You are on page 1of 35

Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam 67

ISSN : 1979-5173 (Cetak), 2962-9772 (Elektronik)


Vol. 13, No. 1, 2023
Journal Homepage: https://jurnal.educatia.id/ojs3/index.php/educatia

PRESPEKTIF ISLAM TERHADAP PERILAKU


MENYIMPANG LGBT BAGI GENERASI MUDA

Aprilia Tripuspita, Annisa Aprilia


Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta
e-mail: aprilianew293@gmail.com

Abstract
Along with the development of the times, there are also various forms of deviation,
one of which is LGBT. Many young generation Z are starting to become LGBT
people. Therefore, this research was written with the aim of educating Gen Z, who
have deviated or who have not. By using a qualitative research method, we found
the factors behind these deviations, as well as Islamic views on LGBT. The factors
for Gen Z children who are LGBT are environmental factors, technological
developments that are not matched by religious education, feelings of
disappointment, having been victims, and feelings of loneliness. The most factor of
influential in triggering the emergence of LGBT was also coming from the
environment and it was recorded that 4 participants expressed the same opinion.
The environment can be about the friendship environment, the world of work, and
social. The friendship environment is very influential for the younger generation in
their lives. A circle of friends that is dominated by the opposite sex can cause
someone to follow the personality of the opposite sex. Meanwhile, the view of Islam
regarding LGBT is that it is unlawful and is a form of adultery.
Keywords: Islamic Perspective, Lgbt, Young Generation

Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta (STAIYO)
Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam 68
ISSN : 1979-5173 (Cetak), 2962-9772 (Elektronik)
Vol. 13, No. 1, 2023
Journal Homepage: https://jurnal.educatia.id/ojs3/index.php/educatia

Abstrak
Seiring perkembangan zaman semakin bermacam juga bentuk penyimpangan yang
ada, salah satunya yaitu LGBT. Banyak anak muda gen Z yang saat ini mulai
menjadi kaum LGBT. Oleh sebab itu penelitian ini ditulis bertujuan untuk
mengedukasi gen Z yang sudah menyimpang maupun yang belum, dengan
menggunakan metode penelitian Kualitatif, kami menemukan faktor yang
melatarbelakangi penyimpangan tersebut, juga pandangan Islam tentang LGBT.
Faktor anak gen Z menganut LGBT adalah sebab faktor Lingkungan, perkembangan
teknologi yang tidak diimbangi dengan Pendidikan agama, rasa kekecewaan, pernah
menjadi korban, dan Rasa sepi. Faktor yang sangat berpengaruh memicu timbulnya
LGBT yakni juga datang dari lingkungan dan tercatat 4 partisipan yang
mengemukakan pendapat sama . Lingkungan bisa seputar lingkungan pertemanan,
dunia kerja, dan sosial. Lingkungan pertemanan sangat mempengaruhi bagi
generasi muda dalam hidupnya. Lingkup pertemanan yang terdiri didominasi oleh
lawan jenis bisa menyebabkan seseorang mengikuti kepribadian lawan jenis
tersebut. Sedangkan pandangan Agama Islam tentang LGBT yaitu haram dan
merupakan bentuk dari zina.
Kata Kunci: Presfektif Islam, Lgbt, Generasi Muda

Pendahuluan
Di akhir zaman seperti saat ini banyak orang yang melakukan

perilaku menyimpang, bahkan bagi mereka yang melakukan perilaku

menyimpang tersebut sudah dianggap wajar dan orang-orang yang

menolak perilaku tersebut akan dianggap sebagai manusia yang tidak

open minded. Salah satu perilaku menyimpang yang dilakukan

kalangan anak muda zaman sekarang adalah LGBT. LGBT memiliki

kepanjangan yaitu Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender, hal

tersebut merupakan bentuk dari penyimpangan seksual.

Istilah LGBT digunakan sekitar tahun 1990-an. Istilah LGBT awalnya

hanya berasal dari LGB saja, namun seiring berjalannya waktu istilah

Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta (STAIYO)
Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam 69
ISSN : 1979-5173 (Cetak), 2962-9772 (Elektronik)
Vol. 13, No. 1, 2023
Journal Homepage: https://jurnal.educatia.id/ojs3/index.php/educatia

baru ditambahkan, seperti penambahan huruf Q (Queer) menjadi

LGBTQ, untuk mengakomodasi masyarakat yang masih

mempertanyakan gagasannya sendiri tentang identitas jenis kelaminnya,

Selain huruf Q, ada yang menambahkan huruf I untuk interseks,

menjadikannya LGBTI, sedangkan India juga memiliki ekspresi LGBTIH

dengan penambahan huruf H untuk Hijro, digunakan untuk orang lain

seperti laki-laki tetapi beridentitas gender Feminis, berperilaku feminis

dan memakai pakaian wanita.

Sebelum istilah LGBT menjadi populer, penyimpangan seksual di

mana seseorang dianggap homoseksual dicap sebagai homoseksual

dalam literatur ilmiah, tetapi homoseksualitas yang dilakukan oleh

sesama jenis perlu dibedakan dari kelompok yang dikenal sebagai

hermafrodit atau yang disebut hermafrodit. disebut perempuan

Hermafrodit atau banci, orang yang berjenis kelamin laki-laki secara

biologis tetapi berperilaku layaknya perempuan atau sebaliknya, banyak

dijumpai di beberapa daerah di Indonesia. Di beberapa tempat Anda bisa

menemukan pria yang menyamar sebagai wanita, yang biasa disebut

waria. Waria sering berkeliaran di malam hari, bahkan beberapa

diantaranya telah memiliki istri dan anak.

David Abrahamsen mengemukakan beberapa jenis homoseksual

yang disebut sebagai lesbian dan menurutnya ada tiga jenis homoseksual

laki-laki, yaitu:

1) Tipe aktif adalah orang yang memenuhi tugasnya sebagai

pribadi.

Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta (STAIYO)
Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam 70
ISSN : 1979-5173 (Cetak), 2962-9772 (Elektronik)
Vol. 13, No. 1, 2023
Journal Homepage: https://jurnal.educatia.id/ojs3/index.php/educatia

2) Tipe pasif adalah orang yang menjadi objek tipe pertama.

3) Tipe campuran, yang kadang aktif dan kadang pasif.

Ketiga tipe tersebut juga terdapat pada lesbian1

a. Lesbian

Lesbi merupakan rasa daya tarik seorang wanita terhadap

wanita lain. Lesbi merupakan hubungan nyata antara perempuan

dan perempuan. Di mana yang satu berperan sebagai pria dan yang

lainnya sebagai wanita. Biasanya wanita yang berperan sebagai pria

adalah wanita tomboy. Secara umum, lesbian berpakaian seperti

laki-laki dan menyamar sebagai laki-laki. Dan wanita memakai

feminisme juga. Lesbian yang memainkan peran laki-laki sering kali

memiliki tindikan di telinga, bibir, atau di lidah. Model rambut yang

sengaja didesain semaskulin mungkin.

Jauh sebelum peradaban lesbian modern ada, ribuan tahun

yang lalu, pulau Lesbos, yang berasal dari pulau Lesbos, dikenal

sebagai "Lesbos" di kalangan homoseksual perempuan. Lesbian

Indonesia kini lebih terbuka, karena pengaruh media sosial seperti

Facebook. Menemukan nama yang diakhiri dengan kata "less" di

Facebook menunjukkan bahwa wanita tersebut adalah seorang

lesbian dan umumnya hanya ingin berteman dengan wanita.

b. Gay

Istilah "gay" sering digunakan untuk menggambarkan

1
Yuliana Surya Galih, ‘Suatu Telaah Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender (Lgbt) Dalam
Perspektif Hukum Positif’, Jurnal Ilmiah Galuh Justisi, 4.1 (2016), 92
<https://doi.org/10.25157/jigj.v4i1.413>.

Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta (STAIYO)
Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam 71
ISSN : 1979-5173 (Cetak), 2962-9772 (Elektronik)
Vol. 13, No. 1, 2023
Journal Homepage: https://jurnal.educatia.id/ojs3/index.php/educatia

seorang pria yang tertarik secara seksual kepada pria lain dan

merujuk pada komunitas yang terbentuk di antara orang-orang yang

memiliki orientasi seksual yang sama. Carroll (2005) menyatakan

bahwa orientasi seksual adalah ketertarikan emosional, fisik, seksual,

dan asmara seseorang terhadap jenis kelamin tertentu.

Dalam masyarakat di mana homoseksualitas dilarang oleh

hukum atau norma lain, homoseksualitas menjadi kejahatan atau

masalah sosial atau pribadi. Namun, masyarakat tidak selalu melihat

homoseksualitas sebagai sesuatu yang negatif. Norton Hunt, seorang

ahli tahun 1979 yang menulis buku Gay What You Should Know

About Homosexuality, mencatat bahwa 2.400 tahun yang lalu di

Athena, Yunani, homoseksualitas adalah praktik umum yang

dilakukan oleh orang-orang dari kalangan terhormat. Bahkan orang

Sparta di Yunani barat daya, yang dikenal karena keberanian dan

keahlian mereka dalam perang, juga merupakan kaum homoseksual.

Di Indonesia, homoseksualitas juga tersebar luas di

masyarakat tertentu, seperti di wilayah Ponorogo, di mana pemuda

tampan menjadi pasangan seksual warok (tuan) (mereka disebut

gemblakan). Begitu pula catatan sejarah kerajaan Gir, yang berasal

dari Jatiswara dan ditugaskan oleh Kanjeng Gusti Adipati Anom

pada tahun 1742, berisi cerita dan tradisi yang menggambarkan

praktik homoseksual antara rakyat jelata dan bangsawan.

Homoseksualitas yang dilakukan laki-laki dengan laki-laki atau oleh

kaum homoseksual sudah ada sejak zaman nabi Luth, yaitu

Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta (STAIYO)
Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam 72
ISSN : 1979-5173 (Cetak), 2962-9772 (Elektronik)
Vol. 13, No. 1, 2023
Journal Homepage: https://jurnal.educatia.id/ojs3/index.php/educatia

hubungan seksual laki-laki dengan laki-laki melalui dubur yang

dilakukan oleh masyarakat kota Sodom. Tindakan homoseksual

inilah yang kemudian disebut sebagai sodomi. Kisah bestialitas yang

dilakukan oleh masyarakat Sodom merupakan tindakan

homoseksual pertama dalam sejarah manusia. Kisah Nabi Luth

dikisahkan dalam Al Quran Surat Al A'raaf juz 8 ayat 80-85.

Komunitas gay terus berkembang dan mendapatkan

pengakuan di masyarakat. Di Amerika, komunitas gay sepertinya

mendapat pengakuan ketika Mahkamah Agung AS melegalkan

pernikahan sesama jenis di lebih dari 50 negara bagian.

Sebagai salah satu media sosial, Facebook telah berperan

penting dalam perkembangan komunitas gay dan lesbian pada

umumnya. Facebook menggunakan pelangi enam warna, simbol

bendera orang-orang LGBT. Pada tahun 1978 bendera Pelangi

diciptakan oleh Gilbert Baker, seorang seniman San Fransisco. Saat

itu, dia menyetujui permintaan seorang pria gay, Harvey Milk, untuk

mendesain bendera untuk mendukung hak-hak gay.

c. Biseksual

Biseksual merupakan orientasi seksual yang

mengekspresikan ketertarikan seseorang kepada orang lain tanpa

memandang jenis kelamin. Seorang biseksual biasanya tidak peduli

apakah seseorang itu heteroseksual, gay, atau transgender.

Biseksualitas dapat digolongkan sebagai perilaku seksual yang

seringkali mengubah orientasi seksual seseorang. Segala usia, ras,

Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta (STAIYO)
Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam 73
ISSN : 1979-5173 (Cetak), 2962-9772 (Elektronik)
Vol. 13, No. 1, 2023
Journal Homepage: https://jurnal.educatia.id/ojs3/index.php/educatia

budaya dan agama tidak menghalangi seseorang untuk menjadi

biseksual. Seksolog Jerman Krafft-Ebing menyebut biseksualitas

psikoseksual hermafroditisme, yaitu. Ellis (Storr, 1999) kemudian

menolak istilah “hermafrodit psikoseksual” dan memperluas makna

“biseksual” menjadi hasrat seksual laki-laki dan perempuan yang

dialami oleh individu. Menurut Freud (1905), biseksualitas

merupakan perpaduan antara maskulinitas dan femininitas,

sedangkan menurut Stekel (1920) dan Klein (1978), biseksualitas

bukanlah gabungan antara maskulinitas dan feminitas, melainkan

heteroseksualitas dan homoseksualitas.

Secara garis besar, biseksualitas adalah orientasi seksual yang

ditandai dengan daya tarik estetika, cinta romantis, dan hasrat

seksual baik pada pria maupun wanita. Menurut Masters (1992),

biseksual merupakan istilah yang digunakan untuk

mendeskripsikan orang yang tertarik secara seksual baik pada pria

maupun wanita. Biseksual juga didefinisikan sebagai seseorang yang

memiliki ketertarikan psikologis, emosional dan seksual kepada pria

dan wanita.

d. Transgender

Transgender merupakan orang yang perilaku atau

penampilannya tidak sesuai dengan peran gender arus utama.

Transgender adalah orang yang, pada berbagai tingkatan,

"melanggar" norma budaya tentang bagaimana seharusnya laki-laki

dan perempuan. Misalnya, seorang wanita secara budaya dituntut

Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta (STAIYO)
Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam 74
ISSN : 1979-5173 (Cetak), 2962-9772 (Elektronik)
Vol. 13, No. 1, 2023
Journal Homepage: https://jurnal.educatia.id/ojs3/index.php/educatia

untuk lebih lembut. Saat pria tipe ini disebut transgender. Orang

yang alat kelamin luarnya merupakan kombinasi antara laki-laki dan

perempuan juga termasuk transgender. Terdapat juga waria yang

memakai pakaian lawan jenis sekali atau secara teratur. Perilaku

waria dapat menyebabkan sebagian orang mengubah jenis

kelaminnya, seperti dari laki-laki menjadi perempuan dan

sebaliknya.

Istilah Transgender (TG) menjadi populer pada tahun 1970-an

(tetapi juga digunakan pada tahun 1960-an) untuk menggambarkan

orang-orang yang ingin menjalani kehidupan interseks tanpa operasi

penggantian kelamin. Istilah ini berkembang menjadi istilah umum

dan menjadi cara yang populer untuk mengelompokkan semua

individu yang identitas gendernya tidak sesuai dengan jenis kelamin

yang diberikan kepada mereka saat lahir. Pada 1990-an, ungkapan

tersebut mengambil dimensi politik sebagai aliansi yang mencakup

semua yang tidak pernah sesuai dengan standar kesetaraan, dan

ungkapan tersebut mulai mempertanyakan legitimasi standar

tersebut atau mencari persamaan hak dan menangani

antidiskriminasi. Hukum, untuk digunakan secara luas di media,

akademisi, dan bidang hukum. Istilah ini terus berkembang. (ibid.)

Waria merasa tidak puas dengan dirinya sendiri karena merasa ada

ketidaksesuaian antara bentuk fisik, gender dan psikologi. Ekspresi

kebingungan gender pada orang dapat dilihat pada perlakuan, gaya

bicara, perilaku, dan bahkan keinginan untuk operasi penggantian

Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta (STAIYO)
Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam 75
ISSN : 1979-5173 (Cetak), 2962-9772 (Elektronik)
Vol. 13, No. 1, 2023
Journal Homepage: https://jurnal.educatia.id/ojs3/index.php/educatia

kelamin.2

Dalam pandangan Islam LGBT adalah bentuk penyimpangan

seks yang sudah ada dan pernah dilakukan oleh kaum Luth di kota

Sodom. Sedangkan di Indonesia saat ini jumlah kaum LGBT mulai

meningkat meskipun tidak diketahui jumlah pastinya, yang jelas di

Indonesia sudah mulai banyak yang dengan terang-terangan

menunjukan bahwa dirinya memiliki penyimpangan pada seksual,

yaitu LGBT.3

Mulai tersebarnya LGBT di Indonesia membuat Sebagian

besar masyarakat negara ini khususnya para orangtua yang khawatir

akan pergaulan anak-anak mereka. Para orangtua khawatir anaknya

masuk didalam lingkup perilaku menyimpang tersebut. Sebab

masalah LGBT adalah masalah yang tidak bisa di normalisasikan

untuk sebagian besar masyarakat dan orangtua di Indonesia yang

begitu menjunjung tinggi dan menghormati nilai-nilai budaya serta

adat istiadatnya.4

Menarik data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada

tahun 2012, terdapat sekitar 1.095.970 pria yang memiliki perilaku

menyimpang. Jumlah tersebut terus naik menjadi 37% sejak tahun

2009. Sedangkan pada tahun 2016 diperkirakan jumlah pengikut

homoseksual terus mengalami peningkatan, di perkirakan 7,5 juta

2
Galih.
3
Tri Ermayani, ‘Lgbt Dalam Perspektif Islam’, Humanika, 17.2 (2017), 147–68
<https://doi.org/10.21831/hum.v17i1.18569>.
4
Zusy Aryanti, M. A. "FAKTOR RESIKO TERJADINYA LGBT PADA ANAK DAN
REMAJA" Jurnal :‫ ﻣﺴﻘﻂ‬،‫ ﺳﻠﻄﻨﺔ ﻋﻤﺎن‬،‫ ﻣﻌﮭﺪ اﻹدارة اﻟﻌﺎﻣﺔ‬،‫ﺟﻠﺔ اﻹداري‬. Vol. 147, March (2016), 11–40.

Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta (STAIYO)
Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam 76
ISSN : 1979-5173 (Cetak), 2962-9772 (Elektronik)
Vol. 13, No. 1, 2023
Journal Homepage: https://jurnal.educatia.id/ojs3/index.php/educatia

orang atau 3% berasal dari penduduk Indonesia memiliki atau

berperilaku menyimpang, yaitu LGBT.5

Jika dilihat dari survei CIA, kuantitas orang yang menganut

LGBT di negara Indonesia menduduki posisi ke- 5 terbesar sedunia,

setelah negara Cina, India, Eropa, dan Amerika. Hal tersebut menjadi

sebuah hal yang sangat mengejutkan, secara Indonesia merupakan

negara yang sangat menghormati agama, norma, dan adat

istiadatnya, bahkan tidak menutup kemungkinan bahwa akan ada

peningkatan pengikut LGBT dan akan terus bertambah, jika ditinjau

dari beraneka ragamnya bentuk ajakan atau kampanye yang terus

menerus dijalankan dari kaum LGBT, atas alasan kebebasan dan hak

asasi manusia (HAM).6

Penyimpangan seksual berdampak pada pelakunya sendiri,

pasangannya, dan orang lain. Jika sebelumnya penduduk Sodom

dihancurkan oleh perbuatannya dengan kehancuran yang

mengerikan, sekarang kita bisa melihat efek negatif dari perilaku

homoseksual, yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus yang

menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, virus itu. dikenal

sebagai HIV dan penyakit yang disebabkannya yaitu AIDS.

HIV dan AIDS merupakan penyakit baru yang ditemukan di

kota-kota besar Amerika Serikat pada tahun 1980-an. Human

Immunodeficiency Virus merupakan kepanjangan dari HIV

5
Mamluatun Nafisah, ‘Respon Al-Qurâ€TMan Terhadap Legalitas Kaum LGBT’, Jurnal
Online Studi Al-Qur’an, 15.1 (2019), 77–94 <https://doi.org/10.21009/jsq.015.1.04>.
6
Nafisah.

Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta (STAIYO)
Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam 77
ISSN : 1979-5173 (Cetak), 2962-9772 (Elektronik)
Vol. 13, No. 1, 2023
Journal Homepage: https://jurnal.educatia.id/ojs3/index.php/educatia

sedangkan Acquired Immune Deficiency Syndrome kepanjangan

dari AIDS. Jadi HIV adalah virus penyebab AIDS. Penyakit ini adalah

penyakit menular seksual yang awalnya terjadi pada kelompok

homoseksual. Dr. Robert Gallo menjumpai penyakit yang ia berikan

nama Gay-Associated Immune Deficiency Syndrome Pada tahun

1985, yang merupakan gejala penyakit yang disebabkan oleh

lemahnya kekebalan kelompok homoseksual. Gejala yang mencolok

dari penyakit ini adalah tumor, kulit berwarna ungu yang juga

dikenal sebagai sarkoma Kaposi yang merupakan wabah

homoseksual, wabah mematikan yang menimpa kaum homoseksual.

Selain itu, ada gejala lain yang disebut homopneumonia, yakni

peradangan pada paru-paru yang disebabkan oleh parasit yang

berkembang biak dan mematikan.

Penyebaran penyakit ini berkembang sangat cepat sehingga

hingga saat ini belum ada ahli yang dapat mengetahui obat apa yang

dapat digunakan untuk mengobati penyakit ini. Dadang Hawari

menulis bahwa HIV/AIDS berdampak secara global. Dikatakannya,

penyakit ini pertama kali menyerang pria yang memiliki gaya hidup

homoseksual. AIDS kemudian menyebar melalui homoseksual

bifungsional (biseksual) dan menginfeksi pelacur. Dari sini ia

menginfeksi kembali klien pria biasa dan kemudian menginfeksi

kembali pria dan wanita yang telah melakukan perzinahan (seks

bebas, hubungan dan kencan). , itu menular dari sini. ibu rumah

tangga dan bayi di dalamnya.Dengan tingkat penularan 1 menit, 5

Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta (STAIYO)
Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam 78
ISSN : 1979-5173 (Cetak), 2962-9772 (Elektronik)
Vol. 13, No. 1, 2023
Journal Homepage: https://jurnal.educatia.id/ojs3/index.php/educatia

orang terinfeksi, akhirnya penyakit HIV/AIDS semakin cepat

menyebar dari pantai barat ke pantai timur Amerika dan akhirnya

ke seluruh dunia hingga mencapai Indonesia pada tahun 1987.

Penyakit ini bersifat global, Dampaknya menyebabkan kematian

yang tragis.

Penyakit yang awalnya ditularkan oleh kaum homoseksual di

Amerika Serikat ini akhirnya menginfeksi tidak hanya laki-laki gay

tetapi juga ibu-ibu, laki-laki biseksual atau laki-laki heteroseksual

dan bahkan janin dan bayi yang lahir dari ibu yang lahir dengan

virus tersebut. Penyakit ini juga dapat tertular oleh siapa saja melalui

pertukaran cairan (sperma atau transfusi darah). 7

Berdasarkan penjelasan di atas maka penelitian ini ditulis

guna mengetahui apa yang menjadi alasan atau faktor utama orang-

orang berperilaku menyimpang khususnya anak muda zaman

sekarang, dan bagaimana pandangan Islam tentang LGBT.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu

proses mengumpulkan data penelitian yang memiliki sifat kualitatif,

contohnya yaitu dengan wawancara, observasi, dan masih banyak lagi.

Disini kami akan meneliti faktor atau latar belakang LGBT, sikap

partisipan terhadap LGBT, dan juga membahas pandangan Islam tentang

LGBT. Penelitian ini kami tujuka untuk mahasiswa/ generasi muda saat

7
Huzaemah Tahido Yanggo, ‘Penyimpangan Seksual (LGBT) Dalam Pandangan Hukum Islam’,
MISYKAT: Jurnal Ilmu-Ilmu Al-Quran, Hadist, Syari’ah Dan Tarbiyah, 3.2 (2019), 1
<https://doi.org/10.33511/misykat.v3i2.59>.

Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta (STAIYO)
Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam 79
ISSN : 1979-5173 (Cetak), 2962-9772 (Elektronik)
Vol. 13, No. 1, 2023
Journal Homepage: https://jurnal.educatia.id/ojs3/index.php/educatia

ini. Untuk mengumpulkan data kami menggunakan Teknik groyded

theory dengan mengisi link yang sudah kami sediakan, disana kami

berikan pertanyaan terkait pandangan orang-orang kepada kaum LGBT,

dan apa faktor yang melatarbelakangi LGBT tanpa mengetahui nama

atau identitas responden. Dengan begitu kami menggunakan Teknik

analisis data narrative analysis yaitu dengan menganalisis cerita atau

narasi yang ada didalam data kualitatif. Dalam Teknik analisis data ini

data kualitatif dikumpulkan lewat wawancara atau dengan narasi, lalu

dianalisis guna memahami struktur naratif dan makna yang terkait.

Hasil dan Pembahasan


Hasil penelitian yang telah dilakukan melalui metode pengumpulan

data secara survei kepada beberapa mahasiswa mengenai LGBT, maka

diperoleh data mengenai faktor latar belakang yang memicu LGBT, sikap

tehadap fenomena sosial LGBT, dan pandangan Islam terhadap LGBT

sebagai berikut.

A. Faktor Latar Belakang yang Memicu LGBT

Beberapa mahasiswa telah berpartisipasi dengan mengisi survei

melalui ng.link ( https://ng.link/aprl_trpspta2 ). Mahasiswa menjawab

mengenai faktor yang menjadi latar belakang adanya LGBT kami sajikan

dalam tabel serta beberapa foto hasil survei seperti berikut:

Tebel 1. Data Faktor Latar Belakang LGBT

No. Faktor Latar Belakang LGBT

Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta (STAIYO)
Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam 80
ISSN : 1979-5173 (Cetak), 2962-9772 (Elektronik)
Vol. 13, No. 1, 2023
Journal Homepage: https://jurnal.educatia.id/ojs3/index.php/educatia

Faktor Jumlah Pendapat

1 Rasa sepi 1

2 Trauma masa lalu 2

3 Lingkungan 4

4 Akses film dewasa 2

5 Masalah pribadi 2

6 Teknologi 3

7 Pernah menjadi korban 1

8 Kurangnya penanaman nilai moral dan 1

agama

Gambar 1. Pendapat partisipan

Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta (STAIYO)
Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam 81
ISSN : 1979-5173 (Cetak), 2962-9772 (Elektronik)
Vol. 13, No. 1, 2023
Journal Homepage: https://jurnal.educatia.id/ojs3/index.php/educatia

Dari hasil data menurut tabel 1 dan gambar 1 bisa dilihat bahwa

pemicu timbulnya penyimpangan sosial LGBT bisa dikarenakan karena

merasa sepi. Seseorang yang merasa kesepian cenderung untuk mencari

hal-hal baru untuk mencari kesenangannya sendiri. Sehingga dalam hal

tersebut seseorang bisa mulai penasaran dengan adanya LGBT yang

sekarang sudah marak terjadi zaman sekarang. Selain itu, seseorang yang

sudah merasakan suatu kekecewaan dengan hal paling berharga dalam

hidupnya bisa terjerumus ke dalam penyimpangan LGBT. Kekecewaan

tersebut bisa seperti kondisi keluarganya yang tidak harmonis, sehingga ia

merasa kecewa dengan orang tuanya dan timbul niatan untuk tidak

berhubungan dengan lawan jenis. Kekecewaan juga bisa berbentuk dengan

masa lalu yang buruk sehingga menimbulkan rasa trauma, seperti dihianati

oleh pasangan. Oleh karena itu bisa menemukan jalan dengan mencari

sejenis yang diharapkan bisa dengan mudah memahami posisinya.

Faktor yang sangat berpengaruh memicu timbulnya LGBT yakni

juga datang dari lingkungan dan tercatat 4 partisipan yang mengemukakan

Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta (STAIYO)
Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam 82
ISSN : 1979-5173 (Cetak), 2962-9772 (Elektronik)
Vol. 13, No. 1, 2023
Journal Homepage: https://jurnal.educatia.id/ojs3/index.php/educatia

pendapat sama . Lingkungan bisa seputar lingkungan pertemanan, dunia

kerja, dan sosial. Lingkungan pertemanan sangat mempengaruhi bagi

generasi muda dalam hidupnya. Lingkup pertemanan yang terdiri

didominasi oleh lawan jenis bisa menyebabkan seseorang mengikuti

kepribadian lawan jenis tersebut. Pada akhirnya bisa memungkinkan

seseorang akan lebih tertarik dengan yang sejenis. Misalkan dalam suatu

pertemanan si A adalah seorang laki-laki, kemudian teman-temannya yang

lain didominasi oleh perempuan. Maka tidak menutup kemungkinan si A

akan mengikuti kepribadian dan gaya hidup teman perempuan lainnya.

Sehingga nantinya bisa saja menimbulkan si A tidak tertarik kepada

perempuan dan lebih tertarik kepada laki-laki karena dirinya sudah masuk

ke dalam kepribadian perempuan dan terbiasa. Selain itu juga bisa

ditimbulkan hanya karena cemooh dan gurauan di sebuah pertemanan

yang menjadikan seseorang benar-benar ingin melakukannya. Begitu juga

dalam dunia kerja, terkadang kerja sama bisa menimbulkan keluar konteks

dari bekerja. Misal partner bekerja adalah sesama jenis, dalam suatu waktu

bisa terjadi adanya saling curhat atau bertukar cerita mengenai pekerjaan.

Namun, lama kelamaan akan timbul rasa nyaman sehingga muncul rasa

saling suka. Selain itu, jika salah satu rekan kerja sudah memiliki

kepribadian yang menyimpang, maka bisa menarik rekan yang lainnya

untuk mengikutinya. Dalam lingkungan sosial atau kemasyarakatannya

juga bisa memicu seseorang menjadi kaum LGBT. Jika sebuah kondisi

masyarakat mengedepankan gender, maka bisa menimbulkan rasa iri

dalam diri seseorang. Misalkan, perlakuan lebih mengenakkan dalam

Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta (STAIYO)
Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam 83
ISSN : 1979-5173 (Cetak), 2962-9772 (Elektronik)
Vol. 13, No. 1, 2023
Journal Homepage: https://jurnal.educatia.id/ojs3/index.php/educatia

sebuah masyarakat ditujukan kepada seorang perempuan, sehingga

seorang laki-laki ingin berpenampilan seperti perempuan. Selain itu,

didikan dari sebuah keluarga. Masih ada keluarga yang menuntut seorang

anak melakukan apa yang diinginkan orang tua. Misalkan, orang tuanya

menginginkan seorang anak perempuan, tapi pada dasarnya anaknya

adalah seorang laki-laki. Maka orang tua akan memperlakukan anak laki-

lakinya sebagaimana memperlakukan anak perempuan.

Gambar 2. Pendapat Partisipan

Pendapat lain dari partisipan mengenai latar belakang munculnya

LGBT yang lainnya adalah seperti bebasnya akses film dewasa atau porno.

Banyak sekali platform yang bisa diakses oleh siapa saja bagi pengguna

gadget dan tidak memandang umur. Selain itu juga karena zaman sekarang

banyak film atau drama dari negara lain yang sudah menjamur di

Indonesia sendiri. Banyak film yang diperankan dan mengisahkan

percintaan oleh sesama jenis. Jika seseorang sering menonton film tersebut,

Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta (STAIYO)
Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam 84
ISSN : 1979-5173 (Cetak), 2962-9772 (Elektronik)
Vol. 13, No. 1, 2023
Journal Homepage: https://jurnal.educatia.id/ojs3/index.php/educatia

secara tidak lagsung ada celah mereka menyetujui LGBT dan tidak

menutup kemungkinan akan berpengaruh ke dalam kepribadiannya.

Faktor lainnya juga disebabkan karena adanya masalah pribadi yang

dipendam sendiri. Ketika seseorang memendam masalah pribadi, tidak

menutup kemungkinan seseorang itu akan mencari perhatian. Sehingga

dengan berperilaku menyimpang nnatinya akan menjadi perhatian

masyarakat dan orang-orang terdekat. Seseorang yang menyita perhatian

tersebut akan merasa diakui dalam masyarakat.

Terdapat 3 partisipan atau responden yang menyebutkan kemajuan

teknologi juga memicu munculnya kaum LGBT. Era modern sudah banyak

sekali media sosial yang dapat diakses oleh siapa saja dan di mana saja.

Dengan menggunakan gadget dan internet, semua orang bisa mencari atau

mendapat informasi secara cepat. Adanya kemajuan teknologi memberi

kebebasan seseorang untuk mengkampanyekan LGBT seperti dengan

memosting konten atau hal-hal yang mendukung LGBT. Selain itu,

beberapa orang yang sudah terjerumus ke dalam LGBT sudah tidak ada

privasi dan menyebarkan status mereka ke media sosial sehingga mampu

dijangkau oleh banyak orang. Kemudian faktor selanjutnya yakni

seseorang pernah menjadi korban. Ketika seseorang tersebut disukai oleh

yang sesama jenisnya, tidak menutup kemungkinan akan berperilaku sama

dan mencari korban lainnya.

Gambar 3. Pendapat partisipan

Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta (STAIYO)
Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam 85
ISSN : 1979-5173 (Cetak), 2962-9772 (Elektronik)
Vol. 13, No. 1, 2023
Journal Homepage: https://jurnal.educatia.id/ojs3/index.php/educatia

Faktor terakhir yang menjadi latar belakang munculnya LGBT

adalah kurangnya penanaman nilai moral dan agama. Faktor ini menjadi

faktor utama dibandingkan faktor-faktor lainnya. LGBT di dalam

masyarakat diniali sebagai perilaku menyimpang. Dalam sisi agama, LGBT

sudah jelas dilarang dan ditolak. Jika penanaman nilai moral seseorang

kurang atau bahkan sama sekali tidak diajarkan, maka seseorang tidak akan

bisa memahami batasan-batasan dalam berperilaku dan bersikap. Sehingga

memudahkan seseorang terjerumus ke perilaku yang menyimpang. Begitu

juga dari sisi agama, jika di dalam hati atau dalam diri seseorang tidak

tertanam iman yang kuat maka dengan mudahnya akan terbelenggu

bisikan setan dan menjadikan seseorang berbuat sesuatu yang jelas-jelas

dilarang dalam agama. Sehingga penanaman nilai moral dan agama sudah

harus diajarkan sejak saat kecil di diri seseorang. Selain itu, juga harus

selalu mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa agar selalu terjaga.

B. Sikap Terhadap Perilaku Menyimpang LGBT

Hasil dari pengisian ng.link yang sudah dibagikan para responden

atau partisipan menolak dan menentang adanya LGBT. Mereka

Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta (STAIYO)
Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam 86
ISSN : 1979-5173 (Cetak), 2962-9772 (Elektronik)
Vol. 13, No. 1, 2023
Journal Homepage: https://jurnal.educatia.id/ojs3/index.php/educatia

beranggapan bahwa LGBT perbuatan yang menyimpang dari sisi agama,

sosial, dan budaya. Namun, beberapa responden juga berpendapat sikap

dan perilaku yang harus dilakukan jika ada seseorang yang sudah masuk

ke dalam LGBT.

Gambar 4. Pendapat partisipan

Melihat dari pendapat partisipan diatas bahwasannya sikap kita

ketika bertemu dengan kaum LGBT yaitu pertama jangan dijauhi atau

dikucilkan maksudnya adalah kita jangan terlalu memperlihatkan bahwa

kita sedang menjaga jarak kepada mereka, tetap temani dan rangkul

mereka ke jalan yang lebih baik.

Gambar 5. Pendapat partisipan

Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta (STAIYO)
Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam 87
ISSN : 1979-5173 (Cetak), 2962-9772 (Elektronik)
Vol. 13, No. 1, 2023
Journal Homepage: https://jurnal.educatia.id/ojs3/index.php/educatia

Sikap yang kedua yaitu jangan terlalu berkeinginan untuk merubah

mereka, karena seperti yang sudah disampaikan diatas, mau sebesar apa

tekat kita untuk merubah orang tersebut tetapi jika mereka tidak memiliki

keinginan untuk berubah menjadi yang lebih baik maka percuma saja,

mereka akan tetap menyimpang dan tidak berubah. Membantu sebisa kita

saja dan jangan terlalu menghakimi.

Gambar 6. Pendapat partisipan

Sikap yang ketiga yaitu mencoba untuk ngobrol dan bertukar

pikiran, tanya dan kenali penyebab mereka bisa masuk dalam lingkup

LGBT, jika sekiranya mereka terbuka dan bisa menerima saran maka

Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta (STAIYO)
Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam 88
ISSN : 1979-5173 (Cetak), 2962-9772 (Elektronik)
Vol. 13, No. 1, 2023
Journal Homepage: https://jurnal.educatia.id/ojs3/index.php/educatia

mulalilah dengan memberi saran secara halus tanpa menyinggung

perasaan mereka.

Gambar 7. Pendapat Partisipan

Sikap yang selanjutnya yaitu jika memang mereka sudah tidak bisa

diberi saran secara halus, dan sudah tidak bisa menerima solusi menuju

jalan yang lebih benar maka berhenti dan do’akan saja mereka supaya bisa

berubah menjadi lebih baik dan menemukan jalannya.

Manusia sejak lahir sudah mempunyai hak yang akan memberikan

kebebasan dalam menjalani hidup. Namun, juga ada kewajiban untuk

memberikan batasan dalam diri seseorang. Jadi antara hak dan kewajiban

harus seimbang. Di dalam UUD 1945 pasal 28I ayat (2) yang berbunyi

“Setiap orang berhak bebas atas perlakuan yang bersifat diskriminatif atas

dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan

yang bersifat diskriminatif itu.” . Sehingga dari respon pasrtisipan ada yang

menuliskan jika seseorang yang masuk ke dalam golongan LGBT kita

cukup membenci dan menentang perilakunya namun jangan membenci

pelakunya. Tidak sepantasnya kita menjauhi atau mengucilkan. Sebagai

Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta (STAIYO)
Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam 89
ISSN : 1979-5173 (Cetak), 2962-9772 (Elektronik)
Vol. 13, No. 1, 2023
Journal Homepage: https://jurnal.educatia.id/ojs3/index.php/educatia

manusia sosial, seseorang yang tergolong LGBT masih punya kehidupan

layaknya manusia normal, meski dengan tegas itu melanggar norma,

agama, dan hukum.

Seseorang yang sudah berperilaku menyimpang tersebut pada

dasarnya butuh pendampingan. Dari jawaban pasrtisipan, ada yang

menuliskan bahwa kita bisa membantu merubah tapi jangan menghakimi.

Kita bisa menggunakan pendekatan yang tidak membuat mereka merasa

dihakimi. Selain itu, sikap yang bisa ditunjukkan adalah dengan menjadi

teman cerita seseorang yang sudah masuk ke dalam LGBT. Nantinya bisa

diketahui apa penyebabnya yang membuat seseorang tersebut memilih

untuk berperilaku LGBT, sehingga kita sebagai sesama manusia bisa

menasehati dan memberi masukan. Jika dengan cara tersebut tidak berhasil

dan tidak bisa diterima, satu-satunya cara adalah dengan kita

mendoakannya. Selain itu, sikap yang harus kita tunjukkan adalah dengan

tidak ikut mengkampanyekan LGBT seperti memposting sesuatu yang

berhubungan dengan LGBT.

C. Pandangan Islam Terhadap LGBT


Islam merupakan agama yang terorganisir dan sistematis. Ia

mengatur cara hidup manusia menurut kaidah yang terbaik, baik itu

hubungan manusia dengan Allah Ta'ala maupun hubungan manusia

dengan manusia lainnya. Kepraktisan syariat Islam sebagaimana dimaknai

oleh Allah Ta'ala jelas untuk kemaslahatan ummat menyerukan kebaikan

dan menolak segala bentuk kemungkaran. Allah Yang Maha Suci, sebagai

Pencipta, menetapkan aturan hidup yang selaras dengan fitrah manusia

Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta (STAIYO)
Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam 90
ISSN : 1979-5173 (Cetak), 2962-9772 (Elektronik)
Vol. 13, No. 1, 2023
Journal Homepage: https://jurnal.educatia.id/ojs3/index.php/educatia

dan fitrah jiwanya. Namun belakangan ini, ada kecenderungan seksual

yang terlihat semakin agresif dan jelas-jelas bertentangan dengan aturan-

aturan kodrat yang ditetapkan Islam. Kecenderungan ini dapat

diterjemahkan dengan ungkapan sederhana "LGBT".8

Menurut pandangan agama Islam hasrat seksual merupakan fitrah

setiap manusia, energi natural yang merupakan sejenis kodrat manusia.

Maka dari itu dalam keadaan ini hukum Islam menata saluran hasrat

seksual biologis manusia melalui sebuah pernikahan. Hukum Islam sudah

sangat jelas tidak menerima atau mentoleransi penyimpangan seksual

semacam homoseksual. Homoseksual merupakan sebuah perbuatan

menyimpang yang keji dan sangat diharamkan didalam hukum Islam

seperti mana diterangkan dalam Al-Qur’an dan juga Hadits. Dalil-dalil

hukum Islam setuju untuk melarang perbuatan homoseksual, kendatipun

terdapat sejumlah opini atas sanksi hukuman untuk para pelaku

homoseksual. Sejumlah dalil mengungkapkan bahwasannya para pelaku

hendaklah dihukum, seperti semacam peradilan untuk para pelaku yang

sudah dewasa atau cukup umur, lebih-lebih dalil tersebut menyatakan

bahwasannya para pelaku homoseksual harus dihukum dengan cara

dimasukkan dalam penjara.9

Didalam prespektif agama Islam, pada dasarnya Allah menciptakan

manusia ini dalam dua jenis saja, yaitu laki-laki dan perempuan Allah Swt

berfirman :

8
Biseksual Dan and Transgender Lgbt, ‘METODOLOGI_DAKWAH_at_JPI_9_2’, 2016, 103–19.
9
Ermayani.

Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta (STAIYO)
Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam 91
ISSN : 1979-5173 (Cetak), 2962-9772 (Elektronik)
Vol. 13, No. 1, 2023
Journal Homepage: https://jurnal.educatia.id/ojs3/index.php/educatia

‫َوا َﻧﱠٗﮫ َﺧﻠََﻖ اﻟﱠﺰ ۡوَﺟۡﯿِﻦ اﻟﺬﱠَﻛَﺮ َواۡﻻُۡﻧٰﺜۙﻰ‬

Artinya : “dan sesungguhnya Dialah yang men-ciptakan pasangan laki-


laki dan perempuan,” (Q.S An-Najm, Ayat 45)

ُ ‫س ِاﻧﱠﺎ َﺧﻠَۡﻘٰﻨُﻜۡﻢ ِّﻣۡﻦ ذََﻛٍﺮ ﱠوا ُۡﻧٰﺜﻰ َوَﺟﻌَۡﻠٰﻨُﻜۡﻢ‬


‫ﯨَﻞ ِﻟﺘ َﻌَﺎَرﻓُ ۡﻮا‬Qٓ ‫ﺷﻌُ ۡﻮﺑًﺎ ﱠوﻗَﺒَﺎ‬ ُ ‫ٰۤيا َﯾﱡَﮭﺎ اﻟﻨﱠﺎ‬
‫[ِ ا َ ۡﺗٰﻘﯨُﻜۡﻢ ؕ◌ ِاﱠن ﱣ‬
◌ؕ ‫[َ َﻋِﻠۡﯿٌﻢ َﺧِﺒۡﯿٌﺮ‬ ‫ِاﱠن ا َۡﻛَﺮَﻣُﻜۡﻢ ِﻋۡﻨﺪَ ﱣ‬
Artinya : “ Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-

bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling

mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh,

Allah Maha Mengetahui, Mahateliti. “ (Q.S Al-Hujurat, Ayat 13)

Dari kedua ayat tersebut menerangkan bahwasannya manusia yang

ada di dunia ini hanya tercipta atas dua jenis kelamin saja, yaitu manusia

berjenis kelamin laki-laki dan juga manusia berjenis kelamin perempuan,

serta tidak ada jenis lainnya. Namun pada kenyataannya, kita biasa

menemukan seseorang tidak mempunyai status yang jelas, bukan laki-laki

dan juga bukan perempuan.10

LGBT juga meliputi waria dan juga transgender, sedangkan

Transgender tidak lepas dari operasi ganti kelamin karena waria

berorientasi pada pengubahan atau pengubahan jenis kelamin pada alat

10
Ermayani.

Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta (STAIYO)
Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam 92
ISSN : 1979-5173 (Cetak), 2962-9772 (Elektronik)
Vol. 13, No. 1, 2023
Journal Homepage: https://jurnal.educatia.id/ojs3/index.php/educatia

kelaminnya. Oleh karena itu, seseorang harus memahami proses

pergantian kelamin yang sering dilakukan dalam dunia kedokteran.

Pertama-tama, masalahnya adalah alat kelamin orang yang lahir dalam

kondisi normal dan sempurna, yaitu. penis (dzakar) pada laki-laki dan

vagina (farj) pada perempuan, dengan rahim dan ovarium, tidak

diperbolehkan atau dilarang dalam hukum Islam untuk melaksanaan

operasi ganti kelamin. Kedua, mutilasi alat kelamin perempuan, yang

menurut para ulama adalah tashîh atau takmîl (koreksi atau penyembuhan)

dan bukan pergantian kelamin, diperbolehkan menurut hukum Islam.

Ketiga, jika seseorang memiliki alat kelamin ganda, yaitu penis dan juga

vagina, maka salah satu alat kelaminnya dapat “dinonaktifkan” dan

dilakukan pembedahan untuk mengetahui apakah alat kelamin tersebut

bekerja secara optimal dan definitif.11

Apapun alasannya seseorang yang mengubah ciptaan Allah, maka

dilarang sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT :

‫ﺿﻠﱠـﻨﱠُﮭۡﻢ َوَﻻَُﻣ ِﻨّﯿَﻨﱠُﮭۡﻢ َو َ ٰﻻُﻣَﺮﻧﱠُﮭۡﻢ ﻓَﻠَﯿُﺒَـ ِﺘ ُّﻜﱠﻦ ٰاذَاَن اۡﻻَۡﻧﻌَﺎِم َو َ ٰﻻُﻣَﺮﻧﱠُﮭۡﻢ‬


ِ ُ‫ﱠوَﻻ‬
‫[ِ ﻓَﻘَۡﺪ َﺧِﺴَﺮ ُﺧۡﺴَﺮاﻧًﺎ‬ ‫ﺎ ِّﻣۡﻦ دُ ۡوِن ﱣ‬g‫ﺸۡﯿٰﻄَﻦ َوِﻟﯿ‬ ‫[ِ َوَﻣۡﻦ ﯾﱠﺘ ﱠِﺨِﺬ اﻟ ﱠ‬ ؕ‫ﻓَﻠَﯿُﻐَ ِﯿُّﺮﱠن َﺧۡﻠَﻖ ﱣ‬
‫ﱡﻣِﺒۡﯿﻨًﺎ‬
Artinya : “ dan pasti kusesatkan mereka, dan akan kubangkitkan angan-

angan kosong pada mereka dan akan kusuruh mereka memotong telinga-telinga

binatang ternak, (lalu mereka benar-benar memotongnya), dan akan aku suruh

mereka mengubah ciptaan Allah, (lalu mereka benar-benar mengubahnya)."

Barangsiapa menjadikan setan sebagai pelindung selain Allah, maka sungguh, dia

11
Ermayani.

Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta (STAIYO)
Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam 93
ISSN : 1979-5173 (Cetak), 2962-9772 (Elektronik)
Vol. 13, No. 1, 2023
Journal Homepage: https://jurnal.educatia.id/ojs3/index.php/educatia

menderita kerugian yang nyata. “ (Q.S An-Nisa, Ayat 119)

Homoseksualitas adalah hasil dari kelainan dalam perkembangan

kepribadian. Istilah medis menggambarkan homoseksualitas ini sebagai

pederasty, yaitu hubungan seksual melalui anus. Dalam Islam disebut

liwath/'amal qaumi Luthin. Tindakan ini pertama kali dilakukan oleh kaum

Nabi Luth yang hidup di zaman Nabi Ibrahim. Menurut riwayat Ibnu Abi

Dunya dari Thawus yang mengatakan bahwa kaum Luth pertama-tama

mengunjungi para wanita di anus mereka dan kemudian mendatangi

pasangan laki-laki mereka.12

Sejarah kaum Luth yang terdapat dalam Al-Qur'an bisa digunakan

sebagai dasar untuk melarang perbuatan homoseksual, sebab perbuatan

tersebut merupakan perbuatan seksual yang tidak normal dan

penyimpangan seksual yang sangat menjijikkan, oleh karena itu Islam

mengutuknya dengan sekeras-kerasnya. Dan merupakan salah satu Dosa

terbesar yang haram karena merupakan perbuatan keji dan melewati batas.

Nabi Muhammad SAW bersabda: "Semoga Allah melaknat orang-orang

yang melakukan perbuatan kaum Luth." Beliau mengulangi pernyataan ini

tiga kali.13

Kasus waria yang bisa untuk dihukum rajam menurut hukum Islam

antara lain waria yang lebih mirip perempuan, dan mengakui dirinya

sebagai perempuan, dan kemudian berhubungan seks dengan laki-laki,

menyebabkan dia diklasifikasikan sebagai homoseksual terlepas dari

perannya. adalah transgender karena tujuannya adalah kontak seksual

12
Ermayani.
13
Ermayani.

Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta (STAIYO)
Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam 94
ISSN : 1979-5173 (Cetak), 2962-9772 (Elektronik)
Vol. 13, No. 1, 2023
Journal Homepage: https://jurnal.educatia.id/ojs3/index.php/educatia

sesama jenis.

Hukum Islam berfokus pada rajam terhadap penjahat LGBT.

Namun, penegakan hukum rajam merupakan hak prerogatif emir atau

pemerintah yang sah, dalam hal ini pemerintah Indonesia yang dipimpin

oleh presiden. Sementara itu, kelompok etnis atau ormas tertentu tidak bisa

melakukan rajam terhadap penjahat LGBT.

Di bawah hukum Islam, pelaku dilempari batu sampai mati oleh

kelompok LGBT sebagai tindakan pencegahan. Dengan demikian perilaku

abnormal dapat dihentikan dan tidak terulang lagi di masa mendatang.

Akibat hukum rajam dapat mempengaruhi keadaan mental atau psikologis

korban, yang berdampak positif dalam mencegah terjadinya kembali

perbuatan tersebut di kemudian hari.

Hukum positif Indonesia melalui peraturan perundang-undangan

tidak mewajibkan rajam terhadap koruptor LGBT. Menurut ketentuan

KUHP Pasal 292, hukuman bagi pelanggar homoseksual adalah 5 tahun

penjara. Jika korbannya adalah anak-anak, maka diatur dalam Pasal 82 ayat

(1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014. Tetapi, pasal ini hanya berlaku

untuk orang dewasa, sementara orang yang keduanya cukup umur tidak

akan dijatuhi hukuman penjara kecuali ada tindakan paksaan.

Dalam hukum Islam, terdapat perbedaan pendapat di kalangan

ulama mengenai hukuman pelaku homoseksual, antara lain:

Hukuman mati, Zina dan Ta'zir. Hukum Syariah Islam

mensyaratkan bahwa bukti sebelum menghukum pelaku homoseksual

harus:

Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta (STAIYO)
Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam 95
ISSN : 1979-5173 (Cetak), 2962-9772 (Elektronik)
Vol. 13, No. 1, 2023
Journal Homepage: https://jurnal.educatia.id/ojs3/index.php/educatia

Keterangan penulis, keterangan saksi dan keterangan ahli. Dari sini

dapat disimpulkan bahwa pemidanaan dapat dijatuhkan jika keterangan

atau pengakuan pelaku, keterangan saksi pada saat kejahatan dan

keterangan ahli harus dipenuhi.

Dalam pandangan Imam Syafi’I, Beliau menginginkan pelaku

sodomi, baik laki-laki maupun perempuan, dirajam sampai mati karena

menganggap sodomi atau liwath sebagai perbuatan yang sangat tercela dan

dianggap sebagai jarimah (kejahatan).

Dalam pandangan Syafi'i, apapun pelakunya, baik yang dilakukan

oleh orang yang belum menikah maupun yang telah menikah, hal ini

disebut fahisya dan dianggap haram. Juga tidak mengurangi nilai

kejahatan, meskipun dilakukan secara sukarela atau terpaksa. Sekalipun

tidak ada yang merasa sakit hati, sodomi dipandang sebagai pelanggaran

seksualitas yang sangat tercela tanpa prioritas.

Mengenai hukuman rajam terhadap pelaku sodomi, Imam Syafi'i

menyamakannya dengan zina dalam perbuatan, hukuman dan kelainan,

sebab orang-orang yang menyimpang. karena orang yang melakukan

sodomi itu sakit, berakhlak buruk dan bejat.

Oleh Karena itu Imam Syafi'i mengeluarkan pernyataan tentang

hukuman bagi pelaku sodomi, yaitu rajam. Karena Imam Syafi'i pada saat

itu hidup di antara dua pemikir Imam Malik dan Imam Hanaf yang

keduanya mengemukakan pandangannya masing-masing tentang sodomi,

ada yang merasa pelakunya harus Ta'zir dan ada juga yang menyatakan

Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta (STAIYO)
Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam 96
ISSN : 1979-5173 (Cetak), 2962-9772 (Elektronik)
Vol. 13, No. 1, 2023
Journal Homepage: https://jurnal.educatia.id/ojs3/index.php/educatia

pendapat harus dihukum seberat-beratnya.14

Pandangan hukum islam tehadap LGBT, Dijelaskan bahwa pendapat

ulama tentang LGBT adalah tidak ada perbedaan antara hukum

homoseksual dan lesbian dengan hukum ulama fikih. Bahkan yang

bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah. Semua orang mengatakan

hukum itu ilegal. Yang membedakan hanyalah bentuk hukumannya.15

Pendapat LGBT menurut Imam Abu Hanifah (pendiri mazhab

hanafi), Imam Abu Hanifah mengklaim bahwa praktik homoseksual tidak

diklasifikasikan sebagai perzinahan karena alasan berikut:

Pertama; karena tidak ada unsur kesamaan (kriteria) antara

keduanya. Unsur menyia-nyiakan dan silsilah (keturunan) yang tidak jelas

bukanlah nafsu Muhshan maupun Muhshan.

Kedua; perbedaan hukuman yang digunakan oleh para sahabat

(seperti di atas). Berdasarkan dua alasan tersebut, Abu Hanifah

berpendapat bahwa hukuman bagi penjahat homoseksual yaitu ta'zir

(diserahkan kepada penguasa atau pemerintah).

Pandangan Muhammad Ibn Al Hasan As Syaiba- ni dan Abu Yusuf

(murid Abu Hanifah) tentang LGBT. Ia berpendapat bahwasanya praktik

homoseksual tergolong zina karena kedua unsur tersebut memiliki

beberapa unsur yang sama, seperti:

Pertama, nafsu pelaku tersalurkan. Kedua, mendapatkan

kenikmatan (ketika penis dimasukkan ke lubang anus). Ketiga, diharamkan

14
Persfektif Imam Syafi I and others, ‘LESBIAN , GAY , BISEKSUAL ,
TRANSGENDER ( LGBT )’, XI.2 (2018), 98–107.
15
I and others.I and others.

Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta (STAIYO)
Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam 97
ISSN : 1979-5173 (Cetak), 2962-9772 (Elektronik)
Vol. 13, No. 1, 2023
Journal Homepage: https://jurnal.educatia.id/ojs3/index.php/educatia

dalam agama Islam. Keempat: membuang sia-sia air mani. Untuk itu,

Muhammad bin Al Hasan dan Abu Yusuf berpendapat bahwa hukuman

bagi kaum homoseksual sama dengan hukuman bagi pelaku zina, yaitu:

Jika pelaku muhshan (menikah), dia dihukum rajam (rajam sampai

mati). Jika dia adalah muhshan (perawan) yang penuh gairah, dia akan

dihukum dengan cambuk dan diasingkan dalam satu tahun.

Para ulama telah mengutip nash yang menyatakan bahwa ada

kesepakatan di antara para ulama bahwa perilaku seksual

(homoseksualitas) adalah perbuatan maksiat yang termasuk dosa besar.

Berikut penjelasan peneliti mengenai hal ini:

1. Ibnu Qudamah mengatakan bahwa kesepakatan para ulama tentang

larangan liwath adalah bahwa Allah mengutuk mereka dalam Kitab-

Nya dan menyatakan perbuatan mereka memalukan dan Rasul-Nya

mengutuk mereka juga. Ia melanjutkan, ada perbedaan dalam

riwayat Imam Ahmad. Menurut laporan Ahmadiyah, mereka yang

melakukan liwath dirajam sampai mati, baik mereka menikah atau

tidak. Ini adalah pendapat Ali, Ibnu Abbas, Jabir bin Zaid, Abdullah

bin Ma'mar, al-Zuhri, Abi Hubaib, Rabi'ah, Malik, Ishaq dan salah

seorang Syafi'i. Pandangan lain Ahmad adalah hukumannya seperti

zina. Pendapat juga diungkapkan oleh Sa'id bin al-Musayyab, 'Itha',

al-Hasan, al-Nakh'i, Qatadah, al-Auzha'i, Abu Yusuf, Muhammad

bin al-Hasan, Abu Tsur dan Pendapat setiap malam Imam Syafi'i

yang terkenal. Diriwayatkan bahwa Abu Bakar al-Siddiq r.a. pernah

diperintahkan untuk membakar para pelaku liwath. Pendapat ini

Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta (STAIYO)
Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam 98
ISSN : 1979-5173 (Cetak), 2962-9772 (Elektronik)
Vol. 13, No. 1, 2023
Journal Homepage: https://jurnal.educatia.id/ojs3/index.php/educatia

adalah pendapat Ibnu al-Zubair. Sementara itu, al-Hakam dan Abu

Hanifah berpendapat bahwa tidak ada hudud bagi pelanggar Liwath

karena bukan tempat persetubuhan. mirip dengan non-kemaluan.

2. Ibnu Hajar al-Asqalani mengatakan bahwa tidak ada khilaf dalam

umat bahwa liwath (orientasi seksual antar laki-laki) adalah dosa

yang lebih besar daripada perzinahan.

3. Al-Khaliliy al-Syafi'i mengatakan bahwa para imam mengeluarkan

nas bahwa kekafiran dan mereka yang melegalkan kekafiran.

Sebagaimana diketahui, kafir bisa menjadi legalisasi dari apa yang

dilarang, yang disepakati para ulama.

4. Dalam Raudhah al-Talibin, Imam al-Nawawi menyebutkan bahwa

ijma' para ulama untuk melegalkan yang dilarang bisa menjadi kafir,

beliau mencontohkan ini sebagai contoh Liwath. Di halaman

berikutnya, Imam al-Nawawi mengatakan bahwa menurut

pendapat yang kuat dari mazhab Syafi'i (qaul al-azhar), hukuman

zina adalah seperti hudud zina. Pendapat kedua akan dibunuh

apakah dia menikah atau tidak. Pendapat ketiga adalah dia akan

ditimpa tembok atau dia akan dilempar dari tempat yang sangat

tinggi hingga dia mati, seperti hukuman Nabi Luth a.s.

5. Al-Syaibaaniy dalam Ikhtilaf al-Aimmah al-Ulama menyebutkan

bahwa para ulama sepakat bahwa liwath yaitu haram dan

melibatkan perbuatan yang keji. Para ulama dalam khilaf apakah

hudud itu wajib? Malik, Syafi'i dan Ahmad mengatakan bahwa

hudud itu wajib. Abu Hanifah mengatakan bahwa pelaku dilaknat

Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta (STAIYO)
Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam 99
ISSN : 1979-5173 (Cetak), 2962-9772 (Elektronik)
Vol. 13, No. 1, 2023
Journal Homepage: https://jurnal.educatia.id/ojs3/index.php/educatia

jika melakukannya pertama kali.

6. 'Ali Syibraan al-Malasi mengatakan: Wajar bagi orang kafir yang

beriman halal untuk berhubungan seks di daerah anus karena ada

kesepakatan tentang apa yang dilarang dan mudah dipahami dari

agama tersebut .

7. Al-Sarkhasi mengatakan bahwa menurut Abu Hanifah pelaku liwath

merupakan Dita'zir tetapi menurut dua muridnya yaitu Abu Yusuf

dan Muhammad hukumannya adalah hudud dan bukan hudud

untuk zina.

8. Mengutip beberapa hadits, Ibnu Hazm mengatakan bahwa nash-

nash tersebut dengan jelas mengatakan bahwa laki-laki dilarang

saling menyentuh kulit dan perempuan juga dilarang. Kemudian

beliau melanjutkan: Jika sampai ke kemaluan, maka haramnya

bertambah dan keburukannya bertambah.16

Penutup
Kesimpulan
Terjadinya penyimpangan LGBT disebabkan dari beberapa faktor
yang menjadi latar belakang penyimpangan tersebut, diantaranya adalah
faktor lingkungan, perkembangan teknologi, akses film dewasa, masalah
prbadi, pernah menjadi korban, trauma, kurangnya penanaman norma
dan agama pada diri masing-masing, serta rasa sepi yang mereka
rasakan.
Sedangkan padangan islam tentang LGBT sudah sangat jelas tidak
menerima atau mentoleransi penyimpangan seksual semacam
homoseksual. Homoseksual merupakan sebuah perbuatan menyimpang
yang keji dan sangat diharamkan didalam hukum Islam seperti mana

16
I and others.

Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta (STAIYO)
Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam 100
ISSN : 1979-5173 (Cetak), 2962-9772 (Elektronik)
Vol. 13, No. 1, 2023
Journal Homepage: https://jurnal.educatia.id/ojs3/index.php/educatia

diterangkan dalam Al-Qur’an dan juga Hadits. Dalil-dalil hukum Islam


setuju untuk melarang perbuatan homoseksual.

Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta (STAIYO)
Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam 101
ISSN : 1979-5173 (Cetak), 2962-9772 (Elektronik)
Vol. 13, No. 1, 2023
Journal Homepage: https://jurnal.educatia.id/ojs3/index.php/educatia

Daftar Pustaka:

Dan, Biseksual and Transgender Lgbt,

‘METODOLOGI_DAKWAH_at_JPI_9_2’, 2016

Ermayani, Tri, ‘Lgbt Dalam Perspektif Islam’, Humanika, 17.2 (2017), 147–

68 <https://doi.org/10.21831/hum.v17i1.18569>

Galih, Yuliana Surya, ‘Suatu Telaah Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender

(Lgbt) Dalam Perspektif Hukum Positif’, Jurnal Ilmiah Galuh Justisi, 4.1

(2016), 92 <https://doi.org/10.25157/jigj.v4i1.413>

I, Persfektif Imam Syafi, Hukum Islam, D A N Hukum, and H Suwardin,

‘LESBIAN , GAY , BISEKSUAL , TRANSGENDER ( LGBT )’, XI.2

(2018), 98–107

2016), 11–40

Nafisah, Mamluatun, ‘Respon Al-Qurâ€TMan Terhadap Legalitas Kaum

LGBT’, Jurnal Online Studi Al-Qur’an, 15.1 (2019), 77–94

<https://doi.org/10.21009/jsq.015.1.04>

Yanggo, Huzaemah Tahido, ‘Penyimpangan Seksual (LGBT) Dalam

Pandangan Hukum Islam’, MISYKAT: Jurnal Ilmu-Ilmu Al-Quran,

Hadist, Syari’ah Dan Tarbiyah, 3.2 (2019), 1

<https://doi.org/10.33511/misykat.v3i2.59>

Educatia: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta (STAIYO)

You might also like