminimasi ongkos produksi. didasarkan atas pemikiran bahwa apabila
5. Pemenuhan batas waktu yang telah suatu pekerjaan dapat diselesaikan dengan
ditetapkan (due date),karena dalam cepat, maka mesin lain di bagaian berikut
kenyataan apabila terjadi keterlambatan akan menerima pekerjaan lebih cepat
pemenuhan due date dapat dikenakan sehingga pekerjaan mengalir dengan cepat
suatu denda (penalty). dan pemanfaatan yang tinggi. Tujuan metode
ini adalah mencapai utilisasi yang maksimum
2.3 Metode dalam Penjadwalan dari mesin tersebut. Tetapi kelemaha metode
Terdapat beberapa metode yang dapat ini adalah menundanunda suatu pekerjaan
digunakan sebagai pedoman simulasi dalam yang mempunyai waku yang panjang,
rangka menentukan prioritas terbaik. Namun sehingga jika tanggal jatuh tempo pekerjaan
demikian, sangat sulit dalam mencari metode tersebut sangat dekat, maka pekerjaan
terbaik atau optimal karena setiap metode tersebut akan selesai jauh pada tanggal jatuh
menghasilkan hasil yang berbeda, tergantung tempo yang diinginkan.
parameter yang ingin dioptimalkan atau tujuan
yang ingin dicapai. 4. Longest Processing Time (LPT)
Untuk pekerjaan yang diselesaikan Menurut Tanuwijaya dan Bambang (2012:
menggunakan satu mesin, beberapa metode 90), Longlest Processing Time (LPT)
yang dapat digunakan dalam aturan prioritas merupakan metode yang memiliki aturan yang
adalah sebagai berikut: bertolak belakang dengan SPT, yaitu
memprioritaskan atau mendahulukan
1. First Come First Serve (FCFS) penyelesaian proses produksi berdasarkan
Menurut Tanuwijaya dan Bambang (2012: waktu proses yang paling lama.
88), metode First Come First Serve (FCFS)
mempunyai aturan yaitu memprioritaskan 5. Critical Ratio (CR)
pekerjaan yang datang lebih dulu untuk Menurut Tanuwijaya dan Bambang (2012:
diproses lebih dahulu. Metode ini mengacu 90), Critical Ratio (CR) merupakan metode
kepada konsep keadilan sebagai yang mengurutkan pekerjaan dengan
kelebihannya, karena pekerjaan yang datang menghitung waktu sisa sampai dengan batas
lebih dahulu akan diprioritaskan untuk waktu pengerjaannya. Dengan mengurutkan
dikerjakan. Kelemahan dari metode ini adalah pekerjaan berdasarkan CR terkecil, maka
mengabaikan informasi penting tentang batas dapat membantu mengurangi keterlambatan
tanggal pengiriman dan waktu proses yang (lateness).
dibutuhkan.
Shortest Processing Time (SPT)
2. Earliest Due Date (EDD) Shortest Processing Time (SPT) merupakan
Menurut Kusuma (2009), Metode EDD ini metode yang memprioritaskan penyelesaian
merupakan pengurutan pekerjaan proses produksi berdasarkan waktu proses
berdasarkan batas waktu (due date) tercepat. terpendek. Waktu memiliki proses terpendek
Pekerjaan dengan saat jatuh tempo paling atau dapat diselesaikan dengan cepat, maka
awal harus dijadwalkan terlebih dahulu mesin lainnya dapat menerima pekerjaan
daripada pekerjaan dengan saat jatuh tempo lebih cepat. Pesanan yang memiliki urutan
belakangan. Aturan ini bertujuan untuk waktu terpendek atau proses dapat
meminimasi kelambatan maksimum diselesaikan dengan cepat akan menjadi
(maximum latenes) atau meminimasi ukuran urutan pertama dalam melakukan perhitungan
kelambatan maksimum (maximum tardiness) metode penjadwalan. Contoh penerapan
suatu pekerjaan. Buruknya aturan ini perhitungan metode dilakukan dengan
menyebabkan jumlah pekerjaan yang mengisi form pemesanan terlebih dahulu, dan
terlambat yang terlambat menjadi banyak form master pelanggan, bahan baku, produk,
serta akan menambah keterlambatan rata- jenis produk, BOM, BOO, dan mesin. Setelah
rata (mean tardiness). mengisi form-form tersebut maka dilakukan
perhitungan metode SPT.
3. Shortest Processing Time (SPT)

46
JIG | Vol. 4 (2) 2022 |
JU RN AL IN D UST R I AL G AL UH
Yusup Kurnia, S.T., M.T.

Pengurutan dilakukan dengan mengurutkan 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐰𝐚𝐤𝐭𝐮 𝐚𝐥𝐢𝐫𝐚𝐧 𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥


=
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐰𝐚𝐤𝐭𝐮 𝐩𝐫𝐨𝐬𝐞𝐬 𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥
pesanan yang memiliki waktu proses
terpendek dan tercepat, setelah dilakukan 4. Keterlambatan job rata-rata
Jumlah hari keterlambatan
diurutkan sesuai dengan waktu proses, maka =
Jumlah job
akan dihitung tabel flow time atau aliran waktu
dan tabel job lateness max atau 2.4 Objek Penelitian
keterlambatan rata-rata. Setelah sudah
dihitung maka akan dijumlah dengan total Objek penelitian ini dilakukan di UKM kreasi
masing-masing. Oleh karena itu, Shortest Bambu yang bergerak di bidang kerajinan
Processing Time (SPT) merupakan metode bambu yaitu berupa tas bambu yang berlokasi
yang tepat untuk digunakan dalam penelitian di kp Paniis Desa Mandalagiri Kecamatan
ini. Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya. Adapun
a. Data Primer Merupakan data yang masalah yang dibahas dalam penelitian ini
diperoleh secara langsung dari IKM Kreasi yaitu mengenai Penjadwalan produksi tas
Bambu melalui wawancara kepada pemilik bambu pada UKM Kreasi bambu di Leuwisari
perusahaan dan pegawai-pegawainya Tasikmalaya.
serta observasi secara langsung di
lapangan.
b. Data Sekunder Merupakan data yang III. METODE PENELITIAN
diperoleh dari data-data administrasi, Shortest Processing Time (SPT) merupakan
meliputi visi dan misi perusahaan, sejarah metode yang memprioritaskan penyelesaian
perusahaan, data kepegawaian, data proses produksi berdasarkan waktu proses
permintaan pelanggan, dan data lokasi titik terpendek. Waktu memiliki proses terpendek
pasok. Pengumpulan data dilakukan atau dapat diselesaikan dengan cepat, maka
dengan mengadakan penelitian langsung mesin lainnya dapat menerima pekerjaan
terhadap objek yang di teliti guna lebih cepat. Pesanan yang memiliki urutan
mendapatkan data melalui : waktu terpendek atau proses dapat
c. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data diselesaikan dengan cepat akan menjadi
yang dilakukan melalui pengamatan urutan pertama dalam melakukan perhitungan
terhadap fenomena-fenomena yang metode penjadwalan. Contoh penerapan
terjadi, tanpa penulis ikut dalam proses perhitungan metode dilakukan dengan
kerja. Observasi dilakukan terhadap IKM mengisi form pemesanan terlebih dahulu, dan
Kreasi Bambu, termasuk semua form master pelanggan, bahan baku, produk,
komponen di dalamnya, untuk dan jenis produk. Setelah mengisi form-form
mendapatkan data dan informasi tersebut maka dilakukan perhitungan metode
mengenai kondisi Perusahaan dan Shortest Processing Time.
permasalahannya.
d. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan Pengurutan dilakukan dengan mengurutkan
data dengan cara tanya jawab secara pesanan yang memiliki waktu proses
terstruktur dengan pihak yang berkaitan terpendek dan tercepat, setelah dilakukan
dengan penelitian. Wawancara dilakukan diurutkan sesuai dengan waktu proses, maka
kepada pengelola dan pegawai UKM akan dihitung tabel flow time atau aliran waktu
Kreasi Bambu. dan tabel job lateness max atau
e. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan keterlambatan rata-rata. Setelah sudah
data mengenai hal-hal yang berkaitan dihitung maka akan dijumlah dengan total
dengan penjadwalan produksi dalam masing-masing.
bentuk catatan ataupun laporan. Berdasarkan persoalan diatas, maka sumber
Rumus metode SPT data yang diperlukan dalam masalah tersebut
adalah:
1. Waktu penyelesaian rata-rata
Jumlah waktu aliran total
=
Jumlah pekerjaan
2. Utilitas (%)
Jumlah waktu proses total
= 1. Data Primer
Jumlah waktu aliran total
Sumber data yang diperoleh secara
3. Jumlah job rata-rata langsung yang dikumpulkan dari para

47
JIG | Vol. 4 (2) 2022 |
JU RN AL IN D UST R I AL G AL UH
Yusup Kurnia, S.T., M.T.

pekerja di IKM Kreasi Bambu dengan cara Pengumpulan data dan informasi yang
wawancara. berkaitan dengan masalah penjadwalan
produksi, diantaranya yaitu : data
2. Data Skunder pemesanan dan data waktu produksi.
Sumber data yang secara tidak langsung e. Pengolahan Data
memberikan data kepada pengumpul data Data yang telah dikumpulkan diolah
atau peneliti, misalnya diperoleh dari studi menggunakan metode pemecahan
literature atau pustaka dan hasil penelitian masalah yang telah ditentukan yaitu :
terdahulu serta hal-hal yang berhubungan Shortest Processing Time (SPT)
dengan penelitian. f. Analisis Hasil
Hasil yang didapatkan dari pengolahan
Karena tujuan penelitian adalah untuk data kemudian di analisis, didalamnya
mendapatkan data. Berikut adalah beberapa terdapat perbandingan efisiensi antara
penjelasan mengenai teknik pengumpulan penjadwalan produksi menggunakan
data: metode dengan keadaan produksi
1. Data Primer perusahaan sebelumnya.
a. Interview yaitu suatu metode yang g. Kesimpulan
dilakukan dengan wawancara atau Kesimpulan yang berisi tentang jawaban
Tanya jawab kepada sumber informasi. dari hasil penelitian yang merupakan
Wawancara dilakukan dengan pembahasan atas pernyataan
menggunakan Instrumen Cheklist, permasalahan yang terjadi dalam
artinya sumber data diajukan dengan perusahaan.
beberapa pertanyaan yang sesuai h. Selesai
dengan tujuan penelitian. Selesai merupakan hasil akhir dalam
b. Observasi merupakan salah satu penelitian
pengambilan data yang dilaksanakan
dengan cara melakukan pencatatan Tahapan penelitian ini akan di sajikan
data secara sistematik terhadap suatu dalam bentuk flowchart untuk mempermudah
obyek pengamatan. dalam memahami suatu permasalahan yang
ada, dimana tahapan dalam penelitian ini
2. Data Skunder adalah sebaga berikut.
Yaitu data yang diperoleh secara tidak
langsung seperti referensi buku, artikel
literatur, arsip bekas perusahaan dan yang di
ambil dari internet atau dari manapun yang
berhubungan dengan penelitian.

Uraian Tahap Penelitian


Penelitian ini melalui beberapa tahapan, di
antaranya :
a. Mulai
Mulai merupakan langkah awal dalam
penelitian
b. Tema Sentral
Pada tahap ini dilakukan untuk mengetahui
dan menentukan tema masalah yang akan
diambil yang sesuai dengan masalah yang
akan diteliti.
c. Rumusan Masalah
Setelah dilakukan obsevasi kemudian
melakukan perumusan masalahnya,
dimana yang jadi permasalahan dalam
penelitian. perumusan didukung dengan
studi lapangan dan studi pustaka.
d. Pengumpulan Data Gambar 3.1 Flow Chart

48
JIG | Vol. 4 (2) 2022 |
JU RN AL IN D UST R I AL G AL UH
Yusup Kurnia, S.T., M.T.

1) 5.1 Penjadwalan kerja


Pengurutan Penjadwalan waktu kerja
IV. HASIL PENELITIAN
dilakukan untuk Perhitungan penjadwalan
produksi dengan metode Shortest Processing
Time (SPT). Dimana pada tabel tersebut
Data Pemesanan dan Waktu Produksi tertera dengan jelas jumlah pekerjaan, waktu
Tas Bambu proses dan batas waktunya. Karena ini
dilakukan untuk mengetahui pekerjaan
Minggu Pertama dengan jumlah waktu tercepat dan terlama.
No Tanggal Proses Banyak Pesanan Tgl Selesai Waktu Pembuatan
1 8-Maret-21 Pengupasan Bambu 230 14-Maret-21 3 menit 2) 5.2 Pengaturan berdasarkan SPT
2 8-Maret-21 Menghaluskan Bambu 230 14-Maret-21 4 menit Perhitungan penjadwalan sequencing dengan
3 8-Maret-21 Menganyam 230 14-Maret-21 30 menit metode Shortest Processing Time (SPT),
4 8-Maret-21 Membuat Bulatan Atas 230 14-Maret-21 5 menit berarti mengurutkan pekerjaan dari awal
5 8-Maret-21 Membuat Pegangan 230 14-Maret-21 4 menit waktu proses tercepat hinggga yang terlama.
Dimana disini diketahui pekerjaan yang
Minggu Kedua dikerjakan terlebih dahulu dan mana waktu
No Tanggal Proses Banyak Pesanan Tgl Selesai Waktu Pembuatan yang terlama. Diketahui dalam pengurutan
1 15-Maret-21 Pengupasan Bambu 200 21-maret-21 3 menit waktu proses dan batas waktu tercepat pada
minggu pertama di proses pengupasan
2 15-Maret-21 Menghaluskan Bambu 200 21-maret-21 4 menit
bambu yaitu sebesar 46 menit.
3 15-Maret-21 Menganyam 200 21-maret-21 30 menit
4 15-Maret-21 Membuat Bulatan Atas 200 21-maret-21 5 menit 3) 5.3 Perhitungan metode Shortest
5 15-Maret-21 Membuat Pegangan 200 21-maret-21 4 menit Processing Time (SPT) per-Minggu
Pada perhitungan per-minggu tertera dengan
minggu ke tiga jelas dalam prosesnya terdapat juga waktu
No Tanggal Proses Banyak Pesanan Tgl Selesai Waktu Pembuatan penyelesaian dan keterlambatan. Pada
1 22-Maret-21 Pengupasan Bambu 180 28-Maret-21 3 menit perhitungan metode SPT hanya pada minggu
2 22-Maret-21 Menghaluskan Bambu 180 28-Maret-21 4 menit ke 4 yang terdapat keterlambatan dikarnakan
3 22-Maret-21 Menganyam 180 28-Maret-21 30 menit pesanan sedang banyak di minggu ke empat.
4 22-Maret-21 Membuat Bulatan Atas 180 28-Maret-21 5 menit Untuk perhitungan waktu penyelesaian dapat
dicontohkan pada minggu pertama di proses
5 22-Maret-21 Membuat Pegangan 180 28-Maret-21 4 menit
pengupasan bambu:
Waktu proses 46
minggu ke empat 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑥 = 230 𝑥 =
Jumlah proses 5
No Tanggal Proses Banyak Pesanan Tgl Selesai Waktu Pembuatan 9,2 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
1 29-Maret-21 Pengupasan Bambu 350 4-mei-21 3 menit
2 29-Maret-21 Menghaluskan Bambu 350 4-mei-21 4 menit Metode Minggu ke Waktu Penyelsaian (menit) Utulisasi (%) Jumlah Pekerjaan Rata2 lambat (menit)
3 29-Maret-21 Menganyam 350 4-mei-21 30 menit lama 1 414 34% 2.93 77.87
spt 1 254.53 55% 1.80 0
4 29-Maret-21 Membuat Bulatan Atas 350 4-mei-21 5 menit
5 29-Maret-21 Membuat Pegangan 350 4-mei-21 4 menit
Dapat dilihat dalam tabel perbandingan
antara metode lama dengan metode
Hasil Metode SPT perminggu
Shortest Processing Time (SPT) di minggu
pertama, yaitu metode lama menunjukan
Metode SPT Waktu penyelsaian (menit) Utulisasi (%) Jumlah Pekerjaan Rata2 lambat (menit) waktu penyelesaian rata-rata sebesar 414
Minggu 1 254.5333333 55% 1.804347826 0 menit, utilisasi 34%, jumlah pekerjaan rata-
Minggu 2 221.3333333 55% 1.804347826 0 rata 2,93 dan keterlambatan 77,87 menit.
Minggu 3 199.2 55% 1.804347826 0 sedangkan metode Shortest Processing
Minggu 4 387.3333333 55% 1.804347826 22.66666667 Time (SPT) menunjukan waktu
penyelesaian rata-rata sebesar 254,53,
utilisasi 55%,

IV. PEMBAHASAN jumlah pekerjaan rata-rata 1,80 dan


keterlambatan 0 menit. Diketahui metode
Shortest Processing Time (SPT) menujukan

49
JIG | Vol. 4 (2) 2022 |
JU RN AL IN D UST R I AL G AL UH
Yusup Kurnia, S.T., M.T.

waktu penyelesaian rata-rata lebih cepat 2. Kulsum., Febrianti, Evi., Apriani, Fifi.,
dibangding dengan metode lama. Dari hasil penjadwalan produksi menggunakan metode
perhitungan yang telah dilakukan terlihat jika jadwal aktif di pt. Xyz
metode Shortest Processing Time (SPT) 3. Kurnia,Yusuf., Aristriyana, Eky., Penentuan
waktu baku produksi palet dengan
memiliki efektivitas lebih baik dibandingkan menggunakan stopwatch dan motion time
metode yang dipakai perusahaan saat ini. measurement I pada cv. Bintang P
4. Safitri, Indah, Rosi., Analisis Sistem
Penjadwalan Produksi Berdasarkan Pesanan
V. KESIMPULAN Pelanggan dengan Metode FCFS, LPT, SPT
Berdasarkan pembahasan dan hasil dan EDD Pada PD.x.
penelitian, diperoleh kesimpulan sebagai 5. Safitri, Maulidatus., Analisis Penjadwalan
berikut : Produksi Pada NVN Konveksi di Kota Malang.
6. Sanjaya, Danang., penjadwalan produksi
anyaman bambu dengan menggunakan
1. Saat ini UKM Kreasi Bambu Leuwisari metode shortest processing time (spt) pada
Tasikmalaya merupakan penjadwalan ikm anyaman bambu gunung tajem di salem
dengan menggunakan sistem pembuatan brebes jawa tengah
terdahulu, dalam proses ini UKM kreasi 7. Subroto, Wawan., Hendri, Tazkiyah., Sistem
bambu melakukan produksi dengan Pendukung Keputusan Dalam Menentukan
metode yang sudah di terapkan mengikuti Produksi Menggunakan Metode EDD
proses yang sudah ada di UKM, akan (Earliest Due Date) dan SPT (Shortest
tetapi sering Processing Time) Pada Industri Farmasi.
2. mengalami keterlambatan sehingga output 8. Trisanto, Dedy. 2018 “sistem informasi
penjadwalan produksi repeat order dengan
produknya tidak memenuhi target pesanan metode shortest processing time (spt)
dan UKM ini tidak memiliki stok produk berbasis web pada pt central mega kencana”
karna tidak teraturnya penjadwalan proses
produksi.

Penjadwalan produksi dengan


menggunakan metode Shortest Processing
Time (SPT) terdapat perbedaan dalam hasil
perhitungannya yaitu, jika tidak menggunakan
metode SPT hasil produksi tidak akan
mencapai target dan akan terjadi
keterlambatan dalam output produksi.
sehingga waktu penyelsaian semakin lama,
sedangkan hasil dari perhitungan metode
SPT di minggu pertama menunjukan waktu
penyelsaian rata-rata yaitu 1,80 dan
keterlambatan rata rata 0 dengan
mengurutkan waktu terpendek di kerjakan
terlebih dahulu sampai waktu terlama.

UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih saya sampaikan kepada
seluruh sivitas akademika Prodi Teknik
Industri fakultas Teknik Unigal atas bantuan
dan motivasinya sehingga penelitian ini
selesai dengan baik.

REFERENSI
1. S Khrisman, Roy., Febrianti, Evi., Herlina Lely.
Penjadwalan produksi flowshop
menggunakan metode campbell dudek smith
(cbs) dan nawaz enscore ham (neh)

50
JIG | Vol. 4 (2) 2022 |

You might also like