You are on page 1of 16

AKUNTABILITAS PENGELOLAAN ASET DI

MUHAMMADIYAH. STUDI FENOMENOLOGI DI

MUHAMMADIYAH KOTA TERNATE

proposal

Oleh :

Nabila Y Ahmad
(02272111147)
IV D AKUNTANSI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE

2023
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Muhammadiyah hadir di Provinsi Maluku Utara beridentitaskan


sebagai gerakan keilmuan. Identitas tersebut melekat ke Muhammadiyah
lantaran, meski sebagai organisasi keagamaan tetapi Muhammadiyah di
Maluku Utara mendirikan puluhan lembaga pendidikan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, tanpa terkecuali.

Muhammadiyah ternate adalah salah satu organisasi Islam yang


beroperasi dalam skala yang besar. Yang memiliki banyak sekali kegiatan
sosial, pendidikan, dan dakwah. Sebagai organisasi yang beroperasi
dalam skala besar, Muhammadiyah memiliki tanggung jawab yang besar
dalam mengelola aset-asetnya. Dengan pengelolaan aset yang baik maka
Muhammadiyah ternate dapat melaksanakan aktifitas organisasi dengan
baik dan efektif sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi organisasi
dalam upaya meningkatkan kinerja pelayanannya. fenomena mengenai
akuntabilitas pengelolaan aset di Muhammadiyah menjadi topik yang
menarik untuk dikaji.

Akuntabilitas pengelolaan asset dapat mencakup beberapa isu


penting. Salah satunya adalah transparansi dalam proses pengelolaan
aset, termasuk pelaporan keuangan dan penggunaan dana organisasi.
Keterbukaan ini penting untuk memastikan bahwa dana yang diterima
oleh Muhammadiyah Ternate digunakan secara bertanggung jawab
sesuai dengan tujuan organisasi.
Perlunya akuntabilitas menurut Mustofa (2012), merupakan
tujuan reformasi dari sektor publik. Perbaikan transparansi dan
akuntabilitas adalah kunci keberhasilan dalam membangun ekonomi
publik yang lebih baik karena di dalam akuntabilitas terkandung kewajiban
untuk menyajikan dan melaporkan terutama di bidang administrasi
keuangan kepada pihak yang lebih tinggi atau atasannya. (2)

Manajemen asset perusahaan dapat dilakukan melalui


pencatatan asset, pembukuan dan pelaporan dan yang lebih penting
sesuai dengan penggunaan asset yang dimiliki perusahaan dapat
terpenuhi membawa manfaat baik bagi perusahaan untuk melakukan
kegiatan organisasi. Untuk mendukung operasional perusahaan.
Manajemen asset harus berdasarkan asas fungsi, kepastian hukum,
transaparansi, efisiensi, prinsip akuntabilitas dan kepastian nilai. (1)

akuntabilitas menurut Pujiningsih (2013) adalah


mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan kepada orang
yang mempercayai atau yang mendelegasikan kewenangan puas
terhadap kinerja pelaksanaan kegiatan. Jadi, akuntabilitas adalah bentuk
pertanggungjawaban manajemen (agent) atau pihak yang memperoleh
kepercayaan untuk mengelola sumber daya kepada publik (principal) atas
setiap aktivitas yang dilakukan. (2)

Osborne (1992) dalam Mardiasmo (2002) menyatakan bahwa


Akuntabilitas ditujukan untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan yang
berhubungan dengan pelayanan apa, siapa, kepada siapa, milik siapa,
yang mana, dan bagaimana.(5)

Djamrah (2006:175) pengelolaan dalam pengertian umum


adalah pengadministrasian pengaturan atau penataan suatu kegiatan. (7)
Definisi aset menurut Siregar (2018: 178-179) mengemukakan
bahwa Aset adalah harta kekayaan yang pada pengertian hukum disebut
benda, yang terdiri dari benda bergerak dan benda tidak bergerak. harta
yang dimaksud meliputi barang tetap (tanah dan atau bangunan) dan
barang bergerak, baik yang berwujud (tangible) maupun yang tidak
berwujud (intangible), yang tercakup dalam aktiva/kekayaan atau harta
kekayaan dari suatu perusahaan, badan usaha, instusi atau individu
perorangan.( 61)

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses pengelolaan asset di Muhammadiyah ternate ?


2. Sejauh mana akuntabilitas dalam pengelolaan asset di
Muhammadiyah ternate terimplementasi dengan efektif ?

1.3 Tujuan penelitian

1. Mendeskripsikan bagaimana proses dalam pengelolaan asset di


Muhammadiyah ternate.
2. Mendeskripsikan sejauh mana akuntabilitas dalam pengelolaan
asset di Muhammadiyah ternate terimplementasi dengan efektif.

1.4 Manfaat penelitian

1. manfaat bagi Muhammadiyah ternate

 peningkatan transparansi. ini akan membantu menghindari


kesalah pahaman atau spekulasi yang mungkin muncul terkait
dengan pengelolaan dana dan asset organisasi.

2. Manfaat bagi pembaca


 Sebagi sumber informasi mengenai praktik akutabilitas
pengelolaan asset di Muhammadiyah ternate.
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Akuntabilitas

a. Pengertian akuntabilitas

Akuntabilitas, secara harfiah, dapat diartikan sebagai


"pertanggungjawaban". Hal ini mencakup mempertanggungjawabkan
keberhasilan dan kegagalan kepada pihak yang mendelegasikan
kewenangan, dan mereka merasa puas dengan kinerja pelaksanaan
kegiatan tersebut. Akuntabilitas melibatkan kewajiban untuk memberikan
pertanggungjawaban atau menjawab dan menjelaskan kinerja serta
tindakan individu, entitas hukum, atau kepemimpinan kolektif suatu
organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau kewenangan untuk
meminta keterangan atau pertanggungjawaban (Asrida 2012).

Suatu entitas (organisasi) yang akuntabel adalah entitas yang mampu


mengungkapkan informasi secara transparan mengenai keputusan-
keputusan yang diambil selama operasinya. Hal ini memungkinkan pihak
eksternal (seperti lembaga legislatif, auditor, atau masyarakat secara luas)
untuk meninjau informasi tersebut, dan jika diperlukan, harus siap
mengambil tindakan korektif. Dengan demikian, penggunaan istilah
akuntabilitas publik memiliki makna yang jelas, yaitu bahwa hasil-hasil
operasi termasuk keputusan-keputusan dan kebijakan yang diambil atau
diadopsi oleh suatu entitas harus dapat dijelaskan dan
dipertanggungjawabkan kepada publik (masyarakat), dan masyarakat
harus memiliki akses terhadap informasi tersebut (Ulum 2004, 38). (25)
Sedarmaryanti (2015) mengatakan pelaksanaan akuntabilitas
perlu memperhatikan asas-asas dalam akuntabilitas, yaitu:

a. Komitmen pimpinan dalam melakukan pengelolaan pelaksanaan misi


agar akuntabel

b. Menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang ditetapkan

c. Berorientasi pada pencapaian misi dan visi dan hasil manfaat yang
diperoleh

d. Jujur, objektif, transparan, dan inovatif (2)

b. Jenis jenis akuntabilitas

1. Akuntabilitas hukum dan kejujuran

Ghamidi (1997) dalam muhamad (2002) menyatakan bahwa


perilaku yang Islami, adalah perilaku yang pelakunya selalu merasakan
adanya pengawasan oleh Allah baik dalam keadaan tersembunyi maupun
terlihat orang dan selalu melakukan muhasaba diri terhadap pihak lain.
Oleh karena itu, kaum muslimin harus Kembali kepada Allah, mengoreksi
diri mereka, menerapkan perilaku Islami, beriman dan jujur (Muhamad,
2002).

2. Akuntabilitas program

Berkaitang dengan bagaimana organisasi melahirkan sebuah


program yang mengacu pada strategi dan pencapaian visi, misi
oraganisasi ( silvia dan ansar, 2011). Diperlukan pengungkapan pelaporan
hasil program kegiatan organisasi, sehingga dapat mengetahui besarnya
sumber daya yang dialokasikan ke hasil kegiatan yang telah terlaksana.

3. Akuntabilitas proses
Akuntabilitas proses terkait dengan pertimbangan apakah tujuan
yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak dan apakah telah
mempertimbangkan alternatif program yang memberikan hasil yang
memberikan hasil optimal dengan biaya yang minimal. (Riyanti, 2009:8).

4. Akuntabilias kebijakan

Suatu kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan yang


harus dijadikan pedoman, pegangan ataupun petunjuk bagi setiap usaha
dari para pengurus organisasi sehingga tercapai kelancaran dan
keterpaduan dalam mencapai tujuan organsiasi yang telah ditetapkan.
Semua hal yang berkaitan dengan mekanisme dalam organisasi
(pengambilan keputusan, kepemimpinan, dan struktur organisasi)
dilandasi kesepakatan kesepakatan dan pertimbangan seluruh anggota
organisasi dalam membuat suatu kebijakan (silvia dan ansar, 2011).

5. Akuntabilitas financial

Islam melalui al-qur’an telah mengariskan bahwa konsep


akuntansi yang diikuti oleh para pembuat laporan akuntansi menempatkan
pada konsep pertanggung jawaban atau accountability. Akuntansi syariah
pada intinya yaitu akuntansi yang akan dinilai kembali dari sudut pandang
islam (Muhamad,2002).

2.2 Pengelolaan Asset

a. Pengertian Pengelolaan

Menurut Pradjudi (Adisasmita, 2011: 21) mengatakan bahwa


“Pengelolaan adalah pengendalian dan pemanfaatan semua faktor
sumber daya yang menurut suatu perencana diperlukan untuk
penyelesaian suatu tujuan kerja tertentu”.
menurut Hamalik (Adisasmita, 2011: 22) mengemukakan bahwa
“istilah pengelolaan identik dengan istilah manajemen, dimana
manajemen itu sendiri merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan”,
hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Balderton (Adisasmita,
2011: 22) yang mengemukakan hal yang sama antara pengelolaan
dengan manajemen, “yaitu menggerakkan, mengorganisasikan dan
mengarahkan usaha manusia untuk mencapai tujuannya”.

Menurut Goerge R. Terry (Manullang, 2015: 3), mengatakan


bahwa “Manajemen adalah pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih
dahulu dengan mempergunakan kegiatan orang lain.” Dengan demikian
pengelolaan bukan hanya melaksanakan suatu kegiatan, akan tetapi
merupakan kegiatan yang meliputi fungsi-fungsi manajemen seperti
perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan untuk mencapai tujuan
secara efektif dan efisien. (61)

b. Pengertian Asset

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia pada tahun 2009, aset merujuk


pada sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai hasil dari
peristiwa masa lalu dan diharapkan akan memberikan manfaat ekonomi di
masa depan.

Menurut Weygandt et al (2012), aset dapat dikelompokkan


menjadi tiga kategori, yaitu aset lancar, aset tetap, dan
aset tidak berwujud. Aset lancar merupakan jenis aset yang diharapkan
dapat diubah menjadi uang tunai atau digunakan dalam waktu satu tahun.
Contohnya meliputi kas, investasi jangka pendek, piutang usaha, piutang
wesel, persediaan, perlengkapan, dan beban dibayar dimuka. Investasi
jangka panjang biasanya berupa saham atau obligasi perusahaan lain
yang dimiliki dalam jangka waktu lebih dari satu tahun. Aset tetap adalah
aset yang dimiliki oleh perusahaan dan memiliki umur lebih dari satu
tahun, serta digunakan untuk mendukung kegiatan operasional
perusahaan. Contohnya termasuk tanah, gedung, mesin, peralatan, dan
kendaraan. Sedangkan aset tidak berwujud adalah jenis aset yang tidak
memiliki bentuk fisik tetapi memiliki nilai yang signifikan. Contoh aset ini
antara lain goodwill, hak paten, hak cipta, dan merek dagang. (9)

2.3 Kerangka Pikir

Gambar 2.1 gambaran kerangka berpikir

Akuntabailitas
dan Pengelolaan

Asset di
Pendekatan
Muhammadiyah Kualitatif Deskriptif
fenomenologi
ternate

Hasil

Dengan menggunakan metode analisis deskriptif, peneliti akan


menjelaskan bagaimana cara Muahmmadiyah dalam mengelola asset nya
dengan berdasarkan pada prinsip akuntabilitas. Dengan menggunakan
pendekatan fenomenologi.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian

Metode dalam penelitian merupakan cara berpikir yang digunakan


oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dirancang
dalam penelitian tersebut. Dalam konteks penelitian non-positivistik,
metodologi merupakan suatu prosedur penelitian yang digunakan untuk
memperoleh pemahaman mengenai sikap dan perilaku subyek yang
diteliti. Penelitian ini lebih berfokus pada jenis penelitian kualitatif yang
bersifat deskriptif. Seperti yang diungkapkan oleh Bogdan dan Taylor
dalam karya Moleong (2005:3), metode kualitatif didefinisikan sebagai
suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang serta perilaku yang diamati.

Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Dalam


penelitian fenomenologi peneliti dituntut untuk mampu mendiskripsikan
fenomena yang terjadi sesuai dengan realitas di lapangan. Dalam
penelitian fenomenologi peneliti dituntut untuk mampu mendiskripsikan
fenomena yang terjadi sesuai dengan realitas di lapangan. Moustakas
(1994) menjelaskan fenomenologi merupakan diskripsi pengalaman-
pengalaman. Artinya, untuk menggambarkan seakurat mungkin sebuah
fenomena, sekaligus tetap menjaga keadaan sebenarnya seperti yang
nampak pada diri informan. Sementara itu, suatu fenomena yang nampak
mengandung unsur sosial dan psikologis (Welman dan Kluger 1999). (4)
3.2 Lokasi Penelitian

Tempat untuk menemukan setting lingkunga yang berjalan apa


adanya dimana para informan berada, dalam penelitian kualitatif
dinamakan situs (Bogdan dan Taylor 1992:56). Situs penelitian ini
dilakukan di Muhammadiyah ternate, yang berlokasi di toboko, Kec.
Ternate Sel., Kota Ternate, Maluku Utara.

3.3 Subjek Penelitian

Peneliti melakukan observasi pada pihak pihak yang


berkepentingan untuk menjelaskan tentang bagaimana praktik
akuntabilitas pengelolaan asset di Muhammadiyah ternate. Para informan
diantaranya sekretaris dan bendahara.

3.4 Data dan Jenis data

a) data primer

Dalam memperoleh jenis data utama dalam penelitian ini, yakni


berupa data primer. Peneliti menggunakan Teknik wawancara mendalam
dengan format semi terstruktur. Alasannya karena dengan metode ini
peneliti dapat menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan pertanyaan
yang akan diajukan, serta esensi dari fenomena yang akan diamati dapat
dibicarakan dari sudut pandang orang pertama (kuswarno, 2009:65,
Moleong, 2010:190).

b) Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung


melalui media perantara (diperoleh dicatat media lain). Data yang
digunakan adalah laporan keuangan.
3.5 Teknik Pengumpulan data

Metode yang dipakai dalam penelitian yaitu wawancara dan


review document. Pengumpulan data diperoleh dengan cara :

 Observasi (pengamatan), yaitu mengamati langsung fenomena


yang terjadi di lapangan untuk mendapatkan data yang akurat sesuai
dengan fokus dan lokasi penelitian.

Dokumen, yaitu data yang berasal dari sumber tertulis seperti


dokumen, arsip, dan sejenisnya.yaitun dengan cara mengamati secara
langsung terhadap segala fenomena yang terjadi dilapangan sehingga
mampu memperoleh data yang akurat sesuai dengan focus dan tempat
penelitian. Dokumen , yaitu data yang bersumber dari data data tertulis,
dokumen dokumen, arsip arsip.

 Interview (wawancara), yaitu mengumpulkan data melalui


percakapan langsung atau tanya jawab dengan pihak-pihak yang
dianggap berkompeten, sehingga dapat memberikan informasi yang
relevan dengan penelitian yang dilakukan secara akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan.
 Fieldnote (catatan lapang), yaitu data yang diperoleh dari sumber
atau informasi selama wawancara dalam bentuk catatan sederhana.

Dokumentasi, dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data


melalui dokumentasi memiliki peran penting karena diperlukan teknik yang
dapat dipercaya untuk menjelaskan fokus masalah dalam
penelitian tersebut.

3.6 Analisis Data

Menurut Bogdan dan Biklen (1982:239), analisis data yang dikutip


oleh Sukarma (2012) adalah suatu proses sistematis dalam mencari dan
mengatur transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain
yang telah dikumpulkan untuk memperoleh pemahaman tentang data
tersebut dan mengkomunikasikan temuan yang ditemukan. Menurut
Moustakas (1994), dalam menganalisis data secara fenomenologi
terdapat tujuh langkah yang terdiri dari:

1) Membuat daftar dari semua Tindakan yang diekspresikan oleh


informan yang relavan dengan tema penelitian.

2) Memprediksi data sehingga tidak jadi overlapping.

3) Mengelompokkan data berdasarkan tema.

4) Mengidentifikasi data dengan memeriksa transkip wawancara dan


catatan lapangan untuk memastikan kelengkapan ekspresi
informan.

5) Menggunakan data yang benar benar valid dan relavan.

6) Menyusun variasi imajinasi dari peneliti bersamaan dengan diskusi


dengan para pembimbing ( co-reseacher).

7) Menyusun makna dan inti dari setiap kejadian sesuai dengan tema
yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

You might also like