You are on page 1of 31

PEMERINTAH KABUPATEN TAKALAR

DINAS KESEHATAN

UPT PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT POLONGBANGKENG UTARA

Jln Syamsuddin Dg Ngerang Ling.Palleko II Kel. Palleko, Kec. Polongbangkeng Utara,


Kab. Takalar

Kode Pos 92252, e-mail: bokpkmpolut@gmail.com

Kriteria 5.3.1

Proses Identifikasi Pasien dilakukan dengan benar

EP.1 Dilakukan Identifikasi pasien sebelum dilakukan prosedur


diagnostik, tindakan, pemberian obat, pemberian Imunisasi
dan pemberiaan dit. sesuai dengan kebijakan dan prosedur
yang ditetapkan (R, D.O.W)
EP.2 Dilakukan prosedur tepat identifikasi apabila dijumpai pasien
dengan kondisi khusus seperti disebutkan pada pokok pikiran
sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan (R, D,
O. W)
PEDOMAN

KESELAMATAN PASIEN

UPT PUSKESMAS POLONGBANGKENG UTARA

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan sukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan karena atas berkat dan rahmat-Nya pada kesempatan ini penulis
dapat menyelesaikan Pedoman Keselamatan Pasien di UPT Puskesmas
Polongbangkeng utara.

Adapun tujuan dari penyusunan ini adalah sebagai acuan yang


dipergunakan sebagai upaya dalam melakukan kegiatan pelayanan medis di
UPT Puskesmas Polongbangkeng utara. Dalam penyusunan pedoman ini
banyak pihak- pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah
memberikan sumbangsih baik berupa tenaga, pikiran, dorongan moril
maupun bantuan lain. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
yang telah membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung dalam
penyusunan pedoman ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan pedoman ini masih


banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik
dari berbagai pihak demi kesempurnaan penyusunan selanjutnya.

Semoga pedoman ini dapat diterima sebagai acuan bagi UPT Puskesmas
Polongbangkeng utara dalam melaksanakan pelayanan medis.

Palleko. 2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan

C. Sasaran

BAB II PENYELENGGARAAN KESELAMATAN PASIEN

A. Mengidentifikasi pasien dengan benar

B. Meningkatkan komunikasi yang efektif

C. Meningkatkan keamanan obat yang perlu di waspadai

D. Memastikan pembedahan yang benar,sisi yang benar pembedahan


pada pasien yang benar

E. Mengurangi resiko infeksi akibat perawatan kesehatan

F. Mengurangi resiko cedera pasien akibat terjatuh

G. Pelaporan insiden keselamatan pasien dan pengembangan Budaya


keselamatan pasien

BAB III PENCATATAN DAN PELAPORAN

BAB IV PEMANTAUAN DAN EVALUASI

A. Pemantauan

B. Evaluasi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sarana pelayanan kesehatan merupakan tempat yang dikategorikan tidak


aman, sekitar 10 % pasien yang dirawat di sarana kesehatan di Negara maju
dan lebih dari 10 % di negara berkembang mengalami kejadian tidak
diharapkan. Cedera mungkin saja dialami oleh pasien atau pengunjung sarana
pelayanan kesehatan baik akibat kondisi sarana, prasarana, dan peralatan
yang ada, maupun akibat pelayanan yang diberikan.Cedera atau kejadian
yang tidak diharapkan terjadi bukan karena kesengajaan, tetapi karena
rumitnya pelayanan kesehatan. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap
terjadinya cedera atau kejadian tidak diharapkan, seperti tidak tersedianya
sumber daya manusia yang kompeten, kondisifasilitas, maupun ketersediaan
obat dan peralatan kesehatan yang tidak memenuhi standar. Yang dimaksud
dengan "keselamatan pasien" pada pedoman ini adalah upaya yang dilakukan
pada fasilitas kesehatan tingkat primer agar asuhan pasien lebih aman,
tertibnya pelaporan dan analisis insiden,implementasi solusi untuk
meminimalisir timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cidera, tidak hanya
terkait dengan pelayanan klinis tapi juga terkait dengan upaya kesehatan
masyarakat. Upaya keselamatan pasien dilakukan dengan memperbaiki tata
kelola risiko terkait dengan pencapaian kinerja dan menganalisis risiko-risiko
yang mungkin terjadi pada saat proses pelayanan, baik pelayanan
Administrasi dan Manajemen, UKM maupun UKP. Pasien, pengunjung, dan
masyarakat dapat mengalami cedera atau kejadian tidak diharapkan terkait
dengan infeksi, kesalahan pemberian obat,pembedahan yang tidak aman, alih
pasien yang tidak dilakukan dengan tepat, kesalahan identifikasi, kondisi
fasilitas pelayanan yang tidak aman,maupun akibat penyelenggaraan kegiatan
pada upaya kesehatan masyarakat yang tidak memperhatikan aspek
keselamatan.

B. Tujuan

Menjadi acuan dalam upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien di


UPT Puskesmas Polongbangkeng utara

C. Sasaran

Petugas yang bekerja di UPT Puskesmas Polongbangkeng utara


BAB II

PENYELENGGARAAN KESELAMATAN PASIEN

A. Mengidentifikasi Pasien Dengan Benar

Identifikasi adalah proses pengumpulan data dan pencatatan segala


keterangan tentang bukti-bukti dari seseorang sehingga kita dapat
menetapkan dan menyamakan keterangan tersebut dengan individu
seseorang. Pasien adalah seorang individu yang mencari atau menerima
perawatan medis.

Identifikasi pasien adalah suatu sistem identifikasi kepada pasien untuk


membedakan antara pasien yang satu dengan yang lain sehingga
memperlancar atau mempermudah dalam pemberian layanan pada pasien,
dengantujuan pasien antara lain:

1. Untuk memberikan identitas kepada pasien

2. Untuk membedakan pasien

3. Untuk menghindari kesalahan medis (malpraktek)

Semua pasien harus diidentifikasi dengan benar mulai dari skrining,saat


pendaftaran, sebelum prosedur diagnostik, tindakan, pemberian obat,
pemberian imunisasi, dan pemberian diet kepada pasien dengan
menggunakan minimal dua cara identifikasi yang relative tidak berubah, yaitu
nama lengkap, tanggal lahir, nomor rekammedis, atau NIK.Identifikasi pasien
dilaksanakan di semua unit layanan..

Saat menanyakan identitas pasien, selalu gunakan pertanyaan terbuka,


misalnya: Siapa nama Anda?' (jangan menggunakan pertanyaan tertutup
seperti 'Apakah nama anda ibu Susan?) Pasien tidak bisa mengidentifikasi
dirinya sendiri atau mempunyai kendala dan/berkebutuhan khusus seperti
bayi, balita, koma, ODGJ, bisu, tuli, lansia dilakukan dengan menanyakan
kepada keluarga/pengantarnya. Pasien UGD/RRI yang tidak sadar/tidak ada
keluarganya/tidak dapat diidentifikasi, pada papan identitas diberi tulisan Tn
X/Ny Y, bila lebih dari satu pasien maka diberi tulisan Tn X.1/Ny Y.1, Tn
X.2/Ny Y.2 dan seterusnya. Sampai dapat diidentifikasi dengan benar.Catat
pada buku pendaftaran pasien yang tidak kenal/tidak ada pengantar. Saat
pasien sudah dapat diidentifikasi, berikan lembar identitas baru dengan
identitas yang benar.
Lembar identitas harus dipasang petugas jaga pada tempat tidur pasien
selama perawatan di RRI. Pada saat pemasangan lembar identitas pasien. RRI
petugas menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang prosedur
identifikasi dan kegunaan papan identitas.

Jika terdapat pasien dengan nama yang sama pada pelayanan RRI,
harus dikonfirmasikan kepada semua petugas yang bertugas setiap kali
pergantian jaga. Berikan label/penanda berupa "HATI-HATI PASIEN DENGAN
NAMA SAMA" di RM pasien, formulir pengobatan dan formulir pemeriksaan
penunjang. Pasien dengan nama sama harus dilakukan verifikasi dengan
nomor rekam medis pasien atau NIK.

Pengecekan lembar identitas di pelayanan RRI dilakukan tiap kali


pergantian jaga oleh petugas jaga. Lembar identitas hanya dilepas saat pasien
pulang atau keluar dari puskesmas. Yang bertugas melepas lembar identitas
adalah petugas jaga yang bertanggung jawab terhadap pasien selama masa
perawatan di puskesmas.

B. Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif

Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi


dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang
lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh pemberi informasi.
Kesalahan komunikasi dapat mengakibatkan kesalahan pembuatan
keputusan klinis.

Kebijakan dan prosedur komunikasi yang efektif perlu disusun dan


diterapkan dalam penyampaian pesan verbal,pesan verbal melalui telepon,
penyampaian nilai kritis hasil pemeriksaan penunjang diagnosis, serah terima
pasien pada serah terima jaga atau serah terima dari unit satu unit lain.

Pelaporan kondisi pasien lewat telepon dilakukan dengan menggunakan


Teknik SBAR, menggunakan formulir baku dan berisi informasi kritikal yang
harus disampaikan antara lain kondisi pasien, pengobatan, rencana asuhan,
tindak lanjut yang harus dilakukan, adanya perubahan kondisi pasien yang
signifikan, dan keterbatasan atau risiko yang mungkin dialami oleh pasien.

Pelaksanaan komunikasi lewat telepon menggunakan metoda TBAK,


yaitu saat menerima instruksi ditulis lengkap (T), dibaca ulang oleh penerima
perintah (B), dan dikonfirmasi kepada pemberi perintah (K).
C. Meningkatkan Keamanan Obat-obatan Yang Perlu Diwaspadai

Pemberian obat pada pasien perlu dikelola dengan baik dalam upaya
keselamatan pasien. Kesalahan penggunaan obat yang perlu diwaspadai dapat
menimbulkan cedera pada pasien. Kebijakan ini diterapkan di unit farmasi
dan UGD, RRI dan RRJ. Obat yang perlu diwaspadai adalah obat-obatan yang
memiliki risiko menyebabkan cedera serius pada pasien jika digunakan tidak
tepat. Obat high alert yang ada di puskesmas yaitu obat yang terlihat mirip
dan kedengarannya mirip( LASA atau NORUM).Obat NORUM (Nama Obat
Rupa dan Ucapan Mirip) atau LASA (Look a like Sound a like) Simpan pada 1
rak dan Simpan dengan jarak 2-3 obat antara obat satu dengan obat yang lain
yang lain dan Beri label berwarna kuning pada kotak, simpan obat CAUTION
LASA.

Label "LASA" warna dasar kuning (label ini untuk obat-obat dengan ucapan
sama dan rupa mirip) dan setiap kemasan primer obat ditempeli Label "LASA".
Kecuali obat tablet, Label "LASA" ditempel pada kotak simpan. Perlu
ditetapkan kebijakan dan prosedur tentang pengelolaan obat yang perlu
diwaspadai ditetapkan dan dilaksanakan yang meliputi penyimpanan,
penataan, peresepan, pelabelan, penyiapan, penggunaan, dan evaluasi
penggunaan obat yang perlu diwaspadai termasuk obat psikotropika,
narkotika, dan obat dengan nama dan rupa mirip.

D. Memastikan Lokasi Pembedahan Yang Benar, Prosedur Yang Benar,


Pembedahan Pada Pasien Yang Benar

Terjadinya cedera dan kejadian tidak diharapkan dapat diakibatkan oleh


salah orang, salah prosedur, salah sisi pada pemberian tindakan invasive atau
tindakan pada pasien, seperti tindakan incisi, pemasangan implan,pencabutan
gigi.

Untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien operasi
maka harus ada komunikasi yang efektif dan adekuat antar petugas
kesehatan dan antara petugas kesehatan dengan pasien.

Diharuskan untuk melakukan proses verifikasise belum dilakukan


tindakan, penandaan sisi yang akan dilakukan tindakan pada semua organ
yang mempunyai lateralis (kanan lawan kiri, seperti satu dari sepasang organ),
beberapa struktur (seperti jari, jari kaki atau lesi) Untuk tindakan di poli gigi
gunakan odontogram, penandaan harus dilakukan oleh petugas yang akan
melakukan tindakan. Time out dilakukan di tempat melakukan tindakan dan
tepat sesaat sebelum tindakan dilakukan.
E. Mengurangi Risiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan

Proses kebersihan tangan diterapkan untuk menurunkan risiko infeksi


yang terkait dengan pelayanan kesehatan. Sosialisasi kebersihan tangan
disosialisasikan kepada setiap petugas baik klinis maupun non klinis, pasien
dan keluarga pasien. Standar kebersihan tangan mengacu pada standar WHO.
Kebersihan tangan dilakukan dengan menggunakan sabun dan air mengalir
bila tangan jelas kotor atau terkena cairan tubuh,atau menggunakan alcohol-
based handrubs bila tangan tidak tampak kotor. Kuku petugas harus bersih,
terpotong pendek tanpa kuku palsu dan tanpa perhiasan.

F.Mengurangi Risiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh

Jatuh adalah suatu peristiwa dimana seseorang mengalami jatuh


dengan atau tanpa disaksikan oleh orang lain, tidak disengaja / tidak
direncanakan, dengan arah jatuh ke lantai, dengan atau tanpa mencederai
dirinya. Risiko jatuh dapat dapat terjadi pada pasien dengan riwayat jatuh,
penggunaan obat, minum minuman beralkohol, gangguan keseimbangan,
gangguanvisus, gangguan mental, dan sebab yang lain atau lingkungan (mis.
lantai yang licin) dan semua pasien neonatus dikategorikan beresiko jatuh.
Pengkajian risiko jatuh dilakukan pada pasien rawat jalan maupun pasien
rawat inap. Pada pasien rawat jalan menggunakan get up and go test dengan
menanyakan tiga pertanyaan, yaitu:

1. Apakah pernah jatuh dalam 3 bulan terakhir

2. Apakah menggunakan obat yang mengganggu keseimbangan

3. Apakah jika berdiri dan/atau berjalan membutuhkan bantuan orang lain.

Bila satu dari pertanyaan tersebut mendapat jawabanya, pasien tersebut


dikategorikan berisiko jatuh.

Menggunakan Morse Fall Scale untuk pasien dewasa Pada pasien RRI
dan Humpty DumptyFall Score untuk pasien anak-anak.
Morse Fall Scale

FAKTOR RISIKO SKALA SKOR


Riwayat Jatuh Tidak 0
Ya 25
Diagnose Sekunder Tidak 0
Ya 15
Menggunakan alat-alat Tidak 0
bantu ada/Bedtest/Dibantu
perawat
Kruk/Tongkat 15
Kursi/Perabot 30
Menggunakan Tidak 0
Infus/Heparin/Pengence Ya 20
r Darah
Gaya Berjalan Normal/Bedrest/Kursi 0
Roda Lemah 10
Terganggu 20
Status Mental Menyadari Kemampuan 0
Lupa akan 15
keterbatasan/Pelupa
Total Skor
Keterangan :

Risiko Rendah: 0-24

Risiko Sedang: 25-45

Risiko Tinggi: > 45

Humpty Dumpty Fall Score

Kategori Parameter Scare


Umur Di bawah 3 Tahun 4
3-7 Tahun 3
7-13 ahun 2
>13 Tahun 1
Jenis Kelamin Laki-Laki 2
Perempuan 1
Diagnosa Kelainan Neurologi
Perubahan dalam oksigenasi 4
( Masalah Saluran Nafas, 3
Dehidrasi, Anemia, Anoreksia, 2
Sinkop/sakit kepala, dll) 1
Kelainan Psikis
Diagnosis lain
Gangguan Kognitif Tidak sadar terhadap keterbatasan 3
Lupa keterbatasan 2
Mengetahui Kemampuan diri 1
Faktor Lingkungan Pasien menggunakan alat bantu 4
atau box atau mebel Pasien berada 3
di tempata tidur Di luar ruang 2
rawat 1
Respon terhadap operasi Dalam 24 jam 3
/ obat penenang/ efek Dalam 48 jam 2
anestesi >48 jam 1
Penggunaan Obat Bermacam-macam obat yang
digunakan obat sedatif (kecuali 3
Hipnotik, Barbiturat, Fenotiazin,
Antidepresan, Laksans/Diuretik, 2
Narkotik)
Salah satu dari pengobatan di atas 1
Pengobatan lain
Total Score
Keterangan :

Risiko Rendah : 0-10

Risiko Sedang: 7-11

Risiko Tinggi: >12


Asesmen Ulang Risiko Jatuh

a. Setiap pasien akan dilakukan asesmen ulang risiko jatuh bila ada
perubahan kondisi pasien:

 Perubahan kondisi dari sadar menjadi tidak sadar.


 Perubahan tindakan, sebelumnya tidak ada tindakan menjadi ada
tindakan, contoh dipasang infus.
 Perubahan gaya berjalan, nyeri kaki memakai alat bantu.
 Perubahan saat berjalan, sempoyongan pusing, mata berkunang.
 Penambahan diagnosa.

b. Adanya kejadian jatuh pada pasien

c. Penilaian menggunakan asesmen risiko jatuh yang akan diperbaharui


sesuai dengan hasil asesmen

d. Melakukan perencanaan ulang sesuai dengan hasil asesmen ulang yang


dilakukan terhadap pasien

e. Pelaksanaan disesuaikan dengan kategori resiko jatuh.


(tinggi/sedang/rendah)
BAB III

PENCATATAN DAN PELAPORAN

Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien

Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian yang tidak disengaja


dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang
dapatdicegah pada pasien.

Upaya keselamatan pasien dilakukan untuk mencegah insiden. Jenis


insiden terdiri atas insiden sebagai berikut: (1) Kejadian tidak diharapkan
(KTD), (2) Kejadian tidak cedera (KTC), (3) Kejadian potensial cedera (KPC), (4)
Kejadian nyaris cedera (KNC), (5) Sentinel.

Pelaporan insiden kselamatan pasien adalah suatu system untuk


mendokumentasikan laporan insiden keselamatan pasien, yang terdiri dari
laporan insiden internal dan eksternal. Sistem pelaporan diharapkan dapat
mendorong petugas untuk peduli akan bahaya dan potensi bahaya yang dapat
terjadi pada pasien, memantau upaya pencegahan dan akan menjadi awal
proses belajar untuk mencegah kejadian yang sama. Puskesmas melakukan
analisis dengan menggunakan matriks grading yang akan menentukan jenis
investigasi yang dilakukan setelah laporan insiden internal. Semua jenis
insiden harus dilaporkan internal puskesmas dalam waktu 2x24 jam.

Investigasi sederhana dilakukan untuk grading risiko warna hijau dan


biru, investigasi menggunakan RCA untuk grading risiko warna kuning dan
merah. Pelaporan disertai dengan analisis, investigasi insiden, dan tindak
lanjut terhadap insiden. Laporan eksternal ke KNKP adalah IKP yang termasuk
pada jenis insiden KTD dan sentinel yang telah dilakukan RCA dan rencana
korektifnya dengan jangka waktu paling lambat 45 hari.
BAB IV

PEMANTAUAN DAN EVALUASI

A. Pemantauan

Pemantauan pelaksanaan keselamatan pasien dilakukan dengan menilai dan


memastikan tujuh langkah keselamatan pasien dilaksanakan oleh semua
petugas puskesmas dengan baik dan menghasilkan output sesuai yang
direncanakan. Pemantauan dilakukan oleh tim mutu dengan menggunakan
ceklis dan laporan yang dilaporkan setiap bulan. Laporan yang masuk di tim
keselamatan pasien dianalisis, dilakukan audit dan bila perlu dilakukan
wawancara dengan petugas maupun pasien dan keluarga.

B. Evaluasi

Evaluasi dilakukan dengan membandingkan target indicator kinerja dengan


hasil yang dicapai.
PEMERINTAH KABUPATEN TAKALAR

DINAS KESEHATAN

UPT PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT POLONGBANGKENG UTARA

Jln Syamsuddin Dg Ngerang Ling.Palleko II Kel. Palleko, Kec. Polongbangkeng Utara,


Kab. Takalar

Kode Pos 92252, e-mail: bokpkmpolut@gmail.com

KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS POLONGBANGKENG UTARA

NOMOR : 077/PKM.CAB/1/2023

TENTANG

PENYELENGGARAAN PELAYANAN KLINIS PADA UPT PUSKESMAS


POLONGBANGKENG UTARA

KEPALA UPT PUSKESMAS POLONGBANGKENG UTARA,

Menimbang: a. bahwa pasien mempunyai hak untuk memperoleh


pelayanan klinis yang bermutu dan aman;

b. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan


kesehatan di Puskesmas Polongbangkeng utara perlu
disusun kebijakan pelayanan klinis dan keselamatan pasien;

c. bahwa untuk melaksanakan maksud tersebut point a dan


b, perlu ditetapkan Keputusan Kepala Puskesmas
Polongbangkeng utara;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang


Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959. Nomor
74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
1822);

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang


Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 112 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5038);

3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor
245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6573);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6573);

5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


290 Tahun 2009 Tindakan Kedokteran; tentang Persetujuan

6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


39 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program
Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1223);

7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


44 Tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen Puskesmas
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
1423);

8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 308);

9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 857);

10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


31 Tahun 2018 tentang Aplikasi Sarana, Prasarana, dan
Alat Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 1012);
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
52 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 19);

12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu
Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 68);

13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


8 Tahun 2019 tentang Pemberdayaan Masyarakat Bidang
Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 272);

14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


31 Tahun 2019 tentang Sistem Informasi Puskesmas (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 999);

15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 1335);

16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


30 Tahun 2022 tentang Indikator Nasional Mutu Pelayanan
Kesehatan Tempat Praktik Mandiri Dokter dan Dokter Gigi,
Klinik, Pusat Kesehatan Masyarakat, Rumah Sakit,
Laboratorium Kesehatan dan Unit Transfusi Darah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 1054);

17. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


34 Tahun 2022 tentang Akreditasi Pusat Kesehatan
Masyarakat, Klinik, Laboratorium Kesehatan, Unit Transfusi
Darah, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik
Mandiri Dokter Gigi (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2022 Nomor 1207).

18. Peraturan Bupati Takalar Nomor 76 Tahun 2017 tentang


Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Daerah Pusat
Kesehatan Masyarakat pada Dinas Kesehatan.(Berita
Daerah Kabupaten Takalar nomor 76).
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : Keputusan kepala UPT Puskesmas Polongbangkeng utara


tentang Penyelenggaraan Pelayanan Klinis di UPT
Puskesmas Polongbangkeng utara sebagaimana dalam
lampiran surat keputusan ini;

KESATU : Penyelenggaraan pelayanan klinis mulai dari penerimaan


pasien sampai dengan pemulangan dilaksanakan dengan
efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan pasien,dan
mutu layanan serta mempertimbangkan hak dan kewajiban

KEDUA : pasien, keluarga dan petugas; Keputusan ini mulai


berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila terdapat
kekeliruan didalam penetapannya, maka akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Palleko

pada tanggal 2023

Kepala UPT Puskesmas


Polongbangkeng utara,

Hj. Indriani Safitri, AM, SKM

Pangkat: Pembina IV /a

Nip 19831108 200903 2 009

Tembusan :

1. Kepala Dinas Kesehatan Kab. Takalar di Watantakalar

2. Arsip
LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA UPT
PUSKESMAS POLONGBANGKENG UTARA
NOMOR : 2023
TANGGAL 2023
TENTANG
PENYELENGGARAAN PELAYANAN KLINIS
UPT PUSKESMAS POLONGBANGKENG
UTARA

A. Pendaftaran

− Petugas wajib meminta persetujuan umum (general consent) dari pasien


atau keluarganya terdekat, persetujuan terhadap tindakan yang berisiko
rendah, prosedur diagnostik, pengobatan medis lainnya, batas yang
telah ditetapkan, dan persetujuan lainnya, termasuk peraturan tata
tertib dan penjelasan tentang hak dan kewajiban pasien.
− Persetujuan umum diminta pada saat pasien datang pertama kali, baik
untuk rawat jalan maupun setiap rawat inap, dan dilaksanakan
observasi atau stabilitasi.
− Penerimaan pasien rawat inap didahului dengan pengisian formulir
tambahan persetujuan umum yang berisi penyimpanan barang pribadi,
penentuan pilihan makanan dan minuman, aktivitas, minat, privasi,
serta pengunjung.
− Pasien dan masyarakat mendapat informasi tentang sarana pelayanan,
antara lain, tarif, jenis pelayanan, proses dan alur pendaftaran, proses
dan alur pelayanan, rujukan, dan ketersediaan tempat tidur untuk
Puskesmas perawatan/rawat inap. Informasi tersebut tersedia di tempat
pendaftaran ataupun disampaikan menggunakan cara komunikasi
massa lainnya dengan jelas, mudah diakses, serta mudah dipahami oleh
pasien dan masyarakat.
− Keselamatan pasien sudah harus diperhatikan sejak pertama pasien
mendaftarkan diri ke puskesmas dan berkontak dengan Puskesmas,
terutama dalam hal identifikasi pasien, minimal dengan dua identitas
yang relatif tidak berubah, yaitu nama lengkap, tanggal lahir, atau
nomor rekam medis, serta tidak boleh menggunakan nomor kamar
pasien atau lokasi pasien dirawat.
− Informasi tentang rujukan harus tersedia di dokumen pendaftaran,
termasuk ketersediaan perjanjian kerja sama (PKS) dengan fasiltas
kesehatan rujukan tingkat lanjut (FKTRL) yang memuat jenis pelayanan
yang disediakan. Penjelasan tentang tindakan kedokteran minimal
mencakup
(1) tujuan dan prospek keberhasilan;
(2) tata cara tindak medis yang akan dilakukan;
(3) risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi;
(4) alternative tindakan medis lain yang tersedia dan risiko-risikonya;
(5) prognosis penyakit bila tindakan dilakukan; dan
(6) diagnosis.
− Pasien dan keluarga terdekat memperoleh penjelasan dari petugas yang
berwenang tentang tes/tindakan, prosedur, dan pengobatan mana yang
memerlukan persetujuan dan bagaimana pasien dan keluarga dapat
memberikan persetujuan (misalnya, diberikan secara lisan, dengan
menandatangani formulir persetujuan, atau dengan cara lain). Pasien
dan keluarga memahami isi penjelasan dan siapa yang berhak untuk
memberikan persetujuan selain pasien.
− Pasien atau keluarga terdekat yang membuat keputusan atas nama
pasien, dapat memutuskan untuk tidak melanjutkan pelayanan atau
pengobatan yang direncanakan atau meneruskan pelayanan atau
pengobatan setelah kegiatan dimulai, termasuk menolak untuk dirujuk
ke fasilitas kesehatan yang lebih memadai.
− Petugas wajib memberitahukan pasien dan keluarga terdekat tentang
hak mereka untuk membuat keputusan, potensi hasil dari keputusan
tersebut dan tanggung jawab mereka berkenaan dengan keputusan
tersebut.
− Jika pasien atau keluarga terdekat menolak, maka pasien atau keluarga
diberitahu tentang alternatif pelayanan dan pengobatan, yaitu alternatif
tindakan pelayanan atau pengobatan.
− Puskesmas melayani berbagai populasi masyarakat, termasuk
diantaranya pasien dengan kendala dan/ atau berkebutuhan khusus,
antara lain: balita, ibu hamil, disabilitas, lanjut usia, kendala bahasa,
budaya, atau kendala lain yang dapat berakibat terjadinya hambatan
atau tidak optimalnya proses asesmen maupun pemberian asuhan
klinis. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi pasien dengan risiko,
kendala dan kebutuhan khusus dan dilakukan identifikasi pasien
sebelum dilakukan prosedur diagnostic, tindakan, pemberian obat,
pemberian imunisasi, dan pemberian diet serta diupayakan
kebutuhannya.
− Untuk mencegah terjadinya transmisi infeksi diterapkan protokol
kesehatan yang meliputi: penggunaan alat pelindung diri, jaga jarak
antara orang yang satu dan yang lain, dan pengaturan agar tidak terjadi
kerumuan orang, mulai dari pendaftaran dan di semua area pelayanan.
− Hak dan kewajiban meliputi : Hak-hak pasien meliputi:
(1) memperoleh layanan yang manusiawi, adil,
(2 jujur, dan tanpa diskriminasi; ) memperoleh layanan kesehatan yang
bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional; memperoleh pelayanan yang efektif dan efisien.
(3) sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi;
(4) memilih dokter dan dokter gigi serta kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan peraturan yang berlaku di Puskesmas;
(5) meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter
dan dokter gigi lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di
dalam maupun di luar Puskesmas;
(6) mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita
termasuk data-data medisnya;
(7) mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara
tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternative tindakan, risiko dan
komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang
dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan;
(8) memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan olch tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
(9) didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
(10) menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan. yang
dianutnya. selama hal tersebut tidak mengganggu pengguna layanan
lainnya;
(11) memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di Puskesmas;
(12) mengajukan usul, saran, perbaikan perlakuan Puskesmas terhadap
dirinya;
(13) menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan
agama dan kepercayaan yang dianut;
(14) mendapatkan perlindungan atas rahasia kedokteran termasuk
kerahasiaan rekam medik;
(15) mendapatkan akses terhadap isi rekam medis;
(16) memberikan persetujuan atau menolak untuk menjadi bagian
dalam suatu penelitian kesehatan;
(17) menyampaikan keluhan pelayanan yang diterima; atau pengaduan
atas
(18) mengeluhkan pelayanan Puskesmas yang tidak sesuai standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
(19) menggugat dan/atau menuntut Puskesmas apabila Puskesmas
diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik
secara perdata ataupun pidana.

Kewajiban pasien:

(1) mematuhi peraturan yang berlaku di puskesmas;


(2) memberikan ijin kepada fasilitas pelayanan kesehatan terhadap
akses rekam medis, baik rekam medis non elektronik elektronik maupun
rekam medis
(3) menggunakan fasilitas Puskesmas secara bertanggungjawab;
(4) menghormati hak-hak pasen lain, pengunjung dan hak Tenaga
Kesehatan serta petugas lainnya yang bekerja di Puskesmas;
(5) memberikan informasi dan akurat yang jujur, lengkap sesuai
kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah kesehatannya;
(6) memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan
kesehatan yang dimilikinya;
(7) mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga
Kesehatan di Puskesmas dan disetujui olch pasien yang bersangkutan
setelah mendapatkan penjelasan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;
(8) menerima segala konsekuensi atas keputusan: pribadinya untuk
menolak rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan
dan/atau tidak mematuhi petunjuk yang diberikan oleh Tenaga
Kesehatan dalam rangka penyembuhan penyakit atau masalah
kesehatannya; dan
(9) memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

B. Pengkajian, rencana asuhan dan pemberian asuhan

− Skrining dilakukan sejak awal dari penerimaan pasien untuk memilah


pasien sesuai dengan kemungkinan penularan infeksi kebutuhan pasien
dan kondisi kegawatan yang dipandu dengan prosedur skrining yang
dibakukan.
− Proses kajian pasien merupakan proses yang berkesinambungan dan
dinamis, baik untuk pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap yang
menentukan efektifitas asuhan yang akan dilakukan.
− Pada saat pasien pertama kali diterima, dilakukan kajian awal,
kemudian dilakukan kajian ulang secara berkesinambungan baik pada
pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap sesuai dengan
perkembangan kondisi kesehatannya.
− Kajian awal dilakukan oleh tenaga medis, keperawatan/kebidanan, dan
tenaga dari disiplin yang lain meliputi status fisis/neurologis/mental,
psikososiospiritual, ekonomi, riwayat kesehatan, riwayat alergi, asesmen
nyeri, asesmen risiko jatuh, asesmen fungsional (gangguan fungsi
tubuh), asesmen risiko gizi, kebutuhan edukasi, dan rencana
pemulangan.
− Pada saat kajian awal perlu diperhatikan juga apakah pasien mengalami
kesakitan atau nyeri.
− Kajian pasien dan penetapan diagnosis hanya boleh dilakukan oleh
tenaga profesional yang kompeten.
− Proses kajian tersebut dapat dilakukan secara individual atau jika
diperlukan dilakukan oleh tim kesehatan antar profesi yang terdiri atas
dokter, dokter gigi, perawat, bidan,dan tenaga kesehatan pemberi
asuhan yang lain sesuai dengan kebutuhan pasien Jika dalam
pemberian asuhan diperlukan tim kesehatan, harus dilakukan
koordinasi dalam penyusunan rencana asuhan terpadu.
− Pasien mempunyai hak untuk mengambil keputusan terhadap asuhan
yang akan diperoleh dengan cara memberikan informasi yang mengacu
pada peraturan perundang- undangan(informed consent).
− Informasi dan penjelasan tersebut diberikan oleh dokter yang
bertanggungjawab yang akan melakukan tindakan atau dokter lain
apabila dokter yang bersangkutan berhalangan, tetapi tetap dengan
sepengetahuan dokter yang bertanggung jawab tersebut.
− Pasien atau keluarga terdekat pasien diberi peluang untuk bekerja sama
dalam menyusun rencana asuhan klinis yang akan dilakukan.
− Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil kajian yang dinyatakan
dalam bentuk diagnosis dan asuhan yang akan diberikan,dengan
memperhatikan kebutuhan biologis, psikologis, sosial, spiritual, serta
memperhatikan nilai budaya yang dimiliki oleh pasien juga mencakup
komunikasi, informasi, dan edukasi pada pasien dan keluarganya.
− Perubahan rencana asuhan ditentukan berdasarkan hasil kajian lanjut
sesuai dengan perubahan kebutuhan pasien.
− Tenaga medis dapat memberikan pelimpahan wewenang secara tertulis
untuk melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi tertentu
kepada perawat, bidan, atau tenaga kesehatan pemberi asuhan yang
lain. Pelimpahan wewenang tersebut hanya dapat dilakukan dalam
keadaan tenaga medis tidak berada ditempat dan/atau karena
keterbatasan
− ketersediaan tenaga medis. Untuk meningkatkan luaran klinis yang
optimal perlu ada kerja sama antara petugas kesehatan dan
pasien/keluarga pasien. Pasien/keluarga pasien perlu mendapatkan
penyuluhan kesehatan dan edukasi yang terkait dengan penyakit dan
kebutuhan klinis pasien menggunakan pendekatan komunikasi
interpersonal antara pasien dan petugas kesehatan serta menggunakan
bahasa yang mudah dipahami agar mereka dapat berperan aktif dalam
proses asuhan dan memahami konsekuensi asuhan yang diberikan.

C. Pelayanan gawat darurat

− Pasien gawat darurat diidentifikasi dengan proses triase mengacu


pada pedoman tata laksana triase sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
− Prinsip triase dalam memberlakukan sistem prioritas dengan
penentuan atau penyeleksian pasien yang harus didahulukan untuk
mendapatkan penanganan, yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa
yang timbul berdasarkan:
1. ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit
2. dapat meninggal dalam hitungan jam
3. trauma ringan
4. sudah meninggal
− Pasien-pasien tersebut didahulukan diperiksa dokter sebelum pasien
yang lain, mendapat pelayanan diagnostik sesegera mungkin dan
diberikan perawatan sesuai dengan kebutuhan. Pasien harus
distabilkan terlebih dahulu sebelum dirujuk yaitu bila tidak tersedia
pelayanan di Puskesmas untuk memenuhi kebutuhan pasien dengan
kondisi emergensi dan pasien memerlukan rujukan ke fasilitas
kesehatan yang mempunyai kemampuan lebih tinggi.
− Dalam penanganan pasien dengan kebutuhan darurat, mendesak,
atau segera, termasuk melakukan deteksi dini tanda tanda dan gejala
penyakit menular misalnya infeksi melalui udara/airborne.

D. Pelayanan anestesi local

− Petugas harus melakukan evaluasi pra-anestesi setiap tindakan


anestesi untuk menilai kondisi pasien, menentukan status fisis dan
risiko, menentukan status teknik anestesi yang akan dilakukan,
memperoleh persetujuan tindakan anestesi (informed consent), dan
persiapan tindakan anestesi termasuk identifikasi perbedaan antara
dewasa, geriatri, dan anak atau pertimbangan khusus.
− Petugas yang melakukan tindakan anestesi adalah Dokter, Dokter
Gigi,Perawat,Bidan. Sebelum melakukan tindakan anestesi perlu
dilakukan persiapan alat, jenis obat anestesi, dosis, teknik anestesi
yang digunakan, frekwensi dan jenis bantuan resusitasi yang tepat.
tata laksana terhadap komplikasi dan bantuan hidup dasar,

E. Pelayanan gizi

− Kondisi kesehatan dan proses pemulihan pasien membutuhkan


asupan makanan dan gizi yang memadai, oleh karena itu makanan
perlu disediakan secara regular, sesuai dengan rencana asuhan,
umur, budaya, dimungkinkan pilihan menu makanan.
− Pemesanan dan pemberian makanan diberikan secara regular sesuai
dengan status gizi dan kebutuhan pasien.
− Penyediaan bahan, penyiapan, penyimpanan, dan penanganan
makanan harus dimonitor untuk memastikan keamanan serta sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dan praktik terkini. Risiko
kontaminasi dan pembusukan diminimalkan dalam proses tersebut.
− Setiap pasien harus mengonsumsi makanan sesuai dengan standard
angka kecukupan gizi.
− Keluarga pasien dapat berpartisipasi dalam menyediakan makanan
bila sesuai dan konsisten dengan kajian kebutuhan pengguna
layanan dan rencana asuhan dengan sepengetahuan dari petugas
kesehatan yang berkompeten dan bila keluarga pasien atau pihak
lain menyediakan makanan pasien, mereka diberikan edukasi
tentang makanan yang dilarang/kontra indikasi dengan kebutuhan
dan rencana pelayanan, termasuk informasi tentang interaksi obat
dengan makanan.
− Pelayanan gizi kepada pasien rawat inap harus dicatat dan
didokumentasikan dengan baik.
− Jadwal pendistribusian makanan pasien rawat inap UPT Puskesmas
Polongbangkeng utara

Pagi jam 06.00-06.30

Siang jam 11.00-11.30

Sore jam 16.30-17.00

F. Pemulangan dan tindak lanjut

− Dokter/dokter gigi bersama dengan tenaga kesehatan yang lain


menyusun rencana pemulangan yang berisi instruksi dan/atau
dukungan yang perlu diberikan baik oleh Puskesmas maupun
keluarga pasien pada saat pemulangan maupun tindak lanjut di
rumah sesuai dengan hasil kajian yang dilakukan.
− Pemulangan pasien dilakukan berdasar kriteria yang ditetapkan oleh
dokter/doktergigi yang bertanggungjawab terhadap pasien untuk
memastikan bahwa kondisi pasien layak untuk dipulangkan dan
akan memperoleh tindak lanjut pelayanan sesudah dipulangkan.
− Kriteria pemulangan pasien:
1. Keadaan umum baik
2. Tidak ada tanda-tanda terjadinya resiko tinggi
3. Keadaan pasien sudah bias menjalani rawat jalan
4. Untuk pasien bersalin, tidak ada tanda-tanda perdarahan
5. Atas permintaan pasien atau keluarga dengan menandatangani
informed consent
− Tindak lanjut pasien:
1. Kontrol ke Puskesmas kembali jika obat yang diberikan sudah
habis
2. Segera hubungi sarana kesehatan terdekat jika ada tanda-tanda
bahaya.
3. Memberitahu keluarga pasien cara perawatan dirumah.
Resume medis berisikan:

− Riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostic.


− Indikasi pasien rawat inap, diagnosis dan kormobiditas lain.
− Prosedur tindakan dan terapi yang telah diberikan.
− Obat yang sudah diberikan dan obat untuk pulang.
− Kondisi kesehatan pasen.
− Instruksi tindak lanjut dan dijelaskan kepada pasien,termasuk
nomor kontak yang dapat dihubungi dalam situasi darurat.

Resume medis pasien paling sedikit terdiri dari:

− Identitas pasien.
− Diagnosis masuk dan indikasi pasien dirawat.
− Ringkasan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosis akhir,
pengobatan dan rencana tindak lanjut pelayanan kesehatan.
− Nama dan tanda tangan dokter atau dokter gigi yang memberikan
pelayanan kesehatan.

Resume medis yang diberikan kepada pasien saat pulang dari rawat inap
terdiri dari:

− Data umum pasien.


− Anamnesis (riwayat penyakit dan pengobatan)
− Pemeriksaan
− Terapi, tindakan dan atau anjuran.

G. Rujukan

− Jika kebutuhan pasien akan pelayanan tidak dapat dipenuhi oleh


Puskesmas, maka pasien harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang
mampu menyediakan pelayanan berdasarkan kebutuhan pasien.
− Dilakukan komunikasi dengan fasilitas kesehatan yang lebih mampu
wajib dilakukan untuk memastikan kemampuan dan ketersediaan
pelayanan di FKRTL.
− Pasien yang akan dirujuk dilakukan stabilisasi sesuai dengan standar
rujukan.
− Pasien/keluarga pasien mempunyai hak untuk memperoleh informasi
tentang rencana rujukan. Informasi yang perlu disampaikan kepada
pasien meliputi: alasan rujukan, fasilitas kesehatan yang dituju,
termasuk pilihan fasilitas kesehatan lainnya, jika ada, sehingga
pasien/keluarga dapat memutuskan fasilitas yang mana yang dipilih,
serta kapan rujukan harus dilakukan.
− Jika pasien perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lain, wajib
diupayakan proses rujukan berjalan sesuai dengan kebutuhan dan
pilihan pasien agar pasien memperoleh kepastian mendapat pelayanan
sesuai dengan kebutuhan dan pilihan tersebut dengan konsekuensinya.
− Dilakukan identifikasi kebutuhan dan pilihan pasien (misalnya
kebutuhan transportasi, petugas kompeten yang mendampingi, sarana
medis dan keluarga yang menemani termasuk pilihan fasilitas kesehatan
rujukan) selama proses rujukan.
− Selama proses rujukan pasien secara langsung, pemberi asuhan yang
kompeten terus memantau kondisi pasien, dan fasilitas kesehatan
penerima rujukan diberi resume tertulis mengenai kondisi klinis pasien
dan tindakan yang telah dilakukan.
− Saat serah terima di tempat rujukan, petugas yang mendampingi pasien
memberikan informasi secara lengkap (SBAR) tentang kondisi pasien
kepada petugas penerima transfer pasien.

Ditetapkan di Palleko

pada tanggal 2023

Kepala UPT Puskesmas


Polongbangkeng utara,

Hj. Indriani Safitri, AM, SKM

Pangkat: Pembina IV /a

Nip 19831108 200903 2 009


Identifikasi Pasien Dan Pemenuhan
Kebutuhan Pasien dengan Resiko, Kendala
Dan Kebutuhan Khusus
No. Dokumen :
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/3

UPT PUSKESMAS Hj.Indriani Safitri, AM, SKM


POLONGBANGKENG 19851108 200903 2 009
UTARA
1. Pengertian Identifikasi Pasien adalah Suatu proses identifikasi terhadap
hambatan hambatan yang mungkin dimiliki oleh palen seperti
hambatan dalam faktor bahasa, fisik, budaya kepercayaan
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah identifikasi pasien
dengan kebutuhan khusus
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Polongbangkeng utara Nomor: 077/PKM CAB/1/2023
tentang Penyelenggaraan Pelayanan Klinis
4. Referensi 1. Undang Undang 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Permenkes No.290 tahun 2009 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran
3. Permenkes No 43 tahun 2019 tentang Puskesmas
5. Prosedur/ Langkah-
1.RESIKO JATUH
langkah
− Pasien yang memakai tongkat

− Pasien yang memakai kursi roda

− Pasien yang dituntun

2 RESIKO KENDALA

− Hambatan bahasa (tidak bisa berbahasa Indonesia)


− Semua pasien harus di identifikasi dengan benar mulai dari
skrining saat pendaftaran,sebelum prosedur diagnostik, tindakan
pemberian obat pemberian imunisasi dan pemberian diet
kepada pasien dengan menggunakan minimal dua cara
identifikasi yang relatif tidak berubah,yaitu nama
lengkap,tanggal lahir,nomor rekam medis atau NIK identifikasi
pasien dilaksanakan di semua unit layanan.

3. KEBUTUHAN KHUSUS

− Pasien tidak bisa mengidentifikasi dirinya sendin atau


mempunyai kendala dan dan/berkebutuhan khusus seperti
bayi,balita,koma,ODGJ,bisu dan tuli, lansia dilakukan dengan
menanyakan kepada keluarga/pengantarnya

− Pasien UGD/RRI yang tidak sadar/tidak ada keluarganya/tidak


dapat diidentifikasi, pada papan identitas diberi tulisan Tn X/Ny
Y, bila lebih dari satu pasien makan diberi tulisan Tn X. 1/Ny Y.
1, Tn X 2/Ny Y 2 dan seterusnya.

− Sampai dapat diidentifikasi dengan benar. Catat pada buku


pendaftaran pasien yang tidak kenal/tidak ada pengantar. Saat
pasien sudah dapat diidentifikasi, berikan papan identitas baru
dengan identitas yang benar.

4. Papan identitas harus dipasang petugas jaga pada tempat tidur


pasien selama perawatan di RRI. Pada saat pemasangan papan
identitas pasien RRI petugas menjelaskan kepada pasien dan keluarga
tentang prosedur identifikasi dan kegunaan papan identitas.

5. Jika terdapat pasien dengan nama yang sama pada pelayanan RRI,
harus dikonfirmasikan kepada semua petugas yang bertugas setiap
kali pergantian jaga. Berikan label/penanda berupa "HATI-HATI
PASIEN DENGAN NAMA SAMA" di RM pasien, formulir pengobatan
dan formulir pemeriksaan penunjang. Pasien dengan nama sama
harus dilakukan verifikasi dengan nomor rekam medis pasien atau NIK.

6. Pengecekan papan identitas di pelayanan RRI dilakukan tiap kali


pergantian jaga oleh petugas jaga Papan identitas hanya dilepas saat
pasien pulang atau keluar dan puskesmas. Yang bertugas melepas
papan identitas adalah petugas jaga yang bertanggung jawab terhadap
pasien selama masa perawatan di puskesmas
6. Bagan Alir -

7. Hal-hal yang perlu Penulisan Identitas Pasien Harus Jelas


diperhatikan
8. Unit Terkait − Unit Rawat Jalan
− Unit Rawat Inap
9. Dokumen Terkait Rekam Medik
10. Rekaman Historis Tanggal Mulai
No Yang Di Ubah Isi Perubahan
Perubahan Diberlakukan
1. Tata Naskah Penulisan
sesuai tata
naskah

You might also like